Anda di halaman 1dari 35

APLIKASI SIKLUS PDCA (Plan, Do, Check, Action) DALAM

UPAYA MENURUNKAN WIP (Work In Process) PRODUK


CHICKEN NUGGET DI PT. BELFOODS INDONESIA

YORA FERTILIA

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aplikasi Siklus PDCA
(Plan, Do, Check, Action) Dalam Upaya Menurunkan WIP (Work In Process)
Produk Chicken Nugget Di PT. Belfoods Indonesia adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

Yora Fertilia
NIM F24090065

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan
pihak luar ipb harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
ABSTRAK
YORA FERTILIA. Aplikasi Siklus PDCA (Plan, Do, Check, Action) Dalam
Upaya Menurunkan WIP (Work In Process) Produk Chicken Nugget di PT.
Belfoods Indonesia. Dibimbing oleh BUDI NURTAMA dan TATANG
SANJAYA.

Chicken nugget merupakan produk utama yang diproduksi oleh PT.


Belfoods Indonesia. Tujuan dari magang penelitian ini adalah untuk menurunkan
jumlah WIP (Work In Process) produk chicken nugget A ukuran 250 gram selama
proses produksi. Proses produksi chicken nugget terdiri dari beberapa tahapan.
Tahap pengemasan adalah tahap yang menentukan jumlah WIP produk. Metode
kerja menerapkan siklus PDCA (Plan, Do, Check, Action). Hasil analisis
menunjukkan bahwa ada empat penyebab yang mempengaruhi besarnya WIP
produk, jumlah sekop dan desain tidak sesuai, produk tidak tersusun setelah
filling, adanya perbedaan dalam menetapkan petugas untuk merapikan kemasan,
dan decoding kemasan setelah produk keluar IQF. Rencana kerja disusun dengan
cara memberikan training karyawan dan pengajuan pembelian dan desain alat
bantu baru. Hasil dari 2 kali proses perbaikan setelah melakukan training
karyawan meskipun tanpa alternatif penggunaan alat bantu (sekop) cukup
berhasil. Tindakan pengendalian dilakukan dengan menyusun beberapa peraturan
kerja dan pembagian tugas kerja selama pengemasan.

Kata kunci: chicken nugget, siklus PDCA, training, WIP

ABSTRACT

YORA FERTILIA. The Application of PDCA (Plan, Do,Check, Action) Cycle in


Reducing WIP (Work In Process) Of Chicken Nugget Products at PT. Belfoods
Indonesia. Supervised by BUDI NURTAMA and TATANG SANJAYA.

Chicken nugget is the main product that produced by PT. Belfoods


Indonesia. The purpose of this research internship is reducing the amount of WIP
(Work In Process) of chicken nuggets A which has size 250 grams during the
production process. Chicken nugget production process has several stages.
Packaging stage is the stage that determines the amount of WIP product. Working
methods to implement PDCA cycle (Plan, Do, Check, Action). The analysis
showed that there were four factors that influence the amount of WIP products,
the amount of spade and design didn’t fit, unstructured product after filling, the
difference determination officers to tidy packaging, and packaging decoding after
exit IQF products. Work plan was prepared by providing employee training and
submission of the purchase and design of a new tool. The results of the second
times from repairing process after conducting employee training even without the
use of alternative tools (shovel) was quite successfully. Control measures had
been done by drafting some work rules and division of labor during packaging.

Key words: chicken nugget, PDCA Cycle, training, WIP


APLIKASI SIKLUS PDCA (Plan, Do, Check, Action) DALAM
UPAYA MENURUNKAN WIP (Work In Process) PRODUK
CHICKEN NUGGET DI PT. BELFOODS INDONESIA

YORA FERTILIA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Aplikasi Siklus PDCA (Plan, Do, Check, Action) Dalam Upaya
Menurunkan WIP (Work In Process) Produk Chicken Nugget di PT.
Belfoods Indonesia
Nama : Yora Fertilia
NIM : F24090065

Disetujui oleh

Dr Ir Budi Nurtama, MAgr Tatang Sanjaya, STP


Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Feri Kusnandar, MSc


Ketua Departemen

Tanggal Lulus: ( )
PRAKATA

Alhamdulillahirabbil’alamiin. Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat


