Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lansia merupakan proses penuaan dengan bertambahnya usia individu yang


ditandai dengan penurunan fungsi organ tubuh seperti otak, jantung, hati dan ginjal
serta peningkatan kehilangan jaringan aktif tubuh berupa otot-otot tubuh. Penuaan
fungsi organ tubuh pada lansia akibat dari dari berkurangnya jumlah dan kemampuan
set tubuh, sehingga kemampuan jaringan tubuh untuk mempertahankan fungsi secara
normal menghilang, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Fatimah, 2010).

Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2015 populasi


penduduk duniayang berusia 65 tahun atau lebih, mecapai 900 juta jiwa. Dewasa ini,
terdapat 125 juta jiwa yang berusia 80 tahun atau lebih, pada tahun 2050,
diperkirakan mencapai 2 miliyar jiwa diseluruh dunia. Akan ada hampir sebanyak
120 juta jiwa yang ditinggal sendiri di Cina, dan 434 juta orang dikelompok usia ini
diseluruh dunia. Kawasan Asia Tenggara populasi lansia sebesar 8 % atau sekitar 140
juta jiwa. Pada tahun 2000 jumlah lansia sekitar 5,3 juta (7,4 %) dari total populasi,
sedangkan pada tahun 2010 jumlah lansia 24 juta (9,77 %) dari total populasi, dan
tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia mencapai 28, 8 juta (11,34 %) dari total
populasi (Departemen Kesehatan RI, 2013;WHO, 2015).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari keperawatan gerontik?
2. Apa tujuan keperawatan gerontik?
3. Apa fungsi keperawatan gerontik?
4. Bagaimana peran perawat pada gerontik?
5. Bagaimana pendekatan pada lansia?
6. Apa saja tempat pemberian pelayanan bagi lansia?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami dan mengetahui arti keperawatan gerontik.
2. Untuk memahami dan mengetahui tujuan keperawatan gerontik.
3. Untuk memahami dan mengetahui fungsi keperawatan gerontik.
4. Untuk memahami dan mengetahui peran perawat pada gerontik.
5. Untuk memahami dan mengetahui pendekatan pada lansia.
6. Untuk memahami dan mengetahui tempat pemberian pelayanan bagi lansia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keperawatan Gerontik


Keperawatan yang berkeahlian khusus merawat lansia diberi nama
untuk pertama kalinya sebagai keperawatan geriatric (Ebersole et al, 2005).
Namun, pada tahun 1976, nama tersebut diganti dengan gerontological.
Gerontologi berasal dari kata geros yang berarti lanjut usia dan logos berarti
ilmu. Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang lanjut usia dengan masalah-
masalah yang terjadi pada lansia yang meliputi aspek biologis, sosiologis,
psikologis, dan ekonomi. Gerontologi merupakan pendekatan ilmiah (scientific
approach) terhadap berbagai aspek dalam proses penuaan (Tamher&Noorkasiani,
2009). Menurut Miller (2004), gerontologi merupakan cabang ilmu yg mempelajari
proses manuan dan masalah yg mungkin terjadi pada lansia. Geriatrik adalah
salah satu cabang dari gerontologi dan medis yang mempelajari khusus aspek
kesehatan dari usia lanjut, baik yang ditinjau dari segi promotof, preventif,
kuratif, maupun rehabilitatif yang mencakup kesehatan badan, jiwa, dan sosial, serta
penyakit cacat (Tamher&Noorkasiani, 2009).
Sedangkan keperawatan gerontik adalah istilah yang diciptakan oleh
Laurie Gunter dan Carmen Estes pada tahun 1979 untuk menggambarkan
bidang ini. Namun istilah keperawatan gerontik sudah jarang ditemukan di
literature (Ebersole et al, 2005). Gerontic nursing berorientasi pada lansia,
meliputi seni, merawat, dan menghibur. Istilah ini belum diterima secara luas,
tetapi beberapa orang memandang hal ini lebih spesifik. Menurut Nugroho
(2006), gerontik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan lanjut usia
dengan segala permasalahannya, baik dalam keadaan sehat maupun sakit.
Menurut para ahli, istilah yang paling menggambarkan keperawatan pada
lansai adalah gerontological nursing karena lebih menekankan kepeada
kesehatan ketimbang penyakit. Menurut Kozier (1987), keperawatan gerontik
adalah praktek perawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses menua.

