Anda di halaman 1dari 150

Laporan Pelaksanaan

Tugas dan Wewenang


Bank Indonesia
Triwulan II - 2017

Penyampaian Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan
amanat yang digariskan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2009. Penyampaian laporan tersebut pada hakikatnya merupakan salah satu
wujud dari akuntabilitas dan transparansi atas pelaksanaan tugas dan wewenang
Bank Indonesia. Laporan triwulan ini melaporkan pelaksanaan tugas dan
wewenang Bank Indonesia selama triwulan II-2017.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang
Bank Indonesia Triwulan II-2017

ii
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Kebijakan Bank Indonesia

iii
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Kata Pengantar
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat yang 2017 ini Indonesia berhasil mendapatkan predikat layak
senantiasa diberikan sehingga Bank Indonesia sampai investasi dari tiga lembaga rating utama dunia. Perolehan
dengan triwulan II-2017 masih dapat menjalankan tugas predikat layak investasi dari S&P sebagai yang terkini
dan wewenang sebagaimana yang diamanatkan undang- diberikan, yaitu pada Mei 2017 juga memberikan dampak
undang. Menutup paruh pertama tahun 2017 ini, stabilitas positif lanjutan berupa peningkatan aliran dana masuk dan
perekonomian Indonesia secara umum terjaga dengan baik. perbaikan kinerja di pasar saham dan pasar obligasi.

Sama dengan triwulan sebelumnya, perekonomian Capaian yang baik ini tentunya tidak terlepas dari sinergi
Indonesia di triwulan II-2017 tumbuh 5,01% (yoy). kebijakan yang ditempuh pemerintah dalam menjaga
Pertumbuhan tersebut ditopang oleh meningkatnya kredibilitas fiskal, termasuk melalui program pengampunan
kinerja investasi, khususnya investasi bangunan sejalan pajak dan optimalisasi anggaran belanja, kemudian upaya
dengan akselarasi belanja infrastruktur pemerintah dan untuk menciptakan iklim berusaha yang kondusif bagi
meningkatnya proyek investasi swasta. Walaupun triwulan sektor riil, dan komitmen reformasi struktural. Dari sisi Bank
II-2017 adalah periode hari raya lebaran, laju inflasi tetap Indonesia, kebijakan ditempuh melalui bauran kebijakan
terkendali yaitu 0,69% (mtm) pada akhir Juni 2017. Angka moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran. Untuk
tersebut lebih rendah dari rata-rata inflasi dalam periode hari menjaga stabilitas makroekonomi.
raya lebaran tiga tahun terakhir yakni sebesar 0,85% (mtm).
Sepanjang triwulan II-2017, Bank Indonesia
Nilai tukar Rupiah sendiri menguat terhadap dolar AS mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR)
sebesar 0,30% selama triwulan II-2017, dengan volatilitas tetap sebesar 4,75%. Stance tersebut konsisten dengan
yang tetap terjaga. Penguatan nilai tukar Rupiah didorong upaya menjaga stabilitas makroekonomi sekaligus
arus masuk modal asing yang masih tetap tinggi. mendukung berlanjutnya pemulihan ekonomi domestik.
Tingginya arus masuk modal asing ini mendukung kinerja Kemudian untuk terus meningkatkan efektivitas transmisi
transaksi modal dan finansial yang mampu menjaga kebijakan moneter yang ditempuh, pada April 2017
Neraca Pembayaran Indonesia tetap surplus, selain defisit Bank Indonesia mengimplementasikan ketentuan GWM
transaksi berjalan yang tetap terjaga. Averaging yang akan berlaku 1 Juli 2017 sebagai langkah
lanjutan dari implementasi BI7DRR menggantikan BI Rate
Sistem keuangan Indonesia pun dalam kondisi baik di tahun 2016. Ditengah kebutuhan likuiditas perbankan
di sepanjang triwulan II-2017. Selain ditopang oleh akibat peningkatan kebutuhan uang kartal dalam periode
kuatnya permodalan dan likuiditas perbankan, ketahanan hari raya, Bank Indonesia juga melakukan penyesuaian
industri perbankan juga terjaga dengan dukungan risiko strategi operasi moneter melalui pengurangan frekuensi
kredit, risiko likuiditas, dan risiko pasar yang terkendali. lelang Reverse Repo SBN, aktivasi lelang Term Repo,
Kondisi ini tentunya memberikan ruang bagi perbankan dan peniadaan lelang Term Deposit. Selain itu, pada Mei
untuk menyerap peningkatan risiko akibat perlambatan 2017 Bank Indonesia menerbitkan ketentuan pembawaan
perekonomian yang terjadi dalam beberapa triwulan Uang Kertas Asing (UKA) ke dalam dan keluar daerah
sebelumnya. pabean Indonesia guna merespons semakin tingginya
Sejumlah perkembangan positif tersebut terus memperkuat aktivitas pembawaan UKA yang belum cukup diimbangi
keyakinan pelaku usaha dan investor atas ketahanan ketersediaan data underlying transaksi bagi Bank Indonesia
dan prospek perekonomian Indonesia, serta kualitas dalam memastikan efektivitas kebijakan moneter termasuk
pengelolaan kebijakan makroekonomi nasional. Oleh stabilitas nilai tukar.
karena itu, kami menyambut baik bahwa pada triwulan II-

iv
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Sebagai upaya Bank Indonesia untuk terus memperkuat pemerintah dan otoritas terkait. Dalam hal ini Bank
sistem keuangan, pada triwulan II-2017 Bank Indonesia Indonesia bersama pemerintah dalam Kelompok Kerja
telah menyelesaikan peraturan pelaksanaan pinjaman Nasional Tim Pengendalian Inflasi meluncurkan Pusat
likuiditas jangka pendek (PLJP) baik konvensional maupun Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) sebagai sistem
syariah. Ketentuan tersebut mengatur beberapa hal utama informasi tingkat nasional yang menyediakan data harga
seperti kriteria agunan, mekanisme pengagunan, dan tata 10 komoditas pangan strategis penyumbang inflasi.
cara perhitungan nilai agunan yang merupakan bagian dari Selain berfungsi sebagai referensi harga bagi masyarakat,
pelaksanaan amanat UU Pencegahan dan Penanganan PIHPS juga dirancang untuk menjadi alat monitoring guna
Krisis Sistem Keuangan. Selaku otoritas di bidang koordinasi kebijakan pengendalian harga antardaerah.
makroprudensial, Bank Indonesia sepanjang triwulan II- Kemudian terkait Gerakan Nasional Non Tunai, Bank
2017 juga terus memastikan terjaganya sistem keuangan Indonesia bekerjasama dengan Kementerian PUPR untuk
dari risiko sistemik melalui pemeriksaan ketahanan meningkatkan elektronifikasi pembayaran di jalan tol
likuiditas dan implementasi kebijakan Loan to Value secara dengan target 100% elektronifikasi di akhir Oktober 2017.
spasial oleh perbankan. Dan sebagai bentuk komitmen untuk terus meningkatkan
perlindungan konsumen, Bank Indonesia bekerjasama
Terkait sistem pembayaran, kebijakan senantiasa tetap dengan Kepolisian RI secara aktif melakukan penertiban
diarahkan untuk meningkatkan keamanan, efisiensi, Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank
kelancaran dan kehandalan. Untuk mewujudkan hal tersebut (KUPVA BB) tidak berizin di seluruh Indonesia.
pada area sistem pembayaran ritel, Bank Indonesia dalam
triwulan II-2017 menata kembali infrastruktur, instrumen, Memasuki paruh kedua tahun 2017, tentunya masih
kelembagaan, dan mekanisme penyelenggaraan melalui terdapat berbagai risiko dan tantangan perekonomian yang
ketentuan Gerbang Pembayaran Nasional (GPN). patut dicermati. Dari sisi eksternal, pemulihan ekonomi
Kebijakan ini akan mewujudkan pemrosesan transaksi global diperkirakan masih banyak diliputi ketidakpastian
pembayaran ritel secara domestik dalam lingkungan yang terutama akibat tensi geopolitik, arah kebijakan moneter
saling interkoneksi dan interoperabilitas. Lebih lanjut, GPN negara maju, dan harga komoditas yang belum sepenuhnya
dirancang sebagai backbone strategis dalam memfasilitasi pulih. Dari sisi domestik, keterbatasan ruang fiskal yang
program nasional termasuk penyaluran bantuan sosial non dapat menghambat pertumbuhan ekonomi juga menjadi
tunai, elektronifikasi pembayaran sektor transportasi, dan risiko yang perlu jadi perhatian.
berbagai inisiatif keuangan inklusif.
Meskipun demikian, kami bersyukur bahwa perekonomian
Ditengah meningkatnya kebutuhan uang tunai dalam Indonesia berdaya tahan dan mampu terus tumbuh.
periode hari raya, Bank Indonesia juga meningkatkan upaya Berbekal sinergi yang erat serta semangat untuk terus
untuk menyediakan kebutuhan uang dalam jumlah nominal bekerja dengan sebaik-baiknya, Bank Indonesia bersama
yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan pemerintah telah dan akan terus menjaga stabilitas
dalam kondisi yang layak edar. Hal ini diwujudkan melalui dan mendorong momentum pertumbuhan ekonomi
program layanan penukaran uang secara serentak di bagi kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia.
seluruh wilayah NKRI terutama di daerah 3T (Terpencil, Serangkaian upaya dan capaian di sepanjang triwulan II-
Terluar, dan Terdepan). Kegiatan ini menjangkau 1.136 titik 2017 yang terangkum dalam laporan ini kami harap dapat
dari Aceh s.d. Papua. menggambarkan semangat kami untuk terus berkarya dan
memberikan yang terbaik.
Disamping memperkuat bauran kebijakan, Bank
Indonesia juga terus mendorong sinergi kebijakan dengan

Jakarta, 31 Agustus 2017


GUBERNUR BANK INDONESIA

Agus D.W. Martowardojo

v
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Daftar Isi

Bab 1
Ringkasan Eksekutif

1.1. Kinerja Perekonomian 2 2.8. Perkembangan Kredit Usaha Mikro Kecil


1.2. Kebijakan yang Ditempuh 4 dan Menengah (UMKM) 32
2.9. Perkembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR) 34
2.10. Perkembangan Sistem Pembayaran 35
Bab 2 2.10.1. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran
Perkembangan Kondisi oleh Bank Indonesia 35
Makroekonomi, Moneter, Sistem
bank indonesia
2.10.2. Sistem Pembayaran Yang Diselenggarakan
Keuangan, Sistem Pembayaran, oleh Industri 37
dan Pengedaran Uang Rupiah 2.11. Perkembangan Pengelolaan Uang Rupiah 39

2.1. Inflasi 11 Bab 3


2.2. Nilai Tukar Rupiah 13 Pelaksanaan Tugas Pokok dan
2.3. Pertumbuhan Ekonomi 15 Wewenang Bank Indonesia
2.4. Neraca Pembayaran Indonesia 19 Triwulan II-2017
2.5. Utang Luar Negeri 20
2.6. Perkembangan Pasar Uang dan Pasar 3.1. Stabilitas Moneter 46
Valuta Asing 21 3.1.1. Kebijakan Moneter 46
2.6.1. Perkembangan Pasar Uang 21 3.1.2. Pengelolaan Moneter dan Nilai Tukar 47
2.6.1.1. Perkembangan Pasar Uang 3.1.2.1. Pengelolaan Moneter 48
Uncollateralized – Pasar Uang 3.1.2.2. Pengelolaan Nilai Tukar 50
Antar Bank (PUAB) 21 3.1.3. Koordinasi dengan Pemerintah 50
2.6.1.2. Perkembangan Pasar Uang BOKS Keberhasilan Pengendalian Inflasi
Collateralized - Repo 21 Triwulan II-2017 53
2.6.2. Perkembangan Pasar Uang Rupiah BOKS Keberhasilan Pengendalian Inflasi
dan Pasar Valuta Asing 22 Triwulan II-2017 56
2.7. Perkembangan Sistem Keuangan 23 3.1.4. Pengelolaan Utang Luar Negeri (ULN) 58
2.7.1. Perkembangan Pasar Keuangan 23 3.1.5. Perkembangan Pemantauan Devisa
2.7.2. Perkembangan Industri Perbankan 26 Hasil Ekspor (DHE) 59
2.7.2.1. Ketahanan Permodalan 3.1.6. Pengelolaan Database Statistik dan
Industri Perbankan 26 Survei untuk Mendukung Perumusan
2.7.2.2. Perkembangan Kredit dan Kebijakan 60
Risiko Kredit Industri 3.2. Stabilitas Sistem Keuangan 63
Perbankan 26 3.2.1. Kebijakan Pengaturan dan
2.7.2.3. Perkembangan Likuiditas Pengawasan Makroprudensial 63
dan Risiko Likuiditas 3.2.1.1. Pengaturan Makroprudensial 63
Industri Perbankan 27 3.2.1.2. Pengawasan Makroprudensial 63
2.7.2.4. Perkembangan Suku Bunga Industri 3.2.1.3. Koordinasi 67
Perbankan dan Risiko Pasar 27 BOKS Bank Indonesia sebagai
2.7.3. Perkembangan Institusi Keuangan Lender of the Last Resort 65
Non Bank (IKNB) 28 BOKS Keberhasilan Reformasi Sektor Keuangan
2.7.4. Perkembangan Sektor Riil (Sektor Indonesia Dalam Financial Sector Assessment
Korporasi dan Rumah Tangga) 30 Program Indonesia 2016/2017 67
2.7.4.1. Kinerja Sektor Korporasi 30 3.2.2. Pengembangan Ekonomi Syariah 68
2.7.4.2. Kinerja Sektor Rumah 3.2.3. Pendalaman Pasar Keuangan 71
Tangga 31 3.2.4. Program Keuangan yang Inklusif 72

vi
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Bab 4
Kapabilitas Intern
Bank Indonesia

3.2.5. Penguatan Sektor Riil dan 4.1. Tata Kelola (Governance) 115
Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan 4.2. Manajemen Strategis dan Kinerja 116
Menengah (UMKM) 73 4.3. Manajemen Risiko 117
3.2.5.1. Upaya Pelaksanaan Kebijakan 4.4. Audit Internal 120
Pengembangan UMKM 73 4.5. Keuangan Internal 121
3.2.5.2. Upaya Bank Indonesia 4.6. Sistem Informasi 121
Mendorong Bank Umum 75 4.7. Organisasi dan Sumber Daya Manusia (SDM) 123
3.2.5.3. Penelitian, Pengembangan, 4.7.1. Penyempurnaan Organisasi Bank
dan Pengaturan UMKM 76 Indonesia 123
3.2.5.4. Program Kantor Perwakilan 4.7.2. Manajemen Sumber Daya Manusia 124
Bank Indonesia (KPwBI DN) 77 4.7.3. Manajemen Kinerja Pegawai Bank Indonesia 125
3.2.5.5. Kerja Sama Internasional 4.7.4. Manajemen Jalur Karier 125
Terkait Pengembangan UMKM 78 4.7.5. Transformasi Budaya Kerja Bank Indonesia 125
3.2.6. Pengelolaan Informasi Perkreditan 78 4.8. Aspek Hukum 126
3.3. Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang 81 4.9. Program Sosial Bank Indonesia 126
3.3.1. Kebijakan Sistem Pembayaran 82
BOKS Menghadirkan Elektronifikasi Jalan Tol 87
3.3.2. Kebijakan Pengelolaan Uang 90 LAMPIRAN
BOKS “RUPIAH UNTUK NEGERI”
1.000 Titik Sinergi Bank Indonesia dan 1. Peraturan Bank Indonesia (PBI) 130
Bank BUMN Melayani Negeri 100 2. Peraturan Anggota Dewan Gubernur 130
3.4. Kerja Sama Internasional 101 3. Peraturan Dewan Gubernur Bank Indonesia
3.4.1. Kerja Sama dalam Forum G20 101 (PDG) 130
3.4.2. Kerjasama dalam Forum IMF 102 4. Peraturan Anggota Dewan Gubernur Intern 116
3.4.3. Kerja Sama Bank of International Daftar Istilah 131
Settlement (BIS) 102 Daftar Singkatan 137
3.4.4. Kerja Sama ASEAN 103
3.4.5. Kerja Sama ASEAN+3 103
3.4.6. Kerja Sama Executives’ Meeting of East
Asia Pacific Central Banks (EMEAP) 104
3.4.7. Kerja Sama Bilateral Bank Indonesia dengan
Federal Reserve Bank (Fed) 105
3.5. Komunikasi dan Edukasi Kebijakan 105
3.5.1. Komunikasi Kebijakan 105
3.5.1.1. Tahapan komunikasi kebijakan 105
3.5.1.2. Hubungan dengan Media,
Pengamat, dan Lembaga
Publik 106
3.5.1.3. Fokus Komunikasi Kebijakan
Bank Indonesia di
Setiap Sektor 106
3.5.1.4. Layanan Contact Center
BICARA dan Komunikasi
Digital Bank Indonesia 107
3.5.2. Edukasi Kebanksentralan 108
3.5.3. Komunikasi dengan Investor dan
Lembaga Internasional 108
3.6. Program Strategis Bank Indonesia 109

vii
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Daftar Grafik
Grafik 2.46. Perkembangan Perusahaan Pembiayaan 29
Grafik 2.47. Rasio Non-Performing Financing 29
Grafik 2.48. Sumber Dana Perusahaan Pembiayaan 30
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Tahunan 11 Grafik 2.49. Suku Bunga Pinjaman Bank Kepada 30
Grafik 2.2. Inflasi Administered prices 11 Perusahaan Pembiayaan
Grafik 2.3. Inflasi Volatile food 12 Grafik 2.50. Perkembangan ROA, ROE dan BOPO 30
Grafik 2.4. Inflasi Inti 12 Perusahaan Pembiayaan
Grafik 2.5. Ekspektasi Inflasi Pedagang Eceran 12 Grafik 2.51. Kegiatan Dunia Usaha Tw I-2017 31
Grafik 2.6. Ekspektasi Inflasi Konsumen 13 Grafik 2.52. Perkembangan Indeks Keyakinan 31
Grafik 2.7. Nilai Tukar Kawasan 14 Konsumen Triwulanan
Grafik 2.8. Volatilitas Nilai Tukar Kawasan (year-to-date) 14 Grafik 2.53. Komposisi Kredit Sektor Rumah Tangga 32
Grafik 2.9. Nilai Tukar Rupiah 14 Menurut Jenisnya
Grafik 2.10. Volatilitas Nilai Tukar Kawasan (bulanan) 14 Grafik 2.54. Pertumbuhan Kredit UMKM (%, yoy) 32
Grafik 2.11. Pertumbuhan Investasi 15 Grafik 2.55. Pertumbuhan Kredit UMKM 33
Grafik 2.12. Penjualan Semen 16 Berdasarkan Sektor (%, YoY)
Grafik 2.13. Indikator Investasi Nonbangunan (Mesin) 16 Grafik 2.56. Pangsa Sektor Ekonomi terhadap 33
Grafik 2.14. Indikator Investasi Nonbangunan (Kendaraan) 16 Kredit UMKM (%)
Grafik 2.15. Indeks Keyakinan Konsumen 16 Grafik 2.57. Pangsa Wilayah terhadap Kredit UMKM (%) 33
Grafik 2.16. Penjualan Ritel 16 Grafik 2.58. Non-Performing Loan Kredit UMKM 34
Grafik 2.17. Pertumbuhan Ekspor Nonmigas Riil 17 Grafik 2.59. Pencapaian Realisasi KUR terhadap Target 34
Grafik 2.18. Pertumbuhan Harga Ekspor Nonmigas 17 Grafik 2.60. Realisasi KUR berdasarkan Sektor Ekonomi 34
Grafik 2.19. Neraca Pembayaran Indonesia 19 Grafik 2.61. Uang Kartal yang Diedarkan 39
Grafik 2.20. Transaksi Modal dan Finansial 19 Grafik 2.62. Perbandingan Uang Kartal Yang 39
Grafik 2.21. Neraca Perdagangan 20 Diedarkan terhadap M1
Grafik 2.22. Neraca Transaksi Berjalan 20 Grafik 2.63. Perbandingan Uang Kartal Yang 39
Grafik 2.23. Perkembangan Cadangan Devisa 20 Diedarkan terhadap M2
Grafik 2.24. Nominal Rata-Rata Harian Transaksi PUAB 21 Grafik 2.64. Jumlah Temuan Uang Rupiah Palsu 41
Grafik 2.25. Jumlah Pelaku dan Frekuensi PUAB 21
Grafik 2.26. Nominal Rata-Rata Harian Transaksi Repo 22
Grafik 2.27. Transaksi Valas Domestik 22 Grafik 3.1. Koridor Suku Bunga 48
Grafik 2.28. Supply Demand Valas 22 Grafik 3.2. Posisi Rata-Rata Tertimbang Durasi Operasi 49
Grafik 2.29. Komposisi Transaksi Derivatif 23 Moneter Bulanan (Sisa Jatuh Waktu)
Grafik 2.30. Yield Obligasi Negara 23 Grafik 3.3. Rata-Rata Tertimbang Durasi Operasi Moneter 49
Grafik 2.31. Volatilitas Yield 20 hari 24 Triwulanan (Sisa Jatuh Waktu)
Grafik 2.32. Perkembangan dan Net Flow Asing di IHSG 24 Grafik 3.4. Outstanding Operasi Moneter (Total) 49
Grafik 2.33. Perkembangan dan Nilai Rata-rata 24 Grafik 3.5. Komposisi Operasi Moneter Absorpsi 49
Perdagangan Harian IHSG Grafik 3.6. Suku Bunga Hasil OPT 49
Grafik 2.34. Perkembangan dan Volatilitas IHSG 25 Grafik 3.7. Tingkat Pertumbuhan Debitur-Fasilitas 80
Grafik 2.35. Perkembangan Industri Reksadana 25 Grafik 3.8. Permintaan IDI 80
Grafik 2.36. Rasio Non-Performing Loan 26 Grafik 3.9. Proyeksi dan Realisasi Penarikan Uang Rupiah 97
Grafik 2.37. Rasio NPL Gross per Jenis Penggunaan 26 selama Periode Ramadhan/Idul Fitri 2017
Grafik 2.38. Rasio NPL Gross per Sektor Ekonomi 26 Grafik 3.10. Pangsa Penarikan Uang Rupiah selama 97
Grafik 2.39. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy) 27 Periode Ramadhan/Idul Fitri 2017
Grafik 2.40. Komposisi Alat Likuid Perbankan 27 Grafik 3.11. Penarikan Uang selama Periode Ramadhan/ 97
Grafik 2.41. Alat Likuid terhadap Non-Core Deposit (NCD) 27 Idul Fitri 2017Berdasarkan Jenis Bank
Grafik 2.42. Suku Bunga Kredit dan Deposito 1 Bulan 27 Grafik 3.12. Outflow Periode Ramadhan/Idul Fitri 2017 97
Grafik 2.43. Aset dan Investasi Industri Asuransi 28 Berdasarkan Kelompok Kegiatan
Grafik 2.44. Premi dan Klaim Bruto Industri Asuransi 29
Grafik 2.45. Pembiayaan Perusahaan Pembiayaan 29
Berdasarkan Jenis Usaha

viii
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Daftar Tabel Daftar Gambar
Tabel 2.1. Penyumbang Inflasi Administered Prices 12 Gambar 2.1. Peta Inflasi Regional, Juli 2017 (%, mtm) 13
Tabel 2.2. Penyumbang Inflasi Volatile food 12 Gambar 2.2. Peta Pertumbuhan Ekonomi Daerah 18
Tabel 2.3. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran 15 Triwulan II-2017 (%, yoy)
Tabel 2.4. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha 17
Tabel 2.5. Kepemilikan Surat Berharga Negara 24 Gambar 3.1. Pencapaian bank yang memenuhi 75
Tabel 2.6. Perkembangan Indeks Saham Regional 25 rasio kredit UMKM
Tabel 2.7. Perkembangan Penyaluran Pembiayaan 28 Gambar 3.2. Peta Wilayah Klaster UMKM Binaan 77
Tabel 2.8. Kinerja Korporasi Publik Tw IV-2015 dan 31 Bank Indonesia
Tw IV-2016 Gambar 3.3. Jalur Distribusi Uang Rupiah oleh Bank Indonesia 94
Tabel 2.9. Nominal Transaksi Sistem Pembayaran 36 Gambar 3.4. Peta Lokasi Kas Titipan Bank Indonesia 99
Bank Indoensia
Tabel 2.10. Frekuensi Transaksi Sistem Pembayaran 37 Gambar 4.1. Framework SPAMK 116
Bank Indonesia
Tabel 2.11. Nominal Transaksi APMK dan Uang Elektronik 37
Tabel 2.12. Frekuensi Transaksi APMK dan Uang Elektronik 37
Tabel 2.13. Transaksi Transfer Dana Triwulan II-2017 38
Tabel 2.14. Transaksi UKA-TC Triwulan II – 2017 38
Tabel 2.15. Perkembangan Posisi UYD di Masyarakat dan 40
Perbankan
Tabel 2.16. Indikator Pengedaran Uang 40

Tabel 3.1. Realisasi Penarikan ULN Pemerintah 58


Tabel 3.2. Realisasi Pembayaran ULN Pemerintah 59
Tabel 3.3. Jumlah Debitur-Fasilitas (dalam juta) 79
Tabel 3.4. Permintaan IDI (dalam juta) 80

ix
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
x
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Bab I
Ringkasan Eksekutif

1
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Sepanjang periode triwulan II-2017, kenaikan tekanan
1.1. Kinerja Perekonomian inflasi terutama terjadi pada Juni 2017 yakni sebesar
0,69%. Tekanan inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan
Pada triwulan II-2017, pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan rata-rata inflasi periode Ramadan dan Lebaran
tercatat 5,01% (yoy), sama dengan triwulan sebelumnya dalam tiga tahun terakhir yakni sebesar 0,85% (mtm).
sebesar 5,01% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan Berdasarkan komponen, inflasi yang terkendali terutama
periode yang sama pada 2016 sebesar 5,18% (yoy). dipengaruhi inflasi volatile foods, sedangkan inflasi
Pertumbuhan ekonomi tersebut dipengaruhi oleh kelompok administered prices tercatat cukup tinggi
meningkatnya kinerja investasi, baik investasi bangunan dipengaruhi penyesuaian tarif listrik tahap ketiga.
maupun non-bangunan. Kondisi ini mengindikasikan
masih berlanjutnya proses pemulihan ekonomi Indonesia Perbaikan juga terlihat pada Neraca Pembayaran
meskipun tidak sekuat perkiraan semula. Indonesia (NPI). Pada triwulan II-2017, NPI mencatat
surplus sebesar 0,7 miliar dolar AS dengan ditopang oleh
Kinerja investasi bangunan meningkat sejalan dengan surplus transaksi modal dan finansial yang lebih besar dari
terus berlanjutnya pembangunan konstruksi sektor swasta defisit transaksi berjalan. Surplus NPI tersebut mendorong
dan proyek infrastruktur pemerintah. Kinerja investasi non- peningkatan posisi cadangan devisa dari 121,8 miliar
bangunan juga tetap tumbuh tinggi seiring dengan harga dolar AS pada akhir triwulan I-2017 menjadi 123,1 miliar
komoditas yang masih positif dan tinggi. Sementara itu, dolar AS. Jumlah cadangan devisa tersebut cukup untuk
konsumsi rumah tangga relatif terjaga dipengaruhi faktor membiayai kebutuhan pembayaran impor dan utang luar
Lebaran, sedangkan konsumsi pemerintah mengalami negeri pemerintah selama 8,5 bulan dan berada di atas
kontraksi seiring adanya pergeseran pengeluaran. Dari standar kecukupan internasional.
sisi eksternal, ekspor tumbuh melambat terutama karena
ekspor manufaktur yang mengalami tekanan sejalan Surplus transaksi modal dan finansial didukung oleh
dengan belum kuatnya pemulihan ekonomi negara maju. kuatnya kepercayaan investor terhadap perekonomian
Indonesia seiring pencapaian investment grade. Transaksi
Dari sisi sektoral, perbaikan kinerja lapangan usaha (LU) modal dan finansial pada triwulan II-2017 mencatat surplus
sektor transportasi dan komunikasi dan kontruksi menjadi 5,9 miliar dolar AS didukung oleh meningkatnya surplus
penopang pertumbuhan ekonomi triwulan II-2017. Sektor investasi langsung dan investasi portofolio. Sementara itu,
usaha transportasi dan komunikasi tumbuh meningkat defisit transaksi berjalan tercatat sebesar 5,0 miliar dolar
didorong oleh tingginya permintaan terkait faktor AS (1,96% dari PDB), meningkat dari triwulan sebelumnya
musiman Lebaran dan hari libur. Sementara itu, sektor sebesar 2,4 miliar dolar AS (0,98% dari PDB).
usaha konstruksi terus melanjutkan tren peningkatan
pertumbuhan sejalan dengan kuatnya investasi bangunan Secara keseluruhan, perkembangan NPI menunjukkan
oleh pemerintah dan swasta. Di sisi lain, sektor usaha terpeliharanya keseimbangan eksternal perekonomian
manufaktur tumbuh terbatas sejalan dengan pelemahan sehingga turut menopang berlanjutnya stabilitas
ekspor barang manufaktur. Sebaliknya, harga komoditas makroekonomi. Meski demikian, Bank Indonesia terus
yang tetap tinggi sehingga mampu menopang kinerja mewaspadai perkembangan global khususnya risiko terkait
sektor usaha pertambangan kebijakan bank sentral AS dan faktor geopolitik, yang dapat
memengaruhi kinerja neraca pembayaran. Bank Indonesia
Secara umum, stabilitas makroekonomi dan sistem meyakini kinerja NPI akan semakin baik didukung bauran
keuangan semakin baik. Hal itu tercermin pada inflasi kebijakan moneter dan makroprudensial, serta penguatan
yang rendah, defisit transaksi berjalan yang terkendali, dan koordinasi kebijakan dengan pemerintah, khususnya
nilai tukar yang menguat. Bank Indonesia memperkirakan dalam mendorong kelanjutan reformasi struktural.
inflasi masih sesuai dengan sasaran inflasi 2017 pada
kisaran 4±1%. Sementara itu, posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia
tercatat sebesar 335,3 miliar dolar AS atau tumbuh
Secara tahunan, Indeks Harga Konsumen (IHK) pada akhir sebesar 2,9% (yoy), melambat dibanding triwulan I-2017
triwulan II-2017 mencatat inflasi sebesar 4,37% (yoy). yang sebesar 3,2% (yoy). Pertumbuhan ULN tersebut juga
Angka inflasi ini cukup terkendali di tengah meningkatnya jauh lebih lambat dibandingkan dengan periode yang sama
permintaan seiring masuknya periode Hari Besar pada 2016 sebesar 6,8% (yoy).
Keagamaan Nasional (HBKN). Perkembangan ini tidak
terlepas dari kontribusi positif berbagai kebijakan yang Berdasarkan kelompok peminjam, pertumbuhan ULN
ditempuh pemerintah dan koordinasi yang kuat dengan dipengaruhi oleh pertumbuhan ULN sektor publik yang
Bank Indonesia dalam menghadapi Lebaran. melambat dan berlanjutnya kontraksi pertumbuhan ULN

2
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
sektor swasta. Pada akhir triwulan II-2017, ULN sektor meningkat 13,7% dibandingkan triwulan I-2017 sebesar
publik tercatat sebesar 170,3 miliar dolar AS atau sekitar 15 miliar dolar AS per hari. Peningkatan ini seiring dengan
50,8% dari total ULN. Sementara itu, ULN sektor swasta ekspektasi pelaku pasar terhadap penguatan rupiah.
tercatat sebesar 165,0 miliar dolar AS atau sekitar 49,2%
Secara umum, kondisi stabilitas sistem keuangan (SSK)
dari total ULN.
Indonesia relatif stabil. Indeks SSK tetap berada pada
Posisi ULN Indonesia tetap didominasi oleh ULN jangka level normal, terutama disebabkan oleh meningkatnya
panjang yang tercatat sebesar 290,0 miliar dolar AS permodalan dan likuiditas perbankan. Peningkatan kinerja
(86,5% dari total ULN), sedangkan posisi ULN jangka pasar keuangan maupun korporasi dan rumah tangga juga
pendek tercatat sebesar 45,3 miliar dolar AS (13,5% dari turut mendukung tercapainya sistem keuangan yang stabil.
total ULN).
Peningkatan kinerja juga terlihat di pasar keuangan
Bank Indonesia memandang perkembangan ULN tersebut Indonesia. Peringkat (rating) investasi yang diberikan oleh
tetap sehat dan terkendali. Hal ini tercermin pada dari Standard & Poor’s menjadi pendorong utama kepercayaan
rasio ULN Indonesia terhadap produk domestik bruto investor terhadap perekonomian Indonesia. Hal itu
(PDB) yang tercatat stabil di kisaran 34,2% atau menurun tercermin pada kenaikan indeks harga saham gabungan
dibandingkan dengan triwulan II-2016 yang sebesar (IHSG) di Bursa Efek Indonesia dan arus modal masuk
37,2%. (inflow) dari investor asing ke pasar saham dan surat
berharga negara (SBN).
Perkembangan ini menunjukkan keseimbangan eksternal
perekonomian yang semakin baik dan turut menopang Sejauh ini, ketahanan permodalan industri perbankan
terjaganya stabilitas makroekonomi. Kondisi tersebut juga tetap kuat. Sepanjang triwulan II-2017, kecukupan
berdampak pada nilai tukar rupiah. Selama triwulan II-2017, modal industri perbankan tercatat sebesar 22,49%, turun
pergerakan nilai tukar rupiah menunjukkan perkembangan tipis dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat
yang relatif stabil yang ditopang oleh tetap tingginya sebesar 22,67%. Tingginya kondisi permodalan tersebut
kepercayaan terhadap stabilitas makroekonomi Indonesia. memberikan ruang bagi perbankan untuk menyerap
Pada triwulan II-2017, secara rata-rata rupiah menguat peningkatan risiko akibat perlambatan perekonomian.
sebesar 0,30% dari Rp13.348 menjadi Rp13.309 per dolar
Pada triwulan II-2017, pertumbuhan kredit tercatat
AS. Penguatan rupiah tersebut didukung oleh kondisi
sebesar 7,75% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan
domestik yang cukup solid ditengah perkembangan
sebelumnya yang mencapai 9,24% (yoy). Pertumbuhan
eksternal yang cenderung dinamis. Volatilitas rupiah
kredit ini dipengaruhi kredit modal kerja (KMK) dan kredit
sampai akhir triwulan II-2017 tercatat lebih rendah
investasi (KI) yang masing-masing menurun dari 8,61%
dibandingkan dengan negara peers.
(yoy) dan 10,32% (yoy) menjadi 7,19% dan 6,50%.
Stabilitas nilai tukar rupiah ditopang oleh aliran dana Sebaliknya, kredit investasi (KI) meningkat dari 9,28% (yoy)
masuk yang tetap kuat seiring dengan prospek imbal menjadi 9,87%.
hasil yang positif dan diikuti oleh tetap tingginya pasokan
Di sisi lain, risiko kredit industri perbankan sedikit turun.
valas korporasi di pasar valas domestik. Ke depan, nilai
Pada triwulan II-2017, rasio non-performing loan (NPL)
tukar rupiah diperkirakan tetap stabil didukung oleh
gross industri perbankan tercatat sebesar 2,96%, turun
keseimbangan neraca pembayaran yang terjaga dan pasar
dari triwulan sebelumnya sebesar 3,04%. Untuk memitigasi
valas domestik yang semakin dalam.
risiko kredit, industri perbankan lebih berhati-hati dalam
Sementara itu, kondisi likuiditas di pasar uang rupiah menyalurkan kredit dan memperketat pemantauan kredit
relatif stabil. Pada triwulan II-2017, nominal rata-rata bermasalah.
harian (RRH) transaksi pasar uang rupiah meningkat 17%
Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) industri
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yakni dari
perbankan tumbuh cukup tinggi. Pada triwulan II-2017.
Rp12,8 triliun menjadi Rp14,98 triliun per hari. Kondisi
DPK industri perbankan tumbuh sebesar 10,30% (yoy),
itu seiring dengan peningkatan kebutuhan likuiditas oleh
lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2017 yang tumbuh
perbankan menjelang hari raya Idul Fitri. Peningkatan itu
sebesar 10,02%. Kenaikan pertumbuhan DPK perbankan
terutama didorong oleh kenaikan transaksi repo, sejalan
terjadi pada komponen deposito dan giro, sedangkan
dengan semakin banyaknya pelaku yang bertransaksi.
pertumbuhan tabungan menurun.
Peningkatan nominal transaksi juga terjadi di pasar valuta
Secara umum, kondisi likuiditas industri perbankan
asing domestik. Rata-rata harian transaksi valas pada
pada periode laporan menurun dibandingkan dengan
periode ini mencapai sebesar 5,7 miliar dolar AS per hari,

3
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
triwulan sebelumnya. Penurunan ini karena meningkatnya frekuensinya meningkat sebesar 8,88% (qtq) menjadi
permintaan dana oleh masyarakat guna memenuhi 1.619,42 juta transaksi. Secara tahunan, nominal transaksi
kebutuhan Lebaran. Kondisi likuiditas industri perbankan meningkat sebesar 9,56% dibandingkan periode yang
pada triwulan II-2017 menurun dibandingkan triwulan sama tahun sebelumnya, dan frekuensinya meningkat
sebelumnya yang dipengaruhi aliran keluar uang kartal sebesar 9,44%.
pada periode Lebaran. Setelah dikurangi pemenuhan Giro
Wajib Minimum (GWM), alat likuid perbankan turun menjadi
Rp1.064 triliun dari triwulan sebelumnya Rp1.084 triliun.
Suku bunga simpanan dan suku bunga kredit perbankan
1.2. Kebijakan yang Ditempuh
juga masih berada dalam tren menurun. Di tengah tantangan yang meningkat, Bank Indonesia terus
memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial,
Pada triwulan II-2017, kinerja sektor korporasi membaik
dan sistem pembayaran. Kebijakan itu ditempuh demi
dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin
terjaganya stabilitas makroekonomi, khususnya stabilitas
dari naiknya indikator profitabilitas retun on asset (ROA)
nilai tukar dan sistem keuangan, untuk mendukung
dan return on equity (ROE) serta penurunan porsi utang
kesinambungan perekonomian nasional.
korporasi. Meskipun masih terbatas, perbaikan kinerja
dialami oleh hampir seluruh sektor, kecuali sektor Di bidang moneter, Bank Indonesia secara konsisten
infrastruktur, utilitas dan transportasi serta sektor properti mengarahkan kebijakan moneter untuk memastikan laju
dan real estate. Kondisi tersebut mendorong nilai kredit inflasi menuju sasaran 4+1% dan defisit transaksi berjalan
korporasi tumbuh sebesar 2,54% (qtq) menjadi sebesar ke arah yang lebih sehat. Kebijakan moneter didukung
Rp2.136,41 triliun. kebijakan suku bunga, nilai tukar, penguatan operasi
moneter, pengelolaan arus modal, komunikasi kebijakan,
Konsumsi rumah tangga Indonesia juga menunjukkan
dan koordinasi dengan pemerintah maupun otoritas terkait.
peningkatan. Hal tersebut tercermin dari rata-rata Indeks
Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar 124,0, lebih tinggi Selama triwulan II-2017, stabilitas makroekonomi tetap
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 118,0. terjaga sehingga meningkatkan keyakinan pelaku usaha
Meningkatnya optimisme konsumen itu seiring dengan terhadap prospek ekonomi Indonesia ke depan. Kondisi ini
peningkatan kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi tidak terlepas dari kebijakan moneter yang dilakukan Bank
terhadap kondisi ekonomi 6 bulan mendatang. Indonesia.

Secara keseluruhan, kondisi stabilitas makroekonomi Pada triwulan II-2017, kondisi net likuiditas (giro bank di
dan sistem keuangan Indonesia tetap terjaga. Hal itu Bank Indonesia/bank reserves) pada sistem perbankan
tidak terlepas dari dukungan penyelenggaraan sistem turun sebesar Rp75 triliun dari posisi akhir triwulan I-2017
pembayaran. Sejauh ini, sistem pembayaran berlangsung menjadi Rp357 triliun. Penurunan tersebut terutama berasal
aman, lancar, dan terpelihara dengan baik. Kondisi tersebut dari mutasi uang kartal sejalan dengan meningkatnya
tercermin dari tingkat kemampuan setelmen dalam layanan kebutuhan uang kartal masyarakat menjelang perayaan
sistem pembayaran non-tunai Bank Indonesia (BI-RTGS, hari besar agama. Faktor lain adalah transaksi keuangan
BI-SSSS, dan SKNBI) yang mampu memproses seluruh pemerintah dan jatuh waktu instrumen operasi moneter.
transaksi peserta.
Melalui strategi operasi moneter, rata-rata tertimbang
Sistem pembayaran yang diselenggarakan oleh industri (rrt) suku bunga PUAB o/n mendekati kisaran BI 7-day
juga berjalan lancar dan aman. Pada periode laporan, Reverse Repo (RR) Rate. Selama triwulan II-2017, posisi
penyelenggaraan sistem pembayaran oleh industri tidak BI 7-Day RR Rate ditetapkan sebesar 4,75%. Hal ini diikuti
mengalami gangguan signifikan dalam memfasilitasi oleh relatif stabilnya suku bunga instrumen operasi pasar
pembayaran ritel non-tunai masyarakat. Penggunaan terbuka (OPT) lainnya. Suku bunga instrumen OPT pada
instrumen alat pembayaran dengan menggunakan kartu tenor 1 minggu tercatat sebesar 4,75%, 2 minggu sebesar
(APMK) dan uang elektronik (UE) tumbuh positif seiring 4,97%, 1 bulan sebesar 5,22%, 3 bulan sebesar 5,65%,
dengan terus dilakukannya edukasi terhadap masyarakat 6 bulan sebesar 5,87%, 9 bulan sebesar 5,97%, dan 12
Selain itu, Bank Indonesia terus memperluas penggunaan bulan sebesar 6,07%.
instrumen pembayaran nontunai dengan berbagai upaya
dan kebijakan. Pada April 2017, Bank Indonesia menerbitkan ketentuan
mengenai penyempurnaan pengaturan Giro Wajib
Pada triwulan II-2017, nominal transaksi APMK meningkat Minimum (GWM) yang akan mulai berlaku 1 Juli 2017
sebesar 10,52% (qtq) menjadi Rp1,652 triliun, sedangkan dengan masa transisi 1 bulan. Penyempurnaan tersebut

4
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
merupakan langkah lanjutan dari reformulasi kerangka LPS melaksanakan pertemuan High Level Meeting untuk
operasional kebijakan moneter yang telah dicanangkan membahas hasil pemantauan dan penilaian terhadap SSK
pada 2016 untuk meningkatkan efektivitas transmisi selama triwulan I-2017.
kebijakan moneter. Pada Mei 2017, Bank Indonesia
Sejalan dengan mandat undang-undang, Bank Indonesia
kembali menetapkan besaran tambahan modal bank
melakukan penatausahaan, penarikan/pembayaran, dan
berupa Countercyclical Capital Buffer (CCB) sebesar 0%
penyusunan laporan utang luar negeri (ULN) pemerintah.
(nol persen), atau tidak mengalami perubahan dari besaran
ULN pemerintah yang ditatausahakan oleh Bank Indonesia
yang berlaku saat ini.
mencakup pinjaman luar negeri dan surat berharga negara
Untuk mendukung efektivitas operasi moneter, Bank (SBN) internasional.
Indonesia mengubah frekuensi lelang OPT (Sertifikat
Selama triwulan II-2017, realisasi penarikan ULN pemerintah
Deposito Bank Indonesia/SDBI dan Reverse Repo Surat
mencapai 1,22 miliar dolar AS, terutama didominasi oleh
Berharga Nasional/RR-SBN) dengan mempertimbangkan
penerbitan perdana (new issuance) Samurai Bonds senilai
perkembangan kondisi likuiditas perbankan. Kondisi
100 miliar yen pada 8 Juni 2017. Sementara itu, realisasi
likuiditas perbankan tersebut terefleksikan pada perubahan
pembayaran ULN pemerintah tercatat sebesar 2,13 miliar
komposisi instrumen operasi moneter, yakni meningkatnya
dolar AS, terutama untuk pembayaran pinjaman bilateral
posisi penempatan dana bank pada instrumen deposit
sebesar 701,9 juta dolar AS.
facility (DF) dan SDBI. Khusus pada periode Ramadan,
Bank Indonesia mengurangi frekuensi lelang RR-SBN tenor Terkait devisa hasil ekspor (DHE), penerimaan DHE melalui
1 minggu dari yang sebelumnya 3 kali dalam seminggu bank devisa dalam negeri pada triwulan II-2017 meningkat
menjadi 2 kali seminggu. menjadi 30 miliar dolar AS dari triwulan sebelumnya
sebesar 26,5 miliar dolar AS, namun pangsanya menurun
Secara quarter on quarter (qtq), Deposit Facility (DF) naik
dari 93,6% menjadi 92,8%. Sementara itu, DHE yang
114,4% menjadi Rp165,35 triliun, Fasilitas Simpanan Bank
diterima bank di luar negeri meningkat menjadi 1,9
Indonesia (FASBI) turun 16,8% menjadi Rp18,39 triliun,
miliar dolar AS dari sebesar 1,5 miliar dolar AS dengan
RR-SBN turun76,9% menjadi Rp24,46 triliun, dan SDBI
peningkatan pangsa pasar dari 5,2% menjadi 5,9%.
naik 25,1% menjadi Rp165,98 triliun. Dalam periode yang
Untuk meningkatkan penerimaan DHE, Bank Indonesia
sama, Serifikat Bank Indonesia (SBI) turun 49,7% menjadi
terus melakukan pengawasan terhadap eksportir yang
Rp37,06 triliun, SBI Syariah turun 24,1% menjadi Rp9,32
tidak mematuhi ketentuan.
triliun, FX Swap turun 30,1% menjadi Rp27,45 triliun, dan
posisi Term Repo meningkat menjadi Rp36,2 triliun. Untuk mendukung perumusan kebijakan, Bank Indonesia
melakukan kegiatan statistik. Kegiatan itu antara lain
Sebagai bagian kebijakan moneter, Bank Indonesia
mengumpulkan dan mengolah data maupun informasi
senantiasa menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
ekonomi, moneter, dan sistem keuangan. Selanjutnya,
Pengelolaan nilai tukar dilakukan melalui serangkaian
Bank Indonesia menyusun laporan atau analisis atas data-
manajemen nilai tukar dan pengaturan pasar valuta asing
data tersebut. Bank Indonesia juga menyelenggarakan
domestik. Pada triwulan II-2017, pergerakan nilai tukar
berbagai jenis survei dan liaison yang terkait dengan
rupiah menunjukkan perkembangan yang relatif stabil.
kondisi ekonomi, moneter, sistem keuangan, termasuk
Secara quarter on quarter, Rupiah mengalami depresiasi
sektor riil.
sebesar 0,015% atau 2 point dari Rp13.323 per dolar AS
pada 31 Maret 2017 menjadi Rp13.325 per dolar AS pada Di bidang makroprudensial, Bank Indonesia melakukan
akhir Juni 2017. fungsi pengaturan dan pengawasan makroprudensial.
Bank Indonesia pun terus meningkatkan ketahanan sistem
Di sisi lain, Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi
keuangan dan memitigasi risiko sistemik dalam sistem
dengan pemerintah dan instansi terkait lainnya. Pada
keuangan.
triwulan II-2017, Bank Indonesia dan Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS) melaksanakan seminar tentang Peran Selama triwulan II-2017, Bank Indonesia menyusun
strategis Bank Indonesia dan LPS dalam memelihara beberapa ketentuan makroprudensial yang bersifat internal
stabilitas sistem keuangan (SSK). Seminar ini diharapkan maupun eksternal. Pada periode ini, Bank Indonesia
dapat meningkatkan pemahaman mengenai stabilitas menyelesaikan peraturan pelaksanaan pinjaman likuiditas
sistem keuangan dan mendukung efektivitas kebijakan jangka pendek (PLJP), baik konvensional maupun syariah.
masing-masing otoritas. Pada April 2017, Bank Peraturan pelaksanaan tersebut merupakan tindak lanjut
Indonesia bersama Kementerian Keuangan, OJK, dan dari Peraturan Bank Indonesia tentang pinjaman likuiditas

5
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
jngka pendek bagi bank umum konvensional maupun Untuk meningkatkan pembiayaan dan akses keuangan
bank umum syariah (PBI PLJP/S). Ketentuan tersebut UMKM, Bank Indonesia melakukan program perluasan
merupakan pelaksanaan amanat Undang-Undang tentang dan pendalaman infrastruktur kredit UMKM. Langkah ini
Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan (UU untuk mengurangi kendala asymmetric information yang
PPKSK) sekaligus melengkapi Undang-Undang tentang disebabkan adanya kesenjangan antara kapasitas UMKM
Bank Indonesia (UU BI). dan kapasitas pembiayaan perbankan. Untuk itu, Bank
Indonesia menelaksanakan program pelatihan Pencatatan
Pada periode laporan, Bank Indonesia telah memeriksa Transaksi Keuangan (PTK) dan penggunaan Aplikasi
16 (enam belas) bank. Pemeriksaan tersebut mencakup Pencatatan Informasi Keuangan.
pemeriksaan ketahanan likuiditas, implementasi kebijakan
Loan To Value (LTV) secara spasial, dan kepatuhan Dari sisi regulasi Bank Indonesia telah menerbitkan
terhadap kebijakan moneter. Bank Indonesia juga ketentuan yang mewajibkan bank umum untuk memenuhi
memeriksa kepatuhan bank sebagai penyelenggara sistm target rasio kredit UMKM secara bertahap, yaitu 5%
pembayaran ritel sekaligus memeriksa kesiapan bank (2015), 10% (2016), 15% (2017), dan 20% (2018), dengan
untuk mengimplementasikan National Standard Indonesian tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian. Dari 115 bank
Chip Card Specification (NSICCS) maupun kesiapan bank umum, sampai dengan triwulan II-2017, sebanyak 69 bank
sebagai penyelenggara bantuan sosial non-tunai (Bansos). umum telah mencapai rasio kredit UMKM minimal 15%,
atau 47 bank yang memenuhi apabila NPL UMKM dan
Untuk mendukung pengembangan ekonomi dan keuangan total kredit diperhitungkan (< 5%).
syariah, Bank Indonesia telah berkontribusi aktif dalam
berbagai kegiatan internasional yang membahas isu– Selain itu, Bank Indonesia terus mengembangkan program
isu strategis terkini mengenai perkembangan ekonomi pengendalian inflasi dengan pendekatan pengembangan
dan keuangan syariah di dunia. Saat ini, Bank Indonesia klaster. Hingga triwulan II-2017, Bank Indonesia telah
sedang memfinalisasi penyusunan cetak biru (blueprint) mengembangkan 173 klaster yang tersebar di seluruh
ekonomi dan keuangan syariah. Cetak biru ini sebagai Indonesia. Bank Indonesia juga melakukan upaya untuk
upaya mewujudkan pengembangan ekonomi dan mendukung pelaksanaan program di masing-masing
keuangan Indonesia yang adil, bertumbuh sepadan, dan wilayah. Pengembangan komoditas dilakukan secara
berkesinambungan sesuai dengan nilai-nilai syariah. komprehensif dari hulu ke hilir. Bank Indonesia juga
berperan aktif dalam program pengembangan wirausaha
Untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, pendalaman dan kegiatan edukasi yang mendukung peningkatan akses
pasar keuangan terus dilakukan oleh Bank Indonesia. keuangan.
Terlebih lagi, Indonesia sangat memerlukan pembiayaan
untuk pembangunan guna mencapai pertumbuhan Di bidang sistem pembayaran, Bank Indonesia
ekonomi yang tinggi, berkesinambungan, dan inklusif. mengarahkan kebijakan untuk menjaga dan meningkatkan
Pada triwulan II-2017, program pendalaman pasar keamanan, efisiensi, kelancaran, dan keandalan sistem
keuangan diwujudkan antara lain melalui pembentukan pembayaran. Bank Indonesia juga terus menyempurnakan
Central Clearing Counterparties (CCP), penerbitan ketentuan untuk meningkatkan kualitas layanan. Secara
peraturan transaksi sertifikat deposito di pasar uang, dan konsisten, Bank Indonesia terus berupaya untuk
penerbitan ketentuan terkait kewajiban sertifikasi treasuri memperluas akses penggunaan instrumen pembayaran
dan penerapan kode etik pasar. nontunai dengan tetap memperhatikan aspek perlindungan
konsumen.
Untuk memperkuat sektor riil dan memberdayakan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), Bank Indonesia aktif Pada triwulan II-2017, Bank Indonesia menerbitkan
melakukan penelitian, pengembangan klaster komoditas ketentuan tentang Gerbang Pembayaran Nasional
ketahanan pangan, dan kegiatan lainnya. Berbagai (National Payment Gateway/NPG). Bank Indonesia juga
program pengembangan itu bertujuan untuk meningkatkan telah menetapkan National Standard Indonesia Chip
kapasitas ekonomi UMKM maupun meningkatkan Card Specification (NSICCS) sebagai Standar Nasional
pembiayaan dan akses keuangan UMKM. Selama triwulan Teknologi Chip Kartu ATM dan/atau kartu debit. Selain itu,
II-2017, Bank Indonesia telah melaksanakan beberapa Bank Indonesia terus melakukan penguatan kelembagaan
kegiatan antara lain Program UMKM Unggulan di 7 (tujuh) untuk memayungi interkoneksi/interoperabilitas industri
wilayah dan Model Bisnis Klaster Ketahanan Pangan sistem pembayaran ritel. Untuk mengembangkan
(Hilirisasi). penggunaan Central Bank Money (CeBM), Bank Indonesia

6
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
terus berkoordinasi dengan Self Regulatory Organizations menyelesaikan beberapa tema program strategis seperti
(SRO) di pasar modal. policy excellence, outstanding execution, institutional
leadership, motivated organization, dan state of the art
Seiring berkembangnya financial technology (fintech), technology. Terkait tema policy excellence, misalnya,
Bank Indonesia telah mendirikan Fintech Office guna Bank Indonesia menyempurnakan pengaturan Giro Wajib
memfasilitasi perkembangan inovasi ekosistem fintech di Minimum (GWM) untuk meningkatkan efektivitas transmisi
Indonesia. Selain itu, Bank Indonesia terus mendorong kebijakan moneter.
penerapan Penggunaan Nomor Tunggal Identitas Investor
untuk Investor Surat Berharga yang ditatausahakan di Di sisi lain, Bank Indonesia terus memperkuat fungsi
BI-SSSS dan mengoptimalkan Layanan Bulk Payment manajemen risiko melalui penguatan fungsi Internal Control
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Bank Officer (ICO), penetapan Business Resumption Site (BRS)
Indonesia juga terus meningkatkan aplikasi SKNBI dan dan Alternate
menyempurnakan ketentuan bilyet giro.
Command Center (ACC), dan asesmen risiko atas materi
Di bidang pengelolaan uang rupiah, kebijakan umum Rapat Dewan Gubernur. Secara BI-wide, pada triwulan
pengelolaan uang rupiah diarahkan untuk mencapai tiga II-2017, Bank Indonesia telah melaksanakan asesmen
pilar. Pertama, ketersediaan uang yang berkualitas dan risiko terhadap seluruh materi Rapat Dewan Gubernur
terpercaya. Kedua, distribusi dan pengolahan uang yang maupun kegiatan pemantauan, review, dan penyampaian
aman dan optimal, dan ketiga, layanan kas yang prima. rekomendasi atas implementasi mitigasi risiko di seluruh
Dalam kegiatan pengelolaan uang Rupiah, Bank Indonesia satuan kerja.
juga menjalin kerja sama dengan berbagai pihak.
Dalam menjalankan fungsi audit, Bank Indonesia
Selain di dalam negeri, Bank Indonesia secara aktif menggunakan metode pendekatan Risk Based Internal
menjalin kerja sama melalui berbagai fora internasional. Audit (RBIA) yang memprioritaskan audit pada proses
Bank Indonesia terlibat dalam Forum G20, Forum IMF, bisnis berisiko tinggi dengan frekuensi audit setiap tahun.
kerja sama Asean, kerja sama Asean+3, kerja sama Bank Sementara itu, kebijakan manajemen keuangan ditujukan
of International Settlement (BIS), kerja sama East Asia untuk meningkatkan tata kelola (good governance) dan
Pacific Central Banks (EMEAP), dan kerja sama antar bank memelihara keberlanjutan keuangan Bank Indonesia.
sentral.
Pada 2017, dukungan Sistem Informasi (SI) difokuskan
Bank Indonesia menjalankan fungsi kerja sama internasional pada kelanjutan Program Transformasi Bank Indonesia
untuk menciptakan persepsi positif lembaga internasional dengan penetapan Information System - Enterprise
terhadap perekonomian Indonesia. Melalui fungsi Investor Architecture (IS-EA) 2015–2024. Selama triwulan II-2017,
Relation Unit (IRU), Bank Indonesia menjalin hubungan Bank Indonesia melanjutkan upaya penguatan keamanan
dengan lembaga rating dan investor internasional. siber yang mengadopsi ISO27032:2014 Information
Sepanjang triwulan II-2017, IRU telah melaksanakan Technology - Security Techniques - Guidelines For Cyber
sejumlah kegiatan untuk mengelola persepsi positif Security.
perekonomian Indonesia. Bentuk kegiatan tersebut antara
Dalam aspek hukum, sepanjang triwulan II-2017, Bank
lain investor briefing, investor conference call, dukungan
Indonesia telah menerbitkan 6 (enam) Peraturan Bank
dalam penerbitan SBN dan penguatan linkage.
Indonesia dan 5 (lima) Peraturan Anggota Dewan Gubernur,
Untuk mendukung efektivitas kebijakan, Bank Indonesia dan 4 (empat) Peraturan Dewan Gubernur. Selain itu, Bank
secara aktif menggunakan berbagai media komunikasi. Indonesia menerbitkan 9 (sembilan) Peraturan Anggota
Selain media konvensional, Bank Indonesia memperluas Dewan Gubernur Intern.
jangkauan komunikasi melalui berbagai media sosial. Bank
Selain menjalankan tugas dan fungsinya sebagai otoritas
Indonesia juga melakukan komunikasi langsung dengan
moneter dan keuangan, Bank Indonesia terus menjalankan
berbagai pemangku kepentingan, termasuk dengan
program sosial. Melalui program sosial, Bank Indonesia
memberikan pengajaran kebanksentralan di berbagai
dapat meningkatkan kesadaran dan pemahaman
perguruan tinggi.
masyarakat terhadap pelaksanaan tugas dan pencapaian
Sebagai kelanjutan program tahun sebelumnya, Bank tujuan Bank Indonesia.
Indonesia melaksanakan 28 program strategis dari 5 tema
transformasi. Selama triwulan II-2017, Bank Indonesia telah

7
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
bank indonesia

8
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Bab II
Perkembangkan Kondisi Makroekonomi,
Moneter, Sistem Keuangan, Sistem
Pembayaran dan Pengedaran Uang Rupiah

Perekonomian nasional tetap menunjukkan kinerja yang positif didorong oleh permintaan
domestik yang masih terjaga. Pertumbuhan ekonomi triwulan II-2017 mencapai 5,01%
(yoy), terutama didukung oleh meningkatnya kinerja investasi. Investasi bangunan tumbuh
sejalan dengan berlanjutnya pembangunan konstruksi sektor swasta dan proyek infrastruktur
Pemerintah. Investasi non-bangunan juga tetap tumbuh tinggi seiring dengan masih tingginya
harga komoditas. Sementara itu, tetap kuatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga
dipengaruhi faktor Lebaran, sedangkan penurunan konsumsi pemerintah seiring pergeseran
realisasi pengeluaran.
Inflasi tetap terkendali dan pada akhir tahun diperkirakan berada dalam kisaran sasaran inflasi
2017, yaitu 4±1%. Penguatan Rupiah terus berlanjut pada triwulan II-2017 didukung kondisi
domestik yang cukup solid ditengah perkembangan eksternal yang cenderung dinamis. Neraca
Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan II-2017 mencatat peningkatan surplus, ditopang oleh
surplus transaksi modal dan finansial yang lebih besar dari defisit transaksi berjalan.

9
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
RINGKASAN bank indonesia

1. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat 4,37% (yoy). Kenaikan tekanan inflasi terutama
terjadi pada Juni 2017 yakni sebesar 0,69% (mtm), meski lebih rendah dibandingkan dengan
rata-rata inflasi periode Ramadan dan Lebaran dalam 3 tahun terakhir yakni sebesar 0,85%
(mtm).
2. Nilai tukar rupiah menguat sebesar 0,30% menjadi Rp13.309 per dolar AS dan volatilitas
Rupiah tetap terjaga (tercatat lebih rendah dibandingkan dengan negara peers).
3. Perekonomian Indonesia tumbuh stabil sebesar 5,01% (yoy), sama dengan triwulan sebelumnya
sebesar 5,01%.
4. Neraca Pembayaran Indonesia kembali mencatat surplus sebesar 0,7 miliar dolar AS, ditopang
oleh surplus transaksi modal dan finansial sebesar 5,9 miliar dolar AS yang melebihi defisit
transaksi berjalan sebesar 5 miliar dolar AS.
5. Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia tercatat 335,3 miliar dolar AS, tumbuh terkendali sebesar
2,9% (yoy), sama dengan triwulan sebelumnya. Rasio ULN terhadap PDB tercatat stabil di
kisaran 34,2%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 37,2%.
6. Nominal transaksi pasar uang rupiah tumbuh sebesar 16% dari triwulan sebelumnya yang
tercatat rata-rata sebesar Rp11,7 triliun per hari meningkat menjadi Rp13,6 triliun per hari.
7. Indeks Stabilitas Sistem Keuangan (ISSK) terjaga pada level normal. ISSK tercatat sebesar 0,82
atau sama dengan triwulan sebelumnya.
8. Kinerja pasar keuangan Indonesia membaik, didorong kepercayaan investor seiring pencapaian
investment grade. Masih tingginya minat investor asing tercermin pada kepemilikan asing di
SBN mencapai sebesar Rp770,55 triliun dan net inflow asing di pasar saham yang mencapai
sebesar Rp9,79 triliun.
9. Ketahanan industri perbankan tetap kuat. Rasio kecukupan modal (CAR) tercatat sebesar
22,49%, turun tipis dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 22,67%.
10. Pertumbuhan kredit perbankan tercatat sebesar 7,75% (yoy), lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya yang mencapai sebesar 9,24% (yoy).
11. Dana pihak ketiga industri perbankan bertumbuh sebesar 10,30% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 10,02%.
12. Konsumsi rumah tangga Indonesia menunjukkan optimisme. Hal ini tercermin dari
peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen menjadi sebesar 124, lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar 118.
13. Sejalan dengan pertumbuhan kredit perbankan, pertumbuhan kredit Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) menurun dari 8,4% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar
7,4% (yoy).
14. Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) telah mencapai Rp45,1 triliun atau 41,03% dari target
penyaluran KUR 2017, dengan jumlah debitur yang meningkat menjadi sebesar 2.025 ribu.
15. Nominal transaksi Sistem Pembayaran Bank Indonesia menurun sebesar 9,11% (qtq) menjadi
Rp40.145,42 triliun.
16. Posisi uang kartal yang diedarkan naik sebesar 27,9% (qtq) menjadi Rp719,5 triliun, seiring
dengan meningkatnya kebutuhan perbankan/masyarakat selama periode Ramadan dan Idul
Fitri.

10
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
rendah dibandingkan dengan rata-rata inflasi pada periode
pascalebaran tiga tahun terakhir. Dengan perkembangan
ini, inflasi IHK sampai dengan bulan Juli secara kumulatif
tercatat 2,60% (ytd) atau secara tahunan tercatat 3,88%
Inflasi tetap terkendali, meski mengalami tekanan (yoy) (Grafik 2.1).
pada Juni 2017 seiring meningkatnya kebutuhan
%, yoy
masyarakat pada periode hari besar keagamaan 20
nasional. Berdasarkan komponennya, inflasi IHK Volatile Food
16 Inti Administered Prices
volatile foods berada pada level yang lebih rendah
dari pola historis. Demikian pula dengan inflasi inti 12

yang juga tercatat rendah. Sementara itu, inflasi


8
administered prices cukup tinggi dipengaruhi
4
penyesuaian tarif listrik tahap ketiga.
0

-4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7
2.1. Inflasi 2015 2016 2017
Sumber: BPS, diolah
Inflasi pada triwulan II-2017 terkendali di tengah
meningkatnya permintaan seiring masuknya periode Hari
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Tahunan
Besar Keagamaan Nasional (HBKN). Sepanjang periode
triwulan II-2017, kenaikan tekanan inflasi terutama terjadi
Inflasi kelompok administered prices pada Juli 2017
pada bulan Juni 2017 yakni sebesar 0,69% (mtm). Meski
tercatat 0,07% (mtm), lebih rendah dibanding bulan
demikian, tekanan inflasi di bulan Juni tersebut lebih rendah
sebelumnya yang sebesar 2,10% (mtm). Realisasi inflasi
dibandingkan dengan rata-rata inflasi periode puasa dan
administered prices yang lebih rendah tersebut dipengaruhi
lebaran dalam tiga tahun terakhir yakni sebesar 0,85%
oleh deflasi pada komponen tarif angkutan antar kota
(mtm). Perkembangan inflasi yang terkendali ini tidak
dan kereta api. Penurunan inflasi administered prices
terlepas dari kontribusi positif berbagai kebijakan yang
yang lebih dalam tertahan oleh kenaikan tarif angkutan
ditempuh Pemerintah dan koordinasi yang kuat dengan
udara seiring meningkatnya permintaan selama periode
Bank Indonesia dalam menghadapi lebaran. Berdasarkan
liburan sekolah dan adanya kenaikan cukai rokok (Tabel
komponennya, inflasi volatile foods berada pada level yang
2.1). Secara tahunan, inflasi administered prices pada Juli
lebih rendah dari pola historis. Demikian halnya dengan
2017 tercatat menurun dibanding bulan sebelumnya yakni
inflasi inti yang juga tercatat rendah. Sementara itu, inflasi
menjadi 9,27% (yoy) dari sebelumnya 10,64% (yoy) (Grafik
kelompok administered prices berada pada level yang
2.2).
cukup tinggi dipengaruhi penyesuaian tarif listrik tahap
ketiga. Dengan perkembangan tersebut, inflasi Indeks
Harga Konsumen (IHK) hingga Juni tercatat 2,38% (ytd) % %
10 15
atau secara tahunan sebesar 4,37% (yoy), lebih rendah Administered Prices (%, mtm)
Administered Prices (%, yoy)-skala kanan
dari perkiraan semula sehingga mendukung pencapaian 8
10
sasaran inflasi sebesar 4,0+1% tahun 2017 dan 3,5+1% 6

pada tahun 2018. 4


5

Memasuki awal triwulan III-2017, inflasi IHK tetap terkendali 2


0
dan berada pada level yang lebih rendah dari perkiraan 0
semula. Pada Juli 2017, inflasi IHK tercatat 0,22% (mtm) -5
-2
dibawah rata-rata realisasi inflasi pascalebaran dalam
-4 -10
tiga tahun terakhir yang sebesar 0,28% (mtm). Realisasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7
inflasi IHK pada Juli 2017 dipengaruhi oleh terkendalinya 2015 2016 2017
Sumber: BPS, diolah
inflasi pada kelompok administered prices dan inflasi
kelompok volatile foods dan inflasi inti yang tercatat lebih Grafik 2.2. Inflasi Administered prices

11
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Tabel 2.1. Penyumbang Inflasi Administered Prices Inflasi inti pada Juli 2017 tercatat 0,26% (mtm) lebih rendah
0UÃHZP+LÃHZP dibandingkan dengan rata-rata inflasi inti pada periode
No. Komoditas Sumbangan (%)
(% mtm) pascalebaran tiga tahun terakhir, yaitu 0,45% (mtm)
INFLASI (Grafik 2.4). Inflasi kelompok inti pada bulan Juli 2017 lebih
1 Angkutan udara 3,26 0,04 dipengaruhi oleh tekanan pada komponen inti non-traded
2 9VRVRRYL[LRÂS[LY 0,57 0,01 terutama pada biaya sekolah Sekolah Menengah Atas dan
+,-3(:0 Sekolah Dasar seiring masuknya tahun ajaran baru. Di sisi
1 Angkutan antar kota -4,15 -0,03 lain, komponen inti traded mengalami perlambatan karena
:\TILY!)7:KPVSHO deflasi pada komoditas emas perhiasan. Perkembangan
inflasi inti juga dipengaruhi oleh masih cukupnya sisi
Inflasi kelompok volatile food pada Juli 2017 juga tercatat penawaran dibandingkan permintaan (kesenjangan
lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yakni dari output), tren menurunnya harga komoditas global, dan
0,65% (mtm) menjadi 0,17% (mtm) (Grafik 2.3). Rendahnya stabilnya nilai tukar rupiah, serta terjaganya ekspektasi
inflasi volatile food terutama bersumber dari koreksi harga inflasi baik di tingkat pedagang maupun konsumen (Grafik
beberapa komoditas pangan paska Idul Fitri seperti 2.5 dan Grafik 2.6). Secara tahunan, inflasi inti pada Juli
bawang putih, daging ayam ras, beras, dan cabai merah. 2017 tercatat 3,05% (yoy), lebih rendah dibanding realisasi
Penurunan inflasi volatile food lebih lanjut tertahan oleh inflasi inti di bulan sebelumnya yang sebesar 3,13% (yoy).
kenaikan telur ayam ras, tomat sayur dan bawang merah
(Tabel 2.2). Secara tahunan, inflasi volatile food tercatat %, mtm
1,0
rendah yaitu sebesar 1,13% (yoy).
Inti
Core Traded
0,8 Core Non-Traded
%, mtm
4,00
xȚ˜őɱǠĥaߠߞߟߣ xȚ˜őɱǠĥaߠߞߟߤ 0,6
xȚ˜őɱǠĥaߠߞߟߥ Rata-rata 2010-2012

0,4
2,00

0,2

0,00 0,0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7
2015 2016 2017
Sumber: BPS, diolah

-2,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Grafik 2.4. Inflasi Inti
Sumber: BPS, diolah

Indeks %, yoy
Grafik 2.3. Inflasi Volatile food
200 20
xȚ˜őɱǠxoŽǼʀʗőȂ࡭ɱǼőȂőǼőȚőȚ࡮
Tabel 2.2. Penyumbang Inflasi Volatile food xȚƉƜǼɱEǼɱɖƜǼʀőɱǠoőɡDžőÜƜƉőDžőȚDžߡŵȂȚˁőƉ
180 xȚƉƜǼɱEǼɱɖƜǼʀőɱǠoőɡDžőÜƜƉőDžőȚDžߤŵȂȚˁőƉ
15
0UÃHZP+LÃHZP
No. Komoditas Sumbangan (%)
(% mtm) ߟߤߞ
INFLASI 10
1 Telur ayam ras 2,92 0,02 140
2 Tomat sayur 7,24 0,01
5
3 Bawang merah 2,29 0,01 120
4 Jeruk 2,16 0,14
5 Ketimun 9,40 0,01 100 0
+,-3(:0 1 2 ߡ 4 5 ߤ 7 8 9 10 11 12 1 2 ߡ 4 5 ߤ 7 8 9 10 11 12 1 2 ߡ 4 5 ߤ 7 8 9 10 11 12
2015 2016 2017
1 Bwah putih -16,40 -0,06
íʗȔŵƜɡࡉ&őȚǼxȚƉȫȚƜɱǠőࡊ&ÜíࡊƉǠȫȂőǗ
2 Daging ayam ras -1,180 -0,02
3 Beras -0,31 -0,01
Grafik 2.5. Ekspektasi Inflasi Pedagang Eceran
4 Cabai merah -2,49 -0,01
Sumber: BPS, diolah

12
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Indeks %, yoy
200
xȚ˜őɱǠxoŽǼʀʗőȂ࡭ɱǼőȂőǼőȚőȚ࡮
20 2.2. Nilai Tukar Rupiah
190 xȚƉƜǼɱEǼɱɖƜǼʀőɱǠoőɡDžőŽȫȚɱʗȔƜȚߡŵȂȚˁőƉ
xȚƉƜǼɱEǼɱɖƜǼʀőɱǠoőɡDžőŽȫȚɱʗȔƜȚߤŵȂȚˁőƉ
180 15

170

ߟߤߞ 10

150

140 5
Berlanjutnya penguatan Rupiah ditopang oleh
ߟߡߞ tetap kuatnya aliran dana masuk seiring dengan
120 0 prospek imbal hasil yang positif dan tetap
1 2 ߡ 4 5 ߤ 7 8 9 10 11 12 1 2 ߡ 4 5 ߤ 7 8 9 10 11 12 1 2 ߡ 4 5 ߤ 7 8 9 10 11 12 1
2015 2016 2017 2018
tingginya pasokan valas korporasi di pasar valas
íʗȔŵƜɡࡉ&őȚǼxȚƉȫȚƜɱǠőࡊ&ÜíࡊƉǠȫȂőǗ domestik.
Grafik 2.6. Ekspektasi Inflasi Konsumen

Secara spasial, sebagian besar wilayah mencatat inflasi Nilai tukar Rupiah bergerak cukup stabil ditopang oleh tetap
yang rendah pada bulan Juli 2017 (Gambar 2.1). Secara tingginya kepercayaan terhadap stabilitas makroekonomi
berurutan, inflasi terendah tercatat di Jawa dan Sumatera Indonesia. Pada triwulan II-2017, secara rata-rata Rupiah
yang masing masing tercatat 0,19% (mtm), diikuti Kawasan menguat sebesar 0,30% dari Rp13.348 menjadi Rp13.309
Timur Indonesia (KTI) sebesar 0,35% (mtm). Rendahnya per dolar AS (Grafik 2.7). Penguatan Rupiah pada triwulan
inflasi di Jawa dan Sumatera disumbang inflasi seluruh II-2017 didukung oleh kondisi domestik yang cukup solid di
provinsi di kedua wilayah tersebut, bahkan beberapa tengah perkembangan eksternal yang cenderung dinamis.
daerah tercatat mengalami deflasi seperti di Kepulauan
Bangka Belitung (-0,25%; mtm), Lampung (-0,09%; mtm), Penguatan Rupiah pada awal April terutama disebabkan
dan Kepulauan Riau (-0,04%; mtm). Inflasi KTI tercatat lebih oleh sentimen global, antara lain pernyataan Presiden AS
tinggi dibanding wilayah lainnya akibat relatif tingginya Donald Trump yang tidak menginginkan penguatan dolar
inflasi berbagai provinsi di wilayah Sulampua, seperti di AS dan preferensi atas suku bunga Fed Fund Rate (FFR)
Gorontalo (1,03%; mtm), Sulawesi Tenggara (0,99%; mtm), di level rendah. Dari sisi domestik, penguatan Rupiah juga
dan Maluku (0,99%; mtm). Meski demikian, kenaikan lebih ditunjang oleh pasar valas domestik yang tercatat surplus
lanjut tertahan oleh deflasi di sejumlah provinsi antara lain akibat penjualan valas non-residen. Hal tersebut sejalan
Papua (-1,23%; mtm), Kalimantan Utara (-0,27%; mtm), dengan meningkatnya optimisme investor terhadap
Kalimantan Barat (-0,18%; mtm), Kalimantan Tengah fundamental perekonomian Indonesia. Selanjutnya,
(-0,05%; mtm), dan Nusa Tenggara Timur (-0,16%; mtm). Rupiah melemah disebabkan terutama oleh sentimen

ACEH
0,29

SUMUT uș˞őɭǟžőɭǟȩșőȁࡍߤࡎߦߦ࣡ࡎȓɼȓ
KEP, RIAU
0,25
0,04 KALBAR
-0,18 MALUT
RIAU KALTARA
SULUT 0,80
-0,27 SULTENG
0,48 JAMBI 0,86
0,31 0,05
PAPBAR
0,52
SUMSEL PAPUA
0,09 KALTIM -1,23
KEP, 0,11
BABEL
SUMBAR 1,4 SULBAR
GORONTALO
0,48 0,06
1,03
KALTENG
DKI -0,05
BENGKULU JAKARTA KALSEL MALUKU
0,46 SULSEL
0,35 0,40 JATENG 0,99
0,97
0,14 SULTRA
BALI NTT 0,99
LAMPUNG 0,12
-0,09 -0,16

BANTEN
JABAR
0,07
0,01 JATIM NTB
DIY
0,43 0,15 0,40

Inf > 3,0% 2,0% < Inf < 3,0% 1,0% < Inf < 2,0% 0,5% < Inf < 1,0% 0% < Inf < 0,5% Inf < 0%

Sumber: BPS, diolah

Gambar 2.1. Peta Inflasi Regional, Juli 2017 (%, mtm)

13
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
domestik, terkait Pilkada DKI Jakarta. Investor asing Stabilnya nilai tukar Rupiah berlanjut pada Juli 2017.
menilai hasil Pilkada DKI Jakarta berpotensi menimbulkan Hingga akhir Juli 2017, secara point-to-point nilai tukar
ketidakpastian politik dan ekonomi. Rupiah sedikit menguat sebesar 0,02% (ptp) dari Rp13.328
menjadi Rp13.325 per dolar AS (Grafik 2.9), meski secara
Memasuki periode Mei-Juni 2017, Rupiah kembali
rata-rata nilai tukar Rupiah melemah sebesar 0,37% dari
menguat, terutama disebabkan oleh sentimen domestik
Rp13.298 menjadi Rp13.346. Stabilnya nilai tukar Rupiah
antara lain data trade balance periode Mei 2017 yang
ditopang oleh aliran dana masuk yang tetap kuat seiring
tercatat surplus dan peningkatan credit rating Indonesia
dengan prospek imbal hasil yang positif dan diikuti oleh
oleh S&P dari BB+ menjadi BBB- dengan outlook stabil.
tetap tingginya pasokan valas korporasi di pasar valas
Peningkatan credit rating Indonesia dilandasi antara lain
domestik. Nilai tukar Rupiah ke depan diperkirakan tetap
oleh keberhasilan program tax amnesty untuk penggunaan
stabil didukung oleh keseimbangan neraca pembayaran
pembiayaan proyek infrastruktur dan upaya pemerintah
yang terjaga dan pasar valas domestik yang semakin
mengurangi tekanan defisit anggaran negara.
dalam. Stabilnya nilai tukar Rupiah juga disertai dengan
Sementara itu, volatilitas Rupiah sampai akhir triwulan volatilitas yang tetap rendah dibandingkan dengan negara
II-2017 tercatat lebih rendah dibandingkan dengan negara peers (Grafik 2.10).
peers yaitu Rand (Afrika Selatan), Lira (Turki), Real (Brazil),
Won (Korea Selatan), Bath (Thailand), Singapore Dollar
(Singapura), Rupee (India), Peso (Filipina) dan Ringgit
(Malaysia) (Grafik 2.8).