Allah subhanahu wa ta’ala atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
diberi kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Tema yang dipilih dalam
magang yang dilaksanakan selama 4 bulan mulai dari Febuari sampai Juni 2013
ini ialah chicken nugget, dengan judul Aplikasi Siklus PDCA (Plan, Do, Check,
Action) Dalam Upaya Menurunkan WIP (Work In Process) Produk Chicken
Nugget Di PT. Belfoods Indonesia.
Selama penelitian, penulisan skripsi, dan masa studi penulis banyak dibantu
oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada:
1. Keluarga tercinta, Ayah, Ibu, adik, dan kakak-kakak atas doa, motivasi, dan
kasih sayang yang diberikan hingga kini.
2. Bapak Dr Ir Budi Nurtama, MAgr dan bapak Tatang Sanjaya, STP selaku
pembimbing yang telah memberi banyak saran, bimbingan, evaluasi,
perhatian, dan motivasi.
3. Seluruh keluarga besar PT. Belfoods Indonesia, Pak Aziz, Kak Feli, Teh
Andri, Kak Meilani, Pak Dodi, Teh Ulfah, Pak Didin dan pihak-pihak
lainnya atas bantuannya selama magang.
4. Keluarga ITP 46, terutama Alviane, Nurul, Ani dan rekan-rekan lainnya, atas
kebersamaan dan kekeluargaannya
5. Rekan-rekan seperjuangan di PT. Belfoods Indonesia, Dhini, Rini, Irda,
Aisha, Ibnu yang telah menemani dan membantu selama magang.
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas dukungan, doa
dan semangat yang diberikan kepada penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan,
khususnya di bidang ilmu dan teknologi pangan. Terima kasih.

Bogor, Juli 2013

Yora Fertilia
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ................................................ vError! Bookmark not defined.


DAFTAR GAMBAR ........................................... vError! Bookmark not defined.
DAFTAR LAMPIRAN ........................................ vError! Bookmark not defined.
1 PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2
2 METODOLOGI ................................................................................................... 2
2.1 Waktu dan Tempat ........................................................................................ 2
2.2 Prosedur Analisis ........................................................................................... 2
3 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 5
3.1 Tahap Plan .................................................................................................... 5
3.2 Tahap Do ..................................................................................................... 11
3.3 Tahap Check ................................................................................................ 15
3.3 Tahap Action................................................................................................ 16
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19
LAMPIRAN .......................................................................................................... 20
RIWAYAT HIDUP............................................................................................... 25
DAFTAR TABEL
1 Pengolahan Data Frekuensi Kejadian 11 
2 Action plan Perbaikan 1Error! Bookmark not defined. 
3 Peraturan Tugas Kerja Pengemasan Selama Proses Produksi  17 

DAFTAR GAMBAR
1 Diagram alir metode kerja magang di PT. Belfoods Indonesia 4 
2 Perbandingan persentase WIP 5 jenis produk PT. Belfoods Indonesia
selama bulan Oktober 2012-Maret 2013 7 
3 Diagram sebab akibat besarnya jumlah WIP produk 8 
4 Persentase jumlah WIP produk selama pengamatan 10 
5 Diagram Pareto frekuensi kejadian faktor penyebab besarnya WIP
produk chicken nugget A 12 
6 Perbandingan persentase jumlah WIP produk antara sebelum dan
sesudah perbaikan 15 
7 Susunan kegiatan kerja pengemasan produk 17 

DAFTAR LAMPIRAN
1 Jumlah produksi, jumlah WIP, dan persentase WIP lima jenis produk 20 
2 Lembar check list frekuensi kejadian 21 
3 Data jumlah produksi produk chicken nugget A selama 1 bulan 21 
4 Soal Pre-test dan Post-test Karyawan Pengemasan 22 
5 Hasil training karyawan pengemasan 3 shift kerja 23 
6 lembar pengesahan usulan dan desain alat bantu (sekop) baru PT.
Belfoods Indonesia 24 
1

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PT. Belfoods Indonesia merupakan industri pangan yang bergerak


