Judul Opini
Oleh
Oleh Santi Ramadhania S. IX
SMPN 2 Wonoayu
Sekolah saya punya tim khusus penulis siswa. Dinamakan Siswa Penegak Literasi
(SPL). SPL itu isinya perwakilan siswa dari setiap kelas. Satu kelas ada 2 wakilnya di SPL.
Jika ditotal, ada 72 anggota SPL yang mewakili seluruh kelas. Mirip yang ada pada Dewan
Saya hitung-hitung, SPL di sini belum lama terbentuk. Tapi kiprahnya tidak boleh
diremehkan. Bahkan pernah beberapa kali berkolaborasi dengan para guru untuk menerbitkan
antologi buku. Salah satunya ada yang berjudul komik legenda budaya lokal. Isinya tentang
asal usul desa di Sidoarjo. Itu salah satu kiprahnya. Kiprah lainnya masih banyak. Saya akan
Kan di sekolah kami ada banyak tempat dan media yang berkaitan dengan literasi.
Seperti ada perpustakaan pojok kelas atau yang biasa disebut pojok baca, ada taman baca di
depan kelas, maupun ada blog yang dibuat masing-masing kelas. Nah, tugas Siswa Penegak
Antara lain, tugasya bisa membantu penjaga perpustakaan untuk merapikan dan
mendata buku, ataupun membuat dan menempel pajangan karya untuk majalah dinding.
Bahkan juga membuat lomba yang berhubungan dengan sastra. Seperti lomba menulis
Itu tugas dan kiprah yang cukup biasa. Yang menarik, Siswa Penegak Literasi juga
dapat membantu menggali lebih dalam bakat maupun potensi siswa. Lalu
mengembangkannya. Contohnya, saat SPL menemukan temannya yang sangat berbakat pada
musik, namun di sekolah belum ada fasilitas penunjang itu, maka kami membantu
menyampaikan ke ibu Kepala Sekolah kami Bu Netti Lastinigsih. Kami mintakan guru
pembimbing khusus atau panggung khusus untuk siswa berbakat ini. Sehingga siswa yang
punya potensi itu lebih berliterasi lagi dalam bidangnya. Dengan punya pembimbing, literasi
dia tentang musik kan semakin bagus. Anak itu juga lebih merasa didukung.
Jika semua potensi dan bakat didukung, akan semakin melejit lagi potensi itu. Ayah
saya pernah berpesan, “ Tunjukkan karyamu, dunia perlu bakatmu, jangan dengarkan
Sebagai tambahan ilmu dan sebagai literasi bagi Siswa Penegak Literasi, kami juga
melakukan study banding di sekolah yang maju dalam bidang Literasi. Sebagai motivasi.
Dengan study banding kita bisa 3M. Melihat, meniru, dan memodifikasi. Hasilnya kami
Sebaliknya, sekolah lain dapat berkunjung ke sekolah kami. Siswa Penegak Litterasi
dapat memandu apa yang ada di sekolahnya. Menunjukkan prestasi literasi seperti kumpulan
piagam dan piala tentang literasi. Ini bisa memotivasi kedua belah pihak.
Yang namanya wakil kelas dalam bidang literasi, tugas SPL juga banyak menampung
aspirasi dari kelas. Bahkan juga dapat menampung ide - ide atau inovasi baru dari luar kelas
dan luar sekolah. Lalu sesegera mungkin mewujudkannya agar tak menjadi angan. Seperti,
para siswa ingin membuat pohon harapan. Maka kami berkolaborasi untuk mewujudkan
pembuatan pohon harapan. Pohon harapan itu kami wujudkan dalam festival literasi yang
diadakan di sekolah pada bulan lalu. Pohon itu diisi catatan-catatan cita-cita dan harapan
siswa. Ada yang menulis ingin menjadi wirausaha, ada juga yang menulis ingin jadi dokter.
Itu seputar SPL di sekolah saya. Untuk ke depan, saya berharap SPL itu ada di semua sekolah
di Sidoarjo. Itu jadi strategi nyata yang berhasil dalam menyemarakkan Gerakan Budaya
Literasi di Sidoarjo. Adanya siswa Penegak Literasi mampu membangun orang di sekitar
untuk melakukan aksi Literasi yang dapat membuahkan hasil yang lebih bermanfaat nantinya.
Sehingga harapan besarnya, Sidoarjo lebih berliterasi lagi dan Indonesia lebih berliterasi lagi.
Karena yang miris, dengan populasi yang banyak ini Indonesia malah mendapat peringkat 60
dari 61 negara sebagai negara gemar membaca. Berdasarkan studi “Most Littered Nation in
The World” yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada 2016 lalu.
Indonesia persis berada di bawah Thailand (urutan ke-59) dan diatas Bostwana (61).
Salah satu cara untuk membuat kualitas pendidikan di Indonesia khusnya di Kota Sidoarjo
maju adalah dengan adanya Gerakan Budaya Literasi (GBL) dengan cara-cara baru seperti
dengan menerapkan SPL tadi ke semua sekolah. Jusuf Kalla mengatakan” Tidak ada suatu