Tw. I vs Tw. II 2017 %

-5,63
30
BRL
-2,41 2016
2,59
ZAR YTD 2017
0,16 25
PHP -0,53 Rata-rata YTD 17
-0,02 0,28
IDR 0,30 20
CNY 1,57
0,43
KRW -2,25 data s.d. 31 Jul-17
2,01 15
1,24
THB 2,42
3,09 10
MYR 2,71
EUR 6,77
3,35
TRY point-to-point 3,28 5
3,45
INR Rata-rata 0,42
3,90
-
-8,00 -6,00 -4,00 -2,00 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 ZAR TRY BRL KRW PHP THB INR SGD MYR IDR
% Sumber: Reuters, Bloomberg, diolah
Sumber: Reuters, Bloomberg, diolah

Grafik 2.7. Nilai Tukar Kawasan Grafik 2.8. Volatilitas Nilai Tukar Kawasan (year-to-date)

Rupiah per Dolar %


13.500 25
IDR/USD Jun-17 Jul-17
Rata-rata Bulanan
13.450
Rata-rata Triwulanan 20

13.400 13.403
15
13.338 13.345 13.346
13.350 13.361 13.321 13.346
13.348 13.309 10
13.325
13.300

13.304 13.398
5
13.250
Data s.d 31 Juli 2017
13.200 0
Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 Mei-17 Jun-17 Jul-17 ZAR BRL TRY KRW THB PHP SGD INR MYR IDR

Sumber: Reuters Sumber: Reuters, Bloomberg, diolah

Grafik 2.9. Nilai Tukar Rupiah Grafik 2.10. Volatilitas Nilai Tukar Kawasan (bulanan)

14
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
bersumber dari investasi bangunan yang tumbuh 6,07%
2.3. Pertumbuhan Ekonomi (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
5,87% (yoy). Hal ini sejalan dengan berlanjutnya proyek
infrastruktur swasta termasuk dari Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) dan berlanjutnya proyek komersial swasta,
khususnya properti hunian (Grafik 2.11). Peningkatan
aktivitas konstruksi tersebut dikonfirmasi oleh data
Kinerja investasi bangunan cukup kuat penjualan semen yang tumbuh positif pada triwulan
menopang peningkatan investasi, sejalan dengan II-2017 (Grafik 2.12).
akselerasi belanja infrastruktur pemerintah
dan meningkatnya proyek komersial swasta, Investasi nonbangunan menunjukkan kinerja yang membaik
khususnya properti hunian. didorong oleh pertumbuhan dari Cultivated Biological
Resources (CBR) dan Hak atas Kekayaan Intelektual
(HAKI). CBR tumbuh 2,07% pada triwulan II-2017, setelah
terkontraksi 10,81% pada triwulan sebelumnya. Namun,
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2017 pertumbuhan investasi nonbangunan tanpa CBR dan
tercatat 5,01% (yoy), sama dengan triwulan I-2017, namun HAKI cenderung melemah sejalan dengan kontraksi
lebih rendah dari periode yang sama pada 2016 sebesar pertumbuhan mesin dan perlengkapan yang tercermin
5,18% (yoy). Pertumbuhan ekonomi tersebut didukung pada turunnya impor mesin dan peralatan serta impor
oleh meningkatnya kinerja investasi, khususnya investasi barang modal bukan kendaraan (Grafik 2.13). Sementara
bangunan sejalan dengan akselerasi belanja infrastruktur itu, kinerja investasi nonbangunan berupa kendaraan masih
pemerintah dan meningkatnya proyek investasi swasta tumbuh tinggi meskipun sedikit menurun. Selain itu, impor
(Tabel 2.3). Di sisi lain, pertumbuhan konsumsi rumah alat angkut dan perlengkapan meningkat (Grafik 2.14).
tangga tetap solid meskipun sedikit menurun sementara
konsumsi Pemerintah mengalami kontraksi seiring dengan %, yoy
10,0
adanya pergeseran pengeluaran. Dari sisi eksternal,
8,0
kinerja ekspor melambat terutama dipengaruhi penurunan
6,0
pertumbuhan volume ekspor produk manufaktur sejalan
4,0
dengan belum kuatnya pemulihan ekonomi dunia. Secara
2,0
spasial, rendahnya pertumbuhan ekspor terutama terjadi di
0,0
Jawa, Sulawesi dan Kalimantan sehingga berdampak pada
-2,0
pertumbuhan ekonomi yang melambat di daerah tersebut.
-4,0
PMTB Bangunan
Kinerja investasi bangunan yang cukup kuat menopang -6,0
NonBangunan excl. Haki & CBR NonBangunan
peningkatan investasi pada triwulan II-2017. Pertumbuhan -8,0
I II III IV I II III IV I II III IV I II
investasi pada triwulan II-2017 tercatat sebesar 5,35% 2014 2015 2016 2017

(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya Sumber: BPS

sebesar 4,78% (yoy). Perbaikan kinerja investasi terutama Grafik 2.11. Pertumbuhan Investasi

Tabel 2.3. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran


2016 2017
Komponen PDB Pengeluaran 2015 2016
I II III IV I II
Konsumsi Rumah Tangga 4,96 4,97 5,07 5,01 4,99 5,01 4,94 4,95
Konsumsi Lembaga Nonprofit Melayani Rumah Tangga -0,62 6,40 6,71 6,64 6,72 6,62 8,05 8,49
Konsumsi Pemerintah 5,32 3,43 6,23 -2,95 -4,05 -0,15 2,68 -1,93
Investasi 5,01 4,67 4,18 4,24 4,80 4,48 4,78 5,35
Investasi Bangunan 6,11 6,78 5,07 4,96 4,07 5,18 5,87 6,07
Investasi Nonbangunan 1,95 -1,20 1,70 2,16 7,07 2,45 1,49 3,27
Ekspor -2,12 -3,29 -2,18 -5,65 4,24 -1,74 8,21 3,36
Impor -6,41 -5,14 -3,20 -3,67 2,82 -2,27 5,12 0,55
PDB 4,88 4,92 5,18 5,01 4,94 5,02 5,01 5,01

15
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
%, yoy
sejalan dengan keyakinan konsumen yang tetap positif
12
10
(Grafik 2.15). Meskipun konsumsi tetap kuat, RT terindikasi
8 menahan pembelian barang-barang durable yang lebih
6 merupakan kebutuhan tersier, sebagaimana tercermin pada
4
pelemahan penjualan eceran kelompok perlengkapan RT,
2
peralatan komunikasi dan transportasi serta suku cadang
0
-2 (Grafik 2.16).
-4
-6 Indeks
-8
140
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2014 2015 2016 2017 130
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia
120
Grafik 2.12. Penjualan Semen
110
%, yoy
30 100
Investasi NonBangunan (Mesin)
20 Impor Mesin & Peralatan 90
Impor Mesin diluar Kendaraan
10
80
I II III IV I II III IV I II 1 2 3 4 5 6
0
2015 2016 2017 2017
-10 Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Keyakinan Saat Ini
Indeks Ekspektasi Konsumen
-20
Grafik 2.15. Indeks Keyakinan Konsumen
-30

-40 %, yoy
I II III IV I II III IV I II
40
2015 2016 2017
Sumber: BPS, CEIC, Bank Indonesia
30
Grafik 2.13. Indikator Investasi Nonbangunan (Mesin)
20

% yoy % yoy 10
50 100
Investasi Nonbangunan (kendaraan) 0
Impor Mobil penumpang 80
Penjualan Mobil Niaga 60
25 Impor Suku cadang dan Peralatan untuk Alat Angkut (skala kanan)
-10
Impor Alat Angkutan untuk Industri (skala kanan) 40
-20
20
0
I II III IV I II III IV I II 1 2 3 4 5 6
0 2015 2016 2017 2017
-20 Total Suku Cadang dan Aksesoris
Makanan, Minuman & Tembakau Peralatan Informasi dan Komunikasi
-25
-40 Sandang Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya
-60

-50 -80 Grafik 2.16. Penjualan Ritel


I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017
Sumber: BPS, CEIC, Bank Indonesia Sementara itu, konsumsi Pemerintah pada triwulan
II-2017 terkontraksi terkait dengan adanya pergeseran
Grafik 2.14. Indikator Investasi Nonbangunan (Kendaraan)
pengeluaran. Konsumsi pemerintah tercatat turun (-1,93%
yoy) pada triwulan II-2017, setelah tumbuh cukup kuat
Konsumsi rumah tangga (RT) tumbuh stabil dengan
pada triwulan sebelumnya (2,68% yoy). Terbatasnya
dukungan faktor lebaran dan inflasi yang terjaga, namun
konsumsi pemerintah tersebut terutama bersumber dari
sedikit lebih rendah dari proyeksi semula. Konsumsi RT
realisasi pengeluaran pemerintah pusat yang tumbuh
pada triwulan II-2017 tumbuh 4,95% (yoy) relatif stabil
1,3% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya ditopang
sebelumnya maupun periode yang sama pada tahun 2016.
pengeluaran terkait makanan dan minuman, transportasi
Realisasi belanja pegawai dan barang mengalami kontraksi
dan komunikasi, serta restoran dan hotel. Sementara itu,
pertumbuhan terkait pergeseran pengeluaran ke triwulan
realisasi inflasi yang terendah dalam periode Lebaran 3
III-2017. Demikian pula, transfer ke daerah tercatat rendah
tahun terakhir turut mendukung terjaganya konsumsi.
disebabkan oleh realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik
Selain itu, kinerja konsumsi rumah tangga yang terjaga
yang turun.

16
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Dari sisi eksternal, pertumbuhan ekspor melambat sejalan % yoy
50
dengan ekspor manufaktur yang mengalami tekanan Total Manufaktur Pertambangan Pertanian
40
karena dipengaruhi oleh belum kuatnya pemulihan ekonomi
negara maju. Pertumbuhan ekspor pada triwulan II-2017 30

sebesar 3,36% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan 20

sebelumnya yang tercatat 8,21% (yoy). Kinerja ekspor 10

terutama ditopang oleh tetap positifnya pertumbuhan 0

ekspor non-migas, di tengah kontraksi ekspor migas. -10


Namun, ekspor non-migas mengalami penurunan yang -20
disebabkan oleh pelemahan ekspor manufaktur di
-30
tengah masih positifnya kinerja ekspor pertanian (Grafik I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017
2.17). Ekspor manufaktur kembali terkontraksi sejalan
dengan belum kuatnya pemulihan ekonomi negara maju Grafik 2.18. Pertumbuhan Harga Ekspor Nonmigas
khususnya AS. Sementara itu, harga komoditas primer
tercatat tetap tinggi, antara lain harga komoditas batubara Melemahnya ekspor dan permintaan domestik, diikuti
yang didorong oleh peningkatan permintaan dari Tiongkok oleh impor yang juga tumbuh melambat. Pertumbuhan
(Grafik 2.18). Selain itu, kinerja komoditas primer juga impor pada triwulan II-2017 hanya sebesar 0,55% (yoy)
didukung oleh minyak nabati (CPO) meskipun sempat setelah tumbuh 5,12% (yoy) pada triwulan sebelumnya.
mengalami koreksi harga yang bersifat temporer terkait Pelemahan tersebut terutama didorong oleh penurunan
pasokan yang berlimpah dari Malaysia. impor migas. Sementara itu, perlambatan impor nonmigas
terutama didorong oleh koreksi pertumbuhan impor bahan
% yoy
baku dan barang modal.
30
Total Pertanian Pertambangan Manufaktur
20 Dari sisi sektoral, kinerja Lapangan Usaha (LU) transportasi
dan komunikasi serta konstruksi yang membaik
10
menopang pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2017.
0 LU transportasi dan komunikasi tumbuh meningkat
didorong oleh tingginya permintaan terkait faktor musiman
-10
Lebaran dan hari libur (Tabel 2.4). Aktivitas Lebaran dan
-20 hari libur juga mendorong kinerja LU Perdagangan dan
Penyediaan Akomodasi dan Mamin, khususnya untuk
-30
I II III IV I II III IV I II III IV I II Hotel dan Restoran. Namun, moderasi konsumsi rumah
2014 2015 2016 2017 tangga berpengaruh terhadap terbatasnya pertumbuhan
Grafik 2.17. Pertumbuhan Ekspor Nonmigas Riil sub-LU perdagangan. Sementara itu, LU konstruksi

Tabel 2.4. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha


2016 2017
Komponen PDB Lapangan Usaha 2015 2016
I II III IV I II
Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 3,77 1,47 3,44 3,03 5,31 3,25 7,12 3,34
Pertambangan dan Penggalian -3,42 1,20 1,15 0,29 1,60 1,06 -0,49 2,24
Industri Pengolahan 4,33 4,68 4,63 4,52 3,36 4,29 4,21 3,54
Listrik, Gas, Air Bersih, dan Pengadaan Air * 1,32 7,35 6,09 4,69 3,11 5,26 1,80 -2,09
Konstruksi 6,36 6,76 5,12 4,95 4,21 5,22 6,26 6,96
Perdagangan dan Penyediaan Akomodasi dan Mamin** 2,90 4,43 4,25 3,79 4,01 4,11 4,76 4,01
Transportasi, Pergudangan, Informasi dan Komunikasi*** 8,31 7,73 8,24 8,64 8,79 8,36 8,45 9,76
Jasa Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan**** 6,81 7,52 9,25 6,87 4,51 6,99 5,23 5,66
Jasa-jasa Lainnya***** 6,37 5,67 5,35 3,94 2,92 4,42 3,87 2,60
PDB 4,88 4,92 5,18 5,01 4,94 5,02 5,01 5,01
*) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Pengadaan Listrik dan Gas dan (ii) Pengadaan Air
**) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor serta (ii) Penyediaan akomodasi dan mamin
***) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Transportasi dan Pergudangan serta (ii) Informasi dan Komunikasi
****) Penggabungan 3 lap. usaha: (i) Jasa Keuangan, (ii) Real Estate dan (iii) Jasa Perusahaan
*****) Penggabungan 4 lap. usaha: (i) Adm. Pemerintahan, Pertahanan, Jaminan Sosial Wajib, (ii) Jasa Pendidikan, (iii) Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Lainnya dan (iv) Jasa Lainnya
Sumber: BPS

17
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
terus melanjutkan tren peningkatan pertumbuhan sejalan lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh
dengan kuatnya investasi bangunan oleh pemerintah dan 5,68% karena menurunnya kinerja ekspor dan konsumsi
swasta. Kinerja LU manufaktur terbatas sejalan dengan pemerintah ditengah konsumsi rumah tangga yang tetap
pelemahan ekspor barang manufaktur. Sebaliknya, solid. Perekonomian Kalimantan dan Sulawesi masing-
harga komoditas yang tetap tinggi menopang kinerja LU masing tumbuh melambat 4,44% (yoy) dan 6,49% (yoy)
pertambangan yang kembali tumbuh positif setelah pada pada triwulan II-2017 dari triwulan sebelumnya 4,94% (yoy)
triwulan sebelumnya mengalami kontraksi. dan 6,84% (yoy). Selain konsumsi pemerintah yang terbatas
di kedua wilayah tersebut, kinerja ekspor juga tumbuh
Secara spasial, berbagai daerah di Indonesia mencatat melambat seiring melemahnya harga komoditas seperti
arah pertumbuhan ekonomi yang beragam pada triwulan batubara (Kalimantan) dan coconut oil/CNO (Sulawesi).
II-2017. Perekonomian Sumatera, Bali, Nusa Tenggara, Sementara itu, ekonomi Sumatera tumbuh stabil 4,09%
Maluku dan Papua relatif tumbuh stabil dan lebih baik (yoy) ditopang oleh konsumsi RT yang tetap kuat. Di sisi
dibandingkan triwulan I-2017. Sementara perekonomian lain, kinerja ekspor mineral dan jasa di wilayah Bali dan
Jawa, Sulawesi, dan Kalimantan justru tumbuh melambat Nusa Tenggara serta ekspor Nikel di wilayah Maluku dan
(Gambar 2.2). Ekonomi Jawa tumbuh melambat 5,41% Papua yang meningkat menopang pertumbuhan ekonomi.

SUMATERA (22%) JAWA (58,5%) KALIMANTAN (7,9%) BALI NUSRA (3.1%) MAPUA (2,5%)

4,60 5.57 5.59 5.68 4.94 4.44 10.45


6.35
7.45
4,29 4,09 4,09 5.47 5.41 3,37 5.90 5.89
3,53 2.01 4.54 4.52
1.37 2.49 3.14 4.04

2014 2015 2016 I’17 II’17 2014 2015 2016 I’17 II’17 2014 2015 2016 I’17 II’17 2014 2015 2016 I’17 II’17 2014 2015 2016 I’17 II’17 NASIONAL

5.01 5.02 5.01 5.01


4.88
KALTARA
ACEH 6.44
4.01
2014 2015 2016 I’17 II’17
SUMUT KEP. RIAU
5.09 1.04 KALBAR
4.92 KALTIM MALUT
RIAU 3.58 SULUT 6.96
2.41 JAMBI SULTENG
6.61 5.80
4.29 PAPBAR
2.01
SUMSEL PAPUA
5.24 4.91
KEP.
BABEL SULBAR
SUMBAR 5.36
5.32 4.78 GORONTALO
KALTENG 6.64
DKI 6.12
BENGKULU JAKARTA KALSEL MALUKU
5.15 SULSEL 5.68
5.04 5.96 JATENG 6.63
5.18 SULTRA
BALI NTT 7.03
LAMPUNG 5.87
5.1 5.01

BANTEN JABAR
5.52 5.29
DIY JATIM NTB
5.17 5.03 -1.96

Ü6ã&࣑ߥࡊߞࣸ ߤࡊߞࣸࣖPDRB ࣕߥࡊߞࣸ ߣࡊߞࣸࣖPDRB ࣕߤࡊߞࣸ ߢࡊߞࣸࣖPDRB ࣕߣࡊߞࣸ ߞࣸࣖPDRB ࣕߢࡊߞࣸ PDRB ࣕߞࣸ

Sumber : BPS (diolah)

Gambar 2.2. Peta Pertumbuhan Ekonomi Daerah Triwulan II-2017 (%, yoy)

18
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Miliar Dolar AS
2.4. Neraca Pembayaran 15

10

Defisit transaksi berjalan tetap terjaga dan dapat -5


Transaksi Modal dan Finansial
dibiayai oleh surplus transaksi modal dan finansial. -10 Transaksi Berjalan (Skala Kanan)
Neraca Keseluruhan
Peningkatan surplus ini didorong meningkatnya
-15
investasi langsung dan investasi portofolio sejalan I II III IV I II III IV I II III IV I* II**
2014 2015 2016 2017
dengan kuatnya kepercayaan investor terhadap * angka sementara ** angka sangat sementara

perekonomian Indonesia seiring pencapaian


investment grade. Grafik 2.19. Neraca Pembayaran Indonesia

Miliar Dolar AS
20

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mencatat surplus Investasi Lainnya Investasi Langsung
15 Investasi Portofolio Transaksi Modal dan Finansial
dengan defisit transaksi berjalan yang terjaga dan dapat
dibiayai oleh surplus neraca modal dan keuangan yang 10

besar. Pada triwulan II-2017, NPI mencatat surplus sebesar


5
0,7 miliar dolar AS ditopang oleh surplus transaksi modal
dan finansial yang melebihi defisit transaksi berjalan (Grafik 0

2.19). Perkembangan NPI pada triwulan II-2017 secara


-5
keseluruhan menunjukkan terpeliharanya keseimbangan
eksternal perekonomian sehingga turut menopang -10
I II III IV I II III IV I II III IV I* II**
berlanjutnya stabilitas makroekonomi. Meski demikian, 2014 2014 2014 2014
Bank Indonesia terus mewaspadai perkembangan global * angka sementara ** angka sangat sementara

khususnya risiko terkait kebijakan bank sentral AS dan


faktor geopolitik, yang dapat memengaruhi kinerja neraca Grafik 2.20. Transaksi Modal dan Finansial
pembayaran secara keseluruhan. Bank Indonesia meyakini
kinerja NPI akan semakin baik didukung bauran kebijakan Sementara itu, defisit transaksi berjalan tercatat lebih
moneter dan makroprudensial, serta penguatan koordinasi besar seiring menurunnya surplus neraca perdagangan
kebijakan dengan Pemerintah, khususnya dalam non-migas disertai meningkatnya defisit neraca jasa
mendorong kelanjutan reformasi struktural. dan pendapatan primer (Grafik 2.21 dan 2.22). Defisit
transaksi berjalan pada triwulan II-2017 tercatat sebesar
Surplus transaksi modal dan finansial didukung oleh
5,0 miliar dolar AS (1,96% dari PDB), meningkat dari 2,4
kuatnya kepercayaan investor terhadap perekonomian
miliar dolar AS (0,98% dari PDB) pada triwulan I-2017,
Indonesia seiring pencapaian investment grade. Transaksi
namun masih lebih rendah jika dibandingkan dengan
modal dan finansial pada triwulan II-2017 mencatat
defisit pada triwulan II-2016 sebesar 5,2 miliar dolar AS
surplus 5,9 miliar dolar AS didukung oleh meningkatnya
(2,25% dari PDB). Penurunan surplus neraca perdagangan
surplus investasi langsung dan investasi portofolio (Grafik
non-migas disebabkan oleh turunnya ekspor non-migas
2.20). Surplus transaksi modal dan finansial tersebut lebih
di tengah tingginya impor non-migas, baik bahan baku
rendah dibandingkan dengan surplus pada triwulan I-2017
maupun barang konsumsi, untuk memenuhi permintaan
sebesar 8,0 miliar dolar AS maupun surplus pada triwulan
domestik selama bulan puasa dan lebaran. Sementara itu,
II-2016 sebesar 6,9 miliar dolar AS. Lebih rendahnya surplus
meningkatnya defisit neraca jasa bersumber dari turunnya
disebabkan oleh meningkatnya defisit investasi lainnya,
surplus jasa travel dan naiknya defisit neraca pendapatan
terutama kebutuhan untuk pembayaran utang luar negeri
primer karena meningkatnya pembayaran dividen sesuai
serta antisipasi perbankan untuk memenuhi kebutuhan
dengan pola musimannya. Peningkatan defisit transaksi
likuiditas valas perbankan yang bersifat temporer dalam
berjalan lebih lanjut tertahan oleh menurunnya defisit
menghadapi libur panjang lebaran.
neraca perdagangan barang migas sejalan dengan
turunnya harga dan volume impor minyak.

19
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Miliar Dolar AS Miliar Dolar AS Bulan
11 150 9

9 Neraca Migas Neraca Nonmigas Neraca Perdagangan


128
120 8
7

5
90 7
3

1 60 6

-1
30 5
-3

-5 0 4
I II III IV I II III IV I II III IV I* II** 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6 7
2014 2014 2014 2014 2014 2015 2016 2017
* angka sementara ** angka sangat sementara Cadangan Devisa Bulan Impor dan Pembayaran Utang Pemerintah (Skala kanan)

Grafik 2.21. Neraca Perdagangan Grafik 2.23. Perkembangan Cadangan Devisa

Miliar Dolar AS
6 4
akhir Juli 2017 tersebut cukup untuk membiayai 9,0 bulan
4 impor atau 8,7 bulan impor dan pembayaran utang luar
2
2 negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan
0
0 internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia
-2
-2 menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung
-4 -4
ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan
-6 -6 pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.
-8
-8
-10
-12 -10
2.5. Utang Luar Negeri
-14 -12
I II III IV I II III IV I II III IV I* II**
2014 2014 2014 2014
Neraca Jasa Neraca Perdagangan
Neraca Pendapatan Primer Neraca Pendapatan Sekunder
Transaksi Berjalan (Skala Kanan) CA/GDP (%) (rhs)
* angka sementara ** angka sangat sementara

Grafik 2.22. Neraca Transaksi Berjalan Perkembangan Utang Luar Negeri (ULN)
Indonesia tetap sehat dan terkendali, sebagaimana
Memasuki awal triwulan III-2017, neraca perdagangan tercermin dari rasio ULN terhadap PDB yang
mencatat defisit sebesar 0,27 miliar dolar AS pada Juli terjaga. Rasio tersebut juga masih lebih baik
2017. Defisit tersebut disebabkan oleh menurunnya surplus
dibandingkan dengan negara peers.
neraca perdagangan non-migas dan meningkatnya defisit
neraca perdagangan migas. Secara kumulatif Januari-Juli
2017, neraca perdagangan Indonesia masih mencatat
Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir triwulan
surplus 7,39 miliar dolar AS, lebih besar dibandingkan
II-2017 tercatat 335,3 miliar dolar AS atau tumbuh sebesar
dengan surplus di periode yang sama tahun 2016 yang
2,9% (yoy), melambat dibanding triwulan I-2017 yang
sebesar 4,76 miliar dolar AS.
sebesar 3,2% (yoy). Pertumbuhan ULN tersebut juga
Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa jauh lebih lambat bila dibandingkan dengan periode yang
pada akhir triwulan II-2017 tercatat 123,1 miliar dolar AS dan sama tahun 2016 yang sebesar 6,8% (yoy). Berdasarkan
kemudian meningkat pada akhir Juli 2017 menjadi 127,76 kelompok peminjam, pertumbuhan ULN tersebut
miliar dolar AS (Grafik 2.23). Peningkatan tersebut terutama dipengaruhi oleh pertumbuhan ULN sektor publik yang
dipengaruhi oleh penerimaan devisa, antara lain berasal melambat dan berlanjutnya kontraksi pertumbuhan ULN
dari penerbitan global bonds pemerintah, penerimaan sektor swasta. Pada akhir triwulan II-2017, ULN sektor
pajak dan devisa ekspor migas bagian pemerintah, serta publik tercatat sebesar 170,3 miliar dolar AS (50,8% dari
hasil lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas. total ULN) atau tumbuh 7,3% (yoy), melambat dari 10,0%
Penerimaan devisa tersebut melampaui kebutuhan devisa (yoy) pada triwulan sebelumnya. Sementara itu, ULN sektor
terutama untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah swasta tercatat sebesar 165,0 miliar dolar AS (49,2% dari
dan SBBI valas jatuh tempo. Posisi cadangan devisa pada total ULN), atau turun -1,4% (yoy).

20
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Berdasarkan jangka waktu, posisi ULN Indonesia pada Rp13,6 triliun per hari dibandingkan pada triwulan I-2017
triwulan II-2017 tetap didominasi oleh ULN jangka panjang. sebesar Rp11,7 triliun per hari atau tumbuh sebesar 16%
Posisi ULN jangka panjang pada akhir triwulan II-2017 (Grafik 2.24). Sebagaimana periode sebelumnya, transaksi
tercatat sebesar 290,0 miliar dolar AS (86,5% dari total masih cenderung didominasi oleh tenor overnight (O/N),
ULN), sedangkan posisi ULN jangka pendek tercatat 45,3 yakni sekitar 60% dari total transaksi, diikuti oleh tenor 1
miliar dolar AS (13,5% dari total ULN). minggu sekitar 22% dari total transaksi. Sejalan dengan
pergerakan nominal tersebut, frekuensi transaksi yang
Menurut sektor ekonomi, posisi ULN swasta pada akhir pada triwulan I-2017 sebanyak 143 transaksi, pada
triwulan II-2017 terkonsentrasi di sektor keuangan, triwulan II-2017 meningkat menjadi 164 transaksi (Grafik
industri pengolahan, pertambangan, serta Listrik, Gas dan 2.25). Sementara itu jumlah pelaku yang bertransaksi
Air bersih (LGA). Pangsa ULN keempat sektor tersebut PUAB pada triwulan II-2017 sebanyak 97 bank, meningkat
terhadap total ULN swasta mencapai 76,6%. Pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak 96 bank.
ULN sektor industri pengolahan dan sektor LGA meningkat
dibandingkan dengan triwulan I-2017, sedangkan ULN
Triliun Rp
sektor pertambangan dan sektor keuangan masih 16
mengalami kontraksi pertumbuhan. 14
ON 2-4 hr 1 mgg > 1 mgg

12
Bank Indonesia memandang perkembangan ULN pada
triwulan II-2017 tetap sehat dan terkendali. Hal ini tercermin 10

antara lain dari rasio ULN Indonesia terhadap PDB yang 8

pada akhir triwulan II-2017 tercatat stabil di kisaran 6

34,2% dan bahkan menurun jika dibandingkan dengan 4


triwulan II-2016 yang sebesar 37,2%. Rasio tersebut juga 2
masih lebih baik dibandingkan dengan negara peers, 0
seperti Malaysia dan Turki. Bank Indonesia tetap terus Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2014 2015 2016 2017
memantau perkembangan ULN dari waktu ke waktu untuk
memberikan keyakinan bahwa ULN dapat berperan secara Grafik 2.24. Nominal Rata-Rata Harian Transaksi PUAB
optimal dalam mendukung pembiayaan pembangunan
tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi
Jumlah Pelaku Frekuensi
stabilitas makroekonomi.
110 180
Jumlah Pelaku Frekuensi
160
2.6. Perkembangan Pasar Uang Rupiah 100
140
dan Pasar Valas 90 120

100
80
80

70 60

40
60
20

Kondisi likuiditas pasar uang rupiah dan pasar 50 -


Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
valas relatif stabil, sejalan dengan kondisi 2014 2015 2016 2017
Sumber: LHBU, diolah
perekonomian nasional. Peningkatan transaksi
di pasar valuta asing domestik meningkat seiring Grafik 2.25. Jumlah Pelaku dan Frekuensi PUAB
dengan ekspektasi pelaku pasar terhadap
penguatan rupiah.
2.6.1.2. Perkembangan Pasar Uang Collateralized - Repo
Aktivitas transaksi repo pada triwulan II-2017 meningkat
sebesar 24% dari triwulan sebelumnya dengan rata-rata
2.6.1. Perkembangan Pasar Uang harian nominal transaksi pada triwulan II-2017 sebesar
2.6.1.1. Perkembangan Pasar Uang Uncollateralized – Rp1,4 triliun dibandingkan rata-rata triwulan I-2017 sebesar
Pasar Uang Antar Bank (PUAB) Rp1,1 triliun per hari. Peningkatan transaksi ini merupakan
Nominal Rata-Rata Harian (RRH) transaksi PUAB kontribusi dari peningkatan transaksi repo pada tenor 1
(uncollateralized) pada triwulan II-2017 meningkat minggu yang menempati proporsi terbesar yakni sebesar
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yakni sebesar 31% dari keseluruhan transaksi (Grafik 2.26).

21
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Triliun Rp
pada transaksi swap yakni dari rata-rata harian sebesar
1,60
1,62 miliar dolar AS pada triwulan I-2017 menjadi 1,77
1,40 > 3 bulan 3 bulan 2 bulan 1 bulan < 1 bulan
miliar dolar AS pada triwulan II-2017. Peningkatan ini
1,20
dikontribusi oleh pelaku asing yang melakukan transaksi
1,00 swap untuk tujuan investasi di Indonesia. Sementara itu
0,80 transaksi derivatif lain meliputi forward, option, dan cross
0,60 currency swap. Sejalan dengan pengaturan transaksi call
0,40 spread option sebagai pengayaan variasi instrumen pasar
0,20 valuta asing, sejak awal tahun 2017 transaksi call spread
-
option mulai ditransaksikan dan hingga triwulan II-2017
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II rata-rata harian mencapai 157 ribu dolar AS.
2014 2015 2016 2017

Pada triwulan II-2017, kondisi pasar valas domestik


Grafik 2.26. Nominal Rata-Rata Harian Transaksi Repo
mengalami peningkatan net supply dibandingkan net
supply yaitu sebesar 7,35 miliar dolar AS atau meningkat
Pelaku pasar yang berpartisipasi dalam transaksi repo untuk
dari 4,6 miliar dolar AS pada triwulan I-2017 (Grafik 2.28).
pengelolaan likuiditas terus bertambah, menjadi 55 bank
Peningkatan tersebut merupakan kontribusi dari pelaku
pada triwulan II-2017. Frekuensi kumulatif selama triwulan
domestik dengan net jual pada triwulan II-2017 hingga
II-2017 mengalami penurunan menjadi 340 transaksi, naik
mencapai 1,7 miliar dolar AS, sedangkan pada triwulan
dari 276 transaksi pada triwulan sebelumnya.
I-2017 tercatat net beli sebesar 1,4 miliar dolar AS.
Tingginya supply valas pada triwulan II-2017 terutama
2.6.2. Perkembangan Pasar Valuta Asing berasal dari aliran dana masuk oleh investor asing sejalan
Nominal transaksi di pasar valuta asing domestik dengan penetapan S&P menaikkan rating Indonesia
meningkat seiring dengan ekspektasi pelaku pasar menjadi investment grade.
terhadap penguatan rupiah. Rata-rata harian transaksi
Selama periode triwulan II-2017, komposisi pelaku valas
valas pada triwulan II-2017 mencapai 5,7 miliar dolar AS
dalam melakukan transaksi derivatif sebesar 37,6% dari
per hari, meningkat 13,7% dibandingkan triwulan I-2017
total transaksi valas (Grafik 2.29). Komposisi tersebut
dengan rata-rata harian sebesar 5 miliar dolar AS per
sedikit menurun dibandingkan triwulan I-2017 yang
hari (Grafik 2.27). Nominal transaksi spot pada triwulan
mencapai 38,3%. Menurunnya komposisi derivatif pada
II-2017 mencapai 3,56 miliar dolar AS, meningkat 14,8%
triwulan II-2017 dikarenakan peningkatan transaksi spot
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,1 miliar dolar
yang lebih besar dibandingkan peningkatan transaksi
AS. Pelaku domestik berkontribusi terhadap peningkatan
derivatif. Hal ini dikarenakan meningkatnya penjualan valas
transaksi spot antara lain untuk tujuan pembayaran
oleh investor asing dan kebutuhan hedging yang tidak
deviden dan utang luar negeri. Peningkatan juga terjadi
terlalu besar akibat ekspekstasi penguatan rupiah.

Miliar USD
Miliar USD
$5,7M
$5,7 2,0
6 (+) Net Demand
SPOT SWAP FORWARD OPTION CCS CSO Domestik Luar Negeri
$5,0 2M
5 1,0

4 0,0

3 -1,0

2 -2,0

1
-3,0 Net Supply Net Supply
0 $4,57 miliar $7,35 miliar
(-) Net Supply
-4,0
Tw I-2014

Tw II-2014

Tw III-2014

Tw IV-2014

Tw I-2015

Tw II-2015

Tw III-2015

Tw IV-2015

Tw I-2016

Tw II-2016

Tw III-2016

Tw IV-2016

Tw I-2017

Tw II-2017

Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
2016 2017

Grafik 2.27. Transaksi Valas Domestik Grafik 2.28. Supply Demand Valas

22
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
100%
Hal ini sejalan dengan penilaian S&P’s yang memberikan
90%
outlook stabil dimana ekspektasi utang pemerintah akan
80%
stabil dan defisit anggaran akan turun secara bertahap.
70%
60%
S&P memproyeksikan utang bersih (netto) akan berada
62,4%
50% pada level moderat, yakni di bawah 30% persen dari
40% Produk Domestik Bruto (PDB).
30%
20% 37,6%
Pasar Obligasi
10%
0% Selama triwulan II-2017, yield SBN mengalami penurunan
Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
pada semua tenor jika dibandingkan dengan triwulan
2016 2017
Derivatif SPOT sebelumnya. Penurunan yield ini dipengaruhi oleh
ekspektasi membaiknya pertumbuhan fundamental
Grafik 2.29. Komposisi Transaksi Derivatif
ekonomi Indonesia seiring dengan membaiknya rating
investasi Indonesia yang diberikan oleh lembaga
2.7. Perkembangan Sistem Keuangan pemeringkat internasional S&P. Perbaikan kondisi
perekonomian Indonesia juga didukung oleh nilai tukar yang
stabil, harga komoditas yang membaik, dan meningkatnya
kredit perbankan. Pada gilirannya, hal itu menyebabkan
pergerakan positif indeks perdagangan sektoral selama
triwulan II-2017.
Kestabilan sistem keuangan Indonesia ditopang
Dibandingkan dengan triwulan I-2017, yield SBN jangka
oleh tingginya tingkat permodalan, risiko yang pendek (1-5 tahun) turun sebesar 19,4 bps, jangka
terjaga, serta kinerja pasar keuangan global dan menengah (6-10 tahun) turun 22,8 bps, dan jangka panjang
domestik yang membaik didorong kepercayaan (11-30 tahun) turun 16,6 bps (Grafik 2.30). Yield SBN juga
investor seiring pencapaian rating investment mengalami penurunan dibandingkan triwulan II-2016 (yoy).
grade. Yield SBN jangka pendek (1-5 tahun) turun sebesar 92,3
bps, jangka menengah (6-10 tahun) turun sebesar 75,4
bps, dan jangka panjang (11-30 tahun) turun sebesar 6,46
Kondisi sistem keuangan Indonesia tetap stabil ditandai bps. Sementara itu, penurunan yield SBN sejalan dengan
dengan Indeks Stabilitas Sistem Keuangan (ISSK) berada penurunan volatilitas pergerakan yield di seluruh tenor
pada level normal yakni 0,82 selama triwulan II-2017. Hal dibanding triwulan sebelumnya. Volatilitas yield jangka
ini turut didukung oleh ketahanan sistem perbankan yang pendek, menengah dan panjang masing-masing turun dari
terjaga, meningkatnya kinerja pasar keuangan serta kinerja 8,29% menjadi 3,32%; 8,89% menjadi 3,82%; dan 6,29%
Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) yang relatif baik. menjadi 2,02% (Grafik 2.31).

2.7.1. Perkembangan Pasar Keuangan 8,5 0


Secara umum, kinerja pasar keuangan global dan Indonesia
8 -0,05
pada triwulan II-2017 membaik dibandingkan triwulan
7,5
sebelumnya. Peringkat (rating) investasi yang diberikan oleh -0,1
Standard & Poor’s (S&P) semakin mendorong kepercayaan 7
-0,15
investor terhadap kondisi fundamental perekonomian 6,5
termasuk pasar keuangan Indonesia. Arus modal masuk -0,2
6
dari luar negeri mengalami net inflow di pasar saham dan
5,5 -0,25
surat berharga negara (SBN). Volatilitas SBN pun ikut ࣒ߤࡗߡߟࡗߠߞߟߥࡹߡࡗߡߟࡗߠߞߟߥ࡭ãoí࡮ ߡߟࡗߞߡࡗߠߞߟߥ ߡߞࡗߞߤࡗߠߞߟߥ
menurun. Pasar reksa dana juga memperlihatkan kinerja 5 -0,3
1Y 2Y 3Y 4Y 5Y 6Y 7Y 8Y 9Y 10Y 11Y 12Y 13Y 16Y 18Y 30Y
positif yang dipengaruhi oleh kenaikan pembelian reksa
dana. Ke depan, kepercayaan investor akan terus terjaga. Grafik 2.30. Yield Obligasi Negara

23
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
35 Rp Triliun
Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang 25 7.000
30 Net Asing IHSG (RHS)
20
6.000
25 15
10 5.000
20
5 4.000
15 0
-5 3.000
10
-10 2.000
5 -15
1.000
0 -20
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
Apr
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jun
-25 0
Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2015 2016 2017
2015 2016 2017

Grafik 2.31. Volatilitas Yield 20 hari


Grafik 2.32. Perkembangan dan Net Flow Asing di IHSG

Tabel 2.5. Kepemilikan Surat Berharga Negara

Institusi (RpT) Des-15 Jun-16 Des-16 Mar-17 Jun-17 ytd yoy Pangsa

Bank: 350,07 361,54 399,46 495,92 399,19 -0,1% 10,4% 20,4%


Bank Indonesia *) 148,91 150,13 134,25 70,57 175,89 31% 17% 9%
Non-Banks: 962,86 1135,18 1239,57 1324,55 1377,15 11,1% 21,3% 70,5%
Reksadana 61,60 76,44 85,66 89,32 91,56 6,9% 19,8% 4,7%
Asuransi 171,62 214,47 238,24 249,52 254,21 6,7% 18,5% 13,0%
Asing 558,52 643,99 665,81 723,22 770,55 15,7% 19,7% 39,5%
Dana Pensiun 49,83 64,67 87,28 86,49 89,11 2,1% 37,8% 4,6%
Individu 42,53 48,90 57,75 66,20 60,49 4,7% 23,7% 3,1%
Lain-lain 78,50 86,72 104,84 109,80 111,23 6,1% 28,3% 5,7%
Total 1461,85 1646,85 1773,28 1891,04 1952,23 10,09% 18,54% 100,00%

Minat investor asing untuk melakukan investasi di pasar Rp Miliar


10.000 7000
utang domestik masih tinggi, khususnya terhadap SBN. Nilai rata-rata perdagangan saham harian IHSG (RHS)
9.000
6000
Kepemilikan asing di SBN pada triwulan II-2017 mencapai 8.000
Rp770,55 triliun, naik Rp47,33 triliun dibandingkan triwulan 7.000 5000
sebelumnya. 6.000 4000
5.000
4.000 3000
Pasar Saham
3.000 2000
Kinerja yang positif juga ditunjukkan di pasar saham. 2.000
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 4,7% dari 1000
1.000
5.568,11 pada akhir triwulan I-2017 menjadi 5.829,11 pada 0 0
Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
akhir triwulan II-2017 (Grafik 2.33). Selama triwulan II-2017, 2015 2016 2017
rata-rata perdagangan saham harian mencapai Rp8,71
triliun, meningkat sebesar Rp1,68 triliun dibandingkan Grafik 2.33. Perkembangan dan Nilai Rata-rata
Perdagangan Harian IHSG
dengan triwulan sebelumnya sebesar Rp7,04 triliun.
Secara tahunan, rata-rata perdagangan saham harian
triwulan II-2017 naik sebesar Rp2,89 triliun dari triwulan Rata-rata volatilitas pasar saham sepanjang triwulan II-
yang sama tahun sebelumnya (Grafik 2.32). Peningkatan 2017 berada pada level 9,89%, menurun dibandingkan
minat investor asing terhadap pasar saham domestik triwulan II-2016 (13,73%) namun meningkat dibandingkan
terlihat dari net inflow asing di pasar saham yang mencapai triwulan I-2017 (9,03%) (Grafik 2.34). Peningkatan ini
Rp9,79 triliun selama triwulan II-2017. Arus modal sempat dipengaruhi oleh sentimen positif investor terhadap
mengalami outflow pada Mei dan Juni, namun jumlahnya fundamental emiten yang ditunjukkan oleh tingginya net
relatif kecil.

24
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
inflow asing. Pada triwulan II-2017, nilai kapitalisasi pasar Pasar Reksa Dana
saham Indonesia mencapai Rp6.372,81 triliun, meningkat Seiring menguatnya harga underlying assets di pasar
sebesar Rp317,58 triliun (5,24%) dibandingkan triwulan saham dan obligasi, kinerja reksa dana masih mengalami
sebelumnya. Dibandingkan dengan triwulan II-2016, terjadi peningkatan. Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana
peningkatan sebesar Rp985,76 triliun (18,30%). meningkat sebesar 5,06% dari triwulan sebelumnya
menjadi Rp382,84 triliun. Dibandingkan dengan triwulan
180 45 II-2016, NAB reksa dana tumbuh sebesar 23,72% (Grafik
160 40 2.35). Perbaikan kinerja tersebut juga dipengaruhi kinerja
140 35 underlying asset yang positif.
120 30
100 25 Pada triwulan II-2017, jumlah produk reksa dana sebanyak
80 20 1.527 produk atau meningkat sebesar 2,41% dibandingkan
60 15 triwulan sebelumnya atau meningkat 25,06% dibandingkan
40 10 triwulan II-2016. Sementara itu, unit penyertaan meningkat
IHSG (Rebased 1/1/11=100)
20
Volatilitas IHSG (RHS)
5 sebesar 5,06% (qtq) selama triwulan II-2017, namun sedikit
0 0 lebih rendah dibandingkan peningkatan pada triwulan
Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun
2015 2016 2017 I-2017 (8,16%) dan triwulan II-2016 (6,30%).

Grafik 2.34. Perkembangan dan Volatilitas IHSG


450 1800
Jumlah RD (RHS)
400 1600
NAB (Rp T)
Di skala regional, kinerja bursa saham negara-negara 350 UP beredar (jt) 1400
Asia Pasifik juga mengalami peningkatan, hanya China 300 1200
(Shenzhen) yang mengalami penurunan kinerja (Tabel 250 1000
2.6). Dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan, 200 800
peningkatan indeks saham Indonesia termasuk cukup 150 600
tinggi, karena berada di atas rata-rata tahunan. Peningkatan 100 400
tersebut khususnya didukung oleh kinerja emiten pada 50 200
sektor keuangan, industri dasar, dan infrastruktur. 0 0
7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5
2015 2016 2017

Grafik 2.35. Perkembangan Industri Reksadana

Tabel 2.6. Perkembangan Indeks Saham Regional

Regional Market Perubahan Perubahan


Dec-15 Jun-16 Dec-16 Mar-17 Jun-17
Indices ytd (%) yoy (%)
1 Indonesia (IHSG) 4.593,01 5.016,65 5.296,71 5.568,11 5.829,71 10,06 16,21
2 Jepang (Nikkei) 19.033,71 15.575,92 19.114,37 18.909,26 20.033,43 4,81 28,62
3 Hong Kong (HSI) 21.914,40 20.794,37 22.000,56 24.111,59 25.764,58 17,11 23,90
4 China (Shanghai) 3.539,18 2.929,61 3.103,64 3.222,51 3.192,43 2,86 8,97
5 Korea Selatan (Kospi) 1.961,31 1.970,35 2.026,46 2.160,23 2.391,79 18,03 21,39
6 Singapore (STI) 2.882,73 2.840,93 2.880,76 3.175,11 3.226,48 12,00 13,57
7 Malaysia (KLCI) 1.692,51 1.654,08 1.641,73 1.740,09 1.763,67 7,43 6,63
8 Thailand (SET) 1.288,02 1.444,99 1.542,94 1.575,11 1.574,74 2,06 8,98
9 Australia (AS30) 5.344,60 5.310,41 5.719,10 5.903,84 5.764,04 0,79 8,54
10 Philippine (PSEi) 6.952,08 7.796,25 6.840,64 7.311,72 7.843,16 14,66 0,60
11 India (Sensex) 26.117,54 26.999,72 26.626,46 29.620,50 30.921,61 16,13 14,53
12 China (Shenzhen) 2.308,91 1.974,24 1.969,11 1.986,47 1.897,69 (3,63) (3,88)

25
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Berdasarkan jenis penggunaan, penurunan risiko kredit
2.7.2. Perkembangan Industri Perbankan
terjadi pada KMK. Dibandingkan triwulan sebelumnya,
Industri perbankan menunjukkan ketahanan yang baik rasio NPL gross KMK turun dari 3,71% menjadi 3,49%.
didukung dengan permodalan yang kuat dengan risiko Sementara itu, rasio NPL gross KI dan KK masing-masing
kredit, risiko likuiditas, dan risiko pasar yang terjaga. naik dari 3,35% dan 3,37% menjadi menjadi 3,37% dan
1,72% (Grafik 2.37).
2.7.2.1. Ketahanan Permodalan, Perkembangan Kredit
Berdasarkan sektor ekonomi, penurunan risiko kredit
dan Risiko Kredit
terjadi pada sektor perdagangan, industri, pengangkutan,
Sepanjang triwulan II-2017, ketahanan permodalan
konstruksi, pertanian, jasa dunia usaha dan listrik (Grafik
industri perbankan tetap kuat yang tercermin pada rasio
2.38). Penurunan risiko kredit tersebut seiring dengan
kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR). Rasio
pertumbuhan perekonomian yang telah mulai menunjukkan
kecukupan modal industri perbankan tercatat sebesar
perbaikan.
22,49%, turun tipis dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 22,67%. Rasio CAR yang jauh di atas (%)
persyaratan minimum 8% berasal dari pertumbuhan modal 4,00
3,49 Tr 3 2016
industri perbankan sebesar 2,19% (qtq). Permodalan yang 3,50 3,37
Tr 4 2016
tinggi memberikan ruang bagi perbankan untuk menyerap 3,00 Tr 1 2017
Tr 2 2017
peningkatan risiko akibat perlambatan perekonomian. 2,50

2,00 1,72
2.7.2.2. Perkembangan Kredit dan Risiko Kredit Industri 1,50
Perbankan 1,00
Pertumbuhan kredit perbankan menurun dari triwulan 0,50
sebelumnya, dipengaruhi faktor musiman lebaran. -
Pada triwulan II-2017, pertumbuhan kredit tercatat KMK KI KK

sebesar 7,75% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan


Grafik 2.37. Rasio NPL Gross per Jenis Penggunaan
sebelumnya yang mencapai 9,24% (yoy). Penurunan
pertumbuhan kredit disebabkan kredit modal kerja (KMK) (%)
dan kredit investasi (KI) turun masing-masing dari 8,61% 9,00
(yoy) dan 10,32% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 8,00 Tr 3 2016 Tr 4 2016 Tr 1 2017 Tr 2 2017
7,05
7,19% dan 6,50%. Sementara itu, kredit investasi (KI) 7,00
meningkat dari 9,28% (yoy) menjadi 9,87%. 6,00
4,92
5,00 4,40
4,14
Risiko kredit industri perbankan sedikit turun dibanding 4,00 3,40
triwulan I-2017. Rasio non performing loan (NPL) gross 3,00 2,51
2,13 2,10
industri perbankan turun dari 3,04% pada triwulan I-2017 2,00 1,67 1,58
menjadi 2,96% pada triwulan II-2017. Untuk memitigasi 1,00
peningkatan risiko kredit ke depan, industri perbankan -
lebih berhati-hati dalam penyaluran kredit dan melakukan
an

in

ri

an

an

rik
ks

sia
ah
ta
st
-la
ng

ni

ng

t
ru
ku
du

Lis
So
Us
ta
in

st
ga

ba
ng
In

pemantauan yang lebih ketat terhadap kredit bermasalah.


r
La

sa
n

a
a

Pe

m
ni
Ko
ga
rd

Ja

ta
Du
n
Pe

r
Pe

Pe
sa
Ja

(%)
4,00
Grafik 2.38. Rasio NPL Gross per Sektor Ekonomi

3,50 NPL Gross NPL Net

3,00 Untuk memitigasi peningkatan risiko kredit ke depan,


2,50 Bank Indonesia terus memantau perkembangan risiko
2,00 kredit perbankan dan dampaknya terhadap stabilitas
1,50 sistem keuangan. Bank Indonesia juga berkoordinasi
1,00 dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mengevaluasi
0,50 ketahanan permodalan perbankan dalam menyerap
- potensi risiko melalui pelaksanaan stress test secara
Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun
berkala.
2013 2014 2015 2016 2017

Grafik 2.36. Rasio Non-Performing Loan

26
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Rp T Primary Reserves Secondary Reserves Rp T
2.7.2.3. Perkembangan Likuiditas dan Risiko Likuiditas 800 Tertiary Reserves Alat Likuid (Skala Kanan) 1600
Industri Perbankan 700 1400

Likuiditas perbankan pada triwulan laporan terjaga, meski 600 1200


dipengaruhi oleh faktor musiman lebaran. Dana pihak 500 1000
ketiga (DPK) industri perbankan tumbuh cukup tinggi. 400 800
DPK industri perbankan tumbuh 10,30% (yoy), lebih 300 600
tinggi dibandingkan triwulan I-2017 yang tumbuh sebesar
200 400
10,02% (yoy) (Grafik 2.39).
100 200

18% 9,5% 0 -
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6
16% 9,0% 2012 2013 2014 2015 2016 2017

14% 8,5% Grafik 2.40. Komposisi Alat Likuid Perbankan


12% 10,21% 8,0%
(%)
10% 7,5%
110
10,30%
8% 7,0%

6% Pertumbuhan DPK (yoy) 6,5% 105


Pertumbuhan DPK Adj Va (yoy) 6,50%
4% BI 7-Day RR 4,75% 6,0%
BI Rate 100
2% 5,5%
Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Mar Jun
2013 2014 2015 2016 2017 95

Grafik 2.39. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy) 90

Kenaikan pertumbuhan DPK perbankan terjadi pada 85


Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
komponen deposito dan giro, sedangkan pertumbuhan 2015 2016 2017
tabungan mengalami penurunan. Deposito meningkat AL = Kas + Penempatan pd BI + Excess Reserve -GWM
NCD = 30% Giro+ 30% Tabungan + 10% Deposito
menjadi 10,32% (yoy) dari 8,57% (yoy) pada triwulan
sebelumnya. Giro meningkat menjadi 11,23% (yoy) dari Grafik 2.41. Alat Likuid terhadap Non-Core Deposit (NCD)
sebelumnya 10,00% (yoy). Sementara itu, tabungan
melambat dari 12,32% (yoy) menjadi 9,56% (yoy).
2.7.2.4. Perkembangan Suku Bunga Industri Perbankan
Dari sisi pangsa DPK perbankan, pangsa deposito dan dan Risiko Pasar
giro meningkat masing-masing dari 46,39% dan 23,31% Suku bunga simpanan perbankan masih dalam tren
menjadi 45.55% dan pada triwulan laporan. Sebaliknya, penurunan pada triwulan II-2017 sebagaimana triwulan
pangsa deposito turun tipis dari sebesar 46,39% pada sebelumnya. Suku bunga kredit perbankan juga berada
triwulan II-2017 menjadi 45,55% dan 23,64% pada dalam tren menurun sejalan dengan penurunan suku
triwulan I-2017. bunga simpanan (Grafik 2.42).

Kondisi likuiditas industri perbankan pada triwulan


II-2017 menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang (%) BI Rate SB Dep 1bln Rp BI 7-Day RR (%)
9,0 SB KI (RHS) SB KK (RHS) SB KMK (RHS) 18,0
dipengaruhi aliran keluar uang kartal pada periode lebaran.
8,0 17,0
Alat likuid secara total setelah dikurangi pemenuhan giro
7,0 6,28
wajib minimum (GWM) menurun dari Rp1.084,07 triliun 16,0
6,0
pada triwulan I-2017 menjadi sebesar Rp1.067,25 triliun 15,0
5,0
pada triwulan laporan (Grafik 2.40). Selain itu, penurunan 4,75 14,0
4,0
kondisi likuiditas ditunjukkan oleh turunnya rasio alat likuid 13,17 13,0
3,0
(AL)1 terhadap non-core deposit (NCD)2 dari 106,41% 11,14 12,0
2,0
pada triwulan sebelumnya menjadi 101,26% (Grafik 2.41). 11,0
1,0
Tingkat rasio AL/NCD yang masih berada jauh di atas 10,98
0,0 10,0
ambang batas (threshold) sebesar 50% menunjukkan Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
risiko likuiditas perbankan masih terjaga.
Grafik 2.42. Suku Bunga Kredit dan Deposito 1 Bulan

1 Alat Likuid terdiiri dari Kas, Penempatan pada BI, Giro Wajib Minimum, dan excess reserve
2 Non Core Deposit mencakup 30% Giro + 30% Tabungan + 10% Deposito

27
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
meningkat sebesar Rp144,67 triliun atau tumbuh 20,51%
2.7.3. Perkembangan Institusi Keuangan Non
dari tahun sebelumnya menjadi sebesar Rp850 triliun.
Bank (IKNB)
Dibandingkan triwulan sebelumnya, portofolio investasi
Pada triwulan II-2017, pembiayaan oleh IKNB cenderung meningkat Rp33,89 triliun atau tumbuh 4,15% (Grafik
meningkat ditunjukkan dengan tumbuhnya pembiayaan 2.43).
yang disalurkan oleh Perusahaan Pembiayaan (PP)
sebesar 2,8% (qtq) atau sebesar Rp11,09 triliun (Tabel 2.7). Sementara itu, rasio kecukupan premi terhadap
Angka ini lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan pembayaran klaim bruto menurun dari 155,74% pada
II-2016 yang tumbuh 2,05% (qtq) atau sebesar Rp7,5 triwulan II-2016 menjadi 147,31% pada triwulan II-2017.
triliun. Sementara itu, pembiayaan yang berasal dari pasar Dibandingkan triwulan sebelumnya, rasio kecukupan
modal pada triwulan II-2017 juga lebih tinggi dibandingkan premi ini sedikit menurun sebesar 0,09% (Grafik 2.44). Hal
dengan triwulan II-2016, tercermin dari meningkatnya ini antara lain disebabkan pertumbuhan premi yang relatif
jumlah fundraise dan emisi yang signifikan khususnya lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan klaim.
pada obligasi dan sukuk serta rights issue.
Rp. T %
1.200 85
83,97
Asuransi Aset Investasi Rasio Investasi/Aset (rhs) 84
1.000
Selama triwulan II-2017, kinerja industri asuransi meningkat 981 1.012
84
910 945 83
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. 800 842 872 83,18
850 83
816
Total aset industri asuransi per triwulan II-2017 sebesar 705
711 780
82
684 82,55 82,62
600
Rp1.012 triliun, meningkat sebesar Rp140,32 triliun dari 82

tahun sebelumnya atau tumbuh sebesar 16,09% (yoy). 400 81,15


81
80,89 81
Dibandingkan triwulan sebelumnya, aset industri asuransi
200 80
meningkat Rp31,19 triliun atau tumbuh 3,18% (qtq). 80
Pertumbuhan terutama dipengaruhi oleh peningkatan - 79
Mar Jun Sep Des Mar Jun
kinerja pada produk-produk investasi yang ditempatkan 2016 2017
antara lain dalam bentuk saham dan instrumen keuangan
lainnya di pasar modal. Secara agregat, portofolio investasi Grafik 2.43. Aset dan Investasi Industri Asuransi

Tabel 2.7. Perkembangan Penyaluran Pembiayaan


2015 2016 2017
2015 2016
TW I TW II TW I TW II TW I TW II
A Kredit Perbankan
Posisi (Rp T) 3.679,87 3.828,04 4.058,13 4.000,40 4.168,30 4.377,20 4.370,00 4.491,37
Pertumbuhan (Rp T) 5,56 148,17 383,82 (57,73) 167,90 319,07 (7,19) 121,37
B Pasar Modal*
IPO Saham
Jumlah Emiten 1 4 15 2 7 14 2 18
Jumlah Fundraise (Rp T) 4,45 3,76 11,27 0,11 4,19 12,07 0,57 3,22
Rata-rata Fundraise (Rp T) 4,45 0,94 0,75 0,06 0,60 0,86 0,29 0,18
Right Issue
Jumlah Emiten 1 9 19 2 12 34 8 9
Jumlah Fundraise (Rp T) 0,20 10,17 42,25 1,60 35,38 67,12 9,49 44,27
Rata-rata Fundraise (Rp T) 0,20 1,13 2,22 0,80 2,95 1,97 1,19 4,92
Obligasi & Sukuk
Jumlah Emisi 10 23 51 7 32 80 14 39
Jumlah Fundraise (Rp T) 13,30 32,06 63,01 16,39 40,12 116,18 23,09 59,18
Rata-rata Fundraise (Rp T) 1,33 1,39 1,24 2,34 1,25 1,45 1,65 1,52
Total Fundraise Pasar Modal 17,95 46,00 116,53 18,10 79,68 195,38 33,15 106,67
C Perusahaan Pembiayaan
Posisi (Rp T) 369,80 369,90 363,27 365,39 372,90 387,51 395,19 406,28
Pertumbuhan (Rp T) 3,60 0,10 (2,93) 1,13 7,51 387,51 7,68 11,09
Total Pasar Modal dan IKNB 21,55 46,09 113,60 19,23 81,17 582,88 40,84 117,76
* Berdasarkan SIPP posisi Feb-17
Source: Laporan Mingguan OJK

28
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Rp. T % Rp. T
350 180 400
Premi Bruto 32 34
27 31
300 Klaim Bruto 329
Rasio Premi/Klaim Bruto (rhs) 170

250 157,99
155,29 155,74 160
229 237
235 250 261 218 230
200 147,40 147,31
208 150 200
152,84
150 173
155 154
140 18 23 24
100 11 11 21
117
99 83
50 130 103 100 115 105 110 111
71 56
46
- 120 -
Mar Jun Sep Des Mar Jun
Mar Jun Sep Des Mar Jun 2016 2017
2016 2017 Syariah Lainnya Berdasarkan Persetujuan OJK
Multiguna Modal Kerja
Grafik 2.44. Premi dan Klaim Bruto Industri Asuransi Investasi Pembiayaan Konsumen
Anjak Piutang Sewa Guna Usaha

Grafik 2.45. Pembiayaan Perusahaan Pembiayaan


Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Jenis Usaha
Secara umum, kinerja Perusahaan Pembiayaan (PP) Rp. T
cenderung meningkat pada triwulan II-2017. Pembiayaan 500
Aset Pembiayaan
pada triwulan II-2017 naik Rp33,38 triliun atau tumbuh 450
462
400 443 450
8,95% (yoy) dibandingkan posisi triwulan II-2016. Secara 424 434 435
406
350 388 395
qtq, pembiayaan pada triwulan II-2017 meningkat sebesar 364 373 378
300
Rp11,09 triliun (2,81%), lebih tinggi dibandingkan tahun 250
sebelumnya yang tumbuh sebesar Rp8,49 triliun (2,33%). 200
150
Pertumbuhan pembiayaan PP antara lain disumbang oleh 100
pembiayaan pada sektor perdagangan yang meningkat 50
40,48% (qtq). Dampak dari pembiayaan yang mulai -
Mar Jun Sep Des Mar Jun
meningkat antara lain aset PP tumbuh sebesar 6,42%
2016 2017
(yoy) menjadi Rp462,32 triliun pada posisi triwulan II-2017.
Grafik 2.46. Perkembangan Perusahaan Pembiayaan
Adapun secara qtq, aset PP tumbuh sebesar Rp12,79
triliun (2,85%) (Grafik 2.45).
terdapat penyesuaian kolektibilitas pembiayaan dengan
Berdasarkan jenisnya, pembiayaan PP didominasi oleh diberlakukannya ketentuan OJK4 tentang Penyelenggaraan
pembiayaan multiguna dan investasi dengan pangsa Usaha Perusahaan Pembiayaan yang sebelumnya 3
pembiayaan masing-masing sebesar 58,38% dan 27,38% kolektibilitas (Lancar, Diragukan dan Macet) menjadi 5
dari total pembiayaan triwulan II-2017 (Grafik 2.46). Pangsa kolektibilitas (Lancar, Dalam Perhatian Khusus, Kurang
pembiayaan multiguna sedikit meningkat dibandingkan Lancar, Diragukan, dan Macet).
triwulan I-2017 yang tercatat sebesar 58,02%. Sementara
itu, pangsa pembiayaan investasi sedikit menurun
%
dibandingkan triwulan sebelumnya (27,86%)3. 4
3,38 3,47
NPF 3,26 3,16
Sementara itu, secara qtq risiko kredit yang dihadapi
3
oleh perusahaan pembiayaan yang tercermin dari Non
2,20
Performing Financing (NPF) cenderung meningkat, yaitu
2
dari 3,16% (triwulan I-2017) menjadi 3,47% (triwulan 1,55

II-2017). Adapun secara yoy, NPF tersebut lebih tinggi


dibandingkan dengan triwulan II-2016 (2,20%) (Grafil 1

2.47). Hal ini antara lain disebabkan oleh memburuknya


kualitas pembiayaan pada sektor pengangkutan yang -
Mar Jun Sep Des Mar Jun
mayoritas objek pembiayaannya merupakan kapal 2016 2017

dan truk pengangkut komoditas tambang. Selain itu, Grafik 2.47. Rasio Non Performing Financing

3 Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No.29/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan, diatur jenis kegiatan usaha
PP menjadi pembiayaan investasi, pembiayaan modal kerja, pembiayaanmultiguna, pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan pembiayaan lain berdasarkan persetujuan
OJK (sebelumnya jenis pembiayaan meliputi sewa guna usaha, anjak piutang, kartu kredit dan pembiayaan konsumtif). Dari sisi pelaporan, jenis pembiayaan PP sesuai POJK
dimaksud baru tersedia mulai posisi September 2016.
4 Peraturan OJK No. 29/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan.

29
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Rp. T % %
Share Sumber Pendanaan per 14 84
180
Jun-16 Mar 2017
160 12 83
Sep-16
Des-16 13%
140 Pinjaman DN 83
Mar-17 10
19% 45% Pinjaman LN
120 Jun-17 SSB 82
Modal 8
100 23% 82
80 6
81
60 4
81
40
2 80
20
- 80
- Mar-16 Jun-16 Sep-16 Des-16 Mar-17 Jun-17
Pinjaman DN Pinjaman LN SSB Modal 0% - 10% 25,58 25,00 28,57 27,38 35,29 47,52
10,1% - 12% 27,91 28,57 25,00 27,38 25,49 18,81
> 12% 46,51 46,43 46,43 45,24 39,22 33,66
Grafik 2.48. Sumber Dana Perusahaan Pembiayaan
Grafik 2.50. Perkembangan ROA, ROE dan BOPO
Selama triwulan II-2017, komposisi sumber pendanaan Perusahaan Pembiayaan
PP terdiri atas pinjaman yang berasal dari dalam negeri
(45,06%), pinjaman luar negeri (22,45%), surat berharga oleh pembiayaan dalam Rupiah sebesar Rp91,40 triliun,
(19,09%), dan modal (13,40%). Porsi pendanaan dari sedangkan pembiayaan dalam valuta asing hanya sebesar
dalam negeri sedikit meningkat dibandingkan triwulan Rp1,82 triliun.
II-2016 (41,34%) dan juga sedikit lebih tinggi dibandingkan
Sumber pendanaan PP yang mayoritas berasal dari
dengan triwulan sebelumnya (43,50%) (Grafik 2.48).
pinjaman dalam negeri tidak terlepas dari suku bunga
Sementara itu, porsi pendanaan dari luar negeri menurun kredit perbankan dalam negeri yang relatif menurun.
dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya Selama triwulan II-2017, lebih dari 47% dari seluruh bank di
(26,83%) dan juga lebih rendah dibandingkan triwulan Indonesia yang menyalurkan pinjaman kepada perusahaan
I-2017 (23,04%). Pada akhir triwulan II-2017, terdapat 42 pembiayaan mengenakan suku bunga yang relatif rendah
PP yang memiliki ULN dengan total outstanding mencapai (di bawah 10%) dan 18% menyalurkan pinjaman dengan
Rp84,66 triliun. Di antara 42 perusahaan tersebut, terdapat suku bunga 10%-12% (Grafik 2.49).
8 (delapan) perusahaan yang kepemilikannya terafiliasi
Kinerja perusahaan pembiayaan relatif baik tercermin dari
dengan perbankan dengan porsi kepemilikan lebih dari
tingkat efisiensi dan profitabilitas yang terjaga. Hal tersebut
20% dengan total outstanding ULN sebesar Rp25,79
tercermin dari rasio Biaya Operasional dan Pendapatan
triliun. Untuk memitigasi risiko nilai tukar, sebagian PP telah
Operasional (BOPO) pada triwulan II-2017 sebesar
melakukan lindung nilai (hedging) sehingga potensi risiko
82,24% yang sedikit membaik dibandingkan triwulan II-
rambatan (contagion risk) terhadap bank yang menjadi
2016 (82,71%), meskipun relatif meningkat dibandingkan
induknya relatif terbatas. Sementara itu, pembiayaan
triwulan I-2017 (80,90%). Sementara itu, rasio profitabilitas
yang diberikan oleh ke-8 PP tersebut masih didominasi
PP (ROA) sebesar 3,83%, lebih tinggi dibandingkan
%
periode yang sama tahun sebelumnya (3,64%), namun
sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan I-2017
45
40
(4,14%). Peningkatan juga dialami pada ROE menjadi
35 11,49% dibandingkan triwulan II-2016 sebesar 11,14%,
30 meskipun sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan
25 I-2017 (Grafik 2.50).
20
15
10 2.7.4. Perkembangan Sektor Riil (Sektor Korporasi
5 dan Rumah Tangga)
-
Mar-16 Jun-16 Sep-16 Des-16 Mar-17 Jun-17 2.7.4.1. Kinerja Sektor Korporasi4
0% - 10% 25,58 25,00 28,57 27,38 35,29 47,52
Kinerja korporasi publik non-keuangan relatif membaik
10,1% - 12% 27,91 28,57 25,00 27,38 25,49 18,81
> 12% 46,51 46,43 46,43 45,24 39,22 33,66
pada triwulan II-2017 dibandingkan dengan periode yang
sama tahun sebelumnya. Hal ini tercermin dari naiknya
Grafik 2.49. Suku Bunga Pinjaman Bank Kepada indikator profitabilitas Retun On Asset (ROA) dan Return
Perusahaan Pembiayaan
On Equity (ROE) serta turunnya porsi utang korporasi yang
4 Korporasi non-keuangan.

