Anda di halaman 1dari 12

MAZMUR 55

(DOA MINTA TOLONG TERHADAP MUSUH)

Di susun oleh : Chrismalina


Program Studi : Teologi
NIRM : 01198003
Mata Kuliah : Kehidupan Doa I
Dosen : Ruth Anna Marietta, M.Pd

PROGRAM SARJANA TEOLOGI


SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BETHEL THE WAY
JAKARTA
2019
Mazmur 55

Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Nyanyian pengajaran Daud.


Berilah telinga, ya Allah, kepada doaku,
Janganlah bersembunyi terhadap permohonanku!
Perhatikanlah aku dan jawablah aku1
Aku mengembara dan menangis karena cemas,
Karena teriakan musuh,
Karena aniaya orang fasik;
Sebab mereka menimpakan kemalangan kepadaku,
Dan dengan geramnya mereka memusuhi aku.
Hatiku gelisah,
Kengerian maut telah menimpa aku.
Aku dirundung takut dan gentar,
Perasaan seram meliputi aku,
Pikirku: “Sekiranya aku diberi sayap seperti merpati,
Aku akan terbang dan mencari tempat yang tenangm
Bahkan aku akan lari jauh-jauh
Dan bermalam dipadang gurun. Sela
Aku akan segera mencari tempat perlindungan
Terhadap angina ribut dan badai.”
Bingungkanlah mereka, kacaukanlah percakapan mereka, ya Tuhan,
Sebab aku melihat kekerasan dan perbantahan dalam kota!
Siang malam mereka mengelilingi kota itu di atas tembok-temboknya,
Dan di dalamnya ada kemalangan dan bencana;
Penghancuran ada di tengah-tengahnya,
Di tanah lapangnya tidaj habis-habisnya ada penindasan dan tipu.
Kalau musuhku yang mencela aku,
Aku masih dapat menanggungnya;
Kalau pembenciku yang membesarkan diri terhadap aku,
Aku masih dapat menyembunyikan diri terhadap dia.
Tetapi engkau orang yang dekat dengan aku.
Temanku dan orang kepercayaanku;
Kami yang sama-sama bergaul dengan baik,
Dan masuk rumah Allah di tengah-tengah keramaian.
Biarlah maut menyergap mereka,
Biarlah mereka turun hidup-hidup ke dalam dunia orang mati!
Sebab kejahatan ada di kediaman mereka, ya dalam batin mereka.
Tetapi aku berseru kepada Allah,
Dan Tuhan akan menyelamatkan aku.
Di waktu petang, pagi dan tengah hari aku cemas dan menangis;
Dan ia mendengar suaraku.
Ia membebaskan aku dengan aman
Dari serangan terhadap aku,
Sebab berduyun-duyun mereka melawan aku.
Allah akan mendengarkan dan merendahkan mereka,
Dia yang bersemayam sejak purbakala. Sela
Karena mereka tidak berubah
Dan mereka tidak takut akan Allah.
Orang itu mengacungkan tangannya kepad mereka yang hidup damai dengan dia,
Janjinya dilanggarnya;
Mulutnya lebih licin dari mentega,
Tetapi ia berniat menyerang;
Perkataannya lebih lembut dari minyak,
Tetapi semuanya adalah pedang terhunus.
Serahkanlah kuatirmu kepada Tuhan,
Maka ia akan memelihara engkau!
Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya
Orang benar itu goyah,
Tetapi Engkau, ya Allah, akan menjerumuskan mereka
Ke lubang sumur yang dalam;
Orang penumpah darah dan penipu
Tidak akan mencapai setengah umurnya.
Tetapi aku ini percaya kepada-Mu.
Latar belakang
Berbagai dugaan telah dikemukakan tentang diri pemazmur: bisa jadi ia seorang
Yahudi yang tinggal di kota, diluar negeri, dimana penduduk kafir memusuhi dia karena
kesetiaannya kepada Tuhan; seorang saudara seiman pun menyerahkannya kepada
lawan yang kafir itu. Setelah Yerusalem jatuh, banyak orang Yahudi tinggal di
pembuangan atau di pengungsian dan mungkin pendapat pengalaman yang demikian.
Bisa jadi pemazmur termasuk orang benar di Yerusalem yang dimusuhi oleh golongan
atas yang menyalahgunakan kekuasaanya.
Sama seperti halnya dengan mazmur lainnya, pengalaman khas pemazmur
dikalimatkan dalam bentuk yang luas, sehingga orang lain pun dapat mengenali diri
dalam permohonannya dan turut mendoakannya.

