Anda di halaman 1dari 30

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makan adalah salah satu kebutuhan primer yang tidak dapat dilepaskan dari
kehidupan kita. Selama kita masih bernafas, selama itu pulalah kita membutuhkan
makanan. Pada zaman prasejarah, orang mengonsumsi sayuran atau daging tanpa
diolah terlebih dulu atau hanya dipanggang di atas bara api. Namun, seiring
dengan kemajuan zaman, orang mengenal makanan yang dimasak atau diolah
dengan berbagai variasi, mulai dari cara yang sangat sederhana, seperti digoreng
dan direbus, hingga yang memerlukan teknik dan teknologi khusus, seperti
pasteurisasi dan sterilisasi. Oleh karena itu, jenis makanan pun menjadi makin
bervariasi dan makin menggugah selera. (Astawan M. dan Leomitro A. 2009)
Dalam dunia kuliner, salah satu bahan pangan yang cukup popular adalah
padi-padian, yang dikenal juga dengan sebutan serealia. Golongan serealia
merupakan salah satu penyusun fondasi dasar yang sangat penting untuk
memenuhi kebutuhan karbohidrat dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa bagian dedak dan lembaga serealia sangat
bermanfaat bagi kesehatan karena kaya akan berbagai zat gizi dan komponen
fitokimia. Kedua bagian tersebut justru dibuang sebagai limbah dalam proses
pengolahannya selama ini. Maka, saat ini mulai dikembangkan racikan makanan
yang terbuat dari biji serealia utuh atau yang dikenal dengan whole oats. (Astawan
M. dan Leomitro A. 2009)
Sereal oat (whole oats) adalah salah satu bahan makanan yang cukup
populer di Indonesia. Awalnya, makanan yang lebih dikenal dengan nama
havermut ini dibawa oleh bangsa Belanda ketika menjajah Indonesia. Makanan ini
merupakan salah satu bahan pangan pokok di Eropa, terutama Skotlandia dan
Irlandia. Keduanya memang termasuk Negara penghasil gandum yang terkenal.
Bangsa Irlandia mengklaim oat produksinya sebagai yang terbaik. Sedangkan
Skotlandia sangat bangga dengan kelezatan oat-nya yang konon didapat berkat
sinar matahari yang cukup. (Astawan M. dan Leomitro A. 2009)
2

Kolesterol merupakan kelompok steroid, suatu zat yang termasuk dalam


golongan lipid (lemak). Pada manusia, kolesterol dapat disintesis sendiri dalam
tubuh, yaitu melalui hati, korteks adrenal, kulit, usus, testis, lambung, otot,
jaringan adiposa, dan otak. Jika jumlah kolesterol dalam tubuh berkurang, sintesis
kolesterol dalam hati dan usus meningkat untuk memenuhi kebutuhan jaringan
dan organ lain. Sebaliknya, jika jumlah kolesterol dari makanan meningkat,
sintesis itu menurun. (Astawan M. dan Leomitro A. 2009)
Kolesterol berguna sebagai pembentuk membran sel dan membentuk
beberapa jenis hormon, ternyata dapat mengganggu kesehatan bila terlalu banyak
terdapat dalam tubuh. Faktor makanan, keturunan, usia, berat badan, dan kurang
olahraga dapat mempengaruhi jumlah kolesterol dalam darah kita. (Irianto K. dan
Waluyo K. 2007)
Terdapat dua sumber kolesterol untuk tubuh: (1) asupan kolesterol melalui
makanan, dengan produk-produk hewani, misalnya kuning telur, daging merah,
dan mentega sebagai sumber utama lipid ini (lemak hewani mengandung
kolesterol, sedangkan lemak nabati tidak), (2) pembentukan kolesterol oleh
banyak organ, terutama hati. Karena tubuh mampu membentuk kolesterol, tidak
terdapat korelasi langsung antara kolesterol yang dimakan dengan kadar kolesterol
dalam darah, walaupun penurunan asupan lemak hewani dapat menurunkan
kolesterol darah dalam tingkat sedang. (Sherwood L. 2001)
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tufts University yang
dipublikasikan dalam The Journal of Nutrition, avenantbramides yang banyak
terdapat dibagian dedak oat berfungsi sebagai antioksidan yang mampu mencegah
oksidasi kolesterol jahat (LDL) dalam tubuh. Kandungan serat pangan pada whole
oat juga dapat mengurangi kolesterol dengan mengikat asam empedu yang datang
ke saluran pencernaan. Dalam tubuh, asam empedu menyerap lemak ke dalam
darah sehingga kandungan kolesterol dalam darah menjadi tinggi. Karena serat
mampu mengikat asam empedu, penyerapan kolesterol dalam darah akan
berkurang. Asam empedu yang diikat oleh serat pangan akan dikeluarkan melalui
feses. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan perubahan kolesterol yang ada di
3

serum darah menjadi asam empedu sehingga otomatis mengurangi kadar


kolesterol. (Astawan M. dan Leomitro A. 2009)
Oat bran yang kaya akan serat larut, dapat menurunkan kadar kolesterol
total serum sekaligus mengurangi kolesterol LDL (Sari YD. dkk. 2014). Pada
serat pangan yang larut dalam air, akan dengan mudah terfermentasi. 𝛽-Glucan
merupakan salah satu jenis serat larut air yang banyak ditemukan pada oat dan
telah mendapat banyak perhatian karena potensinya dalam mengurangi level
kolesterol. Viskositas usus halus yang lebih besar dan kecenderungan absorbsi
asam empedu yang lebih menurun adalah salah satu mekanisme yang diduga
terjadi pada konsumsi 𝛽-Glucan. Serat pangan juga dapat mempengaruhi kadar
kolesterol dengan menjerat lemak di usus halus, mengikat asam empedu dan
meningkatkan ekskresinya ke feses dapat menurunkan kadar kolesterol LDL,
trigliserida, dan meningkatkan HDL. Jenis serat lain yang berpotensi untuk
mengurangi kadar kolesterol adalah inulin. Inulin memiliki mekanisme untuk
menurunkan kadar kolesterol dengan menghambat emulsifikasi lemak dan
kolesterol oleh garam empedu. (Fairudz A.dan Nisa K. 2015)
Selain penjelasan tersebut diatas, alasan lainnya bagi penulis mengambil
judul pengaruh pemberian oatmeal terhadap kadar kolesterol darah pada pegawai
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara Jl. Sisingamangaraja 2A
Medan adalah karena bahan dari penelitian ini yaitu oatmeal mudah didapat dan
banyak manfaat, serta bahayanya pengaruh kolesterol terhadap kesehatan maka
penulis bermaksud melakukan penelitian untuk mengetahui perubahan sebelum
dan sesudah mengkonsumsi oatmeal terhadap kadar kolesterol darah pada
pegawai Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara Jl.
Sisingamangaraja 2A Medan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut : Pengaruh Pemberian Oatmeal Terhadap Kadar
Kolesterol Darah Pada Pegawai Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera
Utara Jl. Sisingamangaraja 2A Medan.
4

