TINJAUAN PUSTAKA
b. Grade II
Meningioma grade II disebut juga meningioma atypical. Jenis ini tumbuh lebih
cepat dibandingkan dengan grade I dan mempunyai angka kekambuhan yang lebih
tinggi juga. Pembedahan adalah penatalaksanaan awal pada tipe ini. Meningioma grade
II biasanya membutuhkan terapi radiasi setelah pembedahan.
c. Grade III
Meningioma berkembang dengan sangat agresif dan disebut meningioma
malignant atau meningioma anaplastik. Meningioma malignant terhitung kurang dari
1% dari seluruh kejadian meningioma. Pembedahan adalah penatalaksanaan yang
pertama untuk grade III diikuti dengan terapi radiasi. Jika terjadi rekurensi tumor, dapat
dilakukan kemoterapi.
Gambar 2. Meningioma
Gambar 3. Meningioma
Gambar 4. Meningioma
Gambar 5. Meningioma
Gambar 7.
Dua kasus berbeda. A, B. CT-scan menunjukkan kalsifikasi meningioma dari lobus
parietal. C, D. CT-scan nonkontras potongan axial menunjukkan massa kalsifikasi yang
homogeny melekat pata tulang parietal kanan. Jaringan lunak tumor banyak terlihat
pada bagian posterior. Penyebab kalsifikasi minor lain pada hemispere serebri kiri
disebabkan oleh penyakit parasit. Gambaran MRI potongan coronal T2 menunjukkan
deposit kalsium (seperti bintang) yang dikelilingi jaringan solid. Pada kasus ini tidak
terlihat edema.6
CT-scan efektif menunjukkan hyperostosis, destruksi tulang, erosi pada perlekatan
dura. Hiperostosis sering terlihat 15-20% pada pasien. Lihat gambar berikut.6
Gambar 8.
Gambar 10.
Meningioma otak. Meningioma maligna pada lobus frontal. CT-scan pada frontal
internal cerebri dan gambaran diploic menunjukkan erosi dan infiltrasi tulang. CT-scan
dapat menunjukkan perdarahan tumor akut dan pelebaran pembuluh darah pada
kalvarium.6
Massa yang homogeny dengan densitas yang sama mengelilingi otak dapat 25-33%
adalah meningioma. Densitas meningioma lebih tinggi disbanding otak. Meningioma
dapat menimbulkan edema yang luas, necrosis dan jarang terjadi perdarahan. Edema
tidak terjadi pada 50% pasien karena pertumbuhan yang lambat, tetapi dapat meluas.
Edema lebih dominan terjadi di lapisan white matter, dan mengakibatkan penurunan
densitas. Lihat gambar berikut .6
Gambar 11.
Gambar 13.
Meningioma Otak. Meningioma pada lobus parietal. CT-scan dengan kontras
menunjukkan lingkaran, peningkatan desitas, dan massa unilobus. Perlekatan massa
pada bagian dura serebral, sehingga adanya terlihat edema yang jelas pada otak.6
Gambar 14.
Meningioma otak. Meningioma lobus parietal. Injeksi pada arteri meningeal media
menunjukkan adanya perkumpulan tumor. Vaskularisasi yang meningkat dapat di lihat
di posterior dari massa. Vena drainase tidak terlihat.
Periperal kistik dapat mengakibatkan cairan serebrospinal terperangkap yang dapat
dilihat pada gambaran berikut.6
Gambar 15.
Meningioma otak. Tentorium posterior meningioma dengan potongan coronal pada
CT -scan dengan zat kontras. Terdapat massa yang berbatas tegas dengan peningkatan
densitas di sepanjang tentorium. Penumpukan cairan serebrospinal, edema subtle,
hemodensitas, dan dilatasi ventrikel. Komponen-kompenen kistik pada meningioma
dapat terlihat di dalam tumor atau antara tumor dengan jaringan otak, oleh karena itu
disebut CSF yang terjebak.6
Gambar 16.
Gambar 17.
Gambar 19.
Gambar 20.
Gambar 21.
Maligna dan multiple meningioma. Seorang lelaki kulit putih, 47 tahun dibedah dengan
Gamma Knife karena meningioma conveks, diikuti dengan pembedahan micro untuk
mengangkat tumor pada tahun 2001. A, B. 4 tahun yang lalu -Desember 2005- MRI
menunjukkan sebuah massa sisa di paretal dan occipital. Sinus sigmoid kiri tersumbat.
