PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami dan mengetahui arti keperawatan gerontik.
2. Untuk memahami dan mengetahui tujuan keperawatan gerontik.
3. Untuk memahami dan mengetahui fungsi keperawatan gerontik.
4. Untuk memahami dan mengetahui peran perawat pada gerontik.
5. Untuk memahami dan mengetahui pendekatan pada lansia.
6. Untuk memahami dan mengetahui tempat pemberian pelayanan bagi lansia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Menurut Lueckerotte (2000) keperawatan gerontik adalah ilmu yang
mempelajari tentang perawatan pada lansia yang berfokus pada pengkajian
kesehatan dan status fungsional, perencanaan, implementasi serta evaluasi.
4
5. Bila para lanjut usia sudah tidak dapat disembuhkan dan bila mereka
sudah sampai pada stadium terminal, ilmu ini mengajarkan untuk tetap
memberi bantuan yang simpatik dan perawatan dengan penuh pengertian
(dalam akhir hidupnya, memberi bantuan moral dan perhatian yang
maksimal sehingga kematiannya berlangsung dengan tenang).
5
9. Offer optimism, encouragement and hope (memberikan semangat,
dukungan, dan harapan)
10. Generate, support, use, and participate in research (menghasilkan,
mendukung, menggunakan, dan berpartisipasi dalam penelitian)
11. Implement restorative and rehabilitative measures (melakukan perawatan
restorative dan rehabilitative)
12. Coordinate and managed care (mengoordinasi dan mengatur perawatan)
13. Asses, plan, implement, and evaluate care in an individualized, holistic
maner (mengkaji, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
perawatan individu dan perawatan secara menyeluruh)
14. Link service with needs (memberikan pelayanan sesuai kebutuhan)
15. Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of the speciality
(membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli
dibidangnya)
16. Understand the unique physical, emotical, social, spiritual aspect of each
other (saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, social, dan
spiritual)
17. Recognize and encourage the appropriate management of ethical concern
(mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan
tempatnya bekerja)
18. Support and comfort through the dying process (memberikan dukungan
dan kenyamanan dalam menghadapi proses kematian)
19. Educate to promote self care and optimal independence (mengajarkan
untuk meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal)
6
pelayanan dan bekerja sama dengan para ahli dalam perawatan klien mulai
dari perencanaan hingga evaluasi. Peran secara spesialis terbagi menjadi dua
macam yaitu perawat gerontik spesialis klinis/gerontological clinical nurse
specialist (CNS) dan perawat gerontik pelaksana/geriatric nurse practitioner
(GNP). Peran CNS yaitu perawat klinis secara langsung, pendidik, manajer
perawat, advokat, manajemen kasus, dan peneliti dalam perencanaan
perawatan atau meningkatkan kualitas perawatan bagi klien lansia dan
keluarganya pada setting rumah sakit, fasilitas perawatan jangka panjang,
outreach programs, dan independent consultant. Sedangkan peran GNP yaitu
memenuhi kebutuhan klien pada daerah pedalaman; melakukan intervensi
untuk promosi kesehatan, mempertahankan, dan mengembalikan status
kesehatan klien; manajemen kasus, dan advokat pada setting klinik
ambulatori, fasilitas jangka panjang, dan independent practice. Hal ini sedikit
berbeda dengan peran perawat gerontik spesialis klinis. Perawat gerontik
spesialis klinis memiliki peran, diantaranya:
1. Provider of care
Perawat klinis melakukan perawatan langsung kepada klien, baik di
rumah sakit dengan kondisi akut, rumah perawatan, dan fasilitas
perawatan jangka panjang. Lansia biasanya memiliki gejala yang tidak
lazim yang membuat rumit diagnose dan perawatannya. Maka perawat
klinis perlu memahami tentang proses penyakit dan sindrom yang
biasanya muncul di usia lanjut termasuk faktor resiko, tanda dan gejala,
terapi medikasi, rehabilitasi, dan perawatan di akhir hidup.
2. Peneliti
Level yang sesuai untuk melakukan penelitian adalah level S2 atau
baccalaureate level. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas perawatan
klien dengan metode evidence based practice. Penelitian dilakukan dengan
mengikuti literature terbaru, membacanya, dan mempraktekkan penelitian
yang dapat dipercaya dan valid. Sedangkan perawat yang berada pada
level undergraduate degrees dapat ikut serta dalam penelitian seperti
membantu melakukan pengumpulan data.
7
3. Manajer Perawat
Manajer perawat harus memiliki keahlian dalam kepemimpinan,
manajemen waktu, membangun hubungan, komunikasi, dan mengatasi
perubahan. Sebagai konsultan dan sebagai role model bagi staf perawat
dan memiliki jiwa kepemimpinan dalam mengembangkan dan
melaksanakan program perawatan khusus dan protokol untuk orang tua di
rumah sakit. Perawat gerontik berfokus pada peningkatan kualitas
perawatan dan kualitas hidup yang mendorong perawat menerapkan
perubahan inovatif dalam pemberian asuhan keperawatan di panti jompo
dan setting perawatan jangka panjang lainnya.
