Abstrak: Penelitian ini menggunakan pendekatan mitologi untuk mendapatkan deskripsi asal
usul kisah Ki Ageng Gribig. Mendeskripsikan mitos Ki Ageng Gribig yang tertanam dalam
masyarakat Gribig dan peziarah. Serta mendeskripsikan efek mitos Ki Ageng Gribig terhadap
masyarakat Gribig dan peziarah. Asal usul kisah Ki Ageng Gribig terdapat dua versi, yakni
adanya program mataramisasi dan ekspansi blambangan kulon. Mitos yang tertanam pada
masyarakat Gribig yakni Ki Ageng Gribig adalah penyebar agama islam dan sebagai salah
satu pendiri kota Malang. Sedangkan peziarah yakin Ki Ageng Gribig adalah sosok yang
sakti. Efek yang muncul dari masyarakat Gribig tidak Nampak, sedangkan dari peziarah
mereka sangat antusias dengan cara melakukan
takziah kubur.
METODE
Menurut Lofland dan Lordland (dalam Moleong, 2000:112) sumber data utama dalam
penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan. Informan penelitian ini adalah juru kunci
makam Ki Ageng Gribig berserta tukang kebun yang menetap di dalam komplek Makam Ki
Ageng Gribig, para peziarah, dan warga sekitar Makam Ki Ageng Gribig. Data kualitatif
adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Data kualitatif diperoleh
melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen,
diskusi terfokus, atau observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip).
Bentuk lain data kualitatif adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman
video (Dir. Tenaga Kependidikan, 2008:5). Sejalan dengan pernyataan tersebut di dalam
penelitian ini menggunakan empat teknik pengumpulan data, yakni (1) observasi, (2)
wawancara mendalam, (3) diskusi terfokus, serta (4) kuesioner. Data yang dipakai dalam
penelitian ini berupa rekaman wawancara dengan informan yang kemudian ditranskrip dari
bahasa lisan Jawa menjadi bahasa tulis dan diterjemahkan atau dialihbahasakan dari bahasa
Jawa. Data berikutnya adalah berupa gambar gambar keadaan sekitar Makam Ki Ageng
Gribig. Informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah penduduk asli Gribig. Mereka
terdiri dari 4 orang, yaitu: seorang juru kunci makam Ki Ageng Gribig, 2 orang sesepuh
kampung Gribig, dan 1 orang tukang kebun pemakaman Ki Ageng Gribig. Informan lain
berjumlah 20 orang yang terdiri dari golongan tua, dewasa, dan golongan muda. Golongan
tua berjumlah 5 orang, dewasa 10 orang, dan golongan muda 5 orang.
Responden merupakan warga Gribig dan para peziarah. Pemilihan informan dalam
penelitian ini berdasarkan syarat minimal yang disebutkan Spradley (1997: 61). Persyaratan
tersebut adalah: (1) enkulturasi penuh, artinya informan mengetahui budayanya dengan baik,
(2) keterlibatan langsung, artinya informan adalah orang yang terlibat langsung dalam
suasana budaya yang diteliti, (3) suasana budaya yang tidak dikenal, artinya peneliti
mempelajari suasana budaya yang belum dikenal sehingga ia bisa menerima berbagai hal
yang disampaikan dari sudut pandang informan, (4) cukup waktu, artinya informan memiliki
cukup waktu dalam memberikan partisipasinya, dan (5) non-analitik, informan
mendeskripsikan berbagai kejadian dan tindakan berdasarkan perspektif penduduk asli
dengan mengesampingkan ilmu-ilmu social yang dimilikinya. Pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan empat teknik, yaitu (1) observasi, (2)
wawancara mendalam, (3) diskusi terfokus, dan (4) kuesioner. Observasi yang dilakukan
adalah observasi berpartisipasi, peneliti ikut serta dalam kegiatan objek yang diamati. Selain
itu, peneliti juga melakukan pengamatan terbuka, sehingga keberadaan peneliti diketahui oleh
informan sebagai subjek dalam penelitian. Oleh sebab itu, antara peneliti dan subjek saling
mengenal. Teknik wawancara terbagi atas dua cara, yaitu (a) wawancara berstruktur, dengan
menggunakan daftar pertanyaan yang sudah ditentukan, dan (b) wawancara tidak berstruktur
yang dilaksanakan secara fleksibel, sehingga peneliti dapat mengubah dan mengembangkan
pertanyaan sesuai kondisi pada saat wawancara. Teknik wawancara ini digunakan untuk
mendapatkan informasi dari informan mengenai kisah asal usul Ki Ageng Gribig, mitos yang
beredar di masyarakat Gribig dan peziarah, serta efek yang muncul dari adanya mitos
tersebut. Di samping kedua teknik tersebut, peneliti juga menggunakan teknik kuesioner. Hal
ini dilakukan untuk menambah informasi dari para informan, sehingga diperoleh kedalaman
informasi yang memadai. Teknik ini dilakukan dengan cara tatap muka, baik secara individu
maupun kelompok.
Mengingat kondisi informan yang beraneka ragam baik dari segi fisik, mental,
spiritual, dan intelektual, maka pertanyaan disusun dari hal yang paling umum dan konkret,
seperti data diri, dilanjutkan dengan masalah yang berkaitan dengan objek penelitian. Sasaran
informan adalah para peziarah makam dan penduduk asli Gribig. penyebaran angket
dilakukan langsung di tempat penelitian. Pengisian angket oleh peziarah dilakukan di dalam
komplek makam Ki Ageng Gribig ketika informan sedang berziarah. Sedangkan pengisian
kuesioner oleh penduduk asli Gribig dilakukan dirumah informan yang bersangkutan.
Bogdan berpendapat dalam Dir. Tenaga Kependidikan (2008:11) bahwa analisis data
kualitatif bersifat induktif dan berkelanjutan. Tujuan akhir analisis data kualitatif adalah
memperoleh makna, menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep serta
mengembangkan hipotesis atau teori baru. Analisis data penelitian kualitatif dilakukan
dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesis,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dikaji sehingga
dapat dibuat suatu kesimpulan untuk disampaikan kepada orang lain. Teknik pengolahan data
penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap seperti berikut. Reduksi data . Reduksi data
merupakan proses analisis untuk memilih, memusatkan, menyederhanakan,
mengabstraksikan serta mentransformasikan data yang muncul dari catatancatatan lapangan.
Klasifikasi data. Data yang terkumpul dipilah menjadi dua bagian besar yaitu informan
termasuk masyarakat kampung Gribig atau peziarah, dengan cara melihat identitas informan
apakah informan berasal dari daerah Gribig atau bukan, jika bukan maka informan tersebut
termasuk ke dalam golongan peziarah.Data yang telah direduksi diklasifikasikan sesuai
jawaban yang diberikan oleh informan. Setiap jawaban dari responden dikelompokkan
menurut kesamannya. Salah satu contonya yakni pertanyaan nomor dua yang terdapat dalam
lembaran koesioner. Menayakan apakah informan mengetahui asal usul Ki Ageng Gribig
beserta penjelasaanya. Apa bila ada kesamaan atau kemiripan jawaban, jawaban di
kelompokkan menurut kesamaannya. Penyajian data. Penyajian data dilakukan agar data
hasil reduksi terorganisasi, tersusun dalam pola hubungan sehingga mudah dipahami. Data
yang sudah diklasifikasi, dianalisis sesuai dengan ketiga fokus penelitian.
www.jurnal-online.um.ac.id/data/artikel-mitos-terhadap-folklor-ki-ageng-gribig.html?=1