1.3 Hipotesa
Hipotesa pada penelitian ini adalah Pemberian oatmeal berpengaruh
terhadap kadar kolesterol darah.

1.4 Tujuan penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian
oatmeal terhadap kadar kolesterol darah pada pegawai Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara Jl. Sisingamangaraja 2A Medan.
1.4.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui perubahan sebelum mengkonsumsi oatmeal
terhadap kadar kolesterol darah pada pegawai Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara Jl. Sisingamangaraja 2A Medan.
2. Untuk mengetahui perubahan sesudah mengkonsumsi oatmeal
terhadap kadar kolesterol darah pada pegawai Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara Jl. Sisingamangaraja 2A Medan.

1.5 Manfaat Penelitian


1. Dapat menjadi bahan bacaan dan pengetahuan baik dalam dunia
kedokteran maupun umum.
2. Menginformasikan kepada masyarakat salah satu cara alternatif untuk
menurunkan kadar kolesterol darah dengan mengkonsumsi oatmeal.
3. Sebagai bahan masukan kepada peneliti berikutnya untuk penelitian
lebih lanjut yang berkaitan dengan pengaruh pemberian oatmeal
terhadap kolesterol darah.
4. Menambah wawasan dalam pengetahuan peneliti dalam penerapan ilmu
yang diperoleh selama proses perkuliahan.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Oatmeal
2.1.1 Defenisi Oat
Oats (Avena sativa) awalnya dibawa oleh bangsa Belanda ketika menjajah
Indonesia. Makanan ini merupakan salah satu bahan pangan pokok di Eropa,
terutama Skotlandia dan Irlandia. Keduanya memang termasuk Negara penghasil
gandum yang terkenal. Bangsa Irlandia mengklaim oat produksinya sebagai yang
terbaik. Sedangkan Skotlandia sangat bangga dengan kelezatan oat-nya, yang
konon di dapat berkat sinar matahari yang cukup. (Astawan M. dan Leomitro A.
2009)
Sereal oat adalah salah satu bahan makanan yang cukup populer di
Indonesia, yang lebih dikenal dengan nama havermut. Oats termasuk dalam
family Graminaceae atau rumput-rumputan dan masih satu family dengan
gandum, padi, dan tanaman sereal lainnya (Nirmala, 2001). Tanaman ini berasal
dari daratan Asia. Akan tetapi, yang menjadi pertanyaan besar, mengapa justru
bangsa Eropa yang lebih dulu membudidayakan dan mengolahnya menjadi
makanan pokok sehari-hari. (Widyastuti LA. dkk. 2010)

2.1.2 Struktur Oat


Whole oat pada umumnya terbagi atas tiga bagian besar, yaitu dedak
(bran), endosperma, dan embrio atau lembaga (germ). Yang dimaksud dengan
whole oat adalah serealia yang hanya mengalami pemisahan pada bagian kulit
terluar dari biji sehingga masih mengandung dedak, endosperma, dan lembaga
secara utuh. Secara sederhana, struktur biji serealia dapat dilihat pada gambar 1.1.
Komponen utama yang terkandung pada bagian dedak (bran) adalah serat pangan,
vitamin B kompleks, mineral. Komponen utama yang terkandung pada bagian
endosperma adalah karbohidrat dan protein. Sedangkan pada bagian lembaga
(germ) mengandung kaya akan antioksidan, vitamin E, vitamin B kompleks.
(Astawan M. dan Leomitro A. 2009)
6

Gambar 1.1 Struktur Oat

Struktur oat terdiri dari lapisan luar ke dalam yaitu:


a. Bekatul (bran) : mengandung serat pangan, vitamin B kompleks, mineral.
b. Endosperm : mengandung karbohidrat dan protein.
c. Germ : mengandung antioksidan, vitamin E, vitamin B kompleks

2.1.3 Jenis-Jenis Oat


1. Rolled oats
Rolled oats kerap disebut oatmeal. Adapula yang menamainya old-
fashioned oats atau old-fashioned oatmeal. Sebagian masyarakat bahkan
menyebutnya flaked oats, flaked oatmeal, atau oatflakes. Produk ini merupakan
jenis oat yang telah dikukus, dibolak-balik, dan dipotong-potong agar lebih cepat
masak. Biasanya rolled oatmeal dikonsumsi dalam bentuk sereal atau sebagai
bahan campuran kue kering.

2 Quick oats
Nama lainquick oats adalah quick-cooking oats, quick oatmeal, quick-
cooking oatmeal, atau easy oats. Quick oats berbentuk serpihan yang amat pipih.
Karenanya, waktu memasaknya menjadi sangat singkat, sekitar tiga sampai empat
menit. Oat jenis ini adalah pilihan terbaik untuk membuat kue.

