Penulis:
Mortaza A. Syafinuddin Hammada
Pengantar
S
aya pernah kampanye antiparpol. Saat itu
saya masih Ketua Umum PB HMI (2001-2003).
Gejala oligarki nampaknya tak terbendung.
Fungsi partai politik (parpol) melemah. Ia nampak
gagal menata proses politik menuju demokrasi yang
sehat.
Parpol justru bekerja dalam mekanisme bisnis.
Politisi bermain modal dan mendorong kuasa mo-
dal ke tengah arena kenegaraan yang sangat konflik.
Ia melahirkan konflik kepentingan, antara suara
rakyat daj suara modal.
Saya berteriak, “Jalankan demokrasi tanpa par-
tai!” Ini disambut oleh anak-anak muda di Palu. Me-
reka mencetak baju kaos bertuliskan, “Demokrasi
3
POLITIK BERGERAK; Berubah Itu Seni
4
Mortaza A. Syafinuddin Hammada
5
POLITIK BERGERAK; Berubah Itu Seni
6
Mortaza A. Syafinuddin Hammada
7
POLITIK BERGERAK; Berubah Itu Seni
8
Tentang Penulis
D
r. Mortaza A. Syafinuddin Hammada la-
hir Kasambang, Mamuju, Sulawesi Barat
pada tanggal 19 April 1973. Pendidikann-
ya dimulai tahun 1979 dari tingkat dasar di Kasam-
bang, menengah di Tapalang dan Mamuju yang
diselesaikan pada tahun 1991. Pendidikan terakhir
diselesaikannya pada 2015 di Program Pascasarja-
na Multidisplin Universitas Indonesia, Jakarta, da-
lam bidang ilmu lingkungan. Minatnya dalam stu-
di pembangunan berkelanjutan muncul dari jejak
akademisnya sejak kuliah di jenjang Diploma Tiga
Universitas Hasanuddin (1991) hingga Pendidikan
Kependudukan dan Lingkungan Hidup, konsen-
9
POLITIK BERGERAK; Berubah Itu Seni
10
Mortaza A. Syafinuddin Hammada
11
POLITIK BERGERAK; Berubah Itu Seni
Daftar isi:
PENGANTAR ~ 05
TENTANG PENULIS ~ 09
PENDAHULUAN; Karena kita harus mengabdi ~ 13
12
PENDAHULUAN;
Karena Kita Harus
Mengabdi
13
POLITIK BERGERAK; Berubah Itu Seni
14
Mortaza A. Syafinuddin Hammada
15
POLITIK BERGERAK; Berubah Itu Seni
16
1. Suka Cita
Dalam Pesta
P
esta adalah kegembiraan. Para terundang
yang menerima undangan tertulis maupun
lisan akan hadir di dalam pesta dengan pa-
kaian indah. Ada yang merias diri. Walau ada juga
yang tak mampu merias diri dan berpakaian indah-
-indah namun yang pasti ia datang dengan riang
gembira.
Tentu bukanlah sebuah pesta jika peserta hadir
dalam keadaan takut. Kalaupun tetap dinamakan
pesta karena meriahnya tetamu yang mengenakan
pakaian warna-warni serba indah, namun ia akan
segera kehilangan makna jika tetamu merasakan ke-
takutan.
17
POLITIK BERGERAK; Berubah Itu Seni
18
Mortaza A. Syafinuddin Hammada
19
POLITIK BERGERAK; Berubah Itu Seni
20
2. Lapangan Kerja
P
roblem paling besar yang saat ini dihadapi
masyarakat Mamuju adalah lapangan kerja.
Saya menjumpai fakta bahwa di kampung
saya puluhan angkatan kerja harus memilih men-
jadi buruh tani di perusahaan perkebunan kelapa
sawit di Kalimantan.
Bekerja sebagai buruh harian di daerah lain
dianggap lebih menguntungkan karena dapat
memperoleh uang sebesar IDR 3.000.000,- sampai
5.000.000,- perbulan. Mengolah lahan pertanian di
kampung sendiri tidak dapat menghasilkan uang
sebanyak itu.
21
POLITIK BERGERAK; Berubah Itu Seni
22
Mortaza A. Syafinuddin Hammada
23
POLITIK BERGERAK; Berubah Itu Seni
24
3. Keterpanggilan
Intelektual
M
otivasi untuk bersaing dalam Pemilu ada
dua kemungkinan, yaitu tergoda atau
terpanggil. Saya memilih terpanggil. Pi-
lihan ini adalah keterpanggilan intelektual.
Tergoda menjadi anggota wakil rakyat biasanya
muncul karena ingin merasakan kemewahan. Sikap
ini dicontek dari kebanyakan anggota dewan yang
memang hidup mewah. Setidaknya terlihat dari ru-
mah, kendaraan, dan alat komunikasinya.