30
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
tercermin dari rasio Debt to Equity (DER) yang menurun negatif sebesar -1,71% (qtq). Peningkatan kredit pada
(Tabel 2.8). Perbaikan kinerja dialami oleh hampir seluruh sektor korporasi diiringi oleh penurunan rasio NPL. Pada
sektor, kecuali sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi triwulan II-2017, rasio NPL mencapai 3,48% atau menurun
serta sektor properti dan real estate. Namun, pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yaitu sebesar
kinerja tersebut masih terbatas akibat produktivitas 3,65%.
korporasi yang masih berada dalam tren melambat, terlihat
dari indikator asset turnover yang menurun, meski indikator
2.7.4.2. Kinerja Sektor Rumah Tangga
inventory turnover sedikit meningkat.
Konsumsi rumah tangga Indonesia pada triwulan II-
Sejalan dengan peningkatan kinerja korporasi, hasil 2017 menunjukkan peningkatan yang ditunjukkan oleh
Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia meningkatnya optimisme konsumen dibandingkan
menunjukkan adanya peningkatan kegiatan usaha triwulan sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari rata-
hingga pertengahan tahun 2017. Hasil survei tersebut rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) selama triwulan
menginformasikan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) II-2017 sebesar 124,0 lebih tinggi dibandingkan rata-rata
pada triwulan II-2017 adalah sebesar 17,36%, lebih tinggi IKK triwulan I-2017 (118,0) (Grafik 2.52). Meningkatnya
dibandingkan dengan triwulan I-2017 yang sebesar 4,80% optimisme konsumen diakibatkan oleh meningkatnya
(Grafik 2.51). kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi terhadap kondisi
ekonomi 6 bulan mendatang.
Peningkatan kinerja korporasi dan kegiatan dunia usaha
mendorong kenaikan nilai kredit korporasi pada triwulan
II-2017. Kredit sektor korporasi tumbuh sebesar 2,54% (Indeks, rata-rata tertimbang 18 kota)
140,0
(qtq) pada triwulan II-2017 dengan posisi nominal sebesar
Rp2.136,41 triliun. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi 130,0 125,9

dibandingkan dengan posisi triwulan I-2017 yang tumbuh 120,0 124,0


122,4
OPTIMIS

118,0
110,0
110,8 111,6
% qtq % SBT 100,0
PESIMIS

5,0 25,0 Rasio Investasi/Aset (rhs)


Pertumbuhan PDB (sb. kiri) Nilai SBT SKDU (sb. kanan) 90,0
Rasio Investasi/Aset (rhs)
4,0 Rasio Investasi/Aset (rhs)
20,0 80,0 Penurunan harga
Rasio Investasi/Aset (rhs)
3,0 17,36 BBM, gas, dan Penurunan
tarif listrik Harga BBM
70,0
2,0 15,0 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
1,0 14,93 2015 2016 2017
-0,34 10,0
0,0
Grafik 2.52. Perkembangan Indeks Keyakinan
-1,0 4,80
Konsumen Triwulanan
-1,77 5,0
-2,0
3,13
-3,0 0,0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III* Kredit perbankan ke sektor rumah tangga pada triwulan
2013 2014 2015 2016 2017
*) Perkiraan
II-2017 mencapai Rp1.034 triliun atau tumbuh 3,22% (qtq).
Pertumbuhan kredit tersebut meningkat dibandingkan
Grafik 2.51. Kegiatan Dunia Usaha Tw I-2017 triwulan I-2017 yaitu sebesar 2,21% (qtq).

Tabel 2.8. Kinerja Korporasi Publik Tw IV-2015 dan Tw IV-2016


ROA ROE DER Current Ratio TA/TL Asset TO Inventory TO
No. Sektor
2015 2016 2015 2016 2015 2016 2015 2016 2015 2016 2015 2016 2015 2016
1 Pertanian 0,81% 3,11% 1,69% 6,48% 1,14 1,04 1,09 1,17 1,88 1,96 0,65 0,60 8,08 7,07
2 Industri Dasar & Kimia 2,88% 4,85% 5,97% 9,63% 1,02 0,95 1,39 1,44 1,98 2,05 0,69 0,70 4,98 5,34
3 Industri Barang Konsumsi 11,35% 12,22% 21,13% 20,75% 0,80 0,61 2,10 2,19 2,25 2,64 1,27 1,27 4,64 4,94
4 Infrastruktur, Utilitas & Transportasi 4,78% 4,44% 11,93% 10,45% 1,39 1,32 1,08 1,07 1,72 1,76 0,51 0,51 76,09 64,07
5 Aneka Industri 4,36% 5,40% 9,23% 11,33% 1,09 1,11 1,26 1,17 1,92 1,90 0,76 0,74 7,90 7,80
6 Pertambangan 1,38% 5,03% 2,57% 9,03% 0,79 0,80 1,88 2,02 2,27 2,25 0,54 0,52 10,02 11,17
7 Properti & Real Estate 4,94% 4,22% 9,96% 8,40% 0,97 1,00 1,85 1,79 2,03 2,00 0,33 0,31 1,59 1,64
8 Perdagangan, Jasa & Investasi 2,77% 4,13% 5,10% 7,73% 0,86 0,88 1,55 1,49 2,16 2,14 0,96 0,95 7,47 7,28
Agregat 4,37% 5,34% 8,99% 10,66% 1,02 0,98 1,51 1,49 1,98 2,02 0,70 0,68 6,04 6,05
Posisi data Tw I 2016 & Tw I 2017 (347 korporasi, exclude Grup Bakrie)
Sumber: Laporan Keuangan Korporasi di Bursa Efek Indonesia, Bloomberg, diolah

31
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Dari sisi penggunaan, sebagian besar kredit terutama triwulan I-2017. Perlambatan pertumbuhan kredit UMKM
ditujukan untuk keperluan multiguna (42,47%) dan ini sejalan dengan pertumbuhan kredit non UMKM. Baki
pemilikan rumah (39,47%), kemudian diikuti oleh kredit debet kredit UMKM mencapai Rp888,5 triliun dengan
kendaraan bermotor (11,87%), kredit rumah tangga lainnya pangsa yang meningkat menjadi 19,6% terhadap total
(5,75%), dan kredit pemilikan peralatan rumah tangga kredit perbankan. Berdasarkan jumlah rekening terdapat
(0,45%) (Grafik 2.53). kenaikan jumlah pelaku UMKM yang menjadi debitur
perbankan, yaitu sebanyak 13,9 juta debitur pada triwulan
Pertumbuhan kredit rumah tangga disertai dengan II-2017 dari sebelumnya sebanyak 13,4 juta debitur pada
peningkatan risiko kredit sektor rumah tangga. Hal tersebut triwulan I 2017.
ditandai dengan meningkatnya rasio NPL gross dari
1,74% pada triwulan I-2017 menjadi 1,81% pada triwulan Pada periode laporan, kredit UMKM tumbuh sebesar 7,4%
II-2017. Namun demikian, rasio NPL gross seluruh jenis (yoy), menurun dibandingkan triwulan I-2017 sebesar 8,4%
penggunaan kredit sektor rumah tangga masih terkendali (yoy) (Grafik 2.54). Perlambatan pertumbuhan ini sejalan
di bawah 5% dan di bawah NPL agregat sebesar 2,96%. dengan melambatnya pertumbuhan konsumsi rumah
tangga. Hal ini sejalan dengan hasil Survei Penjualan Eceran
RT Lainnya (SPE) BI periode Juni 2017 yang menunjukkan penjualan
eceran dan penjualan kendaraan bermotor belum solid.
5,75%
Penjualan eceran pada triwulan II-2017 tumbuh terbatas,
5,53% yaitu sebesar 5,1% (yoy). Meskipun sedikit lebih tinggi
Perumahan
dari triwulan sebelumnya (4,8% yoy), namun tidak setinggi
39,47% periode yang sama pada tahun sebelumnya. Terbatasnya
pertumbuhan triwulan ini dibandingkan dengan triwulan
42,28% Maret 39,96%
yang sama tahun sebelumnya diperkirakan dipengaruhi
42,47% 2017 oleh daya beli yang terbatas seiring dampak kenaikan
Multiguna
Juni
2017 tarif listrik secara bertahap pada awal tahun 2017 serta
0,43%
12,05% tertundanya penyaluran gaji ke-13 PNS aktif.

0,45% 11,87% Berdasarkan klasifikasi usaha, perlambatan pertumbuhan


kredit UMKM terutama didorong oleh Usaha Kecil dan
Peralatan RT
Kendaraan Usaha Menengah yang tumbuh melambat masing-masing
sebesar 7,9% (yoy) dan 7,4% (yoy), dibandingkan triwulan
Grafik 2.53. Komposisi Kredit Sektor Rumah Tangga I-2017 sebesar 10,3% (yoy) dan 9,5% (yoy). Di sisi lain,
Menurut Jenisnya kredit Usaha Mikro mulai menunjukkan peningkatan
pertumbuhan menjadi sebesar 6,7% (yoy) dibandingkan
2.8. Perkembangan Kredit Usaha Mikro triwulan I-2017 sebesar 4,0% (yoy). Hal ini diperkirakan
Kecil dan Menengah (UMKM) antara lain karena meningkatnya target penyaluran KUR
oleh Pemerintah di tahun 2017.

50%
Kredit Usaha Mikro Kredit Usaha Kecil Kredit Usaha Menengah
40% Kredit Usaha Mikro Kredit Usaha Kecil
Pertumbuhan kredit UMKM menurun sejalan
dengan pergerakan kredit perbankan. Hal ini 30%

dipengaruhi terbatasnya pertumbuhan penjualan 20% 7,9%

ritel seiring penurunan daya beli sebagai dampak 7,8%


10% 7,4%
dari kenaikan tarif listrik dan tertundanya
7,4%
penyaluran gaji ke-13 pegawai negeri sipil. 0%
6,7%
-10%
Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun
2014 2015 2016 2017
Pada triwulan II-2017, penyaluran kredit UMKM tumbuh
melambat dibandingkan dengan triwulan I-2017, setelah
Grafik 2.54. Pertumbuhan Kredit UMKM (%, yoy)
sebelumnya sempat mengalami peningkatan pada

32
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Dari sisi sektoral, melambatnya kredit UMKM didorong Sebagian besar kredit UMKM merupakan kredit Usaha
oleh perlambatan pertumbuhan kredit UMKM pada Menengah (46,7%), diikuti oleh Usaha Kecil (30,0%) dan
sektor-sektor yang memiliki pangsa besar terhadap kredit Usaha Mikro (23,3%). Dari sisi jumlah rekening penerima
UMKM, antara lain sektor perdagangan dan konstruksi kredit, sekitar 86,6% dari total rekening penerima kredit
yang masing-masing tumbuh melambat sebesar 5,7% UMKM adalah Usaha Mikro.
(yoy) dan 9,9% (yoy) pada triwulan II-2017 dibandingkan
triwulan I-2017 yang sebesar 8,8% (yoy) dan 12,1% 100%
13,3%
(yoy). Perlambatan pertumbuhan di sektor Perdagangan 90%
4,6%
didorong oleh melambatnya pertumbuhan kredit di sektor 80%
70%
perdagangan eceran komoditi lainnya (bukan makanan, 4,6%
60%
minuman, atau tembakau). Sedangkan pertumbuhan 52,1%
50%
di sektor perdagangan eceran makanan, minuman 40%
dan tembakau masih mengalami kenaikan terutama 30% 6,2%

dipengaruhi oleh naiknya permintaan bahan makanan 20%


10,6%
10%
dan minuman dalam rangka hari raya Idul Fitri. Selain 6,2%
0%
itu, melambatnya kredit juga dipengaruhi oleh relatif Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun

pendeknya hari efektif di bulan Juni 2017 sehubungan 2015 2016 2017
Pertanian dan Kehutanan Industri Pengolahan Konstruksi
dengan libur panjang Idul Fitri. Disamping itu, penyaluran Perdagangan Besar dan Eceran Real Estate Jasa Kemasyarakatan
Lainnya
kredit ke sektor real estate semakin menurun menjadi
sebesar -5,1% (yoy) di triwulan II-2017 dibandingkan Grafik 2.56. Pangsa Sektor Ekonomi
triwulan I-2017 yang sebesar -0,5% (yoy). terhadap Kredit UMKM (%)

Di sisi lain, terdapat sektor yang mengalami peningkatan


pertumbuhan, a.l. sektor Pertanian, Industri Pengolahan,
dan Jasa Kemasyarakatan yang pada triwulan II-2017 7,1% 7,3%
masing-masing tumbuh 14,3% (yoy), 14,3% (yoy), dan 2,2%
6,4% (yoy) (Grafik 2.55). Adapun dari sektor pertanian,
peningkatan pertumbuhan kredit didorong oleh sub sektor 19,4%

Perkebunan Kelapa Sawit yang memiliki pangsa terbesar


58,3%
yaitu 46,96% terhadap penyaluran kredit UMKM sektor 5,8%
Pertanian.
Grafik 2.57. Pangsa Wilayah terhadap Kredit UMKM (%)
40%
Pertanian Industri Pengolahan Konstruksi
30%
Perdagangan Real Estate Js Kemasyarakatan Di samping karena masih melambatnya pertumbuhan
14,3% ekonomi, pertumbuhan kredit UMKM yang melambat pada
20%
14,3% triwulan II-2017 juga diperkirakan dipengaruhi oleh bank-
10% 9,9% bank yang masih fokus pada perbaikan kualitas kredit.
5,7%
Hal ini tercermin dari membaiknya kualitas kredit UMKM
0%
6,4% yang ditandai dengan penurunan rasio non performing
-10% loan (NPL) kredit UMKM menjadi sebesar 4,59%
-5,1%
-20%
dibandingkan triwulan I-2017 sebesar 4,87%. Perbaikan
Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun NPL ini telah terjadi pada beberapa bulan terakhir sejak
2014 2015 2016 2017
Februari 2017. Membaiknya kualitas kredit UMKM sejalan
Grafik 2.55. Pertumbuhan Kredit UMKM dengan meningkatnya kualitas kredit perbankan secara
Berdasarkan Sektor (%, YoY) keseluruhan, tercermin dari rasio NPL yang menurun
menjadi 2,94% dari triwulan I-2017 yang sebesar 3,02%.
Pada triwulan II-2017, mayoritas kredit UMKM diserap oleh
sektor perdagangan besar dan eceran dengan pangsa Berdasarkan klasifikasi usaha, perbaikan NPL kredit UMKM
sebesar 52,1% terhadap total kredit UMKM perbankan, terjadi pada kredit Usaha Menengah dan Usaha Kecil
yang diikuti oleh sektor lainnya sebesar 13,3%, industri yang masing-masing menurun menjadi 5,46% dan 4,79%
pengolahan sebesar 10,6% serta sektor pertanian dan pada triwulan II-2017 dibanding triwulan sebelumnya
kehutanan sebesar 8,7% (Grafik 2.56). Secara spasial, sebesar 6,04% dan 4,91%. Di sisi lain, NPL kredit Usaha
penyaluran kredit UMKM masih terkonsentrasi di Pulau Mikro mengalami pemburukan menjadi 2,59% dibanding
Jawa (58,3%) dan Pulau Sumatera (19,4%) (Grafik 2.57). Triwulan I-2017 yang sebesar 2,36% (Grafik 2.58).

33
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
% Capaian thd target
7% 100%
Kredit Usaha Mikro Kredit Usaha Kecil Kredit Usaha Menengah
Kredit UMKM Total Kredit 90% 2015 2015 2015
6% 5,46% 80% 75,9%

70%
5% 4,79% 54,8%
60%

4% 4,59% 50%
40% 41,0%
2,94%
3%
30%
2,59% 20%
2%
10%

1% 0%
Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2014 2015 2016 2017

Grafik 2.58. Non-Performing Loan Kredit UMKM Grafik 2.59. Pencapaian Realisasi KUR terhadap Target

2.9. Perkembangan Kredit Usaha Rakyat Berdasarkan sektor ekonomi, jumlah Penyaluran KUR
(KUR) masih terkonsentrasi di sektor Perdagangan dan Pertanian
di wilayah Jawa. Jika dibandingkan triwulan I-2017,
porsi penyaluran KUR pada triwulan II-2017 ke sektor
Perdagangan mengalami penurunan, sebaliknya porsi
penyaluran ke sektor Pertanian, Perikanan, Industri, dan
Konstruksi mengalami peningkatan menjadi sebesar
Provinsi dengan penyerapan KUR terbesar adalah 31,1% dibanding triwulan I-2017 yang sebesar 29,2%. Hal
ini dikarenakan sejak tahun 2017 Pemerintah menetapkan
Jawa Tengah (Rp15,29 triliun), Jawa Timur
target penyaluran KUR sebesar 40% ke sektor produksi
(Rp12,70 triliun), dan Jawa Barat (Rp10,73 triliun).
(pertanian, perikanan, industri, dan konstruksi) (Grafik 2.60).
Untuk luar Jawa, penyaluran KUR tertinggi adalah
Sulawesi Selatan (Rp4,79 triliun) dan diikuti oleh Berdasarkan sebaran wilayah, provinsi dengan penyerapan
Sumatera Utara (Rp3,96 triliun). KUR terbesar adalah Jawa Tengah (Rp15,29 triliun),
Jawa Timur (Rp12,70 triliun), dan Jawa Barat (Rp10,73
triliun). Untuk luar Jawa, penyaluran KUR tertinggi adalah
Sulawesi Selatan (Rp4,79 triliun), diikuti oleh Sumatera
Pemerintah menargetkan penyaluran KUR skema baru Utara (Rp3,96 triliun).
pada 2017 sebesar Rp110 triliun dengan alokasi anggaran
subsidi bunga sebesar Rp9,02 triliun pada APBN 2017.
Hingga triwulan II-2017, penyaluran KUR telah mencapai 12,5%
Rp45,1 triliun atau 41,03% dari target penyaluran KUR 0,0% 23,0%
12,2%
2017, dengan jumlah debitur sebesar 2.025 ribu. Realisasi 23,3% Pertanian, Perburuan,
dan Kehutanan
penyaluran KUR triwulan II-2017 tersebut mengalami
1,8% Perikanan
perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun 1,93%
Industri Pengolahan
4,97%
sebelumnya yang mencapai Rp54,8 triliun atau 54,8% 58,6% 6,3% Perdagangan
Konstruksi
terhadap target penyaluran KUR 2016 (Grafik 2.59). Di sisi Jasa-jasa
lain, jumlah lembaga penyalur KUR pada 2017 bertambah Tw I-2017
56,4%
menjadi sebanyak 38 lembaga penyalur dibandingkan
Tw II-2017
tahun 2016 yang berjumlah 27 lembaga penyalur. Pada
tahun 2017, selain Perbankan yang ditunjuk, terdapat
lembaga keuangan berupa Perusahaan Pembiayaan dan
Grafik 2.60. Realisasi KUR berdasarkan Sektor Ekonomi
Koperasi yang menjadi lembaga penyalur KUR.

34
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
pada seluruh layanan SPBI yaitu (BI-RTGS, BI-SSSS dan
2.10. Perkembangan Sistem Pembayaran SKNBI) yang masing-masing sebesar 1,56% (qtq), 10,03%
(qtq), dan 1,73% (qtq). Penurunan yang tercermin dari
sisi nominal maupun frekuensi transaksi SPBI tersebut
merupakan dampak dari hari operasional/kerja yang lebih
sedikit pada triwulan II-2017 yaitu berjumlah 54 hari kerja,
dibanding pada triwulan I-2017 yang berjumlah 62 hari
Seluruh transaksi sistem pembayaran dapat kerja. Hal ini dikarenakan banyaknya libur pada triwulan
diselesaikan secara aman dan lancar tanpa adanya dimaksud (termasuk periode Lebaran di bulan Juni 2017).
gangguan yang signifikan, baik pada sistem
Adapun secara tahunan, nominal transaksi SPBI yang
pembayaran bernilai tinggi yang diselenggarakan
mencapai Rp40.145,42 triliun tersebut meningkat 0,13%
oleh Bank Indonesia maupun sistem pembayaran
(yoy) dari semula Rp40.094,25 triliun pada triwulan II-2016.
ritel yang difasilitasi oleh industri.
Namun demikian, dari sisi frekuensi transaksi tercatat
menurun 1,87% (yoy) atau sebesar 33,88 ribu transaksi
pada triwulan II-2016.

Selama triwulan II-2017, penyelenggaraan sistem Secara rata-rata harian (RRH) nominal transaksi SPBI
pembayaran berjalan aman, lancar, dan terpelihara pada triwulan II-2017 sebesar Rp743,43 triliun, meningkat
dengan baik. Kondisi ini merefleksikan komitmen Bank 4,36% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar
Indonesia dalam menjalankan fungsinya di bidang sistem Rp712,40 triliun. Sedangkan RRH frekuensi transaksi,
pembayaran. Bank Indonesia terus berupaya untuk terjadi peningkatan 12,82% (qtq) dibandingkan triwulan
meningkatkan kinerja sistem pembayaran, baik yang yang sebelumnya dari 545,62 ribu transaksi menjadi
diselenggarakan Bank Indonesia maupun oleh industri. 615,60 ribu transaksi. Peningkatan RRH nominal tersebut
Keandalan sistem pembayaran tersebut pada akhirnya sejalan dengan jumlah hari operasional/kerja pada triwulan
akan berkontribusi dalam menjaga stabilitas sistem II-2017 yang lebih sedikit dibanding triwulan sebelumnya.
keuangan dan perekonomian. Perkembangan frekuensi dan nominal transaksi dari sistem
pembayaran yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia
secara rinci masing-masing adalah sebagai berikut:
2.10.1. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran
1. Sistem BI-RTGS
oleh Bank Indonesia
Nominal transaksi sistem pembayaran yang
Pada triwulan II-2017, penyelenggaraan sistem
diselesaikan melalui Sistem BI-RTGS selama triwulan
pembayaran non-tunai oleh Bank Indonesia (SPBI)
II-2017 menurun sebesar 5,60% (qtq) dibanding
berjalan dengan aman dan lancar. Hal tersebut tercermin
triwulan sebelumnya, yaitu dari Rp28.924,76 triliun
dari tingkat kemampuan setelmen dalam layanan sistem
menjadi Rp27.304,27 triliun. Kondisi ini selaras
pembayaran non-tunai Bank Indonesia yang mampu
dengan penurunan frekuensi transaksi sebesar 1,56%
memproses seluruh transaksi peserta.
(qtq) dari 2,40 juta menjadi 2,37 juta transaksi.
Pada triwulan II–2017, nominal transaksi SPBI mencapai
Secara tahunan, nominal transaksi melalui Sistem BI-
Rp40.145,42 triliun atau menurun 9,11% (qtq) dibanding
RTGS meningkat sebesar 0,69% (yoy) dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp44.169,10
periode yang sama tahun lalu. Adapun frekuensi
triliun. Penurunan nominal transaksi tersebut didorong
transaksi meningkat sebesar 55,20% (yoy), yaitu dari
oleh menurunnya nominal transaksi pada seluruh layanan
1,52 juta transaksi menjadi 2,37 juta transaksi.
SPBI yaitu (BI-RTGS, BI-SSSS dan SKNBI) yang masing-
masing sebesar 5,60% (qtq), 16,10% (qtq), dan 10,39% Pada triwulan II-2017, RRH nominal transaksi Sistem
(qtq) (Tabel 2.9). BI-RTGS tercatat sebesar Rp505,63 triliun, meningkat
8,38% (qtq) dibanding periode sebelumnya yang
Sementara itu, frekuensi transaksi SPBI mencapai
sebesar Rp466,53 triliun. Sementara itu, RRH frekuensi
33,24 juta transaksi atau menurun sebesar 1,73% (qtq)
transaksi meningkat 13,03% (qtq) dibandingkan
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
triwulan sebelumnya dari 38,75 ribu transaksi menjadi
33,83 juta (Tabel 2.10). Penurunan frekuensi transaksi
43,80 ribu transaksi.
tersebut didorong oleh menurunnya frekuensi transaksi

35
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
2. BI-SSSS 3. SKNBI
Pada triwulan II-2017, nominal transaksi BI-SSSS Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, nominal
mencapai Rp12.042,34 triliun atau menurun sebesar transaksi melalui SKNBI tercatat menurun sebesar
16,10% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya 10,39% (qtq), dari Rp891,44 triliun menjadi Rp798,81
sebesar Rp14.352,91 triliun. Adapun frekuensi triliun. Sejalan dengan penurunan nominal transaksi,
transaksi tercatat menurun sebesar 10,03% (qtq) dari frekuensi transaksi juga tercatat menurun sebesar
73,30 ribu transaksi menjadi 65,95 ribu transaksi. 1,73% (qtq), dari 31,35 juta transaksi menjadi 30,81
juta transaksi. Adapun nominal transaksi kliring
Secara tahunan, nominal transaksi melalui BI-SSSS kredit meningkat sebesar 0,13% (qtq), dari periode
pada triwulan II-2017 tercatat meningkat sebesar sebelumnya sebesar Rp564,23 triliun menjadi sebesar
2,25% (yoy) dari Rp.11.777,14 triliun menjadi Rp564,99 triliun.
Rp12.042,34 triliun dibandingkan periode yang sama
tahun lalu. Adapun frekuensi transaksi menurun Secara tahunan, nominal transaksi melalui SKNBI
sebesar 18,03% (yoy) dari 80,46 ribu transaksi pada triwulan II-2017 menurun sebesar 33,40% (yoy)
menjadi 65,95 ribu transaksi. dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Adapun
frekuensi transaksi menurun sebesar 4,52% (yoy)
RRH nominal transaksi Sistem BI-SSSS pada dibanding kondisi triwulan II-2016.
triwulan II-2017 tercatat sebesar Rp223,01 triliun atau
menurun 3,67% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya Pada triwulan II-2017, RRH nominal transaksi SKNBI
yang sebesar Rp231,50 triliun. Sementara itu, tercatat sebesar Rp14,79 triliun atau meningkat
RRH frekuensi transaksi meningkat 3.30% (qtq) 2,88% (qtq) dibanding periode sebelumnya yang
dibandingkan triwulan yang sebelumnya dari 1,18 sebesar Rp14,38 triliun. Sementara itu, RRH frekuensi
ribu transaksi menjadi 1,22 ribu transaksi. transaksi meningkat 12,83% (qtq) dibandingkan
triwulan sebelumnya dari 505,69 ribu transaksi
menjadi 570,58 ribu transaksi.

Tabel 2.9. Nominal Transaksi Sistem Pembayaran Bank Indoensia


Nominal (Triliun Rp)

Transaksi Sistem 2016 2017 Naik/(turun) % Naik/(turun)


Total 2016
Pembayaran Non Tunai Q-I Q-II Q-III Q-IV Q-I Q-II QtQ YoY QtQ YoY
BI-RTGS 26.739,53 27.117,76 26.926,33 31.043,73 111.827,35 28.924,76 27.304,27 (1.620,49) 186,51 -5,60% 0,69%
- Pengelolaan Moneter 11.960,33 10.975,31 11.008,30 14.630,02 48.573,96 13.265,57 10.970,27 (2.295,31) (5,04) -17,30% -0,05%
- Pemerintah 1.159,52 1.043,66 1.257,81 1.270,44 4.731,43 1.240,04 1.313,86 73,82 270,20 5,95% 25,89%
- Masyarakat 4.603,10 5.232,32 5.304,77 5.991,29 21.131,48 5.464,49 5.979,18 514,69 746,86 9,42% 14,27%
- Pasar Modal 1.431,28 1.623,57 1.846,98 1.693,98 6.595,81 1.643,13 1.769,88 126,74 146,31 7,71% 9,01%
- Valas 1.856,29 2.098,90 1.902,99 1.840,63 7.698,80 1.887,00 2.057,82 170,81 (41,08) 9,05% -1,96%
- PUAB 1.584,27 1.746,17 1.609,17 1.409,69 6.349,29 1.541,75 1.566,03 24,28 (180,14) 1,57% -10,32%
- Lain-lain 4.144,73 4.397,85 3.996,31 4.207,70 16.746,58 3.882,76 3.647,25 (235,52) (750,60) -6,07% -17,07%
BI-SSSS 12.994,90 11.777,14 12.082,03 15.693,96 52.548,02 14.352,91 12.042,34 (2.310,57) 265,20 -16,10% 2,25%
SKNBI 1.110,34 1.199,35 891,98 962,39 4.164,07 891,44 798,81 (92,63) (400,54) -10,39% -33,40%
Debet 371,00 372,81 340,12 359,48 1.443,41 327,21 233,27 (93,94) (139,54) -28,71% -37,43%
- Cek 51,50 50,77 46,35 54,82 203,43 45,64 30,66 (14,98) (20,11) -32,82% -39,60%
- Bilyet Giro 319,41 321,94 293,68 304,57 1.239,61 281,47 202,39 (79,08) (119,56) -28,10% -37,14%
- Warkat Debet Lainnya 0,09 0,10 0,09 0,09 0,37 0,10 0,22 0,12 0,12 129,45% 129,62%
Kredit 739,35 826,54 551,86 602,91 2.720,66 564,23 564,99 0,76 (261,55) 0,13% -31,64%
Total 40.844,77 40.094,25 39.900,34 47.700,08 168.539,45 44.169,10 40.145,42 (4.023,68) 51,17 -9,11% 0,13%
Ket : Q-II-2017 = 54 hari kerja, Q-I 2017 = 62 hari kerja, Q-II 2016 = 63 hari kerja

36
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Tabel 2.10. Frekuensi Transaksi Sistem Pembayaran Bank Indonesia
Volume (Ribu Transaksi)

Transaksi Sistem 2016 2017 Naik/(turun) % Naik/(turun)


Total 2016
Pembayaran Non Tunai Q-I Q-II Q-III Q-IV Q-I Q-II QtQ YoY QtQ YoY
BI-RTGS 1.436.25 1.523.86 2.131.25 2.566.09 7.657.45 2.402.42 2.365.00 (37.42) 841.14 -1.56% 55.20%
- Pengelolaan Moneter 26.93 28.19 27.40 32.88 115.40 33.88 27.49 (6.39) (0.70) -18.85% -2.48%
- Pemerintah 77.45 50.29 23.56 19.65 170.94 13.07 12.03 (1.03) (38.26) -7.91% -76.07%
- Masyarakat 979.47 1.050.57 1.699.33 2.085.10 5.814.47 1.946.49 1.945.62 (0.87) 895.04 -0.04% 85.20%
- Pasar Modal 48.47 62.09 63.93 76.32 250.81 75.78 73.79 (2.00) 11.69 -2.64% 18.83%
- Valas 37.36 37.27 33.68 34.85 143.15 32.26 30.07 (2.19) (7.20) -6.79% -19.33%
- PUAB 20.52 22.10 20.21 18.52 81.34 19.57 19.54 (0.03) (2.56) -0.13% -11.57%
- Lain-lain 246.05 273.34 263.15 298.79 1.081.33 281.37 256.46 (24.91) (16.88) -8.85% -6.18%
BI-SSSS 68.91 80.46 67.46 72.31 289.14 73.30 65.95 (7.35) (14.51) -10.03% -18.03%
SKNBI 29.372.08 32.271.09 29.617.04 33.269.01 124.529.22 31.352.96 30.811.20 (541.76) (1,459.89) -1.73% -4.52%
Debet 8.664.63 8.695.86 7.728.27 8.125.02 33.213.78 7.543.08 5.897.40 (1.645.68) (2,798.46) -21.82% -32.18%
- Cek 759.68 763.60 687.54 731.60 2.942.42 655.50 569.56 (85.94) (194.04) -13.11% -25.41%
- Bilyet Giro 7.785.64 7.826.68 6.950.83 7.319.79 29.882.94 6.835.53 5.295.37 (1.540.16) (2,531.31) -22.53% -32.34%
- Warkat Debet Lainnya 119.32 105.58 89.90 73.62 388.42 52.04 32.47 (19.57) (73.11) -37.61% -69.25%
Kredit 20.707.45 23.575.23 21.888.77 25.143.99 91.315.44 23.809.88 24.881.43 1.071.55 1,306.20 4.50% 5.54%
Total 30.877.25 33.875.40 31.815.75 35.907.41 132.475.80 33.828.68 33.242.15 (586.54) (633.26) -1.73% -1.87%
Ket : Q-II-2017 = 54 hari kerja, Q-I 2017 = 62 hari kerja, Q-II 2016 = 63 hari kerja

masyarakat tercatat mengalami pertumbuhan positif


2.10.2. Sistem Pembayaran Yang Diselenggarakan
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
oleh Industri
(Tabel 2.12 dan Tabel 2.11).
Penyelenggaraan sistem pembayaran oleh industri
pada triwulan II-2017 juga berjalan aman dan lancar. Peningkatan transaksi APMK dan uang elektronik seiring
Pada periode laporan, penyelenggaraan sistem dengan terus dilakukannya edukasi terhadap masyarakat
pembayaran oleh industri tidak mengalami gangguan atas penggunaan instrumen pembayaran nontunai. Selain
yang signifikan dalam memfasilitasi pembayaran ritel itu, Bank Indonesia senantiasa melakukan perluasan
non-tunai masyarakat. Penggunaan instrumen alat penggunaan instrumen pembayaran nontunai dengan
pembayaran dengan menggunakan kartu (APMK) dan berbagai upaya dan kebijakan.
uang elektronik (UE) yang merupakan transaksi ritel

Tabel 2.11. Nominal Transaksi APMK dan Uang Elektronik


Nominal (Triliun Rp)
Transaksi Sistem 2016 2017 Naik/(turun) % Naik/(turun)
Total 2016 Total 2017
Pembayaran Non Tunai Q-I Q-II Q-III Q-IV Q-I Q-II QtQ YoY QtQ YoY
APMK 1.368,51 1.508,24 1.469,16 1.559,02 5.904,93 1.495,08 1.652,35 3.147,43 157,28 144,12 10,52% 9,56%
- Kartu Kredit 69,86 69,84 67,70 73,62 281,02 72,01 73,73 145,75 1,72 3,89 2,39% 5,57%
- Kartu ATM/Debet 1.298,66 1.438,40 1.401,46 1.485,40 5.623,91 1.423,06 1.578,62 3.001,68 155,56 140,22 10,93% 9,75%
Uang Elektronik 1,40 1,78 1,72 2,17 7,06 2,22 2,53 4,76 0,31 0,76 13,84% 42,63%
Total 1.369,91 1.510,01 1.470,88 1.561,19 5.912,00 1.497,30 1.654,89 3.152,19 157,59 144,87 0,24 0,52

Tabel 2.12. Frekuensi Transaksi APMK dan Uang Elektronik


Volume (Ribu Transaksi)
Transaksi Sistem 2016 2017 Naik/(turun) % Naik/(turun)
Total 2016 Total 2017
Pembayaran Non Tunai Q-I Q-II Q-III Q-IV Q-I Q-II QtQ YoY QtQ YoY
APMK 1.293.820,18 1.388.411,40 1.369.569,27 1.449.763,90 5.501.564,75 1.395.495,26 1.519.420,09 2.914.915,34 123.924,83 131.008,69 8,88% 9,44%
- Kartu Kredit 74.009,24 75.207,12 75.346,06 80.489,89 305.052,30 80.741,57 81.610,45 162.352,02 868,89 6.403,34 1,08% 8,51%
- Kartu ATM/Debet 1.219.810,94 1.313.204,28 1.294.223,22 1.369.274,02 5.196.512,45 1.314.753,69 1.437.809,63 2.752.563,32 123.055,94 124.605,35 9,36% 9,49%
Uang Elektronik 138.580,86 169.514,85 168.198,20 206.839,44 683.133,35 179.994,94 168.222,03 348.216,98 (11.772,91) (1.292,81) -6,54% -0,76%
Total 1.432.401,04 1.557.926,24 1.537.767,47 1.656.603,34 6.184.698,10 1.575.490,20 1.687.642,12 3.263.132,32 112.151,92 129.715,88 0,02 0,09

37
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Pada triwulan II-2017, nominal transaksi APMK transaksi (Tabel 2.13). Di sisi lain, nominal transaksi
mengalami kenaikan sebesar 10,52% (qtq) menjadi mengalami kenaikan sebesar 0,52% (qtq) dari Rp20,27
Rp1,652 triliun, sedangkan frekuensinya meningkat triliun menjadi Rp20,37 triliun. Secara tahunan, baik dari
sebesar 8,88% (qtq) menjadi 1.62 miliar transaksi. Secara sisi frekuensi maupun nominal, peningkatan transaksi
tahunan, nominal transaksi meningkat sebesar 9,56% transfer dana tercatat positif yaitu sebesar 2,26% dan
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, 7,96%.
dan frekuensinya meningkat sebesar 9,44%.
Sementara itu, nilai transaksi jual/beli uang kertas asing
Selain itu, nominal transaksi uang elektronik meningkat (UKA) dan pembelian traveler’s cheque (TC) pada triwulan
13,84% (qtq) menjadi Rp2,22 triliun namun frekuensi II-2017 menurun sebesar 10,37% dibandingkan dengan
transaksinya menurun 6,54% (qtq) dibandingkan triwulan triwulan I-2017 (Tabel 2.14). Penurunan ini disebabkan oleh
sebelumnya yaitu menjadi 168,22 juta transaksi. Secara penurunan nilai transaksi jual/beli mata uang dolar Amerika
tahunan, nominal UE meningkat sebesar 42,63%, dan Serikat dan mata uang dolar Singapura masing-masing
frekuensinya menurun sebesar 0.79%. sebesar 17,95% dan 8,93% dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Nilai transaksi mata uang dolar Amerika
Pada triwulan II-2017, penyelenggaraan transaksi Serikat dan mata uang dolar Singapura masing-masing
transfer dana dibandingkan dengan triwulan I-2017 memiliki pangsa nilai 40,20% dan 44,29% dari total nilai
mencatat adanya penurunan frekuensi transaksi transaksi UKA.
sebesar 3,88% (qtq) dari 6,40 juta menjadi 6,16 juta

Tabel 2.13. Transaksi Transfer Dana Triwulan II-2017

2016 2017 naik/(turun) % naik/(turun)


Transaksi Transfer Dana Total 2016 Total 2017
Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 QtQ YoY QtQ YoY
Volume Transaksi (Juta) 5,44 6,02 4,45 6,04 21,95 6,40 6,16 12,56 -0,25 0,14 -3,88% 2,26%
Nilai Transaksi (Rp Triliun) 16,3 18,9 13,5 19,31 67,96 20,27 20,37 40,64 0,10 1,50 0,52% 7,96%

Tabel 2.14. Transaksi UKA-TC Triwulan II – 2017

2016 Total 2017 naik/(turun) % naik/(turun)


Transaksi UKA-TC
Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 2016 Q-1 Q-2 QtQ YoY QtQ YoY
Nilai Transaksi (Rp Triliun) 56,2 60,2 57,7 82,7 256,8 88,44 79,27 -9,17 19,11 -10,37% 37,77%

38
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
uang beredar dalam arti luas (M2) juga menunjukkan
2.11. Perkembangan Pengelolaan Uang peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yakni
Rupiah dari 11,2% menjadi 13,8%. Selain itu, tren pangsa UYD
terhadap M2 menunjukkan kecenderungan meningkat
dalam beberapa periode terakhir (Grafik 2.62 dan 2.63).

60,0%

Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang positif 2013 2014 2015 2016 2017
55,0%
dan preferensi masyarakat terhadap penggunaan
uang kartal, UYD meningkat untuk memenuhi 50,0%

kebutuhan perbankan/masyarakat selama periode 45,0%


Ramadan.
40,0%

35,0%

Pada akhir triwulan II-2017, posisi Uang Kartal yang 30,0%


Q1 Q2 Q3 Q4
Diedarkan (UYD) tercatat sebesar Rp719,5 triliun, naik
27,9% (qtq) dibandingkan posisi akhir triwulan sebelumnya
Grafik 2.62. Perbandingan Uang Kartal Yang
yang mencapai Rp562,7 triliun. Kenaikan posisi UYD Diedarkan terhadap M1
tersebut seiring dengan meningkatnya kebutuhan uang
kartal perbankan/masyarakat selama periode Ramadan
12,0%
dan Idul Fitri 2017 (seasonal factor). Secara tahunan,
posisi UYD pada periode laporan tumbuh 12,1% (yoy) 10,0%
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu
8,0%
sebesar Rp642,0 triliun (Grafik 2.61). Hal ini sejalan dengan
perkembangan perekonomian nasional yang tetap tumbuh 6,0%
positif.
4,0%

2,0%
Triliun Rp
800 30%
0,0%
700 25% Q1 Q2 Q3 Q4
20% 2013 2014 2015 2016 2017
600
15%
500 10%
Grafik 2.63. Perbandingan Uang Kartal Yang
400 5%
Diedarkan terhadap M2
0%
300
-5%
200
-10% Pola faktor musiman (seasonal factor) menyebabkan
100 -15%
komponen UYD, baik uang yang berada di masyarakat
0 -20%
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 (currency outside bank/CoB) maupun uang yang berada
2013 2014 2015 2016 2017 di perbankan, khazanah, dan ATM bank (cash in vault/
CiV), meningkat cukup signifikan dibandingkan triwulan
Grafik 2.61. Uang Kartal yang Diedarkan
sebelumnya. CoB meningkat 29,5% (qtq) atau sebesar
Rp138,4 triliun dari Rp468,9 triliun menjadi Rp607,4 triliun.
Peran uang kartal sebagai alat transaksi pembayaran dalam
Sedangkan CiV naik 19,6% (qtq) atau sebesar Rp18,4
kegiatan perekonomian selama triwulan II-2017 masih
triliun dari Rp93,8 triliun menjadi Rp112,2 triliun. Dengan
cukup signifikan. Hal ini terlihat dari pangsa UYD terhadap
perkembangan tersebut, komposisi CoB dan CiV pada
uang beredar dalam arti sempit (M1) yang relatif stabil yakni
akhir triwulan laporan tercatat sebesar 84,4% berbanding
sebesar 53,6% atau lebih tinggi dibandingkan triwulan
15,6% (Tabel 2.15).
sebelumnya yang mencapai 46,3%. Pangsa UYD terhadap

39
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Tabel 2.15. Perkembangan Posisi UYD di Masyarakat dan Perbankan

Nominal (Triliun Rp) Pangsa Pertumbuhan qtq Pertumbuhan yoy


Periode
Masyarakat Bank Jumlah Masyarakat Bank Masyarakat Bank Masyarakat Bank
2015 Q-I 382,0 80,6 462,6 82,6% 17,4% -8,9% -26,2% 3,1% 3,4%
Q-II 409,7 96,9 506,6 80,9% 19,1% 7,3% 20,2% 4,0% 36,7%
Q-III 428,9 89,4 518,3 82,7% 17,3% 4,7% -7,7% 8,5% 13,5%
Q-IV 469,5 117,2 586,8 80,0% 20,0% 9,5% 31,1% 12,0% 7,3%
2016 Q-I 420,2 88,3 508,5 82,6% 17,4% -10,5% -24,6% 10,0% 9,6%
Q-II 511,3 130,7 642,0 79,6% 20,4% 21,7% 48,0% 24,8% 34,9%
Q-III 469,5 93,7 563,2 83,4% 16,6% -8,2% -28,3% 9,5% 4,7%
Q-IV 508,0 104,5 612,5 82,9% 17,1% 8,2% 11,6% 8,2% -10,8%
2017 Q-I 468,9 93,8 562,7 83,3% 16,7% -7,7% -10,3% 11,6% 6,2%
Q-II 607,4 112,2 719,5 84,4% 15,6% 29,5% 19,6% 18,8% -14,2%

Meningkatnya posisi UYD secara signifikan pada akhir terhadap uang tidak layak edar (UTLE). Jumlah UTLE yang
triwulan II-2017 terkonfirmasi oleh terjadinya net outflow dimusnahkan pada triwulan II-2017 sebanyak 1,4 miliar
dari Bank Indonesia ke perbankan sebesar Rp156,4 bilyet atau senilai Rp48,3 triliun yang seluruhnya merupakan
triliun, setelah triwulan sebelumnya terjadi net inflow dari uang kertas tidak layak edar. Jumlah bilyet dan nominal
perbankan ke Bank Indonesia. Dari sisi transaksi uang kartal pemusnahan tersebut masing-masing turun 30,4% (qtq)
melalui Bank Indonesia, jumlah penarikan uang Rupiah dan 25,8% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang
oleh perbankan dan masyarakat (outflow) tercatat sebesar mencapai 2,0 miliar bilyet atau senilai Rp65,1 triliun.
Rp259,9 triliun atau naik signifikan sebesar 144,3% (qtq)
dibandingkan outflow triwulan sebelumnya. Sementara itu, Penurunan jumlah pemusnahan UTLE pada triwulan
jumlah penyetoran uang Rupiah ke Bank Indonesia (inflow) laporan sejalan dengan menurunnya jumlah inflow ke Bank
mencapai Rp103,5 triliun, turun signifikan sebesar 33,7% Indonesia. Namun demikian, dari sisi rasio pemusnahan
(qtq) dibandingkan inflow triwulan sebelumnya. UTLE terhadap inflow pada triwulan laporan mencapai
46,7% atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
Untuk menjaga kualitas uang Rupiah di masyarakat (clean sebesar 41,7% (Tabel 2.16).
money policy), Bank Indonesia melakukan pemusnahan

Tabel 2.16. Indikator Pengedaran Uang

2015 2016 2017


Indikator Utama
Q-I Q-II Q-III Q-IV Q-I Q-II Q-III Q-IV Q-I Q-II
Posisi UYD akhir periode (triliun Rp) 462,6 506,6 518,3 586,8 508,5 642,0 563,2 612,5 562,7 719,5
Pertumbuhan (qtq) -12,5% 9,5% 2,3% 13,2% -13,3% 26,2% -12,3% 8,8% -8,1% 27,9%
Pertumbuhan (yoy) 3,2% 9,0% 9,4% 11,0% 9,9% 26,7% 8,7% 4,4% 10,7% 12,1%
Outflow (triliun Rp) 75,0 148,1 176,8 166,3 84,1 240,3 119,5 166,5 106,4 259,9
Pertumbuhan (qtq) -51,0% 97,5% 19,4% -5,9% -49,4% 185,8% -50,3% 39,4% -36,1% 144,3%
Pertumbuhan (yoy) -6,6% 31,8% 6,3% 8,7% 12,1% 62,2% -32,4% 0,1% 26,5% 8,2%
Inflow (triliun Rp) 140,9 104,2 165,6 99,1 162,4 107,0 198,1 117,2 156,2 103,5
Pertumbuhan (qtq) 43,0% -26,1% 59,0% -40,1% 63,8% -34,1% 85,2% -40,8% 33,3% -33,7%
Pertumbuhan (yoy) 6,4% 8,6% 5,3% 0,6% 15,2% 2,7% 19,6% 18,2% -3,8% -3,2%
Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar
Nominal (triliun Rp) 40,9 33,4 41,9 44,0 57,2 49,9 54,5 48,9 65,1 48,3
Pertumbuhan (qtq) 33,3% -18,3% 25,3% 5,0% 29,9% -12,7% 9,3% -10,4% 33,2% -25,8%
Pertumbuhan (yoy) 43,1% 45,1% 43,7% 43,6% 39,8% 49,3% 30,2% 11,1% 13,9% -3,2%
9HZPV7LT\ZUHOHU[OK0UÃV^ 29,0% 32,1% 25,3% 44,4% 35,2% 46,7% 27,5% 41,7% 41,7% 46,7%
Lembar (miliar) 1,5 1,2 1,5 1,7 1,8 1,5 1,9 1,7 2,0 1,4
Pertumbuhan (qtq) 2,3% -21,9% 27,3% 10,0% 8,5% -19,3% 25,4% -7,0% 15,4% -30,4%
Pertumbuhan (yoy) 18,3% 13,9% 15,8% 11,8% 18,5% 22,5% 20,7% 2,0% 8,6% -6,3%

40
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Seiring dengan peningkatan kebutuhan uang periode Untuk menekan peredaran uang palsu, Bank Indonesia
Ramadan, persediaan uang Rupiah di Bank Indonesia senantiasa melakukan sosialisasi untuk meningkatkan
pada akhir triwulan II-2017 menurun dibandingkan pemahaman masyarakat tentang ciri-ciri keaslian
periode laporan sebelumnya. Meskipun demikian, Bank uang Rupiah. Bank Indonesia juga terus meningkatkan
Indonesia tetap mampu melayani kebutuhan perbankan kesadaran masyarakat untuk melaporkan temuan uang
dan masyarakat menjelang dan selama libur Ramadan palsu, pemasok, pemodal, dan pengedar ke aparat yang
dengan optimal. Selain itu, persediaan uang Rupiah berwenang.
di Bank Indonesia pada akhir triwulan II-2017 masih
mampu memenuhi kebutuhan uang kartal perbankan dan
Lembar Rasio (%)
masyarakat untuk jangka waktu 1,7 bulan ke depan. 180.000 25

160.000
Sementara itu, jumlah temuan uang Rupiah palsu yang 21 20
140.000
dilaporkan oleh perbankan dan masyarakat maupun
120.000
Kepolisian Republik Indonesia ke Bank Indonesia selama 15
100.000
triwulan II-2017 tercatat sebesar 35.687 lembar. Jumlah 13
80.000 11
ini sedikit meningkat dibandingkan triwulan I-2017 yang 9
10
60.000
tercatat sebesar 32.004 lembar. Komposisi pecahan uang
40.000 5
Rupiah palsu tertinggi adalah pecahan Rp50.000 dan 3
20.000
Rp100.000 masing-masing sebesar 18.351 lembar (pangsa
- -
51,4%) dan 15.918 lembar (pangsa 44,6%). Dengan Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2013 2014 2015 2016 2017
perkembangan tersebut, rasio temuan uang Rupiah palsu Rp20.000 kebawah Rp50.000
adalah 4 lembar uang palsu per satu juta lembar uang yang Rp100.000 Rasio per 1 juta lembar UYD (skala kanan)

diedarkan (Grafik 2.64).


Grafik 2.64. Jumlah Temuan Uang Rupiah Palsu

41
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
42
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Bab III
Pelaksanaan Tugas dan Wewenang
Bank Indonesia Triwulan II-2017

Perekonomian Indonesia menunjukkan perkembangan yang cukup baik sepanjang triwulan II


2017. Pertumbuhan tersebut disertai dengan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan
yang semakin baik, sebagaimana tercermin dari inflasi yang terkendali pada level yang lebih
rendah dari perkiraan semula, defisit transaksi berjalan yang masih berada pada level yang
sehat, dan nilai tukar Rupiah yang bergerak cukup stabil. Sementara itu, stabilitas sistem
keuangan tetap solid, ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan terjaganya kinerja
pasar keuangan. Ke depan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan membaik ditopang oleh
peningkatan investasi dan konsumsi seiring dengan berlanjutnya dampak belanja Pemerintah
yang lebih ekspansif serta pemanfaatan ruang pelonggaran kebijakan moneter.

43
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
RINGKASAN

1. Posisi (stance) suku bunga kebijakan moneter BI 7-Day Reverse Repo Rate dipertahankan sama
yakni sebesar 4,75%, dengan suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility tetap masing-
masing sebesar 4,00% dan 5,50%.
2. Penyesuaian Giro Wajib Minimum (GWM) Primer dalam Rupiah secara harian sebesar 6,5%
dari DPK dan secara rata-rata dalam periode tertentu sebesar 1,5% dari DPK.
3. Kembali menetapkan besaran tambahan modal bank berupa Countercyclical Capital Buffer
(CCB) sebesar 0%.
4. Penyesuaian strategi operasi moneter, yaitu: penyesuaian frekuensi dan jadwal lelang beberapa
instrumen OPT, pengaktifan lelang Term Repo, dan penonaktifan lelang Term Deposit.
5. Koordinasi Tim Pengendalian Inflasi di tingkat pusat dan daerah untuk memitigasi potensi
kenaikan inflasi pangan pada periode Ramadan dan Idul Fitri.
6. Koordinasi Bank Indonesia dengan pemerintah pusat dan daerah dengan tema “Mendorong
Strategi Kebijakan Diversifikasi Sumber Pertumbuhan Ekonomi Daerah untuk Menjaga
Momentum Perbaikan Ekonomi Nasional”.
7. Peresmian Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional yang menyediakan referensi
harga komoditas pangan strategis penyumbang utama inflasi. Cakupan informasi meliputi
175 pasar tradisional di 88 kota pada 34 provinsi.
8. Penerbitan ketentuan pelaksanaan ketentuan pinjaman likuiditas jangka pendek sejalan
dengan Undang-Undang tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan.
9. Pemeriksaan tematik terhadap 16 bank sejalan dengan tugas dan wewenang Bank Indonesia.
Cakupan pemeriksaan meliputi ketahanan likuiditas, implementasi kebijakan Loan-to-Value,
dan kepatuhan kebijakan moneter serta sistem pembayaran.
10. Pelaksanaan simulasi untuk menguji kesiapan prosedur dan decision making process internal
Bank Indonesia dalam pencegahan dan penanganan krisis sistem keuangan.
11. Koordinasi High Level Meeting Komite Stabilitas Sistem Keuangan bersama dengan
Kementerian Keuangan, OJK, dan LPS.
12. Pelaksanaan inisiatif pengembangan ekonomi dan pendalaman pasar keuangan syariah,
antara lain melalui program kemandirian pesantren, pengembangan model sukuk korporasi,
dan simulasi lindung nilai dana haji.
13. Untuk mendukung program pengendalian inflasi dan pengembangan ekonomi daerah,
terdapat 173 klaster komoditas binaan Bank Indonesia yang tersebar di 45 wilayah.
14. Mengacu pada ketentuan terkait penyaluran kredit UMKM perbankan, sebanyak 69 bank
umum telah mencapai rasio kredit UMKM minimal 15%.
15. Penerbitan aturan gerbang pembayaran nasional untuk meningkatkan interkoneksi dan
interoperabilitas.
16. Implementasi National Standard Indonesia Chip Card Specification sebagai Standar Nasional
bersamaan dengan penggunaan Personal Identity Number 6 digit.

44
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
17. Penandatanganan kerja sama untuk penyaluran bantuan dan/atau subsidi energi secara
elektronik dan elektronifikasi jalan tol.
18. Penertiban 365 kegiatan usaha penukaran valuta asing bukan bank (KUPVA BB) Tidak Berizin,
berkoordinasi dengan Kepolisian RI.
19. Pembukaan layanan kas kepada masyarakat melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Kalimantan Utara yang berlokasi di Tarakan.
20. Penambahan 14 Kas Titipan baru yaitu 3 di Sumatera, 5 di Jawa, 1 di Kalimantan, dan 5 di
wilayah Sulampua dan Bali Nusra.
21. Pemusnahan 1 miliar lembar uang kertas senilai Rp48,3 triliun, berkoordinasi dengan
Pemerintah.
22. Pencetakan 2,4 miliar lembar uang kertas dan 597,4 keping uang logam senilai Rp70,9 triliun
uang Rupiah, bekerja sama dengan Perum Peruri.
23. Distribusi uang Rupiah sebesar Rp135,7 triliun dalam berbagai denominasi, bekerja sama
dengan berbagai instansi penyedia moda transportasi.
24. Pelaksanaan kerja sama program penukaran uang Rupiah di 1000 titik secara serentak di
seluruh wilayah Indonesia terutama di daerah 3T (Terpencil, Terluar, dan Terdepan), untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Idul Fitri.

45
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Indikator Kinerja Utama Pencapaian
(IKU) Target Triwulan II-2017

1. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) 4,0 ± 1% 4,37%


Inflasi inti 4,0 ± 1% 3,13%

InÅasi inti sampai dengan periode triwulan II-2017 sebesar 3,13% (yoy), dimana pencapaian ini masih berada dalam range target inÅasi
inti tahun 2017 yaitu sebesar 4,0+1% (yoy). Secara umum pencapaian inÅasi IHK juga masih berada dalam range target, yaitu sebesar
4,37% (yoy). Perkembangan inÅasi yang terkendali ini didukung oleh kontribusi positif berbagai kebijakan yang ditempuh Pemerintah dan
koordinasi yang kuat dengan Bank Indonesia dalam menghadapi hari raya Lebaran. Berdasarkan komponennya, inÅasi yang terkendali
terutama dipengaruhi oleh volatile foods. Sementara itu, kelompok administered prices tercatat cukup tinggi karena adanya penyesuaian
tarif listrik tahap ketiga. Untuk menjaga agar inÅasi tetap terkendali maka koordinasi kebijakan Pemerintah di pusat dan di daerah dengan
Bank Indonesia terus diperkuat.

2. Persentase Rata-rata Volatilitas Nilai Tukar Rp/USD Angka Tertentu Sesuai target

Nilai tukar Rupiah sampai dengan periode triwulan II-2017 tercatat menguat dan masih dalam target yang telah ditetapkan. Penguatan
Rupiah didorong oleh upaya stabilisasi nilai tukar di pasar valas untuk meningkatkan confidence pasar dan mengarahkan pergerakan
nilai tukar yang mendekati nilai fundamentalnya. Volatilitas nilai tukar yang terjaga rendah ini didukung juga adanya peningkatan eÄsiensi
di pasar valuta asing.

3. Indeks Kredibilitas Kebijakan Moneter Bank Indonesia Min. 5 5,0

Indeks kredibilitas Kebijakan Bank Indonesia pada sektor moneter per triwulan II-2017 menunjukan pencapaian yang baik, dengan nilai
5,0 sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Sementara, pencapaian indeks kebijakan Bank Indonesia pada sektor Stabilitas Sistem
Keuangan, sebesar 4,9. Meskipun pencapaian ini mengalami peningkatan dari triwulan II-2016, namun masih berada sedikit dibawah
target sebesar 5,0. Untuk itu, perlu dilakukan upaya komunikasi yang lebih intensif. Di sektor sistem pembayaran, pencapaian indeks
kredibilitas kebijakan sistem pembayaran mencapai 5,3, diatas target yang telah ditetapkan.

4. Deviasi Suku Bunga PUAB Overnight terhadap


Max. 50 bps 46 bps
BI-7 day Reverse Repo Rate

Suku bunga PUAB o/n relatif stabil seiring meningkatnya kondisi likuiditas sebagai dampak dari ekspansi keuangan Pemerintah.
Peningkatan ini mempersempit deviasi suku bunga PUAB o/n terhadap BI-7 Day RR Rate menjadi 46 bps dari target maksimal yang telah
ditetapkan sebesar 50 bps.

3.1. Stabilitas Moneter 3.1.1. Kebijakan Moneter

Pada triwulan II-2017, stabilitas makroekonomi dan sistem


keuangan semakin baik. Dalam upaya untuk terus menjaga
stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, Bank
Indonesia mempertahankan kebijakan suku bunga acuan
dengan mempertimbangkan dinamika perekonomian Bank Indonesia terus berupaya untuk memperkuat
global dan domestik. Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan
bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem sistem pembayaran, serta mempererat koordinasi
pembayaran guna menjaga stabilitas makroekonomi dan dengan Pemerintah guna menjaga stabilitas
sistem keuangan serta tetap memberi dukungan bagi makroekonomi dan sistem keuangan.
pemulihan ekonomi lebih lanjut. Selain itu, Bank Indonesia
akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan
otoritas lainnya untuk memastikan pengendalian inÅasi, Sepanjang triwulan II-2017, Bank Indonesia
penguatan stimulus pertumbuhan, dan reformasi struktural mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day
berjalan dengan baik sehingga mampu menopang RR Rate) tetap sebesar 4,75%, dengan suku bunga
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Deposit Facility tetap sebesar 4,00% dan Lending Facility
tetap sebesar 5,50%. Keputusan tersebut konsisten
Berbagai langkah strategis hingga triwulan II-2017 tersebut
dengan upaya Bank Indonesia menjaga stabilitas
berdampak pada masih tetap terjaganya stabilitas moneter,
makroekonomi dan sistem keuangan, serta mendukung
sebagaimana tercermin pada indikator makroekonomi dan
keberlanjutan pemulihan ekonomi domestik. Sejalan
efektivitas kebijakan moneter berikut ini.

46
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
dengan membaiknya perekonomian global, pertumbuhan credit growth) yang berpotensi menyebabkan risiko
ekonomi Indonesia diperkirakan membaik dengan stabilitas sistemik. Hal ini ditunjukkan oleh indikator kesenjangan
makroekonomi dan sistem keuangan yang tetap terjaga. rasio kredit terhadap Produk Domestik Bruto (Credit
Meskipun demikian, Bank Indonesia tetap mewaspadai to GDP gap), sebagai indikator utama (buffer guide)
sejumlah risiko, baik yang bersumber dari global maupun dalam menetapkan besaran CCB, yang berada di bawah
domestik. Dari sisi global, risiko terutama terkait dengan ambang batas (threshold) bawah. Penetapan besaran
kenaikan Fed Fund Rate (FFR), kebijakan Äskal dan CCB sebesar 0% tidak akan memengaruhi upaya bank
perdagangan serta penurunan besaran neraca bank sentral dalam meningkatkan fungsi intermediasinya, sehingga
AS, dan perkembangan geopolitik di beberapa kawasan, diharapkan dapat berkontribusi dalam mendorong
khususnya di semenanjung Korea. Sementara dari sisi pertumbuhan ekonomi.
domestik, beberapa risiko yang tetap perlu diwaspadai
adalah dampak penyesuaian administered prices terhadap Keberhasilan Indonesia dalam menjaga stabilitas
inÅasi dan masih berlanjutnya konsolidasi korporasi dan makroekonomi dan sistem keuangan tercermin dari
perbankan. meningkatnya sovereign credit rating Indonesia. Beberapa
lembaga pemeringkat internasional yang meningkatkan
Untuk itu, Bank Indonesia terus berupaya memperkuat sovereign credit rating Indonesia pada semester I-2017
bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem yakni:
pembayaran guna menjaga stabilitas makroekonomi
dan sistem keuangan. Bank Indonesia juga terus a. Moody’s Investors Service (Moody’s) memperbaiki
mempererat koordinasi bersama Pemerintah dalam rangka Outlook Sovereign Credit Rating Republik Indonesia
pengendalian inÅasi agar tetap berada pada kisaran dari Stable menjadi Positive, sekaligus mengaÄrmasi
sasaran dan mendorong kelanjutan reformasi struktural rating pada Baa3 (Investment Grade) pada 8 Februari
agar dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang 2017.
berkesinambungan. b. Japan Credit Rating Agency, Ltd. (JCR) memperbaiki
Bank Indonesia pada April 2017 menerbitkan ketentuan Outlook Sovereign Credit Rating Republik Indonesia
mengenai penyempurnaan pengaturan Giro Wajib dari Stable menjadi Positive, sekaligus mengaÄrmasi
Minimum (GWM) yang akan mulai berlaku 1 Juli 2017 rating pada BBB- (Investment Grade) pada 7 Maret
dengan masa transisi 1 bulan. Penyempurnaan tersebut 2017.
merupakan langkah lanjutan dari reformulasi kerangka c. Rating and Investment Information, Inc. (R&I)
operasional kebijakan moneter yang telah dicanangkan memperbaiki Outlook Sovereign Credit Rating
pada tahun 2016 untuk meningkatkan efektivitas transmisi Republik Indonesia dari Stable menjadi Positive,
kebijakan moneter. Penyempurnaan ketentuan mengenai sekaligus mengaÄrmasi rating pada BBB- (Investment
GWM ini, yang kemudian disebut sebagai GWM rata-rata, Grade) pada 5 April 2017.
secara umum mengatur mengenai pemenuhan GWM
Primer dalam Rupiah. GWM Primer dalam Rupiah yang d. Standard and Poor’s (S&P) menempatkan Indonesia
sebelumnya ditetapkan sebesar 6,5% dari Dana Pihak pada Investment Grade dengan menaikkan peringkat
Ketiga (DPK) dalam Rupiah dan pemenuhannya dilakukan Indonesia pada level BBB-/stable outlook pada 19
secara harian, disesuaikan menjadi GWM yang wajib Mei 2017.
dipenuhi secara harian sebesar 5% dari DPK dalam Rupiah
dan GWM yang wajib dipenuhi secara rata-rata sebesar 3.1.2. Pengelolaan Moneter dan Nilai Tukar
1,5% dari DPK dalam Rupiah selama periode tertentu.
Bank Indonesia secara konsisten mengarahkan kebijakan
Bank Indonesia pada Mei 2017 juga kembali menetapkan untuk mengendalikan inÅasi menuju sasarannya dan
besaran tambahan modal bank berupa Countercyclical mendorong deÄsit transaksi berjalan ke tingkat yang sehat.
Capital Buffer (CCB) sebesar 0% (nol persen), atau tidak Untuk itu, Bank Indonesia menerapkan kebijakan suku
mengalami perubahan dari besaran yang berlaku saat ini. bunga moneter yang didukung oleh kebijakan nilai tukar,
Penetapan tersebut antara lain berdasarkan indikasi tidak penguatan cadangan devisa, pengelolaan arus modal, dan
adanya pertumbuhan kredit yang berlebihan (excessive penguatan operasi moneter (OM).

47
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Pada triwulan II-2017, Bank Indonesia melakukan
3.1.2.1. Pengelolaan Moneter
penyesuaian strategi operasi moneter. Hal ini dilakukan
untuk mendukung efektivitas pelaksanaan OM ditengah
kondisi penurunan net likuiditas perbankan yang terutama
berasal dari peningkatan kebutuhan uang kartal masyarakat
menjelang hari raya Idul Fitri. Adapun strategi OM tersebut
Ditengah kondisi penurunan net likuiditas adalah sebagai berikut:
perbankan seiring peningkatan kebutuhan uang
1. Pengurangan frekuensi lelang Reverse Repo Surat
kartal masyarakat menjelang hari raya Idul Fitri,
Berharga Negara (RR SBN) tenor 1 minggu dari
Bank Indonesia melakukan beberapa penyesuaian
sebelumnya 3 kali menjadi 2 kali seminggu (kecuali
strategi operasi moneter untuk mendukung pada minggu pelaksanaan RDG, lelang tetap
efektivitas kebijakan moneter. dilakukan 3 kali).

2. Penyesuaian jadwal lelang instrumen OPT tenor


panjang (SertiÄkat Deposito Bank Indonesia (SDBI)
Dalam implementasi kebijakan moneter, Bank Indonesia 9 dan 12 bulan) menjadi minggu pertama Juli. Hal
melaksanakan operasi moneter yang terdiri atas Operasi ini sebagai respons atas kebutuhan pengelolaan
Pasar Terbuka (OPT) dan Standing Facilities (SF). likuiditas perbankan.
Pelaksanaan OPT bertujuan untuk mengendalikan suku
bunga pasar uang antarbank (PUAB) tenor overnight (o/n) 3. Pengaktifan Fine Tune Operation (FTO) injeksi di luar
agar berada dalam kisaran target yang kondusif untuk OPT reguler berupa lelang Term Repo.
mencapai tujuan kebijakan moneter. Selama triwulan II-
4. Tidak membuka lelang Term Deposit (FTO absorbsi)
2017, rata-rata tertimbang (rrt) suku bunga PUAB o/n
untuk memberikan kelonggaran pada kondisi likuiditas
secara bertahap dibawa bergerak mendekati kisaran
yang mengetat di periode menjelang Idul Fitri.
BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) melalui
pelaksanaan dan penyesuaian strategi operasi moneter. Sejalan dengan meningkatnya precautionary factor
(faktor berjaga-jaga) bank pada periode menjelang dan
Sementara itu, SF bertujuan untuk membentuk koridor
selama Ramadan, proÄl maturitas (durasi) sisa jatuh
suku bunga yang meminimalkan volatilitas suku bunga
waktu instrumen OM pada periode triwulan II-2017 turun
PUAB. SF terdiri atas Deposit Facility (koridor bawah) dan
secara qtq sebesar 28% menjadi 49 hari (GraÄk 3.2 dan
Lending Facility (koridor atas) dengan koridor sebesar BI
3.3). Penurunan tersebut disebabkan oleh kebutuhan
7-day RR Rate + 75 bps (GraÄk 3.1). Koridor suku bunga
likuiditas perbankan yang meningkat selama bulan
yang simetris terhadap suku bunga kebijakan tersebut
Ramadan sehingga mayoritas bank cenderung untuk
bertujuan agar instrumen SF bersifat netral terhadap bank-
menerapkan strategi pengelolaan likuiditas “short” dengan
bank yang memiliki strategi pengelolaan likuiditas berbeda,
menempatkan likuiditasnya pada instrumen operasi
baik long maupun short.
moneter jangka pendek.
Posisi (Rp triliun)
Penurunan proÄl maturitas instrumen operasi moneter
8,50% 200
180 terutama berasal dari perpindahan penempatan bank
7,50% 160 pada Term Deposit (tenor 2 – 4 hari) dan Reverse Repo-
BI Rate 140 Surat Berharga Negara (RR-SBN) (tenor 1 minggu – 3
6,50% 120 bulan) ke instrumen deposit facility (tenor overnight) (GraÄk
100 3.4). Meskipun secara keseluruhan terjadi penurunan
LF Rate
5,50% 80
PUAB ON Rate durasi instrumen operasi moneter, terdapat peningkatan
BI7DRR 60
komposisi pada instrumen SertiÄkat Deposito Bank
4,50% 40
20
Indonesia (SDBI) (tenor ™ 6 bulan). Peningkatan komposisi
POSISI DF/Fasbis (rhs) DF Rate
3,50% 0 SDBI disebabkan oleh strategi penonaktifan lelang
SertiÄkat Bank Indonesia (SBI) dalam rangka penggantian
4-Jan-16
20-Jan-16
5-Feb-16
24-Feb-16
14-Mar-16
31-Mar-16
18-Apr-16
4-May-16
24-May-16
9-Jun-16
27-Jun-16
19-Jul-16
4-Aug-16
23-Aug-16
8-Sep-16
27-Sep-16
13-Oct-16
31-Oct-16
16-Nov-16
2-Dec-16
21-Dec-16
9-Jan-17
25-Jan-17
10-Feb-17
1-Mar-17
17-Mar-17
5-Apr-17
25-Apr-17
15-May-17
2-Jun-17
20-Jun-17

SBI dengan SBN sejak Januari 2017.

GraÄk 3.1. Koridor Suku Bunga

48
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Rp triliun Rp Triliun
80 250 500
70 400
200
60
300
50 150
200
40
100 100
30
0
20
50
10 (100)

- - (200)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2014 2015 2016 2017
Posisi RRT Durasi Sisa Jatuh Waktu (EOM) DF FASBIS Term Deposit RR SBN
Posisi Likuiditas Sebelum OM (rhs, EOM) SDBI SBI SBIS LF
FF Repo FX Swap
GraÄk 3.2. Posisi Rata-Rata Tertimbang Durasi Operasi
Moneter Bulanan (Sisa Jatuh Waktu) GraÄk 3.4. Outstanding Operasi Moneter (Total)

Rp triliun %
80 250 100
90
70
200 80
60
70
50 150 60
40 50
100 40
30
30
20
50 20
10 10
- - 0
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2014 2015 2016 2017
Posisi RRT Durasi Sisa Jatuh Waktu (EOM) DF FASBIS Term Deposit RR SBN SDBI SBI SBIS

GraÄk 3.3. Rata-Rata Tertimbang Durasi Operasi Moneter GraÄk 3.5. Komposisi Operasi Moneter Absorpsi
Triwulanan (Sisa Jatuh Waktu)

Pelaksanaan strategi operasi moneter pada triwulan Selama triwulan II-2017, posisi (stance) suku bunga
II-2017 tereÅeksikan pada perubahan komposisi instrumen kebijakan moneter yaitu BI 7-Day RR Rate tidak berubah
operasi moneter, yakni meningkatnya posisi penempatan yaitu sebesar 4,75%. Hal ini diikuti oleh relatif stabilnya
dana bank pada instrumen Deposit Facility (DF) dan suku bunga instrumen operasi pasar terbuka (OPT) lainnya.
SertiÄkat Deposito Bank Indonesia (SDBI). Secara quarter Suku bunga instrumen OPT pada tenor 1 minggu tercatat
on quarter (qtq), DF naik 114,4% menjadi Rp165,35 triliun, sebesar 4,75%, 2 minggu sebesar 4,97%, 1 bulan sebesar
Fasbis turun 16,8% menjadi Rp18,39 triliun, Term Deposit 5,22%, 3 bulan sebesar 5,65%, 6 bulan sebesar 5,87%, 9
(TD) turun menjadi nihil, RR-SBN turun 76,9% menjadi bulan sebesar 5,97% dan 12 bulan sebesar 6,07% (GraÄk
Rp24,46 triliun, dan SDBI naik 25,1% menjadi Rp165,98 3.6).
triliun. Dalam periode yang sama, SBI turun 49,7% menjadi
% bps
Rp37,06 triliun, SBIS turun 24,1% menjadi Rp9,32 triliun,
6,5 3,00
FX Swap turun 30,1% menjadi Rp27,45 triliun, dan posisi 6,3 Delta (rhs)
Triwulan I-2017 6,07 2,00
Term Repo meningkat menjadi Rp36,2 triliun (GraÄk 3.4 6,1 Triwulan II-2017 5,97
5,87
dan 3.5). 5,9
5,95
6,05
1,00
5,65 5,86
5,7
Penurunan posisi TD menjadi nihil serta peningkatan posisi 5,5 5,64 0,00
5,22
pada deposit facility dan Term Repo berkaitan dengan 5,3
5,25 -1,00
antisipasi kebutuhan likuiditas perbankan yang meningkat 5,1 4,97

4,9
sejalan dengan kebutuhan penarikan uang kartal menjelang 4,75 4,96 -2,00
4,7
hari raya Idul Fitri. 4,75
4,5 -3,00
1 mgg 2 mgg 1 bln 3 bln 6 bln 9 bln 12 bln

GraÄk 3.6. Suku Bunga Hasil OPT

49
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
batas. Pengaturan ditujukan untuk memonitor sekaligus
3.1.2.2. Pengelolaan Nilai Tukar
mengendalikan lalu lintas pembawaan UKA, sehingga
diharapkan dapat mendukung efektivitas kebijakan
moneter, khususnya dalam pengendalian nilai tukar. Dalam
implementasinya, akan dikenakan sanksi bagi pihak yang
melanggar ketentuan berupa penegahan sesuai aturan
Bank Indonesia menjaga tingkat volatilitas nilai kepabeanan terhadap seluruh jumlah UKA yang dibawa.
tukar, market confidence, dan pergerakan nilai
Disamping itu, pengaturan dimaksud juga akan
tukar rupiah sesuai nilai fundamentalnya, dengan
meningkatkan ketersediaan data dan informasi khususnya
memperhatikan kecukupan cadangan devisa.
terkait underlying transaksi pembawaan UKA yang akan
digunakan oleh Bank Indonesia dalam pengambilan
keputusan. Untuk memberikan waktu yang memadai bagi
Pengelolaan nilai tukar merupakan bagian dari kebijakan pelaku usaha untuk melakukan pembenahan, ketentuan ini
moneter yang dilakukan untuk mencapai tujuan Bank baru akan diberlakukan pada 5 Maret 2018 dan pengenaan
Indonesia yakni mencapai dan memelihara kestabilan nilai sanksi pelanggaran diterapkan secara efektif mulai 7 Mei
Rupiah. Pengelolaan nilai tukar Bank Indonesia bertujuan 2018.
untuk menjaga stabilitas nilai tukar sesuai dengan nilai
Dalam penerbitan ketentuan ini, Bank Indonesia telah
fundamentalnya. Stabilitas nilai tukar diukur dengan
melakukan koordinasi dengan Direktorat Jenderal Bea
rata-rata volatilitas USD/IDR. Dalam pelaksanaannya,
dan Cukai, pengelola Portal Indonesia National Single
pengelolaan nilai tukar dilakukan melalui serangkaian
Window, dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
manajemen nilai tukar dan pengaturan pasar valuta asing
Keuangan (PPATK) untuk memastikan terlaksananya
domestik.
ketentuan ini serta keselarasannya dengan Peraturan
Bank Indonesia melakukan berbagai upaya untuk menjaga Pemerintah (PP) No. 99 Tahun 2016 tentang Pembawaan
keseimbangan permintaan dan penawaran valas di Uang Tunai dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010
pasar agar nilai tukar Rupiah bergerak sejalan dengan tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
fundamental ekonomi Indonesia. Untuk menjaga stabilitas Pencucian Uang (TPPU).
nilai tukar, Bank Indonesia melakukan intervensi melalui
Ke depan, Bank Indonesia senantiasa berupaya menjaga
penjualan atau pembelian valuta asing secara terukur
tingkat volatilitas nilai tukar, market confidence, dan
dan memperhatikan kecukupan cadangan devisa. Untuk
pergerakan nilai tukar Rupiah sesuai nilai fundamentalnya
mendukung pengelolaan nilai tukar, Bank Indonesia juga
dengan memperhatikan kecukupan cadangan devisa,
mendorong penggunaan transaksi lindung nilai.
sehingga dapat mendukung terjaganya stabilitas
Pada triwulan II-2017, Bank Indonesia melakukan makroekonomi dan sistem keuangan.
penguatan strategi operasi moneter dalam mengelola
likuiditas di sistem perbankan guna mencapai sasaran
3.1.3. Koordinasi dengan Pemerintah
operasional kebijakan moneter sekaligus mengelola
ekspektasi pelaku pasar.

