Modul Petrologi 2008 Institut Teknologi Bandung PDF
Modul Petrologi 2008 Institut Teknologi Bandung PDF
1. PENDAHULUAN
Petrologi adalah suatu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang batuan sebagai
penyusun kerak bumi. Bumi yang kita tempati ini disusun oleh berbagai jenis batuan.
Mempelajari batuan merupakan pengetahuan dasar untuk mempelajari geologi serta
untuk mengetahui sifat dan sejarah bumi kita. Batuan adalah agregat padat yang terdiri
dari mineral-mineral, gelas, ubahan material organik atau kombinasi dari komponen-
komponen tersebut yang terjadi secara alamiah. Pembentukan berbagai macam mineral
di alam akan menghasilkan berbagai jenis batuan tertentu. Proses alamiah tersebut
bisa berbeda-beda dan membentuk berbagai jenis batuan yang berbeda.
Batuan di alam dapat dikelompokan menjadi 4 (empat) kelompok yaitu
batuan beku (igneous rock) : batuan yang terbentuk dari pembekuan dan kristalisasi
magma baik di dalam bumi maupun di permukaan bumi.
batuan piroklastik (pyroclastic rock) : batuan yang disusun oleh material-material
yang dihasilkan oleh letusan gunung api.
batuan sedimen (sedimentary rock) : batuan yang terbentuk dari sedimen hasil
rombakan batuan yang telah ada, akumulasi dari material organik atau hasil
penguapan dari larutan.
batuan metamorf (metamorphic rock) : batuan yang terbentuk akibat proses
perubahan tekanan (P), temperatur (T) atau keduanya dimana batuan memasuki
kesetimbangan baru tanpa adanya perubahan komposisi kimia (isokimia) dan tanpa
melalui fasa cair (dalam keadaan padat), dengan temperatur berkisar antara 200-
8000C.
Kerak bumi ini bersifat dinamik, dan merupakan tempat berlangsungnya berbagai
proses yang mempengaruhi pembentukan keempat jenis batuan tersebut. Sepanjang
kurun waktu dan akibat dari proses-proses ini, suatu batuan akan berubah menjadi jenis
batuan yang lain, seperti terlihat dalam siklus batuan pada gambar 1.
2. BATUAN BEKU
2.1. Pendahuluan
Batuan beku terbentuk karena proses pendinginan magma yang dapat terdiri atas
berbagai jenis batuan tergantung pada komposisi mineralnya. Magma merupakan
cairan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah, mempunyai temperatur yang tinggi
(900o-1600oC) dan berasal dari bagian dalam bumi yang disebut selubung bumi
(mantel) bagian atas.
Komposisi magma terdiri dari 8 unsur utama yaitu O, Si, Al, Fe, Ca, Mg, Na, K dan juga
mengandung senyawa H2O dan CO2 serta beberapa komponen gas H2S, HCl, CH4 dan
CO. Pada berbagai kondisi temperatur, magma dapat berdiferensiasi atau mengalami
kristalisasi membentuk berbagai asosiasi mineral berupa berbagai jenis batuan beku.
Pada saat magma mengalami pendinginan akan terjadi kristalisasi dari berbagai mineral
utama yang mengikuti suatu urutan yang dikenal sebagai Seri Reaksi Bowen (Gambar
2).
Pada seri reaksi Bowen terjadi dua deret kristalisasi mineral yaitu reaksi menerus dan
reaksi tidak menerus. Seri reaksi menerus pada plagioklas artinya kristalisasi plagioklas
Ca yang pertama (anortit) menerus bereaksi dengan sisa larutan selama pendinginan
berlangsung, dan berubah komposisinya ke arah plagioklas Na, disini terjadi substitusi
sodium (Na) terhadap kalsium (Ca). Seri reaksi menerus pada plagioklas merupakan
deret larutan padat (solid solution) yang menerus. Seri reaksi tidak menerus terdiri dari
mineral-mineral feromagnesian (Fe-Mg). Mineral pertama yang terbentuk adalah olivin.
Hasil reaksi selanjutnya antara olivin dan sisa larutannya membentuk piroksen. Proses
ini berlanjut hingga terbentuk biotit. Seri reaksi tidak menerus bersifat incongruent
melting.