Tafsiran
Ayat 1, Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Nyanyian
pengajaran Daud.
Untuk Mazmur ini sama dengan Mazmur 54.

Ayat 2-3, Berilah telinga, ya Allah, kepada doaku, janganlah bersembunyi


terhadap permohonanku! Perhatikanlah aku dan jawablah aku! Aku
mengembara dan menangis karena cemas,
Pemazmur memohon perhatian Allah pada doanya, janganlah ia bersembunyi, seakan-
akan Ia tidak melihat dan mendengar yang terjadi, padahal pemazmur berduka –
“mengembara dan menangis” sebagai tanda dukacita atau bersusah.1

Ayat 4-6, Karena teriakan musuh, karena aniaya orang fasik; sebab
mereka menimpakan kemalangan kepadaku, dan dengan geramnya mereka
memusuhi aku. Hatiku gelisah, kengerian maut telah menimpa aku. Aku
dirundung takut dan gentar, perasaan seram meliputi aku.

1
Marie Claire Barth & B.A. Pareira, Kitab Mazmur 1-72 hal 528.
Dari empat sudut, pemazmur dicemaskan oleh para lawan yang tidak mengenal hukum
perikemanusiaan, sehingga mereka boleh dikatakan fasik: mereka berhuru-hara,
menganiaya, meniadakan kesejahteraan dan memusuhi pemazmur. Dalam kata kerja
yang terakhir ini terdapat akar yang sama dengan nama setan, lawan orang percaya itu.
Sebagai akibat serangan ini pemazmur lumpuh ketakutan: kengerian maut telah
menguasai dia.

Ayat 7-9, Pikirku: “sekiranya aku diberi sayap seperti merpati, aku akan
terbang dan mencari tempat yang tenang, bahkan aku akan lari jauh-jauh dan
bermalam di padang gurun. S e l a
Aku akan segera mencari tempat perlindungan terhadap angin ribut dan badai.”
Jalan keluar yang masih terbayang dalam kegelisahan adalah satu saja: lari terbang jauh-
jauh ke pegunungan di padang gurun dan seperti merpati mencari tempat tenang untuk
bermalam. Demikianlah pula Yeremia ingin meninggalkan bangsa yang memusuhinya
“sekiranya di padang gurun aku mempunyai tempat penginapan”. Terhadap badai
perlawanan, dicari tempat perlindungan. Tetapi keinginan ini adalah impian belaka;
penyelamatan hanya dapat diberikan oleh Tuhan sendiri.

Ayat 10-12, Bingungkanlah mereka, kacaukanlah percakapan mereka, ya


Tuhan, sebab aku melihat kekerasan dan perbantahan dalam kota! Siang malam
mereka mengelilingi kota itu di atas tembok-temboknya, dan di dalamnya ada
kemalangan dan bencana; penghancuran ada di tengah-tengahnya, di tanah
lapangnya tidak habis-habisnya ada penindasan dan tipu.
Ketidakadilan merajalela di kota kediaman pemazmur: di tembok, dimana seharusnya
penjaga keamanan menjamin ketentraman para penduduk, orang merancangkan segala
sesuatu yang justru melawan para penduduk, orang merancangkan segala sesuatu yang
justru melawan kesejahteraan umum dan di tanah lapang, dimana seharusnya
pengadilan menegakkan hak orang, maka warga kota ditindas dan ditipu. Penguasa yang
demikian sifatnya hendaklah “dikacaukan” Tuhan, “lidah mereka hendaklah dibelah
dua”, sehingga perkataan mereka menjadi kabur dan mereka tidak sanggup membuat
rencana baru.

