Anda di halaman 1dari 8

BAB III.

SYARAT-SYARAT TEKNIS

Pasal 1 : PERATURAN-PERATURAN TEKNIS UNTUK PELAKSANAAN


Untuk pelaksanaan pekerjaan ini digunakan lembar-lembar ketentuan dan peraturan yang sesuai dengan bidang
pekerjaan seperti yang tercantum dibawah ini yang dimaksud segala perubahannya hingga kini ialah :
1. Peraturan-peraturan yng di gunakan dalam pekerjaan ini :
a) Peraturan-peraturan umum (Syarat Umum) AVE 41.
b) Peraturan Beton Indonesia (PB-NI-2/1914).
c) Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKN-NI-5/1961).
d) Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1983.
e) Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 1987.
f) Pedoman Plumbing Indonesia, PBI 1979.
g) Peraturan Dinas Pemadam Kebakaran.
h) Peraturan Perusahaan Listrik Negara (PLN).
i) Peraturan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
j) Peraturan Perusahaan Umum Telekomunikasi (TELKOM).
k) Peraturan Dit. Jen. Perawatan Depnaker tentang penggunaan Tenaga, Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
l) Persyaratan Umum dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia (DTPI) 1980.
m) Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara Sesuai Keputusan Direktur Jenderal Cipta
Karya Dep. Pekerjaan Umum tahun 1997 No. 295/KPTS/CK/97.
n) Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983.
o) Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung, 1981 beserta Pedomannya.
p) Standart Industri Indonesia (SII).
q) Standart Perusahaan Umum Listrik Negara (SPLN).
r) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER. 02/MEN/89 tentang pengawasan Instalasi Penyalur Petir.

2.. Pada pasal ini,termasuk segala perubahannya hingga kini.


3. Pemborong harus mengikuti dan melaksanakan semua ketentuan- ketentuan dan peraturan-peraturan yang
dinyatakan didalam butir
4. Jika ternyata pada RKS terdapat kelainan dan penyimpangan dari peraturan-peraturan yang tercantum pada
pasal 1. 1. Bab ini maka RKS ini yang mengikat.

Pasal 2 : IJIN-IJIN
Kontraktor harus memiliki ijin –ijin dari instansi yang berwenang sesuai dengan bidang pekerjaannya, sehubungan
dengan pekerjaan yang dilaksanakan.

Pasal 3 : KONSULTAN PENGAWAS/DIREKSI


1. Pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan setiap saat dilakukan oleh Konsultan Pengawas/Direksi yang
harus dapat dengan mudah mengawasi, memeriksa dan menguji setiap bagian pekerjaan bahan dan
peralatan. Kontraktor harus menyediakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan.
2. Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari pengawasan menjadi tanggung jawab
Kontraktor. Pekerjaan tersebut jika diperlukan harus segera dibuka sebagian atau seluruhnya.
3. Jika Kontraktor perlu melaksanakan pekerjaan diluar jam kerja dan perlu adanya pengawasan, maka
Kontraktor menanggung biaya pengawasan yang jumlahnya diatur dalam BAB sebelumnya.
4. Wewenang Konsultan Pengawas/Direksi dalam memberikan keputusan terbatas pada hal-hal yang jelas
tercantum dalam Gambar Perencanaan dan RKS dan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan. Diluar wewenang

RKS – Syarat-Syarat Teknis


Hal - 32 –
tersebut harus seizin Pemimpin Proyek (Pimpro).

Pasal 4 : PIMPINAN PELAKSANAAN (SITE MANAGER)


1. Kepala pelaksana (Site Manajer) yang ditunjuk Kontraktor harus ahli dan berpengalaman minimal 3 (tiga) tahun
sebagai site manager dan mendapat kuasa penuh dari Kontraktor untuk bertindak atas namanya serta
senantiasa harus berada ditempat pekerjaan.
2. Dengan adanya Kepala pelaksana, tidak berarti Kontraktor lepas tanggung jawab terhadap kewajibannya
sebagian maupun keseluruhan.
3. Bila dikemudian hari menurut pendapat Direksi Pelaksana kurang mampu atau tidak cakap memimpin
pekerjaan maka Kontraktor akan diberitahukan secara tertulis untuk mengganti pelaksana.
Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan Surat pemberitahuan Kontraktor harus sudah menunjukkan
pelaksana baru atau penanggung jawab Kontraktor yang akan memimpin pelaksanaan.