dibidang pengolahan pangan khususnya pangan olahan beku diantaranya
adalah nugget, sausage, beef patty, meat ball, dan bakery. Produk utama
yang dihasilkan oleh perusahaan ini adalah chicken nugget. Seiring dengan
pesatnya perkembangan industri sektor makanan olahan di Indonesia,
diperlukan upaya untuk terus meningkatkan ketepatan waktu produksi
produk. Ketepatan waktu produksi merupakan salah satu faktor penting
dalam meningkatkan daya saing produk, selain kualitas produk dan biaya
produksi (Nasution 2005). Dalam meningkatkan ketepatan waktu produksi,
industri tentunya akan melakukan tindakan perbaikan proses agar tidak ada
produk yang dikategorikan sebagai WIP (Work In Process).
WIP (Work In Process) produk merupakan suatu kondisi dimana
proses produksi produk tidak dapat terselesaikan sampai menjadi produk
akhir. Berdasarkan data perusahaan sampai tahun 2013 ini, jumlah WIP
beberapa produk selama proses produksi masih cukup besar. Besarnya WIP
produk menjadi penyebab menurunnya ketepatan waktu produksi sehingga
produktivitas perusahaan ikut menurun. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi besarnya WIP produk selama proses produksi, yaitu mesin,
tenaga kerja/petugas, dan sistem/ manajemen yang berlaku. Sebagai produk
utama yang diproduksi oleh PT. Belfoods Indonesia, nugget memiliki
kontribusi besar dalam besarnya WIP produk.
Nugget merupakan salah satu bentuk produk makanan beku siap saji
(Afrisanti 2010). Proses pengolahan produk chicken nugget terdiri dari
beberapa tahapan yaitu persiapan adonan nugget, pencetakan adonan,
pelapisan dengan larutan tepung dan tepung roti, penggorengan, pematangan
dengan hot air (section 1 dan 2), pembekuan, pengemasan, dan penyimpan
produk akhir. Tekstur nugget yang dihasilkan tergantung dari bahan asalnya
(Astawan 2007).
Nugget memiliki bentuk dan ukuran beragam, hal ini bertujuan
untuk memenuhi permintaan konsumen terhadap kebutuhan nugget yang
diinginkan. Salah satu produk chicken nugget yang diproduksi PT. Belfoods
Indonesia dengan data WIP cukup besar adalah produk chicken nugget
dengan merk A ukuran 250 g. Produk ini berukuran kecil, lebih kecil
dibandingkan ukuran nugget pada umumnya dan dikemas dalam kemasan
yang berukuran 250 g. Atas dasar inilah, permasalahan besarnya WIP pada
produk chicken nugget menjadi topik yang diangkat dalam praktek kerja
magang terkait dampak ekonomis, teknis, dan mutu produk yang dapat terus
terjadi apabila tidak dilakukan tindakan pengendalian yang efektif.
Metode perbaikan mutu yang dapat digunakan oleh perusahaan adalah
penerapan aplikasi siklus PDCA. Siklus PDCA (Plan, Do, Check, Action)
2

merupakan program perbaikan/peningkatan mutu produksi (Muhandri dan


Kadarisman 2006). Dalam menerapkan siklus PDCA metodologi
pengumpulan dan analisa data menggunakan tujuh alat bantu (seven tools).
Melalui penerapan siklus PDCA untuk perbaikan WIP produk selama proses
produksi, diharapkan hasil akhir penelitian ini dapat menjadi bahan
pertimbangan perusahaan dalam meningkatkan ketepatan waktu produksi.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan besarnya jumlah WIP


(Work In Process) pada produk chicken nugget A ukuran 250 gram selama
proses produksi di PT. Belfoods Indonesia dengan menerapkan tahapan
siklus PDCA (Plan, Do, Check, Action).

2 METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan praktek kerja magang dilaksanakan di pabrik pengolahan


produk nugget PT. Belfoods Indonesia yang berlokasi di Perum Citra PA 1
& 2 Jalan Raya Jonggol km 23,3 Bogor Jawa Barat. Kegiatan magang
dilaksanakan di bawah pengawasan departemen produksi. Waktu
pelaksanaan magang telah ditentukan yaitu selama 4 bulan terhitung mulai
tanggal 25 Februari 2013 sampai dengan 25 Juni 2013. Kegiatan magang
dilakukan setiap hari kerja sesuai jam kerja perusahaan mulai pukul 08.00
sampai pukul 17.00 WIB, kecuali jika dilakukan pengambilan data diluar
jam tersebut.

2.2 Prosedur Analisis

Metode kerja magang di PT. Belfoods Indonesia menerapkan aplikasi


siklus PDCA (Plan, Do, Check, Action) dengan menggunakan beberapa alat
bantu dari tujuh alat bantu (seven tools). Metode kerja siklus PDCA
memiliki beberapa tahapan, yaitu : tahap Plan (identifikasi masalah,
spesifikasi masalah, dan pengumpulan data), tahap Do (analisis data, buat
kesimpulan tentatif, dan periksa kesimpulan statistik), tahap Check (lakukan
percobaan), dan tahap Action (tindakan untuk mempertahankan hasil
3

