Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 pasal 4 ayat 5 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan diselenggarakan dengan
mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga
masyarakat. Salah satu kemampuan yang harus dikembangkan dalam suatu
penyelenggaraan pendidikan adalah kemampuan berhitung. Hal tersebut diterapkan
melalui proses pembelajaran Matematika yang diajarkan di setiap jenjang pendidikan.
Antonius (2012: 1), menyatakan bahwa “matematika merupakan ilmu dasar yang
sudah menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Oleh karena itu
penguasaan terhadap matematika mutlak diperlukan dan konsep-konsep matematika
harus dipahami dengan benar sejak dini”.
Hal ini karena konsep matematika merupakan suatu rangkaian sebab akibat.
Suatu konsep disusun berdasarkan konsep-konsep sebelumnya, dan akan menjadi
dasar bagi konsep-konsep selanjutnya, sehingga pemahaman yang salah terhadap
suatu konsep, akan berakibat pada kesalahan pemahaman terhadap konsep
selanjutnya. Atas dasar itulah penanaman konsep matematika mulai diajarkan pada
siswa sekolah dasar.
Keberhasilan pembelajaran matematika di SD sangat dipengaruhi oleh peran
guru. Jika guru sudah memahami dengan benar konsep matematika dan dapat
memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran matematika, maka tujuan
pembelajaran matematika di sekolah akan tercapai secara optimal. Oleh karena
itu,guru juga dituntut untuk menguasai konsep-konsep matematika dengan benar
terlebih dahulu sebelum membelajarkan konsep matematika pada siswa SD.
Oleh karena itu seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil) yang dalam hal ini
adalah guru memiliki peran penting dalam mengelola pembelajaran agar siswa lebih
termotivasi untuk belajar terutama pada mata pelajaran Matematika. Seorang PNS
dituntut untuk profesional dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan bidangnya.

1
Untuk menjadi PNS yang profesional, maka perlu dilaksanakan pembinaan melalui
jalur Pendidikan dan Pelatihan (Diklat). Diklat ini dilaksanakan dalam rangka
membentuk nilai-nilai dasar profesi PNS yang tergabung dalam singkatan ANEKA
(Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi).
Nilai-nilai ANEKA tersebut haruslah diterapkan dalam lingkungan kerja, agar PNS
tersebut menjadi PNS (guru) yang profesional dan berintegritas.
Guru juga perlu memahami karteristik siswa. Hal tersebut didasarkan pada
Permendiknas No. 41 Tahun 2012 tentang Standar Proses (Habibah,2012: 1),
mengisyaratkan bahwa “dalam proses pembelajaran, seorang guru seyogyanya dapat
memperhatikan karakteristik siswanya. Karakteristik siswa sesungguhnya memiliki
cakupan yang luas, salah satu karakteristik siswa yang perlu diperhatikan guru adalah
mengenai perkembangan kognitif siswa”.
Mengoperasikan pecahan bukan hanya diperlukan dalam mempelajari
matematika saja, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari apabila siswa telah mampu
mengoperasikan pecahan, maka siswa akan memiliki salah satu dasar yang kuat untuk
mempelajari cabang matematia lainnya, sehingga program kurikuler pengajaran
matematika dapat dicapai seperti yang diharapkan.
Berdasarkan hasil pengamatan dan yang dilakukan di SD Inpres Nipa-Nipa,
terdapat tiga isu atau masalah yang dihadapi dalam kelas. Dari kelima isu tersebut,
terdapat satu isu yang paling mendesak untuk dipecahkan. Adapun untuk menetapkan
satu isu dari kelima isu tersebut, maka dilakukan analisis isu dengan model APKL
dan USG. Kelima isu tersebut dianalisis dengan model APKL untuk menyaring tiga
isu, kemudian dari tiga isu tersebut dianalisis kembali dengan model USG, sehingga
diperoleh satu isu yang paling urgen untuk diselesaikan yaitu “Rendahnya Hasil
Belajar Matematika Siswa Kelas III”. Setelah menemukan satu isu, maka saya
melakukan wawancara kembali dengan guru kelas III terkait isu tersebut, sehingga
diperoleh hasil bahwa ada beberapa kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa pada
mata pelajaran Matematika khususnya pada materi operasi hitung pecahan yaitu
diantaranya sebagai berikut : (1) siswa terbiasa melakukan operasi hitung pada

2
bilangan bulat saja. Pada waktu siswa berhadapan dengan operasi hitung
menggunakan bilangan pecahan, mereka sulit membayangkan seberapa besar
bilangan pecahan tersebut, (2) pada dasarnya siswa tidak memahami makna dari
pecahan tersebut, (3) siswa merasa kesulitan dalam memahami perkalian bilangan asli
dengan bilangan pecahan, dan (4) siswa kurang memahami dalam operasi hitung
misalnya dalam penjumlahan dan pengurangan sehingga mereka merasa kesulitan
dalam pengerjaannya
Selain itu, selama ini siswa melakukan operasi hitung bilangan pecahan tanpa
mengetahui maknanya. Siswa hanya melihat angka atau bilangan pecahan saja.
Pembelajaran matematika yang abstrak ini mudah dilupakan siswa, sehingga guru
harus mengulang kembali apa yang sudah dipelajari siswa sebelumnya.
Gejala yang demikian menjadi permasalahan yang dipandang penulis untuk
segera di atasi. Apabila gejala tersebut tidak segera diatasi maka dapat berdampak
pada nilai yang didapatkan siswa. Selain nilai, tingkat pemahaman siswa mengenai
operasi hitung pecahan juga belum sepenuhnya dipahami. Sehingga pada materi
selanjutnya siswa akan merasa bingung dalam pengerjaannya.
Oleh karena itu, untuk memecahkan permasalahan isu yang saya angkat, maka
saya menggunakan alat peraga yang variatif yang dapat membangkitkan motivasi
siswa untuk belajar matematika pada konsep pecahan. Dengan adanya motivasi siswa
untuk belajar, maka diharapkan siswa dapat memiliki pemahaman yang lebih baik
mengenai materi pecahan dan berdampak pada hasil belajar yang akan dicapai.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka penulis mengambil gagasan
pemecahan isu yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui
Alat Peraga Variatif pada Siswa Kelas IV SD Inpres Nipa-Nipa”.