Selain itu sejalan dengan upaya menjaga stabilitas nilai


tukar Rupiah, Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan
yang membatasi pembawaan Uang Kertas Asing (UKA) ke
dalam dan ke luar Indonesia dengan nilai sama dengan atau Berbagai upaya koordinasi Bank Indonesia dengan
lebih besar dari ekuivalen Rp1 miliar hanya boleh dilakukan Pemerintah pusat dan daerah dilakukan guna
oleh Badan Berizin, yaitu bank dan penyelenggara mempercepat akselerasi diversifikasi ekonomi
Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank yang daerah dan mengantisipasi potensi kenaikan inflasi
telah memperoleh izin dan persetujuan pembawaan UKA di periode Ramadan dan Idul Fitri.
dari Bank Indonesia.

Kebijakan tersebut mempertimbangkan tingginya aktivitas


pembawaan UKA lintas batas yang sampai dengan saat Bank Indonesia bersama Pemerintah terus melakukan
ini belum diregulasi dan belum terdapatnya instrumen koordinasi secara intensif dengan Pemerintah dalam
untuk mengawasi aktivitas pembawaan UKA lintas rangka mempercepat reformasi struktural untuk menjaga

50
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
momentum pertumbuhan ekonomi dan mendorong b. Peningkatan kualitas sumber daya manusia
terwujudnya stabilitas harga. Pada aspek menjaga melalui pendidikan dan kesehatan; serta
momentum pertumbuhan ekonomi, koordinasi Bank
Indonesia dengan Pemerintah difokuskan pada upaya c. Pemberian kemudahan pengurusan perizinan
memperkuat strategi diversiÄkasi pertumbuhan ekonomi. penanaman modal langsung di daerah, terutama
Upaya mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan terkait masalah tanah dan tata ruang.
perlu ditopang oleh sumber-sumber pertumbuhan 2. Memperkuat implementasi pengembangan
ekonomi yang bernilai tambah tinggi sehingga tidak infrastruktur, terutama untuk meningkatkan
lagi mengandalkan pada sektor primer. Di samping itu, konektivitas antar wilayah, antara lain melalui:
strategi mendorong pertumbuhan ekonomi perlu disertai
a. Pengembangan pelabuhan untuk mendukung
oleh upaya mendorong terwujudnya keseimbangan
implementasi tol laut yang terintegrasi dengan
perekonomian antar wilayah, baik secara sektoral maupun
rencana Program Rumah Kita sebagai pusat
spasial.
logistik. Pengembangan pelabuhan diprioritaskan
Sementara itu, pada aspek pengendalian inÅasi, koordinasi pada 5 pelabuhan hub (Belawan/Kuala Tanjung,
Bank Indonesia dan Pemerintah terus diperkuat melalui Tim Tanjung Priok, Tanjung Perak, Makassar, dan
Pengendalian InÅasi dan Tim Pengendalian InÅasi Daerah. Bitung), 19 pelabuhan feeder, dan lebih dari 100
Upaya pengendalian inÅasi difokuskan untuk menjaga sub-feeder di berbagai daerah;
keterjangkauan, ketersediaan, kelancaran distribusi dan
b. Implementasi integrasi moda pendukung tol
pengelolaan ekspektasi inÅasi melalui komunikasi yang
laut melalui kombinasi pengangkutan logistik,
efektif. Sepanjang periode triwulan II-2017, koordinasi
termasuk melalui pengembangan short-sea
pengendalian inÅasi diperkuat guna menghadapi potensi
shipping di wilayah pesisir sebagai alternatif
kenaikan inÅasi di periode Hari Besar Keagamaan Nasional
angkutan barang dan melalui integrasi dengan
(HBKN). Di samping itu, pada periode ini Bank Indonesia
jalan darat nasional;
bersama Pemerintah secara resmi memperkenalkan
secara luas sistem informasi harga pangan sebagai langkah c. Pengembangan jalur kereta api sepanjang 3.258
strategis untuk mengatasi kesenjangan akses informasi km di Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan
bagi masyarakat. Di samping itu, ketersediaan informasi dan Papua, disertai penyelenggaraan kereta api
yang kredibel dan terkini akan mendukung perumusan perintis pada 10 lintas. Khusus pengembangan
kebijakan pengendalian inÅasi yang tepat. jaringan kereta api di luar Jawa, pengembangan
difokuskan sebagai moda pengangkutan logistik;
Koordinasi Pengembangan Ekonomi Daerah dan
Bank Indonesia bersama Kementerian Koordinator
Bidang Kemaritiman menginsiasi koordinasi kebijakan d. Khusus di Kalimantan, penguatan infrastruktur
guna mempercepat akselerasi diversiÄkasi ekonomi konektivitas difokuskan pada pengembangan
daerah. Rapat Koordinasi antara Pemerintah, Pusat dan Pelabuhan Terminal Kijing di Kalimantan Barat
Daerah dengan Bank Indonesia (Rakorpusda) dilakukan dan Pelabuhan Kawasan Ekonomi Khusus Maloy
di Balikpapan dengan mengambil tema “Mendorong Batuta di Kalimantan Timur;
Strategi Kebijakan DiversiÄkasi Sumber Pertumbuhan
e. Pengembangan tiga Proyek Strategis Nasional
Ekonomi Daerah untuk Menjaga Momentum Perbaikan
Bandara di Sebatik Kalimantan Utara, Tjilik
Ekonomi Nasional”. Rapat Koodinasi dihadiri oleh Menteri
Riwut Kalimantan Tengah, dan Syamsuddin
Koordinator Bidang Kemaritiman, Menteri Perhubungan,
Noor Kalimantan Selatan, serta pengembangan
Wakil Menteri ESDM, Gubernur Kalimantan Timur,
Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional
Gubernur Kalimantan Utara, Sekretaris Daerah Kalimantan
Tanah Kuning di Kalimantan Utara.
Selatan, Sekretaris Daerah Kalimantan Barat, Sekretaris
Daerah Kalimantan Tengah, Walikota dan Bupati se- 3. Pembangunan kemandirian dan ketahanan energi
Kalimantan Timur menghasilkan beberapa kesepakatan perlu dilakukan baik secara nasional maupun daerah
penting, yakni: dengan mempertimbangkan kondisi dan potensi di
masing-masing daerah (local wisdom), yakni melalui:
1. Mempercepat berbagai upaya terkait:
a. Penguatan infrastruktur dasar terkait infrastruktur
konektivitas, listrik, dan energi;

51
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
a. Percepatan pengembangan infrastruktur energi; b. DiversiÄkasi secara horisontal dilakukan dengan
pengembangan sektor ekonomi lain seperti
b. Peningkatan eÄsiensi, konservasi energi dan sektor pariwisata dan sektor maritim.
lingkungan;

c. Pengembangan energi baru dan terbarukan; Koordinasi Pengendalian InÅasi

d. Penyelarasan target Äskal yang mendukung Dalam rangka mendukung pencapaian sasaran inÅasi
kebijakan energi; dan nasional, perlu adanya langkah inovasi dan terobosan
kebijakan. Dalam kaitan ini, inovasi diperlukan untuk
e. Penguasaan teknologi dan peningkatan nilai memperkuat ketersediaan data/informasi pangan yang
tambah. kredibel, akurat, dan terkini, serta komprehensif mulai
dari tingkat produksi, pasokan, stok, sampai dengan
4. Peningkatan peran serta daerah dan nasional dalam
harga di level konsumen. Belum optimalnya keterbukaan
pengembangan energi, antara lain dilakukan melalui:
informasi antar pelaku pasar (produsen, pedagang),
a. Penerapan skema kerjasama BUMD/BUMN termasuk konsumen, turut menyebabkan informasi yang
dengan kebijakan participating interest (PI) asimetri, sehingga kemudian mengakibatkan proses
sebesar 10%; pembentukan harga yang kurang eÄsien. Bagi produsen
pangan, keterbukaan informasi juga dapat bermanfaat
b. Pengembangan pembangkit listrik tenaga uap
untuk mendorong pengembangan akses pasar secara
dan gas batu bara (mulut tambang) perlu didorong
langsung, sehingga memperpendek rantai distribusi dan
dan ditingkatkan karena dapat menunjang
meningkatkan kesejahteraan petani.
ketersediaan listrik bagi industri tambang secara
lebih eÄsien dan ramah lingkungan; dan Bank Indonesia bersama Pemerintah menginisiasi
pengembangan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis
c. Untuk di Kalimantan, pengembangan infrastruktur
(PIHPS) berskala nasional yang diresmikan bersama
tenaga listrik juga dilakukan melalui pemanfaatan
oleh Gubernur Bank Indonesia, Menteri Koordinator
cadangan batubara dan sumber tenaga air.
Perekonomian, Menteri Keuangan, dan Menteri
5. Mempercepat pengembangan diversiÄkasi sumber Perdagangan. PIHPS merupakan platform referensi harga
pertumbuhan ekonomi baik secara vertikal maupun komoditas pangan strategis penyumbang utama inÅasi,
horisontal, yaitu melalui: khususnya inÅasi volatile food.
a. DiversiÄkasi secara vertikal dilakukan melalui
hilirisasi industri bauksit dan kelapa sawit; dan

52
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Keberhasilan Pengendalian Inflasi
Triwulan II-2017 BOKS
Keberhasilan pengendalian inÅasi di Triwulan II-2017 ditandai terutama dengan rendahnya inÅasi pada periode
puasa dan Lebaran tahun ini dibandingkan dengan pola historisnya (GraÄk 1). InÅasi yang rendah tersebut terutama
dipengaruhi inÅasi volatile foods (VF) dan inÅasi inti yang tercatat rendah. InÅasi VF di Lebaran tahun ini tercatat
0,65% (mtm), jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata tiga tahun terakhir yang sebesar 1,50% (mtm) (GraÄk 2).
Beberapa komoditas strategis seperti cabai rawit, bawang putih dan cabai merah justru tercatat mengalami deÅasi
(GraÄk 3). Terkendalinya inÅasi VF didukung perbaikan sisi pasokan, faktor global yang mendukung serta berbagai
kebijakan Pemerintah. Produksi pangan di berbagai negara termasuk Indonesia cukup baik didukung cuaca yang
kondusif, sehingga inÅasi pangan global turun. Dampaknya, imported inflation pangan juga menurun. Selain itu,
rendahnya inÅasi VF juga didukung dengan kebijakan stabilisasi harga pangan oleh Pemerintah untuk menambah
pasokan, seperti terkait bawang putih, sebagaimana ditunjukkan oleh naiknya pasokan bawang putih di Pasar
Induk Kramat Jati (GraÄk 4). Di tingkat harga, Pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi di pasar ritel modern
untuk komoditas minyak goreng, gula, dan daging. Di samping itu, Pemerintah memfasilitasi Nota Kesepahaman
(MoU) antara Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia, distributor gula, Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia,
Asosiasi Industri Minyak Makan Indonesia, Asosiasi Distributor Daging lndonesia, dan Badan Urusan Logistik
untuk memasok ketiga komoditas pada harga dan jumlah yang disepakati. Dalam rangka memantau stabilitas
harga sembako dan pangan menjelang hari besar keagamaan nasional tahun 2017, Pemerintah membentuk
satuan tugas pangan.

%, MtM %, MtM

Avg. 2014, 2015, 2016 Avg. 2014, 2015, 2016


1,00
2.00
0,85 1.59
0,71 1.50

2.00 2.00 2.13


0,93 0,93 0,93 1.00
1.74 1.71
0,66 0,69 0,69
0,54 1.20
0,39 0.91
0.65

0,00 0.00
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
t-1 (Puasa) t+0 (Lebaran) t-1 (Puasa) t+0 (Lebaran)

GraÄk 1. InÅasi IHK periode puasa dan Idul Fitri GraÄk 2. InÅasi Volatile Foods periode puasa dan
2014-2017 (% mtm) Idul Fitri 2014-2017 (% mtm)

% mtm

1,20 4891
VF 0,65
Jul-16 Jun-17 0,83 Jumlah Jan s.d Juni 815
VF excl.9 1,93 Rata-rata bulanan (RHS)
Cabai Rawit 8,56
-15,02
Bawang Putih 0,71
-8,97 3142
Bawang Merah 8,80 2832 494
5,49 2615 447
3,28 2424 430
Cabai Merah -12,12 394
Telur Ayam -1,78
-0,43
1,08
Daging Sapi 0,98
-0,11
Minyak Goreng 0,16
Daging Ayam 3,56
2,19
Beras 0,52
0,21
2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
-20,00 -15,00 -10,00 -5,00 0,00 5,00 10,00

GraÄk 3. InÅasi Komoditas Volatile Foods (% mtm) GraÄk 4. Pasokan Bawang Putih
di Pasar Kramat Jati (ton)

53
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
%, MtM

Avg. 2014, 2015, 2016


1,00
0,85
0,71

0,93 0,93 0,93

0,66 0,69 0,69


0,54
0,39

0,00
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
t-1 (Puasa) t+0 (Lebaran)

GraÄk 5. InÅasi inti periode puasa dan Idul Fitri 2014-2017 (% mtm)

Kelompok inti pada periode Lebaran tahun ini mencatat inÅasi 0,26% (mtm), lebih rendah dari rata-rata historis
periode Lebaran sebesar 0,40% (GraÄk 5). InÅasi terjadi terutama pada komoditas terkait pola konsumsi saat
Idul Fitri seperti mie, emas perhiasan, dan baju muslim. Terkendalinya inÅasi inti hingga triwulan II-2017 didukung
oleh permintaan agregat yang terkelola, tekanan eksternal yang minimal dan ekspektasi inÅasi yang terjaga.
Permintaan agregat yang masih moderat tercermin dari pertumbuhan penjualan ritel yang belum meningkat (GraÄk
6). Pertumbuhan kredit konsumsi dan besaran moneter meskipun menunjukkan peningkatan di tahun 2017, secara
level masih cukup rendah dan mengindikasikan permintaan yang moderat tersebut (GraÄk 7). Tekanan eksternal
yang minimal juga urut berkontribusi pada inÅasi inti yang terkendali. Perkembangan ini dipengaruhi oleh harga
komoditas global yang masih rendah dan nilai tukar yang menguat (GraÄk 8). Ekspektasi inÅasi yang terkendali juga
berperan penting terhadap inÅasi inti yang rendah (GraÄk 9). Perkembangan positif ini tidak terlepas dari kontribusi
positif konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas makroekonomi, sehingga mendukung
terkendalinya ekspektasi inÅasi hingga triwulan II-2017 ini. Selain itu, upaya Bank Indonesia untuk menjaga
stabilitas nilai tukar dan koordinasi yang solid antara Pemerintah dan Bank Indonesia dalam mengendalikan inÅasi
turut berpengaruh kepada terjaganya ekspektasi inÅasi.
Koordinasi pengendalian inÅasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah semakin solid melalui forum TPI dan TPID.
Sepanjang tahun 2017, TPI dan TPID terus berfokus pada upaya menjaga keterjangkauan harga, ketersediaan
kebutuhan pokok masyarakat kelancaran distribusi, dan pengelolaan ekspektasi masyarakat melalui komunikasi
yang efektif. Koordinasi pengendalian inÅasi sepanjang periode triwulan II-2017 diarahkan untuk memitigasi potensi
kenaikan inÅasi pangan pada periode HBKN. Selain itu, penguatan kelembagaan TPI dan TPID terus diperkuat

% yoy % yoy
35 25
Indeks Penjualan Rill Indeks Penjualan Rill_HP Kredit Konsumsi M2
30
25 20

20
15
15 11,40
10
10
5
9,87
0 5
-5
-10 0
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2012 2013 2014 2015 2016 2017

GraÄk 6. Indeks Penjualan Riil GraÄk 7. Pertumbuhan Kredit Konsumsi dan


Besaran Moneter

54
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
terutama pada aspek koordinasi pengendalian inÅasi nasional secara keseluruhan atau komprehensif. Penguatan
aspek kelembagaan difokuskan untuk meningkatkan koordinasi pengendalian inÅasi di tingkat TPI (kebijakan di
tingkat pusat dan sektoral), Pokjanas TPID (menjembatani koordinasi antara TPI dan TPID) dan TPID (di tingkat
daerah) yang terintegrasi khususnya dalam rangka penyusunan program, anggaran serta untuk meningkatkan
efektivitas transmisi rekomendasi yang dihasilkan.

%, yoy
30,0 5,0 ߤࡊߞߞ
4,5 EǼɱɖƜǼʀőɱǠxȚ˜őɱǠߠߞߟߥ
20,0 ߣࡊߣߞ
4,0 EǼɱɖƜǼʀőɱǠxȚ˜őɱǠߠߞߟߦ
3,5
10,0 ߣࡊߞߞ
3,0
0,0 2,5 ߢࡊߣߞ ߢࡊߢߞ ߢࡊߢߞ
ߢࡊߡߞ
ߢࡊߠߞ ߢࡊߠߞ ߢࡊߠߞ
2,0
-10,0 ߢࡊߞߞ
1,5
1,0 ߢࡊߢߞ ߢࡊߡߞ ߢࡊߢߞ ߢࡊߡߞ
-20,0 ߢࡊߠߞ ߢࡊߠߞ
ߡࡊߣߞ
0,5
-30,0 0,0 ߡࡊߞߞ
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 ߟ ߠ 3 4 5 6
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2017
Nilai Tukar (dep (+)/apr (-), %, yoy)
xȚƉƜǼɱoőɡDžőxȔɖȫɡ࡭ÜɡȫǼɱǠxȔɖȫɡʀƜƉxȚ˜őʀǠȫȚࡊࣸݲİ࡮ࡃ࡮
xȚ˜őɱǠxȚʀǠùɡőƉƜƉ࡭ࣸˁȫˁ࡮ࡊãoí GraÄk 9. Ekspektasi InÅasi
*) Indeks komposit harga global dengan weigted average (berdasar prosentase impor dan bobot di IHK)
dari komoditas pangan (CPO, gandum, gula, jagung dan kedelai), minyak dunia (WTI), emas, kapas, dan besi.

GraÄk 8. Nilai Tukar, Harga Komoditas Global dan


InÅasi Inti Traded

55
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Pusat Informasi Harga Pangan Strategis BOKS
Dalam rangka mendukung upaya pengendalian inÅasi di pusat dan daerah, khususnya untuk menjaga kestabilan
harga pangan diperlukan dukungan data dan informasi yang cepat dan kredibel. Belum optimalnya keterbukaan
informasi antar pelaku pasar (produsen, pedagang), termasuk konsumen, telah menyebabkan terjadinya informasi
yang asimetri yang kemudian mengakibatkan proses pembentukan harga yang kurang eÄsien. Bagi produsen
pangan, keterbukaan informasi juga dapat bermanfaat untuk mendorong pengembangan akses pasar secara
langsung, sehingga memperpendek rantai distribusi dan meningkatkan kesejahteraan petani.
Bank Indonesia bersama Pemerintah menginsiasi pengembangan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS)
berskala nasional. PIHPS berisi data harga 10 komoditas pangan strategis penyumbang utama inÅasi dengan 21
varian komoditi, khususnya inÅasi volatile food. PIHPS dimaksudkan sebagai “rumah bagi data harga pangan
daerah”, yang diperuntukkan untuk menjadi alat monitoring harga, peningkatan efektivitas koordinasi kebijakan
serta sarana memperluas akses informasi harga bagi masyarakat luas. Selain itu, PIHPS juga dimaksudkan
untuk menjawab kebutuhan tersedianya data harga pangan, yang dapat dimanfaatkan sebagai referensi bagi
pelaku ekonomi maupun pemangku kebijakan. Pengembangan PIHPS juga diharapkan dapat menjadi tambahan
referensi bagi publik dalam memperoleh informasi terkait pangan. Untuk dapat memanfaatkan data PIHPS,
masyarakat dapat mengakses laman hargapangan.id atau dengan mengunduh aplikasi mobile versi android atau
IOs (Gambar 1).

Gambar 1. Hargapangan.id

56
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Pengambilan data PIHPS dilakukan dengan metodologi statistik yang standar dan mampu merepresentasikan data
nasional. Data PIHPS dikumpulkan dari proses survei langsung melalui mobile application di 175 pasar tradisional,
dari 88 kota (82 diantaranya sampel inÅasi IHK) yang mencakup 34 provinsi. Proses pengambilan data dilakukan
dengan dukungan sistem informasi demi meminimalkan human error dan meningkatkan eÄsiensi proses kerja
(Gambar 2).

Gambar 2. Mekanisme Pengambilan Data

Dalam tataran kebijakan pengendalian harga, PIHPS dapat menjadi salah satu bentuk konkrit langkah kebijakan
pengendalian inÅasi di Indonesia. Kekayaan informasi PIHPS dapat dimanfaatkan untuk tidak saja untuk perumusan
strategi kebijakan pembangunan kedaulatan pangan nasional, melainkan juga sebagai referensi bagi strategi
pengembangan infrastruktur konektivitas antar daerah yang juga telah menjadi agenda prioritas Pemerintah
sejak 2015. Dengan semakin luasnya aksesibilitas informasi pangan sebagai referensi bagi pelaku ekonomi (baik
produsen maupun konsumen), secara bertahap gejolak harga yang bersumber dari sisi penawaran akan semakin
rendah. Masyarakat juga akan semakin rasional dalam membeli komoditas pertanian, sehingga pasar diharapkan
dapat bekerja lebih eÄsien.
Ke depan, PIHPS akan dikembangkan dengan menambah jumlah cakupan jenis data dengan mengikutsertakan
data harga pasar modern, data harga pedagang besar, serta data harga di tingkat produsen. Proses pengumpulan
data akan lebih efektif dan eÄsien, apabila diperkuat dengan dukungan ketentuan atau regulasi di tingkat pusat
maupun daerah. Beberapa negara tetangga telah memiliki regulasi yang kuat dalam mewajibkan seluruh pelaku
usaha mulai dari level produsen sampai dengan pedagang untuk melaporkan data pangan yang diperlukan oleh
Pemerintah.

57
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
serta Surat Berharga Negara (SBN) Internasional seperti
3.1.4. Pengelolaan Utang Luar Negeri
Samurai Bonds dan Sukuk Global (Tabel 3.1). Untuk
pembiayaan deÄsit APBN maupun pengelolaan portofolio
utang, penarikan ULN Pemerintah dilakukan melalui
transfer langsung ke Rekening Kas Umum Negara
(RKUN). Sementara, untuk pembayaran proyek, penarikan
Realisasi penarikan ULN Pemerintah terutama dilakukan dengan pembayaran langsung, melalui rekening
didominasi oleh penerbitan perdana Samurai khusus, pembukaan letter of credit (L/C), dan pembiayaan
pendahuluan.
Bonds. Sementara itu, realisasi pembayaran ULN
Pemerintah terutama untuk pembayaran pinjaman Selama triwulan II-2017, realisasi penarikan ULN
bilateral. Pemerintah mencapai 1,22 miliar dolar AS, terutama
didominasi oleh penerbitan perdana (new issuance)
Samurai Bonds senilai 100 miliar yen Jepang pada 8 Juni
2017 yang dimiliki non-residen. Penerbitan Samuai Bonds
Sesuai amanat Undang-undang tentang Bank Indonesia1 dicatat sebagai ULN Pemerintah, dengan rincian seri
Pasal 53, Bank Indonesia untuk dan atas nama RIJPY0620 sebesar 40 miliar yen Jepang, seri RIJPY0622
Pemerintah Indonesia dapat menerima pinjaman luar sebesar 50 miliar yen Jepang, dan seri RIJPY0624 sebesar
negeri, menatausahakan, serta menyelesaikan tagihan dan 10 miliar yen Jepang.
kewajiban keuangan Pemerintah Indonesia terhadap pihak
Sementara itu, realisasi pembayaran ULN Pemerintah
luar negeri.
tercatat sebesar 2,13 miliar dolar AS, terutama untuk
Selanjutnya pada penjelasan pasal disebutkan bahwa pembayaran pinjaman bilateral sebesar 701,9 juta dolar AS.
“yang dimaksud dengan menyelesaikan kewajiban Pembayaran ULN Pemerintah dilaksanakan berdasarkan
Pemerintah terhadap luar negeri adalah Bank Indonesia instruksi pembayaran dari Kementerian Keuangan, sesuai
melakukan pembayaran kewajiban Pemerintah atas beban rencana pembayaran yang diperoleh dari administrasi data
rekening Pemerintah pada Bank Indonesia berdasarkan ULN Pemerintah dan dilakukan di Debt Management and
ketentuan yang telah disepakati antara Pemerintah dan Financial Analysis System (DMFAS).
pemberi pinjaman”.

Sejalan dengan mandat tersebut, ULN Pemerintah yang


ditatausahakan oleh Bank Indonesia mencakup pinjaman
luar negeri, misalnya pinjaman bilateral dan multilateral,

Tabel 3.1. Realisasi Penarikan ULN Pemerintah

2015 2016* 2017**


(Juta USD)
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Total Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Total Tw1 Tw2
Bilateral 158,9 115,1 24,4 589,8 888,2 58,6 58,0 38,9 676,5 832,0 33,6 206,7
Multilateral 64,5 191,3 2.063,9 1.600,5 3.920,2 598,5 223,3 988,3 723,9 2.533,9 434,1 22,7
Bank Komersial 13,7 75,5 44,2 195,8 329,2 120,9 130,7 18,8 72,6 343,1 49,3 93,9
Pemasok - - - - - - - - - - - -
SBN Internasional 3.660,0 1.800,0 2.093,3 3.150,0 10.703,3 2.250,0 4.102,7 - 3.220,7 9.573,4 2.700,0 901,0
Total 3.897,1 2.181,8 4.225,8 5.536,2 15.840,9 3.028,0 4.514,6 1.046,0 4.693,7 13.282,3 3.217,1 1.224,3
Sumber: Statistik ULN Indonesia
*) Angka-angka sementara
**) Angka-angka sangat sementara

1 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tanggal 17 Mei 1999 tentang Bank Indonesia, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2009
tanggal 13 Januari 2009.

58
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Tabel 3.2. Realisasi Pembayaran ULN Pemerintah
2015 2016* 2017**
(Juta USD)
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Total Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Total Tw1 Tw2

Bilateral 413,0 1.371,2 417,5 1.394,7 3.596,4 432,1 1.498,3 534,1 564,7 3.029,2 460,3 1.063,8
Multilateral 291,6 546,6 263,7 573,9 1.675,9 333,1 601,2 313,2 655,9 1.903,5 335,8 701,9
Bank Komersial 108,7 183,9 112,0 208,3 613,0 121,3 264,7 130,3 274,0 790,2 103,0 371,3
Pemasok 2,8 0,6 2,6 0,6 6,7 2,7 - 2,8 - 5,6 3,0 -
SBN Internasional 622,6 985,3 808,4 312,1 2,728,4 1.704,8 341,3 977,5 306,1 3.329,7 1.817,6 -
Total 1.438,7 3.087,6 1.604,3 2.489,7 8.620,2 2.594,0 2.705,5 1.958,0 1.800,5 9.058,1 2.719,7 2.137,0
Sumber: Statistik ULN Indonesia
*) Angka-angka sementara
**) Angka-angka sangat sementara

Aspek utama dalam pembayaran ULN Pemerintah adalah benar dan akurat diperlukan sebagai masukan dalam
terlaksananya pembayaran cicilan pokok dan bunga secara perumusan kebijakan Bank Indonesia
akurat dan tepat waktu. Hal ini penting karena berpengaruh
terhadap reputasi dan kredibilitas Bank Indonesia dan Secara akumulatif, perkembangan penerimaan DHE
Republik Indonesia dalam memenuhi kewajiban kepada selama triwulan II-2017 menunjukkan peningkatan
pihak pemberi pinjaman (lender). Oleh karena itu, Bank dibandingkan dengan periode yang sama 2016. Secara
Indonesia harus dapat menjamin ketersediaan jumlah nominal, penerimaan DHE melalui bank devisa dalam
dan jenis valuta asing yang diperlukan pemerintah sesuai negeri meningkat dari sebesar 26,5 miliar dolar AS menjadi
dengan jumlah dan jenis valuta pinjaman yang dibayarkan. sebesar 30 miliar dolar AS meski pangsanya menurun
dari 93,6% menjadi 92,8%. Sementara itu, DHE yang
Untuk mendukung kinerja penarikan dan pembayaran ULN diterima bank di luar negeri meningkat dari sebesar 1,5
yang aman, akurat. dan tepat waktu serta menjaga akurasi miliar dolar AS menjadi sebesar 1,9 miliar dolar AS dengan
data realisasi penarikan dan pembayaran ULN Pemerintah, peningkatan pangsa pasar dari 5,2% menjadi 5,9%.
setiap bulan dilakukan rapat koordinasi dengan
Kementerian Keuangan. Salah satu agendanya adalah Berdasarkan pemantauan penerimaan DHE melalui laporan
rekonsiliasi data realisasi penarikan dan pembayaran Rincian Transaksi Ekspor (RTE) melalui bank devisa, ekspor
(bulanan) serta data posisi (triwulanan). utama Indonesia didominasi oleh 5 komoditas. Kelima
komoditas itu adalah batubara (coal), minyak sawit (palm
oils), tekstil dan produk tekstil (textile and textile product),
3.1.5. Perkembangan Pemantauan Devisa Hasil peralatan listrik (electrical appliances), dan mesin dan
Ekspor (DHE) mekanik (machinary and mechanic). Dari sisi pemantauan
kepatuhan eksportir, Bank Indonesia senantiasa melakukan
pengawasan terhadap eksportir yang tidak mematuhi
ketentuan DHE dengan mengenakan sanksi adminsitratif
berupa denda dan sanksi penangguhan atas pelayanan
ekspor. Selama triwulan II-2017, jumlah eksportir yang
Sejalan dengan pelaksanaan kebijakan dikenakan sanksi administratif berupa denda tercatat
DHE, penerimaan DHE melalui bank devisa sebanyak 329 eksportir atau meningkat dibandingkan
menunjukkan peningkatan meski pangsanya dengan triwulan sebelumnya yang sebanyak 296 eksportir.
menurun. Sementara itu, jumlah eksportir yang dikenakan sanksi
penangguhan atas pelayanan ekspor tercatat sebanyak
28 eksportir atau meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang hanya 15 eksportir. Selama periode
Salah satu upaya Bank Indonesia untuk meningkatkan laporan, terdapat 13 eksportir yang dibebaskan dari
pasokan devisa yang relatif stabil dan berkesinambungan sanksi penangguhan pelayanan ekspor, atau meningkat
dilakukan melalui kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE). dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak 6 eksportir.
Penempatan DHE melalui perbankan di Indonesia
Untuk meningkatkan efektivitas pemantauan DHE, Bank
dapat memberikan kontribusi yang optimal terhadap
Indonesia menjalin koordinasi dengan instansi, lembaga,
perekonomian nasional. Sementara, pelaporan DHE yang
dan asosiasi terkait agar pelaksanaan kebijakan DHE

59
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
dapat berjalan lebih efektif. Instansi tersebut antara lain Indonesia (NPI) dan statistik Posisi Investasi Internasional
SKK Migas, Kementerian Keuangan (Direktorat Jendral (PII) Indonesia, untuk periode triwulan I-2017. Kedua
Pajak dan Direktorat Jendral Bea dan Cukai), Kementerian statistik tersebut disertai dengan laporan lengkap yang
Energi dan Sumber Daya Mineral, Pengelola Portal menjelaskan secara komprehensif perkembangan
Indonesia National Single Window (INSW), Bursa Komoditi sektor eksternal Indonesia. Selain itu, Bank Indonesia
dan Derivatif Indonesia (BKDI) dan Indonesia Clearing mempublikasikan Statistik Utang Luar Negeri Indonesia
House (ICH) dan asosiasi. Untuk meningkatkan kualitas (SULNI) untuk data periode Februari sampai dengan April
pelaporan Rincian Transaksi Ekspor (RTE), Bank Indonesia 2017, serta data posisi cadangan devisa periode Maret
melakukan berbagai upaya antara lain sosialisasi maupun sampai dengan Mei 2017. Untuk meningkatkan layanan
coaching clinic kepada eksportir maupun kepada bank. kepada stakeholders dalam negeri maupun luar negeri,
publikasi statistik sektor eksternal tersebut disajikan dalam
dua bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
3.1.6. Pengelolaan Database Statistik dan Survei
untuk Mendukung Perumusan Kebijakan Terkait sistem keuangan, Bank Indonesia mempublikasikan
Statistik Sistem Keuangan Indonesia (SSKI) yang
menyajikan data sampai dengan Mei 2017. Rilis statistik
ini merupakan data perkembangan sistem keuangan,
termasuk sistem pembayaran dan pengelolaan uang
rupiah (SP-PUR) sebagai bagian yang tak terpisahkan
Bank Indonesia melakukan survei bertopik khusus dalam mendukung kebijakan makroprudensial (Stabilitas
untuk meningkatkan kualitas kebijakan dan Sistem Keuangan) di Indonesia.
layanan, yaitu survei tingkat awareness Paket
Kebijakan Ekonomi Tahap II dan survei preferensi Publikasi SSKI merupakan hasil kolaborasi Bank Indonesia
penggunaan layanan Sistem Kliring Nasional Bank dengan instansi lain, yaitu Kementerian Keuangan,
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan PT Bursa Efek
Indonesia.
Indonesia (BEI). Data statistik SSKI terkini menampilkan
sejumlah penambahan indikator dibandingkan dengan
periode sebelumnya, di antaranya yaitu pada tabel sektor
perbankan dan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB).
Dalam rangka pelaksanaan tugas dan untuk mendukung
perumusan kebijakan, Bank Indonesia melakukan kegiatan Bank Indonesia juga menyajikan statistik untuk mendukung
statistik. Kegiatan ini antara lain mengumpulkan dan analisis makroprudensial, asesmen likuiditas, maupun
mengolah data dan informasi ekonomi, moneter, dan sistem financial imbalances yang dapat memicu risiko sistemik.
keuangan, serta menyusun laporan/analisisnya. Selain itu, Pada triwulan II-2017, Bank Indonesia melanjutkan
Bank Indonesia menyelenggarakan berbagai jenis survei pengembangan statistik Financial Account & Balance
dan liaison yang terkait dengan kondisi ekonomi, moneter, Sheet (FABS). Statistik ini dalam bentuk posisi neraca dan
sistem keuangan, termasuk sektor riil. transaksi keuangan seluruh sektor institusi, yakni sektor
korporasi non-Änansial, bank sentral, perbankan, lembaga
Di sektor moneter, pada triwulan II-2017, Bank Indonesia
keuangan non-bank, pemerintah, rumah tangga, dan luar
telah mempublikasikan statistik uang dan bank, kegiatan
negeri.
usaha lembaga keuangan non-bank, serta pasar uang
dan pasar modal. Ketiganya dimuat dalam publikasi Neraca sektoral tersebut dapat menggambarkan kondisi
Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (SEKI) yang dapat keuangan dan keterkaitan antarsektor institusi, baik secara
diakses melalui website Bank Indonesia. Selain itu, Bank nasional maupun regional. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia
Indonesia merilis analisis uang beredar dan faktor yang terus melakukan kerja sama dengan berbagai instansi,
mempengaruhinya secara bulanan untuk periode Maret antara lain Kementerian Keuangan dan Kementerian
sampai dengan Mei 2017. Untuk meningkatkan kualitas BUMN, terutama untuk memperoleh data dan informasi
data statistik pada pelaporan perbankan, pada Mei 2017, sektor korporasi nonÄnansial dan sektor rumah tangga.
Bank Indonesia telah melakukan sosialisasi pelaporan Untuk mengembangkan kapasitas pegawai, pada Mei
Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) terhadap perbankan 2017, Bank Indonesia telah melakukan kegiatan capacity
di Indonesia. building penyusunan dan pemanfaatan statistik National
and Regional FABS.
Di sektor eksternal, pada triwulan II-2017, Bank Indonesia
telah mempublikasikan statistik Neraca Pembayaran

60
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Untuk mengetahui kondisi terkini sektor riil dan sektor data sectoral account untuk sektor institusi yang
keuangan, Bank Indonesia menyelenggarakan berbagai menjadi tanggung jawab Bank Indonesia (sektor
survei secara rutin maupun tidak rutin. Secara rutin, Bank bank sentral, sektor perbankan, dan sektor eksternal)
Indonesia melakukan beberapa survei antara lain Survei periode 2011-2015, serta melakukan rekonsiliasi
Konsumen (SK), Survei Penjualan Eceran (SPE), Survei dengan BPS.
Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), Survei Harga Properti
Residensial (SHPR), Survei Perbankan (SBank), dan Survei b. Terkait dengan pemenuhan Recommendation II.8
Proyeksi Indikator Makro Ekonomi (SPIME). DGI - Sectoral Account, Bank Indonesia bersama
Badan Pusat Statistik terlibat dalam pertemuan
Selain survei, Bank Indonesia melakukan in-depth interview Working Group on Institutional Sector Accounts di
melalui kegiatan liaison kepada pelaku bisnis utama (key The Organisation for Economic Co-operation and
business persons). Kegiatan liaison untuk memperoleh Development (OECD), Paris, Prancis pada April 2017.
informasi dan pandangan pelaku bisnis utama terhadap Pertemuan tersebut membahas rincian instrumen
kondisi perekonomian terkini dan ke depan. maupun sektor dan template statistik sectoral
account yang wajib disampaikan negara anggota
Bank Indonesia juga melakukan survei bertopik khusus,
G-20 sebagai pemenuhan rekomendasi dimaksud.
yaitu Survei Khusus Sektor Riil (SKSR). Pada triwulan
Dalam pertemuan tersebut, Bank Indonesia maupun
II-2017, terdapat 2 (dua) topik survei yang dilakukan
BPS mengusulkan untuk mengurangi beberapa
melalui SKSR, yaitu: (i) Survei Tingkat Awareness Paket
rincian sektor maupun instrumen yang datanya sulit
Kebijakan Ekonomi (PKE) Tahap II; dan Survei Preferensi
diperoleh. Perwakilan Indonesia juga mengusulkan
Penggunaan Layanan Sistem Kliring Nasional Bank
untuk memperpanjang lag waktu penyampaian data
Indonesia (SKNBI).
triwulanan menjadi 6 bulan dan data tahunan menjadi
Bank Indonesia melakukan survei Tingkat Awareness Paket satu tahun dari periode pelaporan. Kegiatan tersebut
Kebijakan Ekonomi Tahap II untuk melakukan evaluasi atas juga dimanfaatkan untuk sharing kompilasi statistik
efektivitas Paket Kebijakan Ekonomi yang dikeluarkan oleh sectoral account dari beberapa negara termasuk
Pemerintah. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya Indonesia.
Bank Indonesia sebagai anggota Kelompok Kerja (POKJA)
c. Bank Indonesia bersama dengan Kementerian
III dari Satuan Tugas (Satgas) Percepatan dan Efektivitas
Keuangan juga telah melakukan penyusunan,
Pelaksanaan Kebijakan Ekonomi. Sementara itu, survei
pengembangan, dan diseminasi Public Sector Debt
terkait SKNBI merupakan upaya Bank Indonesia untuk
(PSD) pada situs Bank Indonesia dan Kementerian
meningkatkan kualitas pelayanan sistem pembayaran
Keuangan. Dalam penyusunan statistik PSD, Bank
kepada masyarakat dan dunia usaha di Indonesia.
Indonesia melakukan kompilasi data utang sektor
Untuk memperoleh data/informasi terkini, Bank Indonesia Public Nonfinancial Corporation dan Public Financial
secara rutin melakukan Focus Group Discussion Corporation Penyusunan data PSD merupakan salah
(FGD) ataupun pertemuan koordinasi lainnya dengan satu komitmen Indonesia dalam pemenuhan G-20
berbagai narasumber/stakeholders. Pada triwulan II- DGI Recommendation II.16. Diseminasi data PSD
2017, penyelenggaraan FGD dan rapat koordinasi telah terdapat pada situs Bank Indonesia dan Kementerian
melibatkan beberapa instansi/lembaga terkait, di antaranya Keuangan2.
Kementerian Koperasi & UMKM, Badan Pertanahan
d. Bank Indonesia aktif dalam Workshop on Financial
Nasional, Kementerian Luar Negeri, Pemerintah Provinsi
Soundness Indicators (FSIs) dan Meeting FSI
DKI Jakarta, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, serta
Reference Group (FSI-RG) yang diselenggarakan
Badan Pusat Statistik.
oleh Statistics Department – IMF di Washington
Indonesia telah berkomitmen untuk memenuhi G-20 Data D.C., Amerika Serikat pada April 2017. Partisipasi
Gaps Initiatives (DGI). Untuk itu, pada triwulan II-2017, Bank Indonesia itu terkait dengan implementasi
Bank Indonesia melakukan beberapa hal sebagai berikut: Rekomendasi #2 Financial Soundness Indicators
(FSIs) dan Rekomendasi #3 Concentration Distribution
a. Untuk memenuhi Recommendation II.8 DGI - Sectoral Measures (CDMs) DGI 2. Agenda utama kegiatan
Account, Bank Indonesia telah melakukan rekonsiliasi workshop tersebut antara lain sosialisasi mengenai
dan Änalisasi data sectoral account dengan Badan pemanfaatan FSIs untuk analisis makroprudensial,
Pusat Statistik (BPS) atas periode data tahun 2010. practical experience with FSIs, pengembangan FSIs,
Selain itu, Bank Indonesia telah melakukan kompilasi serta penyusunan CDMs. Sedangkan agenda utama

2 Dapat diakses di (http://www.bi.go.id/id/statistik/suspi/Default.aspx) dan (http://www.djppr.kemenkeu.go.id/)

61
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
kegiatan meeting FSI-RG yaitu in-depth discussion Analysis” di Brussels, Belgium. Kegiatan ini merupakan
mengenai pengembangan indikator FSIs, serta forum bagi ekonom dan statistician bank sentral untuk
diskusi mengenai compilation issues on FSIs dan membahas berbagai isu statistik guna mendukung analisis
CDMs. Dalam kesempatan tersebut, Bank Indonesia dan surveillance kebijakan makroprudensial. Workshop
memberikan pandangan mengenai perhitungan tersebut memberikan manfaat bagi Bank Indonesia dalam
CDMs dan indikator baru amandemen FSIs. melakukan evaluasi beberapa data/informasi dan hasil
survei yang telah dilaksanakan Bank Indonesia, termasuk
e. Bank Indonesia juga aktif dalam pelaksanaan Global peningkatan quality assurance terhadap data/informasi.
Conference G20 Data Gaps Initiatives (DGI)-2 di Harapannya, data tersebut dapat dipergunakan secara
Washington D.C., Amerika Serikat pada Juni 2017. optimal dalam perumusan kebijakan moneter maupun
Pertemuan tersebut dihadiri oleh perwakilan dari kebijakan makroprudensial.
negara G20, ECB, Eurostat, OECD, World Bank, BIS,
IMF, dan FSB. Kegiatan ini bertujuan untuk memonitor Terkait penyusunan kerangka integrasi sistem pelaporan
implementasi rekomendasi G20 DGI-2 dan rencana perbankan, Bank Indonesia secara resmi telah membentuk
ke depan. Pertemuan Global Conference G20 Task Force (TF) Integrasi Pelaporan. Hal itu dikuatkan
membahas beberapa agenda yaitu overview progress melalui Keputusan Gubernur Bank Indonesia tentang
program kerja 2017, yang meliputi monitoring Pembentukan Task Force Integrasi Pelaporan di Bank
implementasi rekomendasi G-20 DGI-2 dan rencana Indonesia3.
ke depan, pencapaian kegiatan tahun sebelumnya,
serta laporan hasil Thematic Workshop awal 2017. TF Integrasi Pelaporan melakukan review secara
menyeluruh terhadap konten dari laporan perbankan
Secara umum, pemenuhan DGI-2 menghadapi existing. Review tersebut untuk mengidentiÄkasi informasi-
sejumlah tantangan. Pertama, prioritas nasional yang informasi yang underutilized, duplikasi, ambigu, dan
berbeda dengan target DGI-2. Kedua, kurangnya inkonsisten. Selain itu, Bank Indonesia dan otoritas terkait
panduan untuk pelaporan data derivatives oleh sedang melakukan pembahasan tentang pembentukan
Islamic Banks. Ketiga, kompilasi data Government Task Force Integrasi Pelaporan antara kedua lembaga.
Finance Statistics (GFS) oleh pemerintah pusat.
Keempat, masalah dalam pengumpulan data, Terkait pelaksanaan salah satu Program Transformasi
terutama di perusahaan bukan lembaga keuangan. di Bank Indonesia, Bank Indonesia telah mulai menggali
Kelima, masalah granularity dan kerahasiaan data. potensi pemanfaatan big data sebagai teknologi
dan pendekatan mutakhir. Bank Indonesia kembali
Dalam kesempatan tersebut, Bank Indonesia melanjutkan pengembangan sejumlah proyek big data.
menyampaikan progress implementasi rekomendasi Bank Indonesia juga terus meningkatkan kapabiltas Big
DGI-2 di Indonesia dan tantangan yang dihadapi Data Analytics dan mempersiapkan infrastruktur yang
selama ini. Secara umum, Indonesia sudah memenuhi dibutuhkan. Pemanfaatan big data ini untuk mendukung
sebagian besar rekomendasi DGI-2 sesuai target. proses pengambilan keputusan secara efektif dan eÄsien
guna mencapai visi dan misinya. Big data diharapkan
Beberapa kesepakatan yang dihasilkan untuk
dapat memperkuat proses pengambilan keputusan di
Indonesia adalah kolaborasi kegiatan thematic
sektor moneter, market, stabilitas sistem keuangan, serta
workshops dengan usulan tema Sectoral Accounts,
sistem pembayaran dan pengelolaan uang Rupiah melalui
Data Sharing, Residential Property Price Index (RPPI)
peningkatan kualitas data dan analisis, serta menjadi
atau Commercial Property Price Index (CPPI), dan
komplemen dari pemanfaatan data warehouse (structured
Government Finance Statistics (GFS). Selanjutnya,
data) yang telah dilakukan selama ini.
koordinasi antar-instansi terkait yang melibatkan
Bank Indonesia, OJK, BPS, dan Kementerian Berdasarkan hasil pengembangan sejumlah proyek big
Keuangan akan terus ditingkatkan untuk kerja data sejak 2015, Bank Indonesia telah menghasilkan
sama penyempurnaan statistik guna memenuhi indikator baru/komplemen untuk mengisi lag ketersediaan
rekomendasi DGI-2 tersebut. data serta menjadi leading information, antara lain proksi
indikator ketenagakerjaan dan proksi indikator pasar
Pada triwulan II-2017, Bank Indonesia juga aktif berperan
properti. Selain itu, big data dapat dimanfaatkan untuk
dalam berbagai fora statistik yang bersifat internasional.
menganalisis pola perilaku pelaku ekonomi ataupun
Pada Mei 2017, Bank Indonesia aktif dalam Workshop on
keterhubungan antarpelaku dalam perekonomian.
“Data Needs and Statistics Compilation for Macroprudential

3 Keputusan Gubernur Bank Indonesia No.18/92/KEP.GBI/INTERN/2016 tanggal 27 Desember 2016 tentang Pembentukan Task Force Integrasi Pelaporan di Bank Indonesia

62
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Indikator Kinerja Utama Pencapaian
(IKU) Target Triwulan II-2017

IKU 5 Indeks Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) <2 0,82

Terjaganya Indeks Stabilitas Sistem Keuangan pada triwulan II-2017, secara total masih terjaga di level 0,82 (ISIK 0,67 dan ISPK 0,93),
dimana nilai ini masih berada jauh di bawah threshold sebesar 2,00. Terjaganya indeks stabilitas sistem keuangan ini mencerminkan
upaya Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas sistem keuangan.

PLJP)4 dan ketentuan tentang Pinjaman Likuiditas Jangka


3.2. Stabilitas Sistem Keuangan Pendek bagi Bank Umum Syariah (PBI PLJPS)5. Kedua
Sebagai upaya dalam merespon gejolak serta tantangan PBI tersebut merupakan bagian dari pelaksanaan amanat
perekonomian yang terjadi, Bank Indonesia mengeluarkan Undang-Undang tentang Pencegahan dan Penanganan
langkah-langkah kebijakan makroprudensial yang Krisis Sistem Keuangan (UU PPKSK). Selanjutnya, Bank
terukur, terintegrasi dan bersinergi dengan kebijakan Indonesia juga telah menerbitkan 2 (dua) peraturan
di bidang moneter dan sistem pembayaran. Kebijakan pelaksanaan yakni ketentuan tentang Pinjaman Likuiditas
makroprudensial ini dilakukan melalui upaya-upaya yang Jangka Pendek bagi Bank Umum Konvensional (PADG
diarahkan untk mencegah dan mengurangi risiko sistemik PLJP)6 dan ketentuan tentang Pinjaman Likuiditas Jangka
serta mendorong fungsi intermediasi yang seimbang Pendek bagi Bank Umum Syariah (PADG PLJPS)7.
dan berkualitas. Dalam kerangka makroprudensial, Bank
Secara umum, ketentuan PLJP dan PLJPS itu mengatur
Indonesia mengembangkan pasar dan akses keuangan,
hal-hal yang diamanatkan di PBI, antara lain terkait
serta melakukan koordinasi dengan otoritas terkait
dengan mekanisme pengagunan, tata cara permohonan,
dalam rangka pencegahan dan penanganan krisis sektor
permohonan perpanjangan jangka waktu atau pencairan,
keuangan. Kestabilan kondisi sistem keuangan tercermin
serta permohonan penambahan atau penurunan plafon
pada indikator kinerja stabilitas sistem keuangan.
PLJP/PLJPS. Ketentuan tersebut mulai berlaku sejak
tanggal ditetapkan yaitu 13 April 2017 untuk PADG PLJP
3.2.1. Kebijakan Pengaturan dan Pengawasan dan 22 Juni 2017 untuk PADG PLJPS.
Makroprudensial
Bank Indonesia juga melakukan hal-hal lainnya yang terkait
dengan kegiatan penyusunan ketentuan antara lain dengan
memberikan masukan dan/atau menghadiri pembahasan
ketentuan otoritas lain.

Bank Indonesia mengambil langkah-langkah 3.2.1.2. Pengawasan Makroprudensial


kebijakan makroprudensial secara terukur,
Pengawasan makroprudensial merupakan salah satu
terintegrasi, dan bersinergi dengan kebijakan di kegiatan Bank Indonesia di bidang makroprudensial.
bidang moneter dan sistem pembayaran. Pelaksanaan fungsi pengawasan makroprudensial
berpedoman pada ketentuan internal pengawasan
Makroprudensial yang mengatur mengenai pelaksanaan
pengawasan makroprudensial dan tindak lanjut
3.2.1.1. Pengaturan Makroprudensial pengawasan, dan pengenaan sanksi.
Pada triwulan II-2017, Bank Indonesia memfokuskan
Selama triwulan II-2017, Bank Indonesia melaksanakan
pada penyelesaian peraturan pelaksanaan Pinjaman
pemeriksaan terhadap 16 (enam belas) bank bersifat
Likuiditas Jangka Pendek, baik konvensional maupun
tematik sejalan dengan fungsi, tugas dan wewenang Bank
syariah (PLJP dan PLJPS). Hal ini sebagai tindak lanjut
Indonesia. Cakupan pemeriksaan tersebut terdiri atas
dari penerbitan ketentuan tentang Pinjaman Likuiditas
pemeriksaan ketahanan likuiditas, implementasi kebijakan
Jangka Pendek bagi Bank Umum Konvensional (PBI

4 Peraturan Bank Indonesia No.19/3/PBI/2017 tentang Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek bagi Bank Umum Konvensional.
5 Peraturan Bank Indonesia No.19/4/PBI/2017 tentang Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek bagi Bank Umum Syariah.
6 Peraturan Anggota Dewan Gubernur No.19/6/PADG/2017 tanggal 31 Mei 2017 tentang Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek bagi Bank Umum Konvensional (PADG
PLJP).
7 Peraturan Anggota Dewan Gubernur No.19/8/PADG/2017 tanggal 22 Juni 2017 tentang Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek bagi Bank Umum Syariah (PADG PLJPS).

63
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Loan To Value (LTV) secara spasial, kepatuhan kebijakan Dalam pelaksanaan pemeriksaan lembaga keuangan
moneter dengan fokus pada Pinjaman Luar Negeri (PLN), sebagaimana di atas, Bank Indonesia berkoordinasi
Lalu Lintas Devisa (LLD), dan Pialang Pasar Uang (PPU). dengan Otoritas Jasa Keuangan berupa sharing informasi,
penyelarasan program, dan pemeriksaan bersama.
Dalam bidang sistem pembayaran, selain pemeriksaan
terkait kepatuhan bank sebagai penyelenggara Sistem
Pembayaran ritel, Bank Indonesia juga melakukan 3.2.1.3. Koordinasi
pemeriksaan dalam rangka kesiapan bank untuk Sebagai tindak lanjut dari UU PPKSK dan ketentuan Bank
mengimplementasikan National Standard Indonesian Chip Indonesia mengenai Protokol Manajemen Krisis (PMK)8,
Card Specification (NSICCS) dan kesiapan bank sebagai Bank Indonesia secara berkesinambungan melaksanakan
penyelenggara Bantuan Sosial Non-Tunai (Bansos) kegiatan surveilans dan asesmen oleh masing-masing
sub-protokol. Dalam rangka penguatan mekanisme
Pemeriksaan tematik likuiditas ditujukan untuk
manajemen krisis, Bank Indonesia melaksanakan simulasi
menilai dampak kondisi makroekonomi terhadap
untuk menguji kesiapan prosedur dan decision making
likuiditas bank yang berpotensi menimbulkan risiko
process internal Bank Indonesia terkait fungsi Bank
sistemik. Pemeriksaan tematik likuiditas juga bertujuan
Indonesia dalam pencegahan dan penanganan krisis
untuk mempelajari ketahanan likuiditas bank dalam
sistem keuangan.
menghadapi perubahan ekstrim kondisi makroekonomi
dan kemungkinan dampaknya terhadap bank lain Dalam proses simulasi krisis ini, Bank Indonesia
(contagion impact/interconnectedness) dalam industri berkoordinasi dengan OJK, Kantor Perwakilan Bank
perbankan. Pemeriksaan jenis ini juga mendalami Indonesia Dalam Negeri serta bank yang terlibat. Dengan
transmisi kebijakan Bank Indonesia, khususnya yang adanya simulasi ini, diharapkan dapat memberikan
terkait dengan likuiditas perbankan. Pemeriksaan LTV feedback terhadap ketentuan yang ada.
ditujukan untuk menilai respons bank terkait kebijakan LTV,
mengidentiÄkasi kendala dalam penyaluran kredit properti, Selain itu, Bank Indonesia juga berkoordinasi dengan
dan mengevaluasi implementasi kebijakan termasuk otoritas lain seperti Lembaga Penjamin Simpanan
kepatuhan bank terhadap ketentuan. Pemeriksaan LTV (LPS). Pada triwulan II-2017, Bank Indonesia dan LPS
juga diperdalam sehingga mencakup aspek spasial untuk melaksanakan seminar tentang peran strategis Bank
mengetahui karakteristik dan penyaluran kredit properti di Indonesia dan LPS dalam memelihara stabilitas sistem
beberapa daerah sebagai masukan dalam penyempurnaan keuangan. Seminar ini diharapkan dapat meningkatkan
kebijakan LTV. Pemeriksaan kepatuhan PLN dilakukan pemahaman mengenai stabilitas sistem keuangan dan
dengan tujuan antara lain me-review kualitas kebijakan mendukung efektivitas kebijakan masing-masing otoritas.
dan Standard Operating Procedure PLN. Pemeriksaan Sebagai langkah lanjutan dari UU PPKSK, Bank Indonesia
kepatuhan PLN juga meneliti kebenaran pelaporan dan dan LPS telah meningkatkan kerja sama dengan otoritas
meneliti kesesuaian realisasi pencairan dan penggunaan keuangan lainnya untuk menjaga stabilitas sistem
PLN jangka panjang oleh bank, dengan jumlah dan keuangan, termasuk pelaksanaan sosialisasi dan edukasi.
tujuan penggunaan yang telah disetujui Bank Indonesia.
Dalam ruang lingkup yang lebih luas, pada April 2017,
Pemeriksaan NSICCS dilakukan untuk menilai kesiapan
Bank Indonesia bersama Kementerian Keuangan, OJK,
bank mengimplementasikan standar nasional Chip dan
dan LPS yang tergabung dalam Komite Stabilitas Sistem
Personal Identification Number (PIN) 6 (enam) Digit untuk
Keuangan (KSSK) melaksanakan pertemuan High Level
kartu ATM dan/atau kartu debet yang diterbitkan bank.
Meeting. Pertemuan tersebut membahas hasil pemantauan
Sementara itu, pemeriksaan Bantuan Sosial non- dan penilaian terhadap SSK selama triwulan I-2017. Di
tunai dilakukan untuk menilai kesiapan 4 (empat) bank samping itu, keempat lembaga tersebut juga menyepakati
Pemerintah (Himbara) yang melakukan kerjasama dengan kerja sama program pengembangan kompetensi
kementerian terkait pelaksanaan program pemerintah pegawai yang dituangkan dalam nota kesepahaman.
untuk menyalurkan bantuan sosial dengan menggunakan Pada prinsipnya, keempat lembaga sepakat melakukan
sarana kartu debet atau e-money. program pengembangan kompetensi pegawai dalam
bentuk pelatihan, magang (internship) maupun pertukaran
pegawai (exchange program)

8 Peraturan Dewan Gubernur Nomor18/16/PDG/2016 tentang Protokol Manajemen Krisis dan Surat Edaran Intern Nomor 18/105/INTERN tahun 2016 tentang
Pedoman Pelaksanaan Protokol Manajemen Krisis.

64
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Bank Indonesia sebagai
“Lender of the Last Resort” BOKS
Lender of the last resort merupakan istilah yang dikenal di industri keuangan sebagai pihak terakhir yang
memberikan likuiditas kepada institusi keuangan yang membutuhkan (atau keseluruhan pasar), karena institusi
tersebut mengalami peningkatan permintaan likuiditas yang tidak wajar, namun tidak mampu memenuhinya dari
sumber-sumber likuiditas yang lain.
Fungsi lender of the last resort sangat terkait dengan kestabilan sistem keuangan, karena keterhubungan satu
institusi keuangan dengan institusi keuangan yang lain. Kesulitan likuiditas yang dialami suatu institusi dapat
memicu kegagalan institusi tersebut. Pada gilirannya, kegagalan tersebut dapat meluas (spillover) dan menular
(contagion effect) pada institusi yang lain, sehingga berdampak negatif pada sistem keuangan dan perekonomian.
Pada umumnya, fungsi lender of the last resort dilakukan oleh bank sentral. Pertimbangannya adalah bank
sentral memiliki kapasitas untuk menyediakan dan mengendalikan likuiditas, berperan sebagai otoritas di sistem
pembayaran, dan memiliki tujuan untuk mencapai stabilitas makroekonomi.
Di Indonesia, fungsi lender of the last resort telah menjadi salah satu tugas yang tidak terpisahkan dari kegiatan Bank
Indonesia selaku bank sentral Republik Indonesia. Sejak pertama kali berdiri, fungsi tersebut telah dilaksanakan
oleh Bank Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang No.11 Tahun 1953 tentang Penetapan Undang-Undang
Pokok Bank Indonesia, salah satu kegiatan Bank Indonesia adalah memberikan uang muka secara penggadaian
atau dalam rekening koran dan memberikan jaminan dengan tanggungan berupa surat berharga sampai dengan
komoditi. Itulah pertama kali Bank Indonesia menjalankan fungsi untuk membantu kebutuhan likuiditas dari institusi
keuangan.
Selanjutnya, undang-undang tersebut mengalami beberapa kali perubahan. Dalam Undang-Undang No.13 Tahun
1968 tentang Bank Sentral, amanat fungsi lender of the last resot kepada Bank Indonesia semakin diperjelas. Bank
Indonesia sebagai lender of the last resort dapat memberikan kredit likuiditas kepada bank-bank untuk mengatasi
kesulitan likuiditas yang dihadapinya dalam keadaan darurat. Fungsi ini dibedakan dengan fungsi Bank Indonesia
sebagai bankir yang dapat memberikan kredit likuiditas kepada bank-bank untuk tujuan peningkatan produksi dan
lain-lain sesuai dengan program pemerintah.
Fungsi lender of the last resort kembali ditegaskan dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 yaitu
Bank Indonesia dapat memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah untuk jangka waktu
paling lama 90 (sembilan puluh) hari kepada bank untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek bank
yang bersangkutan. Terakhir, amanat tersebut ditegaskan dalam Undang-Undang No. 9 Tahun 2016 tentang
Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan (UU PPKSK). Berdasarkan undang-undang tersebut, Bank
Indonesia dengan fungsinya sebagai lender of last resort dapat memberikan pinjaman likuiditas jangka pendek
kepada bank yang mengalami kesulitan likuiditas.
Seiring dengan perkembangan konstitusi, pelaksanaan peran lender of the last resort telah mengalami evolusi
mulai dari nama, persyaratan, maupun mekanismenya yang secara berkesinambungan disempurnakan untuk
dapat mendukung Bank Indonesia dalam melaksanakan perannya. Penyempurnaan tersebut diperlukan untuk
memastikan bahwa pelaksanaan lender of the last resort telah memenuhi prinsip-prinsip kehati-hatian dan tata
kelola (governance).
Berdasarlan UU PPKSK, bentuk kegiatan Bank Indonesia terkait dengan lender of the last resort adalah dengan
menyediakan pinjaman likuiditas jangka pendek bagi bank konvensional maupun syariah (PLJP) sepanjang
persyaratannya terpenuhi. Bagi Bank Indonesia, prinsip utama dalam memberikan PLJP adalah bank penerima
PLJP tergolong sebagai illiquid but solvent. Solvabilitas dicerminkan dari pemenuhan rasio kewajiban pemenuhan
modal minimum (KPMM) yang paling rendah sama dengan rasio KPMM berdasarkan proÄl risiko.
Selain itu, bank juga harus memenuhi persyaratan lainnya seperti tingkat kesehatan bank, kecukupan agunan, dan
kemampuan membayar PLJP. Dengan persyaratan tersebut, maka bank yang mengajukan dan dapat memperoleh
PLJP merupakan bank yang kinerjanya baik dan kesulitan likuiditasnya hanya bersifat sementara. Dalam hal bank
memiliki kondisi lebih serius seperti permasalahan solvabilitas, maka mekanisme penanganannya sesuai UU

65
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
PPKSK akan ditangani dengan mekanisme lain dengan otoritas terkait yaitu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Di sisi lain, terdapat titik perhatian terkait penyediaan likuiditas dari bank sentral mengingat hal tersebut dapat
menimbulkan potensi moral hazard bagi bank. Misalnya, bank dapat menjadi kurang hati-hati dalam memelihara
aset likuidnya untuk manajemen likuiditas. Untuk itu, terdapat pendapat klasik Bagehot9: “lend freely to solvent but
illiquid firms against good collateral at a high rate of interest.”
Merujuk pendapat tersebut, maka selain persyaratan yang terkait kondisi bank dan persyaratan kecukupan agunan,
salah satu hal lainnya yang esensial dalam pemberian PLJP adalah mengenai pricing (biaya yang dikenankan untuk
mengakses pinjaman). Oleh karena itu, Bank Indonesia menetapkan pricing PLJP sebagai penalty rate. Saat ini,
penalty rate adalah sebesar tingkat suku bunga lending facility ditambah margin sebesar 400 (empat ratus) basis
poin.
Berdasarkan penjelasan tersebut, fungsi lender of the last resort di Bank Indonesia adalah untuk menjaga stabilitas
sistem keuangan namun tetap memperhatikan risiko yang dapat diterima. Mengingat persyaratan yang cukup ketat
dan pricing yang tergolong sebagai penalty rate, maka pilihan untuk mengambil PLJP diharapkan menjadi pilihan
yang terakhir bagi bank. Sebelum mengambil PLJP, bank diharapkan dapat memenuhi kebutuhan likuiditasnya dari
sumber lain.
Sebagai alternatif sumber likuiditas, Bank Indonesia juga menyediakan beberapa fasilitas likuiditas seperti fasilitas
likuiditas intrahari dan lending facility sebagai bagian dari operasi moneter. Ketika terjadi keketatan likuiditas, Bank
Indonesia dapat membuka term repo yang jangka waktunya dapat melebihi overnight. Fasilitas ini juga berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan likuiditas bank secara individu.
Sebagai dasar pelaksanaan PLJP, Bank Indonesia telah mengeluarkan ketentuan yang mengatur persyaratan,
kriteria, mekanisme, dan pricing. Dalam hal ini, Bank Indonesia telah menerbitkan beberapa ketentuan Bank
Indonesia yang ditujukan bagi bank serta bagi satuan kerja di internal Bank Indonesia sebagai acuan bagi bank
maupun satuan kerja di Bank Indonesia dalam pemberian PLJP.
Salah satu faktor penting dalam penanganan permasalahan likuiditas bank adalah koordinasi antar otoritas terkait.
UU PPKSK telah menggariskan bahwa pencegahan dan penanganan krisis sistem keuangan merupakan mandat
bersama yang diemban oleh Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga
Penjamin Simpanan. Oleh karena itu, masing-masing otoritas menjalankan peranan masing-masing sesuai dengan
kewenanganannya. Peranan dari otoritas yang satu akan saling melengkapi dengan peranan otoritas lainnya
sehingga pencegahan dan penanganan krisis sistem keuangan menjadi lebih efektif.
Mengacu pada UU PPKSK, Bank Indonesia berkoordinasi erat dengan OJK dalam seluruh proses pemberian
PLJP. Koordinasi tersebut dilakukan mulai dari proses permohonan, pemantauan, hingga pengawasan. Tujuannya,
untuk memastikan bahwa penerima PLJP adalah pihak yang memenuhi persyaratan dan menggunakan pinjaman
sesuai dengan peruntukannya serta memiliki komitmen dan kemampuan untuk mengembalikan pinjaman. Dengan
demikian, PLJP sebagai suatu last resort dapat dipertanggungjawabkan dengan baik.

9 Walter Bagehot adalah salah satu penggagas teori klasik Lender of the Last Resort.

66
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Keberhasilan Reformasi Sektor Keuangan Indonesia Dalam
Financial Sector Assessment Program Indonesia 2016/2017
BOKS

Pentingnya upaya untuk menjaga stabilitas sistem keuangan telah menjadi komitmen seluruh negara. Dalam
sistem perekonomian terbuka, kerentanan sistem keuangan suatu negara dapat berdampak terhadap kestabilan
sistem keuangan di kawasan dan bahkan terhadap keuangan global. Untuk itu, penting bagi setiap negara untuk
mengidentiÄkasi sumber utama kerentanan di sektor jasa keuangan guna mendukung formulasi kebijakan yang
tepat dalam mengantisipasi krisis.
Terkait hal ini, secara rutin Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia melaksanakan program asesmen
Financial Sector Assessment Program (FSAP) setiap 5 (lima) tahun bagi negara-negara tertentu. Asesmen itu
mencakup area stabilitas sektor keuangan (financial stability) dan pengembangan sektor keuangan (financial
development). Pada tahun 2010, IMF telah menetapkan 25 negara, yang dianggap sebagai “systemically important
jurisdiction”, dan wajib mengikuti FSAP rutin setiap 5 tahun sekali. Di tahun 2013 jumlah negara yang wajib
melaksanakan FSAP bertambah menjadi 29 negara. Pemilihan negara-negara tersebut didasarkan atas beberapa
kriteria, terutama ukuran dari sektor keuangan negara tersebut dan interkoneksinya dengan sektor keuangan
negara lain di dunia. Negara-negara yang tergabung dalam G-20, termasuk Indonesia, telah berkomitmen untuk
melakukan FSAP secara periodik.
Sebagai negara anggota G-20 dan Financial Stability Board (FSB), pada 2016/2017 Indonesia kembali menjalani
Financial Sector Assessment Program (FSAP), setelah pelaksanaan asesmen pertama 2010. Pelaksanaan FSAP
ini merupakan komitmen Indonesia untuk memperkuat kepatuhan terhadap standar internasional. Terkait hal ini,
pada 12 Juni 2017, IMF telah mempublikasikan hasil asesmen FSAP berupa Financial System Stability Assessment
(FSSA).
Secara umum, hasil asesmen FSAP menunjukkan kondisi makroekonomi Indonesia kuat. Hal itu ditunjang dengan
sistem keuangan yang stabil dalam menghadapi volatilitas sistem keuangan global, serta risiko sistemik dari sistem
keuangan domestik yang dinilai rendah.
Sistem perbankan memiliki ketahanan terhadap gangguan atau gejolak didukung oleh tingkat proÄtabilitas dan
permodalan yang tinggi. Faktor kerentanan sektor korporasi tetap terjaga, meskipun risiko utang meningkat di
sejumlah sektor dan masih terdapat risiko pendanaan dari luar negeri. Meskipun demikian, otoritas perlu untuk
tetap memonitor risiko sistemik dan waspada terhadap gangguan stabilitas keuangan.
Sejak asesmen 2010, FSAP menilai Indonesia telah mencatat pencapaian signiÄkan dalam reformasi sektor
keuangan. Pencapaian utama sektor keuangan Indonesia meliputi penguatan pengawasan terintegrasi sektor
keuangan melalui pendirian Otoritas Jasa Keuangan (OJK), revisi kerangka manajemen krisis dan resolusi ditandai
dengan penerbitan Undang-Undang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan (UU PPKSK) pada
2016, implementasi Basel III oleh OJK, pengembangan alat analisis untuk menilai risiko sistemik, dan implementasi
berbagai instrumen kebijakan makroprudensial oleh Bank Indonesia.
Untuk meningkatkan ketahanan sektor keuangan maupun mendukung pendalaman pasar keuangan dan
keuangan inklusif, FSAP merekomendasikan otoritas untuk melanjutkan proses yang telah berjalan. FSAP juga
merekomendasikan otoritas agar melakukan penguatan melalui implementasi sejumlah rekomendasi antara lain:
(i) penguatan mandat otoritas sistem keuangan, (ii) Perlindungan hukum otoritas sektor keuangan, (iii) Penguatan
supervisi sektor keuangan, (iv) penguatan kerangka jaring pengaman sistem keuangan, dan (v) penyusunan
integrated roadmap untuk area pendalaman pasar keuangan dan keuangan inklusif.