perbaikan). Dalam penyelesaian masalah dengan metode kerja tersebut


digunakan beberapa alat bantu, meliputi penggunaan lembar pengumpulan
data (check list), diagram Pareto, dan diagram sebab akibat atau diagram
Ishikawa.
• Identifikasi Masalah
Kegiatan ini dilakukan dengan teknik diskusi dengan pihak produksi
sehingga mendapatkan masukan atas masalah yang sedang terjadi
diperusahaan. Permasalahan yang teridentifikasi terkait dengan besarnya
WIP lima top produk perusahaan selama proses produksi. Identifikasi
masalah dilakukan berdasarkan data produksi perusahaan selama 6 bulan
sebelumnya.
• Spesifikasi Masalah
Kegiatan yang dilakukan dalam spesifikasi masalah adalah diskusi
dengan disertai data produksi perusahaaan sebelumnya sebagai bahan
pertimbangan untuk memilih suatu permasalahan. Spesifikasi masalah
dilakukan dengan memilih satu produk dari lima produk terpilih
berdasarkan besarnya jumlah WIP dan jumlah produksi produk tersebut.
• Pengumpulan Data
Tahap ini bertujuan untuk mengetahui secara kuantitatif beberapa
penyebab timbulnya masalah. Alat bantu yang dapat digunakan dalam
pengumpulan data adalah diagram Ishikawa dan check list. Pengumpulan
data dilakukan melalui observasi, brainstorming, dan in-depth interview.
• Analisis Data
Tahap ini merupakan tahapan memilih penyebab yang memberikan
dampak terbesar terhadap munculnya masalah. Alat bantu yang digunakan
untuk analisis adalah diagram Pareto. Dari hasil analisis selanjutnya
dilakukan diskusi dengan pihak terkait (pihak produksi) agar tercapai
kesepakatan mengenai penyebab masalah yang akan diperbaiki.
• Buat Kesimpulan Tentatif
Kegiatan yang dilakukan adalah mendiskusikan langkah-langkah
perbaikan yang dapat dilakukan perusahaan. Alternatif perbaikan untuk
menyelesaikan permasalahan dapat lebih dari 1 alternatif.
• Lakukan Percobaan
Kegiatan ini dilakukan dengan menerapkan berbagai alternatif
perbaikan yang telah disepakati. Uji coba dilakukan dari beberapa sikus
produksi dan hasil dari uji coba tersebut dicatat dengan baik sebagai data
hasil perbaikan.
• Periksa Kesimpulan Statistik
Hasil uji coba dengan menerapkan berbagai alternatif perbaikan
selanjutnya dianalisis dan diambil kesimpulan mengenai alternatif yang
terbaik yang dapat diterapkan untuk memperbaiki masalah tersebut.
• Pertahankan Hasil Perbaikan
Kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan hasil perbaikan
adalah membuat dokumentasi perbaikan dan dilaporkan ke pimpinan untuk
dijadikan sebagai standar baru bagi pihak terkait.

Langkah-langkah terarah dalam setiap tahap analisis ini diharapkan


dapat menjadi masukan jika akan dilakukan penelitian lanjutan oleh pihak
4

perussahaan maaupun pihaak lainnya. Diagram alir meto


ode kerja yyang
dilakkukan selam ma praktek
k kerja m
magang di PT. Belfooods Indonnesia
ditunnjukkan padda Gambar 1.
1

Gambar 1 Diagram
m alir metoode kerja magang dii PT. Belffoods
Indonesia
5

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsep siklus PDCA pertama kali diperkenalkan oleh Walter


Shewhart pada tahun 1930 yang disebut dengan “Shewhart cycle“. PDCA,
singkatan bahasa Inggris dari "Plan, Do, Check, Act" (Rencanakan,
Kerjakan, Cek, Tindak lanjut), adalah suatu proses pemecahan masalah
empat langkah interatif yang umum digunakan dalam pengendalian kualitas.
Selanjutnya, konsep ini dikembangkan oleh Dr. Walter Edwards Deming yang
kemudian dikenal dengan ”The Deming Wheel”,dimana siklus PDCA
merupakan sebuah proses sederhana untuk terus mendukung peningkatan
kearah perbaikan (Kurniawan 2010). Tidak berbeda dengan konsep siklus
PDCA pertama, menurut Muhandri dan Kadarisman (2006), siklus PDCA
yang terdiri dari 4 tahap (Plan, Do, Check, dan Action) merupakan program
perbaikan/peningkatan mutu produksi. Aplikasi siklus PDCA yang terbagi
menjadi empat tahap (Plan, Do, Check, Action) tersebut digunakan dalam
menganalisis permasalahan WIP produk chicken nugget yang sedang terjadi
di PT. Belfoods Indonesia.