C, D. Sebuah meningioma kecil pada frontal kanan juga dioperasi radiologi pada waktu
yang sama. Edema dan peningkatan intensitas setelah injeksi gadolinium.12
3. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi dapat memberikan gambaran lokasi dari intratumoral
hemorrhage, perubahan kista yang terdapat di bagian dalam dan luar massa tumor,
kalsifikasi, invasi parenkim oleh meningioma malignan, dan massa lobus atau multi
lobules yang hanya dapat digambarkan dengan ultrasonografi.13
4. Angiografi
Umumnya meningioma merupakan tumor vascular. Dan dapat menimbulkan
gambaran “spoke wheel appearance”. Selanjutnya arteri dan kapiler memperlihatkan
gambaran vascular yang homogen dan prominen yang disebut dengan mother and law
phenomenon (15). Magnetic resonance angiography (MRA and MRV) merupakan
pemeriksaan penunjang yang berkembang dari ilmu angiografi klasik, yang belakangan
ini merupakan alat diagnostik yang kuat untuk mengetahui embolisasi dan perencanaan
untuk operasi. Agiografi masih bisa digunakan jika terjadi embolisasi akibat tumor.13
Meningioma mendapat asupan makanan oleh meningeal branches dari arteri
carotid internal dan external. Basal meningiomas pada anterior dan fossa cranial media
dan meningioma pada tulang sphenoid umumnya mendapat vaskularisasi dari arteri
carotid interna. Meningioma supratentorial divaskularisasikan dari arteri carotid interna
dan eksternal.13
Angiografi dapat menunjukkan peta distribusi arterial yang berguna untuk
persiapan preoperasi embolisasi. Lihat gambar berikut.13
Gambar 22.
II.6 Penatalaksanaan
Terapi meningioma masih menempatkan reseksi operatif sebagai pilihan pertama.
Beberapa faktor yang mempengaruhi operasi removal massa tumor ini antara lain lokasi
tumor, ukuran dan konsistensi, vaskularisasi dan pengaruh terhadap sel saraf, dan pada
kasus rekurensi, riwayat operasi sebelumnya dan atau radioterapi. Lebih jauh lagi,
rencana operasi dan tujuannya berubah berdasarkan faktor resiko, pola, dan
rekurensi tumor. Tindakan operasi tidak hanya mengangkat seluruh tumor tetapi
juga termasuk dura, jaringan lunak, dan tulang untuk menurunkan kejadian rekurensi.12
Pengobatan standar untuk pasien dengan meningioma atipikal atau anaplastik
adalah reseksi bedah saraf. Dengan pendekatan ini, kontrol lokal berkisar antara 50%
dan 70%, tergantung pada status reseksi. Sebuah seri atau studi lebih kecil telah
menunjukkan bahwa radioterapi pasca operasi pada populasi pasien ini dapat
meningkatkan harapan hidup, yang diterjemahkan ke dalam kelangsungan hidup secara
keseluruhan. Namun, meningioma dikenal sebagai tumor radioresisten, dan radiasi
dosis 60 Gy atau lebih tinggi telah ditunjukkan diperlukan untuk kontrol tumor.12
Rencana Preoperatif
Pada pasien dengan meningioma supratentorial, pemberian antikonvulsan dapat
segera diberikan, deksametason diberikan dan dilindungi pemberian H2 antagonis
beberapa hari sebelum operasi dilaksanakan. Pemberian antibiotik perioperatif
digunakan sebagai profilaksis pada semua pasien untuk organisme stafilokokkus, dan
pemberian cephalosporin generasi III yang memiliki aktifitas terhadap organisem
pseudomonas, serta pemberian metronidazol (untuk organisme anaerob)
ditambahkan apabila operasi direncanakan dengan pendekatan melalui mulut, sinus
paranasal, telinga, atau mastoid .15
II.7 Radioterapi
Radiasi memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan meningioma.
