Kata kunci: mitos, cerita rakyat Putri Jawi, materi pembelajaran, pembelajaran
apresiasi sastra
Fungsi Mitos dalam Cerita Rakyat Putri Jawi Di Dusun Jawi Kabupaten
Pasuruan
Ada enam fungsi mitos dalam cerita rakyat Putri Jawi di Dusun Jawi
Kabupaten Pasuruan, yakni mitos sebagai kesadaran masyarakat terhadap
kekuatan gaib di luar dirinya, mitos sebagai media keselamatan, mitos sebagai
ajaran, mitos sebagai arahan terhadap tindakan manusia, mitos sebagai solidaritas
sosial, dan mitos sebagai pengetahuan tentang dunia.
Pertama, mitos sebagai kesadaran masyarakat terhadap kekuatan gaib di
luar dirinya. Ritual slametan erat hubungannya dengan kepercayaan pada
kekuatan sakti maupun makhluk halus. Slametan dimaksudkan untuk
menghindarkan diri dari kemarahan kekuatan gaib yang seringkali diwujudkan
dalam berbagai malapetaka dan bencana alam. Selain itu, ritual slametan juga
ditujukan sebagai ungkapan rasa terima kasih pada kekuatan-kekuatan yang
dianggap memberikan perlindungan dan kesejahteraan pada mereka.
Kedua, mitos sebagai media keselamatan. Mitos berupa laku slametan
memberikan jaminan keselamatan dan ketentraman hidup masyarakat pengikut
ritual. Melalui ritual slametan tersebut masyarakat semakin yakin bahwa mereka
akan mendapat jaminan keselamatan serta terhindar dari musibah dan
malapetaka.
Ketiga, mitos sebagai ajaran. Tradisi slametan mengandung ajaran
kearifan lokal yaitu anggota masyarakat berkumpul dan mengingat kembali jasa
para leluhur. Hal ini merupakan wujud rasa syukur dan terima kasih atas jasa
dan perjuangan leluhur semasa hidupnya. Selain itu, larangan menebang pohon
Sembujo Silo dan mitos tentang kecantikan Putri Jawi mengingatkan adanya
kematian dalam kehidupan. Mitos larangan menikah antara warga Jawi dengan
warga Suwayuwo yang berakibat pada kesengsaraan hidup mengajarkan bahwa
PEMBAHASAN
Mitos yang Dipercaya Masyarakat dalam Cerita Rakyat Putri Jawi di Dusun
Jawi Kabupaten Pasuruan
Ada lima mitos yang dipercaya masyarakat dalam cerita rakyat Putri Jawi
di Dusun Jawi Kabupaten Pasuruan, yakni mitos yang berupa gugon tuhon, mitos
legenda dan cerita, mitos yang berupa sirikan, mitos yang berhubungan dengan
waktu, dan mitos yang berupa laku.
Pertama, mitos yang berupa gugon tuhon. Mitos tentang larangan menikah
antara warga Jawi dengan warga Suwayuwo yang jika dilakukan akan berakibat
tidak baik, disimpulkan bahwa kesulitan hidup dalam rumah tangga adalah
karena nasib merupakan takdir Allah yang sudah ditetapkan dan tidak bisa
diubah. Dalam Serat Centhini, jilid VI: 360, 97e-j (dalam Endraswara,
2003a:61) dikatakan bahwa “Sarta baya wus takdhirireki, jodho wallahualam,
karseng Hyang Maha Gung, manira datang kuwasa, gawe dhaup luwih
karsaning Hyang Widdhi, ingon dremi kewala.” Maksud dari tembang tersebut
Fungsi Mitos dalam Cerita Rakyat Putri Jawi Di Dusun Jawi Kabupaten
Pasuruan
Ada enam fungsi mitos dalam cerita rakyat Putri Jawi di Dusun Jawi
Kabupaten Pasuruan, yakni mitos sebagai kesadaran masyarakat terhadap
kekuatan gaib di luar dirinya, mitos sebagai media keselamatan, mitos sebagai
ajaran, mitos sebagai arahan terhadap tindakan manusia, mitos sebagai solidaritas
sosial, dan mitos sebagai pengetahuan tentang dunia.
Pertama, mitos sebagai kesadaran masyarakat terhadap kekuatan gaib di
luar dirinya. Ritual slametan menjadi sarana bagi masyarakat untuk menghayati
daya-daya kekuatan ghaib. Masyarakat meyakini bahwa kekuatan-kekuatan itu
dapat mempengaruhi dan menguasai alam dan kehidupan mereka. Masyarakat
juga akan semakin yakin dengan adanya kekuatan di atas kekuatan mereka, yaitu
Allah. Sehingga, mereka akan semakin mendekatkan diri pada pemilik kekuatan
tersebut (Allah).