3 Scotch oats
Scotch oats dan steel-cut oats adalah jenis oat yang sama. Variasi
namanya cukup banyak. Ada yang menyebutnya irish oats, pinhead oats, coarse-
7

cut oats, atau steel-cut oatmeal. Meskipun tampilan fisiknya sedikit berbeda,
scotch oats sebenarnya sama dengan irish oatmeal, scotch oatmeal, atau porridge
oatmeal. Scotch oats merupakan jenis yang telah dicincang halus. Rasanya lebih
kenyal daripada rolled oats dan biasanya disajikan hangat dalam bentuk sereal.

4 Instant oats atau instant oatmeal


Variasi oat dalam bentuk instan ini sangat praktis untuk disajikan. Dengan
siraman air panas, kita sudah bisa menyantapnya. Potongannya dibuat sangat tipis
sehingga bisa cepat matang. Sayangnya, jenis ini tidak sekenyal oat bentuk
lainnya yang memang membutuhkan waktu lebih lama untuk memasaknya. Selain
itu, instant oats biasanya telah diberi tambahan rasa dan garam.

5 Whole oats
Jenis ini juga dikenal dengan oat groats atau whole oat groats. Biasanya
whole oats diproses secara sederhana. Hanya bagian kulit luarnya yang dibuang.
Karenanya, whole oats sangat kaya akan zat gizi dan kenyal teksturnya. Waktu
memasaknya juga lebih lama. (Astawan M. dan Leomitro A. 2009)

Gambar 1.2 Jenis-Jenis Biji Oat


8

Gambar 1.3 Macam-Macam Kemasan Oat

2.1.4 Kandungan Oatmeal Terhadap Penurunan Kolesterol


Oats termasuk dalam kategori makanan yang kandungan serat alaminya
tinggi. Hal ini terbukti bahwa setiap 100 gram oats terkandung 5-7,2 gram serat
larut dan 9,9-14,9 gram total serat (serat larut dan tak larut). (Widyastuti LA. dkk.
2010)
Whole oats mengandung oat bran (dedak) yang merupakan lapisan
terluarnya. Oat bran merupakan sumber 𝛽-Glucan, yaitu serat pangan larut air
yang penting bagi kesehatan. Serat pangan larut air terbukti dapat mengikat
kolesterol dan mengeluarkannya dari tubuh sehingga mampu menurunkan kadar
kolesterol dalam darah. (Astawan M. dan Leomitro A. 2009)
Serat pangan juga dapat menurunkan kolesterol dengan mengikat asam
empedu yang datang ke saluran pencernaan. Dalam tubuh, asam empedu
menyerap lemak ke dalam darah sehingga kandungan kolesterol dalam darah
9

menjadi tinggi. Karena serat mampu mengikat asam empedu, penyerapan


kolesterol dalam darah akan berkurang. Asam empedu yang diikat oleh serat
pangan akan dikeluarkan melalui feses. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan
perubahan kolesterol yang ada di serum darah menjadi asam empedu sehingga
otomatis mengurangi kadar kolesterol (Astawan M. dan Leomitro A. 2009). Jenis
serat lain yang berpotensi untuk mengurangi kadar kolesterol adalah inulin. Inulin
memiliki beberapa mekanisme untuk menurunkan kadar kolesterol. Mekanisme
pertama adalah dengan menghambat emulsifikasi lemak dan kolesterol oleh garam
empedu. (Fairudz A.dan Nisa K. 2015)

2.2 Kolesterol
2.2.1 Defenisi Kolesterol
Kolesterol adalah prekursor hormon steroid dan asam empedu dan
merupakan unsur pokok yang penting dalam membran sel (Ganong WF. 2008).
Kolesterol, sterol yang paling lazim ditemukan adalah substansi mirip lemak yang
dibentuk setiap hari oleh tubuh. Hati membentuk kolesterol dan menyaring
kelebihan kolesterol yang ada untuk dibuang dari tubuh. Kolesterol juga
merupakan komponen dalam makanan yang kita makan. (Nugroho AW. dan
Santoso N. 2011)
Kolesterol terdapat di jaringan dan plasma sebagai kolesterol bebas atau
dalam bentuk simpanan, yang berkaitan dengan asam lemak rantai panjang
sebagai ester kolesteril. Di dalam plasma, kedua bentuk tersebut diangkut dalam
lipoprotein. Sekitar separuh kolesterol tubuh berasal dari proses sintesis (sekitar
700 mg/hari) dan sisanya diperoleh dari makanan (Murray RK. dkk. 2012).
Terdapat dua sumber kolesterol untuk tubuh: (1) asupan kolesterol melalui
makanan, dengan produk-produk hewani, misalnya kuning telur, daging merah,
dan mentega sebagai sumber utama lipid ini (lemak hewani mengandung
kolesterol, sedangkan lemak nabati tidak), dan (2) pembentukan kolesterol oleh
banyak organ, terutama hati. Karena tubuh mampu membentuk kolesterol, tidak
terdapat korelasi langsung antara kolesterol yang dimakan dengan kadar kolesterol
dalam darah, walaupun penurunan asupan lemak hewani dapat menurunkan
10

kolesterol darah dalam tingkat sedang. Bagi sebagian orang, mungkin diperlukan
obat untuk menurunkan kadar kolsterol darah. (Sherwood L. 2001)
Kolesterol merupakan jenis lipid yang dapat ditemukan dalam plasma
darah. Walaupun sel steroidogenik mensintesis sendiri sebagian kolesterol,
sebagian besar bahan mentah ini berasal dari lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) yang telah dimasukkan ke dalam sel dan diuraikan olen enzim lisosom
untuk membebaskan kolesterolnya. (Sherwood L. 2001)
Kolesterol dapat disintesis sendiri dalam tubuh, yaitu melalui hati, korteks
adrenal, kulit, usus, testis, lambung, otot, jaringan adiposa, dan otak. Sekitar 17
persen berat kering otak terdiri atas kolesterol. Meskipun dianggap berbahaya,
kolesterol tetap dibutuhkan oleh tubuh Jika jumlah kolesterol dalam tubuh
berkurang, sintesis kolesterol dalam hati dan usus meningkat untuk memenuhi
kebutuhan jaringan dan organ lain. Sebaliknya, jika jumlah kolesterol dari
makanan meningkat, sintesis itu menurun. (Astawan M. dan Leomitro A. 2009)