3
B. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan

Tujuan aktualisasi nilai-nilai dasar profesi ASN ini adalah untuk :


a. Membentuk Aparatur Sipil Negara yang profesional sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan masyarakat, perekat dan pemersatu bangsa, selalu
mengedepankan akuntabilitas dalam tugas dan peran yang ditanggungnya,
memiliki semangat nasionalisme dalam melaksanakan tugasnya, menjunjung
tinggi etika yang baik dalam melayani masyarakat, memiliki komitmen mutu
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, serta anti korupsi dalam
menjalankan tugasnya.
b. Menjadi pedoman dalam mengaktualisasikan nilai-nilai Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi (ANEKA) pada
profesi Aparatur Sipil Negara yang dihubungkan dengan isu permasalahan
yang ada di SD Inpres Nipa-Nipa.
2. Manfaat

Adapun manfaat dari mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ANEKA di SD


Inpres Nipa-Nipa, yaitu :
a. Bagi Penulis

Mampu menjadi Aparatur Sipil Negera yang profesional dalam menjalankan


tugasnya dengan menerapkan nilai-nilai dasar ASN dan dapat melaksanakan tugas
dan fungsi jabatannya secara akuntabel, mengutamakan kepentingan nasional,
menjunjung tinggi etika, meningkatkan kualitas mutu, serta tidak melakukan
korupsi dalam menjalankan tugasnya.
b. Bagi Organisasi

Membentuk seorang ASN sebagai agen perubahan di lingkungan sekolah,


mengaktualisasikan nilai-nilai dasar profesi ASN bermanfaat untuk membantu

4
mewujudkan visi dan misi SD Inpres Nipa-Nipa sehingga terciptanya
kepercayaan masyarakat terhadap sekolah.
c. Bagi Masyarakat

Mengaktualisasikan nilai-nilai dasar profesi ASN bermanfaat untuk


menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar siswa.

C. Visi, Misi, dan Nilai Organisasi di SD Inpres Nipa-Nipa


1. Visi

Adapun yang menjadi visi di SD Inpres Nipa-Nipa yaitu “terwujudnya


sekolah yang unggul di bidang IMTAQ dan IPTEKS, unggul dalam prestasi, serta
berwawasan lingkungan hidup”.

2. Misi

Adapun misi di SD Inpres Nipa-Nipa adalah sebagai berikut :


a. Mewujudkan peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan yang Maha Esa.
b. Mewujudkan peserta didik agar berprestasi dalam bidang ilmu pengetahuan
teknologi dan seni.
c. Mewujudkan lingkungan sekolah yang peduli lingkungan hidup.
d. Penguatan dan pengembangan kapasitas tenaga pendidik dan kependidikan
tentang lingkungan hidup.
e. Mewujudkan warga sekolah yang berwawasan lingkungan hidup melalui
pengintegrasian pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan tentang pendidikan lingkungan hidup.
f. Berpartisipasi dalam gerakan “Makassar ta’ Tidak Rantasa” sebagai wujud
peduli lingkungan hidup.

5
3. Nilai-nilai Organisasi

Adapun nilai-nilai oragnisasi yang terdapat di SD Inpres Nipa-Nipa adalah


sebagai berikut :
a. Unggul dalam IMTAQ
b. Unggul dalam berprestasi
c. Berwawasan lingkungan hidup

6
7
E. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Aktualisasi

Untuk agenda aktualisasi ini akan dilaksanakan di SD Inpres Nipa-Nipa mulai


tanggal 07 Agustus 2019 sampai 11 September 2019.

8
BAB II
NILAI-NILAI DASAR ASN
A. Nilai-nilai Dasar ASN
1. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kewajiban mempertanggungjawabkan amanah yang telah


diberikan. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok, atau
institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya (Lembaga
Administrasi Negara, 2014: 8). Dalam hal ini, amanah seorang PNS adalah menjamin
terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-nilai publik tersebut antara lain adalah :
a. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik
kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan sector, kelompok,
dan pribadi.
b. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah
keterlibatan PNS dalam politik praktis.
c. Memperlakukan warga Negara secara sama dan adil dalam menyelenggarakan
pemerintahan dan pelayanan publik.
d. Menunjukkan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat di andalkan
sebagai penyelenggara pemerintah.

Akuntabilitas public memiliki tiga fungsi utama, yaitu untuk menyediakan


control demokratis, untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, dan
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
Akuntabilitas publik terdiri dari dua macam, yaitu : auntabilitas vertikal
(pertanggungjawaban kepada otoritas yang lebih tinggi) dan akuntabilitas horizontal
(pertanggungjawaban pada masyarakat luas).
Dalam menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel, ada beberapa indikator
dari nilai dasar akuntabilitas yaitu:

9
a. Kepemimpinan Yaitu kemampuan untuk mempengaruhi orang lain.
Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah di mana pimpinan
memainkan peranan yang penting dalam menciptakan lingkungannya.
b. Transparansi Dengan adanya transparansi maka dapat memberikan
perlindungan terhadap pengaruh yang tidak seharusnya dan korupsi dalam
mengambil keputusan sehingga dapat meningkatkan akuntabilitas dalam
keputusan-keputusan.
c. Integritas Dengan adanya integritas menjadikan suatu kewajiban untuk
menjunjung tinggi dan mematuhi semua hukum yang berlaku, undang-
undang, kontrak, kebijakan, dan peraturan yang berlaku. Dengan adanya
integritas institusi, dapat memberikan kepercayaan dan keyakinan kepada
publik dan/atau stakeholders.
d. Tanggung Jawab (Responsibilitas) Responsibilitas terbagi menjadi
responsibilitas institusi dan responsibilitas perseorangan. Responsibilitas
institusi dan perseorangan memberikan kewajiban bagi setiap individu dan
lembaga bahwa ada suatu konsekuensi dari setiap tindakan yang telah
dilakukan karena adanya tuntutan untuk bertanggung jawab atas keputusan
yang telah dibuat
e. Keadilan. Keadilan merupakan landasan utama dari akuntabilitas sehingga
harus dipelihara dan dipromosikan oleh pimpinan kepada unit organisasinya.
f. Kepercayaan Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan.
Kepercayaan kemudian akan melahirkan akuntabilitas sehingga lingkungan
akuntabilitas tidak akan lahir dari hal-hal yang tidak dapat dipercaya.
g. Keseimbangan diperlukan untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan
kerja. Setiap individu yang ada di lingkungan kerja harus dapat menggunakan
kewenangannya untuk meningkatkan kinerja.
h. Kejelasan juga merupakan salah satu elemen untuk menciptakan dan
mempertahankan akuntabilitas. Focus utama kejelasan adalah mengetahui

10
kewenangan, peran dan tanggung jawab, misi organisasi, kinerja yang
diharapkan organisasi, dan system pelaporan kinerja baik individu maupun
organisasi.
i. Konsistensi menjamin stabilitas. penerapan yang tidak konsisten dari
sebuah kebijakan, prosedur, sumber daya akan memiliki konsekuensi terhadap
tercapainya lingkungan kerja yang tidak akuntabel akibat melemahnya
komitmen dan kredibilitas anggota organisasi.
j. Menghindari Perilaku yang Curang dan Koruptif. Tiga cabang utama dari
fraud tree adalah kecurangan tindak pidana korupsi, kecurangan penggelapan
asset, dan kecurangan dalam hal laporan keuangan. Sebagai seorang PNS
yang akuntabel harus terhindar dari praktek kecurangan dan perilaku korup.
k. Penggunaan Sumber Daya Milik Negara. setiap PNS harus memastikan
bahwa penggunaan sumber daya milik negara sesuai dengan prosedur yang
berlaku, dilakukan secara bertanggung jawab dan efisien, serta
pemeliharaannya secara benar dan bertanggung jawab.
l. Penyimpanan dan Penggunaan Data serta Informasi Pemerintah.
Informasi dan data yang disimpan dan dikumpulkan serta dilaporkan oleh
pemerintah harus relevan, dapat dipercaya, dapat dimengerti, serta dapat
diperbandingkan, sehingga dapat digunakan sebagaimana mestinya oleh
pengambil keputusan dan dapat menunjukkan akuntabilitas publik.
m. Mengatasi Konflik Kepentingan, Konflik kepentingan adalah situasi yang
timbul di mana tugas publik dan kepentingan pribadi bertentangan. Tidak
masalah jika seseorang memunyai konflik kepentingan, tetapi bagaimana
seseorang tersebut menyikapinya.
2. Nasionalisme

Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan


bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya.
Sedangkan dalam arti luas, nasionalisme berarti pandangan tentang rasa cinta yang

11
wajar terhadap bangsa dan Negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain. Adapun
indikator-indikator dari nilai dasar nasionalisme di mana ASN sebagai pelaksana
kebijakan publik, ASN sebagai pelayan publik, dan ASN sebagai perekat dan
pemersatu bangsa adalah:
a. Kerja Keras. Artinya pantang menyerah, gigih dan selalu mengerahkan
segala macam bentuk daya dan upaya dalam melakukan sesuatu.
b. Disiplin. Disiplin berarti taat atau patuh terhadap tata tertib atau peraturan
yang berlaku.
c. Tidak Diskriminatif. Setiap perilaku untuk tidak membatasi, tidak
melecehkan, atau tidak mengucilkan orang lain berdasarkan pada pembedaan
manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial,
status ekonomi, jenis kelamin, bahasa dan keyakinan politik.
d. Taqwa. Bertakwa merupakan indikator yang mencerminkan perwujudan sila
pertama Pancasila yang menitikberatkan pada ketaatan umat beragama dalam
menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan dalam agamanya.
e. Gotong royong. Contoh konkret gotong royong adalah sebagai berikut:
1. Kerja sama;
2. Dapat menyumbangkan pikiran dan tenaga;
3. Saling membantu demi kepentingan umum;
4. Bersama membantu orang lain;
5. Bersama membela kebenaran;
6. Bekerja giat dalam kelompok kerja.
e. Demokratis. Suatu kondisi dimana individu memiliki kebebasan untuk
mengutarakan kehendak dan pendapat, serta menghormati adanya perbedaan
pendapat.
f. Cinta tanah air. Perasaan yang kuat akan rasa memiliki tanah dan seluruh
tumpah darah Indonesia.

12
g. Rela berkorban. Sikap yang mencerminkan adanya kesediaan memberikan
sesuatu yang dimiliki untuk orang lain atau suatu kelompok kerja, walaupun
akan menimbulkan kehilangan atau penderitaan terhadap diri sendiri.
3. Etika Publik

Etika publik merupakan refleksi tentang standar/norma yang menentukan


baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan
kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.
Adapun indikator-indikator dari nilai dasar etika publik adalah:
a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi negara pancasila;
b. Setia dan mempertahankan undang-undang negara kesatuan republik
Indonesia 1945;
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
e. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif;
f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur;
g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerja kepada publik;
h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan program pemerintah;
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna dan santun;
j. Mengutamakan kepentingan berkualitas tinggi;
k. Menghargai komunikasi, konsultasi dan kerjasama;
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan;
n. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintah yang demokratis sebagai
perangkat sistem karir.

4. Komitmen Mutu
LAN RI menjelaskan bahwa ada tiga karakteristik utama dalam menjamin
mutu yang baik yaitu efektivitas, efisien, dan inovasi. Dasar yang digunakan untuk

13
mengukur tingkat efektivitas adalah ketercapaian target yang telah direncanakan, baik
dilihat dari capaian jumlah maupun mutu hasil kerja, sehingga dapat member
kepuasan, sedangkan tingkat efesiensi diukur dari penghematan biaya, waktu, tenaga,
dan pikiran dalam menyelesaikan kegiatan.
Komitmen mutu menekankan pada penerapan 4 indikator yakni: efektivitas,
efisiensi, inovasi dan menjaga mutu.
a. Efektivitas. Efektif adalah berhasil guna, dapat mencapai hasil sesuai dengan
target. Sedangkan efektivitas menunjukkan tingkat ketercapaian target yang
telah direncanakan, baik menyangkut jumlah ataupun mutu hasil kerja.
efektivitas organisasi tidak hanya diukur dari perfomans untuk mencapai
target mutu, kuantitas, ketepatan waktu dalam alokasi sumber daya,
melainkan juga diukur dari kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
b. Efisien. Efisiensi adalah mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang
dimiliki untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
c. Inovasi. Inovasi adalah membuat terobosan baru untuk menyelesaikan suatu
masalah dengan cara yang lebih baik dari sebelumnya.
d. Berorientasi pada mutu. Mutu merupakan kondisi dinamis berkaitan dengan
produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang sesuai atau bahkan
melebihi harapan konsumen. Mutu mencerminkan nilai keunggulan
produk/jasa yang diberikan kepada pelanggan sesuai dengan keutuhan dan
keinginannya, bahkan melampaui harapannya. Mutu merupakan salah satu
standar yang menjadi dasar untuk mengukur capaian hasil kerja. mutu
menjadi salah satu alat vital untuk mempertahankan keberlanjutan organisasi
dan menjaga kredibilitas institusi.

5. Anti Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruptio yang artinya kerusakan,
kebobrokan, dan kebusukan. Anti korupsi merupakan suatu tindakan yang menentang
adanya perilaku korup. Perilaku korup ini diantaranya: suap-menyuap, merugikan

14
uang negara, pemerasan, perbuatan curang, penggelapan dalam jabatan, benturan
kepentingan dan gratifikasi.
Adapun indikator yang ada pada nilai dasar anti korupsi meliputi:
a. Jujur. Berkata dan bertindak sesuai dengan kebenaran (dharma).
b. Peduli. Ikut merasakan dan menolong apa yang dirasakan orang lain.
c. Mandiri. Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang
sehingga menjadi tidak bergantung terlalu banyak pada orang lain. Pribadi
yang mandiri tidak akan menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab demi mencapai keuntungan sesaat. Kaitannya dengan nilai
dasar profesi PNS, misalnya adalah dengan mengerjakan pekerjaan individu
secara mandiri dan tidak melimpahkannya kepada orang lain.
d. Disiplin. Menggunakan kegiatan dalam aturan bekerja sesuai dengan undang-
undang yang mengatur.
e. Tanggung Jawab. Berani dalam menanggung resiko atas apa yang kita
kerjakan dalam bentuk apapun.
f. Kerja Keras. Bekerja keras merupakan hal yang penting dalam rangka
tercapainya target dari suatu pekerjaan. Jika target dapat tercapai, peluang
untuk korupsi secara materiil maupun non materiil (waktu) menjadi lebih
kecil.
g. Sederhana. Menerima dengan tulus dan ikhlas terhadap apa yang telah ada
dan diberikan oleh tuhan kepada kita.
h. Berani. Berani untuk mengatakan untuk melaporkan pada atasan atau pihak
yang berwenang jika mengetahui ada pegawai yang melakukan kesalahan.
i. Adil. Memandang kebenaran sebagai tindakan dalam perkataan maupun
perbuatan saat memutuskan peristiwa yang terjadi.