25
POLITIK BERGERAK; Berubah Itu Seni
26
Mortaza A. Syafinuddin Hammada
27
POLITIK BERGERAK; Berubah Itu Seni
28
4. Dengarkan Semua,
Pilih Yang Terbaik
S
alah satu fenomena yang dapat disaksikan
dalam kampanye Pemilu adalah mencegah
calon tertentu berkampanye di suatu tempat.
Berbagai modus dipilih, antara lain, melalui tim pe-
menangannya sang calon dihalangi berkampanye di
kalangan tertentu, menggunakan otoritas birokrasi
sehingga muncul suasana tertekan pada calon ter-
tentu untuk tidak memasuki basis calon lain, dan
sebagainya.
Asumsinya bahwa dengan menutup peluang
berkampanye maka calon tertentu tidak akan men-
dulang suara di tempat tersebut. Selanjutnya, calon
29
POLITIK BERGERAK; Berubah Itu Seni
30
Mortaza A. Syafinuddin Hammada
31
5. Memenangkan Ke-
daulatan Rakyat
“
K
alaupun saya tidak menang, itu wajar
saja. Ini adalah Pemilu sebagai salah
satu penjelmaan kedaulatan rakyat. Satu
yang terpenting yakni memenangkan kedaulatan
rakyat!” Pernyataan ini saya sampaikan secara ter-
buka dapam suatu kesempatan kampanye terbatas
juga.
Demokrasi adalah salah satu konsep kekuasa-
an. Selain demokrasi kita juga mengenal kerajaan
dan dinasti. Sebelum kita menerima demokrasi kita
pernah melalui sistem kedaulatan atau kekuasaan
raja. Saat itu, peraturan yang mengikat masyarakat
32
Mortaza A. Syafinuddin Hammada
33
POLITIK BERGERAK; Berubah Itu Seni
34
6. Spirit Politik;
Pelayanan Publik
M
enjelang Pemilu bermunculan persepsi
buruk dari banyak orang. Salah satunya
menyatakan bahwa sudah tiba lagi wak-
tunya kita saling membohongi, menipu, dan mena-
kuti. Akan tiba lagi waktunya para pemilik modal
menebar uang untuk membayar suara pemilih. Be-
gitu juga sudah dekat waktunya untuk mendengar
janji para calon yang meminta suara rakyat.
Saling membohongi berarti dua kemungkinan;
calon membohongi rakyat atau rakyat membohongi
calon. Bisa juga terjadi keduanya.
“Saya sadar bahwa ada kemungkinan saya di-
bohongi. Bisa juga rakyat menaruh curiga kepada
35
POLITIK BERGERAK; Berubah Itu Seni
36
Mortaza A. Syafinuddin Hammada
37
POLITIK BERGERAK; Berubah Itu Seni
38
7. Pelayan-pelayan
Rakyat
K
alau seorang anggota DPRD turun dari
kendaraannya lalu menuju sekelompok
orang maka tiba-tiba orang-orang itu ber-
diri, menghentikan sejenak pembicaraan, lalu me-
nyapa sambil maju menyalaminya. Ia diperlakukan
terhormat karena jabatan yang disandangnya.
Apakah benar bahwa penghormatan itu layak
diperoleh karena jabatan yang melekat padanya?
Mungkin banyak orang membenarkan namun saya
kurang sependapat.
Saya merasa bahwa kecenderungan untuk
memberi pelayanan dan penghormatan kepada wa-
39
POLITIK BERGERAK; Berubah Itu Seni
40
Mortaza A. Syafinuddin Hammada
41
8. Gerakan
Perubahan
A
lfred Whitehead menyatakan bahwa per-
ubahan adalah bagian utuh dari segala
sesuatu. Setiap benda akan mengalami
perubahan. Demikian jugalah manusia dan masya-
rakatnya selalu akan mengalami perubahan.
Apakah masyarakat akan berubah menjadi le-
bih maju atau justru mundur? Masyarakat dapat
mengalami kemunduran, sakit, bahkan mati.
Masyarakat yang bergerak menuju kemajuan
dan kejayaan perlu direncanakan. Meski demiki-
an, hanya membayangkan suatu masyarakat yang
mengalami kemajuan tak mungkin menghasilkan
apa-apa jika tidak digerakkan, diproses, dan diper-
42
Mortaza A. Syafinuddin Hammada
43
POLITIK BERGERAK; Berubah Itu Seni
44
Mortaza A. Syafinuddin Hammada
45
POLITIK BERGERAK; Berubah Itu Seni
46
Mortaza A. Syafinuddin Hammada
47
POLITIK BERGERAK; Berubah Itu Seni
terhadap masyarakat.