2.2.2 Struktur Kolesterol


Kolesterol merupakan senyawa yang hidrofobik. Kolesterol terdiri atas
empat cincin hidrokarbon yang bersatu dan merupakan rantai hidrokarbon
bercabang yang terdiri dari 8 karbon yang melekat pada C-17 cincin D. Cincin A
memiliki gugus hidroksil pada C-3, dan cincin B memiliki ikatan rangkap antara
C-5 dan C-6. (Champe PC. dkk. 2011)

2.2.3 Biosintesis Kolesterol


Kolesterol dalam tubuh sangat penting karena menjadi pelopor biosintesis
umum lain, termasuk hormon steroid dan asam empedu (Astawan M. dan
Leomitro A. 2009). Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi 5 tahap:
1. Tahap 1-Biosintesis Mevalonat: HMG-KoA (3-hidroksi-3-metilglutaril-
KoA) dibentuk melalui reaksi-reaksi yang digunakan di mitokondria untuk
membentuk badan keton. Namun, karena sintesis kolesterol berlangsung di
luar mitokondria, kedua jalur ini berbeda. Pada awalnya, dua molekul
asetil-KoA bersatu untuk membentuk asetoasetil-KoA yang dikatalisis
11

oleh tiolase sitosol. Asetoasetil-KoA mengalami kondensasi dengan


molekul asetoasetil-KoA lain yang dikatalisis oleh HMG-KoA sintase
untuk membentuk HMG-KoA yang direduksi menjadi mevalonat oleh
NADPH dan dikatalisis oleh HMG-KoA reduktase. Ini adalah tahap
regulatorik utama di jalur sintesis kolesterol dan merupakan tempat kerja
golongan obat penurun kadar kolesterol paling efektif, yaitu inhibitor
HMG-KoA reduktase.
2. Tahap 2-Pembentukan Unit Isoprenoid: mevalonat mengalami fosforilasi
secara sekuensial oleh ATP dengan tiga kinase, dan setelah dekarboksilasi
terbentuk unit isoprenoid aktif, isopentenil difosfat.
3. Tahap 3-Enam Unit Isoprenoid Membentuk Skualen: isopentenil difosfat
mengalami isomerisasi melalui pergeseran ikatan rangkap untuk
membentuk dimetilalil difosfat, yang kemudian bergabung dengan
molekul lain isopentenil difosfat untuk membentuk zat antara sepuluh-
karbon geranil difosfat. Kondensasi lebih lanjut dengan isopentenil
difosfat membentuk farnesil difosfat. Dua molekul farnesil difosfat
bergabung di ujung difosfat untuk membentuk skualen. Pada awalnya,
pirofosfat anorganik dieliminasi, yang membentuk praskualen difosfat,
yang kemudian mengalami reduksi NADPH disertai eliminasi satu
molekul pirofosfat anorganik lainnya.
4. Tahap 4-Pembentukan Lanosterol: skualen dapat melipat membentuk
suatu struktur yang sangat mirip dengan inti steroid. Sebelum terjadi
penutupan cincin, skualen diubah menjadi skualen 2,3-epoksida oleh
oksidase berfungsi campuran, skualen epoksidase di retikulum
endoplasma. Gugus metil di C₁₄ dipindahkan ke C₁₃ dan yang ada di C₈
ke C₁₄ sewaktu siklisasi, dikatalisis oleh oksidoskualen:lanosterol siklase.
5. Tahap 5-Pembentukan Kolesterol: pembentukan kolesterol dari lanosterol
berlangsung di membran retikulum endoplasma dan melibatkan
pertukaran-pertukaran di inti steroid dan rantai samping. Gugus metil di
C₁₄ dan C₄ dikeluarkan untuk membentuk 14-desmetil lanosterol dan
kemudian zimosterol. Ikatan rangkap di C₈-C₉ kemudian dipindahkan ke
12

C₅-C₆ dalam dua langkah, yang membentuk desmosterol. Akhirnya, ikatan


rangkap rantai samping direduksi, dan menghasilkan kolesterol. (Murray
RK. dkk. 2012)

2.2.4 Ekskresi Kolesterol


Setiap hari, sekitar 1 gram kolesterol dikeluarkan dari tubuh. Sekitar
separuhnya diekskresikan di dalam tinja setelah mengalami konversi menjadi
asam empedu. Sisanya diekskresikan sebagai kolesterol. Koprostanol adalah sterol
utama dalam tinja. Senyawa ini dibentuk dari kolesterol oleh bakteri di usus
bagian bawah. (Murray RK. dkk. 2012)

2.2.5 Metabolisme Kolesterol


Kolesterol diabsorpsi dari usus dan dimasukkan ke dalam kilomikron yang
dibentuk di dalam mukosa usus. Setelah kilomikron mengeluarkan trigliseridanya
di jaringan adiposa, kilomikron sisanya menyerahkan kolesterolnya ke hati. Hati
dan jaringan lain juga menyintesis kolesterol. Sebagian kolesterol di hati
diekskresi di empedu, baik dalam bentuk bebas maupun sebagai asam empedu.
Sebagian kolesterol empedu direabsorpsi dari usus. Kebanyakan kolesterol di hati
digabungkan ke dalam VLDL, dan semuanya bersirkulasi dalam kompleks
lipoprotein. (Ganong WF. 2008)
Kolesterol memberikan umpan-balik untuk menghambat sintesisnya
sendiri dengan menghambat HMG-KoA reduktase, enzim yang mengubah 3-
hidroksi-3-metilglutaril-KoenzimA (HM G-KoA) menjadi asam mevalonat.
Dengan demikian, kalau asupan kolesterol dari makanan tinggi, sintesis kolesterol
dari hati menurun, dan demikian pula sebaliknya. (Ganong WF. 2008)
Bila asupan kolesterol tidak mencukupi, sel hati akan memproduksinya.
Dari hati, kolesterol diangkut oleh LDL (Low Density Lipoprotein) untuk dibawa
ke sel tubuh yang memerlukannya, termasuk ke sel otot jantung, otak dan lain-
lain, agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Kelebihan kolesterol akan
diangkut kembali oleh lipoprotein HDL (High Density Lipoprotein) untuk dibawa
13

ke hati dan akan diuraikan lalu dibuang ke dalam kantung empedu sebagai asam
(cairan) empedu. (Astawan M. dan Leomitro A. 2009)