67
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
linked wakaf, wakaf tunai, dan konsorsium wakaf sebagai
3.2.2. Pengembangan Ekonomi Syariah
berikut:
Dalam bidang pemberdayaan ekonomi syariah, Bank
Indonesia berinisiatif untuk mengembangkan model
bisnis syariah melalui berbagai pola kerja sama.
Pertama, menjajaki kerja sama proyek percontohan
Untuk mendukung pengembangan infrastruktur, (pilot project) model bisnis pemberdayaan usaha
Bank Indonesia mempromosikan potensi masyarakat pada sektor pangan dengan Lembaga
keuangan syariah melalui rancangan model-model Amil Zakat Nasional (Laznas) Al Azhar melalui
pembiayaan infrastruktur dengan sukuk yang optimalisasi dana wakaf produktif kepada kelompok
terintegrasi dengan dana sosial seperti sukuk linked petani.
wakaf, wakaf tunai, dan konsorsium wakaf. Kedua, melaksanakan pilot project optimalisasi dana
zakat, infak, dan sedekah (ZIS) untuk usaha kecil
dan menengah (UKM) bekerja sama dengan Rumah
Amal Sosial Baitul Ikhsan-Manajemen Masjid Bank
Bank Indonesia berkontribusi aktif dalam berbagai program
Indonesia (RASBI MMBI). Kerja sama ini terkait
dan kebijakan pengembangan ekonomi dan keuangan
penyaluran dana zakat, infak dan sedekah produktif
syariah. Untuk memberikan kejelasan arah pengembangan
kepada masyarakat penerima zakat (mustahik) di
program dan kebijakannya, saat ini tengah dilakukan
Kampung Ciburial, Desa Jatimekar, Kecamatan
Änalisasi cetak biru (blueprint) ekonomi dan keuangan
Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat. Proyek
syariah. Cetak biru ini sebagai upaya mewujudkan
percontohan ini telah memasuki triwulan ketiga
pengembangan ekonomi dan keuangan Indonesia yang
dengan agenda peningkatan kapasitas penerima
adil, bertumbuh sepadan, dan berkesinambungan sesuai
dana melalui pelatihan untuk meningkatkan kualitas
dengan nilai-nilai syariah.
hasil produksi dan pemasaran.
Dengan dukungan berbagai pemangku kepentingan
Ketiga, untuk mendukung program kemandirian
(stakeholders), pangsa pasar keuangan syariah terus
ekonomi pesantren, Bank Indonesia telah melakukan
membaik meski masih terbatas. Hal itu terlihat dari
berbagai kegiatan.
pangsa perbankan syariah yang mencapai +5,4% dari
total aset perbankan umum sebesar Rp7.026 Triliun, a. Penandatanganan perjanjian kerja sama dengan
sementara pangsa sukuk negara mencapai ±16,9% dari dua pesantren rujukan sebagai pesantren
total outstanding surat berharga negara sebesar Rp2.985 pendamping dalam pilot project pertanian
Triliun, serta industri keuangan nonbank syariah (IKNB berkesinambungan, daur ulang sampah, dan
syariah) mencapai +4,8% dari total aset industri keuangan pengolahan air minum. Pada kesempatan itu,
non bank sebesar Rp2.044 Triliun (per Juni 2017). Bank Indonesia juga mensosialisasikan petunjuk
teknis dan petunjuk pelaksana pilot project
Keuangan syariah memiliki potensi yang besar untuk pengembangan kemandirian ekonomi pesantren.
berkontribusi mendukung pembangunan infrastruktur
nasional, baik dari lembaga/instrumen keuangan syariah b. Tahapan penyusunan awal platform pasar
komersial maupun lembaga keuangan/dana sosial syariah. bersama (virtual market) bekerjasama dengan
Dari sudut pandang syariah, infrastruktur yang bersifat pesantren yang sedang mengembangkan
sosial seperti untuk kepentingan publik/masyarakat umum program sejenis.
dapat dibiayai oleh dana-dana sosial syariah seperti zakat
Keempat, pengembangan Sistem Informasi Zakat
dan wakaf.
dan Wakaf. Untuk meningkatkan transparansi dan
Sebagai bagian dari Strategi Nasional Pengembangan tata kelola lembaga zakat dan wakaf, Indonesia
dan Pendalaman Pasar Keuangan, Bank Indonesia perlu membangun database zakat dan wakaf secara
bersama kementerian terkait telah berkontribusi dalam nasional. Untuk itu, Bank Indonesia menginisiasi
pengembangan keuangan syariah terkait infrastruktur. pengembangan sistem informasi zakat dan wakaf.
Dalam hal ini, Bank Indonesia menyampaikan potensi Pengembangan sistem ini melibatkan instansi terkait
keuangan syariah bagi pembangunan infrastruktur beserta yaitu Kementerian Agama, Baznas, dan Badan Wakaf
rancangan model-model pembiayaan infrastruktur dengan Indonesia (BWI).
sukuk yang terintegrasi dengan dana sosial seperti sukuk

68
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Dalam bidang pendalaman pasar keuangan syariah, mengeluarkan ketentuan tentang hedging syariah10.
Bank Indonesia melakukan beberapa inisitaif, seperti Salah satu manfaat hedging syariah adalah untuk
konstruksi model sukuk korporasi, simulasi lindung melindungi dana haji para jamaah haji. Oleh karena
nilai (hedging) dana haji, sertiÄkasi keuangan syariah itu, Bank Indonesia telah melakukan pertemuan
bagi dealer perbankan, dan aplikasi model sukuk dengan beberapa pejabat Kementerian Agama untuk
linked wakaf. menjelaskan manfaat lindung nilai (hedging) syariah
bagi dana haji.
Pertama, konstruksi model sukuk korporasi dilakukan
untuk mengoptimalkan sektor keuangan sosial Kementerian Agama menyambut baik lindung nilai
syariah. Di Indonesia terdapat potensi penerbitan syariah dan meminta bantuan Bank Indonesia untuk
sukuk oleh lembaga sosial Islam seperti pesantren, menjelaskan lebih rinci mekanisme dan manfaat
yayasan sosial Islam, organisasi Islam, dan sekolah- lindung nilai syariah. Oleh karena itu, Bank Indonesia
sekolah Islam. Bahkan, dua organisasi Islam terbesar telah menyusun dan menjelaskan simulasi lindung
di Indonesia yaitu Muhammadiyah dan Nadhatul nilai dana haji yang mencakup:
Ulama mempunyai potensi yang sangat besar untuk a. Potensi nilai kerugian apabila tidak melakukan
menerbitkan sukuk untuk mendukung aktivitas sosial hedging dana haji dan potensi penghematan
dan pendidikan mereka. Lembaga pendidikan Islam dana negara apabila dilakukan lindung nilai dana
seperti Yayasan Al Azhar Indonesia dan Pesantren haji
Gontor juga mempunyai potensi yang sangat besar
untuk menerbitkan sukuk. b. Mekanisme lindung nilai syariah untuk dana haji;

Berbeda dengan sukuk yang selama ini ada, sukuk c. Simulasi hedging dana haji yang menghasilkan
yang diterbitkan oleh lembaga sosial Islam bukan nilai dana haji ideal untuk dilakukan lindung nilai
sukuk yang berorientasi keuntungan (komersial). syariah; tenor yang ideal, serta timing (waktu)
Sebagai sukuk sosial, target investor-nya adalah lindung nilai yang paling efektif.
investor sosial dengan alternatif akad seperti Wakaf
Ketiga, sertiÄkasi keuangan syariah bagi dealer
Tunai, Qardh (pinjaman tanpa imbalan) atau infaq dan
perbankan untuk meningkatkan profesionalisme
sedekah. Dalam hal ini, kombinasi akad komersial
dan kompetensi teknis dan syariah dari treasury
juga dimungkinkan namun sebatas pelengkap dari
keuangan. Bank Indonesia telah menerbitkan
akad utama yaitu akad sosial. Alasannya, sukuk
ketentuan tentang SertiÄkasi Tresuri dan Penerapan
sosial digunakan untuk membangun sarana sosial
Kode Etik Pasar11. Untuk mempersiapkan sertiÄkasi
untuk kepentingan publik atau layanan sosial seperti
tresuri syariah bagi dealer perbankan, Bank Indonesia
sekolah, panti asuhan, rumah bersalin, dan masjid.
sedang mempersiapkan materi uji bagi sertiÄkasi
Model-model sukuk ini bisa menjadi panduan bagi dimaksud bekerjasama dengan otoritas terkait (OJK,
lembaga sosial Islam, regulator, dan investor sosial. Kementerian Keuangan, Dewan Syariah Nasional,
Model-model sukuk korporasi tersebut mencakup: dan pelaku pasar keuangan syariah, serta konsultan
a. Model-model sukuk korporasi (sukuk sosial) dan pasar keuangan syariah.
peruntukannya; Keempat, melanjutkan pengembangan aplikasi model
b. Cash flow dan pertimbangan teknis penerbitan sukuk linked wakaf. Sebelumnya, Bank Indonesia,
dan pengelolaannya; Kementerian Keuangan dan Badan Wakaf Indonesia
(BWI) telah meluncurkan model sukuk linked wakaf.
c. Simulasi/ilustrasi cashflow penerbitan sukuk, Terkait hal ini, Bank Indonesia terus berkoordinasi
pembayaran kupon, jatuh tempo sukuk, dll; dan dengan BWI untuk merealisasikan model sukuk linked
wakaf tersebut.
d. Termsand condition setiap model/skim sukuk
korporasi, termasuk manfaatnya. Dalam bidang penguatan riset, asesmen, dan
edukasi, Bank Indonesia memfokuskan pada kegiatan
Kedua, simulasi lindung nilai (hedging) dana haji untuk
penelitian dan penguatan edukasi.
mendukung kebijakan lindung nilai dana haji oleh
Kementerian Agama. Sebelumnya, Bank Indonesia Terkait dengan penelitian, Bank Indonesia melakukan
hal-hal sebagai berikut:

10 Peraturan Bank Indonesia No.18/2/PBI/2016 tentang Lindung Nilai Syariah.


11 PBI No.19/5/PBI/2017 tentang Sertifikasi Tresuri dan Penerapan Kode Etik Pasar

69
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
a. Penelitian Integrasi Keuangan Komersial dan c. Penjajakan kerja sama dengan Yayasan Pesantren
Sosial Islam: Usulan Model sebagai bahan Indonesia (YPI) Al Azhar terkait penyusunan
masukan kepada Islamic Financial Service Board modul/buku referensi mengenai ekonomi dan
(IFSB) terkait implementasi model integrasi keuangan syariah bagi SMP dan SMA.
keuangan komersial dan sosial pada lembaga
d. Sosialisasi modul zakat, wakaf dan usaha
keuangan syariah (LKS) dan lembaga keuangan
mikro Islami kepada kepala program studi/
mikro syariah (LKMS). Berdasarkan penelitian
dosen ekonomi islam dari perguruan tinggi
tersebut, terdapat 6 (enam) model integrasi
yang tergabung dalam Asosiasi Program Studi
usulan untuk LKS nasional (bank umum syariah
Ekonomi Islam Indonesia (APSEII).
dan/atau unit usaha syariah) dan 6 (enam) model
untuk BPRS dan 6 (enam) untuk LKMS. Dalam bidang kerja sama domestik dan internasional,
Bank Indonesia dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
b. Diskusi dengan pemangku kepentingan terkait
melakukan perjanjian kerja sama terkait penyusunan
untuk mendukung penelitian pengembangan
pedoman akuntansi pesantren. Kerja sama ini sebagai
indeks maqasid bank syariah. Penelitian ini
salah satu upaya pengembangan standar pelaporan
bertujuan untuk menyusun model pengukuran
dan akuntansi pesantren. Standar pelaporan ini
kinerja bank syariah berdasarkan konsep maqasid
akan digunakan oleh Kementerian Agama untuk
syariah beserta variabel yang selama ini belum
merumuskan konsep laporan pesantren.
tersedia dan tercatat untuk dilaporkan dalam
rangka untuk menghitung indeks tersebut. Selain Untuk mendukung pengembangan ekonomi dan
itu, dilakukan juga pembahasan manajemen keuangan syariah di Indonesia, Bank Indonesia
risiko pengelolaan wakaf untuk mengindentiÄkasi mendorong efektivitas pelaksanaan tugas Komite
risiko dan mitigasinya pada lembaga pengelolaan Nasional Keuangan Syariah (KNKS). Bentuk dukungan
wakaf di Indonesia. itu termasuk menyampaikan rekomendasi dalam
pengembangan ekonomi dan keuangan syariah
c. Kerja sama dengan beberapa instansi untuk
di Indonesia, antara lain berupa usulan indikator
menyusun indikator yang dapat digunakan
pencapaian sektor keuangan syariah sebagai
dalam mengukur pengembangan ekonomi dan
indikator pencapaian kinerja KNKS.
keuangan syariah yang tercermin dalam Produk
Domestik Bruto (PDB) Syariah. Dalam hal ini, Terkait persiapan pendirian World Islamic Investment
instansi yang terkait adalah Badan Pusat Statistik Bank (WIIB) yang dikepalai oleh Kementerian
(BPS) dan Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Keuangan, Bank Indonesia sebagai anggota task
Indonesia (DSN-MUI). force, menyusun usulan business model WIIB antara
lain sebagai berikut:
d. Kajian penyusunan Indeks Return Sektor Riil
agar dapat menjadi salah satu benchmark bagi a. Model bisnis yang disampaikan mengandung
kebijakan moneter syariah berdasarkan kinerja komponen model bisnis yang bersifat tradisional
sektor riil dan imbal hasil pembiayaan dengan (pembiayaan langsung) dan penggunaan
akad syariah, maupun referensi kinerja ekonomi pemutakhiran transaksi melalui instrumen
sektoral secara umum. pasar keuangan. Dengan demikian transaksi
bisnis tersebut eÄsien dan bermanfaat bagi
e. Kajian mapping usaha syariah yang melibatkan pengembangan pasar keuangan syariah
responden pesantren dan pelaku usaha. internasional.

Terkait dengan edukasi, Bank Indonesia melaksanakan b. Pengembangan area operasi dilakukan secara
berbagai kegiatan diantaranya: bertahap sesuai dengan kemampuan permodalan,
a. Pengembangan kurikulum program studi S1 manajemen, dan tingkat serapan risiko yang
Ekonomi Islam dengan Asosiasi Program Studi dapat dibangun dalam bentuk risk buffer maupun
Ekonomi Islam Indonesia (APSEII). kemampuan manajemen risiko dari manajemen
WIIB. Pengembangan area operasi ini untuk
b. Forum group discussion (FGD) penyusunan buku
menghadapi variasi dari portofolio investasinya
ekonomi dan keuangan syariah untuk SMA di
yang sangat tergantung pada jenis pasar dan
Jakarta.
rating dari negara yang menjadi target investasi.

70
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
dikliringkan melalui CCP dikenakan beban modal lebih
3.2.3. Pendalaman Pasar Keuangan
tinggi dan dikenakan kewajiban margin.

Sebagai satu-satunya negara ASEAN yang menjadi


anggota G20, Indonesia berkepentingan untuk menerapkan
berbagai rekomendasi G20 di bidang pasar keuangan.
Bank Indonesia berkomitmen untuk memenuhi salah
Kebijakan Bank Indonesia diarahkan untuk
satu rekomendasi yang diadopsi dari Financial Stability
mendukung ekosistem pendalaman pasar Board (FSB) dan International Organization of Securities
keuangan melalui pembentukan Central Clearing Commissions (IOSCO).
Counterparty Derivatif Indonesia, pengayaan
instrumen pasar uang, serta persyaratan FSB dan IOSCO merekomendasikan kepada negara
kewajiban sertifikasi tresuri dan penerapan kode anggotanya untuk memitigasi risiko akibat transaksi OTC
derivatif melalui pembentukan CCP Derivatif. Rekomendasi
etik pasar.
ini sejalan dengan visi Bank Indonesia untuk menciptakan
pasar keuangan yang dalam, likuid, eÄsien, inklusif, dan
aman dengan salah satu pilar pengembangan infrastruktur
pasar. Untuk itu, Bank Indonesia menginisiasi pembentukan
Bank Indonesia terus melakukan berbagai program
Central Clearing Counterparty Derivatif Indonesia (CCP)
pengembangan pasar keuangan untuk menciptakan
sebagai lembaga yang melakukan proses kliring dan
pasar uang yang dalam dan eÄsien guna mendukung
penjaminan transaksi antar pelaku pasar. Pembentukan
transmisi kebijakan moneter dan mendukung
CCP Derivatif Indonesia bertujuan untuk mengurangi
pembiayaan pembangunan. Bank Indonesia senantiasa
risiko sistemik. Dalam pelaksanaannya, CCP bertindak
menyempurnakan kebijakan maupun instrumen untuk
sebagai independent risk managers, mempercepat proses
mendukung ekosistem pendalaman pasar keuangan. Pada
pengembangan pasar derivatif Indonesia, dan memperkuat
triwulan II-2017, Bank Indonesia melakukan beberapa hal
infrastruktur di pasar keuangan.
sebagai berikut:
CCP Derivatif Indonesia ditargetkan dapat terbentuk
1. Pembentukan Central Clearing Counterparties (CCP)
pada 2018. Proses pembentukan CCP Derivatif Indonesia
Krisis keuangan global yang berdampak sistemik dilakukan melalui sinergi tiga lembaga yang tergabung
pada perekonomian dunia telah mendorong berbagai dalam Forum Koordinasi Pembiayaan Pembangunan
otoritas dunia untuk melakukan langkah antisipatif. Otoritas melalui Pasar Keuangan (FK-PPPK), yaitu Bank Indonesia,
keuangan dunia menilai ketahanan bank dan pelaku pasar Kementerian Keuangan, dan Otoritas Jasa Keuangan.
terhadap guncangan keuangan dan ekonomi menjadi Selanjutnya, ketiga lembaga itu akan membentuk “Task
keharusan. Transaksi derivatif yang dilakukan secara Force CCP Derivatif Indonesia” dengan tugas menyusun
over the counter (OTC) menjadi perhatian khusus otoritas langkah-langkah terkait pembentukan CCP Derivatif
keuangan dunia. Mereka melihat transaksi ini menimbulkan Indonesia.
risiko sistemik akibat kegagalan counterparty. Oleh karena
itu, solusi dalam pengelolaan credit risk dan transparansi di 2. Penerbitan Peraturan Transaksi SertiÄkat Deposito di
pasar OTC derivatif merupakan kebutuhan. Pasar Uang
Salah satu tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan
Dalam pertemuan di Pittsburg, September 2009, Group of memelihara kestabilan nilai Rupiah. Untuk mencapai
Twenty (G20) telah berkomitmen untuk melakukan program tujuan tersebut, Indonesia memerlukan kondisi pasar
reformasi di pasar OTC derivatif. G20 menekankan bahwa keuangan yang likuid dan eÄsien. Kondisi ini dapat tercapai
transaksi OTC derivatif harus ditransaksikan melalui bursa melalui pengembangan instrumen pasar uang yang dapat
atau Electronic Trading Platform (ETP). Transaksi OTC ditransaksikan oleh pelaku pasar uang. Keberadaan
derivatif juga harus dikliringkan melalui Central Clearing instrumen tersebut akan memberikan Åeksibilitas
Counterparties (CCP) dan dilaporkan melalui Trade pengelolaan likuiditas pelaku pasar uang sekaligus
Repositories. Kontrak transaksi OTC derivatif yang tidak mendorong pembiayaan ekonomi nasional.
dikliringkan melalui CCP dikenakan beban modal yang
lebih tinggi. Selaku otoritas di pasar uang, Bank Indonesia berperan
mengatur, memberikan perizinan, mengembangkan, dan
Pada pertemuan Cannes, Maret 2011, para pemimpin G20 mengawasi instrumen pasar uang. Untuk memberikan
menyepakati bahwa transaksi OTC derivatif yang tidak acuan bagi transaksi sertiÄkat deposito di pasar uang yang

71
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
mengedepankan prinsip kehati-hatian, manajemen risiko,
3.2.4. Program Keuangan Inklusif
serta perlindungan konsumen, Bank Indonesia menerbitkan
ketentuan mengenai transaksi sertiÄkat deposito di pasar Program keuangan inklusif merupakan program prioritas
uang12 beserta ketentuan pelaksanaannya13. Adapun nasional. Program ini diawali dengan peluncuran dokumen
ruang lingkup yang diatur antara lain meliputi persyaratan Strategi Nasional Keuangan Inklusif pada 2012, oleh Wakil
sertiÄkat deposito yang dapat ditransaksikan di pasar Presiden Republik Indonesia dalam kegiatan the 1st ASEAN
uang, kewajiban penerbit sertiÄkat deposito pasar uang, Conference on Financial Inclusion. Pada 1 September 2016,
tata cara pengajuan izin transaksi sertiÄkat deposito di Presiden Republik Indonesia menandatangani ketentuan
pasar uang, dan pemrosesan permohonan izin di Bank mengenai Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI)16,
Indonesia. Ketentuan tersebut juga mengatur keterbukaan sebagai pedoman langkah-langkah strategis kementerian/
informasi yakni bank yang menerbitkan sertiÄkat deposito lembaga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,
wajib mencantumkan pernyataan “dapat ditransaksikan di percepatan penanggulangan kemiskinan, pengurangan
pasar uang.” kesenjangan antarindividu dan antardaerah, guna
mewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Upaya
3. Penerbitan Ketentuan terkait Kewajiban SertiÄkasi ini dilakukan dengan meningkatkan jumlah masyarakat
Tresuri dan Penerapan Kode Etik Pasar yang dapat mengakses layanan keuangan formal.
Pengembangan pasar keuangan, khususnya pasar uang
rupiah, pasar valuta asing, dan pasar derivatifnya yang Dalam SNKI, keuangan inklusif dideÄnisikan sebagai
efektif, eÄsien dan sehat, harus memperhatikan prinsip kondisi ketika setiap anggota masyarakat mempunyai
kehati-hatian dan pengelolaan risiko yang baik demi akses terhadap berbagai layanan keuangan formal yang
menjaga stabilitas di pasar keuangan domestik. Untuk berkualitas secara tepat waktu, lancar, dan aman dengan
meningkatkan kredibilitas pasar keuangan, salah satu biaya terjangkau sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
penerapannya adalah melalui peningkatan integritas dan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
kompetensi pelaku pasar. Sasaran Keuangan Inklusif difokuskan kepada masyarakat
Pada 13 April 2017, Bank Indonesia menerbitkan ketentuan berpendapatan rendah, pelaku usaha mikro dan kecil,
tentang sertiÄkasi tresuri dan penerapan kode etik pasar14. serta masyarakat yang merupakan lintas kelompok seperti
pekerja migran, wanita, kelompok masyarakat Penyandang
Ketentuan ini mengatur bahwa pelaku pasar bertanggung
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), masyarakat di
jawab atas peningkatan kompetensi dan integritas direksi
daerah tertinggal, perbatasan, dan pulau-pulau terluar,
maupun pegawai yang melakukan aktivitas tresuri.
serta pelajar, mahasiswa, dan pemuda. Adapun target
Untuk itu, ketentuan ini juga mewajibkan pelaku pasar
keuangan inklusif yang akan dicapai adalah persentase
untuk memastikan direksi dan pegawainya memiliki
jumlah penduduk dewasa yang memiliki akses layanan
sertiÄkat tresuri sekaligus memastikan penerapan Kode
keuangan pada lembaga keuangan formal sebesar 75%
Etik Pasar dan menjadi anggota asosiasi profesi tresuri.
pada akhir 2019.
Sebagai pedoman pelaksanaannya, Bank Indonesia telah
menerbitkan ketentuan tentang pelaksanaan sertiÄkasi Untuk mempercepat pencapaian target dimaksud, SNKI
tresuri dan penerapan kode etik pasar15. Pengaturan ini dibangun dalam 5 pilar utama yang mencerminkan sinergi
bertujuan untuk memberikan kejelasan atas mekanisme kementerian/lembaga terkait, yaitu edukasi keuangan,
penerapan kode etik pasar dan keanggotaan pada asosiasi hak properti masyarakat, fasilitas intermediasi dan saluran
profesi tresuri. Ketentuan ini juga memperjelaspelaksanaan distribusi keuangan, layanan keuangan kepada sektor
sertiÄkasi tresuri sesuai bentuk pelaku pasar dan jenjang pemerintah, serta perlindungan konsumen. Selanjutnya,
jabatannya, kriteria lembaga sertiÄkasi profesi yang diakui 5 Pilar SNKI tersebut didukung oleh 3 fondasi, yakni
oleh Bank Indonesia, serta kewajiban pelaporan oleh kebijakan dan regulasi yang kondusif, infrastruktur dan
pelaku pasar dan lembaga sertiÄkasi profesi kepada Bank teknologi informasi keuangan yang mendukung, serta
Indonesia. organisasi dan mekanisme implementasi yang efektif.

12 Peraturan Bank Indonesia No.19/2/PBI/2017 tanggal 16 Maret 2017 tentang Transaksi Sertifikat Deposito di Pasar Uang
13 Peraturan Anggota Dewan Gubernur No.19/7/PADG/2017 tentang Transaksi Sertifikat Deposito di Pasar Uang
14 Peraturan Bank Indonesia No.19/5/PBI/2017 tentang Sertifikasi Tresuri dan Penerapan Kode Etik Pasar
15 Peraturan Anggota Dewan Gubernur No.19/5/PADG/2017 tentang Pelaksanaan Sertifikasi Tresuri dan Penerapan Kode Etik Pasar
16 Peraturan Presiden No. 82 Tahun 2016 mengenai Strategi Nasional Keuangan Inklusif

72
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Untuk mewujudkan koordinasi dan sinkronisasi antar kerja Indonesia (Kementerian Koperasi dan UKM, 2014).
kementerian/lembaga dalam SNKI, telah terbentuk Dewan Meski demikian, dukungan pembiayaan yang disalurkan
Nasional Keuangan Inklusif (DNKI)17 yang diketuai oleh kepada UMKM di Indonesia hanya mencapai 7,2% dari
Presiden Republik Indonesia dengan ketua harian adalah Produk Domestik Bruto (PDB). Dukungan pembiayaan ini
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. Dalam dewan paling rendah dibandingkan negara ASEAN lainnya seperti
ini, Gubernur Bank Indonesia bertindak sebagai wakil ketua Malaysia, Thailand, dan Kamboja (Asian Development
harian bersama dengan ketua Dewan Komisioner OJK. Bank, World Bank Global Index, 2014).

Sebagai bentuk komitmen Bank Indonesia dalam Pentingnya kontribusi sektor riil dan UMKM terhadap
mendukung SNKI, Bank Indonesia telah menetapkan perekonomian dan stabilitas sistem keuangan tersebut
3 program prioritas keuangan inklusif yang merupakan telah mendorong Bank Indonesia untuk turut aktif
bagian dari Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yang memperkuat sektor riil dan memberdayakan UMKM.
diinisiasi oleh Bank Indonesia dan telah dicanangkan Upaya tersebut diwujudkan melalui dua pendekatan
bersama pemerintah pada Agustus 2014. utama, yaitu peningkatan kapasitas ekonomi UMKM
dan peningkatan pembiayaan maupun akses keuangan
Selain ditujukan untuk memperluas akses keuangan, UMKM. Pelaksanaan kegiatan tersebut didasari oleh hasil
program prioritas keuangan inklusif Bank Indonesia juga penelitian/kajian yang mendukung pengembangan UMKM
diharapkan mampu meningkatkan eÄsiensi, efektivitas dan didukung pula dengan kerjasama dan koordinasi pada
dan akuntabilitas pengelolaan keuangan bagi pemerintah, lingkup domestik maupun internasional.
pelaku bisnis, dan masyarakat.

Guna mendukung pelaksanaan SNKI, Bank Indonesia


3.2.5.1. Upaya Pelaksanaan Kebijakan Pengembangan
terlibat aktif dalam 7 (tujuh) Kelompok Kerja (Pokja) dan
UMKM
sekretariat DNKI baik sebagai ketua (Pokja Fasilitas
Intermediasi dan Saluran Distribusi Keuangan serta Pada triwulan II-2017, Bank Indonesia melaksanakan
Pelayanan Keuangan pada Sektor Pemerintah), wakil ketua kebijakan pengembangan UMKM melalui berbagai
(Pokja Edukasi Keuangan serta Perlindungan Konsumen), program untuk meningkatkan kapasitas ekonomi UMKM
dan anggota (Pokja Hak Properti Masyarakat, Kebijakan serta meningkatkan pembiayaan dan akses keuangan
Regulasi serta Infrastruktur dan Teknologi Informasi UMKM.
Keuangan).
1. Peningkatan kapasitas ekonomi UMKM
Sejalan dengan fungsi Bank Indonesia dalam pengendalian
3.2.5. Penguatan Sektor Riil dan Pemberdayaan harga, Bank Indonesia berupaya untuk mendorong
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) peningkatan kapasitas ekonomi UMKM dengan tujuan
utama meningkatkan daya beli masyarakat dan pasokan
komoditas volatile food. Upaya tersebut diwujudkan melalui
program-program antara lain pengembangan klaster,
UMKM unggulan, wirausaha Bank Indonesia, pelatihan,
edukasi, pendampingan UMKM, dan perluasan akses
Bank Indonesia melaksanakan kebijakan pemasaran melalui penyelenggaraan pameran. Selama
pengembangan UMKM melalui berbagai program triwulan II-2017, Bank Indonesia telah melaksanakan
untuk meningkatkan kapasitas ekonomi UMKM beberapa kegiatan antara lain:
maupun meningkatkan pembiayaan dan akses
keuangan UMKM. a. Program UMKM Unggulan
Pada tahun 2017, Bank Indonesia melaksanakan
perluasan Program Pengembangan UMKM Unggulan
BI melalui pendekatan Local Economic Development
Selama ini, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) (LED) pada 7 (tujuh) wilayah, yaitu Maluku, Papua
memegang peranan penting dalam struktur perekonomian Barat, Sulawesi Barat, Lhokseumawe, Bali, Nusa
Indonesia. Sekitar 99,9% unit bisnis di Indonesia Temggara Barat dan Sulawesi Tengah. Berbagai
merupakan UMKM dan menyerap hampir 97% tenaga langkah persiapan pelaksanaan program telah diawali

17 Ditetapkan dalam Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No. 93 Tahun 2017 tentang Kelompok Kerja dan Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif

73
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
pada triwulan I-2017 dengan melakukan diskusi memproses hasil produksi dimaksud menjadi produk
bersama stakeholders terkait di daerah setempat. turunan untuk meningkatkan nilai tambah, termasuk
aspek pemasaran produk (dari sisi hilir). Penerapan
Pada triwulan II-2017, telah dilakukan berbagai model bisnis hilirisasi pada tahap awal lebih diarahkan
kegiatan lanjutan dalam rangka implementasi program pada industri skala kecil atau kelompok. Salah satu
pengembangan UMKM Unggulan, antara lain: komoditas volatile foods yang akan dijadikan pilot
1) MengidentiÄkasi kebutuhan dan mempersiapkan project hilirisasasi adalah komoditas bawang merah
pelaksanaan peningkatan kapabilitas kelompok diolah menjadi produk turunan, seperti pasta bawang
industri kreatif perempuan Syrkatun Nisa merah.
Lhkoseumawe untuk pengembangan desain tas
bordir motif Aceh. Untuk mendorong penerapan model bisnis hilirisasi
bawang merah, pada triwulan I 2017 telah dilakukan
2) Melaksanakan FGD dengan PT. Impex Masela, identiÄkasi terhadap kelompok tani binaan di daerah
Ltd sebagai mitra dalam mengembangkan industri Brebes sebagai pelaksana pilot project penerapan
kreatif kain tenun tanimbar di Saumlaki, Provinsi model bisnis hilirisasi bawang merah. Berdasarkan
Maluku, dilanjutkan dengan penandatangan nota hasil identiÄkasi, diusulkan Kelompok Tani
kesepahaman antar kedua belah pihak. Sidomakmur sebagai pelaksana pilot project program
hilirisasi bawang merah untuk industri skala kecil.
3) Melaksanakan FGD dengan Pemerintah Daerah
Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Sebagai kelanjutan dari pilot project penerapan
Tenggara Barat dalam rangka sinergi program model bisnis hilirisasi, pada triwulan II 2017 telah
pengembangan industri kreatif usaha produk dilakukan berbagai persiapan pelaksanaan kegiatan,
gula aren, serta melakukan identiÄkasi terhadap diantaranya terkait sarana produksi yang dibutuhkan
kelompok-kelompok usaha masyarakat yang berupa seperangkat mesin dan teknologi pengolahan
potensial untuk dikembangkan dan dijadikan bawang merah menjadi produk pasta, dan sarana
target program. pendukung. Keberadaan seperangkat mesin
pengolah bawang diharapkan dapat menjadi salah
4) Melakukan identiÄkasi upaya pengembangan
satu solusi yang dihadapi petani pada setiap musim
usaha kelompok tenun putrimas binaan Kantor
panan raya petani dimana produksi bawang merah
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali untuk
banyak dan harga cenderung turun. Keberadaan
melestarikan kain tenun songket khas Jembrana.
mesin ini sekaligus dapat menciptakan nilai tambah
5) Melanjutkan program pengembangan usaha produk dan pada gilirannya dapat meningkatkan
kelompok perempuan di Manokwari, Papua ekonomi petani.
Barat khususnya usaha produk makanan olahan
dengan memanfaatkan sumber bahan baku yang 2. Meningkatkan Pembiayaan dan Akses Keuangan UMKM
tersedia di wilayah sekitar Manokwari. Bank Indonesia melakukan program perluasan dan
pendalaman infrastruktur kredit UMKM untuk mengurangi
6) Melakukan identiÄkasi terhadap kelompok kendala assymmetric information yang disebabkan adanya
masyarakat penenun di wilayah Palu untuk kesenjangan antara kapasitas UMKM dan kapasitas
pengembangan kerajinan tenun Donggala. pembiayaan perbankan. Hal ini dilakukan antara lain
melalui program Pelatihan Pencatatan Transaksi Keuangan
7) Melanjutkan program pengembangan tenun
(PTK) dan penggunaan Aplikasi Pencatatan Informasi
mandar di Sulawesi Barat yang telah diinisiasi
Keuangan (APIK).
pada tahun sebelumnya.
Untuk meningkatkan kemampuan pelaku Usaha
b. Model Bisnis Klaster Ketahanan Pangan (Hilirisasi)
Menengah dan Kecil (UMK) dalam mencatat transaksi
Sebagai tindak lanjut dari Model Bisnis Klaster
keuangan dan menyusun laporan keuangan, Bank
Ketahanan Pangan / Hilirisasi, pada tahun 2017 ini
Indonesia bekerjasama dengan Ikatan Akuntan Indonesia
Bank Indonesia akan melaksanakan pilot project
(IAI) menyusun Pedoman dan Modul PTK sederhana bagi
penerapan model bisnis hilirisasi pada klaster
UMK. Berdasarkan pedoman dan modul tersebut, Bank
atau kelompok tani binaan. Model bisnis hilirisasi
Indonesia mengembangkan aplikasi pencatatan transaksi
ini mendorong anggota kelompok tani untuk
keuangan (APIK).
memproduksi suatu komoditi (dari sisi hulu) dan

74
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Selanjutnya, penggunaan APIK oleh UMK diharapkan memperhatikan prinsip kehati-hatian18. Selanjutnya, seiring
dapat mengurangi assymetric information dan membantu dengan pemberlakuan ketentuan tersebut, Bank Indonesia
perbankan dalam menganalisis kelayakan calon debitur memantau implementasi ketentuan dan menerapkan
UMK. Saat ini, APIK dapat diunduh secara gratis di Google kebijakan insentif dan disinsentif untuk mendorong
Play Store. Pengguna APIK mengalami peningkatan secara perbankan memenuhi rasio kredit UMKM yang telah
kontinyu, hingga triwulan II-2017 telah terdapat 4.970 ditetapkan. Berdasarkan hasil monitoring, sampai dengan
pengguna smartphone berbasis android yang mengunduh triwulan II-2017, 69 dari 115 bank umum telah mencapai
SI APIK atau meningkat 8,09% dibandingkan triwulan I rasio kredit UMKM minimal 15% (Gambar 3.1).
2017. Selain itu, dalam rangka perluasan pengguna APIK,
Bank Indonesia juga sedang menjajaki untuk bersinergi
dengan BNI mengenai penggunaan APIK untuk melengkapi
proses pemberian kredit melalui BNI Credit Digital.

Selama triwulan I dan II-2017 telah dilakukan pelatihan dan


pendampingan dalam rangka uji coba APIK. Pada triwulan
I-2017 telah dilakukan pelatihan SI APIK yang melibatkan 115 bank
peserta dari perbankan, pendamping/Konsultan Keuangan
Mitra Bank (KKMB), akademisi, UMKM debitur/calon
debitur bank, serta UMK binaan. Sementara, pada triwulan
Mencapai Rasio Tidak Mencapai Rasio
II-2017, pelatihan lebih difokuskan pada perbankan. Kredit UMKM 15% Kredit UMKM 15%
Pelatihan dimaksud telah dilakukan di beberapa wilayah 69 bank 46 bank
meliputi DKI Jakarta, D.I Yogyakarta, Sulawesi Tenggara,
Lampung, dan Sulawesi Utara. Disamping itu dilakukan
pula pendampingan dan konsultansi bagi UMK terkait
47 22
penggunaan SI APIK. bank
bank
NPL < 5% ¡Ü’࣑ߣࣸ
Sebagai dampak dari dilakukannya pelatihan tersebut,
saat ini telah terdapat 20 UMKM yang terhubung dengan
lembaga keuangan untuk mendapatkan akses kredit/ Gambar 3.1. Pencapaian bank yang memenuhi rasio kredit
pembiayaan dari BNI Syariah, Bank Permata, Bank UMKM
Mayapada, Bank Perkreditan Rakyat, dan Koperasi Usaha.

Selain itu, dilakukan kerjasama dengan Badan Ekonomi Dalam mendorong bank umum yang belum memenuhi
Kreatif (Bekraf) berupa fasilitasi, antara lain menyediakan target rasio kredit/pembiayaan UMKM, Bank Indonesia
narasumber pada beberapa acara Bekraf, seperti pada bekerja sama dengan Kementerian dan Lembaga
acara Bekraf Finance Club di Jakarta, Yogyakarta dan melakukan fasilitasi kepada Bank Umum, antara lain
Bandung, Business Matching Industri Hilir Kopi di Banda melalui:
Aceh, Asistensi Pembuatan Laporan Keuangan Bagi
a. Kerja sama dengan Perum Jamkrindo dalam rangka
UKM Kreatif di Lombok, Business Matching for Creative
pemanfaatan data UMKM hasil survei Bank Indonesia
Economy di Jakarta, serta pada kegiatan FGD Penyusunan
untuk dilakukan skoring oleh Perum Jamkrindo, dan
Skema Pembiayaan bagi Ekonomi Kreatif di Jakarta.
selanjutnya dapat dimanfaatkan terutama oleh Bank
Pembangunan Daerah (BPD) sebagai calon debitur
3.2.5.2. Upaya Bank Indonesia Mendorong Bank Umum potensial dalam rangka memenuhi rasio kredit/
agar Memenuhi Target Rasio Kredit UMKM pembiayaan UMKM.

Untuk meningkatkan pembiayaan dan akses keuangan b. Kerja sama dengan Badan Pengawas Perdagangan
UMKM, Bank Indonesia telah menerbitkan ketentuan Berjangka Komoditi untuk sosialisasi dan
yang mewajibkan bank umum untuk memenuhi target implementasi skema Sistem Resi Gudang (SRG) di
rasio kredit UMKM secara bertahap, yaitu 5% (2015), daerah dengan tujuan memfasilitasi pemanfaatan
10% (2016), 15% (2017), dan 20% (2018), dengan tetap skema SRG dan peningkatan pembiayaan kepada

18 PBI No.14/22/PBI/2012 tentang Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam rangka Pengembangan UMKM sebagaimana diubah
dengan PBI No. 17/12/PBI/2015 tanggal 25 Juni 2015

75
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
UMKM oleh BPD yang belum mencapai rasio kredit/ usaha komoditas klaster. Berdasarkan informasi yang
pembiayaan UMKM. Untuk persiapan fasilitasi diperoleh, pada triwulan I-2017 terdapat 18 klaster
tersebut akan didahului FGD dengan Bappebti, yang telah phasing out dan terdapat 23 klaster baru.
Kementerian Keuangan, BPD, Pemerintah Daerah
Kajian akan dilakukan di 5 (lima) lokasi klaster binaan
dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam
Bank Indonesia yang berada di 4 (empat) Provinsi.
Negeri setempat. Sampai dengan triwulan II-2017
Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada klaster
telah dilakukan koordinasi dengan Bappebti, serta
binaan komoditas ketahanan pangan yang telah
melakukan pemetaan lokasi gudang SRG yang
memasuki masa phasing out maupun yang telah
berpotensi untuk memanfaatkan skema SRG.
dinilai mandiri dan siap untuk dilepas (phasing out).
Selain itu, dari sisi regulasi, Bank Indonesia akan melakukan Klaster yang menjadi wilayah penelitian tersebut sbb:
penyempurnaan pengaturan tentang pemberian kredit a) Komoditas bawang merah : KPwBI Prov. Banten
atau pembiayaan oleh bank umum dan bantuan teknis
b) Komoditas padi : KPwBI Prov. Kalimantan Barat
dalam rangka pengembangan usaha mikro, kecil, dan
menengah19. Penyempurnaan dilakukan terhadap c) Komoditas sapi: KPwBI Prov. Lampung
kewajiban bank umum untuk memenuhi target rasio tertentu
d) Komoditas cabai merah dan kopi : KPwBI Jember
dalam penyaluran kredit/pembiayaan UMKM. Usulan
perubahan meliputi perluasan pola penyaluran sehingga b) Kajian Evaluasi Kriteria UMKM dalam Undang-
Bank Umum dapat memilih alternatif penyaluran Kredit Uudang No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM
UMKM yang sesuai dengan bisnis mereka, dan perubahan
Berdasarkan hasil FGD dengan perbankan diperoleh
pola pembinaan atau sanksi. Sampai dengan triwulan II-
informasi bahwa deÄnisi UMKM berdasarkan kriteria
2017 telah dilakukan pembahasan bersama stakeholder
aset dan omset UMKM tersebut di atas perlu direview
internal maupun eksternal dalam rangka memperoleh
kembali karena kurang sesuai dengan kondisi saat ini.
masukan atas rencana perluasan pola penyaluran Kredit
Selain itu, hasil pembahasan dengan Kementerian
UMKM.
Koperasi dan UKM juga menyebutkan bahwa terdapat
gap yang terlalu jauh antara kriteria Usaha Mikro
dengan Usaha Kecil, serta kriteria Usaha Menengah
3.2.5.3. Penelitian, Pengembangan, dan Pengaturan
sehingga menyulitkan pemerintah dalam mengukur
UMKM
keberhasilan pembinaan terhadap UMKM.
a) Kajian Penetapan Indikator Kemandirian Klaster
Binaan Bank Indonesia tahun 2017. Tujuan pelaksanaan kajian adalah untuk
Sebagai kelanjutan dari kajian Arah Pengembangan mengevaluasi kriteria UMKM sebagaimana
Klaster dalam rangka Pengendalian InÅasi yang telah tercantum dalam Undang-Undang, merumuskan
dilakukan pada tahun 2016, maka pada tahun 2017 dan merekomendasikan kriteria UMKM yang
akan dilakukan kajian untuk menetapkan indikator/ sesuai dengan kondisi perekonomian saat ini,
kriteria kemandirian klaster yang diharapkan dapat dan mengidentiÄkasi UMKM yang “naik kelas”
menjadi acuan untuk melakukan phasing out pada berdasarkan kriteria UMKM sesuai Undang-Undang
klaster binaan BI. tersebut.

Tujuan pelaksanaan kajian yaitu untuk menentukan Pelaksanaan kajian bersifat nasional mencakup survei
persyaratan/kriteria phasing out suatu klaster terhadap pelaku UMKM, perbankan dan stakeholder
sebagai indikator kemandirian klaster berdasarkan lainnya, dengan lingkup 3 (tiga) sektor usaha
best practice di lapangan. Kajian dilakukan yaitu pertanian, perdagangan, dan industri. Survei
dengan menganalisis faktor kunci, pendukung dan dilakukan di 10 kota/kabupaten representatif yang
penghambat implementasi strategi phasing out ditentukan di 5 wilayah/provinsi secara purposive,
dalam rangka mencapai kemandirian klaster serta yaitu Provinsi Sumatera Utara; Provinsi DKI Jakarta;
merumuskan strategi pencapaian kemandirian Provinsi Jawa Timur; Provinsi Sulawesi Selatan; dan
klaster (phasing out) sesuai dengan karakteristik Provinsi Kalimatan Timur.

19 Peraturan Bank Indonesia No.17/12/PBI/2015 tentang pemberian kredit atau pembiayaan oleh bank umum dan bantuan teknis dalam rangka pengembangan usaha
mikro, kecil, dan menengah

76
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Untuk mendapatkan data agregasi UMKM per skala tahun 2015, Bank Indonesia berencana untuk
usaha dan per sektor, responden yang dibutuhkan melanjutkan pengaturan pola tanam cabai pada
dalam survey adalah sebanyak 1.620 responden, hal klaster binaaan di beberapa wilayah di Indonesia.
ini agar dapat menggambarkan keterwakilan UMKM
yang sesuai dengan proporsi per skala usaha, sektor Pada triwulan II – 2017 Bank Indonesia telah
melakukan upaya untuk mendukung pelaksanaan
dan daerah.
program pengaturan pola tanam pada kalster binaan
di beberapa wilayah, diantaranya Sulwasei Utara,
3.2.5.4. Program Kantor Perwakilan Bank Indonesia Maluku Utara, Maluku, Bali, Solo dan Lhokseumawe.
(KPwBI DN) dalam Pengembangan UMKM Upaya yang telah dilakukan diantaranya mendukung
a. Program Pengendalian InÅasi dalam bentuk Klaster penyediaan sarana irigasi untuk pemenuhan
Komoditas Volatile Food kebutuhan air untuk penanaman di musim kemarau,
Hingga triwulan II-2017, Bank Indonesia telah dan pembangunan screen house untuk penanaman
mengembangkan 181 klaster yang tersebar di seluruh di musim hujan. Keberadaan sarana/prasarana
Indonesia, yaitu di 46 wilayah Kantor Perwakilan Bank dimaksud, diharapkan dapat menghasilkan cabai
Indonesia Dalam Negeri (KPwBI DN). Dari keseluruhan sepanjang waktu dan meningkatkan produksi cabai
klaster, terdapat 151 klaster ketahanan pangan yang untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat terutama
merupakan sumber inÅasi yaitu komoditas cabai, pada Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) dan
bawang merah, bawang putih, padi, dan sapi potong. tahun baru. Selain itu, penerapan pengaturan pola
Adapun klaster pangan lainnya antara lain mencakup tanam yang dilakukan Bank Indonesia pada klaster
perikanan, sayuran, ayam, kedelai, sagu, jagung, binaan diharapkan dapat menjadi percontohan bagi
tebu, kakao, dan kambing (Gambar 3.2). kelompok tani/masyarakat untuk diterapkan.

Sebagai kelanjutan dari program pengaturan pola


tanam cabai yang telah dilakukan Bank Indonesia
bekerjasama dengan Kementerian Pertanian sejak

Bank Indonesia telah mengembangkan 181


Klaster komoditas Ketahanan Pangan &
lainnya, melipuƟ 21 komoditas di 46 Kantor
Perwakilan BI di seluruh Indonesia.

39 wilayah
31 wilayah
36 wilayah
8 wilayah

37 wilayah
Ket: Klaster binaan Bank Indonesia memanfaatkan lahan seluas 8.437,9 Ha,
Lainnya 30 wilayah Angka sementara triwulan II 2017 menyerap 37.004 tenaga kerja dan total pembiayaan sebesar Rp13,98 miliar.

Gambar 3.2. Peta Wilayah Klaster UMKM Binaan Bank Indonesia

77
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
b. Program Pengembangan Wirausaha Bank Indonesia Indicator (KPI) on SME validation, serta draft dan
Untuk mendukung pengembangan wirausaha dan timeline ASEAN Regional Principles for Good Business
meningkatkan akses keuangan UMKM, pada triwulan Registration Process.
I – 2017 Bank Indonesia telah melakukan berbagai
c. Pertemuan The 68th Asia-Pacific Regional Conference
kegiatan, diantaranya pelatihan pencatatan transaksi
on Rural Finance and Community Development
keuangan menggunakan aplikasi berbasis smartphone
Executive Committee (APRACA EXCOM) ke pada
(android) dan seminar mengenai kewirausahaan
tanggal 6-7 Juni 2017 di Beijing, Cina. Pertemuan
di beberapa daerah atau Kantor Perwakilan Bank
ini dihadiri oleh perwakilan bank sentral serta
Indonesia.
institusi pemerintah dari negara-negara anggota
Pada triwulan II–2017, Bank Indonesia melanjutkan APRACA. Pertemuan membahas: (i) Perkembangan
pelaksanaan pelatihan mengenai pencatatan dari aktivitas proyek IFAD-APRACA Regional Grant
transaski keuangan bagi UMK di berbagai daerah baik Project (RuFBeP) (ii) Perkembangan Implementasi
yang dilakukan oleh Bank Indonesia sendiri maupun APRACA Action Plan (3) Pembahasan Best Practice
bekerjasama dengan Kementerian/Lembagaan, and Case Studies on Poverty Reduction on Asia
diantaranya Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Pacific Region.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. Selain itu, untuk
d. Bhutan Economic Forum for Innovative Transformation
mendorong promosi dan pemasaran produk UMKM/
pada pertemuan International Financial Inclusion
wirausaha binaan, Bank Indonesia juga membantu
Summit 2017: Equitable Growth through Financial
memfasilitasi pemasaran dengan mengikutsertakan
Inclussion pada tanggal 24-26 Mei 2017 di Thimphu,
pada berbagai event pameran, seperti Agrinex Expo
Bhutan. Dalam pertemuan tersebut, Bank Indonesia
bagi UMKM/wirausaha di bidang inovasi dan produk
berbagi pengalaman dan solusi-solusi yang dapat
pertanian, dhawavest bagi UMKM/wirausaha di
diimplementasikan untuk mendukung pengembangan
bidang kerajinan/kain/pakaian.
UMKM dan perluasan keuangan inklusif.

3.2.5.5. Kerja Sama Internasional Terkait Pengembangan 3.2.6. Pengelolaan Informasi Perkreditan
UMKM
Sebagai bentuk komitmen dan peran nyata Bank Indonesia
dalam pengembangan akses dan kapabilitas UMKM, Bank
Indonesia aktif dalam berbagai fora internasional yang fokus
pada pengembangan UMKM, khususnya peningkatan
Jumlah lembaga keuangan yang tercatat sebagai
akses keuangan bagi UMKM. Hal ini merupakan salah
pelapor dalam SID adalah 117 bank umum,
satu bentuk komitmen dan peran nyata Bank Indonesia
dalam pengembangan akses dan kapabilitas UMKM. Pada
1.466 bank perkreditan rakyat, dan 40 lembaga
triwulan I-2017, peran aktif Bank Indonesia dalam fora keuangan non-bank.
internasional adalah mengikuti kegiatan sebagai berikut:
a. Pertemuan gabungan antara Core Competencies on
Financial Literacy dan Financial Education for MSMEs
working group (WGFEM) tanggal 22-24 Mei 2017 di Sistem Informasi Debitur (SID) merupakan sistem
Paris, diikuti oleh delegasi dari berbagai negara yang pengelolaan data perkreditan baik perorangan maupun
mewakili Bank Sentral, Otoritas Jasa Keuangan, badan usaha, yang diperoleh dari lembaga keuangan.
Kementerian Keuangan dan OECD. Pertemuan Tidak hanya terbatas pada kredit dalam arti utang/pinjaman
membahas penyusunan Financial Literacy Core (loan), SID juga mengelola data kewajiban keuangan dari
Competency Framework for MSMEs and potential debitur terhadap lembaga keuangan seperti bank garansi
entrepreneurs. dan letter of credit (LC).

b. Pertemuan ASEAN Coordinating Committee on Micro, Pengelolaan data perkreditan dalam SID dimaksudkan
Small, and Medium Enterprises (ACCMSME) ke tiga untuk menyediakan informasi mengenai track record
pada tanggal 17-18 Mei 2017 di Kuala Terengganu, (rekam jejak) debitur. Informasi ini digunakan oleh lembaga
Malaysia. Pertemuan antara lain membahas draft keuangan untuk menilai dan menganalisis calon debitur
handbook for SMEs to Alternative Sources of Finance yang mengajukan kredit. Berdasarkan hasil analisa
in ASEAN, hasil baseline survey dan Key Performance proÄl risiko dan faktor pengembangan lainnya, lembaga

78
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
keuangan akan menentukan kelayakan calon debitur pembayaran. Beberapa kebijakan yang telah ditetapkan
dalam pemberian fasilitas kredit. adalah penentuan probability of default (PD), kebijakan
loan to value (LTV) pada kredit perumahan dan kendaraan
Pengelolaan data perkreditan memberikan dampak positif bermotor, pembatasan jumlah kepemilikan kartu kredit.
yakni meningkatkan efektivitas dan eÄsiensi dalam proses
pengelolaan kredit di lembaga keuangan. Lembaga Dalam pengelolaan data pekreditan tersebut, Bank
keuangan tidak hanya mendapatkan informasi kinerja dari Indonesia telah menerbitkan ketentuan yang mengatur
debiturnya sendiri, namun juga memperoleh informasi mengenai hal tersebut20. Ke depan, pengelolaan data
kinerja calon debitur yang telah menjadi debitur lembaga perkreditan di Indonesia dilakukan secara dual system,
keuangan lainnya. Adanya informasi ini menyebabkan yaitu sinergi antara lembaga publik sebagai pengelola
lembaga keuangan dapat memberikan kredit kepada Public Credit Registry (PCR) dan lembaga swasta sebagai
debitur dengan tingkat bunga dan jenis agunan yang pengelola Private Credit Bureau (PCB) yang selanjutnya
berbeda antara satu debitur dengan debitur yang lain. disebut LPIP. Keberadaan LPIP akan menjadi mitra strategis
Bahkan, lembaga keuangan dapat tidak mewajibkan dalam penyediaan produk informasi perkreditan yang
debitur untuk menyediakan agunan sebagai jaminan atas lebih maju dan memiliki nilai tambah, yang didukung oleh
kreditnya apabila diyakini bahwa calon debitur memiliki cakupan dan jenis data yang komprehensif. Harapannya,
rekam jejak yang baik dalam pengelolaan kredit dan informasi yang dihasilkannya dapat lebih memberikan
memiliki risiko rendah. Selain itu, lembaga keuangan manfaat baik bagi lembaga keuangan maupun lembaga
akan lebih mudah melakukan kontrol dan antisipasi pemerintah.
terhadap potensi terjadinya gagal bayar dari seorang
debitur. Langkah antisipasi tersebut bisa dilakukan melalui Perkembangan SID dan Informasi Debitur Individual (IDI)
analisis terhadap data perkreditan yang ada, sehingga Sampai dengan akhir triwulan II-2017, jumlah lembaga
dapat mengurangi dampak risiko kerugian bagi lembaga keuangan yang tercatat sebagai pelapor dalam SID adalah
keuangan. 117 bank umum, 1.466 bank perkreditan rakyat, dan 40
lembaga keuangan non-bank (LKNB). Seiring penyaluran
Data perkreditan juga bermanfaat untuk mendukung
kredit, jumlah data debitur yang telah dilaporkan oleh
pelaksanaan tugas dan fungsi lembaga pemerintah, di
pelapor mencapai 99,74 juta atau meningkat sebesar
antaranya Bank Indonesia, OJK, Komisi Pemberantasan
2,07% dibanding triwulan I-2017 (qtq) dan meningkat
Korupsi (KPK), Kepolisian RI, Pusat Pelaporan dan
8,01% dibanding triwulan II-2016 (yoy).
Analisa Transaksi Keuangan (PPATK), dan Kementerian
Hukum dan HAM (Kemenkumham). Bagi Bank Indonesia, Pada periode yang sama, jumlah rekening fasilitas
beberapa tugas dan fungsi yang didukung oleh data perkreditan yang dilaporkan mencapai 238,36 juta atau
perkreditan mencakup antara lain perumusan dan meningkat sebesar 3,24% (qtq) dan meningkat 11,72%
pengambilan kebijakan maupun pelaksanaan kebijakan (yoy) (Tabel 3.3).
di bidang moneter, makroprudensial dan sistem

Tabel 3.3. Jumlah Debitur-Fasilitas (dalam juta)

Tahun 2016 2017

Triwulan I II III IV I II
Jumlah Debitur 90,22 92,34 94,02 95,82 97,72 99,74
Jumlah Rekening Fasilitas 206,87 213,36 218,73 224,90 230,89 238,36

20 Peraturan Bank Indonesia No.15/1/PBI/2013 tentang Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan (LPIP)

79
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Perkembangan Pengelolaan Informasi Perkreditan
Sistem Informasi Perkreditan Nasional (SIPNAS) adalah
sistem dikembangkan oleh Bank Indonesia dalam rangka
pertukaran informasi perkreditan antar lembaga keuangan
yang dapat diperluas dengan menyertakan data dari
non-lembaga keuangan, yang ditujukan untuk mengatasi
informasi asimetri guna mendorong stabilitas sistem
keuangan dan pertumbuhan ekonomi.
Tw I ke Tw II Tw II ke Tw III Tw III ke Tw IV Tw IV ke Tw I Tw I ke Tw II
2016 2017 Dalam hal ini, Bank Indonesia berkoordinasi dengan
Pertumbuhan Debitur 2,35% 1,82% 1,91% 1,98% 2,07% Otoritas Jasa Keuangan guna memenuhi kebutuhan terkait
Pertumbuhan Fasilitas 3,14% 2,52% 2,82% 2,66% 3,24% data perkreditan oleh kedua lembaga. Bank Indonesia
memerlukan data perkreditan untuk mendukung tugas
GraÄk 3.7. Tingkat Pertumbuhan Debitur-Fasilitas
dan fungsinya di bidang moneter, makroprudensial, dan
sistem pembayaran, sedangkan Otoritas Jasa Keuangan
Pada triwulan II-2017, jumlah pemanfaatan informasi memerlukan data tersebut untuk mendukung fungsinya di
perkreditan (yang dikenal sebagai Informasi Debitur bidang mikroprudensial.
Individual/IDI) oleh lembaga keuangan mengalami
peningkatan. Jumlah permintaan IDI mencapai 11,91 juta Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan juga
permintaan atau menurun sebesar 3,89% dibandingkan secara intensif berkoordinasi terkait pengembangan
dengan triwulan sebelumnya dan menurun sebesar 2,91% sistem informasi perkreditan yang andal dan berkualitas.
dibandingkan triwulan II-2016 (yoy) (Tabel 3.4 dan GraÄk Pengembangan sistem informasi perkreditan dimaksud
3.8). telah dimulai oleh Otoritas Jasa Keuangan dan ditargetkan

Tabel 3.4. Permintaan IDI (dalam juta)

2016 2017
I II III IV I II
10,7 12,26 10,4 12,61 12,38 11,91

diimplementasikan secara penuh pada akhir 2017.


Selanjutnya, Bank Indonesia akan menyediakan data
historis selama proses pengembangan sistem informasi
yang dilakukan oleh OJK bersamaan dengan persiapan
pengembangan sistem informasi perkreditan baru. Pada
3 Desember 2015, Bank Indonesia dan Otoritas Jasa
keuangan telah menyepakati kerjasama dan koordinasi
dalam rangka pengelolaan dan pengembangan SID.
Sebagai tindak lanjut, Bank Indonesia telah melakukan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II tahapan persiapan perolehan data kredit kepada Lembaga
2016 2017
Pengelola Informasi Perkreditan yang telah diberikan izin
Permintaan ID 3,27 3,53 3,9 4,04 4,07 4,15 2,61 3,96 3,83 3,94 5,24 3,43 3,89 3,97 4,52 4,13 4,39 3,39
usaha.
GraÄk 3.8. Permintaan IDI

80
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Chip Kartu ATM dan/atau kartu debit. Selain itu, Bank
3.3. Sistem Pembayaran dan Pengedaran Indonesia juga terus melakukan penguatan kelembagaan
Uang untuk memayungi interkoneksi/interoperabilitas industri
Untuk menjaga dan meningkatkan keamanan, kelancaran, sistem pembayaran ritel.
dan keandalan sistem pembayaran, Bank Indonesia terus
memperkuat infrastruktur sistem pembayaran, terutama Sementara itu, kebijakan pengelolaan uang Rupiah
sistem pendukung setelmen dana dan surat berharga. Bank diarahkan untuk mencapai tiga pilar, yaitu: (i) ketersediaan
Indonesia juga terus berusaha untuk memperluas transaksi uang yang berkualitas dan terpercaya, (ii) distribusi dan
nontunai dengan tetap menjaga kepentingan nasional pengolahan uang yang aman dan optimal, serta (iii) layanan
dalam jasa sistem pembayaran dengan memperhatikan kas yang prima.
aspek perlindungan konsumen.
Berbagai upaya dan langkah kebijakan telah dilakukan
Pada triwulan II-2017, Bank Indonesia telah menerbitkan Bank Indonesia hingga triwulan II-2017mampu menjaga
ketentuan tentang Gerbang Pembayaran Nasional kelancaran sistem pembayaran dan pengelolaan uang
(National Payment Gateway/NPG). Bank Indonesia juga Rupiah guna menopang transaksi perekonomian. Hal
telah menetapkan National Standard Indonesia Chip Card itu tercermin pada indikator sistem pembayaran dan
Specification (NSICCS) sebagai Standar Nasional Teknologi pengelolaan uang Rupiah berikut ini.

Indikator Kinerja Utama Pencapaian


(IKU) Target Triwulan II-2017

IKU 6. % Ketersediaan layanan jasa sistem pembayaran BI (High Value


99,97% 100%
Payment System, Securities Settlement, Retail Value Payment System)

Penjelasan:
Selama Triwulan II-2017, layanan Sistem Pembayaran Bank Indonesia baik dari sisi bisnis maupun infrastruktur tersedia sebesar 100%.
Secara umum, seluruh transaksi SP dapat berjalan dengan lancar dan aman. Selain itu pada periode yang sama tidak terdapat downtime
pada sistem pembayaran Bank Indonesia.

IKU 7. Rasio Transaksi SP Non Tunai terhadap PDB Nominal


a. RTGS dan SKN Min. 5,2 x PDB 2,48 x PDB
(tahunan)
b. ATM/D, APMK, e-Money, delivery channel, dan billing payment 1,8 x PDB 0,72 x PDB
(tahunan)

Peningkatan penggunaan sistem pembayaran non-tunai (RTGS & SKN) sampai triwulan II-2017 telah mencapai 2,48 kali Produk Domestik
Bruto (PDB) dari target sebesar 5,20 kali PDB pada akhir tahun 2017. Sementara, untuk penggunaan sistem pembayaran non-tunai
ATM/D, APMK, e-Money, delivery channel, dan billing payment pada periode yang sama mencapai 0,72 kali PDB dari target pada akhir
tahun 2017 sebesar 1,80 kali PDB. Pencapaian ini menunjukkan kinerja baik Bank Indonesia dalam meningkatkan gairah masyarakat
untuk memanfaatkan instrumen pembayaran non-tunai.

IKU 8.a: Soil Level Uang Layak E Nasional Minimum Hasil survei tingkat
Soil Level 8 kualitas uang Rupiah
(UPB21) dan Soil di masyarakat yaitu
Level 6 (UPK22) 9,4 untuk UPB dan 7,1
(Semesteran) untuk UPK

Bank Indonesia berkomitmen untuk menyediakan uang layak edar bagi masyarakat, yaitu uang Rupiah asli yang memenuhi persyaratan
untuk diedarkan berdasarkan standar kualitas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Penyediaan uang Rupiah yang berkualitas sangat
penting dalam menjaga integritas Rupiah sebagai salah satu simbol kedaulatan Negara Republik Indonesia. Selain itu, uang yang layak
edar akan memberikan kenyamanan bertransaksi bagi masyarakat.
Untuk dapat mengetahui dan menjaga kelayakan uang yang beredar di masyarakat tersebut, Bank Indonesia melakukan kegiatan survei
langsung terhadap kondisi riil kelayakan uang Rupiah yang beredar di masyarakat. Dalam rangka Agar memperoleh hasil survei yang
lebih objektif dan akuntabel, Bank Indonesia menunjuk konsultan independen untuk melakukan surveisurvei di 82 kota/kabupaten
di Indonesia. Survei tersebut dilakukan terhadap 4.100 responden, yang terdiri atas rumah tangga sebanyak 2.050 responden dan
pedagang/UKM sebanyak 2.050 responden.

21 UPB (Uang Pecahan Besar) meliputi uang Rupiah pecahan 20.000 – 100.000
22 UPK (Uang Pecahan Kecil) meliputi uang Rupiah pecahan 10.000 ke bawah

81
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Indikator Kinerja Utama Pencapaian
(IKU) Target Triwulan II-2017

IKU 8.b : % Peningkatan coverage layanan kas Coverage layanan kas mencapai: Coverage layanan kas
- Triwulan I-2017: 82% Bank Indonesia pada
- Triwulan II-2017: 85% Triwulan II-2017 mencapai
- Triwulan III-2017: 87% 90,7 % (penambahan
- Triwulan IV 2017: 94,95% 5,3%)

Penjelasan:
Indikator kinerja utama peningkatan coverage dan layanan distribusi uang oleh Bank Indonesia terkait pelaksanaan tugas sebagai
Bank Sentral untuk memenuhi kebutuhan uang Rupiah di masyarakat dalam jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai,
tepat waktu dan dalam kondisi layak edar. Pada triwulan laporan, Bank Indonesia membuka 14 (empat belas) Kas Titipan baru sebagai
tambahan titik distribusi dengan coverage sebesar 5,3%. Dengan demikian, maka coverage layanan kas sampai dengan triwulan II-2017
mencapai sebesar 90,7% atau sebanyak 81 Kas Titipan atau di atas dari target yang ditetapkan yakni 85%.
14 (empat belas) Kas Titipan (KT) baru yaitu 3 (tiga) KT di wilayah Sumatera (Manna, Kabanjahe, dan Natuna), 5 (lima) KT di wilayah
Jawa (Kebumen, Kudus, Subang, Bojonegoro, dan Madiun), 1 (satu) KT di wilayah Kalimantan (Putussibau), dan 5 (lima) KT di wilayah
Sulampua dan Bali Nusra (Bone, Pohuwatu, Poso, Serui, dan Waikabubak). Dengan penambahan empat belas Kas Titipan tersebut, total
Kas Titipan Bank Indonesia menjadi sebanyak 81 titik dengan 17 bank pengelola.

kelembagaan NPG (lembaga service, lembaga


3.3.1. Kebijakan Sistem Pembayaran
switching, lembaga standar) untuk kartu ATM/Debit
dan uang elektronik serta pembentukan lembaga
pengelola NSICCS.

Bank Indonesia telah menetapkan NSICCS menjadi


Standar Nasional kartu ATM dan/atau kartu debit
Perluasan akses penggunaan instrumen
pada 21 Juni 2017. Adapun standar dimaksud akan
pembayaran non-tunai dengan tetap digunakan oleh seluruh penyelenggara kartu ATM
memperhatikan aspek perlindungan konsumen dan/atau kartu debit di Indonesia. Implementasi
jasa sistem pembayaran. NSICCS sebagai Standar Nasional dilakukan
bersamaan dengan penggunaan Personal Identity
Number (PIN) 6 digit. Upaya ini merupakan salah satu
inisiatif untuk meningkatkan keamanan bertransaksi
Bank Indonesia senantiasa menjaga dan meningkatkan pada Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK).
kelancaran, keamanan, keandalan, dan eÄsiensi Pilihan pengggunaan teknologi chip dan PIN 6 digit
sistem pembayaran. Untuk itu, Bank Indonesia secara ditujukan untuk meniadakan potensi fraud, keamanan
konsisten dan berkesinambungan memperkuat sekaligus bertransaksi serta mensejajarkan penyelenggaraan
mengembangkan infrastruktur sistem pembayaran. Guna kartu ATM dan atau kartu debit dengan best practice
meningkatkan layanan sistem pembayaran, Bank Indonesia internasional.
memperluas akses penggunaan instrumen pembayaran
non-tunai dan turut mendorong penyelenggara sistem Selain untuk meningkatkan keamanan, implementasi
pembayaran untuk senantiasa memperhatikan aspek NSICCS juga bertujuan meningkatkan eÄsiensi,
perlindungan konsumen jasa sistem pembayaran. keandalan, dan mengutamakan kepentingan nasional.
NSICCS yang menjadi standar nasional akan
Selama triwulan II-2017, Bank Indonesia menempuh mendukung upaya mewujudkan interoperabilitas
beberapa kebijakan sistem pembayaran, antara lain: dan kemandirian nasional dengan adanya kewajiban
untuk memproses transaksi kartu ATM dan kartu
a. Kelembagaan Industri Sistem Pembayaran dalam
debit melalui penyelenggara domestik. Dengan
Pengembangan NSICCS sebagai Standar Nasional
demikian, langkah ini menjadi momentum untuk
Teknologi Chip Kartu ATM dan/atau kartu debit
meningkatkan kualitas industri sistem pembayaran
Dalam rangka penguatan kelembagaan untuk
agar sejalan dengan visi Bank Indonesia mewujudkan
memayungi interkoneksi/interoperabilitas industri SP
sistem pembayaran yang lancar, aman, eÄsien, andal
ritel di dalam negeri maka diperlukan pembentukan

82
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
serta berkontribusi terhadap perekonomian dengan Identification Number (PIN) 6 (Enam) Digit untuk
tetap memperhatikan perluasan akses, perlindungan kartu ATM dan/atau kartu Debit. Ketentuan tersebut
konsumen dan kepentingan nasional. mewajibkan seluruh kartu ATM dan/atau kartu Debit
di Indonesia untuk menerapkan spesiÄkasi NSICCS.
Penggunaan Standar NSICCS dan PIN 6 digit wajib
Awal implementasi PIN 6 Digit dan persiapan host
diimplementasikan oleh seluruh penyelenggara
and back-end system NSICCS adalah 1 Juli 2017.
kartu ATM dan/atau kartu debit, yaitu prinsipal,
Selanjutnya, pemenuhan dilakukan secara bertahap,
penerbit, acquirer, penyelenggara kliring dan atau
yakni 30% pada 1 Januari 2019, 50% pada 1 Januari
penyelenggara setelmen. Sementara itu, teknologi
2020, 80% pada 1 Januari 2021, dan 100% pada 1
NSICCS diterapkan tidak hanya diterapkan pada kartu
Januari 2022.
namun juga pada pada perangkat ATM, Electronic
Data Capture (EDC), dan seluruh sistem yang Implementasi PIN 6 digit pasca 1 Juli 2017
digunakan untuk memproses transaksi kartu ATM dan menunjukkan bahwa hampir seluruh kartu ATM/Debit
atau kartu debit. Sesuai dengan SEBI No.17/52/DKSP khususnya magneticstripe telah dilengkapi dengan
tanggal 30 Desember 2015, implementasi secara PIN 6 digit, dan 100% terminal ATM serta 79%
penuh ditargetkan selesai pada 31 Desember 2021. terminal EDC telah siap memproses PIN 6 digit.