Ayat 13-15, Kalau musuhku yang mencela aku, aku masih dapat
menanggungnya; kalau pembenciku yang membesarkan diri terhadap aku, aku
masih dapat menyembunyikan diri terhadap dia. Tetapi engkau orang yang dekat
dengan aku, temanku dan orang kepercayaanku: Kami yang bersama-sama
bergaul dengan baik, dan masuk rumah Allah di tengah-tengah keramaian.
Yang paling menyakiti pemazmur adalah pengkhianatan teman karibnya. Orang itu
dikatakan teman akrab, seasal, sejabata; dikenal dan dipercaya, pergaulan dengan dia
baik, bahkan ia pergi ke Bait Allah bersama pemazmur; itulah sebabnya permusuhan
teman ini tidak melukai perasaan pemazmur saja, tetapi juga kepercayaan, sehingga ia
mengutuk semua lawannya.

Ayat 17-20a, Tetapi aku berseru kepada Allah, dan Tuhan akan
menyelamatkan aku. Di waktu petang, pagi dan tengah hari aku cemas dan
menangis; dan ia mendengar suaraku. Ia membebaskan aku dengan aman dari
serangan terhadap aku, sebab berduyun-duyun mereka melawan aku. Allah akan
mendengar dan merendahkan mereka.
Tiga kali sehari pemazmur berdoa dengan cemas dan tangisan, dalam keyakinan bahwa
Tuhan akan menyelamatkannya. Dan Tuhan mendengar; Ia melepaskan pemazmur
“hidup sejahtera” dan merendahkan lawannya yang fasik itu. Dengan keputusan ini
Tuhan menyatakan diri sebagai hakim adil yang bersemanyam sejak purbakala sampai
selama-lamanya, menurut rumus lama yang berakar dalam ibadah di Bait Suci.

Ayat 20b-22, Dia yang bersemayam sejak purbakala. Sela. Karena mereka
tidak berubah dan mereka tidak takut akan Allah. Orang itu mengacungkan
tangannya kepada mereka yang hidup damai dengan dia, janjinya dilanggarnya;
mulutnya lebih licin dari mentega, tetapi ia berniat menyerang; perkataanya lebih
lembut dari minyak, tetapi semuanya adalah pedang terhunus.
Hukuman yang seberat itu perlu dijatuhkan karena orang fasik itu tidak berubah, tidak
mau meninggalkan sifatnya yang jelek, dan tetap menyangkal Tuhan dan hukum-Nya;
khususnya teman yang curang tidak menyesal bahwa ia telah melanggar janji, atau lebih
tepat “memutuskan perjanjian damai”. Dengan perkataan licin, ia mengakibatkan luka
yang lebih parah daripada luka yang disebabkan pedang yang terhunus.

Ayat 23-24, Serahkanlah kuatirmu kepada Tuhan, maka Ia akan


memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu
goyah. Tetapi Engkau, ya Allah, akan menjerumuskan mereka ke lubang sumur
yang dalam; orang penumpah darah dan penipu tidak akan mencapai setengah
umurnya. Tetapi aku ini percaya kepada-Mu.
Doa yang dikabulkan menimbulkan ucapan syukur kepada Allah dan menguatkan iman
orang lain: unsur kedualah yang terdengar disini: “serahkanlah kuatirmu kepada Tuhan,
maka Ia akan memelihara engkau”, artinya Ia akan memberikan apa yang kau butuhkan.
Orang percaya kepada Allah yang benar takkan dibiarkan goyah, tetapi orang fasik mati
sebelum waktunya.

Di dalam buku lain terdapat pandangan yang berbeda mengenai Mazmur 55


yaitu:
Memiliki tema yaitu Susah dan berbeban berat namun tertopang.
Mazmur ini merupakan ungkapan sebuah hati, yang terluka sangat dalam oleh
ketidaksetiaan seorang sahabat, lalu berpaling kepada Allah dalam permohonan dan
keyakinan. Rasa terluka yang menimpa rohnya Nampak sekali dalam cara yang agak
melantur dalam lompatan mazmur ini antara ketidaksetiaan manusia dengan kesetiaan
Allah. Di dalam pengalaman pemazmur, pertentangan baru berkembang yaitu antara
kecenderungan seorang tertekan untuk melarikan diri dan cara lolos yang sejati yang
disediakan oleh iman.