2.2.6 Jenis-Jenis Kolesterol


1. Low Density Lipoprotein (LDL)
LDL adalah kolesterol yang berdensitas rendah, lengket, dan dapat
menggumpal pada pembuluh darah yang mengakibatkan pembuluh darah dapat
menyempit. (Fairudz, A.dan Nisa K. 2015).
LDL merupakan proteinnya lebih sedikit dan kolesterolnya lebih banyak
yaitu kurang lebih 60 persen dari kolesterol total plasma. LDL diberi nama
kolesterol “jahat”, karena dapat menyebabkan penempelan kolesterol di dinding
pembuluh darah. Meskipun sering disebut sebagai kolesterol jahat, LDL punya
peran penting, yaitu membawa sterol ke jaringan perifer dan digunakan untuk
konstruksi membran atau untuk pembentukan hormon steroid. LDL mengandung
lemak lebih banyak daripada HDL sehingga akan mengambang dalam darah.
(Astawan M. dan Leomitro A. 2009)
Penyebab peningkatan LDL adalah diabetes mellitus, hipotiroidisme,
hiperkolesterolemia familial, hiperlipidemia kombinasi familial, diet tinggi
kolesterol total dan lemak jenuh. Penurunan LDL dapat terjadi karena penyakit
berat, abetalipoproteinemia dan terapi estrogen oral. (Setiati S. dkk. 2014)

2. High Density lipoprotein (HDL)


HDL adalah partikel lipoprotein yang padat dan kecil, disintesis dalam hati
dan usus. HDL merupakan proteinnya paling banyak dan kolesterolnya lebih
sedikit. HDL sering disebut sebagai lemak baik karena dalam operasinya
membersihkan kelebihan kolesterol dari dinding pembuluh darah dan
mengangkutnya kembali ke dalam hati. Hal ini diduga merupakan mekanisme
utama HDL dalam melindungi pembuluh darah terhadap terjadinya aterosklerosis.
HDL dapat menghilangkan kolesterol dari sel busa pada luka aterosklerosis atau
melindungi HDL dari modifikasi oksidasi. Rendahnya kadar HDL dalam plasma
akan meningkatkan resiko penyakit jantung koroner. Protein utama yang
14

membentuk HDL adalah Apo-A (apolipoprotein). HDL punya kandungan lemak


lebih sedikit dan punya kepadatan yang tinggi atau lebih berat. (Astawan M. dan
Leomitro A. 2009)
Penyebab peningkatan HDL serum adalah latihan fisik, peningkatan
trigliserida, terapi insulin, terapi estrogen oral, penyakit lipid familial,
hiperalfalipoproteinemia (kelebihan HDL), hipobetalipoproteinemia. Penurunan
HDL dapat terjadi karena stress dan penyakit seperti infark miokard akut, stroke,
obesitas, kurang latihan fisik, hipotiroid dan hipertiroid, diabetes mellitus,
penyakit hepar akut dan kronik, nefrosis, uremia. (Setiati S. dkk. 2014)

3. Very Low Density Lipoprotein (VLDL)


VLDL adalah lipoprotein endogen yang disintesis dalam hati, berfungsi
membawa triasilgliserol, fosfolipid, dan kolesterol ke jaringan lain dalam tubuh.
VLDL merupakan proteinnya lebih sedikit dan lipidnya paling banyak, tetapi lipid
yang dibawanya adalah lemak netral, bukan kolesterol. (Astawan M. dan
Leomitro A. 2009)

2.2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kosentrasi Kolesterol Plasma


1. Peningkatan jumlah kolesterol yang dicerna setiap hari sedikit
meningkatkan konsentrasi plasma. Akan tetapi, bila kolesterol dicernakan,
peningkatan konsentrasi kolesterol menghambat enzim terpenting untuk
pembentukan kolesterol endogen, 3-hidroksi-3-metilglutaril KoA
reduktase, sehingga tersedia suatu sistem kontrol umpan balik intrinsik
untuk mencegah peningkatan konsentrasi kolesterol plasma yang
berlebihan. Akibatnya, konsentrasi kolesterol plasma biasanya tidak
berubah naik atau turun lebih dari ±15 persen dengan mengubah jumlah
kolesterol dalam diet, walaupun respons individu sangat berbeda-beda.
2. Diet lemak yang sangat jenuh meningkatkan konsentrasi kolesterol darah
15 sampai 25 persen. Keadaan ini akibat peningkatan penimbunan lemak
dalam hati, yang kemudian menyebabkan peningkatan jumlah asetil-KoA
di dalam sel hati untuk menghasilkan kolesterol. Oleh karena itu, untuk
15

menurunkan konsentrasi kolesterol darah, mempertahankan diet rendah


lemak jenuh biasanya sama pentingnya dengan mempertahankan diet
rendah kolesterol.
3. Pencernaan lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh yang tinggi
biasanya menekan konsentrasi kolesterol darah dari jumlah sedikit sampai
sedang. Mekanisme dari efek ini tidak diketahui, walaupun penelitian
mengenai efek tersebut adalah dasar dari sebagian besar perencanaan diet
saat ini.
4. Kekurangan insulin atau hormon tiroid meningkatkan konsentrasi
kolesterol darah, sedangkan kelebihan hormon tiroid menurunkan
konsentrasinya. Efek ini kemungkinan disebabkan oleh perubahan derajat
aktivitas enzim-enzim khusus yang bertanggung jawab terhadap
metabolisme zat lipid. (Guyton AC. dan Hall EJ. 2008)