Hal-hal yang telah dilakukan Bank Indonesia terkait Selain itu, terdapat tantangan dalam implementasi
pembentukan lembaga NPG dan lembaga pengelola PIN 6 digit antara lain adalah masih rendahnya
NSICCS sampai dengan triwulan II-2017 adalah pemahaman masyarakat, baik dari sisi nasabah
sebagai berikut: maupun merchant. Oleh karena itu, Bank Indonesia
1) Penunjukan Asosiasi Sistem Pembayaran bekerja sama dengan Asosiasi Sistem Pembayaran
Indonesia (ASPI) sebagai pelaksana pengelola Indonesia (ASPI) melakukan komunikasi dan edukasi
standar (Lembaga Standard NSICCS). yang intensif kepada industri.
1) Penerbit (issuer) agar melakukan edukasi kepada
2) Bentuk konsorsium dan mekanisme sharing
nasabah dan berperan sebagai pihak yang
kepemilikan lembaga services telah disepakati
bertanggung jawab untuk menolak transaksi
industri dalam Working Group Kelembagaan
kartu ATM/D magnetic stripe dengan tanda
NPG.
tangan; dan
3) Penyelarasan fungsi lembaga standard NSICCS
2) Acquirer agar melakukan edukasi kepada
(PPS) yang diperluas menjadi Lembaga Standard
merchant dan mempersiapkan EDC untuk dapat
NPG.
memproses transaksi menggunakan PIN 6 digit.
4) ASPI, dalam hal ini sebagai lembaga standar,
c. Kebijakan Gerbang Pembayaran Nasional (National
telah mengajukan rencana kerja kepada Bank
Payment Gateway)
Indonesia.
Pada 22 Juni 2017, Bank Indonesia telah menerbitkan
Berdasarkan hasil pengawasan Bank Indonesia, ketentuan tentang Gerbang Pembayaran Nasional
implementasi NSICCS pasca 1 Juli 2017 (National Payment Gateway/NPG)23. Ruang lingkup
menunjukkan bahwa sebagian besar penyelenggara NPG mencakup transaksi pembayaran secara
jasa sistem pembayaran (PJSP) telah menyelesaikan domestik yang meliputi interkoneksi Switching,
implementasi host and back-end system untuk dapat interkoneksi dan interoperabilitas kanal pembayaran
memproses NSICCS. (a.l mesin ATM, EDC, agen, dan payment gateway),
serta interoperabilitas instrumen pembayaran.
b. Implementasi Teknologi Chip dan PIN Online Enam Sebagai tindak lanjut atas ketentuan tersebut, Bank
Digit pada Kartu ATM/Debit Indonesia saat ini sedang menyusun peraturan
Sejak 2015, Bank Indonesia telah mengeluarkan pelaksanaan mengenai Gerbang Pembayaran
ketentuan mengenai implementasi Standar Nasional.
Nasional Teknologi Chip dan penggunaan Personal

23 Peraturan Bank Indonesia tentang Nomor 19/8/PBI/2017 tentang Gerbang Pembayaran Nasional (National Payment Gateway/NPG)

83
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
d. Perluasan Penggunaan Central Bank Money (CeBM) dan obligasi. Sampai dengan akhir Juni 2017, jumlah
untuk Setelmen Dana Transaksi Surat Berharga di investor yang aktif dan telah menggunakan Nomor
Pasar Modal Tunggal Identitas Investor tercatat sebanyak 185,25
Bank Indonesia terus berupaya untuk memperluas ribu investor, atau 99,87% dari total investor yang
implementasi penggunaan CeBM untuk setelmen tercatat pada periode yang sama, yaitu sebanyak
dana transaksi non-Surat Berharga Negara (SBN) 185,49 ribu investor.
yang dilakukan oleh Perusahaan Efek (PE) di pasar
g. Optimalisasi Layanan Bulk Payment Sistem Kliring
modal (Implementasi CeBM Tahap III/Full CeBM).
Nasional Bank Indonesia (SKNBI)
Untuk itu, Bank Indonesia mengadakan pertemuan
Untuk mendorong penggunaan Layanan Bulk Payment
level teknis bersama dengan Otoritas Jasa Keuangan
SKNBI, Bank Indonesia terus melakukan koordinasi
(OJK), Self-Regulatory Organization (SRO) di pasar
dengan piloting bank yang telah berkembang menjadi
modal (PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia/KSEI),
12 (dua belas) bank.
dan 19 (sembilan belas) PE yang diidentiÄkasi
teraÄliasi dengan bank umum. Pada triwulan II-2017, Bank Indonesia juga melakukan
coaching clinic untuk mengidentiÄkasi permasalahan
Pertemuan membahas mengenai mekanisme teknis
ataupun kendala yang dialami oleh perbankan
dan isu-isu yang dihadapi oleh PE dalam implementasi
dalam pengembangan Layanan Bulk Payment
CeBM untuk setelmen dana transaksi Non-SBN.
SKNBI, khususnya Layanan Penagihan Reguler
Pertemuan itu juga untuk mendorong PE agar segera
SKNBI. Beberapa kendala yang dihadapi antara lain
mengimplementasikan penggunaan CeBM.
terkait dengan kesiapan dari bank counterpart untuk
e. Financial Technology Office melayani pembuatan standing instruction.
Seiring berkembangnya financial technology
Selain coaching clinic, Bank Indonesia juga
(fintech), Bank Indonesia telah mendirikan Fintech
melakukan survei guna memperoleh informasi yang
OfÄce guna memenuhi kebutuhan masyarakat,
lebih mendalam mengenai potensi dan kendala dalam
termasuk di bidang jasa sistem pembayaran, baik
pengembangan Layanan Bulk Payment SKNBI. Survei
dari sisi instrumen, penyelenggara, mekanisme,
itu mencakup bank, nasabah korporasi, maupun
maupun infrastruktur penyelenggaraan pemrosesan
nasabah individual.
transaksi pembayaran; memfasilitasi perkembangan
inovasi ekosistem fintech; meningkatkan daya saing Sampai dengan triwulan II-2017, transaksi Layanan
industri fintech Indonesia; serta melengkapi dan Bulk Payment SKNBI telah mencapai 66 ribu transaksi
merumuskan pengaturan secara komprehensif untuk dengan nilai sebesar Rp68,3 miliar. Mayoritas transaksi
memberikan arah dan pedoman yang semakin jelas merupakan transaksi Layanan Pembayaran Reguler
kepada penyelenggara jasa sistem pembayaran dan (99,9%) yang antara lain dimanfaatkan peserta untuk:
penyelenggara penunjang transaksi pembayaran, pembayaran gaji pensiun, pembayaran gaji karyawan
serta kepada masyarakat. Fintech OfÄce juga akan perusahaan, pengembalian dana setoran BPIH (haji),
menyerap informasi dan memberikan umpan balik pencairan koperasi karyawan, penyaluran dana
untuk mendukung perumusan kebijakan Bank Bantuan Operasional Sekolah (BOS), penyaluran
Indonesia sebagaimana yang telah dilakukan negara beasiswa, pembayaran tagihan rumah sakit, dan
lain. Fintech Office juga akan mempersiapkan pelimpahan transaksi biller (FINNET). Transaksi
Indonesia untuk mengoptimalkan perkembangan tersebut aktif dikirimkan oleh 14 (empat belas) bank.
teknologi untuk pengembangan perekonomian. Untuk Layanan Penagihan Reguler, sampai dengan
triwulan II-2017, masih berada dalam tahap uji coba
f. Penerapan Penggunaan Nomor Tunggal Identitas
di beberapa bank.
Investor untuk Investor Surat Berharga yang
ditatausahakan di BI-SSSS h. Enhancement Aplikasi SKNBI
Penerapan Nomor Tunggal Identitas Investor ditujukan Untuk meningkatkan layanan SKNBI, pada triwulan
untuk mempermudah pelaksanaan konsolidasi data, II- 2017, Bank Indonesia melanjutkan enhancement
informasi kepemilikan, dan aktivitas investor, baik aplikasi SKNBI terkait dengan pengelolaan window
untuk Surat Berharga Negara (SBN), surat berharga time Layanan Kliring Warkat Debit dan penyempurnaan
yang diterbitkan Bank Indonesia, maupun saham laporan.

84
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
i. Penyempurnaan Ketentuan Bilyet Giro ini merupakan salah satu inisiatif untuk meningkatkan
Pada akhir 2016, Bank Indonesia telah menerbitkan keamanan bertransaksi pada APMK. Pilihan pengggunaan
ketentuan bilyet giro untuk menegaskan fungsi dan teknologi chip dan PIN 6 digit ditujukan untuk meniadakan
kedudukan bilyet giro, memperjelas hak dan kewajiban potensi fraud, keamanan bertransaksi serta mensejajarkan
para pihak, dan penerapan standar keamanan penyelenggaraan kartu ATM dan atau kartu debet dengan
minimum pada warkat bilyet giro. Ketentuan tersebut best practice internasional.
akan efektif diberlakukan mulai 1 April 2017.
Selain untuk meningkatkan keamanan, implementasi
Untuk mengatasi kendala dalam pemberlakuan NSICCS juga bertujuan meningkatkan eÄsiensi, keandalan,
ketentuan bilyet giro mengenai penyelesaian warkat dan mengutamakan kepentingan nasional. NSICCS
dengan nilai di atas Rp500 juta di luar SKNBI, Bank yang menjadi standar nasional akan mendukung upaya
Indonesia telah menyampaikan surat penegasan mewujudkan interoperabilitas dan kemandirian nasional
mengenai kewajiban bank dalam penggunaan bilyet dengan adanya kewajiban untuk memproses transaksi
giro. Sejalan dengan itu, Asosiasi Sistem Pembayaran kartu ATM dan kartu debet melalui penyelenggara
Indonesia (ASPI) telah menyusun konsep Ketentuan domestik. Dengan demikian, langkah ini menjadi
ASPI mengenai penyelesaian warkat debit dengan momentum untuk mewujudkan industri sistem pembayaran
nilai di atas Rp500 juta di luar SKNBI. yang lebih ditingkatkan kualitasnya sejalan dengan visi
Bank Indonesia mewujudkan sistem pembayaran yang
Peningkatan Perlindungan Konsumen lancar, aman, eÄsien, andal serta berkontribusi terhadap
Untuk mendorong peningkatan perlindungan konsumen perekonomian dengan tetap memperhatikan perluasan
jasa sistem pembayaran, Bank Indonesia memberikan akses, perlindungan konsumen dan kepentingan nasional.
edukasi dan sosialisasi mengenai fungsi perlindungan
Penggunaan Standar NSICCS dan PIN 6 digit wajib
konsumen dan ciri – ciri keaslian uang Rupiah kepada
diimplementasikan oleh seluruh penyelenggara kartu ATM
masyarakat pada peringatan Hari Konsumen Nasional
dan atau kartu debet yaitu prinsipal, penerbit, acquirer,
2017 di Semarang
penyelenggara kliring dan atau penyelenggara setelmen.
Sementara itu, pada triwulan II-2017 Bank Indonesia Sementara itu, teknologi NSICCS diterapkan tidak hanya
menerima pengaduan dan permintaan informasi SP pada kartu namun juga pada pada perangkat ATM, EDC,
sebanyak 4.166 yang terdiri atas pengaduan sebanyak 339 dan seluruh sistem yang digunakan untuk memproses
(8%) dan permintaan informasi 3.827 (92%). Pengaduan transaksi kartu ATM dan atau kartu debet. Sesuai dengan
konsumen mengalami penurunan 13% dibandingkan SEBI No.17/52/DKSP tanggal 30 Desember 2015,
triwulan I-2017 . implementasi secara penuh ditargetkan selesai pada 31
Desember 2021. Penyaluran bantuan sosial non tunai.
Pengaduan konsumen SP ke Bank Indonesia pada
triwulan II-2017 didominasi oleh instrumen kartu kredit ElektroniÄkasi penyaluran bantuan sosial, yaitu mengubah
sebanyak 232 (68%) diikuti kartu ATM/debet sebanyak 38 metode pembayaran bantuan sosial dari tunai menjadi non
(11%) dan transfer dana sebanyak 29 (9%). Pada triwulan tunai (elektronik) melalui sistem keagenan bank, sehingga
II-2017, permintaan informasi terkait SP ke Bank Indonesia akses keuangan menjadi luas. Hal ini telah memperoleh
didominasi penyediaan dan/atau penyetoran uang dukungan dari Presiden RI, untuk dapat memenuhi prinsip
sebanyak 2.358 (62%), kewajiban penggunaan rupiah 6T yaitu Tepat Sasaran, Tepat Jumlah, Tepat Harga, Tepat
di wilayah NKRI sebanyak 432 (11%) dan kartu kredit Waktu, Tepat Kualitas dan Tepat Administrasi.
sebanyak 261 (7%).
Bank Indonesia mengupayakan agar berbagai program
Penetapan National Standard Indonesia Chip Card penyaluran bantuan sosial non-tunai dapat dilakukan
Specification (NSICCS) sebagai Standar Nasional melalui 1 kartu (Kartu Keluarga Sejahtera) yang memiliki
Teknologi Chip Kartu ATM dan/atau kartu debit Ätur Uang Elektronik dan Tabungan Murah (Basic Saving
Bank Indonesia telah menetapkan NSICCS menjadi Account) yang dapat digunakan secara interoperabilitas
Standar Nasional kartu ATM dan atau kartu debet dan interkoneksi dalam sistem perbankan nasional.
pada 21 Juni 2017. Adapun standar dimaksud akan Sampai dengan triwulan II-2017, Bank Indonesia terus
digunakan oleh seluruh penyelenggara kartu ATM dan mendorong peningkatan penyaluran bansos non-tunai
atau kartu debet di Indonesia. Implementasi NSICCS berupa Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan
sebagai Standar Nasional dilakukan bersamaan dengan Pangan Non-Tunai (BPNT) oleh Kementerian Sosial.
penggunaan Personal Identity Number (PIN) 6 digit. Upaya Penyaluran bansos ini dilakukan melalui perbankan yang

85
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
tergabung dalam Himpunan Bank-Bank Negara (Himbara) ElektroniÄkasi Transaksi Pemerintah
dengan menggunakan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) Sampai dengan triwulan II- 2017, berbagai inisiatif strategis
yang pelaksanaannya dilakukan di 44 kabupaten/kota di Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah
(BPNT) dan di 68 Kabupaten/Kota (PKH). Penyaluran (SPPUR), seperti penyaluran bansos secara non tunai,
bansos non tunai tersebut telah disertai dengan edukasi persiapan implementasi penyaluran subsidi energi tepat
keuangan dan monitoring dengan melibatkan 28 Kantor sasaran. Inisiatif lainnya adalah, mendorong penggunaan
Perwakilan Bank Indonesia di daerah. Program BPNT dana desa secara non tunai, elektroniÄkasi transportasi
merupakan transformasi dari bantuan subsidi raskin, yaitu Jabodetabek dan ruas-ruas jalan tol. Semua inisiatif
yang semula berupa beras menjadi uang untuk membeli tersebut, terus diupayakan untuk mendorong eÄsiensi
sembako,yang diluncurkan oleh Presiden RI pada 23 perekonomian.
Februari 2017 lalu.
Kebijakan sistem pembayaran diarahkan untuk mendukung
Sejak 2016, Program Indonesia Pintar telah disalurkan kelancaran dan efektivitas transmisi kebijakan moneter.
100% secara non-tunai ke siswa. Selain itu, Bank Untuk itu, Bank Indonesia berupaya untuk memastikan
Indonesia dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ketersediaan sistem serta menjaga dan memelihara service
(Kemendikbud) tengah melakukan persiapan pelaksanaan level yang tinggi di Sistem Pembayaran Bank Indonesia
penyaluran Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di 8 (SPBI). Untuk mendorong laju pemulihan ekonomi, Bank
daerah percontohan yaitu Palembang, Bogor, Bandung, Indonesia melakukan implementasi dan monitoring
Surabaya, Semarang, Samarinda, Makassar dan Mataram. penyaluran bantuan pangan non tunai maupun penguatan
Dalam hal ini, Bank Indonesia bekerja sama dengan koordinasi dalam rangka persiapan implementasi
Kemendikbud dan Asosiasi Bank Pembangunan Daerah penyaluran subsidi energi tepat sasaran (LPG 3 kg dan
(Asbanda) mengembangkan aplikasi cash management listrik).
system (CMS). Penggunaan CMS untuk memfasilitasi
transaksi antara pihak sekolah dan mitra, akan mendukung Bank Indonesia juga memfasilitasi penyaluran dana desa
transparansi dan governance penggunaan dana BOS serta di antaranya melalui penguatan softskill badan usaha milik
pelaporan yang dipantau oleh Kemendikbud. desa (BUMDes) dan fasilitasi edukasi pembuatan proposal
berkoordinasi dengan Pemda, Bappenas, Kementerian
Pengembangan ekosistem GNNT melalui perluasan LKD Pekerjaan Umum (PU) dan Permodalan Nasional
Pengembangan dimaksud dengan menggunakan Madani (PNM). Lebih lanjut, untuk mendorong eÄsiensi
instrumen uang elektronik registered yang memiliki perekonomian nasional, kebijakan sistem pembayaran
karakteristik praktis, aman, dan eÄsien. Upaya ini menjadi dilakukan melalui percepatan implementasi perluasan
tahap awal pengenalan masyarakat unbanked kepada transaksi non tunai jalan tol dan transportasi Jabodetabek
layanan keuangan formal dan sebagai jembatan bagi
Kerja sama untuk penggunaan uang elektronik
calon nasabah untuk terhubung dengan bank. Dengan
a. Penandatanganan Nota Kespahaman untuk
menggunakan sarana teknologi dan jasa pihak ketiga (agen
memperluas kerja sama dengan Kementerian
bank), maka perluasan akses keuangan dapat dicapai
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
dengan lebih cepat. Perluasan layanan keuangan digital
Kebudayaan untuk penyaluran bantuan dan/atau
(LKD) sebagai agen bank harus tetap memperhatikan
subsidi energi secara elektronik melalui Kartu
prinsip kehati-hatian dan perlindungan konsumen. Hingga
Keluarga Sejahtera (KKS).
bulan Juni 2017, telah terdapat 160.524 agen LKD yang
tersebar di 491 Kabupaten/Kota. b. Penandatanganan kerja sama dengan Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk
Saat ini, Bank Indonesia tengah melakukan upaya
memperluas elektroniÄkasi jalan tol menuju penerapan
sinkronisasi LKD antar lembaga. Agen LKD yang merupakan
Multi Lane Free Flow (MLFF).
perpanjangan tangan bank saat ini telah digunakan pula
sebagai channel dalam penyaluran bantuan sosial secara
non tunai.

86
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Menghadirkan Elektronifikasi Jalan Tol BOKS

Pembangunan infrastruktur akan menjadi stimulus utama bagi pertumbuhan ekonomi yang pada gilirannya
meningkatkan daya beli dan kualitas hidup masyarakat. Pembangunan infrastruktur berbasis konektivitas, terutama
infrastruktur dasar seperti jalan tol, akan menghadirkan wujud nyata peningkatan eÄsiensi dalam perekonomian
nasional, termasuk di dalamnya pembangunan jalan tol trans Jawa dan trans Sumatera yang saat ini tengah
digenjot percepataan penyelesaiannya.
Sebelumnya, perjalanan Jakarta-Cirebon perlu ditempuh paling tidak dalam waktu 6-8 jam, saat ini telah dapat
ditempuh hanya dalam waktu 3-4 jam. Meski demikian, eÄsiensi yang didapat tentu belum optimal apabila
masyarakat masih harus antre panjang untuk dapat mengaksesnya. Dalam momentum seperti liburan panjang,
misalnya, seringkali diwarnai antrean yang panjang di gerbang-gerbang tol. Selain terbuangnya waktu dan
berkurangnya kenyamanan pengguna, antrean yang terjadi di gerbang tol juga menambah beban biaya bahan
bakar bagi masyarakat.
Dalam Rapat Kabinet Terbatas pada April 2016, Presiden RI Joko Widodo meminta agar pembayaran tol ke
depan dilaksanakan seluruhnya secara non-tunai. Bank Indonesia tentu menyambut baik dan berkomitmen penuh
bersama dengan Kementerian PUPR untuk menindaklanjuti arahan Presiden RI tersebut untuk menghadirkan
sistem pembayaran non tunai yang aman, cepat, dan eÄsien di seluruh ruas tol.
ElektroniÄkasi pembayaran tol akan membawa manfaat bagi pengguna maupun Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) atau
operator. Dari sisi pengguna, pembayaran secara non tunai akan memberi masyarakat rasa aman karena jumlah
yang dibayar akurat sesuai dengan tarif. Proses transaksi juga jauh lebih cepat dan nyaman karena tidak diperlukan
waktu tambahan untuk menghitung uang, tidak ada uang kembalian, dan tidak ada risiko uang terjatuh. Bagi BUJT,
elektroniÄkasi pembayaran akan menurunkan paling tidak 4 risiko, yaitu (1) risiko fraud karena masih ada proses
manual yang dilakukan oleh manusia; (2) risiko kesalahan penghitungan penerimaan dan pengembalian; (3) risiko
penerimaan uang palsu; dan (4) risiko keamanan sewaktu pengumpulan uang tunai, selain tentunya mengurangi
biaya operasional cash handling.
Bank Indonesia bersama Kementerian PUPR memandang perlu untuk mempercepat penetrasi penggunaan
layanan non-tunai di 35 ruas tol yang saat ini baru mencapai 23-25%. Sejak 2016, kedua institusi bersama dengan
operator tol dan perbankan bersinergi untuk fokus pada 3 aspek utama yang perlu dibenahi, yaitu:

1. Aspek Kelembagaan, akan dibentuk suatu single payment gateway atau konsorsium Electronic Toll Collection
(ETC) yang menjalankan 3 fungsi utama, yaitu (1) penyediaan reader dan aplikasi terkait; (2) rekonsiliasi
dan sinkronisasi data transaksi dengan data lalu lintas antara operator tol dengan bank; dan (3) membagi
pendapatan secara proporsional kepada setiap operator tol yang ruasnya saling terintegrasi. Saat ini, paling
tidak ada 22 BUJT yang masih membangun hubungan dengan perbankan secara bilateral. Hal ini membuat
sistem menjadi tidak eÄsien. Oleh karena itu, sistem akan diubah yang tentunya sesuai dengan global best
practices.

2. Aspek Bisnis akan diwujudkan lingkungan saling interkoneksi dan interoperabilitas di antara produk uang
elektronik. Dengan demikian, layanan non-tunai di tol dapat berasal dari uang elektronik berbagai bank atau
bersifat multi issuer dan non eksklusif.

3. Aspek Teknis akan diatur dan disepakati standar proses bisnis pada front - end yaitu reader yang mampu
membaca standar 2 SAM & 10 Applet, pada middle - end yaitu standardisasi SOP pemrosesan dan switch
data transaksi, serta pada back - end yaitu standardisasi mekanisme rekonsiliasi data transaksi.
Agenda elektroniÄkasi tol memiliki visi sampai kepada penerapan Multi Lane Free Flow, atau transaksi pengguna
tanpa harus menghentikan atau menurunkan kecepatan kendaraannya. Bagaimanapun, pentahapan yang cermat
diperlukan untuk mempersiapkan berbagai aspek mulai dari infrastruktur, model bisnis, regulasi, sampai dengan
pemahaman dan kesiapan masyarakat. Oleh karena itu, akan terdapat 4 tahapan utama yang akan diarahkan
Kementerian PUPR bersama Bank Indonesia dalam pelaksanaannya, yaitu:

87
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
1. Tahap elektronifikasi jalan tol 100%. Seluruh masyarakat akan didorong untuk bertransaksi non tunai, yang
saat ini telah dapat dilakukan di seluruh gardu. Dalam hal ini, masyarakat akan diberikan kemudahan untuk
memperoleh dan mengisi ulang (top - up) saldo uang elektronik, yang disertai edukasi dan sosialisasi secara
masif. Tahapan ini menjadi sangat penting guna mengawal transisi masyarakat menuju kewajiban non tunai
paling lambat pada akhir Oktober 2017 yang akan diatur oleh Kementerian PUPR.

2. Tahap integrasi tarif dan gerbang. Pengguna nantinya cukup tapping satu kali pada saat masuk dan keluar
tol, dan tidak diperlukan transaksi di antara ruas tol beda operator yang saling terhubung, namun dengan
rekonsiliasi dan pertanggungjawaban sistem pembayaran yang tetap terjaga. Integrasi ini diharapkan selesai
untuk seluruh ruas paling lambat pada akhir Desember 2017.

3. Tahap pembentukan konsorsium ETC dengan target beroperasi paling lambat pada Desember 2017. Seiring
dengan itu, seluruh bank yang ingin menyediakan layanan pembayaran non tunai di tol cukup terhubung
dengan konsorsium ETC, dan aset infrastruktur sistem pembayaran tol yang ada juga akan dialihkan kepada
lembaga ini.

4. Tahap penerapan Multi Lane Free Flow akan diawali dengan kajian mendalam untuk menjawab kebutuhan
desain, teknologi, dan kesiapan dari masing-masing ruas tol, sebelum diimplementasikan paling lambat pada
akhir tahun 2018.
Dalam menyukseskan inisiatif elektroniÄkasi jalan tol ini, Bank Indonesia memandang terdapat 5 prinsip utama
yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Terciptanya interkoneksi dan interoperabilitas transaksi
2. Menghargai investasi yang telah dilakukan oleh industri yang telah berpartisipasi
3. Tidak menimbulkan rente ekonomi
4. Bersifat non-eksklusif
Kesepakatan bersama Bank Indonesia dan Kementerian PUPR pada 31 Mei 2017 telah ditindaklanjuti bersama
Badan Pengatur jalan tol (BPJT), 22 Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) yang mengelola 35 ruas, dan perbankan dalam
rangkaian kegiatan dan koordinasi implementasi action plan ElektroniÄkasi Jalan Tol pada empat tahapan.
Rencana aksi itu menunjukkan perkembangan cukup signiÄkan. Hal itu terlihat dari peningkatan penetrasi
elektroniÄkasi jalan tol yang naik ke 28% pada Juni 2017 dan mencapai 33,16% selama arus mudik lebaran,
setelah sebelumnya hanya tercatat sebesar 22% pada April 2017. Bahkan pada ruas Tol Dalam Kota Jakarta dan
Jakarta Outer Ring Road (JORR) pada periode arus mudik dapat mencapai 40%.
Perkembangan positif ini mengindikasikan masyarakat menyambut baik rencana penerapan elektroniÄkasi jalan
tol dengan mulai beralih kepada pembayaran non tunai menggunakan uang elektronik. Program sosialisasi dan
edukasi dilakukan sejak Mei 2017 dan secara masif pada Juni 2017, khususnya untuk menghadapi arus mudik
lebaran. Program edukasi dan sosialisasi melalui iklan advertorial di media cetak nasional dan media online, ad-
lips di radio-radio daerah dan pemasangan spanduk di seluruh 35 ruas tol telah mampu mengajak masyarakat
menggunakan uang elektronik.
Program kampanye “Ajakan Bertransaksi Non Tunai di Jalan Tol” juga dipublikasikan melalui media sosial.
Selain itu, program kampanye ini juga menyiapkan call center bersama yang dapat dihubungi masyarakat untuk
menampung keluhan pengguna jalan tol, sehingga dapat direspons secara cepat oleh BUJT dan perbankan untuk
segera diperbaiki atau diselesaikan.
Penyediaan infrastruktur untuk penyediaan fasilitas penjualan dan top up / isi ulang uang elektronik terus disiapkan.
Untuk memudahkan pengguna, perbankan dan BUJT akan menambahkan lokasi top up baru dari 21 lokasi top up
yang saat ini telah tersedia di ruas tol Jabodetabek.
Saat ini, standar operating procedure (SOP) bersama antara BUJT dan perbankan yang mengatur tentang proses
bisnis dari frontend hingga back end telah diselesaikan. SOP ini akan digunakan sebagai dasar bersama dalam
proses penyelesaian transaksi dan apabila terjadi dispute yang kerap memperpanjang waktu penyelesaian
transaksi. Selain itu, sistem monitoring tools yang terstandardisasi antar-BUJT untuk memastikan akurasi data
rekonsiliasi juga telah tersedia.

88
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Dari aspek bisnis, Bank Indonesia bersama BPJT, perbankan dan BUJT pada 11 Juli 2017 telah menyepakati untuk
menghentikan kontrak eksklusif dan meniadakan fee 0,3% dari bank ke BUJT. Hal ini dilakukan untuk mendukung
terciptanya model bisnis yang berkelanjutan dan sehat.
Ke depan, bank-bank anggota Himbara telah siap mendukung penerapan multiissuer dengan kerja sama non-
eksklusif, termasuk mengubah kontrak exsisting yang menghambat masuknya penerbit lain. Seluruh bank anggota
Himbara dan beberapa bank swasta telah berkomitmen untuk mendukung penerapan program elektroniÄkasi
pembayaran jalan tol pada Oktober 2017.

Indonesia bersama kepolisian dapat melakukan


Pengawasan terhadap Penyelenggara Transfer Dana (PTD)
upaya penertiban sesuai kewenangan Bank Indonesia
dan Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank
sebagai pengatur dan pengawas kegiatan TD.
(KUPVA BB)
Bank Indonesia bersama Polri membahas strategi Saat ini, penyelenggara TD ilegal telah pula
penguatan keamanan kegiatan sistem pembayaran. memanfaatkan berbagai teknologi terkini untuk
Fokus pembahasan pada penegakan hukum terhadap mempersulit otoritas dalam mendeteksi kegiatan
pelanggaran atas penyelenggaraan PTD ilegal dan KUPVA ilegal yang dilakukan. Untuk itu, Bank Indonesia akan
BB Tidak Berizin. selalu melakukan sharing informasi dengan kepolisian
a. Penegakan hukum terhadap Penyelenggara Transfer dan lembaga terkait, khususnya terhadap modus-
Dana Ilegal modus cyber crime yang berkembang saat ini.

Berkembangnya berbagai macam mekanisme Selain itu, untuk memperlancar proses penyelidikan
transfer dana (TD) dengan memanfaatkan teknologi dan penyidikan oleh Polri, Bank Indonesia mendukung
telah mendorong tumbuhnya penyelenggara transfer sepenuhnya antara lain dengan menyediakan ahli
dana (PTD) tanpa izin Bank Indonesia (ilegal). yang kompeten.
Untuk mencegah dimanfaatkannya PTD Ilegal
sebagai sarana tindak kejahatan, Bank Indonesia b. Penegakan hukum terhadap KUPVA BB Tidak Berijin
perlu memastikan seluruh PTD memperoleh izin Pada triwulan II-2017, Bank Indonesia telah
dan mematuhi ketentuan yang berlaku. Dalam UU melakukan pemeriksaan terhadap 24 penyelenggara
No.3 Tahun 2011 tentang Transfer Dana telah diatur kegiatan usaha penukaran valuta asing bukan bank
ancaman pidana bagi pihak yang melakukan kegiatan (KUPVA BB) yang berada di tingkat pusat maupun di
tanpa izin Bank Indonesia, yaitu pidana penjara paling daerah .
lama 3 tahun atau denda paling banyak Rp3 miliar.
Bank Indonesia telah melakukan pemetaan terhadap
Bank Indonesia terus bekerja sama dengan Kepolisian KUPVA BB tidak berizin di seluruh Indonesia.
RI dalam melakukan identiÄkasi dan penertiban PTD KUPVA BB yang tidak memiliki izin Bank Indonesia
Ilegal di seluruh wilayah NKRI dan melakukan proses banyak dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan sebagai
hukum sesuai UU tersebut. media untuk melakukan extraordinary crime seperti
pencucian uang, perdagangan narkoba, korupsi,
Untuk mengidentiÄkasi pelaku TD ilegal, seluruh
hingga pendanaan terorisme.Per 31 Maret 2017
KPwBI DN akan memetakan (mapping) PTD ilegal
ditemukan 783 KUPVA BB tidak berizin yang tersebar
di seluruh wilayah Indonesia. Selanjutnya, Bank
di seluruh wilayah Indonesia.

89
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Terhadap pelaku KUPVA BB Tidak Berizin, Bank penukaran valuta asing tanpa izin, koordinasi antara
Indonesia telah melakukan upaya persuasif dengan Bank Indonesia an Kapolda dan/atau Kapolres dan
mengimbau yang bersangkutan untuk mengajukan instansi serta lembaga terkait di wilayah kerja akan
izin kepada Bank Indonesia. Upaya tersebut antara terus dilakukan.
lain dilakukan dengan mendatangi lokasi usaha
KUPVA BB Tidak Berizin dan menyampaikan surat
3.3.2. Kebijakan Pengelolaan Uang
peringatan untuk menghentikan kegiatan usahanya
dan segera mengajukan izin kepada Bank Indonesia.

Selain itu, Bank Indonesia telah berkoordinasi dengan


berbagai instansi terkait seperti Kepolisian RI, Badan
Narkotika Nasional (BNN), Komisi Pemberantasan
Kebijakan umum pengelolaan uang Rupiah
Korupsi (KPK), Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan (PPATK), Kejaksaan Agung,
diarahkan untuk mencapai tiga pilar, yaitu (i)
Kemendag, dan Kemenkumham untuk melakukan ketersediaan uang yang berkualitas dan terpercaya,
kegiatan penertiban terhadap KUPVA tidak berizin. (ii) distribusi dan pengolahan uang yang aman dan
Upaya penertiban tersebut dimaksudkan untuk optimal, serta (iii) layanan kas yang prima.
mencegah dimanfaatkannya KUPVA sebagai sarana
kejahatan extraordinary crime dan kejahatan lainnya.

Berdasarkan koordinasi tersebut, Bank Indonesia Kebijakan umum pengelolaan uang Rupiah diarahkan
bersama dengan Kepolisian RI telah melakukan untuk mencapai tiga pilar. Pertama, ketersediaan uang
tindakan tegas terhadap pihak-pihak yang melakukan yang berkualitas dan terpercaya. Kedua, distribusi
kegiatan penukaran valuta asing tanpa izin setelah dan pengolahan uang yang aman dan optimal. Ketiga,
berakhirnya masa transisi pemberlakuan ketentuan. layanan kas yang prima. Pelaksanaan ketiga pilar tersebut
Tindakan penertiban dilakukan dengan menghentikan bertujuan untuk mencapai misi Bank Indonesia di bidang
kegiatan usaha penukaran valuta asing tanpa izin dan pengelolaan uang Rupiah yaitu memenuhi kebutuhan uang
menempelkan stiker sebagai pemberitahuan bahwa Rupiah di masyarakat dalam jumlah nominal yang cukup,
kegiatan tersebut tidak memiliki izin Bank Indonesia. jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi
Kegiatan penertiban KUPVA BB Tidak Berizin telah layak edar di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
dilakukan secara intensif oleh Bank Indonesia Indonesia.
bersama dengan Kepolisian RI. Per 30 Juni 2017 telah
ditertibkan 365 KUPVA BB Tidak Berizin di 21 wilayah Ketersediaan Uang Rupiah
satuan kerja Bank Indonesia. Dalam mencapai pilar pertama, yaitu ketersediaan uang
yang berkualitas dan terpercaya, selama triwulan II-2017,
Pelanggaran yang dilakukan terutama dalam Bank Indonesia melakukan kegiatan sebagai berikut:
bentuk pemasangan tanda izin KUPVA BB palsu,
a. Koordinasi dengan Pemerintah RI dalam perencanaan,
penjualan izin Kantor Cabang oleh KUPVA BB berizin,
pencetakan, dan pemusnahan uang
Kantor Cabang tanpa izin Bank Indonesia, tidak
menempatkan identitas dan logo KUPVA BB di lokasi, Untuk memenuhi amanat Undang-undang Mata Uang,
pemenuhan stock valuta asing KUPVA BB berasal secara berkala Bank Indonesia menyusun Estimasi
dari KUPVA BB Berizin, dan KUPVA BB tidak berizin Kebutuhan Uang (EKU). EKU merupakan perhitungan
yang melayani transfer dana tidak berizin. proyeksi kebutuhan uang Rupiah yang meliputi
jumlah dan komposisi pecahan, baik untuk wilayah
Dari hasil monitoring pascapenertiban, ditemukan Kantor Pusat Bank Indonesia (KPBI) maupun Kantor
adanya penyelenggara yang memindahkan/menutup/ Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri (KPwBI DN)
merusak stiker dan masih beroperasi. Bank Indonesia dalam periode tertentu. Penyusunan EKU digunakan
telah menyampaikan informasi dimaksud kepada sebagai acuan Bank Indonesia dalam menetapkan
Kepolisian RI untuk dapat ditindak tegas oleh kebijakan strategis berupa penetapan rencana
kepolisian untuk memberikan efek jera berdasarkan pencetakan uang Rupiah dan pengadaan bahan baku
ketentuan perundang-undangan yang berlaku. uang Rupiah guna memenuhi kebutuhan uang kartal
di masyarakat, mengganti uang Rupiah yang tidak
Agar kegiatan ini terus berlanjut sehingga dapat
layak edar (UTLE), serta menjaga kecukupan kas
menekan, bahkan mencegah timbulnya kegiatan
Bank Indonesia.

90
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Pada triwulan II-2017, Bank Indonesia melakukan uang Rupiah yang dimusnahkan periode triwulan
kegiatan workshop Perencanaan, Pengadaan, dan I-2017 kepada Kementerian Keuangan. Hal tersebut
Distribusi Uang Wilayah Barat dan Timur. Workshop merupakan pelaksanaan amanat Undang-undang
tersebut mencakup dua kegiatan. Pertama, melakukan Mata Uang24. Sementara itu, laporan pemusnahan
review EKU untuk periode 2017 berdasarkan periode triwulan II-2017 disampaikan kepada
perkembangan indikator ekonomi terkini. Kedua, Kementerian Keuangan pada Juli 2017.
menyusun proyeksi awal kebutuhan uang kartal untuk
periode 2018 dan 2019 berdasarkan proyeksi asumsi b. Pengeluaran uang Rupiah
makro ekonomi yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia Pengeluaran uang Rupiah oleh Bank Indonesia
maupun pemerintah sebagai bentuk dari koordinasi dilakukan dalam bentuk uang Rupiah emisi baru,
kedua instansi negara sebagaimana amanat Undang- uang Rupiah desain baru, dan uang Rupiah khusus
Undang Mata Uang. Workshop tersebut dihadiri oleh (commemorative currency). Setiap pengeluaran uang
Kementerian Keuangan, Perum Peruri, dan seluruh Rupiah didukung dengan suatu perencanaan yang
KPwBI DN yang memiliki fungsi perkasan. matang dan komprehensif, agar uang Rupiah yang
diterbitkan memiliki kualitas yang baik sehingga
Bank Indonesia berkomitmen untuk menyediakan kepercayaan masyarakat terhadap uang Rupiah yang
uang layak edar bagi masyarakat, yaitu uang Rupiah diedarkan tetap terjaga.
asli yang memenuhi persyaratan untuk diedarkan
berdasarkan standar kualitas yang ditetapkan oleh Sesuai amanat UU Mata Uang, Bank Indonesia
Bank Indonesia. Penyediaan uang Rupiah yang mengeluarkan uang Rupiah Tahun Emisi 2016
berkualitas sangat penting dalam menjaga integritas yang memuat ciri umum uang Rupiah kertas paling
Rupiah sebagai salah satu simbol kedaulatan Negara sedikit memuat gambar lambang negara “Garuda
Republik Indonesia. Selain itu, uang yang layak edar Pancasila”, frasa “Negara Kesatuan Republik
akan memberikan kenyamanan bertransaksi bagi Indonesia”, sebutan pecahan dalam angka dan
masyarakat. huruf sebagai nilai nominalnya, tanda tangan pihak
Pemerintah dan Bank Indonesia, nomor seri pecahan,
Salah satu langkah Bank Indonesia menyediakan teks “DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
uang yang layak edar di masyarakat adalah kegiatan ESA, NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
pemusnahan uang. Uang yang dimusnahkan oleh MENGELUARKAN RUPIAH SEBAGAI ALAT
Bank Indonesia merupakan uang yang tidak layak PEMBAYARAN YANG SAH DENGAN NILAI ….”, dan
edar, baik berupa uang lusuh, uang rusak maupun tahun emisi serta tahun cetak. Sementara itu, untuk
uang Rupiah yang masih layak edar yang dengan uang Rupiah logam paling kurang memuat gambar
pertimbangan tertentu tidak lagi mempunyai manfaat lambang negara “Garuda Pancasila”, frasa “Republik
ekonomis dan/atau kurang diminati oleh masyarakat. Indonesia”, sebutan pecahan dalam angka dan
Pemusnahan juga dilakukan terhadap uang yang nominal sebagai nilai nominalnya, dan tahun emisi.
telah dicabut/ditarik dari peredaran.
Untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
Selama triwulan II-2017, Bank Indonesia melakukan masyarakat terhadap pengeluaran uang Rupiah tahun
pemusnahan sebanyak 1,4 miliar lembar uang emisi 2016, selama triwulan II-2017, Bank Indonesia
kertas senilai Rp48,3 triliun. Jumlah lembar dan secara berkesinambungan terus melakukan kegiatan
nilai nominal uang yang dimusnahkan tersebut sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah di berbagai
lebih rendah masing-masing sebesar 30,4% dan daerah kepada seluruh lapisan masyarakat.
25,8% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
(2,0 miliar lembar uang kertas senilai Rp65,1 triliun). c. Kerja sama pencetakan uang Rupiah dengan
Penurunan jumlah uang yang dimusnahkan tersebut Perusahaan Umum Pencetakan Uang Republik
salah satunya disebabkan menurunnya jumlah uang Indonesia (Perum Peruri)
yang masuk ke Bank Indonesia (inflow) pada periode Pencetakan uang Rupiah dilakukan oleh Bank
laporan. Indonesia berdasarkan suatu rencana cetak tahunan.
Rencana tersebut mencakup jumlah nominal dan
Pada triwulan II-2017, Bank Indonesia juga telah
jumlah lembar untuk uang Rupiah kertas maupun
menyampaikan laporan jumlah dan nilai nominal

24 Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang dan Nota Kesepahaman Nomor 14/1/GBI/DPU/NK/MOU-5/MK.05/2012 tanggal 27 Juni
2012 tentang Pelaksanaan Koordinasi Dalam Rangka Perencanaan dan Pencetakan serta Pemusnahan Uang Rupiah

91
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
jumlah nominal dan keping untuk uang Rupiah ditunjuk oleh bank dan pihak selain bank (perorangan,
logam. Sesuai amanat UU Mata Uang, pencetakan badan hukum, atau lembaga yang melakukan fungsi
uang Rupiah dilaksanakan di dalam negeri dengan penyelidikan dan penyidikan).
menunjuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Pada triwulan II-2017, kegiatan yang dilakukan
sebagai pelaksana pencetakan uang Rupiah. Untuk
dalam rangka pencegahan terhadap tindak pidana
menjamin agar pencetakan uang Rupiah dilakukan
kejahatan mata uang Rupiah.
sesuai dengan rencana yang ditetapkan, Bank
Indonesia terus berupaya meningkatkan kerja sama 1) Sosialisasi dan edukasi mengenai Pengelolaan
dengan Perum Peruri, baik dalam penetapan jadwal Uang Rupiah
pencetakan maupun selama proses pencetakan
Sebagai upaya preemptif untuk mencegah
uang Rupiah pada triwulan II-2017. Hal ini dilakukan
meluasnya peredaran uang palsu, Bank Indonesia
untuk mendukung pencapaian misi Bank Indonesia
melakukan kegiatan sosialisasi dan edukasi
di bidang pengelolaan uang Rupiah, yaitu memenuhi
publik mengenai ciri keaslian uang Rupiah. Bank
kebutuhan uang Rupiah di masyarakat dalam jumlah
Indonesia juga melakukan publikasi melalui
nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat
melalui media massa, baik media elektronik
waktu, dan dalam kondisi yang layak edar di seluruh
(televisi), media cetak (buku, majalah), maupun
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
secara viral melalui media sosial.
Pada triwulan II-2017, realisasi cetak uang Rupiah
Kegiatan sosialisasi dan edukasi publik mengenai
mencapai Rp70,9 triliun yang terdiri atas 2,4 miliar
Ciri Keaslian Uang Rupiah yang dilakukan oleh
lembar uang kertas senilai Rp70,6 triliun atau 90,9%
Bank Indonesia menyasar ke berbagai segmen
dari rencana cetak pada triwulan laporan dan 597,4
stakeholders, antara lain masyarakat umum,
juta keping uang logam senilai Rp386,1 miliar atau
pelajar dan akademisi, aparatur penegak hukum,
99,1% dari rencana cetak pada triwulan laporan.
ulama, dan perbankan. Hal ini dilakukan untuk
Dengan perkembangan tersebut, total realisasi cetak
meningkatkan pemahaman dan pengetahuan
uang Rupiah sampai dengan triwulan II-2017 telah
seluruh stakeholders antara lain mengenai ciri-
mencapai Rp122,7 triliun atau 101,0% dari rencana
ciri keaslian uang Rupiah dan unsur-unsur
cetak Rupiah sebesar Rp121,6 triliun.
pengaman uang, khususnya uang Rupiah Tahun
d. Pencegahan terhadap tindak pidana kejahatan mata Emisi 2016, tata cara pelaporan uang palsu, dan
uang Rupiah tata cara penggantian uang rusak. Materi yang
disampaikan juga bertujuan untuk memberikan
Dalam menjalankan tugasnya memenuhi kebutuhan
pemahaman stakeholders terhadap isu-isu yang
uang Rupiah di masyarakat, salah satu tantangan yang
mewarnai penerbitan uang Rupiah Tahun Emisi
dihadapi oleh Bank Indonesia adalah peredaran uang
2016.
Rupiah palsu. Peredaran uang Rupiah palsu secara
langsung merugikan masyarakat, karena tidak ada Selama triwulan II-2017, Bank Indonesia telah
penggantian terhadap uang palsu yang tanpa sengaja melakukan 46 kegiatan sosialisasi dan edukasi
diterima oleh masyarakat. Peredaran uang palsu juga publik, baik kepada pihak internal maupun pihak
berpotensi mengganggu kestabilan ekonomi nasional eksternal, dengan jumlah peserta mencapai
dan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap sebanyak 14.620 orang. Dengan demikian, sejak
uang Rupiah. Januari s.d. Juni 2017, Bank Indonesia telah
melakukan 112 kegiatan sosialisasi dan edukasi
Untuk meningkatkan pencegahan uang Rupiah palsu
publik dengan jumlah peserta sebanyak 18.506
di wilayah NKRI, Bank Indonesia mengeluarkan
orang.
ketentuan mengenai Tata Cara KlariÄkasi atas Uang
Rupiah yang Diragukan Keasliannya25. Surat Edaran Khusus kepada perbankan dan Asosiasi
ini diterbitkan dengan tujuan menjadi pedoman Perusahaan Jasa Angkutan Uang Tunai Indonesia
pelaksanaan ketentuan terhadap klariÄkasi atas (Apjatin) yang berperan sebagai ujung tombak
uang Rupiah yang diragukan keasliannya. Ketentuan dalam penyaluran uang Rupiah ke masyarakat,
ini dapat digunakan oleh bank atau pihak lain yang

25 Surat Edaran Bank Indonesia No.18/28/DPU tanggal 24 November 2016 yang mencabut Surat Edaran No.6/49/DPU tanggal 14 Desember 2004 perihal Permintaan
Klarifikasi oleh Masyarakat dan Bank atas Uang yang Diragukan Keasliannya dan Laporan Penemuan Uang Palsu oleh Bank

92
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Bank Indonesia melakukan kegiatan sosialisasi Data dan analisis dari BICAC selanjutnya akan
(atau training of trainers) sebanyak 23 kali dengan dikoordinasikan dengan Kepolisian RI untuk
jumlah peserta 1.250 orang. Peserta kegiatan memperkuat penanggulangan pemalsuan uang
sosialisasi tersebut adalah perwakilan seluruh Rupiah.
perbankan di Indonesia dan seluruh perusahaan
Pada triwulan laporan, Kantor Pusat Bank
jasa pengolahan uang Rupiah yang menjadi
Indonesia telah melakukan lima kali pemeriksaan
anggota Apjatin.
laboratorium terhadap uang Rupiah yang diduga
Selain itu, selama triwulan laporan, Bank palsu dan tujuh kali pemberian keterangan ahli
Indonesia juga melakukan sosialisasi di beberapa pada kasus tindak pidana pemalsuan uang
wilayah di Indonesia yaitu Jakarta, Tangerang, Rupiah di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Mega Mendung, Batam, Surabaya, Bandung, Barang bukti uang Rupiah yang diduga palsu
Denpasar, Yogyakarta, Solo, Banjarmasin, dan berdasarkan pemeriksaan Kepolisian berjumlah
berbagai wilayah di pulau Sumatera, serta di 208 lembar pecahan Rp100.000 dan 818 lembar
Hong Kong. Sosialisasi itu dalam bentuk tatap pecahan Rp50.000.
muka dan pameran dengan peserta berasal
Berkaitan dengan kerja sama antarlembaga
dari masyarakat umum, aparat penegak hukum
negara, pada Juni 2017, Gubernur Bank Indonesia
(Aparkum), dan dosen/pelajar/mahasiswa dengan
dan Kapolri menyelenggarakan video conference
total peserta sebanyak 13.370 orang.
dengan seluruh kepala Kepolisian Daerah dan
Selain sosialisasi dan edukasi secara langsung Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Indonesia.
kepada masyarakat, Bank Indonesia melakukan Video conference ini menandai kerja sama
publikasi mengenai uang Rupiah untuk antara Bank Indonesia dan Kepolisian Republik
menjangkau target audien yang lebih luas. Indonesia antara lain berfokus kepada usaha
Publikasi dilakukan melalui media massa, baik pencegahan dan penanggulangan pemalsuan
media elektronik (televisi, bioskop, radio), media uang di seluruh jaringan dari hulu ke hilir.
cetak (buku, majalah, koran), maupun secara viral
melalui media sosial. Pada 2016, Polri telah berhasil mengungkap 111
kasus uang palsu, dan melaksanakan proses
2) Selama triwulan II-2017, Bank Indonesia terus hukum terhadap distributor, pembuat, dan
mempersiapkan berbagai publikasi mengenai pemodal uang palsu. Kerja sama ini diharapkan
uang Rupiah dalam bentuk Iklan Layanan terus berlanjut dan semakin diperkuat dengan
Masyarakat (ILM) mengenai Pengelolaan Uang adanya sistem BI-CAC yang memetakan
Rupiah, Ciri-Ciri Keaslian Uang Rupiah, dan seluruh temuan uang palsu di wilayah NKRI.
Cara Merawat Rupiah. Iklan Layanan Masyarakat Selain itu, penegakan hukum tentang kewajiban
tersebut akan ditayangkan secara luas di media penggunaan Rupiah di wilayah NKRI juga semakin
elektronik (televisi, radio), media cetak (majalah, ditingkatkan. Dalam hal ini, penegakan hukum
koran) dan media sosial. Pada triwulan II- akan dilakukan oleh Polri, dengan dukungan Bank
2017, telah dilakukan publikasi Iklan Layanan Indonesia dalam bentuk penyediaan keterangan
Masyarakat mengenai Ciri-Ciri Keaslian Uang ahli dalam setiap proses hukum.
Rupiah TE 2016 pada media cetak nasional.
Distribusi dan Pengolahan Uang
Dukungan terhadap upaya represif yang dilakukan
oleh Kepolisian Republik Indonesia. Untuk mencapai pilar kedua “distribusi dan pengolahan
uang yang aman dan optimal”, Bank Indonesia melakukan
Sebagai upaya penanggulangan pemalsuan uang kegiatan antara lain:
Rupiah, Bank Indonesia memiliki laboratorium
analisis uang Rupiah palsu dan Bank Indonesia a. Peningkatan persediaan uang Rupiah di Kantor Pusat
Counterfeit Analysis Center (BICAC). Fasilitas maupun di seluruh Kantor Perwakilan Bank Indonesia
tersebut berfungsi untuk menganalisis informasi Dalam Negeri
penemuan uang Rupiah palsu, pemeriksaan Mekanisme distribusi uang Rupiah dilakukan
laboratorium terhadap barang bukti uang Rupiah dari Kantor Pusat Bank Indonesia kepada Kantor
palsu, dan pemberian keterangan ahli pada Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri (KPwBI)
kasus tindak pidana pemalsuan uang Rupiah. sebagai Depo Kas dan KPwBI lainnya serta unit kerja

93
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
kas di Kantor Pusat Bank Indonesia. Selanjutnya, Untuk memperluas layanan kas kepada masyarakat
Depo Kas akan mendistribusikan lagi kepada KPwBI di seluruh wilayah NKRI, Bank Indonesia membuka
lainnya (Gambar 3.3). Moda transportasi utama Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) baru
yang digunakan adalah moda transportasi darat yakni KPw Provinsi Kalimantan Utara (KPwBI Kaltara)
(truk dan kereta api) dan laut (kapal barang dan yang berlokasi di Tarakan. KPwBI Kaltara beroperasi
kapal penumpang). Dalam kondisi tertentu, moda penuh dengan fungsi kas dan sistem pembayaran
transportasi udara (pesawat) juga digunakan untuk untuk melayani perbankan dan masyarakat di wilayah
melakukan distribusi uang oleh Bank Indonesia. Kalimantan Utara. Fungsi penuh KPwBI Kaltara
tersebut telah beroperasi sejak soft launching pada 5
Untuk menjaga kelancaran distribusi uang, Bank Mei 2017.
Indonesia terus meningkatkan kerja sama dengan
berbagai instansi penyedia moda transportasi Selain penambahan KPwBI Kaltara, Bank Indonesia
antara lain PT Kereta Api Indonesia dan PT melengkapi layanan Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Pelayaran Nasional Indonesia. Bank Indonesia juga Provinsi Banten (KPwBI Banten) dengan fungsi kas
berkoordinasi dengan Kepolisian Negara Republik dan sistem pembayaran untuk melayani perbankan
Indonesia dan TNI AL terkait penyediaan pengawalan dan masyarakat di wilayah Banten. Kegiatan layanan
dan pengamanan jalur distribusi uang dan layanan KPwBI Banten dimulai pada kegiatan softlaunching
kas di seluruh wilayah Indonesia. tanggal 9 Juni 2017. Dengan demikian, saat ini Bank
Indonesia telah memiliki jaringan kantor dengan fungsi
Selama triwulan laporan, realisasi distribusi uang penuh yakni 1 KPBI dan 44 KPwBI untuk menjalankan
Rupiah sebesar Rp135,7 triliun dalam berbagai misi Bank Indonesia dalam bidang pengelolaan uang
pecahan atau meningkat signiÄkan sebesar 128,6% Rupiah.
(qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
Rp59,4 triliun. Berdasarkan wilayah distribusi,
distribusi uang untuk seluruh KPwDN sebesar Rp83,8
triliun (61,8%) dan untuk unit kerja kas di KPBI Rp51,9
triliun (38,2%).

Gambar 3.3. Jalur Distribusi Uang Rupiah oleh Bank Indonesia

94
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
b. Implementasi Peraturan Bank Indonesia mengenai Indonesia, PUJPR harus menerapkan prinsip good
Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Rupiah (PBI governance seperti PJPUR harus memiliki service
PJPUR) level agreement (SLA), mesin hitung uang, sarana dan
Dalam pelaksanaan tugas pengedaran Uang Rupiah infrastruktur, serta kompetensi SDM dalam melakukan
kepada masyarakat, Bank Indonesia juga melibatkan pengolahan dan mengenai keaslian uang Rupiah.
peran serta bank dan badan usaha jasa pengamanan
PJPUR yang beroperasi di Indonesia bernaung di
(BUJP) yang melakukan pengolahan uang Rupiah.
bawah Asosiasi Perusahaan Jasa Pengolahan Uang
BUJP yang melakukan pengolahan uang Rupiah
Tunai Indonesia (Apjatin) yang saat ini beranggotakan
pada awalnya hanya bergerak pada usaha kawal
28 perusahaan. Selama triwulan laporan, Bank
angkut uang. Selama ini, BUJP yang melakukan
Indonesia telah mengeluarkan izin kepada 4 (empat)
usaha kawal angkut uang telah diwajibkan untuk
BUJP yang melakukan kegiatan PJPUR di wilayah
memiliki izin operasional dari Kepolisian Negara
Indonesia, sementara itu PJPUR lainnya masih dalam
Republik Indonesia. Namun demikian, kegiatan usaha
proses peningkatan kualitas pengolahan uang sesuai
BUJP yang kemudian berkembang menjadi industri
standar Bank Indonesia.
jasa pengolahan uang Rupiah, perlu diikuti dengan
pengaturan dari Bank Indonesia mengenai standar Ke depan, industri PJPUR di Indonesia diharapkan
sarana, prasarana dan infrastruktur, sumber daya dapat tumbuh dan berkembang dalam lingkungan
manusia, manajemen risiko, dan prinsip governance persaingan usaha yang sehat serta dapat memberikan
yang baku. sumbangsih nyata untuk menjaga kedaulatan NKRI
dengan cara mendukung kegiatan Bank Indonesia
Bank Indonesia perlu memastikan kegiatan
melaksanaan kegiatan pengelolaan uang Rupiah.
pengolahan uang Rupiah yang dilakukan oleh BUJP
yang bergerak di bidang pengolahan uang sesuai Layanan Kas Prima
dengan standar yang ditetapkan Bank Indonesia. Untuk mencapai pilar ketiga “layanan kas prima”, Bank
Bank Indonesia juga mendorong atau memastikan Indonesia melakukan kegiatan melalui:
berkembangnya industri jasa pengolahan uang
Rupiah yang sehat dan bertanggungjawab. Untuk a. Kegiatan Layanan Kas Selama Periode Ramadan/Idul
itu, Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank Fitri 1438 H (2017)
Indonesia tentang Penyelenggara Jasa Pengolahan Bank Indonesia senantiasa menyediakan uang kartal
Uang Rupiah (PJPUR)26 dan ketentuan pelaksanaan (kertas dan logam) dalam jumlah yang cukup untuk
dalam bentuk Surat Edaran Bank Indonesia perihal kebutuhan masyarakat pada periode Ramadan dan
Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Rupiah27. Idul Fitri Tahun, baik secara nominal maupun per
pecahan. Bank Indonesia telah memperhitungkan
Jenis kegiatan jasa pengolahan uang Rupiah yang
kebutuhan uang kartal pada periode Ramadan
diatur dalam PBI PJPUR terdiri atas (i) distribusi
dan Idul Fitri serta telah mengantisipasi kebutuhan
uang Rupiah, (ii) pemrosesan uang Rupiah, (iii)
perbankan dan masyarakat pada periode tersebut
penyimpanan uang Rupiah di khazanah; dan/atau
yang cenderung meningkat setiap tahunnya.
(iv) pengisian, pengambilan, dan/atau pemantauan
kecukupan uang pada mesin komersial penarikan Selama periode Ramadan/Idul Fitri, Bank Indonesia
dan penyetoran uang (antara lain Automated Teller memperkirakan jumlah penarikan uang tunai oleh
Machine/ATM, Cash Deposit Machine/CDM, dan/atau perbankan dan masyarakat (outflow) mencapai
Cash Recycling Machine/CRM). Rp167,0 triliun atau naik 14,4% dari realisasi
outflow pada periode Ramadhan/Idul Fitri 2016 yang
Setiap BUJP yang akan menjadi PJPUR harus
mencapai Rp146,1 triliun. Meningkatnya proyeksi
memperoleh izin dari Bank Indonesia untuk melakukan
outflow tersebut didasarkan beberapa faktor utama
kegiatan jasa pengolahan uang Rupiah. Demikian
yaitu (i) tingginya minat masyarakat terhadap uang
pula, bagi PJPUR yang akan membuka kantor cabang
Rupiah tahun emisi 2016, (ii) jumlah hari libur yang
wajib memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia.
lebih banyak dibandingkan dari tahun 2016, yaitu
Agar kualitas kegiatan pengolahan uang Rupiah yang
dari enam hari menjadi sepuluh hari, (iii) bertepatan
dilakukan oleh PJPUR sesuai dengan standar Bank
dengan periode liburan sekolah, dan (iv) pembayaran

26 Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/15/PBI/2016 tanggal 24 Agustus 2016


27 urat Edaran Bank Indonesia Nomor 18/25/DPU tanggal 2 November 2016

95
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
gaji dan THR PNS/TNI/ Polri/ Swasta (termasuk gaji DPR/MPR, Pemda/Pemkot, instansi lainnya).
ke-14 PNS/TNI/Polri) serta (v) penambahan titik
b) Penambahan titik/loket penukaran di kantor-
dan frekuensi penukaran, baik oleh Bank Indonesia
kantor bank di seluruh Indonesia yang
maupun kerja sama dengan perbankan/pihak lain
sekaligus berdampak pada pengurangan
(diantaranya melalui kas titipan).
penukaran uang oleh masyarakat di tempat
Untuk memenuhi kebutuhan uang masyarakat selama yang tidak resmi atau penjual penukaran
periode Ramadan/Idul Fitri 2017, Bank Indonesia uang secara perorangan.
menempuh beberapa strategi yang secara garis besar
c) Kerja sama Bank Indonesia dengan
mencakup tiga bentuk, yaitu:
Himpunan Bank Milik Negara (Himbara)
1) Peningkatan jumlah persediaan uang Rupiah di
melalui Program “Rupiah untuk Negeri
seluruh KPwBI DN menjelang dan selama periode
– 1000 Titik Sinergi Bank Indonesia dan
Ramadan, termasuk meningkatkan persediaan
Bank BUMN Melayani Negeri”. Program
uang Rupiah tahun emisi 2016.
ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
Dalam hal ini, Bank Indonesia melakukan masyarakat akan Rupiah menjelang Idul
pengaturan dan penjadwalan pengiriman uang Fitri dalam bentuk layanan penukaran uang
kepada seluruh KPwBI DN mulai awal April 2017 secara serentak di seluruh wilayah NKRI
sampai dengan menjelang Idul Fitri. Untuk itu, terutama di daerah 3T (Terpencil, Terluar, dan
Bank Indonesia mengintensifkan kerja sama Terdean). Kegiatan ini dilaksanakan pada
dengan penyedia jasa transportasi, baik darat 16-17 Juni 2017 dan menjangkau 1.136
(kereta api), laut (kapal penumpang dan kapal titik lokasi penukaran dari Aceh sampai
barang) dan udara (pesawat). Bank Indonesia dengan Papua. Jumlah uang untuk kegiatan
juga mengoptimalkan peran Kas Titipan untuk selama dua hari ini diperkirakan sebesar
melakukan distribusi uang dan penukaran serta Rp150 miliar. Selain kegiatan penukaran
Kas Keliling. uang Rupiah, pada kegiatan tersebut juga
dilakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang
2) Pengaturan penarikan uang Rupiah oleh Rupiah dan cara merawat Rupiah.
perbankan ke Bank Indonesia dengan mekanisme
penarikan uang pecahan kecil dilakukan sebelum Dengan berbagai strategi tersebut di atas, penarikan
memasuki awal Ramadan. Dengan demikian, uang Rupiah oleh perbankan dan masyarakat selama
perbankan memiliki waktu yang cukup untuk periode Ramadan/Idul Fitri (29 Mei sampai dengan 22
mendistribusikan uang Rupiah ke kantor-kantor Juni 2017) mencapai Rp163,2 triliun atau 97,7% dari
cabangnya. Bentuk pengaturan lainnya adalah proyeksi sebesar Rp167,0 triliun. Jumlah penarikan
dengan memperbesar komposisi uang Rupiah uang tunai tersebut meningkat 11,7% dibandingkan
tahun emisi 2016 untuk penarikan bank. periode Ramadan tahun 2016 yang mencapai
Rp146,1 triliun.
3) Peningkatan kerja sama dengan perbankan dan
lembaga lainnya untuk memperluas cakupan Berdasarkan wilayah, realisasi penarikan uang Rupiah
kegiatan penukaran uang Rupiah kepada selama periode Ramadan/Idul Fitri yang tertinggi
masyarakat. Beberapa kegiatan dan kerja sama adalah wilayah Jawa (tidak termasuk Jabodetabek)
yang dilakukan adalah: yang mencapai 112% dari proyeksi. Sementara itu,
wilayah lainnya dengan realisasi di bawah 100%
a) Meningkatkan frekuensi kas keliling di
adalah di wilayah Kalimantan (96%), Kawasan Timur
pusat kegiatan/landmark bekerja sama
Indonesia (94%), Jabodetabek (87%) dan Sumatera
dengan perbankan (seperti Monas-Jakarta,
(89%) (GraÄk 3.9). Berdasarkan proporsi, realisasi
Monumen Perjuangan Rakyat & Balaikota-
penarikan uang Rupiah yang tertinggi terjadi di
Bandung, GOR Tri Lomba Juang-Semarang,
wilayah Jawa selain Jakarta sebesar Rp64,6 triliun
Monumen Balaikota-Yogyakarta, Makodam-
atau dengan pangsa 39% dan wilayah Jabodetabek
Surabaya), rest area, pasar, stasiun, posko
sebesar Rp42,6 triliun atau dengan pangsa 23%
mudik, dan pusat keramaian. Selain itu,
(GraÄk 3.10).
kegiatan penukaran uang Rupiah juga
dilakukan kepada stakeholders utama (al.

96
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Triliun Rp % Real/Proy
triliun atau meningkat 17,9% dibandingkan periode
70 120%
112% 64,6 sebelumnya yang mencapai Rp1,3 triliun. Hal ini
96%
57,6 94%
60
89% 100% seiring tingginya minat masyarakat terhadap uang
87%
50 Rupiah Tahun Emisi 2016 (GraÄk 3.12).
42,6 80%
40 37,1 34,5
30,9 60% Triliun Rp
30
100 94,1 70%
20,5 19,3 40%
90 58%
20
11,9 11,4 Penarikan Uang Pangsa (lhs) 60%
80
20%
10
70 50%

0 0% 60
KP Sumatera Jawa Non KP Kalimantan KTI 40%
50 44,8
Üɡȫˁࡑ²ʗʀ˜ȫʸ ãƜőȂࡑ²ʗʀ˜ȫʸ ãƜőȂࡑ²ʗʀ˜ȫʸ 28%
30%
40

GraÄk 3.9. Proyeksi dan Realisasi Penarikan Uang Rupiah 30 21,4 13% 20%
selama Periode Ramadhan/Idul Fitri 2017 20
10%
10 1,3 1%

- 0%
Bank Asia BPD BUMN BUSN
KTI
12% KP
Kalimantan 23% GraÄk 3.11. Penarikan Uang selama Periode Ramadhan/Idul
7% Fitri 2017Berdasarkan Jenis Bank

Sumatera
Triliun Rp % Kenaikan
Jawa Non KP 19%
160 83% 90%
39%
139,4
140 132,6 2016 2017 80%

70%
120
60%
100
50%
80
40%
60
GraÄk 3.10. Pangsa Penarikan Uang Rupiah selama Periode 30%
18% 13%
Ramadhan/Idul Fitri 2017 40
20%
5% 22,2
20 12,1 10%
1,3 1,6 0,0 0,0
0%
Berdasarkan kelompok kegiatan, seluruh kegiatan -
Penarikan Bank KasTip Penukaran Lainnya
layanan kas mengalami peningkatan dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya. Penarikan GraÄk 3.12. Outflow Periode Ramadhan/Idul Fitri 2017
perbankan ke KPBI dan KPwBI sebesar Rp139,4 triliun Berdasarkan Kelompok Kegiatan
atau meningkat 5,1% dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp132,6
b. Layanan Kas Keliling yang berlokasi di tempat-tempat
triliun. Penarikan uang di Kas Titipan sebesar Rp22,2
keramaian, wilayah perbatasan, daerah terpencil
triliun atau meningkat 83,1% dari tahun sebelumnya
maupun pulau terdepan Indonesia
yang mencapai Rp12,1 triliun.
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang belum
Peningkatan tersebut sejalan dengan bertambahnya terjangkau layanan kas Bank Indonesia atau tidak
peran dan jumlah Kas Titipan yang dibuka oleh Bank memiliki akses/belum terlayani oleh perbankan, maka
Indonesia. Penarikan uang oleh perbankan, baik Bank Indonesia terus mengoptimalkan layanan Kas
ke satker kas maupun Kas Titipan, didominasi oleh Keliling. Bentuk layanan tersebut berupa penukaran
bank persero yang mencapai Rp94,1 triliun dan bank uang layak edar dan penggantian uang tidak layak
pembangunan daerah yang mencapai Rp44,8 triliun. edar, yang dilakukan secara wholesale (kepada
Sementara itu, penarikan uang oleh bank umum perbankan) dan/atau retail (kepada masyarakat
swasta nasional mencapai Rp21,4 triliun (GraÄk 3.11) umum).

Selain penarikan bank, jumlah penukaran uang, Pada triwulan II-2017, jumlah penukaran uang
baik melalui Kas Keliling maupun loket penukaran, dalam rangka Kas Keliling mencapai Rp1.136,9
juga mengalami peningkatan. Jumlah penukaran miliar, meningkat signiÄkan sebesar 90,1% (qtq)
periode Ramadan/Idul Fitri mencapai sebesar Rp1,6 dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai

97
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Rp598,1 miliar. Secara tahunan, jumlah penukaran 3) Kerja sama Bank Indonesia dengan Polisi Perairan
uang tersebut juga meningkat 20,1% (yoy) melalui kegiatan kas keliling dengan rute yaitu
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Pulau Tidung – Pulau Panggang – Pulau Pramuka
yang mencapai Rp946,3 miliar. Hal ini mencerminkan – Pulau Pari – Pulau Untung Jawa di Kepulauan
tingginya permintaan uang kartal di masyarakat. Seribu, Provinsi DKI Jakarta.
Peningkatan itu juga mencerminkan upaya Bank
Selain layanan penukaran uang kepada masyarakat,
Indonesia dalam melakukan percepatan peningkatan
Bank Indonesia melakukan pula kegiatan sosialisasi
kualitas uang yang diedarkan serta upaya pengenalan
ciri keaslian uang Rupiah dan edukasi perlakuan
dan sosialisasi uang Rupiah baru Tahun Emisi 2016
terhadap uang Rupiah.
kepada masyarakat.
c. Perluasan jaringan Kas Titipan di daerah yang sulit
Meningkatnya jumlah penukaran uang melalui kas
atau belum terjangkau oleh layanan Bank Indonesia,
keliling salah satunya juga disebabkan kerja sama
namun memiliki aktivitas ekonomi potensial
Bank Indonesia dengan instansi pemerintah dan
pihak lainnya. Pada triwulan II-2017, kerja sama Selama triwulan II-2017 terdapat penambahan 14
dan koordinasi antar instansi dikukuhkan kembali (empat belas) Kas Titipan (KT) baru yaitu 3 (tiga) KT di
melalui pembaruan Nota Kesepahaman No.19/1/ wilayah Sumatera (Manna, Kabanjahe, dan Natuna), 5
NK/DpG/2017//No.Kerma/10/IV/2017 tentang Kerja (lima) KT di wilayah Jawa (Kebumen, Kudus, Subang,
Sama Dalam Rangka Pemanfaatan Sumber Daya Bojonegoro, dan Madiun), 1 (satu) KT di wilayah
yang Dimiliki oleh Bank Indonesia dan Tentara Kalimantan (Putussibau), dan 5 (lima) KT di wilayah
Nasional Indonesia Angkatan Laut dalam Mendukung Sulampua dan Bali Nusra (Bone, Pohuwatu, Poso,
Pelaksanaan Tugas. Nota Kesepahaman tersebut Serui, dan Waikabubak). Dengan perkembangan
ditandatangani pada 13 April 2017 oleh Bank tersebut, selama 2017, Bank Indonesia telah
Indonesia dan Tentara Nasional Indonesia. membuka 20 Kas Titipan baru, sehingga jumlah Kas
Titipan secara keseluruhan berjumlah 81 Kas Titipan di
Selama triwulan II-2017, kerja sama dan koordinasi seluruh wilayah Indonesia (Gambar 3.2). Pembukaan
kegiatan penukaran uang, terutama pemenuhan 81 Kas Titipan tersebut merupakan bentuk kerjasama
kebutuhan uang kecil yang dilakukan adalah sebagai Bank Indonesia dengan 3 bank dalam kelompok
berikut: Himbara yang membuka 39 Kas Titipan dan 14 bank
1) Kerja sama Bank Indonesia dengan Pemerintah pembangunan daerah (BPD) yang membuka 42 Kas
Provinsi Maluku melalui kegiatan kas keliling Titipan.
dengan rute yaitu Pulau Run – Pulau Banda
Hingga akhir triwulan II-2017, penyelenggaraan Kas
Neira – Pulau Dobo – Pulau Batugoyang – Pulau
Titipan telah mencakup 673 kantor bank, yang terdiri
Salmona.
atas 81 kantor bank sebagai pengelola Kas Titipan
2) Kerja sama Bank Indonesia dengan Tentara dan 592 kantor bank sebagai bank peserta. Dengan
Nasional Indonesia – Angkatan Laut melalui perkembangan tersebut, jangkauan Kas Titipan
kegiatan kas keliling sebanyak dua kali dengan telah mencapai 90,7% kabupaten di seluruh wilayah
rute yaitu: Indonesia.
a) Pulau Bawean – Pulau Masalembu – Pulau
Kangean – Pulau Sapeken di Provinsi Jawa
Timur.

b) Pulau Bunyu – Pulau Talisayan – Pulau Batu


Putih – Pulau Biduk Biduk – Pulau Maratua
– Pulau Nunukan – Pulau Sebatik di Provinsi
Kalimantan Utara.

98
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Gambar 3.4. Peta Lokasi Kas Titipan Bank Indonesia

Pada triwulan II-2017, jumlah penarikan uang Layak Edar dan/atau Hasil Cetak Sempurna (HCS)
Rupiah melalui Kas Titipan sebesar Rp37,6 triliun ke masyarakat dan mempercepat penyerapan
atau meningkat signiÄkan sebesar 169,7% (qtq) uang tidak layak edar dari masyarakat. Program
dibandingkan triwulan I-2017 yang mencapai Rp13,9 “BI Jangkau” merupakan sinergi Bank Indonesia
triliun. Secara tahunan, jumlah penarikan uang bersama perbankan, Pegadaian, PJPUR dan pihak
tersebut juga naik signiÄkan sebesar 73,2% (yoy) lain dengan mengoptimalkan jaringan distribusi yang
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sudah mereka miliki saat ini.
yaitu sebesar Rp21,7 triliun. Hal ini sebagai dampak
Pada awalnya, kegiatan pelayanan penukaran uang
penambahan jumlah Kas Titipan untuk mendukung
ini dilakukan menjelang Idul Fitri untuk memenuhi
kelancaran transaksi pembayaran dalam kegiatan
kebutuhan masyarakat akan Uang Pecahan Kecil
ekonomi masyarakat di daerah terpencil.
dengan kondisi layak edar terutama uang Rupiah
Berdasarkan wilayah, selama periode laporan, tahun emisi 2016. Mengingat animo masyarakat yang
penarikan uang Rupiah tertinggi dilakukan oleh tinggi, terutama kebutuhan uang pecahan kecil, maka
perbankan wilayah Sumatera sebesar Rp12,0 triliun, kegiatan layanan kas tersebut akan dilakukan reguler
kemudian diikuti oleh Jawa sebesar Rp8,9 triliun, setiap bulannya. Lokasi penukaran dapat dilakukan di
Sulawesi, Maluku, Papua (Sulampua) sebesar Rp8,9 kantor bank masing-masing maupun menggunakan
triliun, dan Kalimantan sebesar Rp7,8 triliun (pangsa kas keliling bank tersebut.
20,7%).
Selain kegiatan layanan kas, dalam kegiatan tersebut
d. Perluasan wilayah distribusi uang sampai dengan juga dilakukan sosialisasi mengenai ciri dan keaslian
tingkat kecamatan dan desa uang Rupiah serta cara memperlakukan uang Rupiah
Selain layanan Kas Keliling dan Kas Titipan, untuk dengan baik. Bank Indonesia berkomitmen untuk
mencapai wilayah dengan akses transportasi menyediakan Uang dengan Kualitas Layak Edar dan/
terbatas, Bank Indonesia juga menerapkan layanan atau HCS untuk memastikan kebutuhan masyarakat
kas untuk mencapai tingkat kecamatan dan desa. dapat terpenuhi dan pada akhirnya mendukung clean
Strategi layanan kas dimaksud dilakukan mengingat money policy.
layanan Kas Titipan diyakini baru mencapai tingkat
Sinergi yang baik antara Bank Indonesia dan Bank
kota/kabupaten.
BUMN dan BPD akan membantu pengedaran uang
Program layanan kas ini dinamakan “BI Jangkau” di masyarakat dan untuk meningkatkan mutu dari
dengan mekanisme distribusi yang bersifat struktural layanan kas ini akan terus dilakukan evaluasi secara
dan lebih berkesinambungan. Program ini ditujukan berkala antara Bank Indonesia dan pihak terkait
untuk mempercepat distribusi Uang dengan Kualitas lainnya.