4. Advokat
Perawat membantu lansia dalam mengatasi adanya ageism yang
sering terjadi di masyarakat. Ageism adalah diskriminasi atau perlakuan
tidak adil berdasarkan umur seseorang. Seringkali para lansia mendapat
perlakuan yang tidak adil atau tidak adanya kesetaraan terhadap berbagai
layanan masyarakat termasuk pada layanan kesehatan. Namun, perawat
gerontology harus ingat bahwa menjadi advokat tidak berarti membuat
keputusan untuk lansia, tetapi member kekuatan mereka untuk tetap
mandiri dan menjaga martabat, meskipun di dalam situasi yang sulit.
5. Edukator
Perawat harus mengambil peran pengajaran kepada lansia, terutama
sehubungan dengan modifikasi dalam gaya hidup untuk mengatasi
konsekuensi dari gejala atipikal yang menyertai usia tua. Perawat harus
mengajari para lansia tentang pentingnya pemeliharaan berat badan,
keterlibatan beberapa jenis kegiatan fisik seperti latihan dan manajemen
stres untuk menghadapi usia tua dengan kegembiraan dan kebahagiaan.
Perawat juga harus mendidik lansia tentang cara dan sarana untuk
mengurangi risiko penyakit seperti serangan jantung, stroke, diabetes,
alzheimer, dementia, bahkan kanke
8
6. Motivator
Perawat memberikan dukungan kepada lansia untuk memperoleh kesehatan
optimal, memelihara kesehatan, menerima kondisinya. Perawat juga berperan sebagai
inovator yakni dengan mengembangkan strategi untuk mempromosikan keperawatan
gerontik serta melakukan riset/ penelitian untuk mengembangkan praktik keperawatan
gerontik.
7. Manajer kasus
Manajemen kasus adalah metode intervensi lain yang dapat mengurangi
penurunan fungsional klien lansia berisiko tinggi dirawat di rumah sakit. Umumnya,
manajemen kasus disediakan bagi klien yang mendapatkan berbagai perawatan yang
berbeda.
2.5 Pendekatan pada Lansia
1. Pendekatan fisik
Perawatan pada lansia juga dapat dilakukan dengan pendekatan fisik
melalui perhatian terhadap kesehatan, kebutuhan, kejadianyang dialami klien lanjut
usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang
masih bisa dicapai dan dikembangkan, dan penyakitnya yang dapat dicegah atau
progresivitasnya. Perawatan fisik umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua
bagian, yaitu:
Klien lanjut usia yang masih aktif dan memiliki keadaan fisik yang masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga dalam kebutuhannya sehari-hari ia masih
mampu melakukannya sendiri.
Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, keadaan fisiknya mengalami
kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lanjut usia
ini, terutama tentang hal yang terhubung dengan kebersihan perseorangan untuk
mempertahankan kesehatannya.
9
2. Pendekatan psikis
Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan
edukatif pada klien lanjut usia. Perawat dapat berperan sebagai pendukung dan
interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, penampung rahasia pribadi dan sahabat
yang akrab.
10
Dengan demikian, perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi, baik
dengan sesama mereka maupun petugas yang secara lansung berkaitan dengan
pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia, termasuk asuhan keperawatan lansia
dipanti sosial tresna wherda.
11
Jenis-jenis pelayanan yang diberikan dapat berupa
12
Kegiatan waktu luang
Bermain (catur, pingpong)
Berpantun/baca puisi
Menonton film dan membaca koran
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keperawatan yang berkeahlian khusus merawat lansia diberi nama untuk pertama
kalinya sebagai keperawatan geriatric (Ebersole et al, 2005). Namun, pada tahun 1976,
nama tersebut diganti dengan gerontological. Gerontologi berasal dari kata geros yang
berarti lanjut usia dan logos berarti ilmu. Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
lanjut usia dengan masalah-masalah yang terjadi pada lansia yang meliputi aspek biologis,
sosiologis, psikologis, dan ekonomi. Tujuan keperawatan gerontik diantaranya yaitu
membantu individu lanjut usia memahami adanya perubahan pada dirinya berkaitan dengan
proses penuaan, memenuhi kebutuhan lanjut usia sehari-hari, dan lain-lain. Fungsi perawat
gerontik diantaranya membimbing orang pada segala usia untuk mencapai masa tua yang
sehat, menghilangkan perasaan takut tua, dan lain-lain.
Pendekatan pada lansia meliputi pendekatan fisik, pendekatan psikis, dan pendekatan
sosial. Adapun tempat pemberian pelayanan pada lansia yaitu pelayanan sosial di keluarga
sendiri, pusat santunan keluarga (pusaka), panti sosial, dan foster care service. Foster care
service adalah pelayanan sosial lansia melalui keluarga pengganti adalah pelayanan sosial
yang diberikan kepada lansia di luar keluarga sendiri dan di luar lembaga. Lansia tinggal
bersama keluarga lain karena keluarganya tidak dapat memberi pelayanan yang
dibutuhkannya atau berada dalam kondisi terlantar. Tujuan pelayanan ini adalah membantu
memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah yang dihadapi lansia dan keluarganya. Sasaran
pelayanannya adalah lansia terlantar, tidak dapat dilayani oleh keluarganya sendiri.
3.2 Saran
14