2.2.8 Kategori Kadar Kolesterol Darah


Kadar kolesterol darah normal menurut National Cholesterol Education
Program Adult Panel III (NCEP-ATP III) yang dipakai tanpa melihat faktor resiko
koroner seseorang dapat dilihat pada tabel 1.1. (Sudoyo AW. dkk. 2009)
Tabel 1.1
Kadar Kolesterol Darah Normal
Kolesterol Total Kolesterol HDL
< 200 mg/dl : Normal < 40 mg/dl : Rendah
200-239 mg/dl : Batas tinggi ≥ 60 mg/dl : Tinggi
≥ 240 mg/dl : Tinggi

Kolesterol LDL Trigliserida


< 100 mg/dl : Normal < 150 mg/dl : Normal
100-129 mg/dl : Mendekati normal 150-199 mg/dl : Batas tinggi
130-159 mg/dl : Batas tinggi 200-499 mg/dl : Tinggi
160-189 mg/dl : Tinggi ≥ 500 mg/dl : Sangat tinggi
≥ 190 mg/dl : Sangat tinggi
16

2.2.9 Cara Mengukur Kadar Kolesterol Darah


Berikut ini tatacara untuk melakukan pemeriksaan kadar kolesterol darah:
1. Menghidupkan alat digital kolesterol, atur waktu dan tanggal.
2. Memasang strip kolesterol pada digital kolesterol.
3. Membersihkan salah satu ujung jari subjek dengan kapas alkohol.
4. Menusuk jari yang sudah dibersihkan dengan blood lancet pen.
5. Saat darah keluar tetesan darah tersebut langsung masukkan ke dalam
strip kolesterol.
6. Kadar kolesterol akan terbaca pada digital kolesterol dalam waktu ± 6
detik.

Gambar 1.4 Cara Mengukur Kadar Kolesterol Darah


17

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Pegawai FK UISU Jl. Hitung kadar kolesterol


Sisingamangaraja 2A darah pretest sebelum
Medan mengkonsumsi oatmeal

Pemberian oatmeal
selama 30 hari (1x1)

Hitung kadar kolesterol


darah posttest pada hari
ke-31

Analisa data

3.2 Desain/Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan desain/jenis penelitian eksperimen dengan one
group pretest-posttest design.
18

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian


3.3.1 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan November – Desember 2016.
3.3.2 Tempat Penelitian
Tempat penelitian bertempat di Lingkungan Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara Jl. Sisingamangaraja No. 2A Medan.

3.4 Populasi
Populasi penelitian ini adalah pegawai Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Sumatera Utara Jl. Sisingamangaraja No. 2A Medan, yang berjumlah 56
orang.

3.5 Sampel Penelitian


Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah semua populasi
yaitu Pegawai Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara Jl.
Sisingamangaraja No. 2A Medan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Maka sampel yang di didapat berjumlah sebanyak 28 orang.

3.6 Kriteria Inklusi dan Ekslusi


3.6.1 Kriteria Inklusi
 Pegawai Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara Jl.
Sisingamangaraja No. 2A Medan.
 Subjek berusia ≥30 tahun.
 Tidak menderita penyakit berat/kronik.
 Tidak sedang mengkonsumsi obat dokter yang dapat mempengaruhi
kadar kolesterol pada saat penelitian berlangsung.

3.6.2 Kriteria Eksklusi


 Perokok
 Hamil
19

3.7 Variabel yang diamati


3.7.1 Variabel Independent : Oatmeal
3.7.2 Variabel Dependent : Kadar Kolesterol Darah

3.8 Defenisi Operasional


 Kolesterol : Kelompok steroid atau suatu zat yang termasuk dalam
golongan lipid (lemak) yang dapat disintesis sendiri dalam tubuh.
 Oatmeal : Salah satu bahan makanan yang termasuk dalam jenis
tanaman gandum, bahan ini mengandung tinggi serat yang disajikan
dalam bentuk sereal.

3.9 Tehnik Pengumpulan Data


3.9.1 Bahan dan Alat Pemeriksaan
Bahan dan alat pemeriksaan pada penelitian ini adalah :
1. Oatmeal merk Quaker Oatmeal instant
2. Digital kolesterol (Easy Touch) dan strip untuk mengukur kadar
kolesterol darah.
3. Blood Lancet Pen dan jarum untuk mengambil sampel darah.
4. Kapas alkohol

Gambar 1.5 Oatmeal merk Quaker Oatmeal instant


20

Gambar 1.6 Alat Pengukur Kadar Kolesterol Darah

Gambar 1.7 Alat Pengambil Sampel Darah

3.9.2 Prosedur Perlakuan


Adapun prosedur perlakuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Peneliti mengumpulkan subjek dalam satu tempat.
2. Peneliti menjelaskan prosedur, maksud dan tujuan penelitian yang
dilakukan.
3. Peneliti meminta persetujuan subjek (informed concernt).
4. Peneliti meminta subjek untuk mengisi lembaran persetujuan
(informed concernt).
5. Peneliti melakukan pemeriksaan kadar kolesterol darah pada hari
pertama (sebelum mengkonsumsi oatmeal).
6. Peneliti menjelaskan aturan makan dimana oatmeal di makan sebanyak
40 gram (5 sendok makan) yang dituangkan ke dalam mangkuk lalu
21

diaduk dengan siraman air panas sebanyak 125 ml dalam 1x1 hari pada
saat sarapan pagi jam 09.00 wib. (Almyra, R., 2012)
7. Peneliti memberikan oatmeal sebanyak 1200 gram selama 30
hari/orang.
8. Peneliti meminta subjek untuk mengurangi makanan yang berlemak.
9. Peneliti melakukan pemeriksaan kadar kolesterol darah pada hari ke-
31 (sesudah mengkonsumsi oatmeal).
10. Peneliti membandingkan kadar kolesterol pada hari pertama (sebelum
mengkonsumsi oatmeal) dan hari ke-31 (sesudah mengkonsumsi
oatmeal).

