Tafsiran
Ayat 1, Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Nyanyian
pengajaran Daud.
Untuk Mazmur ini sama dengan Mazmur 54.
Ayat 4-6, Karena teriakan musuh, karena aniaya orang fasik; sebab
mereka menimpakan kemalangan kepadaku, dan dengan geramnya mereka
memusuhi aku. Hatiku gelisah, kengerian maut telah menimpa aku. Aku
dirundung takut dan gentar, perasaan seram meliputi aku.
1
Marie Claire Barth & B.A. Pareira, Kitab Mazmur 1-72 hal 528.
Dari empat sudut, pemazmur dicemaskan oleh para lawan yang tidak mengenal hukum
perikemanusiaan, sehingga mereka boleh dikatakan fasik: mereka berhuru-hara,
menganiaya, meniadakan kesejahteraan dan memusuhi pemazmur. Dalam kata kerja
yang terakhir ini terdapat akar yang sama dengan nama setan, lawan orang percaya itu.
Sebagai akibat serangan ini pemazmur lumpuh ketakutan: kengerian maut telah
menguasai dia.
Ayat 7-9, Pikirku: “sekiranya aku diberi sayap seperti merpati, aku akan
terbang dan mencari tempat yang tenang, bahkan aku akan lari jauh-jauh dan
bermalam di padang gurun. S e l a
Aku akan segera mencari tempat perlindungan terhadap angin ribut dan badai.”
Jalan keluar yang masih terbayang dalam kegelisahan adalah satu saja: lari terbang jauh-
jauh ke pegunungan di padang gurun dan seperti merpati mencari tempat tenang untuk
bermalam. Demikianlah pula Yeremia ingin meninggalkan bangsa yang memusuhinya
“sekiranya di padang gurun aku mempunyai tempat penginapan”. Terhadap badai
perlawanan, dicari tempat perlindungan. Tetapi keinginan ini adalah impian belaka;
penyelamatan hanya dapat diberikan oleh Tuhan sendiri.
Ayat 13-15, Kalau musuhku yang mencela aku, aku masih dapat
menanggungnya; kalau pembenciku yang membesarkan diri terhadap aku, aku
masih dapat menyembunyikan diri terhadap dia. Tetapi engkau orang yang dekat
dengan aku, temanku dan orang kepercayaanku: Kami yang bersama-sama
bergaul dengan baik, dan masuk rumah Allah di tengah-tengah keramaian.
Yang paling menyakiti pemazmur adalah pengkhianatan teman karibnya. Orang itu
dikatakan teman akrab, seasal, sejabata; dikenal dan dipercaya, pergaulan dengan dia
baik, bahkan ia pergi ke Bait Allah bersama pemazmur; itulah sebabnya permusuhan
teman ini tidak melukai perasaan pemazmur saja, tetapi juga kepercayaan, sehingga ia
mengutuk semua lawannya.
Ayat 17-20a, Tetapi aku berseru kepada Allah, dan Tuhan akan
menyelamatkan aku. Di waktu petang, pagi dan tengah hari aku cemas dan
menangis; dan ia mendengar suaraku. Ia membebaskan aku dengan aman dari
serangan terhadap aku, sebab berduyun-duyun mereka melawan aku. Allah akan
mendengar dan merendahkan mereka.
Tiga kali sehari pemazmur berdoa dengan cemas dan tangisan, dalam keyakinan bahwa
Tuhan akan menyelamatkannya. Dan Tuhan mendengar; Ia melepaskan pemazmur
“hidup sejahtera” dan merendahkan lawannya yang fasik itu. Dengan keputusan ini
Tuhan menyatakan diri sebagai hakim adil yang bersemanyam sejak purbakala sampai
selama-lamanya, menurut rumus lama yang berakar dalam ibadah di Bait Suci.
Ayat 20b-22, Dia yang bersemayam sejak purbakala. Sela. Karena mereka
tidak berubah dan mereka tidak takut akan Allah. Orang itu mengacungkan
tangannya kepada mereka yang hidup damai dengan dia, janjinya dilanggarnya;
mulutnya lebih licin dari mentega, tetapi ia berniat menyerang; perkataanya lebih
lembut dari minyak, tetapi semuanya adalah pedang terhunus.
Hukuman yang seberat itu perlu dijatuhkan karena orang fasik itu tidak berubah, tidak
mau meninggalkan sifatnya yang jelek, dan tetap menyangkal Tuhan dan hukum-Nya;
khususnya teman yang curang tidak menyesal bahwa ia telah melanggar janji, atau lebih
tepat “memutuskan perjanjian damai”. Dengan perkataan licin, ia mengakibatkan luka
yang lebih parah daripada luka yang disebabkan pedang yang terhunus.
Kesimpulan
Dalam Mazmur 55, seorang pemazmur mengalami dukacita sehingga ia
memohon kepada Allah agar menolong pemazmur. Ia memiliki lawan yang tidak
mengenal hukum perikemanusiaan, mereka berhuru-hara, menganiaya, meniadakan
kesejahteraan dan memusuhi pemazmur. Ia berusaha mencari jalan keluar tetapi Ia sadar
bahwa penyelamatan hanya dapat diberikan oleh Tuhan sendiri. Para penguasa
membuat ketidakadilan merajalela di kota kediaman pemazmur: di tembok, dimana
seharusnya penjaga keamanan menjamin ketentraman para penduduk, orang
merancangkan segala sesuatu yang justru melawan para penduduk, orang merancangkan
segala sesuatu yang justru melawan kesejahteraan umum dan di tanah lapang, dimana
seharusnya pengadilan menegakkan hak orang, maka warga kota ditindas dan ditipu.
DAFTAR PUSTAKA
Pareira. B.A & Barth Marie Claire, Kitab Mazmur 1-72, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2005.