3.1 Tahap Plan

3.1.1 Identifikasi Masalah

Tahapan dalam mengidentifikasi masalah di PT. Belfoods Indonesia


didasarkan atas masukan pihak produksi yang terfokus pada besarnya WIP
(Work In Process) beberapa top produk selama proses produksi. Semakin
meningkatnya jumlah WIP produk selama proses produksi tersebut
dikhawatirkan menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi perusahaan.
Diskusi yang dilakukan dengan pihak produksi dalam mengidentifikasi
masalah didasarkan pada data produksi perusahaan selama 6 bulan
sebelumnya (Oktober 2012- Maret 2013). PT. Belfoods Indonesia
memproduksi tiga (3) kelompok produk untuk memenuhi kebutuhan
konsumennya, yaitu produk reguler (nugget), produk marinasi dan produk
customer. Dari ketiga kelompok produk tersebut terdapat lima (5) produk
yang dapat dikategorikan sebagai top produk karena memiliki intensitas
produksi dan jumlah WIP yang lebih besar dibandingkan produk sejenis
lainnya. Kelima produk tersebut terdiri dari 3 produk reguler (chicken
nugget A, chicken nugget B, dan chicken nugget C) ukuran 250 g, 1 produk
marinasi ukuran 500 g, dan 1 produk customer ukuran 1000 g.
6

3.1.2 Spesifikasi Masalah

Teknik yang dilakukan dalam spesifikasi masalah adalah teknik


diskusi dengan pihak produksi. Diskusi bertujuan untuk menetapkan satu
dari lima top produk yang memiliki masalah sama yaitu permasalahan
besarnya WIP produk. Work In Process atau disebut juga dengan Work In
Progress (WIP) adalah suatu kondisi dimana produk dikategorikan sebagai
produk setengah jadi karena produk masih dalam tahapan proses produksi
(Bragg 2005). Tidak berbeda dengan PT. Belfoods Indonesia, Work In
Process (WIP) merupakan suatu kondisi dimana proses produksi produk
tidak dapat terselesaikan sampai menjadi produk akhir. Besarnya produk
WIP yang terjadi di PT. Belfoods Indonesia berdampak terhadap
menurunnya produktivitas perusahaan. Dampak tersebut dikategorikan
dalam 3 hal yaitu, dampak teknis, dampak mutu produk, dan dampak
ekonomis.
Pertama, dampak teknis yang terjadi diperusahaan dengan adanya
produk WIP terlihat saat sejumlah produk WIP yang terkumpul diakhir shift
kerja untuk sementara disimpan dalam ruang penyimpanan produk akhir
(cold storage) agar mutu produk tetap terjaga. Namun, hal tersebut
menyebabkan fungsi ruang penyimpanan sebagai tempat untuk menyimpan
produk akhir menjadi menurun. Kedua, dampak penurunan mutu.
Penurunan mutu produk terjadi saat produk thawing. Produk thawing
biasanya terjadi karena mesin IQF sebagai alat pembeku cepat mengalami
defrost yang menyebabkan suhu IQF turun sehingga saat produk keluar dari
mesin tidak mencapai standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Dari kedua
dampak negatif tersebut secara tidak langsung akan berpengaruh pada
dampak yang ketiga, yaitu dampak ekonomis perusahaan. Dampak
ekonomis yang terjadi pada perusahaan dengan besarnya WIP produk adalah
meningkatnya biaya produksi perusahaan sehingga menyebabkan kerugian.
Selain itu, besarnya WIP produk akan berpengaruh terhadap bahan baku
yang telah disiapkan oleh supplier dan juga ketidakpuasan konsumen
terhadap ketidaktersediaan produk.
Tahapan awal dalam menspesifikasi masalah WIP produk dilakukan
dengan memilih satu produk yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian
untuk dilakukan perbaikan terlebih dahulu. Pemilihan satu produk tersebut
dilakukan dengan mempertimbangkan jumlah produksi dan persentase WIP
masing-masing produk dari data produksi perusahaan bulan Oktober 2012
sampai Maret 2013 terkait dengan besarnya jumlah WIP pada lima top
produk. Persentase WIP merupakan perbandingan antara jumlah produksi
dengan jumlah WIP dalam 1 bulan. Data persentase WIP dari lima jenis
produk dapat dilihat pada Gambar 2. Sedangkan data jumlah produksi dan
jumlah WIP masing-masing produk selama Oktober 2012 sampai Maret
2013 dapat dilihat pada Lampiran 1.
7

40.00% 33.85%
28.85%
30.00% 26.00% 24.50%
20.00%
% WIP Produk 12.79%
10.00%

0.00%
Chicken Chicken Chicken Marinate Customer
Nugget A Nugget B Nugget C Product Product
Jenis Produk

Gambar 2 Perbandingan persentase WIP 5 jenis produk PT. Belfoods


Indonesia selama bulan Oktober 2012-Maret 2013

Produk dengan persen WIP paling besar pertama adalah chicken


nugget C (33.85%) dan urutan terbesar kedua terjadit pada chicken nugget
A ( 28.85 %). Namun, apabila melihat jumlah produksi (Lampiran 1) dari
kedua jenis produk tersebut, produk chicken nugget A memiliki jumlah
produksi yang jauh lebih besar dibandingkan produk chicken nugget C. Oleh
karena itu, produk terpilih yang akan dilakukan perbaikan terlebih dahulu
adalah produk chicken nugget A.