99
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
“RUPIAH UNTUK NEGERI”
1.000 Titik Sinergi Bank Indonesia dan
Bank BUMN Melayani Negeri
BOKS

Bank Indonesia senantiasa memberikan layanan terbaik kepada masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat akan Uang Rupiah menjelang Hari Raya Idul Fitri 1438 H, Bank Indonesia bersama bank-bank anggota
Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) melaksanakan kegiatan layanan penukaran uang secara serentak di
seluruh wilayah NKRI. Kegiatan penukaran yang dilaksanakan pada 16-17 Juni 2017 itu terutama ditujukan untuk
daerah Terpencil, Terluar dan Terdepan (3T).
Layanan penukaran uang ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap uang Rupiah dengan
kualitas yang baik (Hasil Cetak Sempurna/HCS), terutama uang pecahan kecil (UPK) Tahun Emisi 2016. Pada
kesempatan itu, Bank Indonesia juga melakukan kegiatan sosialisasi mengenai ciri-ciri keaslian uang Rupiah
(CIKUR) dan cara merawat uang Rupiah.
Dengan mengoptimalkan jaringan yang dimiliki oleh Himbara, Bank Indonesia berkomitmen untuk menyediakan
kebutuhan uang masyarakat. Komitmen itu diwujudkan melalui kegiatan yang menjangkau 1.136 titik lokasi
penukaran dari Aceh sampai dengan Papua. Jumlah modal kerja untuk kegiatan layanan penukaran uang selama
dua hari ini lebih dari Rp150 miliar.
Kegiatan secara serentak ini dilakukan dalam kerangka program BI Jangkau. Melalui program ini, Bank Indonesia
berkomitmen menyediakan uang layak edar (ULE) sampai dengan kecamatan/desa. Kegiatan tersebut juga
bertujuan untuk mempercepat distribusi dan pengenalan uang Rupiah TE 2016 sekaligus mempercepat penyerapan
uang tidak layak edar (UTLE) yang ada di masyarakat.
Dengan kegiatan tersebut, Bank Indonesia dan perbankan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
terhadap uang Rupiah dengan kualitas yang baik di seluruh wilayah NKRI. Melalui kegiatan tersebut, masyarakat di
seluruh Indonesia lebih mudah untuk dapat menukarkan uang di lokasi resmi yang disediakan oleh Bank Indonesia
dan perbankan.
Layanan penukaran uang yang serentak tersebut baru pertama kali dilaksanakan. Selanjutnya, Bank Indonesia
akan terus menjalankan kegiatan serupa secara sistematis, reguler dan berkesinambungan. Hal ini sejalan dengan
misi Bank Indonesia untuk memenuhi kebutuhan uang Rupiah di masyarakat dengan jumlah nominal yang cukup,
jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan dalam kondisi yang layak edar di seluruh wilayah NKRI.

100
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
dengan lembaga rating. Kegiatan pengelolaan persepsi
3.4. Kerja Sama Internasional positif tersebut dilakukan melalui kerangka Investor
Relations Unit (IRU) nasional, Regional Investor Relations
Unit (RIRU), dan Global Investor Relations Unit (GIRU).

3.4.1. Kerja Sama dalam Forum G20


Partisipasi aktif Bank Indonesia di fora
Selama periode April-Juni 2017, negara-negara anggota
internasional difokuskan pada percepatan
G20 mengadakan serangkaian pertemuan, yaitu forum
reformasi struktural untuk mendorong pemulihan Deputies Meeting (20 April 2017), Finance Ministers and
ekonomi, reformasi sektor keuangan global, dan Central Bank Governors Meeting (20-21 April 2017),
integrasi ASEAN. Framework Working Group (29-31 Mei 2017), dan
International Financial Architecture Working Group (2-3
Juni 2017).

Selama triwulan II-2017, Bank Indonesia aktif berpartisipasi Perkembangan Ekonomi Global dan Respon Kebijakan.
di berbagai fora internasional seperti forum G20, Dana Pada 29-30 Mei 2017, pertemuan Framework Working
Moneter Internasional (IMF), Bank for International Group (FWG) G20 di Buenos Aires, Argentina, membahas
Settlement (BIS), ASEAN, East Asia PaciÄc Central Banks asesmen G20 terkait perkembangan ekonomi global
(EMEAP), dan pertemuan bilateral dengan The Federal dan komitmen negara G20 terhadap growth strategy.
Reserve Bank (The Fed). Pembahasan di berbagai fora Hasil asesmen G20 menunjukkan momentum perbaikan
internasional menitikberatkan pada perkembangan perekonomian global masih berlanjut, namun medium term
ekonomi dan keuangan global, berikut tantangannya, outlook belum menunjukkan penguatan pertumbuhan yang
reformasi sektor keuangan global, serta integrasi ASEAN. signiÄkan sehubungan dengan lambatnya pertumbuhan
produktivitas.
Dalam fora G20 dan IMF, Indonesia menyampaikan
berbagai reformasi struktural yang telah diterapkan oleh Dalam jangka pendek, terdapat sedikit risiko terkait
Indonesia guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang ketidakpastian arah kebijakan ekonomi dan keuangan,
stabil, berkelanjutan, dan inklusif. Di sisi keuangan, Bank khususnya di sektor Äskal Amerika Serikat. Negara-
Indonesia mendukung upaya reformasi sektor keuangan negara emerging markets tetap perlu mewaspadai risiko
global melalui penguatan Global Financial Safety Net pengetatan kondisi likuiditas global dan pembalikan aliran
(GFSN) dan penyediaan likuiditas kepada negara yang modal, terutama di tengah tren penguatan Real Effective
memiliki fundamental ekonomi dan kerangka kebijakan Exchange Rate (REER) dalam USD (atau strong USD).
yang kuat. Untuk itu, negara-negara G20 perlu menjaga momentum
pertumbuhan melalui bauran kebijakan yang komprehensif,
Pada fora regional, Bank Indonesia aktif menunjukkan konsisten, dan terkomunikasikan secara baik.
leadership di kawasan Asia dan ASEAN. Bank Indonesia
berkontribusi dalam penyusunan Key Performance Untuk jangka menengah, bauran kebijakan perlu diperkuat
Indicators (KPIs) for Financial Integration 2025 sebagai dengan reformasi struktural, yang didukung oleh kebijakan
evaluasi kinerja pencapaian visi ASEAN Economic makroekonomi, dan penguatan upaya multilateral untuk
Community 2025. Selain itu, Bank Indonesia aktif menyelesaikan permasalahan isu perdagangan dan isu-isu
menyuarakan pentingnya penguatan Chiang Mai Initiative global lainnya.
Multilateralization (CMIM) dan ASEAN+3 Macroeconomic
Implementasi Growth Strategy untuk mendorong
Research OfÄce (AMRO) guna menjaga stabilitas
pertumbuhan. Secara individual maupun kolektif, negara-
makroekonomi dan keuangan di kawasan.
negara G20 berkomitmen untuk mendorong pertumbuhan
Bank Indonesia juga aktif melakukan komunikasi dengan ekonomi yang kuat, berkesinambungan, berimbang dan
investor, lembaga rating maupun lembaga internasional inklusif, serta tetap menjaga stabilitas makroekonomi dan
untuk mengelola persepsi positif investor terhadap keuangan. Untuk itu, negara-negara G20 telah berkomitmen
perekonomian Indonesia. Komunikasi ini dilakukan untuk melaksanakan reformasi struktural di berbagai
dalam bentuk investor briefing dan investor conference area seperti infrastruktur, kesehatan, ketenagakerjaan,
call dengan para investor dalam dan luar negeri maupun pendidikan, inklusi keuangan, dan perpajakan.

101
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Indonesia menyampaikan upaya mendorong pertumbuhan Penyediaan fasilitas likuiditas global. Salah satu upaya
ekonomi dengan memperbaiki kondisi infrastruktur penguatan GFSN dilakukan melalui penyediaan fasilitas
yang selama ini menghambat mobilitas penduduk, likuiditas jangka pendek oleh IMF kepada negara yang
perdagangan, dan jasa. Perbaikan infrastruktur dilakukan memiliki fundamental ekonomi dan kerangka kebijakan
dengan membangun jalan tol, jembatan, pelabuhan udara, yang kuat. Fasilitas likuiditas tersebut diharapkan dapat
pelabuhan kapal laut, bendungan, dan ketenagalistrikan. memberikan dukungan untuk kebutuhan Balance of
Upaya lainnya berupa perbaikan iklim berusaha melalui Payment (BOP) maupun kebutuhan likuiditas jangka
penyederhanaan dan percepatan perizinan, peningkatan pendek yang disebabkan gejolak eksternal. Dengan
kapasitas tenaga kerja, pelaksanaan program jaminan karakteristik tersebut, penyediaan fasilitas likuiditas oleh
sosial dan kesehatan bagi penduduk, dan inklusi keuangan. IMF diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan
stigma negatif terhadap IMF dan isu sensitif terhadap kerja
Optimalisasi peran Multilateral Development Banks (MDBs) sama keuangan dengan IMF. Penyediaan fasilitas likuiditas
dan peningkatan peran swasta dalam pembangunan. tersebut melengkapi lapisan GFSN, sehingga bisa menjadi
Pembangunan yang dijalankan oleh negara-negara G20 second-line of defense, selain cadangan devisa, Bilateral
membutuhkan dukungan pendanaan besar. Namun hal ini Swap Arrangement (BSA), dan Regional Financing
dihadapkan pada keterbatasan sumber dana pemerintah, Arrangement (RFAs).
sehingga diperlukan alternatif pembiayaan untuk menjaga
kesinambungan pembangunan. Untuk itu, peran serta
MDBs dan sektor swasta sangat penting sebagai sumber 3.4.3. Kerja Sama Bank of International Settlement
pembiayaan pembangunan. Terkait hal ini, Indonesia telah (BIS)
menerapkan skema Public-Private Partnership (PPP) dalam
Pertemuan Tingkat Gubernur BIS, Mei dan Juni 2017.
pembangunan infrastruktur untuk mendorong partisipasi
Para Gubernur BIS membahas berbagai isu global
sektor swasta dalam pembangunan.
terkini dan menerima laporan hasil kerja sejumlah
Pelaksanaan reformasi di sektor keuangan untuk menjaga komite. Pada pertemuan tersebut, BIS Management juga
stabilitas sistem keuangan. G20 menekankan pentingnya mempresentasikan kinerja laporan keuangan BIS 2016-
mengatasi kerentanan di sektor keuangan yang dapat 2017, termasuk keuntungan yang akan dialokasikan bagi
mengganggu stabilitas sistem keuangan. Untuk itu, dividen dan alokasi untuk cadangan BIS. Adapun hasil
diperlukan penguatan kebijakan makroprudensial dan pembahasan pertemuan BIS tingkat Gubernur tersebut
peningkatan kapasitas Early Warning System (EWS) adalah sebagai berikut:
dalam menghadapi dinamika perekonomian dan sektor a. Perkembangan Ekonomi dan Pasar Keuangan Terkini.
keuangan. Bank Indonesia menyampaikan dukungan Pada triwulan II-2017, pemulihan ekonomi global
terhadap penguatan Global Financial Safety Net (GFSN) telah menguat dengan PDB dunia diperkirakan
dan menegaskan pentingnya pengelolaan capital flows mencapai sebesar 3,5%. Output sektor manufaktur
untuk mengatasi volatilitas yang berlebih dan menjaga menunjukkan ekspansi yang kuat secara global,
kestabilan sistem keuangan. termasuk perekonomian beberapa kawasan dan
negara utama (Eurozone, Jepang, AS, Brazil, India
3.4.2. Kerjasama dalam forum IMF dan Rusia). Sementara itu, tekanan inÅasi di sejumlah
negara tidak lagi tinggi seiring dengan turunnya
Perlunya mendorong pertumbuhan yang inklusif. Pada
harga sumber daya energi. Namun demikian,
pertemuan musim semi 19-24 April 2017 di Washington
terdapat beberapa downside risks yang masih
D.C., Amerika Serikat, IMF dan negara-negara anggotanya
perlu menjadi perhatian, yaitu (i) ketidakpastian
memandang manfaat pertumbuhan ekonomi selama ini
kebijakan Fed yang dapat menyebabkan volatilitas
tidak dirasakan secara merata oleh penduduk masing-
di sektor keuangan serta keketatan likuiditas, dimana
masing negara. Akibatnya, muncul penolakan terhadap
keduanya berpotensi menahan aktivitas ekonomi; (ii)
globalisasi dan menguatnya kebijakan yang berorientasi ke
ketidakpastian baru terkait Brexit setelah pemilu di
dalam (inward-looking policies) serta skeptiÄsme terhadap
Inggris; dan (iii) kondisi geopolitik yang bergejolak,
kerja sama multilateral. Untuk itu, IMF mendorong
baik di Timur Tengah, Semenanjung Korea, maupun
implementasi kebijakan Äskal, moneter, dan reformasi
terorisme global.
struktural yang juga mengamanatkan aspek inklusif, selain
“strong, sustainable, and balanced”.

102
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
b. Respons Kebijakan. Terkait momentum pertumbuhan
3.4.4. Kerja Sama ASEAN
global yang berlanjut pada triwulan II-2017, para
Gubernur BIS memfokuskan diskusi pada peningkatan Key Performance Indicators for Financial Integration 2025.
ekspektasi normalisasi kebijakan moneter di tengah Negara-negara anggota ASEAN telah menyepakati Key
tingginya beban utang publik dan swasta. Normalisasi Performance Indicators (KPIs) for Financial Integration
kebijakan moneter dalam bentuk peningkatan suku 2025 sebagai evaluasi kinerja pencapaian visi ASEAN
bunga diperkirakan akan memberikan dampak Economic Community 2025, Kesepakatan KPIs merupakan
spillover terhadap perekonomian global, yaitu: (i) tindak lanjut penyusunan Strategic Action Plan (SAP)
refinancing utang menjadi lebih mahal; serta (ii) for Financial Integration 2025 yang telah disepakati para
outstanding utang luar negeri (ULN) meningkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN
sehingga beban pembayaran utang (Debt Service pada pertemuan April 2016 di Vientiane, Laos.
Ratio - DSR) memburuk. Beban ULN tersebut akan
Sebagaimana visi dan SAP integrasi keuangan 2025, KPIs
semakin besar apabila terjadi depresiasi mata uang
juga terdiri atas tiga pilar, yaitu integrasi keuangan, inklusi
domestik dan hilangnya kepercayaan investor asing
keuangan dan stabilitas keuangan (financial integration,
terhadap ekonomi domestik.
financial inclusion, dan financial stability). Dalam hal ini,
Untuk menghindari dampak negatif spillover, Bank Indonesia aktif berpartisipasi dalam penyusunan
pertemuan para Gubernur BIS merekomendasikan KPIs, baik di level teknis maupun sebagai ketua Senior
agar dalam menyusun strategi normalisasi kebijakan Level Committee (SLC) for Financial Integration yang
moneter, bank sentral dapat melakukan: (i) analisis berperan terutama mengkompilasi dan koordinasi KPIs di
efektivitas dari kebijakan normalisasi dan dampaknya jalur keuangan.
bagi pasar keuangan; dan (ii) koordinasi dengan
Proposal KPIs ini telah dibahas pada pertemuan SLC
pemerintah (public debt management) terutama untuk
pada 11 Februari 2017 dan telah memperoleh persetujuan
meminimalkan volatilitas pasar.
Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN
c. Laporan Hasil Kerja Sejumlah Komite. Committee pada pertemuan 7 April 2017 di Cebu, Filipina. Bank
on Payments and Market Infrastructures (CPMI) dan Indonesia akan terus mengawal proses implementasi KPI
International Organization of Securities Commissions di jalur keuangan, yang merupakan living document yang
(IOSCO) melaporkan Consultative Report berjudul dapat disempurnakan dalam perjalanannya.
“Harmonisation of Critical OTC Derivatives Data
Elements (other than UTI and UPI)28 – Third Batch”. 3.4.5. Kerja Sama ASEAN+3
Dokumen ini akan menjadi pedoman (guidance) bagi
Pertemuan Tingkat Gubernur ASEAN+3, Mei 2017. Para
harmonisasi data OTC derivatives secara global.
Gubernur ASEAN+3 membahas mengenai perkembangan
CPMI dan IOSCO juga telah menyelesaikan laporan
ekonomi global dan regional serta upaya penguatan
“Framework for Supervisory Stress Testing of Central
resiliensi kawasan dalam menghadapi risiko ketidakpastian
Counterparties (CCPs).” Framework disusun untuk
global yang terus berlanjut. Upaya penguatan dilakukan
mendukung pelaksanaan Supervisory Stress Test
antara lain melalui penguatan Chiang Mai Initiatives
(SST) oleh otoritas untuk menilai dampak makro yang
Multilateralization (CMIM) dan peningkatan peran ASEAN+3
mempengaruhi beberapa CCPs.
Macroeconomic Research Office (AMRO).
d. Kinerja Laporan Keuangan BIS 2016-2017. Para
Penguatan Chiang Mai Initiatives Multilateralization (CMIM).
Gubernur BIS memberikan apresiasi dan menyetujui
Pada triwulan II-2017, penguatan CMIM masih berfokus
Laporan Keuangan BIS 2016-2017 (berakhir 31
pada peningkatan fasilitas CMIM yang tidak terhubung
Maret 2017), yang telah diaudit oleh Ernst & Young
dengan IMF (CMIM IMF Delinked Portion). Dalam hal
dengan predikat true and fair. Kinerja keuangan
ini, sebagian besar anggota ASEAN+3 sepakat untuk
BIS menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun
meningkatkan CMIM-IMF Delinked Portion (CMIM IMF
sebelumnya di tengah kondisi suku bunga global
DLP) dari 30% menjadi 40% dalam rangka memperkuat
yang rendah.
CMIM sebagai regional self-help mechanism. Terkait hal

28 UTI (Unique Trade Identifier) merupakan kode unik perdagangan yang memungkinkan untuk mengenali suatu transaksi perdagangan spesifik. UTI digunakan dalam
pelaporan sesuai dengan ketentuan European Market Infrastructure Regulation (EMIR). UPI (Unique Product Identifier) merupakan kode unik yang menggambarkan masing-
masing produk keuangan untuk tujuan pelaporan

103
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
tersebut, Bank Indonesia sepakat dengan posisi yang stabil, kawasan EMEAP tetap harus mewaspadai
disampaikan oleh sebagian besar anggota ASEAN+3 yang spillovers dari luar kawasan yang mungkin terjadi.
menilai peningkatan CMIM IMF DLP sangat dimungkinkan, Untuk mengantisipasi risiko tersebut, Monetary and
namun mengusulkan agar peningkatan ini didukung oleh Financial Stability Commmittee (MFSC) didorong
perbaikan guideline operasional CMIM-IMF Delinked untuk berdiskusi secara mendalam mengenai potensi
Portion. Menindaklanjuti usulan tersebut, AMRO akan risiko dan kerentanan serta terus memperkuat regional
merevisi Operational Guidelines CMIM-IMF Delinked surveillance dan regional financial safety net.
Portion untuk memperjelas dan mempercepat proses
b. Dampak Faktor Global pada Kebijakan Moneter
aktivasi IMF-DLP.
EMEAP. Faktor global yang menjadi prioritas untuk
Peningkatan peran ASEAN+3 Macroeconomic Research diperhatikan adalah kebijakan suku bunga bank
Office (AMRO). Pada pertemuan tingkat Gubernur sentral ke depan di tengah lingkungan ekonomi
ASEAN+3, Mei 2017, AMRO mempublikasikan flagship global yang mengalami new normal. Ada empat faktor
report AMRO “ASEAN+3 Regional Economic Outlook” dan utama yang menyebabkan new normal tersebut
AMRO’s “Guidance Note for AMRO Country Surveillance yaitu: (i) kondisi demograÄ; (ii) rendahnya Total Factor
Consultation”. Guidance Note ini ditujukan untuk menjadi Productivity (TFP) di advanced economies maupun
guideline bagi country surveillance consultation. Selain emerging economies, yang diperburuk dengan
itu, penguatan AMRO dilakukan dengan melakukan rendahnya investasi; (iii) pengalihan ke safe assets;
Änalisasi AMRO’s Strategic Direction and Medium-Term dan (iv) adanya tren deÅasi (yang menyebabkan
Implementation Plan (SD&MTIP). penurunan investasi). Implikasi kebijakan dari kondisi
new normal adalah zero lower bound policy rate
bisa terjadi di masa depan sehingga menyulitkan
3.4.6. Kerja Sama East Asia Pacific Central Banks pencapaian mandat inÅasi dan unemployment.
(EMEAP)
Pertemuan Gubernur Bank Sentral Anggota EMEAP, Bank Indonesia menyampaikan penerapan three-
Mei 2017. Pada pertemuan ini, para gubernur bank pronged approach melalui bauran kebijakan moneter,
sentral membahas beberapa isu strategis yang menjadi Äskal, dan kebijakan reformasi struktural dalam
fokus perhatian di kawasan. Isu-isu tersebut antara lain memperkuat resiliensi ekonomi. Bauran kebijakan
perkembangan ekonomi dan kebijakan di beberapa negara yang diimplementasikan adalah melalui kebijakan
utama, dampak faktor global pada kebijakan moneter moneter, makropudensial, sistem pembayaran, nilai
EMEAP, perkembangan supply-side pada negara EMEAP, tukar, dan capital flow management. Selain itu, dalam
dan laporan EMEAP Deputies dan Working Groups. wadah EMEAP, Bank Indonesia bekerja-sama dengan
Adapun hasil pembahasan pertemuan EMEAP tingkat HKMA untuk melaksanakan joint research mengenai
Gubernur tersebut adalah sebagai berikut: risk of capital reversal and how mitigate the impacts.
Hasil dari penelitian tersebut diharapkan akan
a. Perkembangan ekonomi dan kebijakan pada berguna bagi negara di kawasan dalam memitigasi
beberapa negara utama. Perekonomian global saat capital reversal.
ini sedang dalam momentum pertumbuhan. Kawasan
Asia PasiÄk tetap menjadi sumber pendorong c. Perkembangan Supply-side pada Negara EMEAP.
pertumbuhan ekonomi. Dalam jangka pendek Penurunan produktivitas sedang terjadi secara global,
pertumbuhan di kawasan maupun global dipandang termasuk di Asia. Penyebab penurunan produktivitas
masih cukup solid. Namun demikian, perlu diwaspadai sangat beragam, antara lain penurunan integrasi
sejumlah risiko yang dapat mengganggu pemulihan perdagangan dan tenaga kerja yang mulai menua
ekonomi dunia, yaitu kondisi keuangan global yang di beberapa negara. IMF memandang bahwa salah
semakin ketat dan inward-looking policies di negara satu upaya untuk mengatasi penurunan produktivitas
maju. Sedangkan up-side risk yang mendukung tersebut adalah dengan menggunakan terobosan
adalah momentum pertumbuhan di AS dan Tiongkok. teknologi, meskipun besaran dan timing-nya sulit
untuk diprediksi.
Dalam jangka menengah, risiko yang perlu diwaspadai
adalah berkaitan kondisi populasi yang menua (aging Terkait hal ini, Bank Indonesia menyampaikan bahwa
population) dan produktivitas yang menurun. Bank produktivitas merupakan kunci bagi upaya penguatan
Indonesia menyampaikan bahwa meskipun saat pengendalian inÅasi dan pengembangan kapasitas
ini perekonomian di kawasan advanced maupun perekonomian global dalam jangka menengah.
emerging economies dalam kondisi baik dan Sehubungan dengan hal tersebut, Bank Indonesia

104
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
mendukung penuh upaya reformasi struktural yang
3.5.1. Komunikasi Kebijakan
ditempuh Pemerintah RI dalam upaya meningkatkan
eÄsiensi dan daya saing perekonomian untuk Komunikasi yang efektif dengan pihak-pihak yang
mendorong peningkatan produktivitas dan menjaga berkepentingan (stakeholders) sangat diperlukan untuk
stabilitas perekonomian. mendukung efektivitas kebijakan Bank Indonesia di bidang
moneter, makroprudensial, serta sistem pembayaran dan
pengelolaan uang Rupiah serta tugas pendukung lainnya.
3.4.7. Kerja Sama Bilateral Bank Indonesia dengan Komunikasi tersebut untuk meningkatkan transparansi dan
Federal Reserve Bank (Fed) akuntabilitas pelaksanaan tugas Bank Indonesia sekaligus
Upaya untuk penguatan kerjasama dan promosi Voyage meningkatkan pemahaman publik terhadap kebijakan
to Indonesia. Di sela-sela pelaksanaan pertemuan musim Bank Indonesia.
semi IMF-World Bank, pada 19 April 2017 dilakukan
high level bilateral meeting antara Bank Indonesia dan Agar komunikasi kebijakan berjalan efektif, Bank Indonesia
Federal Reserve Bank (Fed) New York. Pertemuan ini menyusun perencanaan yang diterjemahkan ke dalam
sebagai upaya meningkatkan kerja sama bilateral yang bentuk Rekomendasi Tema Strategis dan Strategi
lebih komprehensif, terstruktur dan sistematis (structured Komunikasi Bank Indonesia. Pada 2017, terdapat 8
bilateral cooperation). Pertemuan ini merupakan pertemuan (delapan) Rekomendasi Tema Strategis yang didorong
high level kedua setelah Bank Indonesia dan Fed bersama- dalam komunikasi Bank Indonesia yaitu Stabilitas Sistem
sama menyelenggarakan internasional seminar pada Moneter, Stabilitas Sistem Keuangan, Sistem Pembayaran,
Agustus 2016 di Bali. Pengelolaan Uang Rupiah, Pendalaman Pasar Keuangan,
Transformasi Bank Indonesia, Kebanksentralan, dan
Pertemuan ini membahas perkembangan ekonomi Voyage to Indonesia/Annual Meeting International
kedua negara, khususnya terkait respons kebijakan pada Monetary Fund (IMF) – World Bank.
periode pemerintahan baru Amerika Serikat. Di samping
pembahasan ekonomi, kedua bank sentral membahas Sebagai sebuah proses bisnis, Bank Indonesia
upaya yang dapat dilakukan untuk memperkuat kerja menghadapi tantangan tersendiri dalam merumuskan
sama dua lembaga seperti pelaksanaan policy dialogue perencanaan dan program komunikasi yang menjadi upaya
secara reguler dan capacity building. Tidak hanya itu, terobosan (breakthrough) kepada pemangku kepentingan
sejalan dengan Indonesia akan menjadi tuan rumah Sidang (stakeholders), khususnya komunikasi kebijakan yang
Tahunan IMF-World Bank 2018, dibicarakan mengenai memiliki dampak strategis kepada pemangku kepentingan
kemungkinan pelaksanaan kegiatan bersama dalam (stakeholders). Kebijakan yang berdampak strategis itu
rangka mempromosikan Voyage to Indonesia (VTI) 2018. antara lain komunikasi hasil keputusan Rapat Dewan
Gubernur yang secara reguler dilaksanakan tiap bulan.

Bank Indonesia juga berupaya untuk mengharmonisasi


3.5. Komunikasi dan Edukasi Kebijakan instrumen komunikasi. Upaya ini termasuk di dalamnya
harmonisasi saluran komunikasi, pesan, dan narasumber
yang menjadi salah satu prasyarat keberhasilan apapun
kebijakan yang dihasilkan oleh Bank Indonesia ke depan.

Untuk mendukung efektivitas kebijakan, 3.5.1.1. Tahapan Komunikasi Kebijakan Indonesia


pelaksanaan komunikasi dan edukasi mengangkat Pada triwulan II-2017, terdapat 2 (dua) tahapan komunikasi
tema strategis Stabilitas Sistem Moneter, Stabilitas yang dilaksanakan, yaitu perencanaan komunikasi 2018
Sistem Keuangan, Sistem Pembayaran, Pengelolaan dan pelaksanaan komunikasi pada periode triwulan II-
Uang Rupiah, Pendalaman Pasar Keuangan, 2017.
Transformasi Bank Indonesia, Kebanksentralan,
Perencanaan komunikasi adalah salah satu fase krusial
dan persiapan Annual Meeting IMF – World Bank
karena esensi komunikasi diracik dan diramu sedemikian
di Indonesia.
rupa sehingga tujuan komunikasi dapat tercapai. Pada
triwulan II-2017, Bank Indonesia merumuskan perencanaan
komunikasi 2018 yang meliputi penyusunan Rekomendasi
Tema Strategis 2018 dan strategi komunikasi terkait tema

105
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
strategis tersebut sebagai panduan bagi pelaksanaan
3.5.1.3. Fokus Komunikasi Kebijakan Bank Indonesia
komunikasi pada 2018. Perencanaan komunikasi tersebut
disusun antara lain dengan hasil evaluasi komunikasi Pada triwulan II-2017, Bank Indonesia telah menyusun
yang dilakukan Bank Indonesia kepada stakeholders berbagai program komunikasi yang bertujuan mendukung
sebelumnya. efektivitas kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter,
sistem pembayaran dan pengelolaan uang Rupiah,
Selama triwulan II-2017, Bank Indonesia juga melaksanakan maupun sistem keuangan. Selanjutnya, program
program komunikasi sesuai strategi yang disusun komunikasi diterjemahkan ke dalam produk komunikasi,
sebelumnya. Komunikasi kebijakan yang disampaikan antara lain berupa 26 siaran pers dan 41 info terbaru; 9
kepada stakeholders meliputi komunikasi bidang moneter, infograÄs; dan 7 video liputan kegiatan Bank Indonesia.
komunikasi bidang stabilitas sistem keuangan (SSK), Adapun produk komunikasi telah ditayangkan pula melalui
komunikasi bidang sistem pembayaran dan pengelolaan berbagai saluran komunikasi, sehingga menghasilkan:
uang Rupiah (SP & PUR) maupun komunikasi lainnya 40 kali pemasangan materi di media cetak; 276 posting
terkait Bank Indonesia. Twitter; 18 posting Facebook; 18 posting Instagram, dan
10 posting Youtube.

3.5.1.2. Hubungan dengan Media, Pengamat, dan Sebagai bagian dari program komunikasi, Bank Indonesia
Lembaga Publik juga telah melaksanakan berbagai kegiatan komunikasi
yang meliputi pertemuan dengan stakeholders. Beberapa
Sebagai lembaga negara yang diamanatkan untuk
highlight kegiatan komunikasi adalah sebagai berikut:
mengeluarkan kebijakan moneter, Bank Indonesia tidak
peliputan; media briefing; wawancara/talkshow media
dapat mengimplementasikan tugas dan wewenangnya
massa; pelatihan wartawan; FGD pengamat ekonomi dan
sendirian. Bank Indonesia perlu bekerja sama dan
redaktur media massa; edukasi publik, serta program
berkoordinasi dengan stakeholders penting lainnya,
PSBI.
seperti Pemerintah, parlemen, lembaga publik, pengamat,
dan media. Oleh karena itu, Bank Indonesia senantiasa Sepanjang April-Juni 2017, terdapat beberapa isu yang
melakukan sinergi komunikasi antar-stakeholders. menjadi perhatian utama Bank Indonesia, baik yang
muncul dari masyarakat maupun yang didorong oleh Bank
Pada triwulan II-2017, Bank Indonesia melaksanakan
Indonesia.
berbagai kegiatan untuk membangun hubungan kerja
yang baik dengan stakeholders. Adapun topik bahasannya Pertama, kebijakan Bank Indonesia dalam RDG bulanan,
antara lain recent economic development, pengendalian khususnya terkait penetapan suku bunga acuan.
inÅasi, redenominasi, kesiapan uang tunai, sistem Komunikasi terkait kebijakan moneter utama bank sentral
pembayaran non-tunai, dan National Payment Gateway. terus didorong, antara lain melalui konferensi pers ADG
Secara terjadwal dan konsisten, Bank Indonesia menjalin atau pembacaan keputusan RDG yang dilakukan pada
komunikasi dan informasi kebijakan terkini dengan media, RDG Bulanan hari ke-2. Komunikasi dilakukan pula melalui
dalam bentuk press conference, media briefing, maupun pertemuan one on one dan diskusi dengan berbagai
training. Secara rutin, Bank Indonesia juga mengadakan kelompok stakeholders.
focus group discussion (FGD) mengenai kondisi
perekonomian dan kebijakan terkini, khususnya setelah Kedua, pengendalian inÅasi. Selain berkoordinasi dengan
pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bulanan. FGD itu pemerintah pusat dan daerah, Bank Indonesia terus
dilakukan dengan pengamat analis, pelaku pasar, dan melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat
ekonom. perihal belanja bijak. Komunikasi multi-channel juga terus
dilaksanakan, antara lain melalui siaran pers, komunikasi
Keberadaan kalangan parlemen, Pemerintah, lembaga di media sosial, dan diskusi dengan berbagai kelompok
negara, akademisi, pengamat, ekonom, dan media sangat stakeholders.
strategis bagi Bank Indonesia. Para pemangku kepentingan
tersebut turut mendukung keberhasilan penyampaian
informasi terkait Bank Indonesia kepada publik.

106
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Untuk mendapatkan masukan dari pengamat dan ekonom, bunga acuan, kurs, jadwal kas keliling, kunjungan ke Bank
Bank Indonesia telah melakukan beberapa pertemuan Indonesia, siaran pers, dan pembukaan lowongan (karier).
Focus Group Discussion maupun interaksi one on one. Selain tweet mengenai kurs dan karier, respons positif dari
Dari sisi pemberitaan media, komunikasi Bank Indonesia netizen paling banyak didapatkan dari tweet infograÄs, foto,
sepanjang triwulan II-2017 telah menghasilkan pemberitaan video, dan tweet series tematik seperti penukaran uang
di media massa sebanyak total 5.018 pemberitaan media kecil dan uang dicabut, dan berbagai kegiatan penukaran
cetak dan 20.528 pemberitaan media on-line. Secara uang baru menjelang Idul Fitri yang diselenggarakan Bank
agregat, pemberitaan April-Juni 2017 masih didominasi Indonesia.
sentimen bertonasi netral-positif.
Total video yang ditampilkan di Youtube Bank Indonesia
Channel sampai dengan triwulan II-2017 sebanyak 267
3.5.1.4. Layanan Contact Center BICARA dan Komunikasi video. Sampai dengan saat ini, jumlah subscriber Youtube
Digital Bank Indonesia Bank Indonesia Channel mencapai 4.903. Lebih lanjut,
Contact Center Bank Indonesia (BICARA 131) senantiasa video serial edukasi Keluarga Thamrin tetap mendapatkan
hadir untuk memberikan pelayanan prima kepada publik. respons yang baik dari netizen. Apresiasi baik juga terus
Selama triwulan II-2017, tercatat sebanyak 19.349 diberikan netizen terhadap penayangan Rapat Dewan
pemohon informasi yang masuk melalui media telepon, Gubernur secara live streaming. Pada kegiatan lives
email, datang langsung, surat, fax, media sosial maupun treaming pembacaan hasil Rapat Dewan Gubernur BI – Mei
media lainnya. Mayoritas pertanyaan yang diajukan adalah 2017, jumlah viewers Youtube BI mengalami peningkatan
seputar informasi debitur individual (IDI) historis dan 50% disbanding biasanya.
permohonan informasi seputar penukaran uang pecahan
Instagram Bank Indonesia juga semakin populer di kalangan
kecil. Kelompok stakeholders yang dominan menghubungi
netizen. Selama tiga bulan terakhir, pertumbuhan pengikut
BICARA 131 adalah perbankan dan masyarakat umum.
Instagram selalu mencapai angka 10% setiap bulannya.
Sebagai cerminan dalam memberikan pelayanan prima Angka ini yang terbesar dibandingkan pertumbuhan
dan service excellence, pada triwulan II-2017, pencapaian followers saluran media sosial lainnya. Dari 18 foto,
Customer Satisfaction Index (CSI) BICARA 131 sebesar gambar, dan motion graphic yang diunggah selama April
96.65%. BICARA 131 juga telah memenuhi standar ISO sampai Juni 2017, mampu meningkatkan followers lebih
9001:2015 dalam memberikan pelayanan kepada publik dari 14.000 sehingga menjadi 55.221 followers pada akhir
sekaligus menjadi contact center pertama di dunia yang Juni 2017.
tersertiÄkasi ISO 9001:2015. Pencapaian ini semakin
Untuk memberikan edukasi maupun informasi yang lebih
meningkatkan kepedulian stakeholders terhadap kinerja
jelas dan mudah diterima audience media sosial yang
BICARA 131 sehingga mampu menciptakan persepsi
beragam, Bank Indonesia telah menyusun standar visual
positif lembaga dalam hal layanan informasi publik.
konten media sosial Bank Indonesia.
Dari sisi komunikasi digital, pengembangan website Bank
Secara rutin, Bank Indonesia juga telah melakukan
Indonesia terus dilakukan, baik dari segi konten, desain,
kegiatan kunjungan publik bagi pelajar/mahasiswa/ umum.
maupun tampilan, untuk memenuhi kebutuhan informasi
Bank Indonesia juga menerbitkan majalah Gerai Info yang
stakeholders. Website Bank Indonesia juga dikembangkan
didistribusikan dan dibagikan tanpa biaya kepada publik.
dalam bentuk mobile apps untuk perangkat mobile. Selain
Selama triwulan II-2017, Bank Indonesia melaksanakan
itu, penggunaan media sosial juga terus dioptimalkan
kunjungan publik sebanyak 9 kali kepada sekolah maupun
sesuai perkembangan sarana komunikasi yang digunakan.
universitas yang dihadiri 1.113 peserta.
Terhadap seluruh media sosial Bank Indonesia, media
yang paling aktif menanggapi pertanyaan dan keluhan Berdasarkan survei, tingkat kepuasan pelaksanaan
netizen adalah facebook dan twitter. kegiatan kunjungan ke Bank Indonesia mencapai sebesar
96,87% atau meningkat sebesar 0,23% dibandingkan
Sampai dengan triwulan II-2017, Facebook Page Bank
triwulan sebelumnya (96.65%). Di sisi lain, Bank Indonesia
Indonesia mendapatkan Like sebanyak 43.467 dari
juga menyediakan aplikasi mobile untuk meningkatkan
pengguna. Informasi yang dikomunikasikan melalui
jangkauan distribusi majalah Gerai Info sehingga
facebook berupa liputan mengenai kegiatan yang dilakukan
memudahkan publik untuk membaca melalui media digital.
Bank Indonesia, video, pengumuman, dan infograÄs. Saat
Bank Indonesia senantiasa berkomunikasi secara inovatif
ini, followers Twitter @bank_indonesia mencapai 523.727.
mengikuti perkembangan masyarakat yang semakin
Informasi yang disampaikan melalui twitter antara lain suku
modern.

107
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Pengembangan SDM dan Kepemimpinan Nasional”.
3.5.2. Edukasi Kebanksentralan
Pertemuan ini dihadiri narasumber mantan Wakil
Bank sentral memiliki peran penting dalam perekonomian, Presiden Republik Indonesia Try Sutrisno.
sehingga keberadaan dan peranannya perlu diketahui
oleh masyarakat luas. Bank sentral yang kredibel di mata Selain program training, flagship, dan seminar tersebut,
masyarakat akan berdampak positif bagi implementasi Bank Indonesia juga menyelenggarakan pameran
kebijakan yang diambil. Hal ini disebabkan pandangan kebanksentralan dalam kegiatan yang diselenggarakan
positif dari masyarakat dapat meningkatkan efektivitas oleh Perpustakaan Nasional. Pameran ini diselenggarakan
kebijakan bank sentral. pada 15-19 Mei 2017 dan dihadiri oleh sekitar 500 orang.

Untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan


masyarakat tentang peran dan fungsi bank sentral, Bank 3.5.3. Komunikasi dengan Investor dan Lembaga
Indonesia melaksanakan berbagai kegiatan edukasi Internasional
kebanksentralan. Kegiatan ini mencakup pengajaran Kegiatan Investor Relations Unit (IRU)
kepada kalangan akademisi melalui training for trainers
Kegiatan hubungan investor. Sepanjang triwulan II-
bagi dosen kebanksentralan dan kuliah umum. Selain itu,
2017, Investor Relation Unit (IRU) Bank Indonesia telah
Bank Indonesia melaksanakan flagship program/seminar
melaksanakan sejumlah kegiatan hubungan investor
dengan topik-topik kebanksentralan yang mengundang
untuk mengelola persepsi positif perekonomian Indonesia.
stakeholders eksternal.
Kegiatan itu dilakukan dalam bentuk investor briefing,
Pada triwulan II–2017, Bank Indonesia melaksanakan investor conference call, dan persiapan penerbitan Surat
edukasi kebanksentralan sebagai berikut: Utang Negara (SUN) Indonesia dalam valuta asing.

a. Pada bulan April 2017, Bank Indonesia mengadakan Selaku sekretariat IRU Nasional, IRU Bank Indonesia
flagship program dan seminar dengan topik Financial telah melakukan koordinasi penyusunan materi dengan
& Operational Risk Management yang diikuti oleh kementerian/lembaga (K/L) terkait serta fasilitasi
200 peserta eksternal. Selain itu, dilaksanakan juga pelaksanaan semi-annual review Fitch atas Sovereign
seminar dengan topik Central Bank Policy Mix: Issues, Credit Rating (SCR) Indonesia. Secara rutin, IRU juga
Challenges & Policy Respond. melakukan pengkinian data dan informasi ekonomi
Indonesia melalui website IRU dalam kerangka diseminasi
b. Pada 18-19 Mei 2017, Bank Indonesia
informasi kepada stakeholders (lembaga pemeringkat,
menyelenggarakan training for trainer (ToT) dan kuliah
investor, dan opinion maker),
umum kebanksentralan di Universitas Airlangga,
Surabaya. ToT kebanksentralan diikuti oleh 24 dosen Kegiatan investor briefing. Pada triwulan II-2017,
pengampu mata kuliah kebanksentralan di wilayah kegiatan investor briefing kepada investor portofolio
Jawa Timur. Sementara, kuliah umum dilakukan oleh dilaksanakan antara lain dengan Bank of America Merryl
Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo yang Lynch, Citibank, Standard Chartered Bank, PIMCO, JP
diikuti oleh sekitar 500 mahasiswa. Morgan, dan Mitsubishi UFJ Research & Consulting.
Pada 18 Mei 2017, IRU juga telah melaksanakan investor
c. Guna mendukung optimalisasi kegiata ToT,
conference call dengan tema “Indonesian Recent
Bank Indonesia fokus terhadap universitas yang
Economic Development and Policy Update, Q1-2017.”
dikategorikan sebagai Tier 1 yaitu universitas yang
Investor conference call menghadirkan narasumber Deputi
telah menjadikan mata kuliah kebanksentralan
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Kepala Pusat
sebagai mata kuliah wajib. Untuk itu, bersamaan
Kebijakan Makroekonomi BKF Kementerian Keuangan
dengan kegiatan ToT di Universitas Airlangga,
Parjiono, dan Direktur Strategi Pembiayaan dan Portofolio,
dilakukan penandatanganan nota kesepahaman
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko,
pengembangan mata kuliah kebanksentralan antara
Kementerian Keuangan Scenaider CH. Siahaan. Kegiatan
Bank Indonesia dan Universitas Airlangga.
investor briefing dan investor conference call merupakan
d. Pada 6-10 Mei 2017, flagship program dan seminar salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan data dan
diselenggarakan dengan topik Economic Leadership informasi serta klariÄkasi dari investor. Kegiatan tersebut
for Regional Government Leaders. Selanjutnya, pada diharapkan mampu meningkatkan market confidence
22 Mei 2017, Bank Indonesia menyelenggarakan pelaku pasar internasional terhadap perekonomian
Presidential Lecture bertema “Pemantapan Nilai- Indonesia.
Nilai Pancasila dan Spirit Kebangsaan dalam

108
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Kegiatan roadshow. IRU Bank Indonesia juga menjadi melalui penyelenggaraan sejumlah kegiatan seperti West
bagian dari delegasi RI pada Roadshow terkait penerbitan Java Ambassador Forum di Bandung (April 2017) dan
SUN valuta asing tahun 2017 yaitu Samurai Bonds yang Manado International Conference on Tourism Investment
telah dilakukan pada April 2017. Roadshow tersebut di Manado (Mei 2017). Selain itu, RIRU juga telah secara
dilakukan untuk menyampaikan informasi terkini mengenai rutin menyusun dan mendiseminasikan data dan informasi
kondisi dan kebijakan perekonomian Indonesia kepada mengenai perkembangan ekonomi daerah termasuk
existing investor dan investor potensial di kota – kota besar potensi investasi daerah dalam bentuk Presentation Book
di Jepang serta dilaksanakan dalam bentuk one-on-one kepada stakeholder domestik maupun luar negeri.
maupun group meeting.

Semi-annual review lembaga rating. Pada triwulan II-2017,


telah dilangsungkan semi-annual review oleh lembaga 3.6. Program Strategis Bank Indonesia
rating Fitch atas SCR Indonesia. Dalam semi-annual
review ini, IRU Bank Indonesia melakukan sejumlah
persiapan, antara lain penyusunan materi maupun fasilitasi
penyelenggaraan conference call antara Fitch dengan Bank
Indonesia dan Kementerian Keuangan. Persiapan lainnya
antara lain pemenuhan data dan informasi yang diperlukan Pelaksanaan 29 Program Strategis sejalan dengan
oleh Fitch. Koordinasi yang erat antar K/L dalam persiapan 5 tema strategis dilakukan sesuai tahapan untuk
semi-annual Fitch telah membuahkan hasil yang baik mencapai sasaran akhir tahun.
dimana Fitch memberikan aÄrmasi atas SCR Indonesia
pada level BBB- dengan outlook stabil.

Dukungan Investor Relations Unit (IRU) di Kantor


Perwakilan Bank Indonesia Luar Negeri (KPwBI LN). Upaya Pelaksanaan Program Transformasi Bank Indonesia untuk
peningkatan persepsi positif perekonomian Indonesia juga mewujudkan Visi Bank Indonesia 2024 dilakukan melalui
didukung oleh KPwBI LN di Singapura, Tokyo, London, pengelolaan Program Strategis (PS) yang akan dikelola
maupun New York. Selama triwulan II-2017, KPwBI LN dari 5 tema transformasi. Tema transformasi tersebut
telah melakukan sejumlah pertemuan dengan investor adalah (i) Policy Excellence, (ii) Outstanding Execution, (iii)
antara lain Rothschild, Schroder, Finistere, Aberdeen, BNP Institutional Leadership, (iv) Motivated Organization, dan
Paribas, dan Standard Chartered Bank. Dalam kegiatan (v) State of The Art Technology. Melanjutkan pelaksanaan
tersebut, KPwBI LN berkoordinasi dengan perwakilan tahun sebelumnya, pada tahun 2017 Anggota Dewan
kementerian/lembaga seperti KBRI dan Indonesia Gubernur memutuskan bahwa program strategis sejumlah
Investment Promotion Centre (IIPC) melalui Dedicated 29.
Team Meeting dalam kerangka Global Investor Relations
Unit (GIRU). Fokus program strategis adalah pengembangan kerangka
kebijakan dan operasionalisasi, penguatan mekanisme
Upaya peningkatan persepsi positif juga dilakukan melalui pengambilan keputusan, serta penyempurnaan
kerja sama dengan kementrian dan lembaga terkait dalam infrastruktur untuk mendukung pelaksanaan program
penyelenggaraan sejumlah kegiatan seperti Investment strategis. Untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan
Forum 2017: “Opportunities in the Renewable Energy program strategis, mekanisme pelaporannya dilakukan
Sector in Indonesia” di Montreal, Kanada (Mei 2017) secara dua mingguan.
dan Indonesia Week di Shanghai (Mei 2017). Berbagai
pertemuan KPwBI LN dengan stakeholders strategis Untuk mendukung pelaksanaan program transformasi
merupakan media yang sangat efektif untuk membangun dilakukan komunikasi program transformasi yang
jejaring, melakukan elaborasi, serta menjawab concerns menyasar target stakeholders internal maupun eksternal
stakeholder hingga pada akhirnya terdapat peningkatan Bank Indonesia. Selain memberikan pemahaman
persepsi positif terhadap ekonomi Indonesia. mengenai Program Transformasi yang sudah berjalan,
kegiatan komunikasi juga mengukur hasil implementasi
Pengelolaan persepsi positif di daerah juga dilakukan program strategis yang telah dijalankan.
melalui Regional Investor Relations Unit (RIRU) di 5 KPwBI
DN sebagai pilot project (PP) yakni Sumatera Utara, Adapun perkembangan pelaksanaan program strategis
Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Timur, dan Sulawesi dalam setiap tema transformasi sampai dengan triwulan
Utara. Pengelolaan persepsi positif tersebut dilakukan II-2017 adalah sebagai berikut:

109
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
i. Policy Excellence planning & disaster recovery (fokus utama PS 6) dan
Tema yang mengusung program peningkatan kualitas pengelolaan manajemen risiko (fokus utama PS 9)
dan efektivitas kebijakan Bank Indonesia ini dijalankan untuk memastikan proses bisnis terus berjalan meski
melalui 7 program strategis (PS) sejak 2016. Program kondisi darurat.
strategis ini dimulai dengan merumuskan dan
Bank Indonesia juga menginisiasi pembentukan
memperkuat framework atau kerangka kebijakan
center of excellence di bidang surveillance tugas
moneter dan makroprudensial serta kebutuhan
Bank Indonesia (focus utama PS 5). Bank Indonesia
infrastruktur pendalaman pasar keuangan (fokus
juga melakukan sentralisasi jaringan distribusi uang
utama PS 1, PS 26 dan PS 27).
untuk mempercepat ketersediaan, ketepatan waktu,
Bank Indonesia juga mengembangkan pendekatan dan kualitas pengiriman uang (fokus utama PS 8) dan
operasional dari kebijakan (fokus utama PS 2), mengoptimalkan kapasitas percetakan uang (focus
mengembangkan riset dan input pengambilan utama PS 7).
kebijakan, dan memperkuat proses pengambilan
Sejalan dengan halter sebut, Departemen Riset
keputusan dan komunikasi kebijakan (fokus utama
(DR) bersama KPwBI DN akan mengoptimalkan
PS 3). Tema ini juga mencakup program penyusunan
peran Bank Indonesia di daerah (fokus utama PS
metodologi monitor stabilitas sistem keuangan (SSK)
10). Langkah yang akan dilakukan adalah dengan
yang eÄsien dan efektif melalui regional dan national
meningkatkan pemahaman terhadap perekonomian
balance sheet (fokus utama PS 4). Program strategis
daerah, mendorong inisiatif, dan peran advisory
lainnya adalah penyempurnaan aspek legalitas
bidang ekonomi.
Bank Indonesia melalui revisi Undang Undang Bank
Indonesia (fokus utama PS 28). Sampai dengan triwulan II-2017, tema ini
telah menyelesaikan identiÄkasi potensi risiko
Dari tema ini, sampai dengan triwulan II-2017, Bank
konglomerasi non keuangan. IdentiÄkasi ini untuk
Indonesia menyempurnakan pengaturan Giro Wajib
mendukung metode risk based approach, melihat
Minimum (GWM) untuk meningkatkan efektivitas
interconnectedness antara grup korporasi dengan
transmisi kebijakan moneter dengan menerbitkan
sektor keuangan yang menyebabkan permasalahan
Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 19/6/PBI/2017
kinerja satu sama lain.
tanggal 17 April 2017. PBI ini merupakan perubahan
kelima atas PBI 15/15/PBI/2013 tentang Giro Wajib Untuk mendukung kelangsungan kerja, fungsi dan
Minimum Bank Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing operasionalisasi dalam keadaaan darurat, Bank
bagi Bank Umum Konvensional (GWM Averaging). Indonesia telah menyiapkan Business Resumption
Site (BRS) jangka menengah dan Alternate Command
Program lainnya adalah peresmian Pusat Informasi
Center (ACC).
Harga Pangan Strategis (PIHPS). PIHPS bertujuan
untuk mengintegrasikan harga di pasar tradisional Untuk mendukung penguatan peran advisory ekonomi
dengan pasar modern sekaligus memanfaatkan Bank Indonesia di seluruh provinsi, Bank Indonesia
national & regional balance sheet yang lebih telah mendirikan Kantor Perwakilan Kalimantan Utara.
ekstensif. Langkah yang dilakukan adalah dengan Pendirian KPw ini juga sebagai komitmen nyata Bank
menetapkan wilayah pilot project untuk penyusunan Indonesia untuk ada di setiap makna Indonesia, yakni
Regional Financial Account Balance Sheet (RFABS). melalui kehadiran kantor Bank Indonesia di masing-
Wilayah yang ditetapkan antara lain Sumatera Utara, masing provinsi.
Sumatera Barat, DKI Jakarta, JawaTimur, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, iii. Institutional Leadership
Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan. Selanjutnya, Tema ini mengusung penguatan peran Bank Indonesia
pilot project itu akan diduplikasi pada wilayah lain sebagai inisiator/pelopor program terdepan dan
yang memiliki kegiatan ekonomi lebih kecil. diakui secara nasional maupun internasional. Tema
ini dilaksanakan melalui 6 program strategis. Program
ii. Outstanding Execution tersebut adalah penguatan strategi kebijakan
Tema ini bertujuan untuk meningkatkan eÄsiensi, internasional untuk mendukung kepentingan Bank
ketepatan waktu, dan kualitas proses kerja di Indonesia maupun nasional dan meningkatkan
seluruh satker melalui 6 program strategis. Program kepemimpinan Bank Indonesia di kawasan (fokus
tersebut antara lain memperbaiki business continuity utama PS 11). Program strategis selanjutnya adalah

110
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
protokol manajemen krisis termasuk penguatan ini dilakukan dengan 6 program strategis yang
koordinasi dengan OJK, Kemenkeu, dan LPS yang di berkaitan erat dengan area sumber daya manusia.
dalamnya termasuk koordinasi yang lebih erat dengan Untuk mencapai Motivated Organization, pengelolaan
instansi terkait (fokus utama PS 12), dan pendalaman SDM di Bank Indonesia diperbaiki mulai dari jalur
pasar keuangan (focus utama PS 13). perekrutan (fokus utama PS 18), career path dan job
grading (fokus utama PS 19), pengembangan SDM
Bank Indonesia juga mengembangkan ekonomi (talenta) dan kepemimpinan yang mendukung (fokus
syariah melalui koordinasi lintas institusi (fokus utama PS 21) hingga manajemen kinerjanya (fokus
utama PS 14). Tak kalah pentingnya, Bank Indonesia utama PS 20). Selaras dengan itu, Bank Indonesia
juga terus mendorong program elektroniÄkasi dan melakukan reorganisasi di seluruh satuan kerja
keuangan inklusif, serta instrumen pembayaran (fokus sebagai wujud penguatan fungsi Bank Indonesia
utama PS 15). Bank Indonesia mengembangkan sebagai bank sentral hasil rekomendasi AFSBI (fokus
National Payment Gateway (NPG) dan Platform utama PS 22).
Electronic Bill Presentment and Payment (EBPP)
(fokus utama PS 16) dan mengawal perkembangan Sampai dengan triwulan II-2017, upaya penguatan
Financial Technology (fokus utama PS 29). sistem Manajemen SDM dilakukan dengan pemetaan
job family dan nature of job setiap jabatan di Bank
Sampai dengan triwulan II-2017, tema ini telah Indonesia. Tema ini juga memberikan usulan
berhasil menyelesaikan penandatanganan pergerakan pegawai (mutasi) untuk pemenuhan SDM
Nota Kesepahaman antara Bank Indonesia dan KPw Kalimantan Utara dan penyesuaian pengaturan
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia terkait promosi.
peningkatan diplomasi ekonomi. Tema ini berhasil
menerbitkan empat ketentuan. Pertama, Peraturan v. State of The Art Technology
Bank Indonesia tentang pinjaman likuiditas jangka Tema ini berpijak pada pemanfaatan teknologi
pendek (PLJP) bagi bank umum konvensional. Kedua, mutakhir untuk mempercepat progres pencapaian
PBI tentang transaksi sertiÄkat deposito di pasar visi dan misi Bank Indonesia dan dilaksanakan
uang. Ketiga, PBI tentang SertiÄkasi Treasury dan melalui 3 program strategis. Pertama, penguatan
Penerapan Kode Etik Pasar. Keempat, PBI tentang sistem informasi di Bank Indonesia dimulai dengan
Gerbang Pembayaran Nasional (national payment desain arsitektur informasi (fokus utama PS 24).
gateway) untuk mewujudkan sistem pembayaran Kedua, perbaikan pengelolaan operasional dan tata
nasional yang lancar, aman, eÄsien, dan andal, serta kelola sistem informasi (fokus utama PS 25). Ketiga,
dengan memperhatikan perkembangan informasi, pemanfaatan big data dalam proses pengambilan
komunikasi, teknologi, dan inovasi yang semakin keputusan di bidang moneter dan SSK (fokus utama
maju, kompetitif, dan terintegrasi. PS 23).

PBI PLJP merupakan tindak lanjut dari Undang- Sampai dengan triwulan II-2017, telah diselesaikan
Undang Nomor 9 tahun 2016 tentang pencegahan blue print infrastruktur pendukung optimalisasi
dan penanganan krisis sistem keuangan. PBI big data dan penyediaan indikator ekonomi
Transaksi SertiÄkat Deposito di Pasar Uang bertujuan secara rutin dan terotomasi. Agar selaras dengan
agar lebih banyak bank yang menerbitkan instrumen perkembangan big data di Indonesia, Bank Indonesia
tersebut guna mencari alternatif pendanaan di luar juga menyelenggarakan seminar pemanfaatan big
dana pihak ketiga (DPK). PBI SertiÄkasi Treasury data. Seminar tersebut dihadiri berbagai kalangan
dan Penerapan Kode Etik Pasar untuk meningkatkan dari industri, akademisi, dan/atau lembaga/instansi
integritas dan standardisasi kompetensi direksi dan terkait. Selain itu, Bank Indonesia telah menyiapkan
pegawai pelaku pasar yang bertanggung jawab dan infrastruktur pengembangan Enterprise Data
yang melakukan aktivitas treasury. Tema ini juga Warehouse statistical respository untuk mendukung
berhasil menyelesaikan blue print yang menjadi dasar integrasi data di Bank Indonesia.
Bank Indonesia untuk mendukung pengembangan
ekonomi dan keuangan syariah.

iv. Motivated Organization


Tema yang bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan, kapabilitas, dan motivasi pegawai

111
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
112
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Bab IV
Kapabilitas Intern Bank Indonesia

Pencapaian tujuan dan kinerja Bank Indonesia untuk mencapai visi Bank Indonesia
2024 tidak dapat dilepaskan dari dukungan kapabilitas internal. Dalam menjalankan
kewenangannya, Bank Indonesia secara konsisten menerapkan prinsip tata kelola
yang baik (good governance) dalam penerapan berbagai perangkat manajemen
strategi, audit intern, manajemen risiko, pengelolaan keuangan, sistem informasi,
aspek hukum, serta organisasi dan manajemen sumber daya.

113
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
RINGKASAN

1. Perwujudan akuntabilitas dan transparansi bank sentral kepada publik melalui penerbitan
Laporan Tahunan Bank Indonesia 2016, publikasi laporan pelaksanaan tugas dan wewenang,
dan penyampaian tanggapan atas telaahan Badan Supervisi Bank Indonesia.
2. Penyampaian Arahan Tahunan Gubernur Bank Indonesia (ATGBI) yang berisi panduan
umum untuk mengawali proses perencanaan dan penyusunan Program Kerja, Anggaran, dan
Rencana Investasi tahun 2018.
3. Pelaksanaan audit internal terhadap 1 satker Kantor Pusat, 3 Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Dalam Negeri dan 1 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Luar Negeri.
4. Melanjutkan pengembangan risk based internal audit dan risk management terintegrasi, antara
lain penyempurnaan beberapa pedoman operasional pelaksanaan risk based internal audit dan
penyusunan risk control matrix untuk berbagai proses bisnis yang memiliki prioritas risiko
tinggi.
5. Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia (LKTBI) Tahun 2016 telah selesai diaudit oleh
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) dan mendapat opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP).
6. Penguatan cyber security resiliency dengan mengadopsi ISO27032:2014 Information Technology
- Security Techniques - Guidelines For Cyber Security untuk menjaga keamanan informasi dari
serangan siber.
7. Penyelesaian sistem informasi (SI) terkait laporan BPR, penyempurnaan JISDOR, pemantauan
kredit UMKM, sentralisasi administrasi kas, enhancement SI kepegawaian, serta pengendalian
anggaran dan rencana investasi.
8. Pelaksanaan analisis beban kerja terhadap 12 satuan kerja di Kantor Pusat.
9. Penerbitan 6 Peraturan Bank Indonesia, 5 Peraturan Anggota Dewan Gubernur, 4 Peraturan
Dewan Gubernur, dan 9 Peraturan Anggota Dewan Gubernur Intern.
10. Pelaksanaan PSBI melalui 247 program dengan 6 subtema untuk mendukung pengendalian
inflasi, meningkatkan kapasitas ekonomi, meningkatkan kapabilitas SDM, dan edukasi publik.

114
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Terkait dengan struktur tata kelola dan sebagai bentuk
4.1. Tata Kelola (Governance) akuntabilitas, Bank Indonesia menyampaikan laporan
pelaksanaan tugas dan wewenangnya kepada DPR-RI
dan Pemerintah. Pada triwulan II-2017, Bank Indonesia
telah menyampaikan laporan pelaksanaan tugas dan
wewenang triwulan I-2017 kepada DPR-RI dan Pemerintah
selaku stakeholders utama sebagaimana amanat Undang
Hasil survei keyakinan stakeholders terhadap Undang tentang Bank Indonesia. Melengkapi laporan
akuntabilitas Bank Indonesia mencapai 5,13 dari tersebut, Bank Indonesia telah menyampaikan penjelasan
skala 1-6. langsung terkait kebijakan dan kewenangannya kepada
DPR-RI melalui rapat kerja. Selain kepada stakeholders
tersebut, Bank Indonesia juga menyampaikan laporan
kepada lembaga negara terkait, pengamat, media massa,
dan akademisi, serta mempublikasikan laporan tersebut
Untuk memastikan penerapan tata kelola dilakukan kepada masyarakat melalui website Bank Indonesia.
secara terarah, konsisten, dan terkoordinasi, Bank
Indonesia mengimplementasikan praktek tata kelola Bentuk akuntabilitas lainnya adalah pengawasan kegiatan
sesuai dengan governance framework Bank Indonesia. operasional tertentu oleh Badan Supervisi Bank Indonesia
Kerangka kerja konseptual governance tersebut secara (BSBI). Pada triwulan II-2017, Bank Indonesia telah
lengkap menggambarkan sistem dan proses yang perlu menyusun tanggapan atas 11 rekomendasi telaahan yang
diterapkan organisasi untuk memastikan tercapainya disampaikan oleh BSBI untuk periode triwulan IV-2016.
kinerja (performance) dengan cara-cara yang dapat Telaahan BSBI terdiri dari telaahan atas laporan keuangan
dipertanggungjawabkan (conformance). Governance Bank Indonesia, anggaran operasional dan investasi,
Framework Bank Indonesia memuat 5 (lima) elemen pokok prosedur pengambilan keputusan kegiatan operasional di
yakni prinsip, komitmen, struktur, proses, dan hasil tata luar kebijakan moneter dan pengelolaan aset (tata kelola)
kelola. serta isu-isu khusus selain laporan keuangan, anggaran
operasional dan investasi dan tata kelola.
Penerapan tata kelola setiap elemen pokok tersebut
mengacu pada sekumpulan aturan umum tata kelola yang Dari hasil telaahan itu, Bank Indonesia melakukan
menetapkan standar praktik terbaik. Pengaturan tersebut beberapa komitmen tindak lanjut perbaikan. Beberapa
memberikan panduan atas penerapan aspek-aspek komitmen tersebut antara lain pertama, optimalisasi
governance dalam setiap kegiatan pada seluruh jenjang pengelolaan aset melalui koordinasi dengan Pemerintah
organisasi, agar sejalan dengan prinsip tata kelola Bank terkait konversi Surat Utang Pemerintah (SUP) menjadi
Indonesia. Surat Berharga Negara (SBN) yang dapat diperjual-belikan
(tradable). Kedua, mendorong peningkatan efektivitas dan
Sesuai prinsip tata kelola, pelaksanaan tugas Bank efisiensi pelaksanaan program kerja dan rencana investasi
Indonesia berlandaskan pada 3 (tiga) prinsip yakni melalui Forum Koordinasi Rencana Investasi (FKRI).
independensi, akuntabilitas, dan transparansi. Penerapan Ketiga, menyempurnakan materi dan proses komunikasi
dan penegakan tata kelola di Bank Indonesia bertujuan agar dapat lebih mudah dipahami oleh seluruh lapisan
untuk menghasilkan kredibilitas dengan mengedepankan masyarakat.
pelaksanaan tugas secara efektif dan efisien, memenuhi
aturan perundang-undangan, memperhatikan standar Terkait dengan proses tata kelola, pada triwulan II-2017
praktik umum, dan berupaya memenuhi ekspektasi Bank Indonesia melaksanakan Program Strategis Bank
pemangku kepentingan terhadap akuntabilitas dan Indonesia “Memperkuat Governance, Manajemen Risiko,
transparansi Bank Indonesia. dan Pengendalian Intern” yang telah dicanangkan pada
awal tahun.
Terkait dengan komitmen tata kelola, pada triwulan II-2017
Bank Indonesia melanjutkan program komunikasi dan Dalam rangka mengembangkan blueprint Governance,
sosialisasi internal mengenai aturan kode etik dan pedoman Risk, and Control (GRC), Bank Indonesia menyelesaikan
perilaku untuk memperkuat pemahaman pegawai. Secara penyusunan kajian GRC sebagai tahap awal asesmen
sistematis, materi kode etik dan pedoman perilaku telah untuk mengidentifikasi sejauh mana Bank Indonesia telah
menjadi bagian kurikulum pelatihan Bank Indonesia menerapkan fungsi GRC secara terintegrasi. Asesmen
Institute kepada pegawai baru (on boarding) dan promosi. dilakukan terhadap GRC Systems Bank Indonesia
yang meliputi tata kelola (governance), manajemen

115
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
kinerja (performance management), manajemen risiko Indonesia. Pengukuran dilakukan melalui survei oleh pihak
(risk management), audit internal (internal audit), dan independen untuk menghasilkan penilaian yang obyektif.
manajemen kepatuhan (compliance management). Secara umum, keyakinan terhadap akuntabilitas Bank
Dengan pengembangan GRC Systems yang terintegrasi, Indonesia mencapai 5,13 dari skala 1-6. Aspek akuntabilitas
diharapkan Bank Indonesia dapat mencapai visi, misi, dan yang dinilai antara lain terkait perumusan kebijakan,
sasaran strategis secara andal dan dapat mengatasi setiap pelaksanaan tugas, pengelolaan keuangan, integritas
unsur ketidakpastian. dan profesionalitas SDM, dan pertanggungjawaban tugas
kepada parlemen, pemerintah, dan masyarakat.
Sebagai wujud akuntabilitas dan transparansi bank sentral
kepada publik, pada bulan Juni 2017 Bank Indonesia
menerbitkan Laporan Tahunan Bank Indonesia (LTBI) 2016. 4.2. Manajemen Strategis dan Kinerja
Sebagai laporan tahunan (annual report), LTBI memuat
laporan manajemen yang mencakup informasi mengenai
capaian kinerja pelaksanaan tugas Bank Indonesia sebagai
otoritas moneter, makroprudensial, sistem pembayaran
dan pengelolaan uang Rupiah, pelaksanaan tata kelola,
program sosial, pengelolaan organisasi dan Laporan
Sesuai siklus Sistem Perencanaan, Anggaran, dan
Keuangan Tahunan Bank Indonesia (LKTBI) yang telah
Manajemen Kinerja, dimulai langkah-langkah awal
diaudit Badan Pemeriksa Keuangan. Mencermati kondisi
proses perencanaan dan penyusunan Program
perekonomian global yang masih belum sepenuhnya
Kerja, Anggaran, dan Rencana Investasi tahun
pulih dan perekonomian domestik yang berada pada
awal tren perbaikan pada tahun 2016, LTBI mengangkat 2018.
tema “Mengoptimalkan Potensi, Memperkuat Resiliensi”
yang menggambarkan respons Bank Indonesia bersama
dengan Pemerintah berupaya menjaga daya tahan dan Bank Indonesia menggunakan mekanisme manajemen
kesinambungan perekonomian dengan mengoptimalkan strategis yang mencakup perumusan, perencanaan,
berbagai potensi yang ada. pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi arah strategis
Bank Indonesia1. Penggunaan mekanisme tersebut
Terkait dengan hasil tata kelola, pada triwulan II-2017 bertujuan untuk memberikan dasar hukum pelaksanaan
Bank Indonesia melakukan pengukuran mengenai program kerja dan kegiatan, serta penggunaan anggaran
persepsi stakeholders terhadap good governance Bank untuk mendukung pencapaian misi dan visi Bank Indonesia.

VISI - MISI
Nilai-Nilai Strategis
Tujuan

mendukung implementasi strategi organisasi melalui peningkatan kinerja,


efektivitas program kerja dan tata kelola yang baik

3
AN
LAKS AAN
FUNGSI: berjalannya siklus

PE P
EN
PEIKRUE->AngNgAarAN
an

GEN
4

PAMK
DALIAN
NCA
2

SS-

ER 1
5

SI

A
P

ST U M U LU
R A SA N
TEGI EVA

· Berorientasi pada · Terukur · Efektif


Prinsip

pencapaian visi dan misi · Berkesinambungan · Kehati-hatian


· Keselarasan · Akuntabel · Otonom dalam kewenangan
· Transparan · Obyektif mengelola anggaran

Gambar 4.1. Framework SPAMK2

1 Diatur dalam PDG No. 17/16/PDG/2015 tanggal 31 Desember 2015 tentang Sistem Perencanaan, Anggaran, dan Manajemen Kinerja Bank Indonesia (SPAMK BI).
2 SPAMK adalah suatu sistem yang mencakup aturan, perangkat, dan mekanisme dalam manajemen strategis dan anggaran untuk mencapai visi dan misi Bank Indonesia
secara terintegrasi, sistematis, seimbang, dan berkelanjutan.