3
Menurut Lueckerotte (2000) keperawatan gerontik adalah ilmu yang
mempelajari tentang perawatan pada lansia yang berfokus pada pengkajian
kesehatan dan status fungsional, perencanaan, implementasi serta evaluasi.

2.2 Tujuan Keperawatan Gerontik


Adapun tujuan dari gerontologi adalah (Maryam, 2008):
1. Membantu individu lanjut usia memahami adanya perubahan pada dirinya
berkaitan dengan proses penuaan
2. Mempertahankan, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan lanjut
usia baik jasmani, rohani, maupun social secara optimal
3. Memotivasi dan menggerakkan masyarakat dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan lanjut usia
4. Memenuhi kebutuhan lanjut usia sehari-hari
5. Mengembalikan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari
6. Mempercepat pemulihan atau penyembuhan penyakit
7. Meningkatkan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia
dan berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat, sesuai dengan
keberadaannya dalam masyarakat

Tujuan dari geriatrik menurut Maryam (2008) adalah sebagai berikut:


1. Mempertahankan derajat kesehatan pada lanjut usia pada taraf yang
setinggi-tingginya sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan
2. Memelihara kondisi kesehatan dengan akticitas fisik dan mental
3. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan
menegakkan diagnosis yang tepat dan dini bila mereka menemukan
kelainan tertentu
4. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lanjut usia yang menderita
suatu penyakit atau gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan
yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian
secara maksimal)

4
5. Bila para lanjut usia sudah tidak dapat disembuhkan dan bila mereka
sudah sampai pada stadium terminal, ilmu ini mengajarkan untuk tetap
memberi bantuan yang simpatik dan perawatan dengan penuh pengertian
(dalam akhir hidupnya, memberi bantuan moral dan perhatian yang
maksimal sehingga kematiannya berlangsung dengan tenang).

Tujuan keperawatan gerontik adalah memenuhi kenyamanan lansia,


mempertahankan fungsi tubuh, serta membantu lansia menghadapi kematian
dengan tenang dan damai melalui ilmu dan teknik keperawatan gerontik
(Maryam, 2008).

2.3 Fungsi Perawat Gerontik


Perawat memiliki banyak fungsi dalam memberikan pelayanan prima
dalam bidang gerontik. Menurut Eliopoulus (2005), fungsi dari perawat
gerontologi adalah :
1. Guide persons of all ages toward a healthy aging process (membimbing
orang pada segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat)
2. Eliminate ageism (menghilangkan perasaan takut tua)
3. Respect the tight of older adults and ensure other do the same
(menghormati hak orang yang lebih tua dan memastikan yang lain
melakukan hal yang sama)
4. Overse and promote the quality of service delivery (memantau dan
mendorong kualitas pelayanan)
5. Notice and reduce risks to health and well being (memerhatikan serta
menguragi resiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan)
6. Teach and support caregives (mendidik dan mendorong pemberi
pelayanan kesehatan)
7. Open channels for continued growth (membuka kesempatan untuk
pertumbuhan selanjutnya)
8. Listen and support (mendengarkan dan member dukungan)

5
9. Offer optimism, encouragement and hope (memberikan semangat,
dukungan, dan harapan)
10. Generate, support, use, and participate in research (menghasilkan,
mendukung, menggunakan, dan berpartisipasi dalam penelitian)
11. Implement restorative and rehabilitative measures (melakukan perawatan
restorative dan rehabilitative)
12. Coordinate and managed care (mengoordinasi dan mengatur perawatan)
13. Asses, plan, implement, and evaluate care in an individualized, holistic
maner (mengkaji, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
perawatan individu dan perawatan secara menyeluruh)
14. Link service with needs (memberikan pelayanan sesuai kebutuhan)
15. Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of the speciality
(membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli
dibidangnya)
16. Understand the unique physical, emotical, social, spiritual aspect of each
other (saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, social, dan
spiritual)
17. Recognize and encourage the appropriate management of ethical concern
(mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan
tempatnya bekerja)
18. Support and comfort through the dying process (memberikan dukungan
dan kenyamanan dalam menghadapi proses kematian)
19. Educate to promote self care and optimal independence (mengajarkan
untuk meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal)