Kesadaran anti korupsi dibangun melalui pendekatan spiritual, dengan selalu


ingat akan tujuan keberadaannya sebagai manusia di muka bumi, dan selalu ingat
bahwa seluruh ruang dan waktu kehidupannya harus dipertanggungjawabkan

15
sehingga dapat menjadi benteng kuat untuk anti korupsi. Tanggung jawab spiritual
yang baik akan menghasilkan niat yang baik dan mendorong untuk memiliki visi dan
misi yang baik, hingga selalu memiliki semangat untuk melakukan proses atau usaha
terbaik dan mendapatkan hasil terbaik agar dapat dipertanggungjawabkan secara
publik.

B. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI

Untuk mewujudkan birokrasi yang professional dalam menghadapi tantangan-


tantangan global, pemerintah melalui UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara telah bertekad untuk mengelola aparatur sipil negara menjadi semakin
professional. Undang-undang ini merupakan dasar dalam manajemen aparatur sipil
negara yang bertujuan untuk membangun aparat sipil negara yang memiliki
integritas, profesional dan netral serta bebas dari intervensi politik, juga bebas dari
praktek KKN, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas
bagi masyarakat.
1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN
yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih
menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu
tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan
perkembangan jaman. Adapun asas-asas manajemen ASN, antara lain:
a. Kepastian hukum;
b. Profesionalitas;
c. Proporsionalitas;
d. Keterpaduan;
e. Delegasi;
f. Netralitas;

16
g. Akuntabilitas;
h. Efektif dan efisien;
i. Keterbukaan;
j. Tidak diskriminatif;
k. Persatuan;
l. Kesetaraan;
m. Keadilan;
n. Kesejahteraan.
2. Pelayanan Publik
Pelayanan Publik menurut Lembaga Administrasi Negara adalah segala
bentuk pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi Pemerintah di pusat dan
daerah dan dilingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang atau jasa baik dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Adapun prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan
prima adalah:
a. Partisipatif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan masyarakat
pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi hasilnya.
b. Transparan
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai penyelenggara
pelayanan publik harus menyediakan akses bagi warga negara untuk mengetahui
segala hal yang terkait dengan pelayanan publik yang diselenggarakan tersebut.
c. Responsif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar dan
memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya terkait dengan bentuk dan jenis
pelayanan publik yang mereka butuhkan, mekanisme penyelenggaraan layanan, jam
pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan.

17
d. Tidak Diskriminatif
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak boleh
dibedakan antara satu warga negara dengan warga negara yang lain atas dasar
perbedaan identitas warga negara.
e. Mudah dan Murah
Penyelenggaraan pelayanan publik dimana masyarakat harus memenuhi
berbagai persyaratan dan membayar fee untuk memperoleh layanan yang mereka
butuhkan harus diterapkan prinsip mudah dan murah. Hal ini perlu ditekankan karena
pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak dimaksudkan untuk
mencari keuntungan melainkan untuk memenuhi mandat konstitusi.
f. Efektif dan Efisien
Penyelenggaraan pelayan publik harus mampu mewujudkan tujuan-tujuan
yang hendak dicapainya dan cara mewujudkan tujuan tersebut dilakukan dengan
prosedur yang sederhana, tenaga kerja yang sedikit, dan biaya yang murah.
j. Aksesibel
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus dapat
dijangkau oleh warga negara yang membutuhkan dalam arti fisik dan dapat dijangkau
dalam arti non-fisik yang terkait dengan biaya dan persyaratan yang harus dipenuhi
oleh masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut.
k. Akuntabel
Semua bentuk penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat
dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat. Pertanggungjawaban di
sini tidak hanya secara formal kepada atasan akan tetapi yang lebih penting harus
dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat luas melalui media publik.
l. Berkeadilan
Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dijadikan sebagai alat
melindungi kelompok rentan dan mampu menghadirkan rasa keadilan bagi kelompok
lemah ketika berhadapan dengan kelompok yang kuat.

18
3. Whole Of Government
Whole of government (WoG) adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan
pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari
keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai
tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik.
Pendekatan WoG dapat dilihat dan dibedakan berdasarkan perbedaan kategori
hubungan antara kelembagaan yang terlibat sebagai berikut:
a. Koordinasi, yang tipe hubungannya dapat dibagi lagi menjadi:
1) Penyertaan, yaitu pengembangan strategi dengan mempertimbangkan dampak;
2) Dialog atau pertukaran informasi;
3) Joint planning, yaitu perencanaan bersama untuk kerjasama sementara.
b. Integrasi, yang tipe hubungannya dapat dibagi lagi menjadi:
1) Joint working, atau kolaborasi sementara;
2) Joint ventrure, yaitu perencanaan jangka panjang, kerjasama pada pekerjaan
besar yang menjadi urusan utama salah satu peserta kerjasama;
3) Satelit, yaitu entitas yang terpisah, dimiliki bersama, dibentuk sebagai
mekanisme integratif.
c. Kedekatan dan pelibatan, yang tipe hubungannya dapat dibagi lagi menjadi:
1) Aliansi strategis, yaitu perencanaan jangka panjang, kerjasama pada isu besar
yang menjadi urusan utama salah satu peserta kerjasama;
2) Union, berupa Unifikasi resmi, identitas masing-masing masih nampak; merger,
yaitu penggabungan ke dalam struktur baru.

C. Tugas dan Fungsi di Organisasi


1. Tugas Guru
Tugas guru ini dijelaskan dalam Bab XI Pasal 39 Ayat (2) Undang-Undang
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 20 Undang-Undnag

19
No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Pasal 52 Peraturan Pemerintah No.
74 Tahun 2008 tentang Guru,yakni :
a. Merencanakan pembelajaran;
b. Melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu;
c. Menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;
d. Membimbing dan melatih peserta didik / siswa;
e. Melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat;
f. Melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada kegiatan pokok yang
sesuai; dan
g. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi
secara berkelanjutan.