Ayat 2-9, Firasat yang serius dan kerinduan bagi kelepasan.


Cara permohonan ini dirangkaikan memberi petunjuk tentang kepastian yang
diidamkan. Sang pemazmur merindukan suatu penglihatan yang terbuka dan jawaban
segera dari Allah, karena ia begitu cemas. Ia tidak bisa berdiam karena kebimbangan
yang dilahirkan oleh kecurigaannya, yang telah berkembang demikian rupa sehingga
seakan-akan hendak menimpa dia dan tak tertanggungkan lagi. Kenangan tentang
sejumlah peristiwa yang pada waktu itu tidak diindahkan, kini menunjuk kepada
rencana-rencana jahat seakan ditimpakan atasnya. Dalam suasana rasa demikian ia
bukan hanya bertatap muka dengan keberhasilan lawan-lawannya, tapi berfirasat
kematian oleh kekerasan.2
Dalam ayat 7 dan 8, tekanan peristiwa itu telah menjadi begitu tak tertanggungkan lagi,
sehingga hatinya berusaha membebaskan diri dalam angannya. Ia ingin mengubah
sepenuhnya keadaan dirinya lalu menjadi merpati, mengembara di daerah sunyi yang
jauh dari manusia, 9 dan berusaha dengan sekuat daya mencapai tempat perlindungan
dan keamanan dari badai yang tiba-tiba. Keinginan melarikan diri dari kenyataan adalah
pembalikan dari hasrat semesta untuk menjadi tenang. Motif untuk ‘melarikan diri’
sangat nyata dalam alkitab dan merupakan factor dasar kegelisahan dan ketidakpuasan
yang tak habis-habisnya dalam diri manusia. Tidak seorang pun sampai kini yang
menemukan bahwa pelarian ke tempat sunyi membawa ketenangan; sebaliknya
ketenangan itu dijumpai justru dalam gejolak pencobaan. Pemikiran yang serba
membingungkan tadi, kini berubah menjadi kemarahan, khususnya terhadap satu orang
yang dahulunya merupakan sahabat dekat sekali, dan kini telah menjadi salah seorang
tokoh lawan yang terutama. 10 Pemasmur menghimbau Allah untuk menimbulkan di
kalangan perencana jahat itu kekacauan Bahasa dan perpecahan pendapat, sehingga
mmebuat pekerjaan mereka gagal seperti halnya dengan peristiwa Babel.

11,12 Mengandung kedurhakaan dan korupsi, baik dikalangan tentara yang


mengawal dinding kota, maupun di kalangan pemilik toko di sepanjang jalan. Beberapa
orang memandang kekerasan dan perbantahan sebagai sesuatu yang dipribadikan dan
kata ganti mereka itu menunjuk kepada kekuatan-kekuatan tadi. Demikian pula dengan
2
Tafsiran Alkitab Masa Kini 2, hal 186.
kemalangan dan bencana, penghancuran, penindasan dan tipu. Hal-hal seperti itu masih
mampu ia tanggung; 13-15 namun yang menimbulkan kemurkaannya adalah
pengkhianatan seorang sahabat yang sangat dipercaya, orang yang telah dianggapnya
senasib sepenanggungan, rekan yang sering besertanya, dengan siapa yang telah banyak
bertukar pengalaman yang sangat kaya; seseorang dengan siapa ia telah merasakan
keesaan jiwa dalam beribadah kepada Allah.
16, Biarlah kemesraan itu ditandingi oleh penghakiman Allah yang datang
segera; biarlah tanah menelan mereka semuanya. Kita tidak bisa melepaskan adanya
semacam perasaan balas dendam saat membaca ayat-ayat ini: namun kita selalu harus
berhati-hati dalam mempertalikan perasaan kita kepada orang lain. Penghakiman turun
hidup-hidup ke dunia orang mati! Adalah layak bagi mereka yang membertontak
melawan para pemimpin yang telah di tetapkan oleh Allah. Si pemazmur, apakah dia
Daud ataupun raja keturunan Daud, jelas teringat akan peristiwa Korah, dan ia
mengharapkan bukan balas dendam pribadi, melainkan terutama suatu lambang
pengabsahan jabatannya selaku raja oleh Allah.

