Anda di halaman 1dari 4

NASKAH LOMBA OPINI SISWA

Judul Opini

SISWA PENEGAK LITERASI


SEBAGAI MASA DEPAN LITERASI SIDOARJO

Oleh
Oleh Santi Ramadhania S. IX
SMPN 2 Wonoayu

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO


DINAS PENDIDIKAN
SMP NEGERI 2 WONOAYU
JL. RAYA BECIRONGENGOR, WONOAYU
2018

SISWA PENEGAK LITERASI


SEBAGAI MASA DEPAN LITERASI SIDOARJO

Oleh Renata Prameswari


Siswa kelas 9 SMPN 2 Wonoayu

Sekolah saya punya tim khusus penulis siswa. Dinamakan Siswa Penegak Literasi

(SPL). SPL itu isinya perwakilan siswa dari setiap kelas. Satu kelas ada 2 wakilnya di SPL.

Jika ditotal, ada 72 anggota SPL yang mewakili seluruh kelas. Mirip yang ada pada Dewan

Perwakilan Rakyat. Nah saya salah satu anggota SPL itu.

Saya hitung-hitung, SPL di sini belum lama terbentuk. Tapi kiprahnya tidak boleh

diremehkan. Bahkan pernah beberapa kali berkolaborasi dengan para guru untuk menerbitkan

antologi buku. Salah satunya ada yang berjudul komik legenda budaya lokal. Isinya tentang

asal usul desa di Sidoarjo. Itu salah satu kiprahnya. Kiprah lainnya masih banyak. Saya akan

mengulasnya satu persatu.

Kan di sekolah kami ada banyak tempat dan media yang berkaitan dengan literasi.

Seperti ada perpustakaan pojok kelas atau yang biasa disebut pojok baca, ada taman baca di

depan kelas, maupun ada blog yang dibuat masing-masing kelas. Nah, tugas Siswa Penegak

Literasi berkaitan dengan tempat dan media itu.

Antara lain, tugasya bisa membantu penjaga perpustakaan untuk merapikan dan

mendata buku, ataupun membuat dan menempel pajangan karya untuk majalah dinding.

Bahkan juga membuat lomba yang berhubungan dengan sastra. Seperti lomba menulis

cerpen, membaca cerpen, menulis puisi, membaca puisi atau lainnya.

Itu tugas dan kiprah yang cukup biasa. Yang menarik, Siswa Penegak Literasi juga

dapat membantu menggali lebih dalam bakat maupun potensi siswa. Lalu

mengembangkannya. Contohnya, saat SPL menemukan temannya yang sangat berbakat pada

musik, namun di sekolah belum ada fasilitas penunjang itu, maka kami membantu

menyampaikan ke ibu Kepala Sekolah kami Bu Netti Lastinigsih. Kami mintakan guru

pembimbing khusus atau panggung khusus untuk siswa berbakat ini. Sehingga siswa yang
punya potensi itu lebih berliterasi lagi dalam bidangnya. Dengan punya pembimbing, literasi

dia tentang musik kan semakin bagus. Anak itu juga lebih merasa didukung.

Jika semua potensi dan bakat didukung, akan semakin melejit lagi potensi itu. Ayah

saya pernah berpesan, “ Tunjukkan karyamu, dunia perlu bakatmu, jangan dengarkan

pendapat orang yang bisa menjatuhkan semangatmu.”

Sebagai tambahan ilmu dan sebagai literasi bagi Siswa Penegak Literasi, kami juga

melakukan study banding di sekolah yang maju dalam bidang Literasi. Sebagai motivasi.

Dengan study banding kita bisa 3M. Melihat, meniru, dan memodifikasi. Hasilnya kami

sampaikan ke sekolah. Yang baik bisa diterapkan.

Sebaliknya, sekolah lain dapat berkunjung ke sekolah kami. Siswa Penegak Litterasi

dapat memandu apa yang ada di sekolahnya. Menunjukkan prestasi literasi seperti kumpulan

piagam dan piala tentang literasi. Ini bisa memotivasi kedua belah pihak.

Yang namanya wakil kelas dalam bidang literasi, tugas SPL juga banyak menampung

aspirasi dari kelas. Bahkan juga dapat menampung ide - ide atau inovasi baru dari luar kelas

dan luar sekolah. Lalu sesegera mungkin mewujudkannya agar tak menjadi angan. Seperti,

para siswa ingin membuat pohon harapan. Maka kami berkolaborasi untuk mewujudkan

pembuatan pohon harapan. Pohon harapan itu kami wujudkan dalam festival literasi yang

diadakan di sekolah pada bulan lalu. Pohon itu diisi catatan-catatan cita-cita dan harapan

siswa. Ada yang menulis ingin menjadi wirausaha, ada juga yang menulis ingin jadi dokter.

Itu seputar SPL di sekolah saya. Untuk ke depan, saya berharap SPL itu ada di semua sekolah

di Sidoarjo. Itu jadi strategi nyata yang berhasil dalam menyemarakkan Gerakan Budaya

Literasi di Sidoarjo. Adanya siswa Penegak Literasi mampu membangun orang di sekitar

untuk melakukan aksi Literasi yang dapat membuahkan hasil yang lebih bermanfaat nantinya.

Sehingga harapan besarnya, Sidoarjo lebih berliterasi lagi dan Indonesia lebih berliterasi lagi.

Karena yang miris, dengan populasi yang banyak ini Indonesia malah mendapat peringkat 60
dari 61 negara sebagai negara gemar membaca. Berdasarkan studi “Most Littered Nation in

The World” yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada 2016 lalu.

Indonesia persis berada di bawah Thailand (urutan ke-59) dan diatas Bostwana (61).

Salah satu cara untuk membuat kualitas pendidikan di Indonesia khusnya di Kota Sidoarjo

maju adalah dengan adanya Gerakan Budaya Literasi (GBL) dengan cara-cara baru seperti

dengan menerapkan SPL tadi ke semua sekolah. Jusuf Kalla mengatakan” Tidak ada suatu

negara yang maju tanpa pendidikan.”

Anda mungkin juga menyukai