Lebih lanjut, tugas guru secara lebih terperinci dijelaskan


dalam Permendiknas No. 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional
Guru dan Angka Kreditnya, diantaranya:
a. Menyusun kurikulum pembelajaran pada satuan pendidikan;
b. Menyusun silabus pembelajaran;
c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP);
d. Melaksanakan kegiatan pembelajaran;
e. Menyusun alat ukur/soal sesuai mata pelajaran;
f. Menilai dan mengevaluasi proses dan hasil belajar pada mata pelajaaran di
kelasnya;
g. Menganalisis hasil penilaian pembelajaran;
h. Melaksanakan pembelajaran/perbaikan dan pengayaan dengan memanfaatkan
hasil penilaian dan evaluasi;
i. Melaksanakan bimbingan dan konseling di kelas yang menjadi
tanggungjawabnya (khusus guru kelas);
j. Menjadi pengawas penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar
tingkat sekolah/ madrasah dan nasional;

20
k. Membimbing guru pemula dalam program induksi;
l. Membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler proses pembelajaran;
m. Melaksanakan pengembangan diri
n. Melaksanakan publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif; dan
o. Melakukan presentasi ilmiah.
2. Fungsi Guru
Fungsi guru yang dimaksudkan disini juga sudah termasuk dalam tugas guru
yang telah dijabarkan diatas, namun terdapat beberapa fungsi lain yang terkandung
dalam poin d dan e Pasal 20 Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen serta poin a, b dan c Pasal 40 Ayat (2) Undnag-Undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni :
a. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa;
b. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik
guru, serta nilai-nilai agama dan etika;
c. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif,
dinamis dan dialogis;
d. Memelihara komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu
pendidikan; dan
e. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan
sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.

D. Alat Peraga
1. Pengertian Alat Peraga

Alat peraga berasal dari dua kata yaitu alat dan peraga. Menurut Aswan Zain
(2010: 54), mendifinisikan bahwa alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Sebagai segala sesuatu yang dapat
digunakan dalam mencapai tujuan pengajaran, alat mempunyai fungsi, yaitu sebagai
alat perlengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan

21
sedangkan peraga yang artinya bertugas “meragakan” atau membuat bentuk “raga”
atau bentuk “fisik” dari suatu arti/pengertian yang dijelaskan. Bentuk fisik itu dapat
berbentuk benda nyatanya atau benda tiruan dalam bentuk model atau dalam bentuk
gambar visual/audio visual.
Sementara itu, dalam depdiknas (2006: 3), disebutkan bahwa alat peraga
adalah semua benda dan alat, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak yang
dipergunakan untuk menunjang kelancaran penyelenggaran kegiatan belajar
mengajar, bermain dan bekerja di sekolah agar dapat berlangsung secara teratur,
efektif, dan efesien sehingga tujuan pendidikan dapat dicapai. Alat peraga tidak dapat
dipisahkan dari kebutuhan siswa, karena ketika bermain dengan alat tersebut siswa
akan mendapatkan masukan pengetahuan untuk di ingat, membantu memahami
konsep-konsep secara alamiah tanpa dipaksakan.
Dari beberapa defenisi tentang alat peraga menurut para ahli di atas, maka
secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa alat peraga merupakan segala sesuatu
yang dapat digunakan sebagai media atau sarana yang dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemauan siswa melalui pengalaman sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa secara alami serta melibatkan
panca indera dalam menggunakannya untuk menunjang efektivitas pembelajaran.
2. Tujuan dan Manfaat Alat Peraga

Menurut Roseffendi (2015 : 227-228) ada beberapa tujuan dan manfaat


penggunaan alat peraga dalam pengajaran matematika, diantaranya sebagai berikut :
a. Dengan adanya alat peraga, anak- anak akan lebih banyak mengikuti pelajaran
matematika dengan gembira, sehingga minatnya dalam mempelajari
matematika semakin besar. Anak senang, terangsang, kemudian tertarik dan
bersikap positif terhadap pembelajaran matematika.
b. Dengan disajikan konsep abstrak matematika dalam bentuk konkret, maka
siswa pada tingkat-tingkat yang lebih rendah akan lebih mudah memahami
dan mengerti.

22
c. Alat peraga dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga
dapat menimbulkan motifasi belajar, interaksi yang lebih langsung antaran
siswa dan lingkungannya dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-
sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
d. Alat peraga dapat mengatasi keterbatasan indra, ruang, dan waktu.
3. Alat Peraga Kartu Pecahan
Kartu pecahan merupakan alat peraga yang dapat digunakan untuk
menjelaskan materi tentang bilangan pecahan. Kartu pecahan merupakan alat peraga
yang terbuat dari kertas karton yang dipotong sedemikian rupa berbentuk persegi
panjang. Selayaknya kartu permainanan, kartu pecahan ini pada dasarnya berbentuk
kartu permainan dengan bagian depan kartu bergambarkan gambar tentang
lingkungan hidup dan bilangan pecahan dan angka pecahannya yang digambar
menggunakan spidol berwarna. Kartu-kartu pecahan tersebut di gantung pada pohon
yang dibuat dari gabus dengan tujuan agar kartu pecahan yang dibuat tampak lebih
menarik dan siswa lebih tertarik untuk belajar.
Pemakaian alat peraga dalam proses belajar mengajar memberikan pengaruh
diantaranya dapat membantu kreatifitas guru sebagai pendidik, dan murid sebagai
subjek belajar. Pertama, guru memikirkan berbagai cara untuk menyajikan pelajaran
dengan menggunakan alat peraga kartu peca han. Kedua, guru dapat menyajikan
pengajaran lebih hidup dan menarik sehingga meningkatkan kebermaknaannya bahan
pengajaran dan kompetensinya guru.
Kartu pecahan dapat digunakan dalam pembelajaran matematika khususnya
pada materi ajar bilangan pecahan seperti: mengenal pecahan, mengurutkan pecahan,
menjumlahkan dan mengurangkan pecahan.
4. Alat Peraga Lingkaran
Alat peraga lingkaran dapat disebut dengan alat peraga pecahan. Pitadjeng
(2006: 14) mengemukakan bahwa lingkaran pecahan merupakan salah satu
komponen dari alat peraga terpotong pecahan. Alat peraga terpotong pecahan dapat

23
digunakan untuk membantu anak memahami konsep penjumlahan dan pengurangan
pecahan. Lingkaran pecahan merupakan model bangun lingkaran yang dibuat dari
mika, dengan diameter sama dengan diameter penyangga yang disebut dengan alas.
Jadi, alat peraga lingkaran terdiri dari alas dan mika.

24
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI
A. Deskripsi Isu
Sebelum melangkah pada tahap menghasilkan suatu karya tulis, terlebih dahulu seseorang harus menetapkan isu
apa yang ingin diangkat yang kemudian dijadikan dasar untuk menulis. Tidak ada tulisan yang tercipta tanpa adanya
sebuah isu. Oleh karena itu, kita harus mengetahui apa itu isu. Secara sederhana, isu adalah suatu peristiwa atau kejadian
yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut banyak hal. Menurut KBBI, isu
adalah masalah yang dikedepankan untuk ditanggapi dan sebagainya, ataupun kabar yang tidak jelas asal usulnya dan tidak
terjamin kebenarannya. Berdasarkan pemaparan mengenai pengertian isu, maka dalam rancangan aktualisasi ini terdapat
lima isu atau permasalahan yang saya angkat di SD Inpres Nipa-Nipa, yaitu sebagai berikut :
1. Belum optimalnya pemanfaatan perpustakaan di SD Inpres Nipa-Nipa
2. Rendahnya hasil belajar Matematika siswa kelas IV SD Inpres Nipa-Nipa
3. Rendahnya kemampuan literasi siswa kelas IV SD Inpres Nipa-Nipa
4. Rendahnya kedisiplinan siswa kelas IV SD Inpres Nipa-Nipa
5. Rendahnya kesadaran siswa kelas IV SD Inpres Nipa-Nipa terhadap kebersihan kelas
B. Analisis Isu
Berdasarkan gambaran mengenai isu, maka dalam rancangan aktualisasi ini saya mengangkat lima isu yang
terdapat di sekolah. Kemudian dari kelima isu tersebut, hanya ada satu isu yang paling urgen untuk segera diselesaikan.
Untuk menetapkan satu isu maka digunakan dua model analisis isu, yaitu model APKL dan model USG. Model APKL
digunakan untuk menganalisis kriteria isu, dimana dari lima isu hanya terdapat tiga isu yang dianggap penting. Sedangkan