116
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Secara garis besar, perencanaan strategi di Bank Indonesia Dewan Gubernur telah menyelesaikan pembahasan
terbagi menjadi tiga bagian, yaitu perencanaan strategis usulan PKARI Satker 2018 selaras dengan strategi jangka
jangka panjang, menengah dan pendek. panjang AFSBI. Selanjutnya, Dewan Gubernur dan seluruh
pemimpin satuan kerja membahas usulan PKARI Satuan
Perencanaan strategi jangka panjang. Perencanaan Kerja 2018 dalam forum Rapat Kerja Tahunan (RKT) Juli
strategi jangka panjang merupakan penjabaran detil 2017. Dalam persiapannya, Bank Indonesia melakukan
dalam mencapai visi dan misi Bank Indonesia. Dalam hal review dan analisis mendalam mengenai program kerja
ini, Dewan Gubernur telah menetapkan Arsitektur Fungsi dan anggaran masing-masing satuan kerja agar selaras
Strategis Bank Indonesia (AFSBI) sebagai rencana strategi dengan strategi Bank Indonesia jangka menengah dan
Bank Indonesia dari 2014 hingga 2024. panjang.
Perencanaan strategi jangka menengah. Perencanaan Dalam pelaksanaannya, masing-masing satuan kerja akan
jangka menengah direkomendasikan oleh satuan kerja melaksanakan Program Kerja, Anggaran dan Rencana
Perencanaan, Anggaran, dan Manajemen Kinerja (PAMK). Investasi (PKARI) dalam periode satu tahun sesuai
Selanjutnya, Dewan Gubernur menetapkan rekomendasi dengan target dan waktu tertentu. Program Kerja yang
tersebut dalam Rapat Dewan Gubernur sebagai Rencana bersifat multiyears diimplementasikan dalam pentahapan
Strategis Bank Indonesia (Restra BI). Selanjutnya, masing-masing tahun yang disesuaikan dengan PKARI
Restra tersebut akan dikomunikasikan dalam Forum tahunan. Masing-masing pemimpin satuan kerja memiliki
Strategis (Forstra) dengan periode lima tahun sekali yang kewenangan untuk mengelola anggaran dan Rencana
diselenggarakan satu tahun sebelum Renstra berikutnya Investasi Satuan Kerja. Apabila terdapat rencana Investasi
dimulai. baru dalam tahun berjalan, maka rencana investasi tersebut
Perencanaan strategi jangka pendek. Setiap tahun harus mendapat rekomendasi dari satuan kerja pelaksana
Gubernur Bank Indonesia memberikan arahan kepada category management.
seluruh satuan kerja mengenai implementasi rencana
strategis Bank Indonesia. Dalam menyusun PKARI, Bank
Indonesia mempertimbangkan hal sebagai berikut:
4.3. Manajemen Risiko
a. evaluasi pencapaian arah strategis dan pelaksanaan
strategi, serta penajaman yang diperlukan.

b. pencapaian Sasaran Strategis dan IKU Bank


Indonesia serta IKU Satuan Kerja secara tahunan;
Untuk meningkatkan tata kelola (governance)
Pada triwulan II-2017, Bank Indonesia merumuskan manajemen risiko, pelaksanaan Manajemen Risiko
strategi berdasarkan analisis lingkungan strategis,
Bank Indonesia di level satuan kerja dibagi kedalam
baik internal maupun eksternal, serta hasil evaluasi
tiga lini pengendalian.
perkembangan periode sebelumnya. Untuk memperkuat
hasil analisis lingkungan strategis tersebut, pada bulan
April 2017, dilakukan diskusi dengan seluruh Anggota
Dewan Gubernur untuk melakukan brainstorming
lingkungan strategis Bank Indonesia. Selanjutnya, Bank Penerapan manajemen risiko di Bank Indonesia bertujuan
Indonesia melakukan kegiatan Focus Group Discussion untuk mendukung pencapaian visi dan misi Bank
(FGD) dengan stakeholders eksternal pada bulan Mei Indonesia melalui pengelolaan risiko secara komprehensif.
2017. Hal ini dilakukan untuk memperoleh pandangan dan Pelaksanaan manajemen risiko merupakan bagian terpadu
masukan terkait kondisi terkini maupun isu-isu strategis dalam setiap perumusan dan pelaksanaan kebijakan
di sektor moneter, makroprudensial, sistem pembayaran, serta kegiatan operasional Bank Indonesia. Hal tersebut
governance, dan kelembagaan Bank Indonesia. bertujuan untuk memastikan bahwa seluruh pengambilan
keputusan di Bank Indonesia telah dilakukan sesuai
Pada triwulan tersebut, Bank Indonesia menuangkan hasil
dengan tata kelola (governance) yang baik dengan
diskusi dan FGD tersebut dalam Arahan Tahunan Gubernur
mempertimbangkan segala risiko yang mungkin timbul.
Bank Indonesia (ATGBI). ATGBI ini berisi panduan umum
terhadap perencanaan dan penyusunan Program Kerja, Penerapan manajemen risiko di Bank Indonesia mengacu
Anggaran, dan Rencana Investasi (PKARI) satuan kerja pada 5 prinsip manajemen risiko yaitu terintegrasi,
untuk periode setahun ke depan. Pada Juni 2017, Anggota terukur, dinamis, objektif, dan memberikan nilai

117
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
tambah. Berdasarkan prinsip tersebut, Bank Indonesia risiko di seluruh satuan kerja. Secara BI-wide, penguatan
mengharapkan fungsi manajemen risiko dapat berjalan manajemen risiko juga telah dilakukan melalui peningkatan
secara efektif dalam mendukung pencapaian tujuan Bank kapabilitas dan kompetensi internal control officer (ICO).
Indonesia, termasuk di dalamnya penggunaan sumber Peningkatan kapabilitas dan kompetensi itu di antaranya
daya secara efektif dan efisien, keandalan pelaporan, melalui pelaksanaan workshop dengan menghadirkan
serta kepatuhan terhadap hukum dan regulasi. Penerapan narasumber berpengalaman. Kegiatan lainnya berupa
prinsip-prinsip tersebut bertujuan untuk memperoleh hasil koordinasi dengan satuan kerja terkait dalam rangka
yang optimal sehingga berdampak positif terhadap kinerja, penyiapan perangkat organisasi bagi ICO. Bank Indonesia
kesinambungan keuangan, dan kredibilitas Bank Indonesia juga melakukan program pendampingan bagi ICO untuk
dalam menjaga kepercayaan dan melindungi kepentingan meningkatkan pemahaman terhadap proses bisnis Bank
publik. Indonesia dan penyusunan profil risiko.

Implementasi manajemen risiko di Bank Indonesia Sebagai bagian dari transformasi audit internal dan
mengacu pada kerangka kerja Manajemen Risiko Bank manajemen risiko Bank Indonesia yang terintegrasi, Bank
Indonesia (MRBI) berdasarkan praktik terbaik dan standar Indonesia melakukan beberapa penyempurnaan dengan
internasional, khususnya committee of sponsoring melibatkan konstultan independen. Kegiatan itu meliputi
organizations of the treadway commission -enterprise penyempurnaan kerangka kerja manajemen risiko,
risk management - integrated framework (COSO – ERM). penyempurnaan kebijakan manajemen keberlangsungan
Berdasarkan kerangka kerja tersebut, proses manajemen tugas, penyusunan pedoman manajemen risiko
risiko dilaksanakan dengan mengacu pada delapan kecurangan, dan evaluasi struktur fungsi Departemen
komponen yaitu: (i) Lingkungan Internal, (ii) Penetapan Manajemen Risiko.
Tujuan, (iii) Identifikasi Risiko, (iv) Asesmen Risiko, (v)
Respons Risiko, (vi) Kegiatan Pengendalian Risiko, (vii) Di sisi lain, Bank Indonesia terus melakukan penguatan
Informasi dan Komunikasi, dan (viii) Pemantauan Risiko. manajemen risiko pada proses bisnis utama Bank
Untuk menjamin terlaksananya manajemen risiko yang Indonesia. Sejak Maret 2017, Bank Indonesia mulai
holistik, terintegrasi, serta memberikan nilai tambah memetakan proses bisnis dan menyusun risk control
terhadap pencapaian visi dan misi Bank Indonesia, matrix (RCM) untuk berbagai proses bisnis yang memiliki
manajemen risiko dilaksanakan di seluruh tingkatan di prioritas risiko tinggi. Selanjutnya, Bank Indonesia akan
Bank Indonesia baik di level Dewan Gubernur, Anggota mengimplementasikan audit berbasis risiko terhadap
Dewan Gubernur, Forum Manajemen Risiko, dan satuan proses bisnis yang memiliki RCM tersebut. Proses
kerja. pemetaan dan penyusunan RCM akan berlangsung hingga
pertengahan 2018.
Selanjutnya, untuk meningkatkan tata kelola (governance)
manajemen risiko, pelaksanaan MRBI di level satuan kerja Sepanjang triwulan II-2017, tekanan (eksposur) risiko yang
dibagi kedalam tiga lini pengendalian, yakni: Pertama, dihadapi oleh Bank Indonesia adalah sebagai berikut:
satuan kerja pelaksana proses bisnis didukung oleh Internal a. Risiko Kebijakan. Risiko yang dihadapi Bank
Control Officer sebagai lini pengendalian pertama yang Indonesia atas penetapan dan pernyataan kebijakan,
memiliki peranan besar dalam melakukan pengelolaan serta pengaturan yang telah dikeluarkan oleh Bank
risiko dan memiliki tanggung jawab atas pengelolaan Indonesia.
risiko tersebut. Kedua, Departemen Manajemen Risiko
Risiko kebijakan yang dihadapi Bank Indonesia
berperan sebagai mengkoordinasikan dan melakukan
dipengaruhi oleh berbagai tekanan yang bersumber
validasi maupun integrasi atas aktivitas manajemen risiko
dari global mapun domestik. Dari sisi global, kenaikan
yang dilakukan oleh lini pengendalian pertama. Ketiga,
lebih lanjut Fed Fund Rate (FFR) dan rencana
Departemen Audit Intern sebagai lini pengendalian ketiga
penurunan besaran neraca bank sentral AS, hasil
bertanggung jawab dalam melakukan evaluasi secara
Pemilu di Inggris, serta potensi menurunnya harga
berkala atas efektivitas implementasi manajemen risiko
komoditas khususnya minyak dunia merupakan
Bank Indonesia dan melakukan fungsi audit.
risiko yang perlu diwaspadai. Dari sisi domestik,
Secara BI-wide, implementasi manajemen risiko lembaga beberapa risiko yang perlu dicermati adalah dampak
pada triwulan II-2017 telah dilakukan melalui pelaksanaan penyesuaian administered prices terhadap inflasi
asesmen risiko terhadap seluruh materi Rapat Dewan serta masih berlanjutnya konsolidasi korporasi dan
Gubernur maupun kegiatan pemantauan, review, dan perbankan.
penyampaian rekomendasi atas implementasi mitigasi

118
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Sebagai mitigasi risiko, Bank Indonesia terus Bank Indonesia dalam menyediakan likuiditas
memperkuat bauran kebijakan moneter, yang didukung oleh strategi pengelolaan portofolio
makroprudensial, dan sistem pembayaran guna cadangan devisa yang sebagian besar berupa Aset
menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem Likuid Berkualitas Tinggi dan memiliki maturitas
keuangan. Bank Indonesia juga terus mempererat jangka pendek.
koordinasi bersama pemerintah terkait pengendalian
e. Risiko Operasional. Risiko yang berasal dari faktor
inflasi agar tetap berada pada kisaran sasaran dan
internal (proses, sumber daya manusia, teknologi)
mendorong kelanjutan reformasi struktural agar
dan faktor eksternal, yang mempengaruhi kebijakan
dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang
dan/atau kegiatan operasional Bank Indonesia.
berkesinambungan.
Secara umum, eksposur risiko operasional relatif
b. Risiko Pasar. Risiko yang dihadapi Bank Indonesia
terkendali. Pelaksanaan proses bisnis yang
akibat pergerakan variabel pasar berupa suku bunga,
berhubungan dengan pemangku kepentingan
nilai tukar, ekuitas, dan komoditas yang berpengaruh
eksternal menghadapi tantangan yang tidak ringan
pada kinerja portofolio surat-surat berharga yang
dalam menjaga reputasi Bank Indonesia sebagai
dimiliki oleh Bank Indonesia.
otoritas sistem pembayaran dan agen pembayaran
Risiko pasar yang dihadapi Bank Indonesia selama kewajiban pemerintah. Proses bisnis itu antara lain
semester I-2017 relatif meningkat dipengaruhi oleh terkait dengan penyelenggaraan sistem pembayaran,
kenaikan Fed Fund Rate (FFR) serta perkembangan pengedaran uang rupiah, dan penyelesaian transaksi
geopolitik di kawasan Eropa, Timur Tengah, dan pemerintah.
semenanjung Korea. Mitigasi risiko pasar dilakukan
Sehubungan adanya serangan siber dalam bentuk
melalui monitoring varibel pasar keuangan maupun
malicious software (malware) atau ransomware
posisi portofolio yang dimiliki Bank Indonesia secara
dengan skala global, Bank Indonesia telah melakukan
ketat dan berjenjang oleh lini pengendalian pertama
langkah antisipasi melalui pengkinian dan pengujian
maupun kedua..
antivirus di seluruh sistem. Langkah antisipasi itu
c. Risiko Kredit. Risiko yang dihadapi Bank Indonesia termasuk upaya pengamanan transaksi pada sistem
akibat kegagalan satu atau beberapa pihak yang BI Realtime Gross Settlement (RTGS), Sistem
memiliki kewajiban membayar kepada Bank Indonesia Kliring Nasional BI (SKNBI), BI Scripless Securities
sesuai dengan kesepakatan, perjanjian, atau kontrak. Settlement System (BI-SSSS), dan BI Electronic
Trading Platform (BI-ETP). Bank Indonesia juga telah
Risiko kredit yang dihadapi Bank Indonesia relatif mengimbau perbankan untuk melakukan pengkinian
terjaga. Hal itu ditunjukkan oleh penerbit surat-surat dan pengujian terhadap seluruh sistem yang
berharga investasi cadangan devisa maupun lawan digunakan, termasuk segala produk dan infrastruktur
transaksi pengelolaan devisa dan operasi moneter yang terkait dengan sistem pembayaran.
yang stabil pada peringkat kredit berkualitas tinggi.
Mitigasi risiko kredit dilakukan melalui pembatasan Sebagai bagian dari pengendalian risiko operasional,
eksposur dengan melakukan penempatan investasi Bank Indonesia memiliki kebijakan manajemen
dan pelaksanaan transaksi pada penerbit surat-surat keberlangsungan tugas untuk memastikan kesiapan
berharga atau lawan transaksi yang memiliki peringkat setiap satuan kerja dalam menghadapi setiap
kredit berkualitas tinggi. Mitigasi risiko kredit juga peristiwa yang dapat mengakibatkan terhentinya
dilakukan dengan melakukan monitoring eksposur tugas kritikal. Pada triwulan II-2017, implementasi
risiko secara ketat dan berjenjang oleh satuan kerja manajemen keberlangsungan tugas difokuskan pada
di lini pengendalian pertama dan lini pengendalian perencanaan strategis untuk memastikan kesiagaan
kedua. setiap satuan kerja dalam menghadapi setiap
peristiwa yang dapat mengakibatkan terhentinya
d. Risiko Likuiditas. Risiko berupa ketidakmampuan tugas kritikal Bank Indonesia.
Bank Indonesia dalam memenuhi kewajiban keuangan
jatuh tempo dan mentransaksikan aset secara segera f. Risiko Hukum. Risiko yang berasal dari suatu tindakan
pada harga wajar. yang secara signifikan berpotensi menimbulkan
tuntutan dan pertanggungjawaban hukum antara
Pada triwulan II-2017, risiko likuiditas Bank Indonesia lain disebabkan oleh adanya kelemahan aspek
relatif terjaga. Hal itu tercermin pada kemampuan yuridis seperti ketiadaan, ketidakjelasan, perubahan

119
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
peraturan perundangan, dan/atau kelemahan secara intensif dilakukan monitoring terhadap penyelesaian
dokumen pembuktian hukum. tindak lanjut hasil audit oleh satuan kerja. Sampai dengan
akhir triwulan II-2017, seluruh tindak lanjut hasil audit dapat
Bank Indonesia memastikan terjaganya risiko hukum
diselesaikan sesuai dengan komitmen yang disepakati.
di dalam setiap kegiatan operasional maupun
pengambilan dan penetapan kebijakan serta Dalam menunjang pelaksanaan audit, Bank Indonesia
pengaturan. Dalam mengeluarkan suatu peraturan, melakukan konsultansi sistem pengendalian internal
Bank Indonesia melakukan analisis pemenuhan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses
aspek hukum. Sepanjang triwulan II-2017, eksposur bisnis berlandaskan pada tata kelola yang baik. Kegiatan
risiko hukum relatif terjaga. konsultansi diberikan untuk internal Bank Indonesia dalam
rangka perbaikan implementasi dan desain ketentuan.
g. Risiko Reputasi. Risiko yang disebabkan oleh opini,
persepsi, atau pemberitaan negatif yang dapat Pada triwulan II-2017, konsultansi yang diberikan antara
menurunkan kepercayaan publik terhadap Bank lain terkait dengan ketentuan Manajemen Keberlangsungan
Indonesia. Tugas Bank Indonesia (MKTBI), ketentuan pengelolaan
keuangan sehubungan dengan keanggotaan Negara
Pemberitaan negatif dapat muncul akibat masyarakat
Kesatuan Republik Indonesia di IMF, dan ketentuan operasi
tidak mendapatkan informasi secara utuh mengenai
moneter syariah. Selain itu, konsultansi juga diberikan
kebijakan yang telah ditempuh Bank Indonesia.
terhadap implementasi: (i) ketentuan pemanfaatan aset, (ii)
Persepsi yang tidak tepat tersebut dapat menurunkan
sistem pengamanan Bank Indonesia, (iii) pengadaan barang
kredibilitas Bank Indonesia. Untuk itu, Bank Indonesia
dan jasa, (iv) operasional perkasan, dan (v) pengenaan
terus berupaya untuk membangun kredibilitas melalui
sanksi kewajiban membayar terhadap penyelenggara
sosialisasi kepada seluruh pemangku kepentingan
transfer dana.
secara berkelanjutan. Sepanjang triwulan
II-2017, dengan adanya komunikasi dan sosialisasi Bank Indonesia juga melanjutkan pengembangan risk
secara berkelanjutan dengan berbagai pemangku based internal audit dan risk management terintegrasi
kepentingan, risiko reputasi dapat terjaga dengan yang telah dimulai pada beberapa periode sebelumnya.
baik. Pada triwulan II-2017, Bank Indonesia menyempurnakan
beberapa pedoman operasional pelaksanaan risk based
internal audit. Selain itu, Bank Indonesia menyusun rencana
4.4. Audit Internal kerja audit sebagai tindak lanjut proses pendampingan
pemetaan 2 (dua) proses bisnis dan penyusunan risk
control matrix terkait money service business dan proses
bisnis akuntansi Bank Indonesia yang telah dimulai pada
triwulan sebelumnya.

Seluruh tindak lanjut hasil audit internal dapat Untuk meningkatkan kepedulian satuan kerja atas
diselesaikan sesuai dengan komitmen yang pengendalian internal, Bank Indonesia melakukan
disepakati. beberapa upaya seperti pembekalan Internal Control Officer
(ICO), penyediaan sarana pemantauan dan penyampaian
tindak lanjut hasil audit yang terotomasi, serta menjadi
narasumber dalam forum yang diselenggarakan oleh
Fungsi Audit Intern di Bank Indonesia bertujuan untuk satuan kerja. Selain itu, juga disampaikan Buku Kompilasi
memberikan opini dan rekomendasi terhadap proses Hasil Audit Intern di KPwBI DN Tahun 2016 sebagai lesson
tata kelola, manajemen risiko, dan pengendalian melalui learned dalam pelaksanaan tugas di KPwBI DN.
kegiatan audit dan konsultansi demi mendukung
pencapaian tujuan Bank Indonesia. Terkait pengelolaan Whistle Blowing System (WBS), Bank
Indonesia telah menyempurnakan website WBS dan
Pada triwulan II-2017, Bank Indonesia melaksanakan audit melakukan internalisasi melalui berbagai sarana dan media
terhadap1 (satu) satuan kerja Kantor Pusat, 3 (tiga) Kantor komunikasi kepada seluruh pegawai. Hal ini bertujuan agar
Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri (KPwBI DN) dan pegawai Bank Indonesia merasa aman dalam melaporkan
1 (satu) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Luar Negeri pengaduan dan meningkatkan kepedulian pegawai
(KPwBI LN). Untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan terhadap lingkungan kerja.
fungsi audit intern dan proses tata kelola, Bank Indonesia

120
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Terkait dengan audit oleh pihak eksternal, Bank Indonesia dan mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian
senantiasa memfasilitasi kegiatan pemeriksaan oleh BPK- (WTP). Selanjutnya, LKTBI Tahun 2016 dipublikasikan
RI. Pada triwulan II-2017, Bank Indonesia melakukan melalui media massa dan situs resmi Bank Indonesia
diskusi atas hasil pemeriksaan LKTBI 2016 dan Laporan (http://www.bi.go.id) pada 22 Mei 2017.
Hasil Pemeriksaan (LHP), dan menyusun tanggapan dan
rencana aksi hasil audit Pemeriksaan Dengan Tujuan 2. Dengan posisi rasio modal per 31 Desember 2016
Tertentu (PDTT) Mata Uang. sebesar 10,10%, Bank Indonesia menyetorkan sisa
surplus kepada pemerintah sebesar Rp1,7 triliun
Pada triwulan II-2017, Bank Indonesia juga telah melakukan pada 9 Juni 2017. Sesuai dengan UU Bank Indonesia
Asesmen Intern Periodik (AlP) terhadap kegiatan audit dan dan kesepakatan dengan Pemerintah RI, sisa surplus
pelaporan hasil survei Customer Satisfaction Index (CSI). tersebut digunakan untuk membayar kewajiban
Asesmen ini dilaksanakan dalam rangka meyakini kegiatan pemerintah kepada Bank Indonesia.
audit telah dijalankan sesuai dengan ketentuan, pedoman,
dan prosedur internal, serta best practice sesuai standar 3. Bank Indonesia mengembangkan Sistem Keuangan
International Professional Practices Framework-Institute Bank Indonesia (SKBI). Pengembangan SKBI
of Internal Auditors. Secara umum, standar internasional bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
ini telah diakomodir dalam ketentuan dan prosedur kerja, proses bisnis, meningkatkan akurasi pencatatan dan
serta diimplementasikan secara berkesinambungan pelaporan akuntansi, serta mempercepat proses
melalui peningkatan penerapan praktek audit intern di pengambilan keputusan oleh manajemen Bank
Bank Indonesia. Selain itu, sampai dengan posisi akhir Indonesia. Pengembangan dilakukan melalui proyek
semester I tahun 2017, hasil CSI adalah 5,27 dari skala 1-6. sistem informasi strategis 3 aplikasi commercial off
the shelf (COTS) yang terdiri atas Enterprise Resource
Planning dan Human Resource Information System
4.5. Keuangan Internal (ERP & HRIS), Core Banking System (CBS), dan
Front-Middle-Back Office (FOMOBO) yang saat ini
sedang dalam proses pengadaan. Beberapa aktivitas
telah dilakukan lebih awal, antara lain penyelesaian
isu-isu strategis (top concern) yang bisa berdampak
pada pengembangan dan implementasi 3 COTS.
Harapannya, tahapan implementasi 3 COTS dapat
Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia
berjalan dengan baik.
2016 telah selesai diaudit oleh Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia dan mendapat opini
Wajar Tanpa Pengecualian.
4.6. Sistem Informasi

Kebijakan manajemen keuangan ditujukan untuk


meningkatkan tata kelola yang baik (good governance) dan
memelihara keberlanjutan keuangan Bank Indonesia guna
Menyelesaikan 5 aplikasi untuk mendukung
mendukung pelaksanaan tugas Bank Indonesia di bidang
pengambilan kebijakan moneter, Stabilitas Sistem
moneter, sistem pembayaran dan pengedaran uang, serta
Keuangan, pengelolaan uang, sistem pembayaran,
bidang stabilitas sistem keuangan.
dan kapabilitas intern.
Pelaksanaan kebijakan di bidang manajemen keuangan
dilakukan melalui berbagai program kerja yang mendukung
arah kebijakan Bank Indonesia dan memperkuat
akuntabilitas Bank Indonesia. Pada triwulan II-2017, Dukungan Sistem Informasi (SI) pada 2017 difokuskan pada
pencapaian di bidang manajemen keuangan antara lain kelanjutan Program Transformasi Bank Indonesia dengan
sebagai berikut: telah ditetapkannya Information System - Enterprise
1. Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia Architecture (IS-EA) 2015 – 2024. Program Transformasi
(LKTBI) Tahun 2016 telah selesai diaudit oleh Badan dalam bidang SI tersebut dilakukan untuk mewujudkan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) sistem informasi yang andal dan berkualitas sekaligus

121
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
menerapkan teknologi terkini sesuai dengan international Untuk meningkatkan kualitas data dan informasi sebagai
best practice dalam mendukung high performance bahan analisis terkait kebijakan moneter, Bank Indonesia
organization. masih melanjutkan pengembangan aplikasi survei yang
terintegrasi. Aplikasi survei itu terkait informasi produksi,
Sejalan dengan itu, Bank Indonesia juga terus harga properti residensial di pasar primer, kegiatan dunia
meningkatkan keandalan dan ketersediaan layanan usaha, dan penjualan eceran.
SI melalui peningkatan kapasitas maupun kapabilitas
infrastruktur sistem informasi dan pengelolaan data Selain itu, Bank Indonesia masih melanjutkan
center yang memenuhi international best practice. Hal ini pengembangan aplikasi pusat informasi harga pangan
bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan keamanan strategis nasional. Aplikasi ini ditujukan untuk menyediakan
layanan sistem informasi bagi stakeholders. Saat ini, Bank informasi harga komoditas pangan strategis secara harian
Indonesia sedang menyusun kajian model operasi data di 164 pasar tradisional di 82 kota di Indonesia guna
center untuk memperbaiki business continuity plan dan mendukung perumusan kebijakan pengendalian inflasi.
disaster recovery plan.
Pada awal triwulan II-2017, Bank Indonesia telah
Terhadap kelangsungan dan ketersediaan bisnis, menyelesaikan pengembangan aplikasi JISDOR.
dukungan SI dilakukan dengan pelaksanaan beberapa Pengembangan aplikasi ini sehubungan dengan
kegiatan pengujian kesiapan aplikasi berupa simulasi penerapan metodologi baru terkait penyempurnaan
pemulihan aplikasi kritikal maupun non-kritikal. Sejalan formula perhitungan JISDOR.
dengan itu, Bank Indonesia melakukan perbaikan
Di sektor Stabilitas Sistem Keuangan (SSK), dukungan
struktural ketersediaan layanan sistem informasi yang
SI ditujukan untuk mendukung pengawasan SSK dan
menitikberatkan pada penguatan aspek people, process,
makroprudensial melalui pemanfaatan data laporan dan
technology, dan support. Aspek-aspek itu antara lain
statistik perbankan yang komprehensif. Pada triwulan
berupa peningkatan komitmen dan kompetensi pegawai
II-2017, Bank Indonesia telah menyelesaikan satu
untuk pelaksanaan operasional dan penanganan insiden,
pengembangan aplikasi sistem informasi monitoring kredit
penyempurnaan prosedur pelaksanaan operasional secara
usaha mikro, kecil, dan menengah perbankan. Aplikasi ini
menyeluruh, perbaikan teknologi, dan perbaikan dukungan
untuk monitoring pencapaian pangsa kredit UMKM secara
enabler
industri maupun individual bank, termasuk penyaluran
Pada triwulan II-2017, Bank Indonesia juga terus KUR.
melakukan penguatan cyber security resiliency sebagai
Untuk mendukung fungsi pengawasan bank yang
upaya meningkatkan kapabilitas Bank Indonesia dalam
dilakukan oleh otoritas lain, Bank Indonesia sedang
menghadapi cyber threat. Terkait adanya peningkatan
melakukan koordinasi pengembangan aplikasi Sistem
serangan malware/virus/cyber threats di berbagai negara,
Layanan Informasi Keuangan (SLIK). Secara rutin, Bank
Bank Indonesia senantiasa melakukan upaya antisipasi.
Indonesia dan OJK berkoordinasi dalam forum koordinasi
secara berkelanjutan dan melakukan berbagai penguatan
pertukaran informasi dan sistem pelaporan.
untuk menjaga keamanan informasi dari serangan siber.
Di sektor sistem pembayaran, Bank Indonesia melakukan
Bank Indonesia melanjutkan upaya penguatan keamanan
pengembangan aplikasi yang menunjang peningkatan
siber yang mengadopsi ISO27032:2014 Information
efektivitas dan efisiensi transaksi pembayaran non-tunai
Technology - Security Techniques - Guidelines For Cyber
maupun tunai, serta proyeksi anggaran untuk kebutuhan
Security. ISO ini merupakan kerangka keamanan informasi
internal Bank Indonesia. Bank Indonesia juga telah
yang mencakup langkah penguatan dan langkah tanggap,
menyelesaikan satu pengembangan aplikasi yaitu aplikasi
baik dalam kondisi normal, saat terjadi serangan, maupun
proyeksi dan perencanaan anggaran untuk pengendalian
setelah serangan. Selaras dengan upaya penguatan
anggaran dan rencana investasi. Di samping itu, Bank
keamanan tersebut, Bank Indonesia juga meningkatkan
Indonesia senantiasa menjaga ketersediaan dan kualitas
kepedulian pegawai melalui sosialisasi dan training, serta
layanan BI-RTGS/SSSS, Sistem Kliring Nasional dan BI-
penyempurnaan ketentuan terkait pengamanan SI.
ETP untuk mendukung optimalnya sistem pembayaran
Di sektor moneter, Bank Indonesia telah menyelesaikan non-tunai.
satu peningkatan (enhancement) aplikasi Laporan
Di sektor pengelolaan uang Rupiah, Bank Indonesia sedang
Berkala BPR Konvensional dan Syariah. Aplikasi ini untuk
meningkatkan satu aplikasi Sentralisasi Administrasi Kas.
memenuhi kebutuhan dan kepatuhan pelaporan secara
Penyempurnaan aplikasi Sentralisasi Administrasi Kas
berkala untuk bank perkreditan rakyat (BPR) konvensional
dan syariah.

122
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
bertujuan untuk meningkatkan tata kelola dan perbaikan 1. Pengalihan fungsi penyelenggaraan dan
proses bisnis sesuai dengan ketentuan pengelolaan uang pengembangan sistem Bank Indonesia-Electronic
rupiah, sekaligus sebagai tindak lanjut atas Laporan Hasil Trading Platform (BI-ETP) dari Departemen
Pemeriksaan (LHP) oleh BPK-RI. Operasional Tresuri dan Pinjaman (DOTP) ke
Departemen Penyelenggaraan Sistem Pembayaran
Di sektor manajemen intern, telah diwujudkan peningkatan (DPSP). Pengalihan ini untuk memperkuat aspek
sistem pengelolaan informasi kepegawaian (SIMASDAM). responsible, accountable, consulted, dan informed
Peningkatan SIMASDAM ini mendukung kegiatan (RACI) antara fungsi back office operasi moneter (OM)
kepegawaian antara lain asesmen kompetensi, grading, di DOTP dengan fungsi penyelenggaraan Financial
penilaian kinerja, dan seleksi talent pool. Selain itu, saat Market Infrastructure (FMI) di DPSP
ini sedang dikembangkan Sistem Informasi Sumber
Daya Manusia secara terintegrasi (Human Resources 2. Pembentukan unit khusus pembangunan Sentra
Information System/ HRIS). Pengembangan sistem Pengedaran Uang (SPU), Data Center (DC) 2 dan3,
informasi yang terintegrasi ini meliputi proses talenta Banking Reporting System (BRS), dan Depot Kas
pegawai, perencanaan karier, pengembangan kompetensi, Utama wilayah Timur (DKUT) di Pusat Program
dan proses rekrutmen. Pada triwulan ini, Bank Indonesia Transformasi Bank Indonesia (PPTBI). Pendirian
juga sedang mengembangkan aplikasi lainnya seperti unit khusus tersebut bersifat sementara sampai
aplikasi pengadaan secara online (BISPRO), sistem dengan proyek selesai guna meningkatkan efektivitas
informasi kesehatan untuk pegawai, E-document, dan pengelolaan proyek fisik yang signifikan, cross
aplikasi manajemen layanan TI Bank Indonesia. functional, dan cross organization, serta bukan
merupakan business as usual di Bank Indonesia.

4.7. Organisasi dan Sumber Daya Manusia 3. Pengalihan fungsi Program Management Office (PMO)
(SDM) dari PPTBI ke Departemen Manajemen Strategis dan
Tata Kelola (DMST) untuk memperkuat koordinasi
dan proses kerja DMST dalam melaksanakan fungsi
perencanaan strategis dan pengendalian (manajemen
kinerja yang terintegrasi) antara program strategis
dengan program kerja lainnya.
Penyesuaian organisasi, pemenuhan SDM, 4. Pengalihan Program Sistem Pembayaran (National
penyempurnaan sistem Manajemen SDM, dan Payment Gateway/NPG dan Electronic Bill Payment
transformasi budaya kerja dilakukan untuk & Presentment /EBPP) dari PPTBI ke Departemen
mengakselerasi pencapaian program transformasi. Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran
(DKSP) untuk memperkuat fungsi pengaturan,
perizinan, dan pengawasan setelah desain NPG dan
EBPP selesai dan siap implementasi.

4.7.1. Penyempurnaan Organisasi Bank Indonesia 5. Penguatan Departemen Kebijakan dan Pengawasan
Bank Indonesia terus menyempurnakan organisasi Sistem Pembayaran sebagai satker kebijakan dan
kelembagaan sesuai dengan amanat Arsitektur Fungsi perizinan sistem pembayaran, melalui penguatan
Strategis Bank Indonesia (AFSBI). Penyempurnaan fungsi riset, pengalihan fungsi pengawasan kegiatan
organisasi dilakukan berdasarkan strategi Bank Indonesia usaha penukaran valuta asing bukan bank (KUPVA
berdasarkan 4 prinsip penyempurnaan organisasi yaitu: BB) dan penyelenggara transfer dana bukan bank
(i) penyelarasan strategi, (ii) peningkatan efisiensi dan (PTD BB) ke Departemen Surveilans Sistem Keuangan
efektivitas organisasi, (iii) penguatan governance, dan (iv) dan menerima pengalihan fungsi pengembangan
peningkatan kapabilitas. NPG dan EBPP dari PPTBI

Pada triwulan II-2017, Bank Indonesia telah melakukan 6. Penguatan Departemen Surveilans Sistem Keuangan
kajian dan evaluasi untuk penyempurnaan organisasi di sebagai Center of Excellence (CoE) pengawasan
Kantor Pusat yang akan diimplementasikan pada semester melalui penambahan fungsi koordinasi dan
II- 2017. Kajian penyempurnaan organisasi tersebut pembinaan terhadap pelaksanaan pengawasan
meliputi: sistem pembayaran (SP) di Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Dalam Negeri.

123
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
7. Integrasi Departemen Riset Kebanksentralan (DRK) ke PKWT yang telah bekerja selama 6 bulan sebagai
Bank Indonesia Institute (Bins) sebagai Implementasi bagian dari evaluasi secara berkala.
penyempurnaan organisasi dan sumber daya
b. Pengembangan Pegawai
manusia Bank Indonesia khususnya pembentukan
Pusat Penelitian Bank Indonesia di BI Institute yang Pengembangan SDM merupakan salah satu pilar
berlaku efektif paling lambat pada tahun 2017. utama dari Arsitektur Manajemen SDM Bank
Indonesia. Pengembangan SDM di Bank Indonesia
Terkait penyempurnaan organisasi di Kantor Perwakilan bertujuan untuk mewujudkan visi pengelolaan
Bank Indonesia Dalam dan Luar Negeri, pada triwulan organisasi dan sumber daya manusia, khususnya
II-2017, Bank Indonesia telah melakukan persiapan dalam menghasilkan pegawai yang kompetitif,
pembukaan (grand launching) Kantor Perwakilan Bank produktif, dan memiliki kepemimpinan (leadership)
Indonesia (KPwBI) Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) yang mumpuni sesuai dengan nilai-nilai strategis Bank
akan dilakukan pada minggu IV Juli 2017. Selain itu, Bank Indonesia. Pengembangan SDM tersebut diwujudkan
Indonesia telah melakukan persiapan awal pembukaan melalui penguatan 3 aspek kompetensi yaitu
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Beijing sesuai dengan leadership, general management, dan substansi
rekomendasi Arsitektur Fungsi Strategis Bank Indonesia (technical knowledge).
(AFSBI) pada 2018.
Guna meningkatkan kualitas pengembangan SDM,
Untuk melihat kondisi pemanfaatan waktu dan pola kerja Bank Indonesia sedang menyempurnakan ketentuan
pegawai, Bank Indonesia sedang melakukan analisis terkait kamus kompetensi Bank Indonesia untuk
beban kerja (workload analysis) untuk seluruh satuan menyempurnakan kerangka kerja (framework)
kerja kantor pusat dan beberapa percontohan di Kantor pengembangan SDM yang meliputi: prinsip dasar,
Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri dengan target tahapan, strategi, metode, program, siklus, dan
pada akhir 2017. Pada triwulan II-2017, telah dilakukan akuntabilitas pengembangan SDM Bank Indonesia.
analisis beban kerja terhadap 12 satuan kerja di Kantor
Pusat Bank Indonesia. Sebagai implementasi dari pengembangan SDM,
Bank Indonesia menyelenggarakan 5 jenis program
pembelajaran. Pertama, Program Pengenalan
4.7.2. Manajemen Sumber Daya Manusia
(Onboarding Program). Kedua, Program Meningkatkan
Untuk melaksanakan tugasnya secara baik, Bank Indonesia
Kompetensi (Competencies Development Program/
perlu didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang
CDP). Ketiga, Program Peningkatan Karier (Career
kompeten, berkualitas, dan memilki integritas yang baik.
Advancement Program/CAP). Keempat, Program
Untuk itu, Bank Indonesia senantiasa meningkatkan
Transisi Karir (Career Transition Program/CTP). Kelima,
kualitas pengelolaan sumber daya manusianya, baik dalam
Program lainnya (flagship program atau seminar).
pemenuhan, pengembangan, manajemen kinerja, maupun
manajemen jalur karier pegawai. Sampai dengan triwulan II-2017, Bank Indonesia telah
melaksanakan beberapa program pengembangan
a. Pemenuhan Pegawai
SDM sebagai berikut:
Pada triwulan II-2017, Bank Indonesia melakukan
1. Program On Boarding merupakan program
pemenuhan SDM melalui rekrutmen pegawai dan
pendidikan kepada calon pegawai agar
rekrutmen pegawai kontrak waktu tertentu (PKWT).
siap ditempatkan di seluruh satuan kerja
Proses rekrutmen calon pegawai level staf tahap I
Bank Indonesia. Pada 2017, Bank Indonesia
telah selesai dan saat ini calon pegawai staf tersebut
menyelenggarakan 2 (dua) On Boarding Program.
dalam persiapan masa pendidikan. Selanjutnya, Bank
Pada Februari 2017 - Januari 2018, Bank
Indonesia sedang melaksanakan proses rekrutmen
Indonesia menyelenggarakan Pendidikan Calon
calon pegawai staf tahap II. Di samping itu, Bank
Pegawai Asisten Manajer (PCPM) Angkatan
Indonesia juga sedang memproses rekrutmen
32 kepada 125 calon pegawai. Sementara itu,
tenaga kerja Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)
Pendidikan Calon Staf (PCS) 2017 bagi 229 orang
untuk memenuhi beberapa kapabilitas baru maupun
calon pegawai diselenggarakan pada periode
operasional sebagai dampak hasil transformasi.
April 2017 - April 2018.
Selain dari sisi kuantitas, Bank Indonesia juga
2. Competency Development Program (CDP)
memperhatikan sisi kualitas hasil pemenuhan. Secara
merupakan program pembelajaran untuk
berkala, Bank Indonesia melakukan survei untuk 137
membekali pegawai dengan kompetensi teknis,

124
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
kepemimpinan, dan manajerial sesuai dengan Berdasarkan hasil survei terhadap 550 pegawai Bank
sektor dan jenjang kepangkatan. Sampai Indonesia, sebagian besar pegawai menilai proses
dengan triwulan II-2017, Bank Indonesia telah performance dialogue (planning, execution, review)
melaksanakan 99 tahapan program pembelajaran telah dilakukan dengan baik. Berdasarkan persepsi
yang diikut oleh 2.675 pegawai. Rincian program pegawai terhadap peran Transformational Leadership,
tersebut terdiri atas: (i) Sertifikasi Kebanksentralan; sebagian besar responden menilai peran Transformational
(ii) Sertifikasi Integrated Leadership & Manajerial; Leadership sudah baik.
(iii) Sertifikasi Sektor Core; (iv) Sertifikasi
Hasil survei itu akan menjadi salah satu dasar penguatan
Sektor Corporate Enabler; dan (v) IHT General
materi pelatihan manajemen kinerja pegawai untuk
Management.
meningkatkan pemahaman dan kapabilitas pegawai dalam
3. Career Transition Program merupakan program melaksanakan manajemen kinerja pegawai, termasuk
pembekalan bagi pegawai yang mengalami performance dialogue.
transisi fase kerja. Pada triwulan II–2017, Bank
Indonesia melaksanakan Program Pembekalan
Masa Purna Bakti bagi 50 pegawai, serta 4.7.4. Manajemen Jalur Karier
menfasilitasi beberapa pejabat yang menjalani Untuk mewujudkan visi dan misinya, Bank Indonesia
mutasi ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia membutuhkan sumber daya manusia yang kompetitif,
Dalam Negeri untuk melaksanakan On Job produktif, dan memiliki kepemimpinan yang sesuai
Training di beberapa satuan kerja sebelum resmi dengan nilai-nilai strategis Bank Indonesia. Untuk itu,
ditempatkan. Bank Indonesia menerapkan manajemen jalur karier
yang komprehensif. Untuk memperkuat implementasi
4. Program Lainnya diwujudkan melalui
manajemen jalur karier dan person to job fit, Bank Indonesia
keikutsertaan peserta internal dalam flagship dan
secara bertahap telah melakukan reposisi pegawai sesuai
seminar. Selama triwulan II–2017, sebanyak 381
manajemen jalur karier.
pegawai internal telah mengikuti program ini.
Pada triwulan II-2017, implementasi transisi job-grade
Selain itu, Bank Indonesia secara berkesinambungan
dilakukan dengan penetapan awal tolarable grade
juga mengukur efektivitas hasil pengembangan
dari setiap pegawai. Secara intensif, Bank Indonesia
pegawai, khususnya kelompok pegawai potensial
mengkomunikasikan hal itu di setiap satker melalui
sesuai dengan program Leadership Engine. Metode
serangkaian road-show komunikasi, termasuk forum
survei dilakukan untuk evaluasi terhadap pegawai eks
komunikasi khusus bagi pegawai penugasan OJK
penerimaan calon pegawai muda (PCPM) angkatan
yang memilih berkarier di Bank Indonesia. Dari hasil
29-31 oleh mentor dan mentee, pegawai eks program
evaluasi kegiatan komunikasi ini, Bank Indonesia akan
tugas belajar, dan eks pegawai penugasan di lembaga
mngomunikasikan kembali kepada seluruh satker
lain.
mengenai penerapan job-grade dan dampaknya terhadap
sistem manajemen SDM terkait.
4.7.3. Manajemen Kinerja Pegawai Bank Indonesia
Selanjutnya, Bank Indonesia melakukan pengklasifikasian
Evaluasi dan implementasi dari hasil penyempurnaan seluruh jabatan ke jenis jabatan spesialis, fungsional,
sistem manajemen kinerja pegawai pada triwulan II-2017 dan struktural. Untuk konsep desain dan pergerakan
tetap berfokus pada evaluasi pelaksanaan dan penguatan karier jabatan spesialis, Bank Indonesia telah melakukan
kapabilitas jajaran manager dalam melakukan dialog diskusi dengan stakeholders terkait dan telah telah
kinerja (performance dialogue). mengakomodasi berbagai better practices dari lembaga
eksternal terkait seperti LIPI dan IMF.
Pada awal 2017, Bank Indonesia melakukan survei
pelaksanaan dialog kinerja. Di samping untuk kebutuhan
pengembangan kompetensi individu yang memperkuat 4.7.5. Transformasi Budaya Kerja Bank Indonesia
person-job fit, dialog kerja dilakukan untuk menjaga
Memasuki triwulan II-2017, Bank Indonesia terus
performa individu dalam organisasi agar tetap optimal.
melanjutkan berbagai program manajemen perubahan
Bank Indonesia mendorong peran dialog kerja sebagai
untuk mendukung terciptanya iklim yang kondusif. Iklim
bagian pengembangan SDM yang dilaksanakan minimal
kondusif diperlukan untuk meningkatkan produktivitas,
setiap semester oleh line manajer di seluruh satuan kerja.
komitmen mengikat (engagement), dan kerja sama antar

125
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
pegawai maupun departemen di Bank Indonesia, termasuk Pada triwulan II-2017, Bank Indonesia telah menerbitkan
melaksanakan manajemen perubahan terkait implementasi peraturan yang terdiri atas 6 (enam) Peraturan Bank
kebijakan organisasi dan manajemen SDM. Indonesia, 5 (lima) Peraturan Anggota Dewan Gubernur,
4 (empat) Peraturan Dewan Gubernur, dan 9 (sembilan)
Untuk memastikan efektivitas dan produktivitas hasil Peraturan Anggota Dewan Gubernur Intern.
reorganisasi, Bank Indonesia melakukan beberapa proses
evaluasi dan pengukuran faktor-faktor internal organisasi, Untuk melaksanakan tugas secara efektif, Bank Indonesia
termasuk di dalamnya adalah kesehatan organisasi maupun juga memerlukan dukungan perangkat hukum berupa
analisis beban kerja. Berdasarkan survei Organizational peraturan perundang-undangan yang diinisiasi oleh
Health Index (OHI) yang dilakukan DSDM dengan konsultan pemerintah. Sehubungan dengan hal tersebut, Bank
independen pada Desember 2016, diperoleh peningkatan Indonesia senantiasa terlibat dalam proses penyusunan
score nilai OHI. peraturan perundang-undangan. Keterlibatan Bank
Indonesia itu baik sebagai anggota panitia antarkementerian
Peningkatan poin tersebut terutama terlihat dari
maupun sebagai narasumber dalam penyusunan naskah
peningkatan persepsi pegawai terhadap dukungan inovasi
akademik, Rancangan Undang-Undang (RUU), dan
dan dorongan belajar, terutama terlihat pada dimensi
rancangan peraturan perundang-undangan lainnya yang
bottom-up innovation dan kegiatan knowledge sharing.
diinisiasi oleh instansi lain yang terkait dengan pelaksanaan
Di samping itu, terdapat peningkatan motivasi pegawai.
tugas Bank Indonesia.
Peningkatan tersebut paling tampak pada dimensi
meaningful values dan inspirational leaders. Pada triwulan II-2017, beberapa pembahasan RUU yang
terkait dengan Bank Indonesia antara lain RUU Bank
Pada triwulan II-2017, sebagai tindak lanjut dari hasil OHI.
Indonesia, RUU Perubahan Harga Rupiah (Redenominasi),
Bank Indonesia melalukan survei culture dan climate.
RUU Pembatasan Transaksi Penggunaan Uang Kartal, dan
Survei telah dilaksanakan pada Juni 2017 dengan 459
RUU Perlindungan Data Pribadi.
responden, tersebar dari 61 satuan kerja Bank Indonesia,
dan terbagi atas 152 pegawai di Kantor Pusat (KP) dan 307 Pada triwulan II-2017, Bank Indonesia juga berpartisipasi
pegawai Kantor Perwakilan Wilayah (KPw). Berdasarkan dalam penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah
hasil survei, terdapat mayoritas pegawai menilai culture & (RPP) maupun peraturan perundang-undangan lain,seperti
climate di Bank Indonesia sudah baik. Terdapat 6 (enam) RPP tentang Surplus dan Tingkat Likuiditas Lembaga
aspek dari culture & climate yang diukur yaitu: environment, Penjamin Simpanan (LPS) serta Pinjaman dari Pemerintah
collaboration, internally competitive, operationally kepada LPS, RPP Perubahan PP Nomor 82 Tahun 2012
disciplined, creative & entrepreneural, serta open dan trust. tentang Penyelenggaraan Sistem Transaksi Elektronik, dan
Rancangan Peraturan Presiden tentang Prinsip Mengenali
Pemilik Manfaat dari Korporasi dalam Pencegahan dan
4.8. Aspek Hukum Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan
Tindak Pidana Pendanaan Terorisme.

4.9. Program Sosial Bank Indonesia

Berkontribusi aktif dalam pembahasan berbagai


rancangan peraturan perundang-undangan
yang terkait dengan tugas dan wewenang Bank
Indonesia. Pelaksanaan PSBI sejalan dengan tema
“Mendukung Pertumbuhan Ekonomi yang
Berkualitas, Berkesinambungan, dan Inklusif
Berdasarkan Undang-Undang tentang Bank Indonesia, melalui Program Sosial Bank Indonesia”.
Bank Indonesia merupakan lembaga negara yang diberikan
amanat untuk menjalankan peran sebagai bank sentral
Republik Indonesia. Untuk mendukung pelaksanaan tugas
sebagai bank sentral tersebut, Bank Indonesia diberikan Selain menjalankan tugas dan fungsinya sebagai otoritas
kewenangan untuk menetapkan peraturan perundang- moneter, makroprudensial, sistem pembayaran dan
undangan. pengelolaan uang Rupiah, Bank Indonesia menjalankan

126
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) sebagai bentuk Dalam program Indonesia Cerdas, pada triwulan II-
kepedulian atau empati kepada masyarakat. Melalui 2017, Bank Indonesia meneruskan program sosial yang
PSBI,diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan telah dicanangkan pada triwulan I-2017, antara lain
pemahaman masyarakat terhadap pelaksanaan tugas pembangunan 60 BI Corner3 dari 150 BI Corner yang telah
Bank Indonesia. Program PSBI 2017 mengusung tema dibangun tahun sebelumnya.
“Mendukung Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas,
Berkesinambungan, dan Inklusif melalui Program Sosial Dalam program Beasiswa dan Pengelolaan Komunitas
Bank Indonesia”. Beasiswa, pada Juni 2017, Bank Indonesia merealisasikan
penyaluran beasiswa kepada 3.250 mahasiswa dari 88
Program PSBI dikelompokkan ke dalam 8 (delapan) perguruan tinggi negeri. Program beasiswa tersebut
sub-tema, yaitu ketahanan pangan strategis, komoditas dilaksanakan bersamaan dengan pengembangan
unggulan, pemberdayaan perempuan, ekonomi kreatif, komunitas penerima beasiswa yang tergabung dalam
indonesia cerdas, beasiswa, pengelolaan komunitas Generasi Baru Indonesia (GenBI). Pengembangan
penerima beasiswa, dan edukasi publik. Selain itu, komunitas ini dimaksudkan untuk menjadikan GenBI
Bank Indonesia juga memiliki program kepedulian sosial sebagai calon-calon pemimpin di masa depan. Mereka
di bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, dilibatkan melalui berbagai bentuk kegiatan sosial
kebudayaan, keagamaan, dan penanganan bencana. maupun pengembangan kapasitas, antara lain pelatihan
kepemimpinan, kewirausahaan, bedah buku, edukasi
Pada triwulan II-2017, Bank Indonesia masih melanjutkan
kebanksentralan dan berbagai aktivitas sosial.
program PSBI 2017 sebanyak 247 program bersinergi
dengan 46 Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh Pada triwulan II-2017, Bank Indonesia telah
Indonesia, antara lain: menyelenggarakan sejumlah pembinaan kepada GenBI
se-Indonesia. Pembinaan itu antara lain: pelaksanaan
pelatihan penulisan Jabodetabek dan Jawa Timur,
No. Sub Tema Jumlah Program
pelatihan public speaking Jawa Barat, rumah belajar
1 Ketahanan Pangan Strategis 94 program
anak pemulung di Kalimantan Tengah, dan latihan dasar
2 Komoditas Unggulan 48 program kepemimpinan di Jember.
3 Indonesia Cerdas 48 program
Selain program di atas, Bank Indonesia menyelenggarakan
4 Pemberdayaan Perempuan 24 program
bantuan sosial dengan menyalurkan bantuan pembangunan
5 Ekonomi Kreatif 33 program
sarana pendidikan, pembangunan sarana dan prasana
6 Beasiswa dan Pengelolaan Komunitas Beasiswa 88 program
ibadah dan keagamaan, dukungan pelestarian budaya,
dukungan kegiatan konservasi lingkungan dan kesehatan,
Program ketahanan pangan strategis diarahkan pada serta pengembangan ekonomi.
program pengendalian inflasi berupa komoditas strategis
Sampai dengan triwulan II-2017, realisasi anggaran
penyumbang inflasi seperti padi, cabai, dan bawang.
PSBI mencapai 33% dari anggaran yang dialokasikan.
Program ini dilakukan melalui kegiatan peningkatan
Realisasi anggaran tersebut tidak terlepas dari adanya
kapasitas produksi dan budidaya, termasuk dukungan
koordinasi dan komunikasi pedoman tahunan PSBI yang
sarana prasarana pasca-produksi dalam bentuk
telah dilakukan pada awal tahun. Realisasi ini mencakup
pendampingan.
respons kebutuhan sosial masyarakat melalui pelaksanaan
Pada bulan April 2017, kegiatan PSBI diselenggarakan PSBI Kepedulian Sosial.
sebagai bagian dari kegiatan Rapat Evaluasi Kebijakan
Ekonomi dan Keuangan Daerah (REKDA) di Provinsi
Jawa Tengah. Kegiatan tersebut merupakan salah satu
upaya Bank Indonesia untuk menumbuhkembangkan
dan melestarikan sumber daya lokal melalui peningkatan
produktivitas pertanian, konservasi lingkungan wisata, dan
program penanaman mangrove.

3 Program BI Corner berupa perpustakaan yang menyediakan buku-buku dan informasi digital mengenai ekonomi untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai
kebanksentralan.

127
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
128
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Lampiran

129
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
1. Peraturan Bank Indonesia (PBI)
No Peraturan Tanggal Judul
1.¯ 19/ 3/PBI/2017 13-Apr-17 Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek bagi Bank Umum Konvensional¯

2 19/4/PBI/2017 13-Apr-17 Pembiayaan Likuiditas Jangka Pendek Syariah bagi Bank Umum Syariah¯

3 19/ 5/PBI/2017 13-Apr-17 SertiÂkasi Tresuri dan Penerapan Kode Etik Pasar¯

4 19/6 /PBI/2017 18-Apr-17 Perubahan Kelima Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/15/PBI/2013
Tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi
Bank Umum Konvensional¯

5 19/7/PBI/2017 5 Mei 2017 Pembawaan Uang Kertas Asing ke Dalam dan ke Luar Daerah Pabean
Indonesia

6 19/8/PBI/2017 22 Juni 2017 Gerbang Pembayaran Nasional (National Payment Gateway)

2. Peraturan Anggota Dewan Gubernur


No Peraturan Tanggal Judul
1.¯ 19/4/PADG/2017 28-Apr-17 Giro Wajib Minimum Bank Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank
Umum Konvensional¯

2.¯ 19/5/PADG/2017 28-Apr-17 Pelaksanaan SertiÂkasi Tresuri dan Penerapan Kode Etik Pasar¯

3 19/6/PADG/2017 31 Mei 2017 Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek bagi Bank Umum Konvensional¯

4 19/7/PADG/2017 19 Juni 2017 Transaksi SertiÂkat Deposito di Pasar Uang¯

5 19/8/PADG/2017 22 Juni 2017 Pembiayaan Likuiditas Jangka Pendek Syariah bagi Bank Umum Syariah¯

3. Peraturan Dewan Gubernur Bank Indonesia (PDG)


No Peraturan Tanggal Judul
1.¯ 19/2/PDG/2017¯ 17 Mei 2017 Peraturan Dana Pensiun dari Dana Pensiun Bank Indnosia

2.¯ 19/3/PDG/2017¯ 23 Mei 2017 Batas Usia Pensiun Pegawai Bank Indonesia

3 19/4/PDG/2017¯ 23 Mei 2017 Perubahan atas Peraturan Dewan Gubernur Nomor 15/1/PDG/2013 tentang
Remunerasi Asisten Gubernur Bank Indonesia¯

4 19/5/PDG/2017¯ 23 Mei 2017 Pemanfaatan Aset¯

130
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Daftar Istilah
Istilah Penjelasan

Administered prices Komponen inÃasi berupa harga-harga barang dan jasa yang diatur Pemerintah,
misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif tenaga listrik.

BI Rate Suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.

Bank Indonesia Real-Time Gross Bank Indonesia Real-Time Gross Settlement, merupakan sistem transfer dana
Settlement (BI-RTGS) secara elektronik antar peserta Sistem BI-RTGS dalam mata uang rupiah yang
penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi secara individual.

Bank Indonesia – Scripless Securities Bank Indonesia – Scripless Securites Settlement System, merupakan
Settlement System (BI-SSSS) sarana transaksi dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaannya dan
penatausahaan Surat Berharga secara elektronik dan terhubung langsung antara
Peserta, Penyelenggara dan Sistem BI-RTGS.

Cadangan Devisa Cadangan devisa negara yang dikuasai oleh Bank Indonesia yang tercatat pada
sisi aktiva neraca Bank Indonesia, yang antara lain berupa emas, uang kertas
asing, dan tagihan dalam bentuk giro, deposito berjangka, wesel, surat berharga
luar negeri dan lainnya dalam valuta asing kepada pihak luar negeri yang dapat
dipergunakan sebagai alat pembayaran luar negeri.

Capital Adequacy Ratio Rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang
kemungkinan dihadapi oleh bank.

Countercyclical Buffer Tambahan modal yang berfungsi untuk mengantisipasi kerugian apabila terjadi
pertumbuhan kredit perbankan yang berlebihan sehingga berpotensi mengganggu
stabilitas sistem keuangan.

Dana Pihak Ketiga Dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian
penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, sertiÂkat deposito, tabungan, dan
atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

DeÂsit Transaksi Berjalan Kondisi ketika sebuah negara mengimpor lebih banyak barang dan jasa daripada
ekspor, atau selisih antara deÂsit/surplus pada neraca perdagangan dengan
deÂsit/surplus pada neraca jasa-jasa.

Deposit Facility Fasilitas penempatan dana perbankan di Bank Indonesia dalam rangka operasi
moneter.

131
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Istilah Penjelasan

Administered prices Komponen inÃasi berupa harga-harga barang dan jasa yang diatur Pemerintah,
misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif tenaga listrik.

BI Rate Suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.

Bank Indonesia Real-Time Gross Bank Indonesia Real-Time Gross Settlement, merupakan sistem transfer dana
Settlement (BI-RTGS) secara elektronik antar peserta Sistem BI-RTGS dalam mata uang rupiah yang
penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi secara individual.

Bank Indonesia – Scripless Securities Bank Indonesia – Scripless Securites Settlement System, merupakan
Settlement System (BI-SSSS) sarana transaksi dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaannya dan
penatausahaan Surat Berharga secara elektronik dan terhubung langsung antara
Peserta, Penyelenggara dan Sistem BI-RTGS.

Cadangan Devisa Cadangan devisa negara yang dikuasai oleh Bank Indonesia yang tercatat pada
sisi aktiva neraca Bank Indonesia, yang antara lain berupa emas, uang kertas
asing, dan tagihan dalam bentuk giro, deposito berjangka, wesel, surat berharga
luar negeri dan lainnya dalam valuta asing kepada pihak luar negeri yang dapat
dipergunakan sebagai alat pembayaran luar negeri.

Capital Adequacy Ratio Rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang
kemungkinan dihadapi oleh bank.

Countercyclical Buffer Tambahan modal yang berfungsi untuk mengantisipasi kerugian apabila
terjadi pertumbuhan kredit perbankan yang berlebihan sehingga berpotensi
mengganggu stabilitas sistem keuangan.

Dana Pihak Ketiga Dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian
penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, sertiÂkat deposito, tabungan,
dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

DeÂsit Transaksi Berjalan Kondisi ketika sebuah negara mengimpor lebih banyak barang dan jasa daripada
ekspor, atau selisih antara deÂsit/surplus pada neraca perdagangan dengan
deÂsit/surplus pada neraca jasa-jasa.

Deposit Facility Fasilitas penempatan dana perbankan di Bank Indonesia dalam rangka operasi
Devisa Hasil Ekspor moneter.

Emerging Market Devisa yang diterima eksportir dari hasil kegiatan ekspor.

Financial Inclusion/(Keuangan Kelompok negara-negara dengan ekonomi yang berkembang pesat yang antara
Inklusif) lain tercermin dari perkembangan pasar keuangan dan industrialisasi.

Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Pemberian layanan keuangan dengan biaya terjangkau untuk bagian segmen
Keuangan masyarakat yang berpenghasilan rendah.

132
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Istilah Penjelasan

Forum yang bertujuan untuk memperkuat koordinasi antar lembaga dalam


memelihara stabilitas sistem keuangan guna mendukung pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan, serta memperkuat ketahanan dalam menghadapi gejolak
ekonomi. Lembaga yang menjadi anggota forum dimaksud yaitu Kementerian
Keuangan, Bank Indonesia, Lembaga Penjamin Simpanan, dan Otoritas Jasa
Keuangan.

Giro Wajib Minimum Jumlah dana minimum yang wajib dipelihara oleh bank yang besarnya ditetapkan
oleh Bank Indonesia sebesar persentase tertentu dari DPK.

Gross Domestic Product (Produk Indikator ekonomi yang mencerminkan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang
Domestik Bruto) dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi dalam suatu negara dalam jangka waktu
tertentu.

Hedging Penggunaan instrumen derivatif atau instrumen keuangan lainnya untuk


melindungi perusahaan dari risiko terkait perubahan nilai wajar (fair value) aset
atau kewajiban.

Indeks Stabilitas Sistem Keuangan Indikator kinerja stabilitas sistem keuangan Indonesia secara keseluruhan
yang mencakup perbankan, pasar saham dan pasar obligasi, dan membantu
mengidentiÂkasi potensi tekanan di sistem keuangan.

InÃasi Keadaan perekonomian yang ditandai oleh kenaikan harga secara cepat sehingga
berdampak pada menurunnya daya beli. Terdapat dua jenis sumber inÃasi,
yaitu inÃasi yang disebabkan oleh dorongan biaya (cost-push) dan inÃasi karena
meningkatnya permintaan (demand-pull).

InÃasi Indeks Harga Kenaikan harga barang yang diukur dari perubahan indeks konsumen, yang
Konsumen (IHK) mencerminkan perubahan harga barang dan jasa kebutuhan masyarakat luas.
InÃasi Inti Komponen inÃasi yang cenderung menetap atau persisten di dalam pergerakan
inÃasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti interaksi permintaan-
penawaran, nilai tukar, harga komoditi internasional, inÃasi mitra dagang dan
ekspektasi inÃasi. InÃasi inti diperoleh dari angka inÃasi IHK setelah mengeluarkan
komponen volatile foods dan administered prices.

InÃation Targeting Framework Kerangka kebijakan moneter forward-looking yang secara transparan dan
konsisten diarahkan untuk mencapai sasaran inÃasi beberapa tahun ke depan
yang secara eksplisit ditetapkan dan diumumkan kepada publik.

Investment Grade Peringkat layak investasi yang diberikan oleh lembaga pemeringkat.

Jakarta Interbank Offered Rate Suku bunga indikasi penawaran dalam transaksi Pasar Uang Antar Bank di
(JIBOR) Indonesia yang berasal dari kontributor JIBOR.

Jakarta Interbank Spot Dollar Rate Kurs referensi harga USD/IDR berdasarkan kurs transaksi valuta asing terhadap
(JISDOR) rupiah antarbank di pasar domestik secara real time.

133
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Istilah Penjelasan

Kliring Perhitungan utang piutang antara para peserta kliring secara terpusat di satu
tempat dengan cara saling menyerahkan surat-surat berharga dan suat-surat
dagang yang telah ditetapkan untuk dapat diperhitungkan (clearing).

Layanan Keuangan Digital (LKD) Kegiatan layanan jasa sistem pembayaran dan keuangan yang dilakukan melalui
kerja sama dengan pihak ketiga serta menggunakan sarana dan perangkat
teknologi berbasis mobile maupun berbasis web dalam rangka keuangan inklusif.

Lender of The Last Resort Salah satu fungsi utama bank sentral dalam menjaga stabilitas sistem
perekonomian yakni dengan pemberian kredit atau pembiayaan kepada bank
yang mengalami kesulitan likuiditas jangka pendek yang disebabkan oleh
terjadinya mismatch dalam pengelolaan dana.

Lending Facility Fasilitas penyediaan dana rupiah dari Bank Indonesia kepada Bank dalam rangka
operasi moneter.

Loan to Deposit Ratio (LDR) Rasio pembiayaan terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank umum.
Loan to Funding Ratio (LFR) Rasio kredit yang diberikan kepada pihak ketiga dalam Rupiah dan valuta asing,
tidak termasuk kredit kepada bank lain terhadap: (i) dana pihak ketiga yang
mencakup giro, tabungan dan deposito dalam Rupiah dan valas, tidak termasuk
dana antar bank, dan (ii) surat-surat berhagra dalam Rupiah dan valas yang
memenuhi persyaratan tertentu yang diterbitkan oleh bank untuk memperoleh
sumber pendanaan.

Likuiditas Kemampuan untuk memenuhi seluruh kewajiban yang harus dilunasi segera
dalam waktu yang singkat; sebuah perusahaan dikatakan likuid apabila
mempunyai alat pembayaran berupa harta lancar yang lebih besar dibandingkan
dengan seluruh kewajibannya (liquidity).

Makroprudensial Pendekatan regulasi keuangan yang bertujuan memitigasi risiko sistem keuangan
secara keseluruhan.

Mikroprudensial Pendekatan regulasi keuangan yang terkait dengan pengelolaan lembaga


keuangan secara individu agar tidak membahayakan kelangsungan usahanya.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) Suatu ikhtisar yang meringkas transaksi-transaksi antara penduduk suatu negara
dengan penduduk negara lain selama jangka waktu tertentu (biasanya satu
tahun). Neraca pembayaran mencakup pembelian dan penjualan barang dan
jasa, hibah dari individu dan pemerintah asing, dan transaksi Ânansial. Umumnya
neraca pembayaran terbagi atas neraca transaksi berjalan dan neraca lalu lintas
modal dan Ânansial, dan item-item Ânansial.

Neraca Transaksi Berjalan Bagian dari neraca pembayaran yang mencatat lalu lintas barang dan jasa suatu
negara.

134
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Istilah Penjelasan
Non-Performing Loan (NPL) Kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasiÂkasi Kurang Lancar,
Diragukan dan Macet.

Non Performing Loan (NPL) gross Rasio kredit bermasalah kepada pihak ketiga non-bank terhadap total kredit.

Non-Performing Financing (NPF) Termin NPL diperuntukkan bagi bank umum, sedangkan NPF untuk bank
syariah.

Operasi Moneter Pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia dalam rangka pengendalian
moneter melalui Operasi Pasar Terbuka dan Koridor Suku Bunga (Standing
Facilities).
Pasar Uang Antar Bank (PUAB O/N) Kegiatan pinjam meminjam dalam rupiah dan/atau valuta asing antar Bank
Konvensional dengan jangka waktu satu hari (overnight).

Repurchase Agreement (Repo) Transaksi penjualan instrumen keuangan antara dua belah pihak yang diikuti
dengan perjanjian dimana pada tanggal yang telah ditentukan di kemudian hari
akan dilaksanakan pembelian kembali atas instrumen keuangan yang sama
dengan harga tertentu yang disepakati.

SertiÂkat Bank Indonesia (SBI) Surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia
sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek.

Sistem Kliring Nasional Sistem transfer dana elektronik yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang
Bank Indonesia penyelesaian setiap transaksinya dilakukan secara nasional.

Stress test Estimasi potensi kerugian terhadap eksposur kredit dan likuiditas yang dihasilkan
dari beberapa skenario perubahan harga dan volatilitas.

Surat Utang Negara (SUN) Surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah
maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh
Negara Kesatuan Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya,
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang berlaku.

Surat Berharga Negara (SBN) Surat berharga yang terdiri dari Surat Utang Negara dalam mata uang Rupiah
dan Surat Berharga Negara Syariah dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan
oleh Pemerintah Republik Indonesia.

Sovereign Credit Rating Peringkat hutang dari suatu lembaga negara yang berdaulat yaitu pemerintah.
Sovereign Credit Rating mengindikasikan tingkat resiko dari sebuah lingkungan
investasi dari suatu negara dan digunakan oleh investor asing yang ingin
berinvestasi di negara tersebut.

Suku bunga dasar kredit (SBDK) Suku bunga yang digunakan dalam menentukan suku bunga kredit yang terdiri
Swap atas tiga komponen utama, yaitu rata-rata harga pokok dana untuk kredit, biaya
overhead yang dikeluarkan bank dalam proses pemberian kredit, serta margin
keuntungan yang ditetapkan bank untuk aktivitas perkreditan.
Transaksi pertukaran dua valuta melalui pembelian atau penjualan tunai (spot)

135
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Istilah Penjelasan

dengan penjualan atau pembelian kembali secara berjangka yang dilakukan


secara simultan dengan pihak yang sama dan pada tingkat premi atau diskon
dan kurs yang dibuat dan disepakati pada tanggal transaksi dilakukan.

Systemically Important Bank Suatu bank yang karena ukuran aset, modal, kewajiban, dan luas jaringan, atau
kompleksitas transaksi atas jasa perbankan, serta keterkaitan dengan sektor
keuangan lain dapat mengakibatkan gagalnya sebagaian atau keseluruhan bank
lain atau sektor jasa keuangan, baik secara operasional maupun Ânansial, apbila
bank tersebut mengalami gangguan atau gagal.

Tim Pengendalian InÃasi Daerah Tim lintas instansi yang melakukan pemantauan perkembangan inÃasi daerah dan
mengidentiÂkasi berbagai permasalahan terkait pengendalian inÃasi.

Transaksi Reverse Repo Transaksi pembelian Surat Berharga oleh peserta Operasi Pasar Terbuka (OPT)
dari Bank Indonesia, dengan kewajiban penjualan kembali oleh peserta OPT
sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati.

Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang dikeluarkan dan diedarkan oleh Bank
Indonesia dan digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di wilayah Republik
Indonesia.

Uang Kartal yang Diedarkan Uang yang berada di masyarakat dan di khasanah perbankan.

Wajar Tanpa Pengecualian Pendapat wajar tanpa pengecualian, diberikan auditor jika tidak terjadi
pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signiÂkan
mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum dalam
penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi yang
berlaku umum, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan. Laporan
keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha
suatu organisasi, sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Volatile Food Komponen inÃasi IHK yang dominan dipengaruhi oleh kejutan dalam kelompok
bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga
komoditas pangan domestik maupun internasional.

Yield Imbal hasil.

136
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Daftar Singkatan

Singkatan Kepanjangan

ABIF ASEAN Banking Integration Framework


ADG Anggota Dewan Gubernur
AFSBI Arsitektur Fungsi Strategis Bank Indonesia
APMK Alat Pembayaran Menggunakan Kartu
ASEAN The Association of Southeast Asian Nations
ATBI Anggaran Tahunan Bank Indonesia
ATM Anjungan Tunai Mandiri
BCSA Bilateral Currency Swap Agreement
BI Bank Indonesia
BI-RTGS Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement
BI-SSSS Bank Indonesia-Scripless Security Settlement System
BPS Badan Pusat Statistik
bps Basis Point
Bulog Badan Urusan Logistik
BUMD Badan Usaha Milik Daerah
BUMN Badan Usaha Milik Negara
CAR Capital Adequacy Ratio
CCyB Countercyclical Buffer
CeBM Central Bank Money
CIKUR Ciri Keaslian Uang Rupiah
CMIM Chiang Mai Initiative Multilateralisation
CoE Center of Excellence
DF Deposit Facilities
DHE Devisa Hasil Ekspor
DPK Dana Pihak Ketiga
DPR RI Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
D-SIB Domestic Sistemically Important Bank
DSR Debt Service Ratio
DXY US Dollar Index
ECB European Central Bank
EMEAP Executives’ Meeting of East Asia PaciÂc Central Banks
FASBIS Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah
FGD Focus Group Discussion
FIN Financial Identity Number
FKSSK Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan
FPJP Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek
FSPI Forum Sistem Pembayaran Indonesia
GDP Gross Domestic Product
GNNT Gerakan Nasional Non-Tunai
GWM Giro Wajib Minimum
IDB Islamic Development Bank
IDI Informasi Debitur Individual

137
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Singkatan Kepanjangan

IHK Indeks Harga Konsumen


IHSG Indeks Harga Saham Gabungan
IKNB Industri Keuangan Non Bank
IKU Indikator Kinerja Utama
IMF International Monetary Fund
IRU Investor Relations Unit
ITF InÃation Targeting Framework
JIBOR Jakarta Interbank Offered Rate
KI Kredit Investasi
KK Kredit Konsumsi
KMK Kredit Modal Kerja
KPR Kredit Perumahan Rakyat
KPwDN BI Kantor Perwakilan Dalam Negeri Bank Indonesia
KPwLN BI Kantor Perwakilan Luar Negeri Bank Indonesia
KSEI Kustodian Sentral Efek Indonesia
KUPVA BB Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank
KUR Kredit Usaha Rakyat
LDR Loan to Deposit Ratio
LFR Loan to Funding Ratio
LKD Layanan Keuangan Digital
LKNB Lembaga Keuangan Non Bank
LKTBI Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia
LOLR Lender of The Last Resort
LTV Loan to Value
MRBI Manajemen Risiko Bank Indonesia
NAB Nilai Aktiva Bersih
NK Nota Kesepahaman
NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
NPI Neraca Pembayaran Indonesia
NPL Non Performing Loan
OJK Otoritas Jasa Keuangan
OM Operasi Moneter
OPT Operasi Pasar Terbuka
PBI Peraturan Bank Indonesia
PDB Produk Domestik Bruto
PDG Peraturan Dewan Gubernur
Perum Peruri Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia
PIHPS Pusat Informasi Harga Pangan Strategis
PK Inisiatif Program Kerja Inisiatif
PLN Pinjaman Luar Negeri
PMA Penanaman Modal Asing
PP Perusahaan Pembiayaan
PSBI Program Sosial Bank Indonesia
PTD BB Penyelenggara Transfer Dana Bukan Bank

138
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
Singkatan Kepanjangan

PUAB O/N Pasar Uang Antar Bank Overnight


qtq quarter to quarter
RDG Rapat Dewan Gubernur
Repo Repurchase Agreement
ROA Return on Asset
ROE Return on Equity
RRH Rata-Rata Harian
RUU Rancangan Undang-Undang
SBDK Suku Bunga Dasar Kredit
SBI SertiÂkat Bank Indonesia
SBIS SertiÂkat Bank Indonesia Syariah
SBN Surat Berharga Negara
SBSN Surat Berharga Suariah Negara
SBT Saldo Bersih Tertimbang
SDBI SertiÂkat Deposito Bank Indonesia
SE Surat Edaran
SF Standing Facilities
SHPR Survei Harga Properti Residensial
SID Sistem Informasi Debitur
SK Survei Konsumen
SKBI Sistem Keuangan Bank Indonesia
SKDU Survei Kegiatan Dunia Usaha
SKNBI Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia
SKSR Survei Khusus Sektor Riil
SNKI Strategi Nasional Keuangan Inklusif
SOP Standard Operating Procedure
SSK Stabilitas Sistem Keuangan
SULNI Statistik Utang Luar Negeri Indonesia
SUSPI Statistik Utang Sektor Publik Indonesia
TD Term Deposit
TD BB Transfer Dana Bukan Bank
TPI Tim Pengendali InÃasi
TPID Tim Pengendali InÃasi Daerah
UKM Usaha Kecil dan Menengah
ULE Uang Layak Edar
ULN Utang Luar Negeri
UMKM Usaha Mikro Kecil dan Menengah
UPB Uang Pecahan Besar
UPK Uang Pecahan Kecil
UTLE Uang Tidak Layak Edar
UU Undang-Undang
UYD Uang Kartal yang Diedarkan
Valas Valuta Asing
yoy year on year

139
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017
140
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II - 2017

Anda mungkin juga menyukai