2.4 Peran Perawat Gerontik


Peran perawat gerontik secara garis besar dapat digolongkan menjadi
dua macam, yaitu peran secara umum dan peran spesialis. Peran secara umum
yaitu pada berbagai setting, seperti rumah sakit, rumah, nursing home,
komunitas, dengan menyediakan perawatan kepada individu dan keluarganya
(Hess, Touhy, & Jett, 2005). Perawat bekerja di berbagai macam bentuk

6
pelayanan dan bekerja sama dengan para ahli dalam perawatan klien mulai
dari perencanaan hingga evaluasi. Peran secara spesialis terbagi menjadi dua
macam yaitu perawat gerontik spesialis klinis/gerontological clinical nurse
specialist (CNS) dan perawat gerontik pelaksana/geriatric nurse practitioner
(GNP). Peran CNS yaitu perawat klinis secara langsung, pendidik, manajer
perawat, advokat, manajemen kasus, dan peneliti dalam perencanaan
perawatan atau meningkatkan kualitas perawatan bagi klien lansia dan
keluarganya pada setting rumah sakit, fasilitas perawatan jangka panjang,
outreach programs, dan independent consultant. Sedangkan peran GNP yaitu
memenuhi kebutuhan klien pada daerah pedalaman; melakukan intervensi
untuk promosi kesehatan, mempertahankan, dan mengembalikan status
kesehatan klien; manajemen kasus, dan advokat pada setting klinik
ambulatori, fasilitas jangka panjang, dan independent practice. Hal ini sedikit
berbeda dengan peran perawat gerontik spesialis klinis. Perawat gerontik
spesialis klinis memiliki peran, diantaranya:
1. Provider of care
Perawat klinis melakukan perawatan langsung kepada klien, baik di
rumah sakit dengan kondisi akut, rumah perawatan, dan fasilitas
perawatan jangka panjang. Lansia biasanya memiliki gejala yang tidak
lazim yang membuat rumit diagnose dan perawatannya. Maka perawat
klinis perlu memahami tentang proses penyakit dan sindrom yang
biasanya muncul di usia lanjut termasuk faktor resiko, tanda dan gejala,
terapi medikasi, rehabilitasi, dan perawatan di akhir hidup.
2. Peneliti
Level yang sesuai untuk melakukan penelitian adalah level S2 atau
baccalaureate level. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas perawatan
klien dengan metode evidence based practice. Penelitian dilakukan dengan
mengikuti literature terbaru, membacanya, dan mempraktekkan penelitian
yang dapat dipercaya dan valid. Sedangkan perawat yang berada pada
level undergraduate degrees dapat ikut serta dalam penelitian seperti
membantu melakukan pengumpulan data.

7
3. Manajer Perawat
Manajer perawat harus memiliki keahlian dalam kepemimpinan,
manajemen waktu, membangun hubungan, komunikasi, dan mengatasi
perubahan. Sebagai konsultan dan sebagai role model bagi staf perawat
dan memiliki jiwa kepemimpinan dalam mengembangkan dan
melaksanakan program perawatan khusus dan protokol untuk orang tua di
rumah sakit. Perawat gerontik berfokus pada peningkatan kualitas
perawatan dan kualitas hidup yang mendorong perawat menerapkan
perubahan inovatif dalam pemberian asuhan keperawatan di panti jompo
dan setting perawatan jangka panjang lainnya.
4. Advokat
Perawat membantu lansia dalam mengatasi adanya ageism yang
sering terjadi di masyarakat. Ageism adalah diskriminasi atau perlakuan
tidak adil berdasarkan umur seseorang. Seringkali para lansia mendapat
perlakuan yang tidak adil atau tidak adanya kesetaraan terhadap berbagai
layanan masyarakat termasuk pada layanan kesehatan. Namun, perawat
gerontology harus ingat bahwa menjadi advokat tidak berarti membuat
keputusan untuk lansia, tetapi member kekuatan mereka untuk tetap
mandiri dan menjaga martabat, meskipun di dalam situasi yang sulit.
5. Edukator
Perawat harus mengambil peran pengajaran kepada lansia, terutama
sehubungan dengan modifikasi dalam gaya hidup untuk mengatasi
konsekuensi dari gejala atipikal yang menyertai usia tua. Perawat harus
mengajari para lansia tentang pentingnya pemeliharaan berat badan,
keterlibatan beberapa jenis kegiatan fisik seperti latihan dan manajemen
stres untuk menghadapi usia tua dengan kegembiraan dan kebahagiaan.
Perawat juga harus mendidik lansia tentang cara dan sarana untuk
mengurangi risiko penyakit seperti serangan jantung, stroke, diabetes,
alzheimer, dementia, bahkan kanke