25
model USG digunakan untuk menganalisis kualitas isu, dimana dari tiga isu hanya terdapat satu isu yang dianggap paling
urgen atau mendesak untuk diselesaikan. Adapun analisis isu model APKL dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1. Analisis Kriteria Isu

A P K L
No. ISU JUMLAH RANKING
(1-5) (1-5) (1-5) (1-5)
Belum optimalnya pemanfaatan perpustakaan di SD Inpres
1 4 3 4 4 15 V
Nipa-Nipa
Rendahnya hasil belajar Matematika siswa kelas IV SD
2 5 5 5 5 20 I
Inpres Nipa-Nipa
Rendahnya kemampuan literasi siswa kelas IV SD
3 5 5 4 4 18 III
Inpres Nipa-Nipa
Rendahnya kedisiplinan siswa kelas IV SD Inpres Nipa-
4 5 5 4 5 19 II
Nipa
Rendahnya kesadaran siswa kelas IV SD Inpres Nipa-Nipa
5 4 4 4 4 16 1V
terhadap kebersihan kelas
Keterangan :
A = Aktual P = Problematika K = Kekhalayakan L = Kelayakan

26
Adapun bobot penetapan kriteria isu APKL dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2 Bobot Penetapan Kriteria Isu APKL

Bobot Keterangan
5 Sangat kuat pengaruhnya
4 Kuat pengaruhnya
3 Sedang pengaruhnya
2 Kurang pengaruhnya
1 Sangat kurang pengaruhnya
Setelah menganalisis kriteria isu dengan model APKL, maka terdapat tiga isu yang akan dianalisis untuk ditetapkan
satu isu yang paling mendesak untuk diselesaikan. Ketiga isu tersebut dianalisis dengan menggunakan model USG, adapun
analisis isu dengan model USG tersebut dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut.

27
Tabel 3.3 Analisis Kualitas Isu

KRITERIA
ta ISU/ MASALAH POKOK SKOR RANKING
U S G
1 Rendahnya hasil belajar Matematika siswa 5 5 5 15 I
kelas IV SD Inpres Nipa-Nipa
2 Rendahnya kemampuan literasi siswa kelas IV SD 5 4 4 13 III
Inpres Nipa-Nipa
3 Rendahnya kedisiplinan siswa kelas IV SD Inpres 5 4 5 14 II
Nipa-Nipa

USG: Urgency (Kepentingan) Seriousness (Keseriusan) Growth (Perkembangan)

Keterangan Skala Likert ;


Angka 5: Sangat gawat/ Mendesak/ Cepat
Angka 4: Gawat/ Mendesak/ Cepat
Angka 3: Cukup gawat/ Mendesak/ Cepat
Angka 2: Kurang gawat/ Mendesak/ Cepat
Angka 1: Tidak gawat/ Mendesak/ Cepat

28
C. Isu yang diangkat
Berdasarkan hasil analisis isu dengan model USG, maka dari ketiga isu tersebut ditetapkan satu isu yang paling
mendesak untuk segera diatasi, yaitu “Rendahnya hasil belajar Matematika siswa kelas IV SD Inpres Nipa-Nipa”.
D. Gagasan Pemecahan Isu

Adapun yang menjadi gagasan satu ide dalam pemecahan isu yang ditetapkan adalah dengan “Peningkatan hasil
belajar Matematika melalui Alat Peraga Variatif pada Siswa Kelas IV SD Inpres Nipa-Nipa”. Adapun kegiatan-kegiatan
yang dilakukan untuk memecahkan isu tersebut melalui alat peraga adalah sebagai berikut.
1. Melakukan konsultasi dengan pimpinan
2. Membuat perangkat pembelajaran (RPP)
3. Memberikan pre-test
4. Membuat alat peraga kartu pecahan
5. Membuat alat peraga lingkaran pecahan
6. Melaksanakan proses pembelajaran
7. Memberikan post-test

29
E. Uraian Kegiatan

Nama Peserta : Nurul Wulan, S.Pd.


Unit Kerja : SD Inpres Nipa-Nipa
Isu yang Diangkat : Rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Inpres Nipa-Nipa
Gagasan Pemecahan Isu : Peningkatan hasil belajar Matematika melalui alat peraga variatif pada siswa kelas
IV SD Inpres Nipa-Nipa
Tujuan Gagasan Pemecahan Isu : Meningkatnya hasil belajar Matematika siswa kelas IV SD Inpres Nipa-Nipa

Tabel 3.4 Rancangan Aktualisasi


Kontribusi
Keterkaitan Penguatan
Output/ terhadap Visi
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Substansi Mata Nilai-nilai
Hasil dan Misi
Pelatihan Organisasi
Organisasi
1. Konsultasi a. Melakukan pertemuan dengan Surat Akuntabilitas : ada Koordinasi Kegiatan yang
dengan kepala sekolah persetujuan kejelasan dari guru dengan dilakukan
pimpinan pelaksanaan mengenai pelaporan pimpinan sesuai mulai dari awal
kegiatan dan rancangan aktualisasi dengan misi kegiatan
dokumentasi yang akan yang ke 5, yaitu sampai akhir
dilaksanakan. : mewujudkan kegiatan
Etika publik : guru warga sekolah dengan
bersikap sopan ketika yang menerapkan
melakukan konsultasi berwawasan media kartu
dengan kepala lingkungan pecahan untuk
sekolah hidup melalui meningkatkan

30
Anti korupsi : pengintegrasian hasil belajar
bersikap jujur dalam pembelajaran matematika
berkomunikasi yang aktif, siswa
dengan kepala kreatif, efektif, diharapkan
sekolah dan dapat
b. Membahas gagasan terkait Rancangan Akuntabilitas : guru menyenangkan mewujudkan
kegiatan yang akan dilaksanakan kegiatan bersikap transparan tentang nilai-nilai yang
aktualisasi dalam menyampaikan pendidikan sesuai di
ide tau gagasan lingkungan sekolah yaitu :
terkait rancangan hidup WoG,
aktualisasi yang akan mewujudkan
dilaksanakan. siswa yang
Anti korupsi : berani unggul dalam
dalam menyampaikan IMTAQ,
gagasannya berprestasi
c. Meminta arahan dan bimbingan Arahan dan Komitmen mutu : dalam IPTEK,
mengenai isu dan solusi yang di bimbingan guru konsisten dalam dan
tawarkan menetapkan isu yang terwujudnya
terjadi di kelas dan PAIKEM
merekam hasil arahan
kepala sekolah
dengan menggunakan
HP (efektif)
2 Pembuatan a. Menetapkan list kompetensi List Akuntabilitas : guru Pembuatan
perangkat dasar yang akan diajarkan kompetensi bertanggungjawab perangkat
pembelajaran dasar dalam menyusun RPP pembelajaran
(RPP) termasuk menentukan (RPP) sesuai
kompetensi dasar dengan misi
yang akan diajarkan yang ke 4, yaitu