Pasal 5 : RENCANA KERJA


Kontraktor harus membuat Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule) berupa Barchart /Curva-S dan Network Planning
selambat-lambatnya 2 (dua) minggu untuk disyahkan oleh Direksi dan diketahui oleh Pemberi Tugas (Pegelola
Teknis). Kontraktor wajib melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencana. Dan hanya dengan persetujuan Direksi
bisa menyimpang dari rencana.
Dan kerugian yang dideritanya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

Pasal 6 : PEMBAGIAN HALAMAN


Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan Kontraktor harus merundingkan dengan Direksi mengenai pembagian
halaman pekerjaan, tempat penimbunan barang, tempat mendirikan kantor Direksi, Kantor Pelaksana, los kerja dan
lain sebagainya agar pekerjaan dapat berjalan lancar.

Pasal 7 : LOS KERJA DAN GUDANG


1. Kontraktor harus membuat ruangan-ruangan untuk menyimpan barang-barang dan alat-alat lainnya dan
ruangan untuk kantor pelaksana.
2. Cara menimbun bahan-bahan di lapangan maupun di gudang harus memenuhi syarat teknis dan dapat
dipertanggung jawabkan.

Pasal 8 : TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR


1. Ketelitian/kebenaran hasil pelaksanaan yang dilakukan oleh Pelaksana harus sesuai dengan RKS dan Gambar
Perencanaan serta Addendumnya.
2. Pengangkutan bahan dan personil yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan serta wajib menjaga atau
mencegah terjadinya pencemaran lingkungan yang dilakukan Kontraktor selama waktu pelaksanaan maupun
masa pemeliharaan.
3. Kesehatan/Kesejahteraan/penginapan karyawan selama pelaksanaan pekerjaan.
4. Kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
5. Keamanan/kerusakan dari peralatan yang dipakai selama pelaksanaan pekerjaan.
6. Penerangan pada tempat pelaksanaan pekerjaan.
7. Penjagaan keamanan lapangan pekerjaan.
8. Tidak memperkenankan :
a. Pekerja menginap dan memasak dilokasi pekerjaan, kecuali dengan ijin Direksi.
b. Membawa masuk penjual makanan/minuman, rokok dan sebagainya ke lokasi pekerjaan.
c. Keluar masuk dengan bebas.

RKS – Syarat-Syarat Teknis


Hal - 33 –
Pasal 9 : SYARAT-SYARAT DAN PEMERIKSAAN MATERIAL
1. Semua material yang didatangkan harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dengan mengutamakan
produksi dalam negeri :
a. Untuk pekerjaan konstruksi, kandungan lokal minimal 80 % (delapan puluh) persen.
b. Untuk pekerjaan mekanikal/elektrikal, kandungan lokal minimal 70 % (tujuh puluh) persen.
2. Direksi berwenang menanyakan asal bahan, dan Kontraktor wajib memberitahukan.
3. Semua material yang akan digunakan harus diperiksakan kepada Direksi untuk mendapat persetujuan.
4. Material yang didatangkan oleh Kontraktor dilokasi pekerjaan, tetapi ditolak pemakaiannya oleh Direksi harus
segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan selambat-lambatnya dalam waktu 2 X 24 jam sejak jam penolakan.
5. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan Kontraktor tetapi ternyata ditolak oleh Direksi harus
segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas biaya Kontraktor dalam waktu yang ditetapkan oleh Direksi.
6. Apabila Direksi merasa perlu meneliti suatu bahan lebih lanjut, Direksi berhak mengiriPengawasan bahan
tersebut kepada Balai Penelitian bahan (Laboratorium) yang terdekat untuk diteliti. Biaya pengiriman dan
penelitian menjadi tanggungan Kontraktor apapun hasil penelitian bahan tersebut.
Kontraktor harus menjaga mutu pekerjaan secara sempurna.

