DI SUSUN OLEH:
1792142003
AKUNTANSI S1/A
FAKULTAS EKONOMI
2019
Tugas : Mencari Perbedaan Antar 2 Perusahaan Yang Sejenis Dan Membandingkan
Keberlangsungan Usahanya
WINGSFOOD
WINGS Corporation didirikan pada tahun 1948 di Surabaya, Indonesia. Selama lima puluh
tahun terakhir perusahaan ini telah berkembang dari sebuah industri rumah kecil menjadi
pemimpin pasar (market leader) yang mempekerjakan ribuan orang dengan pabrik-pabrik
berlokasi di Jakarta dan Surabaya. Wings menghasilkan produk antara lain toilet sabun, bedak
dan bar deterjen, floorcleaners, pelembut kain, dan pembalut untuk market di seluruh
Indonesia dan sekitarnya. Sedangkan pabrik ketiga P.T. Lionindo Jaya dibangun di Jakarta
bersama-sama dengan Lion Corporation Jepang untuk memproduksi merek seperti Emeron,
Halaman Satu, Ciptadent, dan Mama. Produk mereka termasuk shampoo, shower gel, produk
perawatan kulit, pasta gigi, dan mencuci piring cair. Setelah lima tahun, merek ini berhasil
menangkap pangsa pasar yang signifikan di Indonesia. Wings Corp. juga berhasil
memasarkan produk makana n pada tahun 2003 yaitu mie sedaap, ale ale dan lain lain.
Perbandingan dari keberlangsungan usaha dari keduanya yaitu,
Pada dunia bisnis industri, tren konsumsi masyarakat Indonesia saat ini sudah mulai
bergeser ke jenis makanan instan. Pergeseran pola konsumsi masyarakat ini ternyata
berdampak positif terhadap industri makanan instan, terutama pada industri mie instan. Tidak
dapat dipungkiri mie memang sudah menjadi bagian penting dalam pola makan rumah
tangga, tidak hanya di perkotaan tetapi juga di pedesaan. Peran mie memang luwes tidak
hanya sebagai pangan pokok, namun dapat berperan sebagai lauk-pauk sehingga sering
dijumpai masyarakat yang makan nasi dengan lauk mie goreng atau mie kuah. Peluang bisnis
ini sangat menjanjikan keuntungan bagi produsen. Persaingan mie instan sudah menjadi
persaingan gaya hidup masyarakat. Hal ini ditandai dengan banyaknya pilihan merek mie
instan yang berada di pasaran.
Fenomena dan dinamika persaingan dalam era globalisasi ini akan semakin mengarah
pada sistem perekonomian Indonesia ke mekanisme pasar yang memposisikan perusahaan
untuk selalu mengembangkan, merebut pangsa pasar (market share), dan
mempertahankannya. Sebagai contoh ialah perusahaan mie instan Indomie, perusahaan
penguasa pasar mie instan ini berusaha keras menentukan strategi yang tepat untuk
membentuk retensi pelanggan dikarenakan pesaing-pesaing pasar ingin merebut pangsa
pasarnya.
Dari merek mie instan lain, Mie Sedaap memiliki kemungkinan menempati posisi
market leader Indomie di pasar. Terbukti bahwa Mie Sedaaplah yang diam-diam sedikit
menggerogoti top brand Indomie. Terutama pada awal Mie Sedaap muncul di pasaran dan
konsumen banyak yang tertarik untuk berpindah pada mie instan baru ini. Meski dari sisi
angka masih terpaut cukup jauh dengan Indomie, namun Mie Sedaap milik Wings Group ini
tidak boleh diremehkan sehingga mie Indomie harus mempunyai strategi untuk membentuk
retensi palanggan agar tidak berpindah pada produk mie instan lain. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor yang mempengaruhi retensi pelanggan antara lain kepuasan pelanggan,
kepercayaan pelanggan, dan hambatan berpindah.
Mungkin begitulah kondisi manajemen Indofood melihat sepak terjang Wingsfood
dengan produk mi instan andalannya, Mie Sedaap. Memang, sejak Wingsfood meluncurkan
Mie Sedaap pada awal 2003, para petinggi Indofood boleh jadi tak bisa tidur nyenyak lagi.
Lihat saja, hanya dalam tempo dua tahun produk yang relatif baru itu diperkirakan sudah
menggaet pangsa pasar mi instan sebesar 15%-20%. Padahal, Indofood sang pemimpin pasar
adalah penguasa yang amat dominan dan bertahan selama puluhan tahun di posisi ini.