Cara berpikira politik baru itu akan mencip-
takan Pemilu yang ramah. Pemilu yang jauh dari
kesan saling membodohi. Pemilu bukan lagi ajang
saling menipu dan menukar kebohongan. Pemilu
bukan pula ruang untuk saling menakuti. Ia akan
menjadi perlombaan pemikiran, perencanaan, dan
konsep-konsep serta gagasan dalam suasana ke-
gembiraan. Inilah politik masa depan. Politik yang
mencerahkan. Politik bergerak. Politik untuk peru-
bahan yang penuh keindahan.
Inilah gerakan perubahan. Hakikat gerakan
perubahan harus terwujud dalam kerja yang nyata
untuk mengubah persepsi. Perlu pemikiran politik
untuk mengubah anggapan-anggapan yang sudah
usang menjadi sesuatu yang lebih mampu menya-
hut kebutuhan dan tantangan baru.
Gerakan perubahan bukan jargon yang hanya
dikendalikan dengan cara lama. Gerakan perubah-
an berawal dari pemikiran yang benar, budaya yang
baik, dan sistem kehidupan yang melayani masya-
rakat dan masa depannya.
48
9. Menggaji,
Bukan Digaji
K
alau ada seorang lulusan S3 yang memilih
tinggal di sebuah pelosok untuk mengga-
rap tanah, maka sangat mungkin banyak
suara sumbang bahkan kritik. “Kalau mau menjadi
petani, untuk apa sekolah tinggi sampai doktoral?”
Begitu juga kalau ada orang tua yang menye-
kolahkan anaknya ke IPB dengan harapan agar se-
telah lulus bisa mengelola tambak di kampungnya.
Mungkin orang tua itu akan mendapat protes dari
keluarganya. Berbeda dengan orang tua yang me-
nyekolahkan anaknya ke ITB agar kelak bisa men-
jadi pegawai di Kementerian Pekerjaan Umum atau
menjadi karyawan Pertamina.
49
POLITIK BERGERAK; Berubah Itu Seni
50
Mortaza A. Syafinuddin Hammada
51
10. Kenalkan Hak
Rakyat, Ajarkan Cara
Merebutnya!
A
pa tanggung jawab seorang politisi? Tidak
sedikit politisi merasa bahwa pekerjaannya
adalah berebut kekuasaan. Melalui massa
rakyat mereka datang menabur simpati, janji, bah-
kan ada yang tidak segan membeli dukungan dan
suara rakyat layaknya transaksi di pasar-pasar rak-
yat.
Mereka lupa tanggung jawab yang sesungguh-
nya. Mereka hanya tahu tentang politisi pada tam-
pakan luar. Hakikat dan kedalaman makna politisi
sudah luput dari perhatiannya. Mengapa demikian?
Dimulai dari gaya para politisi yang memben-
52
Mortaza A. Syafinuddin Hammada
53
POLITIK BERGERAK; Berubah Itu Seni
54
11. Kesiapan Menjadi
Rakyat; Akhir Sebuah
Pengabdian
S
etelah seorang wakil rakyat atau pejabat pub-
lik dilantik maka banyak di antaranya yang
merasa naik kelas. Mereka merasa berpindah
dari kelas rakyat ke kelas pejabat.
Mereka mendapatkan penghormatan saat men-
duduki posisi politis. Berbagai penghormatan dan
penghargaan di alamatkan kepadanya. Namun dua
puluh tahun kemudian tatkala tidak lagi menyan-
dang jabatan politis tersebut maka segala penghor-
matan luntur sedikit demi sedikit. Tak ada yang
tersisa kecuali cerita dan riwayat. Sebagian mening-
55
POLITIK BERGERAK; Berubah Itu Seni
56
Mortaza A. Syafinuddin Hammada
57
12. Zarrah-zarrah
Politik
M
enurut para alim bahwa sekecil apapun
perbuatan kita niscaya akan dituntut di
muka pengadilan Tuhan. Sekecil zarrah
pun akan terlihat balasannya, baik atau pun buruk.
Membawa misi politik harus terencana. Politi-
si harus berbekal gagasan, i’tikad baik, dan strategi
yang jitu.
Tanpa itu politik akan tunduk kepada fatwa
Nicolo Machiavelli, menghalalkan segala cara demi
mencapai tujuan. Politik tidak lagi mengindahkan
asas-asas baik buruk. Semua akan diukur dengan
58
Mortaza A. Syafinuddin Hammada
59
13. Menumbuhkan
Rasa Saling Percaya
S
eperti telah diuraikan pada bagian terdahulu
bahwa hilangnya rasa saling percaya di dalam
masyarakat dapat menyebabkan malapetaka.