Pasal 10 : RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS) DAN GAMBAR KERJA


1. Rencana Kerja dan syarat-syarat serta gambar kerja digunakan sebagai pedoman dasar ketentuan dalam
melaksanakan pekerjaan.
2. Gambar-gambar detail merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Rencana Kerja dan syarat-syarat.

3. Jika terdapat perbedaan antara Gambar dengan hal diatas, maka Kontraktor menanyakan secara tertulis
kepada Direksi dalam hal menyangkut masalah tersebut.
4. Jika terdapat kekurangan penjelasan dalam Gambar maka Kontraktor harus membuat Gambar tersebut atas
biaya Kontraktor, sebelum dilaksanakan harus mendapat ijin dari Direksi.

Pasal 11 : PENJELASAN PERBEDAAN GAMBAR


1. Kontraktor diwajibkan melaporkan setiap ada perbedaan ukuran diantara gambar-gambar.
2. Gambar Arsitektur dengan gambar struktur, maka yang dipakai sebagai pegangan dalam ukuran fungsional
adalah gambar arsitektur dalam jenis dan kwalitas bahan/konstruksi bangunan adalah gambar struktur.
3. Gambar Arsitektur dengan gambar mekanikal dan elektrikal maka yang dipakai sebagai pegangan dalam
ukuran fungsional adalah gambar arsitektur dalam hal kualitas dan jenis bahan / konstruksi adalah gambar
Mekanikal / Elektrikal.
4. Tidak dibenarkan sama sekali bagi Kontraktor memperbaiki sendiri perbedaan-perbedaan tersebut diatas.
Akibat dari kelalaian dalam hal ini, sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

Pasal 12 : GAMBAR PELAKSANAAN (SHOP DRAWING)


1. Kontraktor harus membuat gambar-gambar pelaksanaan (shop drawing) berdasarkan gambar pelelangan dan
penjelasan pekerjaan.
2. Sebelum gambar-gambar Pelaksanaan disetujui oleh Direksi, Kontraktor tidak diperbolehkan melaksanakan
pekerjaan di lapangan.
3. Gambar-gambar pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dan Kontraktor harus memberi
waktu yang cukup kepada Direksi guna meneliti.
4. Gambar Pelaksanaan yang telah disetujui oleh Direksi tidak melepaskan tanggung jawab Kontraktor terhadap
pelaksanaan pekerjaan.

RKS – Syarat-Syarat Teknis


Hal - 34 –
Pasal 13 : GAMBAR YANG BERUBAH DARI RENCANA
1. Gambar Perencanaan hanya dapat berubah atas perintah tertulis Pemberi Tugas.
2. Perubahan harus dibuatkan gambarnya yang jelas memperlihatkan perbedaan antara Gambar Perencanaan
dan Gambar Perubahan.
3. Gambar Perubahan tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) berikut kalkirnya (gambar asli) .
4. Gambar Perubahan yang disetujui oleh Direksi kemudian dilampirkan dalam Berita Acara Pekerjaan Tambah
Kurang.

Pasal 14 : GAMBAR SESUAI DENGAN PELAKSANAAN (AS BUILT DRAWINGS)


1. Sesudah pelaksanaan pekerjaan selesai Kontraktor harus membuat dan menyerahkan gambar-gambar yang
sesuai dengan pelaksanaan pekerjaan (as built drawing).
2. Gambar-gambar tersebut harus memberikan informasi yang lengkap dan benar dari seluruh pelaksanaan
pekerjaan.
3. Gambar-gambar tersebut harus diserahkan kepada Direksi untuk diperiksa dan disetujui yang kemudian
diserahkan kepada Pemberi Tugas.
4. Banyaknya gambar yang harus diserahkan adalah :
a. 3 (tiga) set gambar-gambar cetakan.
b. 1 (satu) set gambar-gambar kalkir.