Bahkan, pada 2002 pangsa pasar perusahaan milik Salim ini di bisnis mi instan mencapai
90% dengan nilai sekitar Rp 8 triliun.
Indofood memang tidak tinggal diam, bahkan sudah mencoba berbagai cara.
Mulanya, untuk melawan kehadiran Mie Sedaap, Indofood mengeluarkan Mie Sayap, yang
ternyata gagal. Berikutnya, Indofood mengeluarkan Sarimi Ekstra, yang sayangnya juga tak
berhasil. Selanjutnya, perusahaan andalan Grup Salim ini meluncurkan SuperMie Sedaaap.
Alhasil, puluhan merek mi instan telah dikeluarkan Indofood. Padahal, Wingsfood cuma
menerjunkan Mie Sedaap dengan lima variannya.
Bukan hanya meluncurkan beragam produk mi instan, Indofood juga melancarkan
langkah promosi dengan memberi hadiah berupa gelas atau mangkuk dan hadiah satu
bungkus setiap membeli lima bungkus. Sekarang, Indofood tak lagi hanya melayani
pelanggan besar (sekelas hypermarket) dengan pembelian minimal 5 juta bungkus, tapi juga
yang lebih kecil.
Meski sudah melakukan berbagai upaya, kerisauan tampaknya belum pergi dari benak
manajemen Indofood. Sampai-sampai para petinggi Indofood merasa perlu mendengar
pandangan koleganya dari industri berbeda. Dari proses pencarian second opinion dari
kalangan eksternal inilah, kabarnya manajemen Indofood menyadari kesalahannya
memborbardir pasar dengan puluhan merek mi instan, dan akan segera menarik kembali
puluhan mereknya itu dari pasar. Memang, yang gampang ditebak, kehadiran banyak merek
malah membuat sulit Indofood baik dalam hal strategi komunikasi maupun evaluasi
keberhasilannya. Begitu juga, peluncuran fighting brand SuperMie Sedaaap malah menaikkan
pamor Mie Sedaap yang sudah lebih dulu hadir di pasar.
Selain berhasil melakukan terobosan pada aspek rasa, Mie Sedaap pun mampu
menghajar Indofood dari sisi distribusi. Ia melihat, ketika pertama kali penetrasi ke pasar,
Mie Sedaap menerobos pasar modern dulu. Setelah itu baru masuk ke jalur yang susah
ditembus, yakni kalangan pedagang kelontong dan grosir. Dalam praktiknya, Mie Sedaap
memang tidak segan-segan memberi term of payment atau jangka waktu pembayaran 30-60
hari. Langkah seperti ini mengingatkan ketika Indofood pada masa awal berkiprah berani
memberikan hadiah emas dan lain-lain apabila penjualnya berhasil mencapai target yang
ditetapkan. Hebatnya lagi, sekarang warung-warung mi pinggir jalan juga berhasil ditembus
Mie Sedaap. Padahal dulu warung-warung pinggir jalan itu turut memperkokoh benteng
pertahanan Indofood.
PT Indofood Sukses Makmur hanya mengklaim kini pangsa pasarnya mencapai 80%
dengan pendapatan per tahunnya menembus angka Rp 6 triliun. Namun, diakuinya, tak semua
konsumennya loyal. Dari 80% pangsa pasar yang digenggamnya, diperkirakan 10%
konsumen suka “berselingkuh dengan pesaingnya. Saat ini Indofood masih dominan dan
diperkirakan punya sekitar 76% pangsa pasar mi instan di Indonesia. Sementara pangsa pasar
Mie Sedaap di Indonesia Timur baru mencapai 16%, sedangkan di Jakarta dan kota-kota
sejenis pangsanya malah hanya 11%. Dalam hal ini, Dominasi produk mi instan Indofood
memang masih kelihatan di pasar.
Dari perihal kasus diatas, dapat saya tarik kesimpulan bahwa PT. Indofood masih
menguasai pangsa pasar mie instan di Indonesia namun PT. Indofood harus
mempertimbangkan eksistensi dari produk mie instan PT. Wingsfood yang dimana sekarang
sedang melonjak dan dalam bebrapa tahun belakangan berhasil merebut pangsa pasar dengan
inovasi yang tidak kalah baiknya dengan produk PT. Indofood.