Mineral-mineral yang terbentuk pada seri reaksi Bowen dapat dibagi menjadi 2
kelompok yaitu :
Mineral felsik : umumnya berwarna cerah, mengandung Mg dan Fe yang rendah
dan silika yang tinggi, misalnya plagioklas, k-felspar, muskovit dan kuarsa.
Mineral mafik : umumnya berwarna gelap, mengandung Mg dan Fe yang tinggi dan
silika yang rendah, misalnya olivin, piroksen, hornblenda, dan biotit.
Ciri-ciri mineral seri bowen dan mineral-mineral pembentuk batuan beku, yang sering
ditemukan pada beberapa jenis batuan di alam secara megaskopis (pengamatan
dengan mata telanjang atau dengan lup) dapat dilihat pada tabel 1.
Bentuk-bentuk batuan beku yang umum dijumpai di alam ditunjukan pada gambar 3.
dan tabel 2.
2.3.3. Tekstur
Tekstur adalah kenampakan dari batuan (ukuran, bentuk dan hubungan keteraturan
mineral dalam batuan) yang dapat merefleksikan sejarah pembentukan dan
keterdapatannya.
Pengamatan tekstur batuan beku meliputi :
a. Derajat Kristalisasi
Derajat kristalisasi batuan beku tergantung dari proses pembekuan magma. Pada
pembekuan magma yang berlangsung lambat maka akan terbentuk kristal-kristal yang
berukuran kasar-sedang, bila berlangsung cepat akan terbentuk kristal-kristal yang
berukuran halus, dan bila berlangsung sangat cepat akan terbentuk gelas. Derajat
kristalisasi batuan beku dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
Holokristalin : batuan beku terdiri dari kristal seluruhnya
Hipokristalin : batuan beku terdiri dari sebagian kristal dan sebagian gelas
Holohyalin : batuan beku terdiri dari gelas seluruhnya
b. Granulitas/Besar butir
c. Kemas/fabric
Kemas/fabric batuan beku dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
Equigranular : ukuran besar butir/kristal relatif sama
Inequigranular : ukuran besar butir/kristal tidak sama
Khusus untuk inequigranular dapat dibedakan menjadi 2 tekstur yaitu :
o Porfiritik : kristal-kristal yang lebih besar (fenokris) tertanam dalam masa dasar
(matriks) kristal yang lebih halus.
o Vitrofirik : kristal-kristal yang lebih besar (fenokris) tertanam dalam masa dasar
(matriks) gelas/amorf.
d. Bentuk Kristal
Bentuk kristal memberikan gambaran mengenai proses kristalisasi mineral-mineral
pembentuk batuan beku. Bentuk kristal dan tekstur batuan beku berdasarkan
kesempurnaan bentuk kristalnya dapat dilihat pada tabel 2, gambar 4, 5 dan 6.
A. Golongan Fanerik
Batuan bertekstur fanerik, dapat teramati secara megaskopik (mata biasa), berbutir
sedang-kasar (lebih besar dari 1 mm). Golongan fanerik dapat dibagi atas beberapa
jenis batuan, seperti terlihat pada diagram segitiga Gambar 7a, 7b, dan 7c. Dasar
pembagiannya adalah kandungan mineral kuarsa (Q), atau mineral felspatoid (F), felsfar
alkali (A), serta kandungan mineral plagioklas (P). Cara menentukan nama batuan
Contoh : suatu batuan beku diketahui Q = 50%, A = 30%, P = 10% dan muskovit dan
biotit = 10%. Jadi jumlah masing-masing mineral Q, A, dan P yang dihitung kembali
untuk diplot di diagram adalah sebagai berikut :
Jumlah mineral Q + A + P = 50% + 30% + 10% = 100% – 10% (jumlah mineral mika) =
90%, maka :
Mineral Q = 50/90 x 100% = 55,55%
Mineral A = 30/90 x 100% = 33,33%
Mineral P = 100% - (Q + A) = 100% - 88,88% = 11,12%
Bila diplot pada diagram 7a, hasilnya adalah batuan granitoid.
