Anda di halaman 1dari 3

Pentingnya Peran Mahasiswa Dalam Pengawalan Pemilu 2024

( Politik Money)

Mahasiswa adalah sekelompok intelektual yang memiliki tempat istimewa di mata


masyarakat Indonesia. Mahasiswa dianggap memiliki peranan penting dalam sejarah
berdirinya pemerintahan Indonesia saat ini, terutama dalam menyambung suara rakyat yang
dipercaya masih begitu jujur, idealis dan bebas dari tunggangan kelompok manapun.
Mahasiswa memiliki 3 peran, yaitu agent of change, agent of social control dan iron stock. 3
peran ini yang menunjukan bahwa mahasiswa dapat mewakili lidah rakyat dalam mengontrol
dan mengawasi berbagai kebijakan pemerintah, pelopor terwujudnya perubahan sosial pada
masyarakat serta sebagai penerus kepemimpinan di masa yang akan datang. Namun, ditengah
kelompok intelektual ini masih ada pandangan apatis terhadap politik yang ada di Indonesia
contohnya saja pada acara pemilihan Umum. Mahasiswa masih banyak yang memilih
menjadi golongan putih.
Pada tanggal 17 April 2019 yang akan datang adalah saat dimana idealisme mahasiswa diuji
dalam Pemilihan Umum. Ini adalah masa ketika satu suara akan sangat menetukan nasib
Indonesia 5 tahun kedepan. Mahasiswa sebagai sekelompok yang memiliki intelektual tinggi
justru akan sangat mudah dalam mempengaruhi masyarakat sekitar. Seharusnya sebagai
mahasiswa harus dapat memberikan pemahaman tentang “apa itu demokrasi?” kepada
masyarakat bukan malah membantu menyebarkan luaskan pandangan tentang apatisme
(golongan putih). Hal ini akan sangat merugikan bangsa Indonesia itu sendiri. Mahasiswa
harus membantu KPU dalam mendidik masyarakat kita yang masih belum paham apa
pentingnya Pemilu. Dengan melaksanakan suatu gerakan sadar pemilu atau membuat ajakan
untuk ikut pemilu. Tetapi harus dalam bentuk yang wajar dan tidak boleh mengunggulkan
salah satu calon.
Menjelang pemilihan umum 2019 ini bisa menjadi masa yang akan dimanfaatkan oleh
politikus untuk kepentingannya dan mahasiswa akan menjadi lumbung suara yang
menggiurkan bagi mereka. Memang pilihan untuk terlibat dalam suatu partai politik adalah
hak setiap orang termasuk mahasiswa. Namun akan muncul pemikiran bahwa mahasiswa
adalah seseorang yang memiliki intelegensi tinggi tetapi dengan mudahnya mereka menjual
intelegensi mereka untuk memenangkan salah satu calon?.
Pada dasarnya mahasiswa dibagi menjadi 3 kelompok. Pertama ialah mahasiswa yang tidak
peduli dengan Pemilihan umum, mereka bahkan tidak pernah peduli siapa yang mencalonkan
diri. Latar belakangnya bagaimana, visi misinya seperti apa dan kinerjanya bagaimana.
Mereka tidak peduli, inilah mahasiswa apatis yang bakal menjadi golongan putih. Kedua
ialah mahasiswa yang paham tentang politik dan peduli dengan Pemilihan Umum tetapi
memilih diam. Tidak menunjukak keberpihakannya pada salah satu calon. Ketiga ialah
mahasiswa yang paham akan politik dan mereka vokal dalam mengunggulkan salah satu
calon. Bahkan mereka terang-terangan berkampanye di dalam Kampus. Hal ini perlu
diperhatikan oleh pemerintah, karena tidak seharusnya suatu institusi pendidikan dijadikan
ladang politik bagi mereka yang punya kepentingan.
Sebagai mahasiswa seharusnya kita dapat memposisikan diri kita dalam menghadapi situasi
yang seperti ini dan memberi yang terbaik bagi masyarakat. Sesuai jargon mahasiswa “Hidup
Mahasiswa! Hidup rakyat Indonesia !”. Pola pikir yang kritis dan dengan paradigma yang
baik harus bisa dikedepankan oleh seorang mahasiswa, sebagai pengawal demokrasi kita
sebagai mahasiswa harus dapat bersikap netral tidak condong terhadap salah satu calon tetapi
juga tidak bersikap acuh tak acuh terhadap Pemilihan Umum. Mahasiswa sebagai kelompok
Intelektual harus memandang momentum Pemilihan Umum 2019 sebagai hal penting yang