Sekitar 4% dari semua meningioma diinduksi radiasi. Menariknya, ini biasanya tidak
disertai dengan mutasi gen NF2. Sering tumor ini berasal dari pinggiran lapangan
terpancar. Bukti untuk radiasi yang berasal dari setidaknya empat sumber:
1. Korban tumor yang telah menerima radiasi pada mata atau leher memiliki
insiden yang signifikan pembentukan meningioma di situs tersebut 20 tahun
kemudian.
2. Sebuah studi kohort pada pasien yang diikuti di Israel yang memiliki medan radiasi
rendah untuk kurap kulit kepala telah mengembangkan beberapa meningioma 20
dan 30 tahun kemudian.
3. Korban di pinggiran ledakan bom atom menjadi menderita meningioma
sebagai efek radiasi tertunda bertahun-tahun kemudian.
4. Bukti epidemiologis menunjukkan bahwa mulut penuh gigi yang di x-ray yang
dihubungkan dengan insiden lebih besar untuk meningioma.
Ada kebutuhan untuk bekerja yang lebih tepat pada efek dari radiasi pada
pembentukan meningioma. Penggunaan external beam irradiation pada meningioma
semakin banyak dipakai untuk terapi. External beam irradiation dengan 4500-
6000 cGy dilaporkan efektif untuk melanjutkan terapi operasi meningioma reseksi
subtotal, kasus-kasus rekurensi baik yang didahului dengan operasi sebelumnya ataupun
tidak. Pada kasus meningioma yang tidak dapat dioperasi karena lokasi yang sulit,
keadaan pasien yang buruk, atau pada pasien yang menolak dilakukan operasi, external
beam irradiation masih belum menunjukkan keefektifitasannya. Teori terakhir
menyatakan terapi external beam irradiation tampaknya akan efektif pada kasus
meningioma yang agresif (atyppical, malignan), tetapi informasi yang mendukung teori
ini belum banyak dikemukakan. Efektifitas dosis yang lebih tinggi dari radioterapi harus
dengan pertimbangan komplikasi yang ditimbulkan terutama pada meningioma. Saraf
optikus sangat rentan mengalami kerusakan akibat radioterapi. Komplikasi lain yang
dapat ditimbulkan berupa insufisiensi pituitari ataupun nekrosis akibat radioterapi.14
Radiasi Stereotaktik
Terapi radiasi tumor menggunakan stereotaktik pertama kali diperkenalkan pada
tahun 1960an menggunakan alat Harvard proton beam. Setelah itu penggunaan
stereotaktik radioterapi ini semakin banyak dilakukan untuk meningioma. Sumber energi
yang digunakan didapat melalui teknik yang bervariasi, yang paling sering digunakan
adalah sinar foton yang berasal dari Co gamma (gamma knife) atau linear accelerators
(LINAC) dan partikel berat (proton, ion helium) dari cyclotrons. Semua teknik
radioterapi dengan stereotaktik ini dapat mengurangi komplikasi, terutama pada lesi
dengan diameter kurang dari 2,5 cm. Steiner dan koleganya menganalisa pasien
meningioma yang diterapi dengan gamma knife dan diobservasi selama 5 tahun. Mereka
menemukan sekitar 88% pertumbuhan tumor ternyata dapat dikontrol. Kondziolka dan
kawan-kawan memperhitungkan pengontrolan pertumbuhan tumor dalam 2 tahun pada
96 % kasus. Baru-baru ini peneliti yang sama melakukan studi dengan sampel 99 pasien
yang diikuti selama 5 hingga 10 tahun dan didapatkan pengontrolan pertumbuhan tumor
sekitar 93 % kasus dengan 61 % massa tumor mengecil. Kejadian defisit neurologis baru
pada pasien yang diterapi dengan stereotaktik tersebut kejadiannya sekitar 5 %.12
Kemoterapi
Modalitas kemoterapi dengan regimen antineoplasma masih belum banyak
diketahui efikasinya untuk terapi meningioma jinak maupun maligna. Kemoterapi
sebagai terapi ajuvan untuk rekuren meningioma atipikal atau jinak baru sedikit sekali
diaplikasikan pada pasien, tetapi terapi menggunakan regimen kemoterapi (baik
intravena atau intraarterial cis-platinum, decarbazine (DTIC) dan adriamycin)
menunjukkan hasil yang kurang memuaskan (DeMonte dan Yung), walaupun regimen
tersebut efektifitasnya sangat baik pada tumor jaringan lunak. Laporan dari Chamberlin
pemberian terapi kombinasi menggunakan cyclophosphamide, adriamycin, dan
vincristine dapat memperbaiki angka harapan hidup dengan rata-rata sekitar 5,3 tahun.