8
6. Motivator
Perawat memberikan dukungan kepada lansia untuk memperoleh kesehatan
optimal, memelihara kesehatan, menerima kondisinya. Perawat juga berperan sebagai
inovator yakni dengan mengembangkan strategi untuk mempromosikan keperawatan
gerontik serta melakukan riset/ penelitian untuk mengembangkan praktik keperawatan
gerontik.
7. Manajer kasus
Manajemen kasus adalah metode intervensi lain yang dapat mengurangi
penurunan fungsional klien lansia berisiko tinggi dirawat di rumah sakit. Umumnya,
manajemen kasus disediakan bagi klien yang mendapatkan berbagai perawatan yang
berbeda.
2.5 Pendekatan pada Lansia
1. Pendekatan fisik
Perawatan pada lansia juga dapat dilakukan dengan pendekatan fisik
melalui perhatian terhadap kesehatan, kebutuhan, kejadianyang dialami klien lanjut
usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang
masih bisa dicapai dan dikembangkan, dan penyakitnya yang dapat dicegah atau
progresivitasnya. Perawatan fisik umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua
bagian, yaitu:
 Klien lanjut usia yang masih aktif dan memiliki keadaan fisik yang masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga dalam kebutuhannya sehari-hari ia masih
mampu melakukannya sendiri.
 Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, keadaan fisiknya mengalami
kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lanjut usia
ini, terutama tentang hal yang terhubung dengan kebersihan perseorangan untuk
mempertahankan kesehatannya.

9
2. Pendekatan psikis
Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan
edukatif pada klien lanjut usia. Perawat dapat berperan sebagai pendukung dan
interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, penampung rahasia pribadi dan sahabat
yang akrab.

Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberi kesempatan


dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bdentuk keluhan agar
lanjut usia merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip triple S yaitu
sabar, simpatik dan service.
Bila ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan,
perawat bisa melakukannya secara perlahan dan bertahap. Perawat ahrus
mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman
yang dilaluinya tidak menambah beban. Bila perlu, usahakan agar mereka merasa
puas dan bahagia di masa lanjut usianya.
3. Pendekatan social
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu upaya
perawat dalam melakukan pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul
bersama sesame klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi,
pendekatan sosial ini merupakan pegangan bagi perawat bahwa orang yang
dihadapinya adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Dalam
pelaksanaannya, perawat dapat menciptakan hubungan sosial, baik antara lanjut usia
maupun lanjut usia dengan perawat.
Perawat memberi kesempatan seluas-luasnya kepada lanjut usia untuk
mengadakan komunikasi, melakukan rekreasi. Lansia prlu dirangsang untuk
membaca surat kabar dan majalah.

10
Dengan demikian, perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi, baik
dengan sesama mereka maupun petugas yang secara lansung berkaitan dengan
pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia, termasuk asuhan keperawatan lansia
dipanti sosial tresna wherda.

2.6 Tempat Pemberian Pelayanan Bagi Lansia


1. Pelayanan social di keluarga sendiri
Home care service merupakan bentuk pelayanan sosial bagi lanjut usia yang
dilakukan di rumah sendiri atau dalam lingkungan keluarga lanjut usia. Tujuan
pelayanan yang diberikan adalah membantu keluarga dalam mengatasi dan
memecahkan masalah lansia sekaligus memberikan kesempatan kepada lansia untuk
tetap tinggal di lingkungan keluarganya.

Pelayanan ini dapat diberikan oleh:

 Perseorangan : perawat, pemberi asuhan


 Keluarga
 Kelompok
 Lembaga / organisasi sosial
 Dunia usaha dan pemerintah
Jenis pelayanan yang diberikan dapat berupa bantuan makanan, bantuan
melakukan aktivitas sehari-hari, bantuan kebersihan dan perawatan kesehatan,
penyuluhan gizi. Pelayanan diberikan secara kontinu setiap hari, minggu, bulan dan
selama lansia atau keluarganya membutuhkan.

2. Foster Care Service


Pelayanan sosial lansia melalui keluarga pengganti adalah pelayanan sosial
yang diberikan kepada lansia di luar keluarga sendiri dan di luar lembaga. Lansia
tinggal bersama keluarga lain karena keluarganya tidak dapat memberi pelayanan
yang dibutuhkannya atau berada dalm kondisi terlantar.
Tujuan pelayanan ini adalah membantu memenuhi kebutuhan dan mengatasi
masalah yang dihadapi lansia dan keluarganya. Sasaran pelayanannya adalah lansia
terlantar, tidak dapat dilayani oleh keluarganya sendiri.