3.1.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data bertujuan untuk mengetahui secara kuantitatif


beberapa penyebab yang dapat menimbulkan masalah. Langkah awal
pengumpulan data dilakukan dengan mengamati proses produksi produk
terpilih yaitu produk chicken nugget A. Proses produksi chicken nugget
terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahap preparasi (persiapan adonan),
tahap forming (pencetakan adonan, pelapisan dengan larutan perekat, dan
pelapisan dengan bread crumb), tahap frying (penggorengan dan
pematangan produk), IQF (tahap pembekuan produk dalam waktu singkat),
tahap pengemasan, dan tahap penyimpanan produk akhir (cold storage).
Tahap awal yang dilakukan selama pengumpulan data terkait dengan
permasalahan besarnya WIP produk adalah menggunakan teknik
brainstorming dan observasi (pengamatan langsung) dilapangan.
Brainstorming mencakup pengembangan struktur ide-ide yeng
memungkinkan secara sistematis berdasarkan pemikiran kreatif sekelompok
orang (Rampersad 2001). Teknik brainstorming adalah kegiatan dimana
setiap anggota bebas mengeluarkan pendapatnya. Tema brainstorming
adalah menentukan faktor penyebab besarnya WIP produk chicken nugget A
ukuran 250 g selama proses produksi. Semua faktor hasil brainstorming
yang memiliki peluang besar maupun kecil munculnya WIP produk dicatat
sebagai point penyebab yang akan dibuat dalam bentuk diagram Ishikawa
atau diagram sebab akibat. Hal ini dilakukan sebagai langkah awal karena
data yang dibutuhkan belum tersedia.
Diagram sebab akibat atau diagram Ishikawa merupakan salah satu
alat bantu yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab
8

timbuulnya suatuu masalah. Beberapa point peny yebab disussun berdasaarkan


kateggori permassalahannya.. Dalam m membuat diaagram Ishik kawa terdappat 5
kateggori faktor penyebab,
p yaitu
y man (m manusia), manufacture
m e (alat), matterial
(bahaan), methodd (metode), dan envirronment (lingkungan) (Muhandrii dan
Kadaarisman 20006). Setiap penyebab yang berpeeluang mun nculnya massalah
mpatkan berdasarkan cabang
ditem c kateegori masin
ng-masing. Semakin ddekat
posissi cabang faktor pen nyebab padda akar peermasalahan n menunjuk ukkan
semaakin besarr pengaru uh penyebbab tersebut dalam menimbuulkan
permmasalahan. Diagram sebab-akibbat atau diagram Ishikawa I yyang
mengggambarkann penyebab besarnya W WIP produk k chicken nugget A seelama
prosees produksii dapat diliihat pada GGambar 3. Setelah diaagram Ishikkawa
disussun, kegiattan selanjuutnya adalaah melakuk kan dept interview pada
beberapa pakar di bagian produksi
p unntuk memilih beberapa point penyyebab
yangg berpeluanng terhadap besarnya WIP pada produk chiicken nuggget A
ukuraan 250 g.

Gam
mbar 3 Diiagram sebaab akibat bbesarnya jum mlah WIP produk chiicken
nuggget A ukurran 250 g seelama prosees produksi..

In-Depth Interview
I merupakan
m wawancaraa mendalam
m antara seoorang
pewaawancara dengan seorang
s innforman yang
y dilak
kukan seoorang
pewaawancara dengan
d seo
orang informman yang dilakukan berulang-uulang
9

yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman (Taylor dan Bogdan 2007).