Kedua, mitos sebagai media keselamatan. Masyarakat yang melaksanakan
ritual slametan percaya akan mendapatkan keselamatan dan barokah. Dengan
mendapatkan keselamatan, seseorang akan merasakan kedamaian, ketenangan,
dan ketentraman dalam hati. Namun, perlu diingat bahwa laku semacam ini tetap
tersentral pada Tuhan. Tuhan adalah sumber anugerah, sedangkan roh leluhur
dan kekuatan sakti yang dipercayai masyarakat hanyalah wasilah (perantara)
saja.
Ketiga, mitos sebagai ajaran. Tradisi slametan mengandung ajaran
kearifan lokal yang dapat diambil, yaitu anggota masyarakat berkumpul dan
mengingat kembali jasa para leluhur. Hal ini merupakan wujud rasa syukur dan
terima kasih atas jasa-jasa dan perjuangan leluhur semasa hidupnya. Mitos
tentang larangan menebang pohon Sembujo Silo, serta mitos tentang kecantikan
Putri Jawi dapat mengingatkan adanya kematian dalam kehidupan. Sunan Kali
Jaga (dalam Endraswara, 2003b:34) berpesan dalam tembang dhandhanggula
bahwa “Urip iku neng donya tan lami, upamane jebeng menyang pasar, tan
langgeng neng pasar bae, tan wurung nuli mantuk, mring wismane sangkane
nguni, ing mengko aja samar, sangkan paranipun, ing mengko padha weruha,
yen asale sangkan paran duk ing nguni, aja nganti kesasar.” Maksud pesan
tersebut adalah bahwa hidup di dunia ini tidak lama, ibarat manusia pergi ke
pasar, akan segera kembali ke rumah asalnya tadi.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh simpulan bahwa ragam mitos
dalam cerita rakyat Putri Jawi terdiri atas enam ragam. Pertama, mitos yang
berupa gugon tuhon meliputi: (a) mitos tentang larangan pernikahan, (b) mitos
tentang pohon Sembujo Silo. Kedua, mitos legenda dan cerita meliputi: (a) mitos
kecantikan Putri Jawi, (b) mitos asal usul beberapa daerah. Ketiga, mitos berupa
sirikan, yaitu mitos tentang larangan menggunakan bunga kantil. Keempat,
mitos yang berhubungan dengan waktu, yaitu mitos tentang bulan Suro.
Keenam, mitos yang berupa laku (tindakan nyata), yaitu slametan.
Mitos tentang cerita rakyat Putri Jawi tersebut memiliki enam fungsi.
Fungsi tersebut adalah: (a) fungsi mitos sebagai kesadaran terhadap kekuatan
gaib di luar dirinya, tercermin dalam ritual slametan, (b) fungsi mitos sebagai
media keselamatan, tercermin dalam ritual slametan, (c) fungsi mitos sebagai
ajaran, tercermin dalam ritual slametan dan mitos larangan menikah antara
warga Jawi dengan warga Suwayuwo, (d) fungsi mitos sebagai arahan atas
tindakan manusia, tercermin dalam mitos larangan menebang pohon Sembujo
Silo, serta mitos malapetaka yang terjadi pada bulan Suro, (e) fungsi mitos
sebagai solidaritas sosial, tercermin dalam ritual slametan, dan (f) fungsi mitos
sebagai pengetahuan tentang dunia, tercermin dalam mitos asal usul suatu
daerah.
Mitos dalam cerita rakyat Putri Jawi ini memuat banyak kemenarikan yang
didasarkan pada: (1) falsafah hidup yang berdasarkan pada karakter atau
kepribadian para tokoh, seperti keteguhan pendirian Putri Jawi, keramahtamahan
Putri Jawi, keberanian dan sikap saling menolong para tokoh, dan sikap
pemurahnya mbah lengkir, (2) mitos, yang dapat menunjang pembentukan
karakter siswa karena banyak memuat nilai-nilai kehidupan yang bertolak pada
kearifan lokal, seperti: tolong menolong, menghargai sesama, gotong-royong,
mawas diri, keyakinan pada agama, menghormati, kerukunan hidup, ikhlas,
bersyukur, dan selalu ingat kepada Tuhan, dan (3) kejadian dalam cerita Putri
Jawi seperti asal usul penamaan tempat juga menjadi hal yang menarik. Upaya
memanfaatkan mitos dalam cerita rakyat Putri Jawi ini ke sekolah sebagai alat
pengenalan tradisi lokal kepada generasi penerus. Oleh karena itu, mitos dalam