B. Golongan Afanitik
Batuan beku bertekstur afanitik, mineral-mineralnya tidak dapat dibedakan dengan mata
biasa atau menggunakan loupe, umumnya berbutir halus (< 1 mm), sehingga batuan
beku jenis ini tidak dapat ditentukan prosentase mineraloginya secara megaskopik.
Salah satu cara terbaik untuk memperkirakan komposisi mineralnya adalah didasarkan
atas warna batuan, karena warna batuan umumnya mencerminkan proporsi mineral
yang dikandung, dalam hal ini proporsi mineral felsik (berwarna terang) dan mineral
mafik (berwarna gelap). Semakin banyak mineral mafik, semakin gelap warna
batuannya.
Penentuan nama/jenis batuan beku afanitik masih dapat dilakukan bagi batuan yang
bertekstur porfiritik atau vitrofirik, dimana fenokrisnya masih dapat terlihat dan dapat
dibedakan, sehingga dapat ditentukan jenis batuannya. Dengan menghitung prosentase
mineral yang hadir sebagai fenokris, serta didasarkan pada warna batuan/mineral,
maka dapat diperkirakan prosentase masing-masing mineral Q/F,A P, maka nama
batuan dapat ditentukan. (Gambar 8).
No. Batuan :
BB-01/BB-02, dll.
Warna :
Hitam bintik-bintik putih/putih kemerahan, dll (warna yang representatif)
Struktur :
Masif/vesikuler/amigdaloidal/kekar akibat pendinginan, dll.
Tekstur
Granulitas/Besar butir
Fanerik Afanitik
Derajat Kristalisasi
Keseragaman Butir/Kristal
Komposisi Mineral :
Kuarsa (%), ciri-cirinya, dll. (untuk % digunakan diagram perbandingan secara visual)
Nama Batuan :
Granitoid/Syenitoid/ Dioritoid, dll. (Gunakan diagram dari IUSGS)
Secara genetik, batuan piroklastik dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu (Gambar 9) :
Fragmen dari lava baru atau disebut fragmen juvenil, berupa material padat tidak
mempunyai vesikuler sampai fragmen lava yang banyak vesikulernya.
Kristal individu, yang dihasilkan dari fenokris yang lepas dalam lava juvenil sebagai
hasil fragmentasi.
Fragmen litik, termasuk batuan yang lebih tua dalam endapan piroklastik, tetapi
sering terdiri dari lava yang lebih tua.
a. b.
Catatan :
Piroklas adalah fragmen yang terbentuk karena proses langsung erupsi gunung api
Epiklas adalah hasil rombakan (pelapukan dan erosi) batuan volkanik
Tufit adalah campuran piroklastik dan epiklastik
Clast adalah pecahan atau fragmen
No. Batuan
Alterasi (jika ada) : Mineralogi (klorit, serisit, silika, pirit, karbonat, felspar, hematit),
Distribusi (disseminated, nodular, spotted, pervasive, patchy)
Nama Batuan: Tuf Halus/Kasar, Batu Lapili, Aglomerat, Breksi Piroklastik, dll.
(Klasifikasi Schmid, Fisher)
Pemilahan (sorting)
Pemilahan (sorting) adalah derajat keseragaman besar butir. Istilah yang dipakai dalam
pemilahan adalah terpilah sangat baik, terpilah baik, terpilah sedang, terpilah buruk dan
terpilah sangat buruk (Gambar 15).
Kebundaran (roundness) adalah tingkat kebundaran atau ketajaman sudut butir, yang
mencerminkan tingkat abrasi selama transportasi. Kebundaran dipengaruhi oleh
komposisi butir, besar butir, jenis transportasi, jarak transportasi dan resistensi butir.
Istilah yang dipakai dalam kebundaran adalah very angular (sangat menyudut), angular
(menyudut), sub angular (menyudut tanggung), sub rounded (membundar tanggung),
rounded (membundar) dan well rounded (sangat membundar) (Gambar 16).
Kemas (fabric)
Kemas (fabric) adalah sifat hubungan antar butir di dalam suatu masa dasar atau
diantara semennya, sebagai fungsi orientasi butir dan packing. Kemas secara umum
dapat memberikan gambaran tentang arah aliran dalam sedimentasi serta keadaan
porositas dan permeabilitas batuan. Istilah yang dipakai adalah kemas terbuka (bila
butiran tidak saling bersentuhan) dan kemas tertutup (bila butiran saling bersentuhan).