31
b. Menyusun indikator keberhasilan Indikator Komitmen mutu : : penguatan dan
yang akan dicapai sesuai dengan pembelajaran guru menyusun pengembangan
isu yang ditetapkan indikator sesuai kapasitas tenaga
dengan kompetensi pendidik dan
dasar yang ditetapkan kependidikan
agar pembelajaran
dapat berjalan efektif
c. Mengumpulkan materi ajar dari Materi ajar Nasionalisme : guru
berbagai sumber sesuai dengan bekerja keras untuk
kompetensi mengumpulkan
dasar materi ajar dari
berbagai sumber
Etika publik :
setelah
mengumpulkan
materi ajar, guru
membagikan materi
ajar kepada semua
siswa tanpa terkecuali
agar siswa
memperoleh
wawasan yang lebih
luas terkait materi
yang diajarkan
Anti korupsi : materi
ajar tersebut
dibagikan kepada
siswa tanpa adanya
pungutan biaya

32
d. Menyusun langkah-langkah Perangkat Akuntabilitas : guru
kegiatan pembelajaran, mulai pembelajaran menyusun langkah-
dari pendahuluan, inti, dan (RPP) langkah pembelajaran
penutup tersebut dengan jelas
secara sistematis dan
saling berintegrasi
Nasionalisme : guru
bekerja keras dalam
menyusun langkah-
langkah kegiatan
pembelajaran
Komitmen mutu :
guru harus konsisten
dalam menyusun
langkah-langkah
pembelajaran agar
pelaksanaan
kegiatannya lebih
sistematis dan efektif.
e. Membuat LKS LKS Etika publik :
membuat LKS yang
memuat informasi
atau petunjuk secara
benar dan tidak
menyesatkan siswa
Komitmen mutu :
soal yang dibuat
haruslah bermutu,
dan efektif sehingga

33
hasil yang dicapai
oleh siswa sesuai
dengan tujuan yang
telah ditetapkan
sebelumnya
3 Memberikan a. Menyusun list kisi-kisi tes yang Kisi-kisi tes Etika publik : guru Memberikan
pre-test memuat materi pokok, aspek harus cermat dalam pre-test sesuai
perilaku atau tingkatan kognitif menyusun kisi-kisi dengan misi
yang akan diukur, serta soal pre-test yang yang ke 2 dan 5,
penentuan jumlah butir tes untuk disesuaikan dengan yaitu :
setiap aspeknya. materi ajar, dan guru - mewujudkan
harus menjaga peserta didik
kerahasiaan soal yang agar
dibuat berprestasi
Komitmen mutu : dalam bidang
soal yang dibuat ilmu
haruslah efektif pengetahuan
penggunaannya dan teknologi dan
efesien, yang seni.
disesuaikan dengan - Mewujudkan
tujuan pembelajaran warga
yang ingin dicapai sekolah yang
b. Menulis butir-butir soal dengan Soal pre-test Komitmen mutu : berwawasan
mendasarkan pada aspek-aspek soal yang dibuat lingkungan
yang tercantum pada tabel kisi- harus efektif hidup melalui
kisi pengintgrasia
n PAIKEM
c. Melaksanakan pre-test Hasil pre-test Akuntabilitas : guru
bertanggung jawab
dalam pemberian tes

34
mulai dari awal
asampai akhir
Etika publik : guru
melaksanakan pre-
test secara jujur
Anti korupsi : soal
yang sudah di print
out dibagikan kepada
siswa tanpa pungutan
biaya
d. Menafsirkan hasil tes Nilai pre-test Akuntabilitas : guru
siswa transparan dalam
memberikan
penilaian pada hasil
tes siswa dan
memeriksanya secara
cermat
Anti korupsi : guru
bersikap jujur ketika
memeriksa hasil pre-
test siswa dengan
tidak mengurangi
ataupun menambah
nilai siswa
4 Membuat alat a. Menyiapkan alat dan bahan Alat dan Akuntabilitas : guru Membuat media
peraga kartu bahan bertanggung jawab kartu pecahan
pecahan dalam menyiapkan sesuai dengan
alat dan bahan misi sekolah
b. Membagi kertas karton menjadi Beberapa Nasionalisme : guru yang ke 4, yaitu

35
beberapa bagian hingga kartu bekerja keras dalam : penguatan dan
membentuk sebuah kartu yang membuat kartu yang pengembangan
berbentuk persegi panjang berbentuk persegi kapasitas tenaga
panjang pendidik dan
c. Menuliskan angka-angka Kartu dengan Etika publik : guru kependidikan
pecahan pada kartu-kartu yang bilangan harus cermat dalam tentang
telah dibuat. Angka-angka pecahan menuliskan angka- lingkungan
tersebut ditulis dengan spidol angka yang berbentuk hidup.
yang berwarna warni pecahan pada kartu-
kartu tersebut
d. Membuat pohon yang terbuat Pohon dari Nasionalisme : guru
dari gabus, kemudian meletakkan gabus bersemangat untuk
kartu-kartu tersebut pada bagian membuat pohon dari
pohon gabus
Komitmen mutu :
guru berkreasi dalam
membuat pohon dari
gabus
5 Membuat alat a. Menyiapkan alat dan bahan Alat dan Akuntabilitas : guru Membuat alat
peraga bahan bertanggung jawab peraga lingkaran
lingkaran dalam menyiapkan sesuai dengan
alat dan bahan misi sekolah
Nasionalisme : guru yang ke 4, yaitu
rela berkorban dalam : penguatan dan
menyiapkan alat dan pengembangan
bahan kapasitas tenaga

36
b. Mambuat alas alat peraga Alas Nasionalisme : guru pendidik dan
lingkaran dari kardus lingkaran bekerja keras dalam kependidikan
membuat alas tentang
lingkaran lingkungan
Etika publik : guru hidup.
harus cermat dalam
membuat alas
lingkaran
c. Mambuat lingkaran mika yang Lingkaran Nasionalisme : guru
terdiri dari tiga bagian, yaitu mika bekerja keras dalam
lingkaran untuk pecahan biasa, membuat alas
lingkaran untuk pecahan lingkaran
pengurang, dan lingkaran Etika publik : guru
pecahan transparan harus cermat dalam
membuat alas
lingkaran

d. Membuat sekat pada lingkaran Alat peraga Komitmen mutu :


sesuai dengan bilangan pecahan, lingkaran guru berkreasi dalam
kemudian menempelkan warna menempelkan kertas
kerta yang berbeda untuk setiap berwarna pada
bilangan yang berpenyebut lingkaran yang sudah
berbeda. dibuat