3.10 Analisa Data


Analisis data dilakukan dengan cara analisa bivariat terhadap dua variabel
yang berhubungan. Analisa dari uji statistik PAIRED T-TEST. Jika distribusi tidak
normal maka dilakukan uji wilcoxon rank test. Semua analisis data dilakukan
dengan menggunakan SPSS versi 23.0.
22

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Karakteristik Penelitian dan Subjek Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Lingkungan Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara Jl. Sisingamangaraja 2A Medan.
Subjek dalam penelitian ini adalah Pegawai Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara Jl. Sisingamangaraja 2A Medan.
Subjek penelitian ini berjenis kelamn laki-laki dan perempuan dengan usia
≥30 tahun. Kemudian dipilih subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
sebanyak 28 orang. Subjek diminta mengisi lembar Informed Concernt seperti
yang tertera pada lampiran. Semua subjek bersedia dijadikan sebagai subjek
penelitian. Subjek kemudian dikumpulkan dalam satu tempat untuk melaksanakan
penelitian. Proses penelitian dan pengumpulan data dilakukan pada bulan
November-Desember 2016.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah ada pengaruh pemberian
oatmeal terhadap kadar kolesterol darah pada pegawai fakultas kedokteran
universitas islam sumatera utara dengan memberikan makanan oatmeal 1x1 hari
selama 30 hari.

4.1.2 Hasil Analisa Data


Sebelum mengetahui data yang diperoleh normal atau tidak, maka akan
dilakukan uji normalitas data terlebih dahulu.
Tabel 4.1 Uji Normalitas Data
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa rata-rata kadar kolesterol darah
sebelum diberikan Oatmeal sebesar…. dengan standar deviasi… nilai p…. hal itu
menunjukkan bahwa kadar kolesterol darah sebelum diberikan Oatmeal
berdistribusi normal.
23

Untuk rata-rata kadar kolesterol darah sesudah diberikan Oatmeal


sebesar… dengan standar deviasi…nilai p…hal itu menunjukkan bahwa kadar
kolesterol darah sesudah diberikan Oatmeal berdistribusi normal.
Setelah dilakukan uji normalitas menunjukkan data berdistribusi normal,
selanjutnya dilakukan uji Paired T-Test untuk melihat pengaruh pemberian
Oatmeal terhadap penurunan kadar kolesterol darah. Adapun hasil analisa data
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Uji Paired T-Test
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat terjadi penurunan rata-rata kadar
kolesterol darah responden dari ….menjadi… Hal uji menunjukkan bahwa nilai
p…, hal itu menunjukkan bahwa secara signifikan pemberian Oatmeal memiliki
pengaruh terhadap kadar kolestrol darah.

4.2 Pembahasan
Menurut Ganong W.F (2008) kolesterol adalah prekursor hormon steroid
dan asam empedu yang merupakan unsur pokok yang penting dalam membran sel.
Kolesterol terdapat di jaringan dan plasma sebagai kolesterol bebas atau dalam
bentuk simpanan. Sekitar separuh kolesterol tubuh berasal dari proses sintesis
(sekitar 700 mg/hari) dan sisanya diperoleh dari makanan (Murray RK. dkk.
2012). Pada pemberian makanan Oatmeal yang mengandung serat pangan larut air
terbukti dapat mengikat kolesterol dan mengeluarkannya dari tubuh sehingga
mampu menurunkan kadar kolesterol dalam darah. (Astawan M. dan Leomitro A.
2009)
Pada penelitian ini, uji yang digunakan untuk menentukan uji hipotesa
adalah uji Paired T-Test. Hasil penelitian menunjukkan nilai p untuk kadar
kolesterol darah sebelum dan sesudah mengkonsumsi Oatmeal adalah…..Apabila
nilai p…., maka Hₒ ditolak, yang berarti terjadi penurunan kadar kolesterol darah
sesudah mengkonsumsi Oatmeal.
Hasil penelitian membuktikan terdapat penurunan pada kadar kolesterol
darah sesudah mengkonsumsi Oatmeal. Maka H₁ penelitian diterima yang berarti
ada perubahan pada kadar kolesterol darah sebelum mengkonsumsi Oatmeal
24

dengan sesudah mengkonsumsi Oatmeal. Ada beberapa faktor lain yang dapat
menurunkan kadar kolesterol darah yaitu: diet tinggi serat makanan, rutin
berolahraga, tidak merokok dan minum-minuman beralkohol. (Sari YD. dkk.
2014)
Menurut Astawan Made (2009) serat pangan juga dapat menurunkan
kolesterol dengan mengikat asam empedu yang datang ke saluran pencernaan.
Dalam tubuh, asam empedu menyerap lemak ke dalam darah sehingga kandungan
kolesterol dalam darah menjadi tinggi. Karena serat mampu mengikat asam
empedu, penyerapan kolesterol dalam darah akan berkurang. Asam empedu yang
diikat oleh serat pangan akan dikeluarkan melalui feses. Hal ini selanjutnya akan
meningkatkan perubahan kolesterol yang ada di serum darah menjadi asam
empedu sehingga otomatis mengurangi kadar kolesterol.
25

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diteliti dengan judul “Pengaruh
Pemberian Oatmeal Terhadap Kadar Kolesterol Darah Pada Pegawai Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara Jl. Sisingamangaraja 2A Medan”,
maka dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:
1. Pemberian Oatmeal dapat berpengaruh terhadap penurunan kadar
kolesterol darah.
2. Kadar kolesterol darah sebelum mengkonsumsi Oatmeal adalah …dan
sesudah mengkonsumsi Oatmeal adalah…..
3. Terdapat perbedaan signifikan pada kadar kolesterol darah sebelum dan
sesudah mengkonsumsi oatmeal sebanyak 1x1 hari selama 30 hari dengan
perbedaan rata-rata….
5.2 Saran
Pada penelitian ini peneliti masih merasa banyak adanya kekurangan,
peneliti berharap pada penelitian selanjutnya untuk dapat melengkapi kekurangan
pada penelitian ini agar lebih sempurna. Semoga penelitian ini bisa bermanfaat
baik itu bagi saya sebagai peneliti, pembaca, maupun peneliti selanjutnya.
Saran untuk peneliti selanjutnya yaitu:
1. Untuk menambah lebih banyak lagi jumlah subbjek yang akan diteliti agar
penelitian ini lebih akurat dan sempurna.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan waktu yang lebih panjang.
3. Melakukan pengawasan yang lebih ketat, baik dalam jumlah sediaan yang
diberikan maupun kepatuhan subjeknya.
4. Bahan makanan jenis oatmeal yang kaya akan serat selain dapat
menurunkan kadar kolesterol darah juga masih banyak mempunyai
manfaat lainnya seperti untuk menurunkan kadar gula darah, indeks massa
tubuh, obesitas, dan tekanan darah tinggi jadi masih banyak pilihan yang
dapat untuk diteliti untuk penelitian selanjutnya.
26