berbeda dari momen-momen sebelumnya. Setiap mahasiswa Indonesia tentu bebas dalam
menentukan pilihannya, tetapi apa pun sikap politik yang kita ambil haruslah rasional dan
dapat dipertanggung jawabkan
(Politik Money)
Dewasa ini politik uang sangat kerap terjadi apabila sudah menuju pemilihan
umum,individu atau kelompok sekali pun mejadi korban dari politik uang ini,peran organisasi
salah satunya organisasi kemahasiswaan haruslah bekerjasama dengan KPU dan Bawaslu
untuk memberantas politik uang mulai dari tingkat kota hingga desa yang sulit untuk akses ke
dalamnya juga haruslah di perhatikan supaya politik uang yang kerap kali di lakukan dapat di
minimalsir atau di hentikan penyebarannya,peran organisasi sangatlah besar peran nya
terlebih di saat pilkada yang akan di laksanakan di bulan desember tahun 2020 nanti
nya,tolak
ukur untuk memberantas politik uang itu ialah kesadaran dari masyarakat itu sendiri dan
peran aktif dari organisasi kemahasiswaan atau pun organisasi kelembagaan yang
bekerjasama dengan Bawaslu.
Desa menjadi praktik politik uang dengan korban para pemilih pemula dan pemilih
yang tua serta masyarakat yang di golongkan miskin,menjadi sasaran empuk para pelaku
penyebar politik uang,konsep pemantau pemilu terhadap politik uang yaitu memahami
konteks permasalahan di tinjau dari aspek hukum,memetakan tiitk rawan politik uang di
setiap daerah,membangun jaringan untuk informasi lebih jelas sehingga dapat menemukan
wilayah yang rawan akan praktik politik uang,kemudian memanfaatkakan segala akses
teknologi untuk mempermudah alur informasi setelah semua di ketahui kemudian barulah di
analisis dan di laporkan ke Bawaslu setempat.
Organisasi yang terlibat dalam pemantauan pemilu di setiap daerah harus lah
memahami jenis bentuk politik uangnya apakah politik uang nya terhadap partai,pemilih atau
terhadap penyelenggaranya,kemudian kenali para pelakunya siapa saja dan pahami waktu
terjadinya politik uang,apakah di saat kampanye,masa tenang atau bahkan di saat
pemungutan
suara itu berlangsung semua nya harus lah di identifikasi hal ini di setiap daerah supaya dapat
mewujudkan pemilu yang bersih akan politik uang.
Sosialisasi akan politik uang di setiap tempat haruslah di lakukan apakah Bawaslu
bekerjasama dengan organisasi atau perangkat desa setempat,hal itu di lakukan supaya
Bawaslu dapat bekerja di bantu dengan yang lain,langkah kecil yang di lakukan oleh kita
yang individu ialah sadar akan politik uang itu tidaklah baik dan melakukan sosialisasi
mandiri ke tingkat masyarakat paling bawah bahwa politik uang ialah suatu hal yang sangat
tidak baik untuk di lakukan atau bahkan di ikuti sebab pemilih yang bijak ialah pemilih yang
menolak politik uang dengan benda apapun di berikan kepadanya
Pada masa pandemi saat ini di beberapa daerah tentu nya sudah membahas akan
bahaya politik uang terlebih di masa pandemi saat ini,pemilih pemula menjad sasaran yang
empuk bagi pelaku untuk mendapatkan suara secara paksaan dengan memberikan uang atau
segala macam nya,oleh karena itu peran organisasi kemahasiswaan atau kepemudaan desa
haruslah menyadari ini,mesosialisasikan kepada teman,kerabad dekatnya akan politik
uang,sebab apa,di masa pandemi yang sanagat susah akan ekonomi masyarakat yang masih
muda pasti akan menerima apapun yang bisa menguntungkan nya di saat itu juga,mereka
tidak pernah berpikir akan dampak di saat dia menerima uang dari para pengusung untuk
mendapatkan suara secara paksa,begitu pun masyarakat yang terdampak covid-19
usahanya,itulah kenapa perlu usaha lebih untuk mesosialisasikan akan arti politik uang
kepada
masyarakat,di balik penyelenggaraan pemilu di masa pandemi covid-19 saat ini,semoga
pemilu tahun ini menjadi pemilu yang bersih dari yang namanya politik uang.

Anda mungkin juga menyukai