Metode ini dilakukan dengan beberapa pakar produksi yaitu, supervisor
produksi, leader pengemasan, QC, dan stoker WIP terkait dengan faktor
penyebab besarnya WIP produk.
Hasil dari kegiatan tersebut menyimpulkan bahwa ada tujuh (7) point
penyebab yang berpengaruh besar munculnya WIP pada produk chicken
nugget A, yaitu jumlah sekop dan desain tidak sesuai, produk tidak tersusun
setelah pengisian, perbedaan penetapan petugas untuk merapikan kemasan,
decoding kemasan setelah produk keluar IQF, produk thawing saat keluar
IQF, jumlah timbangan terbatas saat daya tahan alat habis, dan video jet
rusak. Dari 7 point penyebab tersebut, secara garis besar dapat disimpulkan
bahwa tahap pengemasan adalah tahap yang paling menentukan besar
kecilnya WIP produk selama proses produksi. Selanjutnya, dari ketujuh
point faktor penyebab tersebut disusun dalam bentuk check list sebagai alat
bantu untuk mengamati frekuensi kejadiannya selama proses produksi.
Berikut adalah deskripsi masing-masing faktor penyebab WIP produk
chicken nugget A.

Jumlah sekop dan desain tidak sesuai


Jumlah sekop tidak sesuai adalah alat bantu yang tersedia untuk
pengisian produk dalam kemasan sangat sedikit, tidak dapat memenuhi
kebutuhan semua petugas. Selain itu, desain alat bantu yang ada kurang
efektif terlihat pada saat pengisian produk dengan sekop yang tersedia,
sebagian besar crumb yang sudah terlepas dari produk jadi ikut terkemas.

Produk tidak tersusun setelah pengisian


Produk tidak tersusun setelah pengisian adalah kondisi dimana produk
tumpah/berantakan setelah petugas melakukan pengisian produk dalam
kemasan karena untuk memberikan produk ketahap pengemasan selanjutnya
(penimbangan), banyak petugas melakukannya dengan cara dilempar. Selain
itu, pengisian produk yang terlalu banyak menyebabkan produk tumpah.

Perbedaan penetapan petugas untuk merapikan kemasan


Kondisi dimana petugas diantara bagian timbang dan merekatkan
kemasan produk dalam satu meja pengemasan terkadang ada dan tidak,
belum ada aturan penetapan tugas kerja.

Decoding kemasan setelah produk keluar IQF


Kegiatan pemberian kode produksi pada kemasan produk (plastik atau
karton) oleh petugas (operator) dilakukan setelah produk keluar dari mesin
IQF. IQF (Individual Quick Frozen) merupakan mesin pembeku produk
dalam waktu singkat (± 1 jam).

Produk thawing saat keluar IQF


Produk thawing setelah keluar IQF adalah produk dengan suhu diatas
standar yang telah ditetapkan perusahaan dengan kondisi produk
lembek/tidak beku.
10

Jumlah timbangan terbatas saat daya tahan alat habis


Kondisi dimana timbangan yang saat digunakan petugas selama
pengemasan mati karena daya tahan alat habis menyebabkan pengemasan
produk terhambat dengan jumlah timbangan yang sedikit tersebut.

Video jet rusak


Video jet rusak adalah kondisi dimana mesin untuk membuat kode
produksi pada kemasan plastik tidak dapat digunakan, penyebabnya dapat
dikarenakan tekanan udara pada mesin turun dan tinta pada mesin macet.

Check list/ check sheet merupakan suatu formulir, dimana item-item


yang akan diperiksa telah dicetak dalam formulir tersebut dengan maksud
agar data dapat dikumpulkan secara mudah dan ringkas. Fungsi check list
antara lain (Kwalasetia 2002):
1. Memudahkan proses pengumpulan data terutama untuk
mengetahui bagaimana suatu masalah sering terjadi.
2. Mengumpulkan data tentang jenis masalah yang terjadi.
3. Menyusun data secara otomatis.
4. Memisahkan antara opini dan fakta.
Hasil pengamatan frekuensi kejadian dari tujuh point faktor penyebab
WIP produk chicken nugget A ukuran 250 g selama 1 bulan proses produksi
dapat dilihat pada Lampiran 2. Sedangkan untuk data persentase jumlah
WIP produk selama pengamatan frekuensi kejadian dapat dilihat pada
Gambar 4 dengan data jumlah produksi dan penggunaan jumlah meja
pengemasan yang berbeda-beda di masing-masing shift kerja (Lampiran 3).
60.00% 56.57%
49.75% 48.92%
50.00%
40.00% 36.67%
32.25%
% WIP Produk

30.00%
22.49%
20.00%
10.00%
0.00% 0.00%
Shift Shift Shift pagi Shift Shift pagi Shift pagi Shift
malam siang malam malam*
Shift Kerja
Gambar 4 Persentase jumlah WIP produk selama pengamatan frekuensi
kejadian (* = waktu pengemasan dilakukan 2 kali lebih lama
dari waktu produksi produk)