Pemberian obat kemoterapi lain seperti hydroxyurea sedang dalam penelitian.
Pertumbuhan sel pada meningioma dihambat pada fase S dari siklus sel dan
menginduksi apoptosis dari beberapa sel dengan pemberian hydroxyurea. Dan
dilaporkan pada satu kasus pemberian hydroxyurea ini memberikan efek pada pasien-
pasien dengan rekurensi dan meningioma yang tidak dapat direseksi. Pemberian
Alfainterferon dilaporkan dapat memperpanjang waktu terjadinya rekurensi pada kasus
meningioma yang agresif. Dilaporkan juga terapi ini kurang menimbulkon toksisitas
dibanding pemberian dengan kemoterapi.15
Pemberian hormon antogonis mitogen telah juga dilakukan pada kasus dengan
meningioma. Preparat yang dipakai biasanya tamoxifen (anti estrogen) dan
mifepristone (anti progesteron). Tamoxifen (40 mg/m2 2 kali/hari selama 4 hari dan
dilanjutkan 10 mg 2 kali/hari) telah digunakan oleh kelompok onkolologi Southwest
pada 19 pasien dengan meningioma yang sulit dilakukan reseksi dan refrakter. Terdapat
pertumbuhan tumor pada 10 pasien, stabilisasi sementara pertumbuhan tumor pada 6
pasien, dan respon minimal atau parsial pada tiga pasien.15
Pada dua studi terpisah dilakukan pemberian mifepristone (RU486) 200 mg
perhari selama 2 hingga 31 bulan. Pada studi yang pertama didapatkan 5 dari 14 pasien
menunjukkan perbaikan secara objektif yaitu sedikit pengurangan massa tumor pada
empat pasien dan satu pasien gangguan lapang pandangnya membaik walaupun tidak
terdapat pengurangan massa tumor; terdapat pertumbuhan ulang pada salah satu pasien
tersebut. Pada studi yang kedua dari kelompok Netherlands dengan jumlah pasien 10
orang menunjukkan pertumbuhan tumor berlanjut pada empat pasien, stabil pada tiga
pasien, dan pengurangan ukuran yang minimal pada tiga pasien. Tiga jenis obat tersebut
sedang dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar pada meningioma
tetapi sampai sekarang belum ada terapi yang menjadi prosedur tetap untuk terapi pada
tumor ini.15
II.8 Prognosis
Pada umumnya prognosa meningioma adalah baik, karena pengangkatan tumor
yang sempurna akan memberikan penyembuhan yang permanen. Pada orang dewasa
survivalnya relatif lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak, dilaporkan survival rate
lima tahun adalah 75%. Pada anak-anak lebih agresif, perubahan menjadi keganasan
lebih besar dan tumor dapat menjadi sangat besar pada penyelidikan pengarang-
pengarang barat lebih dari 10% meningioma akan mengalami keganasan dan
kekambuhannya tinggi.13
Untuk tumor ini, teknik bedah dan pendekatan mungkin memerlukan reevaluasi,
dan pengobatan alternatif atau terapi multimodal memerlukan investigasi lebih lanjut
(20). Sejak 20 tahun lalu meningioma dipandang sebagai tumor jinak, dan bila letaknya
mudah dapat diangkat seluruhnya. Degenerasi keganasan tampak bila ada invasi dan
kerusakan tulang tumor tidak berkapsul pada saat operasi invasi pada jaringan otak.
Angka kematian (mortalitas) meningioma sebelum operasi jarang dilaporkan, dengan
kemajuan teknik dan pengalaman operasi para ahli bedah maka angka kematian post
operasi makin kecil. Diperkirakan angka kematian post operasi selama lima tahun
(1942–1946) adalah 7,9% dan (1957–1966) adalah 8,5%. Sebab-sebab kematian
menurut laporan-laporan yang terdahulu yaitu perdarahan dan edema otak.12
DAFTAR PUSTAKA
37