Konflik yang terjadi antara suporter Persib, Bobotoh dengan suporter Persija, Jackmania
adalah konflik antar golongan yang cukup melegenda. Konflik ini dilatarbelakangi oleh
kecintaan masing-masing golongan suporter tersebut terhadap klub sepakbola favoritnya.
Tak jarang karena kecintaan tersebut, kerusakan material dan kerugian korban jiwa
muncul ketika dua klub bola yang mereka dukung tengah bertanding.
Konflik semacam ini sebetulnya adalah contoh konflik antar golongan yang sangat tidak
produktif. Sehingga sebaiknya kedua golongan dapat saling memahami dan bertoleransi
terhadap perbedaan. Kendati demikian hingga kini pecahnya konflik antar kedua kubu ini
masih mungkin akan terjadi dan harus diwaspadai.
2. Konflik antara Pendukung Prabowo dan Jokowi
Pada gelaran pemilihan presiden tahun 2014 lalu, masyarakat Indonesia terbagi atas 2
kubu dengan jumlah berimbang, yakni kubu pendukung Prabowo dan kubu pendukung
Jokowi. Kedua kubu ini kerap berkonflik, terlebih dalam jalur sosial media. Saling
mencemooh dan mengejek satu sama lain tidak bisa terelakan. Akan tetapi, konflik ini
segela mereda setelah calon Presiden Prabowo Subianto mengumumkan bahwa ia
menerima kekalahannya.
3. Konflik internal Partai Golkar
Partai Golkar mengalami konflik internal yang cukup menyita perhatian di sekitar tahun
2015 sd 2016. Konflik ini dilatarbelakangi adanya 2 kubu yang saling berebut kekuasaan
atas partai tersebut. Karena konflik kepentingan ini, muncullah dualisme kepemimpinan
di tubuh partai Golkar, yakni kubu yang mendukung Aburizal Bakrie dan kubu yang
mendukung Agung Laksono. Beruntung upaya rekonsiliasi membuahkan hasil. Dengan
terpilihnya Setya Novanto sebagai pemimpin dan ketua umum Golkar yang baru, masing-
masing kubu kemudian berdamai dan kembali pada tujuan awal berdirinya partai.
4. Konflik antara pengemudi taksi online dan konvensional
Konflik antara pengemudi taksi berbasis online dengan pengemudi taksi konvensional
termasuk contoh konflik antar golongan yang terjadi baru-baru ini. Konflik tersebut
dilatarbelakangi oleh berpindahnya sebagian besar pengguna jasa taksi dari yang
awalnya mengandalkan taksi konvensional ke taksi yang berbasis online.
Para pengemudi taksi konvensional menganggap bahwa perpindahan pengguna jasa
taksi tersebut telah merenggut sebagian besar pendapatan mereka. Selain itu, mereka
menganggap bahwa taksi berbasis online adalah ilegal karena diyakini tidak berbekal
payung hukum. Sementara pengemudi taksi berbasis online berdalih kepindahan
masyarakat pengguna jasa taksi itu terjadi lantara pelayanan jasa taksi konvensional
yang kurang memuaskan, mahal, dan tidak efisien. Kedua golongan ini kemudian
kerap mengadakan konflik dan kontak fisik, seperti pengrusakan dan tawuran.
5. Konflik antara massa pro dan kontra Ahok
Pada peristiwa ini, sebanyak 1.217 orang meninggal, 85 orang diperkosa dan 70.000 orang
mengungsi. Kejadian ini berlangsung selama 3 hari dari 13-15 Mei 1998 dengan kerugian
materil diperkiaran mencapai Rp 2,5 triliun.
Pemicunya karena terjadi penculikan aktivis, penembakan terhadap mahasiswa Trisakti
dan memburuknya ekonomi saat itu. Kebanyakan etnis Tionghoa menjadi sasaran
kemarahan.