Jenis-jenis kontak antar butir (Gambar 17) :
Warna
Warna pada batuan sedimen mempunyai arti yang penting karena mencerminkan
komposisi butiran penyusun batuan sedimen dan dapat digunakan untuk
menginterpretasikan lingkungan pengendapan. Warna batuan merah menunjukan
lingkungan oksidasi,sedangkan warna batuan hitam atau gelap menunjukan lingkungan
reduksi. Secara umum warna pada batuan sedimen dipengaruhi oleh :
Warna mineral pembentuk batuan sedimen, contoh : bila mineral pembentuk batuan
sedimen didominasi oleh kuarsa maka batuan akan berwarna putih (misal batupasir
quartz arenite).
Warna matrik atau semen, contoh : bila matriks/semen mengandung oksida besi,
maka batuan akan berwarna coklat kemerahan.
Warna material yang meyelubungi (coating material), contoh : batupasir kuarsa yang
diselubungi oleh glaukonit akan berwarna hijau
Derajat kehalusan butir penyusunnya, contoh : pada batuan dengan komposisi
sama jika makin halus ukuran butir maka warnanya akan cenderung lebih gelap.
Kekompakan
Kekompakan adalah sifat fisik dari batuan. Beberapa istilah yang dipakai dalam
kekompakan batuan adalah :
Gambar 20. Ripple structures : a. linguoid curret ripples, b. transverse curret ripples,
c. oscilation (wave) ripples, d. ripple-drift bed.
Gambar 21. Casts pada bagian bawah lapisan : a. pointed flute casts, b. bulbous flute casts,
c. groove casts, d. penampang flute mark, e. penampang impact mark.
Struktur sedimen dapat digunakan untuk menentukan top dan bottom suatu lapisan
sedimen, arah arus purba dan menginterpretasikan lingkungan pengendapan (gambar
23).
4.2.1.3.1. Batupasir
Tekstur batupasir : ukuran butiran (pasir 0.125 - 2.00 mm), bentuk butiran
(menyudut, membundar, dll.), sorting, kemas butiran (mencakup orientasi, grain
packing, grain contact, hubungan butiran dan matriks), textural maturity, porositas,
permeabilitas, struktur sedimen.
Textural maturity :
o Texturally immature sediment : matriks dominan, sortasi buruk, butiran
menyudut.
o Texturally mature sediment : matriks sedikit,, sortasi sedang-baik, butiran
membundar tanggung-membundar.
Komposisi : butiran (fragmen batuan/litik, kuarsa, felspar, dan mineral-mineral
lainnya), matrik dan semen.
Pembagian secara umum (Gilbert, 1982; Pettjohn, 1987; dan Folk, 1974) : batupasir
kuarsa, batupasir arkose, batupasir litik, batupasir greywacke (Gambar 24 s.d. 26).
Kenampakan yang penting untuk mendiskripsi batuan ini adalah jenis klastik yang hadir
dan tekstur batuan tersebut.
Berdasarkan asal-usul klastik penyusun konglomerat dan breksi :
Klastik intraformasi, berasal dari dalam cekungan pengendapan, banyak fragmen
mudrock atau batugamping mikritik yang dilepaskan oleh erosi atau pengawetan
sepanjang garis pantai.
Klastik ekstraformasi, berasal dari luar cekungan pengendapan dan lebih tua dari
pada sedimen yang melingkupi cekungan tsb.
Konglomerat berdasarkan litologi fragmen (clast) dan jenis kemas (fabric support) dapat
diklasifikasikan menjadi 4 yaitu (Gambar 27) : igneous-clast conglomerates,
sedimentary-clast conglomerates, metamorphic-clast conglomerates dan polymict
conglomerates.
4.2.1.3.3. Mudrock
Mudrock adalah istilah umum untuk batuan sedimen yang disusun terutama oleh
partikel berukuran lanau-lempung, mineral lain mungkin juga hadir. Mudrock
diendapkan terutama dalam lingkungan river floodplain, lake, low energy shoreline,
delta, outer marine shelf dan deep ocean basin.