Lampiran

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK

Sebelum melakukan eksperimen ini ada beberapa hal yang perlu diketahui
oleh subjek tentang:

 Tujuan
Untuk mengetahui apakah ada perubahan kadar kolesterol darah sesudah
mengkonsumsi Oatmeal.

 Manfaat
Orang yang diteliti dapat mengetahui seberapa besar perubahan kadar
kolesterol darah sesudah mengkonsumsi Oatmeal dan supaya orang yang
diteliti dapat terus mengkonsumsi Oatmeal untuk menjaga kesehatan
tubuhnya.

 Teknik Pelaksanaan
a. Peneliti mengumpulkan subjek dalam satu tempat.
b. Peneliti menjelaskan prosedur, maksud dan tujuan penelitian yang
dilakukan.
c. Peneliti meminta persetujuan subjek (informed concernt).
d. Peneliti meminta subjek untuk mengisi lembaran persetujuan (informed
concernt).
e. Peneliti melakukan pemeriksaan kadar kolesterol darah pada hari
pertama (sebelum mengkonsumsi oatmeal).
f. Peneliti menjelaskan aturan makan dimana oatmeal di makan sebanyak
40 gram (5 sendok makan) yang dituangkan ke dalam mangkuk lalu
diaduk dengan siraman air panas sebanyak 125 ml dalam 1x1 hari pada
saat sarapan pagi jam 09.00 wib. (Almyra, R., 2012)
27

g. Peneliti memberikan oatmeal sebanyak 1200 gram selama 30


hari/orang.
h. Peneliti meminta subjek untuk mengurangi makanan yang berlemak.
i. Peneliti melakukan pemeriksaan kadar kolesterol darah pada hari ke-31
(sesudah mengkonsumsi oatmeal).
j. Peneliti membandingkan kadar kolesterol pada hari pertama (sebelum
mengkonsumsi oatmeal) dan hari ke-31 (sesudah mengkonsumsi
oatmeal).
28

Lampiran

SURAT PERSETUJUAN
(INFORMED CONCERNT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :

Menyatakan bersedia untuk menjadi subjek penelitian dari :

Nama : Wildatul Fitriyah


NIM : 131001346
Fakultas : Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara

Setelah saya membaca prosedur penelitian yang terlampir, saya mengerti


dan memahami dengan benar prosedur penelitian dengan judul “PENGARUH
PEMBERIAN OATMEAL TERHADAP KADAR KOLESTEROL DARAH
PADA PEGAWAI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM
SUMATERA UTARA”. Saya menyatakan sanggup menjadi sampel penelitian
29

beserta segala resikonya dengan sebenar-benarnya tanpa ada paksaan dari pihak
manapun.

Medan,………………2016

(…………………………….)
DAFTAR PUSTAKA

Almyra, R., 2012. Pengaruh Pemberian Oatmeal Terhadap Nilai Indeks Massa
Tubuh Pada Penderita Obesitas. Karya Tulis Ilmiah.

Astawan, M., Leomitro, A., 2009. Khasiat Whole Grain. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.

Champe, P.C., Harvey, R.A., dan Ferrier, D.R., 2011. Biokimia: Metabolisme
Kolesterol dan Steroid. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Fairudz, A., Nisa, K., 2015. Pengaruh Serat Pangan Terhadap Kadar Kolesterol
Pada Penderita Overweight. [Acc esed 28 september 2016].

Ganong, W.F., 2008. Fisiologi Kedokteran: Endokrinologi, Metabolisme, &


Fungsi Reproduksi. Edisi 22. Jakarta: EGC.

Guyton, A.C., Hall, J.E., 2008. Fisiologi Kedokteran: Metabolisme dan


Pengaturan Suhu. Edisi 11. Jakarta: EGC.
30

Irianto, K., Waluyo, K., 2007. Gizi dan Pola Hidup Sehat: Zat Makanan Yang
Mengganggu Kesehatan. Bandung: CV Yrama Widya.

Murray, R.K., Granner, D.K., dan Rodwell, V.W., 2012. Biokimia Harper:
Sintesis, Transpor, & Ekskresi Kolesterol. Edisi 27. Jakarta: EGC.

Nugroho, A.W., Santoso, N., 2011. Ilmu Gizi Menjadi Sangat Mudah. Edisi 2.
Jakarta: EGC.

Sari, Y.D., Prihatini, S., dan Bantas, K., 2014. Asupan Serat Makanan dan Kadar
Kolesterol-LDL Penduduk Berusia 25-65 Tahun Di Kelurahan Kebon
Kelapa, Bogor. [Acc esed 28september 2016].

Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo, A.W., dkk., 2014. Ilmu Penyakit Dalam:
Metabolisme Lipid. Jilid I. Edisi VI. Jakarta: EGC.

Sherwood, L., 2001. Fisiologi Manusia: Fisiologi Jantung. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Sherwood, L., 2001. Fisiologi Manusia: Kelenjar Endokrin Sentral. Edisi 2.


Jakarta: EGC.

Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., dkk., 2009. Ilmu Penyakit Dalam: Dislipidemia.
Jilid III. Edisi V. Jakarta: EGC.

Widyastuti, L.A., Nugroho, W.A., dan Rilianti, A.P., 2010. Oats-Bekatul Sebagai
Pangan Fungsional. [Acc esed 28september 2016].

Anda mungkin juga menyukai