Petaka itu berupa kebangkrutan masyarakat. Ibarat
perusahaan yang kehilangan modal, masyarakat
yang tidak dapat menumbuhkan rasa saling percaya
adalah masyarakat yang kehabisan modal sosial dan
pada akhirnya akan bangkrut.
Politik yang dipraktikkan dengan cara tidak
terpuji lambat laun ternyata menumbuhkan perten-
tangan dan rasa permusuhan di dalam masyarakat.
Rasa permusuhan dimulai dari saling tidak mena-
ruh rasa percaya antar anggota masyarakat. Begitu
60
Mortaza A. Syafinuddin Hammada
61
POLITIK BERGERAK; Berubah Itu Seni
62
Mortaza A. Syafinuddin Hammada
63
14. Menuju
Persaingan Global
P
raktik demokrasi di berbagai negara memi-
liki perbedaan. Mungkin itu berkaitan de-
ngan umur demokrasinya, situasi ekonomi,
sosial, dan faktor lainnya.
Ada negara yang menyatakan diri sebagai kam-
piun demokrasi namun angka pertisipasi pemilih-
nya hanya 40 persen. Itu berarti bahwa lebih dari
setengah rakyatnya tidak ikut memilih dalam suatu
pemilihan umum. Meski demikian, negaranya tetap
berjalan dan pemerintahannya tetap diakui.
Ada juga negara yang menerapkan demokra-
si di bawah bayang-bayang kekuasaan raja. Kewe-
nangan pengaturan pemerintahan berada di tangan
64
Mortaza A. Syafinuddin Hammada
65
POLITIK BERGERAK; Berubah Itu Seni
66
Mortaza A. Syafinuddin Hammada
67
15. Mementaskan Peran
Rakyat, Memanggungkan
keadilan
P
emilu hendaknya digunakan untuk memen-
taskan peran rakyat yang sesungguhnya.
Rakyat dalam riwayat demokrasi kita masih
memerankan peran figuran. Ibarat film, pemeran
utama dalam fakta demokrasi kita masih dilakukan
oleh para politisi.
Politisi segera berubah menjadi kelas elit. De-
mokrasi tiba-tiba seakan mengabaikan kesetaraan
antar komponennya. Politisi yang menempatkan
rakyat sebagai obyek penderita akan mengoleksi ke-
lemahan mendasar dalam praktik bernegara.
68
Mortaza A. Syafinuddin Hammada
69
POLITIK BERGERAK; Berubah Itu Seni
70
Mortaza A. Syafinuddin Hammada
71
PENUTUP;
Berubah Itu Seni
S
egala sesuatu sedang bergerak menuju ke-
sempurnaan. Bergerak dan berubah juga
mesti terjadi dalam politik. Sangat sedikit
alasan untuk mereka yang tidak ingin berubah da-
lam politik.
Politik ibarat sekolah. Sekolah tempat proses
pengembangan kecerdasan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan, sesuai prinsip taksonomi Bloom. Poli-
tik sebagai sekolah kemasyarakatan dan kenegara-
an memiliki kurikulum yang seluruh indikatornya
72
Mortaza A. Syafinuddin Hammada
73
POLITIK BERGERAK; Berubah Itu Seni
74
Mortaza A. Syafinuddin Hammada
75
POLITIK BERGERAK; Berubah Itu Seni
76
M
enurut saya, par-
pol harus bekerja
sebagai mesin
politik yang menghasilkan pe-
mimpin prorakyat. Parpol harus men
cari dan mempersiapkan sosok-sosok
yang dapat bekerja untuk kemaslahatan rakyat dan
kekuatan negara. Parpol harus dapat menyaring
dan membuang sosok narsis. Parpol harus bersih
dari perilaku mementingkan diri, keluarga, dan go-
longan yang bertentangan dengan kepentingan rak-
yat banyak.
Perilaku memperkaya diri dan keluarga seperti
yang dulu kita protes terhadap Soeharto dan kronis
bisnisnya harus dapt ditinggalkan oleh parpol saat
ini. Namun nyatanya, negara tetap dikepung oleh
suasana politik yang dikelola oleh parpol yang oli-
gark tersebut. Rakyat di ambang putus asa.
Beberapa tahun terakhir saya menyetujui untuk
mendorong pelembagaan golput. Mirip dengan null
vote system. Ini untuk menjaring suara rakyat yang
tak diserahkan ke parpol. Ini juga akan menjadi
indikator tumbuhnya kesadaran masyarakat akan
partispasi dalam pemilu. Rakyat perlu tahu saat
yang tepat untuk memberi suara dan menahannya.