37
6 Melaksanakan a. Melakukan kegiatan pendahuluan Absen, ide tau Akuntabilitas : guru Melaksanakan
proses : gagasan bertanggung jawab kegiatan
pembelajaran 1. Berdoa siswa, dan dalam memfasilitasi pembelajaran
2. Menyanyi dokumentasi siswa selama proses sesuai dengan
3. Mengabsen pembelajaran visi dan misi di
4. Menyiapkan bahan ajar berlangsung, dan sekolah,
5. mengaitkan materi menyiapkan bahan sebagaimana
pembelajaran dengan materi ajar. visi di sekolah
sebelumnya Nasionalisme : guru yaitu melalui
meminta siswa untuk kegiatan
menyanyikan lagu pembelajaran
wajib sebelum yang
pembelajaran dilaksanakan,
dimulai. diharapkan
Etika publik : guru terwujudnya
mengamati siswa yang
bagaimana siswa unggul dalam
dalam berdoa dan bidang IMTAQ,
ketika siswa dan unggul
menyanyi dalam
Komitmen mutu : berprestasi.
guru Adapun misi
mengintegrasikan yang sesuai,
materi sebelumnya yaitu : (a)
dengan materi yang mewujudkan
akan diajarkan peserta didik
Anti korupsi : guru agar
bersikap adil kepada menjadi manusia
semua siswanya, yang beriman

38
tanpa membeda- dan bertaqwa
bedakan siswanya kepada Tuhan
terutama dari segi yang Maha Esa,
agama (b) mewujudkan
peserta didik
agar berprestasi
b. Melakukan kegiatan inti : Jawaban Akuntabilitas : guru dalam
1. melakukan tanya jawab siswa, media bertanggung jawab bidang IPTEK
dengan siswa untuk kartu penuh atas semua dan seni.
mengetahui pengetahuan pecahan, hasil kegiatan
siswa evaluasi pembelajaran yang
2. menjelaskan kegiatan yang siswa, dan sedang berlangsung.
akan dilaksanakan dokumentasi Selain itu guru
3. menjelaskan materi pecahan memberikan
kepada siswa dengan kejelasan kepada
menggunakan alat peraga siswa terkait tujuan
kartu pecahan yang telah yang akan dicapai,
dibuat di rumah serta guru melihat
4. meminta beebrapa siswa bagaimana
untuk memeragakan kartu partisipatif siswa
pecahan di depan kelas selama proses
5. memberikan games kepada pembelajaran
siswa dengan meminta berlangsung
beberapa siswa untuk Nasionalisme :
mengambil kartu pecahan ketika proses
yang berada di pohon lalu pembelajaran
mengerjakan soalnya berlansung guru
6. pada pertemuan berikutnya menekankan pada
guru menggunakan alat siswa untuk
peraga lingkaran untuk mengamalkan nilai-

39
mengajarkan konsep nilai Pancasila dalam
penjumlahan dan kegiatan
pengurangan pada siswa pembelajaran dan
disiplin dalam
melaksanakan
kegiatan
Etika publik : guru
bersikap disiplin saat
mengajar dan
menekankan pada
siswa untuk sopan
dan disiplin saat
kegiatan
pembelajaran
berlangsung. Selain
itu, guru
menyampaikan
informasi yang benar
kepada siswa.
Komitmen mutu :
guru berinovasi
dalam membuat
media pembelajaran
dan kreatif dalam
merancang
pembelajaran, media
yang dibuat harus
efektif digunakan dan
efisien.

40
Anti korupsi : guru
bersikap jujur ketika
melaksanakan
kegiatan
pembelajaran dan
tidak mebeda-
bedakan siswanya,
guru peduli kepada
siswa yang
mempunyai masalah
selama kegiatan
pembelajaran
berlansung.

c. Melakukan kegiatan penutup : Ide atau Akuntabilitas : guru


1. guru bersama siswa membuat gagasan dan siswa
kesimpulan terkait materi siswa, dan berintegrasi dalam
yang diajarkan dokumentasi membuat kesimpulan
2. melakukan tanya jawab Nasionalisme : guru
dengan siswa meminta siswa untuk
3. melakukan penilaian dengan menyanyikan lagu
memberikan evaluasi wajib dengan penuh
4. menyanyi semangat
5. berdoa Etika publik : guru
dan siswa saling
menghormati,
menekankan pada
siswa untuk disiplin
dan sopan kepada

41
guru
Komitmen mutu :
guru konsisten dalam
menutup
pembelajaran
Anti korupsi : guru
menekankan pada
siswa untuk berani
menyampaikan
pendapatnya dan
jujur dalam
berpendapat.
7 Memberikan a. Menyusun list kisi-kisi tes yang Kisi-kisi tes Etika publik : guru Memberikan
post-test memuat materi pokok, aspek harus cermat dalam post-test sesuai
perilaku atau tingkatan kognitif menyusun kisi-kisi dengan misi
yang akan diukur, serta soal post-test yang yang ke 2, yaitu
penentuan jumlah butir tes untuk disesuaikan dengan : mewujudkan
setiap aspeknya. materi ajar, dan guru peserta didik
harus menjaga agar berprestasi
kerahasiaan soal yang dalam bidang
dibuat ilmu
Komitmen mutu : pengetahuan
soal yang dibuat teknologi dan
haruslah efektif seni.
penggunaannya dan
efesien, yang
disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai.

42
Selain itu, guru
berinovasi dalam
membuat soal post-
test.
b. Menulis butir-butir soal dengan Soal post-test Komitmen mutu :
mendasarkan pada aspek-aspek soal yang dibuat
yang tercantum pada tabel kisi- harus efektif dan
kisi berinovasi
c. Melaksanakan post-test Hasil post-test Akuntabilitas : guru
bertanggung jawab
dalam pemberian tes
mulai dari awal
asampai akhir
Etika publik : guru
melaksanakan post-
test secara jujur
Anti korupsi : soal
yang sudah di print
out dibagikan kepada
siswa tanpa pungutan
biaya
d. Menafsirkan hasil tes dan Nilai post-test Akuntabilitas : guru
mengevaluasi hasil post-test siswa bertanggung jawab
siswa untuk melihat apakah hasil dalam memberikan
belajar siswa meningkat setelah penilaian pada hasil
diterapkannya media tes siswa dan
pembelajaran memeriksanya secara
cermat
Etika publik : guru

43
bersikap jujur dan
adil ketika memeriksa
hasil post-test siswa

F. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Tabel 3.5 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


AGUSTUS SEPTEMBER
NO. KEGIATAN MINGGU KE-
2 3 4 1 2
1 Konsultasi dengan pimpinan
2 Pembuatan perangkat pembelajaran
3 Memberikan pre-test
4 Membuat alat peraga kartu pecahan
5 Membuat alat peraga lingkaran
6 Melaksanakan kegiatan pembelajaran
7 Memberikan post-test

44

Anda mungkin juga menyukai