Untuk klasifikasi batuan sedimen klastik selain mengunakan klasifikasi besar butir
menurut Wentworth, juga dapat menggunakan klasifikasi berdasarkan komposisi atau
besar butir dari penyusun batuan sedimen yang sudah ditentukan lebih dahulu (gambar
28).
No. Batuan
Tekstur : Ukuran Butiran, Pemilahan, Kebundaran Butiran, Kemas, Kontak Antar Butiran
Porositas : Baik (menyerap air), Sedang (diantara baik-buruk), Buruk (Tidak menyerap
air); Kekompakan : getas, kompak, lunak, keras, dll.
Dua jenis batuan karbonat yang utama adalah batugamping (limestone) dan dolomite
(dolostone). Suatu batuan karbonat disebut batugamping (limestone) bila tersusun oleh
kalsit ≥90% dan disebut dolomite (dolostone) bila tersusun oleh dolomit ≥90% (Boggs,
1987).
Batuan karbonat terutama terbentuk di lingkungan laut dangkal (supratidal – subtidal)
seperti batugamping terumbu. Selain itu, dapat juga terbentuk di laut dalam sebagai
endapan pelagik atau turbidit seperti chalk dan cherty limestone, dan terbentuk di danau
dan pada tanah (soil) seperti caliche (vadose pisoid) (Tucker, 1982).
Batuan karbonat dipelajari secara tersendiri karena : terbentuk pada cekungan dimana
dia diendapkan (intrabasinal), tergantung pada aktivitas organisme, mudah berubah
oleh proses diagenesa akhir, hampir ±50% menyusun endapan-endapan laut, mewakili
seluruh zaman geologi dari Proterozoic sampai Cenozoic, proses pembentukannya
tidak sama dengan proses pembentukan batuan sedimen klastik, tekstur dan komposisi
mineral karbonat tidak menunjukan provenance batuan asal, dan batuan karbonat
berasal dari subtidal carbonate factory (middle-outer shelf).
Batas ukuran butir yang digunakan Dunham untuk membedakan antara butiran dan
lumpur karbonat adalah 20 micron (lanau kasar). Klasifikasi batugamping yang
didasarkan pada tekstur pengendapan dapat dihubungkan dengan fasies terumbu dan
tingkat energi yang bekerja sehingga dapat untuk menginterpretasikan lingkungan
pengendapan.
4.2.2.3. Porositas
Porositas adalah perbandingan antara volume rongga dengan volume total batuan
(dinyatakan dalam persen). Porositas dapat diuji dengan meneteskan cairan (air) ke
dalam batuan. Istilah yang dipakai adalah porositas baik (batuan menyerap air),
No. Batuan
Tekstur : Ukuran Butiran, Pemilahan, Kebundaran Butiran, Kemas, Abrasi, Kontak Antar
Butiran
Butiran : Jenis (butiran skeletal, ooid, pellets, litoklas, butiran terigen), Matrik : mikrit, Semen :
Sparry Calcite; Prosentase
Struktur : Struktur Sedimen Fisika dan Biogenik; Perlapisan (Strike-dip, Tebal), Organic Tracks
& Trails, Organic Burrow, Stylolite, dll.
Porositas : Baik (menyerap air), Sedang (diantara baik-buruk), Buruk (Tidak menyerap air);
Jenis Porositas (vuggy, fracture, intercrystalline, mouldic, dll), Prosentase; Kekompakan :
getas, kompak, lunak, keras, dll.
Tipe-tipe metamorfosa :
Proses pertumbuhan mineral saat terjadinya metamorfosa pada fase padat dapat
dibedakan menjadi 3 yaitu (Jackson, 1970) :
Secretionary growth : pertumbuhan kristal hasil reaksi kimia fluida yang terdapat
pada batuan yang terbentuk akibat adanya tekanan pada batuan tersebut.
Concentionary growth : proses pendesakan kristal oleh kristal lainnya untuk
membuat ruang pertumbuhan.
Replacement : proses penggantian mineral lama oleh mineral baru.