17-24 Imam terhadap Allah


17 tidak seperti musuh-musuhnya, Daud selalu dapat memanggil Allah dalam kepastian.
18 Teriakannya yang tak putus-putusnya itu akan didengar, kesukarannya akan diatasi,
19 bahaya kecelakaan (seperti dalam pertempuran) akan ditawar, walaupun lawannya
berlipat-lipat besarnya. 20 Allah yang bertahta secara kekal sebagai hakim yang adil,
akan datang membantunya dan permalukan lawan-lawannya dengan jawaban-Nya. 21
pikiran pemazmur lalu kembali tertuju kepada sahabat palsunya itu yang bergerak
dalam kejahatan menentang mereka yang berdamai dengannya, orang yang telah
merobek persahabatan antara mereka berdua. 22 Dibalik segala bahasanya yang manis
itu, hatinya digerakan oleh dengki. Semua kata-katanya dimasa lampau bila dipahami
berdasarkan tindakannya sekarang adalah seumpama pedang yang menusuk ke dalam
hati.
Tapi baik pelarian diri, penyesalan, rasa amarah maupun kekecewaan yang pahit
itu, tidak memberikan jalan kehidupan yang memuaskan di tengah-tengah pergolakan
yang sangat dalam di kehidupan pribadi maupun masyarakat. 23 Arah tindakan yang
benar akhirnya di umumkan, yakni pembongkaran rasa sakit hati dan keprihatinan lalu
menempatkan ke dalam tanggung jawab Allah. 24 Inilah yang dijadikan tekad oleh
Daud untuk dilaksanakan dan dengan demikian ia mengalami dukungan ilahi terhadap
hatinya. Tuhan memperhatikan orang-orang benar dan tidak membiarkan terjadi
penyimpangan-penyimpangan yang fatal dipaksakan secara jahat terhadap perjuangan
mereka. Di pihak lain, orang fasik, penipu dan pembunuh tidak akan pernah mengakhiri
hari-hari mereka.

Kesimpulan
Dalam Mazmur 55, seorang pemazmur mengalami dukacita sehingga ia
memohon kepada Allah agar menolong pemazmur. Ia memiliki lawan yang tidak
mengenal hukum perikemanusiaan, mereka berhuru-hara, menganiaya, meniadakan
kesejahteraan dan memusuhi pemazmur. Ia berusaha mencari jalan keluar tetapi Ia sadar
bahwa penyelamatan hanya dapat diberikan oleh Tuhan sendiri. Para penguasa
membuat ketidakadilan merajalela di kota kediaman pemazmur: di tembok, dimana
seharusnya penjaga keamanan menjamin ketentraman para penduduk, orang
merancangkan segala sesuatu yang justru melawan para penduduk, orang merancangkan
segala sesuatu yang justru melawan kesejahteraan umum dan di tanah lapang, dimana
seharusnya pengadilan menegakkan hak orang, maka warga kota ditindas dan ditipu.

Yang paling menyakiti pemazmur adalah pengkhianatan teman karibnya. Orang


itu dikatakan teman akrab, seasal, sejabata; dikenal dan dipercaya, pergaulan dengan dia
baik, bahkan ia pergi ke Bait Allah bersama pemazmur. Tiga kali sehari pemazmur
berdoa kepada Tuhan agar Tuhan menyelamatkan dan mendengar doanya. Dan yang
paling menyesakkan hati pemazmur ialah temannya sendiri. Dan akhirnya Allah
mengabulkan doanya dan Ia akan memberikan apa yang kau butuhkan. Orang percaya
kepada Allah yang benar takkan dibiarkan goyah, tetapi orang fasik mati sebelum
waktunya.

DAFTAR PUSTAKA

Pareira. B.A & Barth Marie Claire, Kitab Mazmur 1-72, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2005.

Tafsiran Alkitab Masa Kini, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004.

Anda mungkin juga menyukai