Pasal 15 : INSTRUKSI UNTUK SISTEM INSTALASI (OPERATING INSTRUCTION)


1. Sesudah pekerjaan instalasi selesai dan berjalan dengan baik Kontraktor harus menyediakan tenaga yang
cakap untuk memberi pelajaran / training kepada operator yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas untuk tugas
pemeliharaannya.
2. Sesudah pekerjaan instalasi selesai Kontraktor harus menyerahkan dokumen yang berisi cara operasi maupun
cara pemeliharaan dari system instalasi Dokumen ini harus disetujui oleh Direksi sebelum diserahkan kepada
Pemberi Tugas dan banyaknya harus diserahkan 3 (tiga) set.

Pasal 16 : PEKERJAAN DIWAKTU MALAM


Kontraktor harus minta ijin tertulis kepada Direksi dalam hal untuk melaksanakan pekerjaan atau bagian pekerjaan di
malam hari. Ijin diberikan bila sarana penerangan cukup.

Pasal 17 : PEMELIHARAAN DAN MASA PEMELIHARAAN SISTEM INSTALASI


1. Kontraktor diharuskan menyediakan tenaga yang cakap guna keperluan pemeliharaan terhadap instalasi yang
telah selesai dipasang selama minimal 12 (dua belas) bulan garansi periode pabrik sejak
2. Kontraktor harus bersedia datang sewaktu-waktu jika timbul masalah atau kerusakan dan memperbaiki.
Semua pekerjaan perbaikan menjadi tanggung Kontraktor bila disebabkan karena bukan kesalahan
pengoperasian.

Pasal 18 : PENGUJIAN (TESTING)


1. Kontraktor harus melaksanakan pengujian (testing) terhadap instalasi yang telah terpasang, baik secara
sebagian dan secara keseluruhan, sesuai dengan ketentuan RKS atau peraturan yang berlaku.
2. Pada waktu pengujian instalasi Kontraktor harus mengundang Direksi untuk hadir. Direksi akan menentukan
hasil pengujian baik atau harus diulang. Biaya pengujian ditanggung Kontraktor.
3. Kontraktor harus memberikan hasil pengujian kepada Direksi. Hasil pengujian akan dipergunakan untuk
menentukan sistem instalasi yang telah terpasang dan berfungsi sebagaimana mestinya.

RKS – Syarat-Syarat Teknis


Hal - 35 –
Pasal 19 : PEMBERSIHAN
Kontraktor harus berusaha bahwa tempat bekerja selalu bersih dari sampah. Pada waktu pekerjaan telah selesai
Kontraktor harus membuang sampah sebagai hasil pekerjaan, ketempat diluar proyek atau tempat yang telah
ditunjuk management konstruksi.

Pasal 20 : PEKERJAAN YANG SUB KONTRAKAN KEPADA KONTRAKTOR LAIN


Bila ada pekerjaan instalasi yang dikerjakan oleh beberapa Kontraktor, maka Kontraktor-kontraktor harus bekerja
sama guna pelaksanaan daripada sistem instalasi secara keseluruhan. Kontraktor Utama harus bertanggung jawab
atas mutu bahan dan hasil pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan.

Pasal 21 : PERLINDUNGAN TERHADAP BARANG DAN INSTALASI


1. Kontraktor harus melindungi semua barang dan instalasi yang ada terhadap kerusakan maupun terhadap
pencurian yang mungkin terjadi.
2. Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap barang maupun instalasi sampai diserah terimakan kepada
Pemberi Tugas.

Pasal 22 : LUBANG, PONDASI LANDASAN (SUPPORT) DAN SEMACAMNYA


Pekerjaan-pekerjaan pada pasal ini untuk sistem instalasi dan yang merupakan bagian dari pada pekerjaan sipil
secara keseluruhan termasuk dalam lingkup pekerjaan Kontraktor.