Kemampuan mineral untuk membuat ruang bagi pertumbuhannya tidak sama satu
dengan yang lainnya. Percobaan Becke (1904) menghasilkan seri kristaloblastik yang
menunjukan bahwa mineral pada seri yang tinggi akan lebih mudah membuat ruang
pertumbuhan dengan mendesak mineral pada seri yang lebih rendah. Mineral dengan
kekuatan kristaloblastik tinggi umumnya besar dan euhedral (Tabel 14).
Most Euhedral
Sphene, rutile, pyrite
Garnet, silimanite, staurolite, tourmaline
Epidote, magnetite, ilmenite
Andalusite, pyroxene, amphibole
Micas, chlorite, dolomite, kyanite
Calcite, idocrase, scapolite
Plagioclase, quartz, cordierite
Least Euhedral
Struktur foliasi adalah struktur paralel yang dibentuk oleh mineral pipih/ mineral
prismatik, seringkali terjadi pada metamorfosa regional dan metamorfosa kataklastik.
Struktur non foliasi adalah struktur yang dibentuk oleh mineral-mineral yang
equidimensional dan umumnya terdiri dari butiran-butiran granular, seringkali terjadi
pada metamorfosa termal.
Tekstur batuan metamorf adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk
atau orientasi butir mineral individual penyusun batuan metamorf (Jackson, 1970).
Tekstur relic (sisa) : tekstur batuan metamorf yang masih menunjukan sisa tekstur
batuan asalnya atau tekstur batuan asalnya masih tampak pada batuan metamorf
tersebut. Penamaannya dengan memberi awalan blasto (kemudian disambung
dengan nama tekstur sisa), misalnya : tekstur blastoporfiritik (batuan metamorf yang
Beberapa tekstur khusus lainnya yang umumnya tampak pada pengamatan petrogarafi
(pengamatan batuan/mineral dengan menggunakan mikroskop polarisasi) yaitu
(Gambar 36) :
Porfiroblastik : kristal yang lebih besar (porphyroblast) dikelilingi oleh mineral-
mineral yang berukuran lebih kecil.
Poikiloblastik (Sieve Texture) : tekstur porfiroblastik dengan porphyroblast tampak
melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil.
Gambar 35. Beberapa tekstur batuan metamorfik, A. Granoblastic dengan tekstur mosaic, B.
Granoblastic (butir tak teratur), C. Schistose dengan porfiroblast euhedral, D. Schistose dengan
granoblastik lentikuler, E. Metasandstone dengan Semischistose, F. Semischistose dalam
batuan blastoporphyritic metabasalt, G. Mylonite granite ke arah bawah menjadi Protomylonite,
H. Orthomylonite ke arah bawah menjadi Ultramylonite, I. Granoblastic di dalam blastomylonite.
Filit (Phyllite)
Mineral utama : kuarsa, serisit, klorit; mineral tambahan : plagioklas, mineral bijih.
Warna : terang, abu-abu perak, abu-abu kehijauan, lebih mengkilap daripada batu
sabak. Struktur : foliasi (sekistose) mulai jelas dibandingkan dengan batu sabak (tekstur
filitik). Tekstur : mulai granoblastik sampai lepidoblastik dengan mulai terlihat
perselingan antara mineral pipih dan mineral granular, butiran mulai lebih kasar
daripada batusabak. Metamorfosa : regional.
Geneis (Gneis)
Mineral utama : k-felsfar, plagioklas, biotit, muskovit, kuarsa. Warna : sesuai dengan
batuan asalnya, misalnya dari granit atau batupasir arkose. Struktur : foliasi (sekistose
terbuka/gneisose). Tekstur : granoblastik dan lepidoblastik, mineral pipih dipotong oleh
mineral granular. Metamorfosa : regional.
Migmatit (Migmatite)
Beberapa jenis batuan bertekstur gneisik secara megaskopik sering memperlihatkan
sifat yang heterogen dan terlihat seperti percampuran antara metasedimen dan batuan
granitis, batuan yang demikian ini lazim disebut migmatit, material granitis diperkirakan
berasal dari luar, hasil dari insitu partial melting atau dapat juga dari segregasi akibat
proses metamorfosis. Struktur : foliasi (sekistose terbuka/gneisose). Tekstur :
granoblastik dan lepidoblastik, mineral pipih dipotong oleh mineral granular.