11
Jenis-jenis pelayanan yang diberikan dapat berupa

 Bantuan makanan, misalnya menyiapkan dan memberi makanan


 Peningkatan gizi
 Bantuan aktivitas
 Bantuan kebersihan dan perawatan kesehatan
 Pendampingan rekreasi
 Olah raga dsb
3. Pusat santunan keluarga (pusaka)
Pelayanan kepada warga lansia ini diberikan di tempat yang tidak jauh
daritempat tinggal lansia. Tujuan pelayanan ini adalah membantu keluarga/lanjut usia
dalam mengatasi permasalahan, memenuhi kebutuhan, memecahkan masalah lansia
sekaligus member kesempatan kepada lansia untuk tetap tinggal di lingkungan
keluarga.
Sasaran pelayanan adalah lansia yang tinggal/berada dalam lingkungan
keluarga sendiri atau keluarga pengganti. Lansia masih sehat, mandiri tetapi mengalami
keterbatasan ekonomi.
4. Panti social Tresna Wherda
Institusi yang member pelayanan dan perawatan jasmani, rohani, sosial dan
perlindungan untuk memenuhi kebutuhan lansia agar dapat memiliki kehidupan secara
wajar.
Pelayanan yang diberikan dalam bentuk kegiatan, antara lain:
Kegiatan rutin
 Pemenuhan makan 3x/hari
 Senam lansia (senam pernafasan, senam jantung, senam gerak latih otak dsb)
 Bimbingan rohani/keagamaan sesuai dengan agama
 Kerajinan tangan (menjahit, menyulam, merenda)
 Menyalurkan hobi (bermain angklung, menyanyi, karaoke,
berkebun)

12
Kegiatan waktu luang
 Bermain (catur, pingpong)
 Berpantun/baca puisi
 Menonton film dan membaca koran

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keperawatan yang berkeahlian khusus merawat lansia diberi nama untuk pertama
kalinya sebagai keperawatan geriatric (Ebersole et al, 2005). Namun, pada tahun 1976,
nama tersebut diganti dengan gerontological. Gerontologi berasal dari kata geros yang
berarti lanjut usia dan logos berarti ilmu. Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
lanjut usia dengan masalah-masalah yang terjadi pada lansia yang meliputi aspek biologis,
sosiologis, psikologis, dan ekonomi. Tujuan keperawatan gerontik diantaranya yaitu
membantu individu lanjut usia memahami adanya perubahan pada dirinya berkaitan dengan
proses penuaan, memenuhi kebutuhan lanjut usia sehari-hari, dan lain-lain. Fungsi perawat
gerontik diantaranya membimbing orang pada segala usia untuk mencapai masa tua yang
sehat, menghilangkan perasaan takut tua, dan lain-lain.

Pendekatan pada lansia meliputi pendekatan fisik, pendekatan psikis, dan pendekatan
sosial. Adapun tempat pemberian pelayanan pada lansia yaitu pelayanan sosial di keluarga
sendiri, pusat santunan keluarga (pusaka), panti sosial, dan foster care service. Foster care
service adalah pelayanan sosial lansia melalui keluarga pengganti adalah pelayanan sosial
yang diberikan kepada lansia di luar keluarga sendiri dan di luar lembaga. Lansia tinggal
bersama keluarga lain karena keluarganya tidak dapat memberi pelayanan yang
dibutuhkannya atau berada dalam kondisi terlantar. Tujuan pelayanan ini adalah membantu
memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah yang dihadapi lansia dan keluarganya. Sasaran
pelayanannya adalah lansia terlantar, tidak dapat dilayani oleh keluarganya sendiri.

3.2 Saran

Dalam keperawatan gerontik, seorang perawat hendakah mengetahui asuhan


keperawatan yang akan diberikan terhadap klien yaitu para lansia sehingga lansia
merasa tercukupi kebutuhannya secara lebih efektif. Bagi keluarga klien juga hendaklah
mengetahui tentang cara-cara asuhan pada lansia sehingga lansia dapat menjalani masa
tuanya dengan lebih baik dan nyaman.

14

Anda mungkin juga menyukai