Pasal 23 : PENJELASAN UMUM TENTANG TATA TERTIB PELAKSANAAN


1. Sebelum dimulai pelaksanaan, Kontraktor harus mempelajari dengan seksama Rencana Kerja dan Syarat-
syarat Gambar Perencanaan dan Berita Acara Penjelasan pekerjaan.
2. Kontraktor wajib menyerahkan hasil pekerjaannya hingga selesai dan lengkap yaitu membuat, memasang dan
memesan maupun menyediakan bahan bangunan, alat kerja, serta pengangkutan, membayar upah kerja dan
lain-lain yang berkaitan dengan pelaksanaan.
3. Setiap pekerjaan yang akan dimulai pelaksanaanya maupun yang sedang dilaksanakan, Kontraktor harus
berhubungan dengan Direksi, untuk menyaksikan sejauh tidak ditentukan lain, untuk mendapatkan
persetujuannya.
4. Setiap usul perubahan dari Kontraktor atau persetujuan dari Direksi dianggap berlaku sah serta mengikat jika
dilakukan secara tertulis.
5. Semua bahan yang akan dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan harus baru dan diteliti mengenai mutu,
ukuran dan lain-lain yang disesuaikan dengan standard / spesifikasi yang ditentukan dalam RKS dan harus
mendapat persetujuan dari Pemilik Proyek / Direksi sebelum dimulai pelaksanaanya.

6. Ketelitian dan kerapihan kerja akan sangat dinilai oleh Direksi, termasuk pekerjaan penyelesaian (finishing
works) dan akan mempengaruhi bobot.

Pasal 24 : PEIL DAN PENGUKURAN


1. Kontraktor wajib memberitahu kepada Direksi setiap suatu bagian pekerjaan yang akan dimulai untuk dicek
terlebih dahulu ketepatan peil dan ukurannya.
2. Kontraktor wajib senantiasa mencocokkan ukuran-ukuran satu sama lain dalam tiap pekerjaan dan segera
melapor secara tertulis kepada Konsultan Pengawas bila terdapat perbedaan ukuran, untuk memberikan
keputusan pembetulannya. Kontraktor tidak dibenarkan melakukan pembetulan sendiri kekeliruan tersebut
tanpa persetujuan Direksi.
3. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan menurut peil dan ukuran yang
ditetapkan dalam RKS dan Gambar.
4. Mengingat tiap kesalahan selalu akan mempengaruhi bagian pekerjaan selanjutnya, maka ketepatan peil dan
ukuran mutlak perlu diperhatikan benar.

RKS – Syarat-Syarat Teknis


Hal - 36 –
5. Kelalaian Kontraktor dalam hal ini tidak akan ditolerir dan Direksi berhak untuk memerintahkan membongkar
hasil pekerjaan yang telah ada.

Pasal 25 : PEMAKAIAN UKURAN

1. Kontraktor bertanggung jawab dalam menepati semua ketentuan yang tercantum dalam RKS dan Gambar
berikut tambahan dan perubahannya.
2. Kontraktor wajib memeriksa kebenaran dari ukuran-ukuran keseluruhan maupun bagiannya dan
memberitahukan Direksi tentang perbedaan yang ditemukannya didalam RKS dan Gambar maupun dalam
pelaksanaan, Kontraktor diijinkan membetulkan kesalahan Gambar dan melaksanakannya setelah ada
persetujuan tertulis dari Direksi.
3. Pemakaian ukuran yang keliru pada pelaksanaan, dalam hal apapun menjadi tanggung jawab Kontraktor,
karena itu sebelumnya Kontraktor wajib melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap RKS dan Gambar.

Pasal 26 : PERALATAN KERJA DAN ALAT BANTU


1. Kontraktor harus menyediakan peralatan kerja yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan secara
sempurna dan efisien.
2. Kontraktor harus menjaga ketertiban perjalanan yang menggunakan jalan umum agar tidak mengganggu.
3. Bila pekerjaan selesai, Kontraktor wajib segera menyingkirkan alat tersebut dan memperbaiki kerusakan yang
ditimbulkan serta membersihkan bekasnya.