Metamorfosa : regional, pada zona T tinggi, dan selalu dijumpai berasosiasi dengan
batuan granit.
Milonit (Mylonite)
Mineral dan warna tergantung batuan yang mengalami metamorfosa kataklastik.
Struktur dan tekstur : terlihat seperti adanya foliasi dengan lensa-lensa dari batuan yang
tidak hancur berbentuk mata, butiran umumnya halus. Tekstur : granoblastik,
poikiloblastik, dengan tekstur mosaik. Metamorfosa : kataklastik.
Filonit (Phyllonite)
Gejala dan kenampakan sama dengan milonitik (filonit butirannya halus), sudah terjadi
rekristalisasi, derajat metamorfosa lebih tinggi dibanding milonit. Matriks terdiri dari mika
berserabut, terorientasi tak sempurna (berupa alur-alur sangat halus), menunjukan kilap
silky, butiran halus sekali. Metamorfosa : kataklastik.
Serpentinit (Serpentinite)
Mineral utama : serpentin, mineral tambahan : mineral bijih, mineral sisa : olivin,
piroksen. Warna : hijau terang – hijau kekuningan. Struktur : masif, kadang-kadang
terdapat struktur sisa dari peridotit. Tekstur : lamelar, selular, tekstur sisa dari piroksen
(bastit). Metamorfosa : regional
Amfibolit (Amphybolite)
Mineral utama : amfibol (horblenda), plagioklas, mineral tambahan : kuarsa, epidot,
klorit, biotit, garnet, mineral bijih. Warna : hijau/hitam bintik-bintik putih atau kuning.
Struktur : masif atau berfoliasi, kadang-kadang ada struktur sisa dari metagabro atau
meta lava basal. Tekstur : idioblastik/nematoblastik, kadang-kadang poikiloblastik
(plagioklas), lepido-blastik (biotit), porfiroblastik (garnet), berukuran sedang-kasar.
Metamorfosa : regional
Granulit (Granulite)
Mineral utama : kuarsa, k-felspar, plagioklas, garnet, piroksen, sedikit mika. Warna :
bervariasi dari terang sampai gelap, tergantung mineralnya. Struktur : masif dengan
besar butir bervariasi. Tekstur : granoblastik, gneisosa seringkali mineral kuarsa
berbentuk pipih, berukuran sedang-kasar. Metamorfosa : regional
Eklogit (Eklogite)
Batuan metamorf berkomposisi basik, mineral utama : piroksen ompasit
(klinopiroksen/diopid yang kaya sodium dan aluminium), garnet kaya pyrope, kuarsa.
Warna : hijau-merah dengan bintik-bintik. Struktur : masif dengan besar butir bervariasi.
Tekstur : granoblastik seringkali porfiroblastik, berukuran sedang-kasar. Metamorfosa :
regional
Marmer (Marble)
Mineral utama : kalsit; kadang-kadang dolomit, piroksen, amfibol, flogopit, ada mineral
bijih atau oksida besi. Warna : putih dengan garis-garis hijau, abu-abu, coklat dan
Hornfels (Hornfels)
Mineral utama : andalusit, silimanit, kordierit, biotit, k-felsfar. Warna : terang, merah,
coklat, ungu dan hijau. Struktur : masif kadang-kadang dengan sisa foliasi. Tekstur :
hornfelsik, granoblastik, poikiloblastik, kadang-kadang porfiroblastik, dengan tekstur
mosaik, butiran ekuidimensional, tidak berorientasi, butiran halus. Metamorfosa :
kontak.
No. Batuan :
BB-01/BB-02, dll.
Warna :
Hitam bintik-bintik putih/putih kemerahan, dll (warna yang representatif)
Struktur :
Tekstur :
Homeoblastik : Heteroblastik :
Lepidoblastik atau nematoblastik atau Lepidoblastik dan atau nematoblastik dan atau
granoblastik atau granuloblastik granoblastik dan atau granuloblastik
Komposisi Mineral :
Kuarsa (%), ciri-cirinya, dll. (untuk % digunakan diagram perbandingan secara visual)
Nama Batuan :
Hornfels/Sekis/Gneis/Marmer, dll.