Pasal 27 : PEKERJAAN PENYEDIAAN AIR DAN DAYA LISTRIK UNTUK BEKERJA


1. Setiap pembangkit tenaga sementara untuk penerangan pekerjaan, harus diadakan oleh Kontraktor, termasuk
pemasangan sementara kabel-kabel, meteran, serta membersihkannya kembali pada waktu pekerjaan selesai.
2. Air untuk keperluan pekerjaan harus diadakan oleh Kontraktor atau biaya untuk mengadakan air kerja menjadi
beban Kontraktor.
3. Kontraktor tidak diperbolehkan menyambung pipa air dari saluran induk, lubang penyedot, reservoir dan
sebagainya tanpa terlebih dahulu mendapat ijin tertulis dari Pemilik Proyek /Direksi.
4. Listrik untuk bekerja harus disediakan kontraktor dan diperoleh dari sambungan sementara PLN setempat
selama masa pembangunan. Penggunaan diesel untuk pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan untuk
penggunaan sementara atas persetujuan Pengawas. Daya listrik juga di sediakan untuk suplai Kantor
Konsultan PENGAWAS.

Pasal 28 : IKLAN
Kontraktor tidak diijinkan memasang iklan dalam bentuk apapun di lokasi kerja atau ditempat berdekatan tanpa ijin
dari Pemilik Proyek / Direksi.

Pasal 29 : JALAN MASUK DAN JALAN SEMENTARA


1. Pemakaian jalan masuk ke lokasi kerja menjadi tanggung jawab Kontraktor sesuai dengan kebutuhan.
2. Kontraktor wajib membersihkan kembali jalan masuk pada waktu penyelesaian dan memperbaiki kerusakan
yang diakibatkannya dengan biaya beban Kontraktor.

Pasal 30 : PERLINDUNGAN TERHADAP BANGUNAN LAMA DAN MILIK UMUM


1. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala kerusakan akibat operasi pelaksanaan pekerjaan terhadap
bangunan yang ada, sarana, jalan, saluran dan lain-lain yang ada dilingkungan pekerjaan.
2. Kontraktor bertanggung jawab atas gangguan atau pemindahan yang terjadi atas perlengkapan umum seperti
saluran air, telepon, listrik dan sebagainya yang disebabkan oleh operasi pelaksanaan. Segala biaya untuk
pemasangan kembali beserta perbaikan adalah menjadi beban Kontraktor.

RKS – Syarat-Syarat Teknis


Hal - 37 –
3. Perlindungan terhadap milik Umum:
Kontraktor harus menjaga jalan milik umum, jalan kecil dan jalan bersih dari alat-alat mesin, bahan-bahan
bangunan dan sebagainya serta memelihara kelancaran lalu lintas, baik bagi kendaraan maupun pejalan kaki
selama kontrak berlangsung.
4. Orang-orang yang tidak berkepentingan:
Kontraktor harus melarang siapapun yang tidak berkepentingan memasuki tempat pekerjaan dan dengan
tegas memberikan perintah kepada ahli tekniknya yang bertugas dan para penjaga.
5. Perlindungan terhadap bangunan yang ada :
Selama masa-masa pelaksanaan kontrak, Kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala kerusakan
bangunan yang ada, utilitas, jalan-jalan, saluran-saluran pembuangan dan sebagainya di tempat pekerjaan
dan kerusakan-kerusakan sejenis yang disebabkan operasi-operasi Kontraktor, dalam arti kata yang luas. Itu
semua harus diperbaiki oleh Kontraktor hingga dapat diterima Pemberi Tugas.
6. Penjagaan dan Perlindungan pekerjaan :
Kontrakator bertanggung jawab atas penjagaan, penerangan dan perlindungan terhadap pekerjaan yang
dianggap penting selama pelaksanaan Kontrak, siang dan malam.
Pemberi tugas tidak bertanggung jawab terhadap Kontraktor, atas kehilangan atau kerusakan bahan-bahan
bangunan atau peralatan atau pekerjaan yang sedang dalam pelaksanaan.
7. Gangguan pada tetangga :
Segala pekerjaan yang menurut Pemberi Tugas mungkin akan menyebabkan adanya gangguan pada
penduduk yang berdekatan, hendaknya diadakan sosialisasi sebelum pekerjaan pelaksanaan dimulai. Pemberi
Tugas akan menentukannya dan tidak akan ada tambahan penggantian uang yang akan diberikan kepada
Kontraktor sebagai tambahan, yang mungkin ia keluarkan.

Pasal 31 : KECELAKAAN DAN KESEHATAN


1. Kecelakaan yang timbul waktu pekerjaan berlangsung menjadi beban Kontraktor.
2. Sehubungan dengan pasal ini, Kontraktor wajib menyediakan kotak P3K terisi menurut kebutuhan lengkap
dengan seorang petugas yang telah terlatih dalam hal mengenai pertolongan pertama.
3. Terhadap kecelakaan yang timbul akibat Bencana Alam segala biayanya menjadi beban Kontraktor.
4. Kebakaran yang timbul adalah tanggung jawab Kontraktor.

5. Sehubungan dengan butir itu, Kontraktor wajib menyediakan alat pemadam kebakaran jenis ABC, pasir dibak
kayu galah secukupnya dan pemeliharaan.
6. Kontraktor wajib memperhatikan kesehatan karyawan-karyawannya.
7. Sejauh tidak disebut dalam RKS maka Kontraktor harus mengikuti semua peraturan yang dikeluarkan oleh
instansi Pemerintah CQ Undang-undang kesehatan kerja dan lain sebagainya yang berlaku.

Pasal 32 : PENGAMANAN LOKASI PEKERJAAN


Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya atas segala sesuatu yang ada didaerahnya mengenai :
1. Kerusakan yang timbul akibat kelalaian yang disengaja ataupun tidak.
2. Penggunaan sesuatu yang keliru / salah.
3. Kehilangan alat/bahan yang ada didaerahnya.
4. Semua kejadian sebagaimana disebut diatas Kontraktor harus melaporkan kepada Pemilik Proyek/ Direksi
dalam waktu paling lambat 24 jam untuk diusut dan diselesaikan lebih lanjut.
5. Untuk mencegah hal itu, Kontraktor harus mengadakan penerangan malam, pemagaran sementara dan
sebagainya.

Pasal 33 : PEMBONGKARAN OLEH KONTRAKTOR


1. Setiap pelaksanaan oleh Kontraktor tidak dibenarkan merusak bagian-bagian bangunan yang sudah selesai

RKS – Syarat-Syarat Teknis


Hal - 38 –
dilaksanakan oleh Kontraktor bidang lain.
2. Bila kerusakan bagian bangunan tidak bisa dihindari maka Kontraktor yang bersangkutan diwajibkan
memperbaiki bagian yang rusak tersebut seperti keadaan semula dinilai dan disetujui Pemilik Proyek / Direksi
secara tertulis.

Pasal 34 : PEMERIKSAAN PEKERJAAN


1. Sebelum memulai pekerjaan lanjutan Kontraktor diwajibkan memintakan persetujuan kepada Direksi.
2. Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2X24 jam sejak diterimanya Surat Permohonan Pemeriksaan
tidak dipenuhi oleh Direksi, Kontraktor dapat meneruskan pekerjaanya dan bagian yang seharusnya diperiksa
dianggap telah disetujui oleh Direksi. Hal ini dikecualikan bila Direksi minta perpanjangan waktu.

Pasal 35 : SUBSTITUSI
1. Produk yang disebutkan nama pabriknya :
Meterial, peralatan, perkakas, aksesoris yang disebutkan nama pabriknya dalam RKS, Kontraktor harus
melengkapi produk yang disebutkan dalam spesifikasi Teknis, atau dapat mengajukan produk pengganti yang
setara, disertai data-data yang lengkap untuk mendapatkan persetujuan Konsultan Perencana sebelum
pemesanan.

2. Produk yang tidak disebutkan nama pabriknya :


Meterial, peralatan, perkakas, aksesoris dan produk-produk yang tidak disebutkan nama pabriknya di dalam
Spesifikasi Teknis, Kontraktor harus mengajukan secara tertulis nama negara dari pabrik yang
menghasilkanya, katalog dan selanjutnya menguraikan data yang menunjukkan secara benar bahwa produk-
produk yang dipergunakan adalah sesuai dengan Spesifikasi Teknis dan kondisi proyek untuk mendapatkan
persetujuan dari Pemilik/Perencana/Pengawas.

RKS – Syarat-Syarat Teknis


Hal - 39 –

Anda mungkin juga menyukai