Hasil rata-rata jumlah persentase WIP produk dalam 7 kali shift kerja
dalam jangka waktu pengamatan 1 bulan (tanpa memperhitungkan jumlah
karyawan yang bekerja selama pengemasan dalam satu shift kerja) cukup
besar dengan persentase rata-rata keseluruhan adalah 41.11% dari total
produksi (Lampiran 3). Hasil tersebut jauh dari harapan pihak produksi
dimana pihak produksi menginginkan WIP produk selama proses produksi
tidak pernah ada.
11

3.2 Tahap Do

3.2.1 Analisis Data

Teknik analisis data menerapkan salah satu dari tujuh alat bantu
(seven tools). Salah satu alat bantu yang digunakan dalam analisis data pada
pembahasan ini adalah diagram Pareto. Diagram Pareto adalah grafik batang
yang menunjukkan masalah berdasarkan urutan banyaknya kejadian
(Kwalasetia 2002). Menurut Muhandri dan Kadarisman (2006), salah satu
tujuan pembuatan diagram Pareto adalah menyatakan perbandingan masing-
masing masalah terhadap keseluruhan. Selain itu, diagram pareto digunakan
dalam menentukan jenis permasalahan yang paling dominan dan
permasalahan yang memerlukan penanganan terlebih dahulu.
Metode kerja yang digunakan dalam analisis ini adalah mengolah data
hasil pengamatan frekuensi kejadian yang sebelumnya telah dikumpulkan
dengan alat bantu check list. Pengolahan data frekuensi kejadian dapat
dilihat pada Tabel 1 dan untuk diagram Pareto frekuensi kejadian faktor
penyebab besarnya WIP produk chicken nugget A ukuran 250 g dapat
dilihat pada Gambar 4. Pengolahan data dalam membuat diagram pareto
menggunakan aplikasi Minitab 14. Minitab merupakan salah satu program
aplikasi statistika yang banyak digunakan untuk mempermudah
pengolahan data statistik. Keunggulan Minitab adalah dapat
digunakan dalam pengolahan data statistika untuk tujuan sosial
dan teknik. Tabel 1 menunjukkan pengolahan data frekuensi
kejadian dari alat bantu check list sebagai data untuk membuat
diagram Pareto yang diperlihatkan pada Gambar 5.

Tabel 1 Pengolahan Data Frekuensi Kejadian

%
No Faktor Penyebab Besarnya WIP Produk Jumlah %
Kumulatif
1 Jumlah sekop dan desain tidak sesuai 7 21.21 21.21
2 Produk tidak tersusun setelah pengisian 7 21.21 42.42
Perbedaan penetapan petugas untuk
3 7 21.21 63.63
merapikan kemasan
Decoding kemasan setelah produk keluar
4 7 21.21 84.84
IQF
Jumlah timbangan terbatas saat daya tahan
5 3 9.10 93.94
alat habis
6 Produk thawing saat keluar IQF 2 6.06 100
7 Video jet rusak 0 0.00 100
Total 33 100
12

35
100
30

80
25

ercent
20 60
o
Cunt

P
15
40
10

20
5

0 0
Defect 1 2 3 4 5 6 Other
Count 7 7 7 7 3 2 0
Percent 21.2 21.2 21.2 21.2 9.1 6.1 0.0
Cum % 21.2 42.4 63.6 84.8 93.9 100.0 100.0

Gambar 5 Diagram Pareto frekuensi kejadian faktor penyebab besarnya


WIP produk chicken nugget A

3.2.2 Kesimpulan Tentatif

Berdasarkan interpretasi diagram Pareto yang ditunjukkan Gambar 5,


dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab yang paling dominan ada empat
(4) point dengan total persentase 84.84 % dari 7 point faktor penyebab.
Keempat point tersebut adalah jumlah sekop dan desain tidak sesuai,
produk tidak tersusun setelah pengisian, perbedaan penetapan petugas untuk
merapikan kemasan, dan decoding kemasan setelah produk keluar IQF.
Oleh karena itu, keempat faktor penyebab yang memiliki frekuensi kejadian
paling dominan dibanding faktor penyebab lainnya harus mendapat
penanganan terlebih dahulu untuk dilakukan proses perbaikan.
Alternatif perbaikan yang dilakukan untuk menangani permasalahan
yang ada disusun dalam suatu rencana kerja (Action plan). Action plan
dibuat dengan melihat penyebab munculnya masalah dan metode perbaikan
yang tepat dengan situasi dan kondisi perusahaan. Action plan yang akan
diterapkan untuk perbaikan secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 2.
13

Tabel 2 Action plan Perbaikan


No Permasalahan Penyebab Perbaikan Waktu
Pelaksanaan
1 Jumlah sekop • jumlah sekop •mengajukan 06 Juni 2013
dan desain tidak sedikit pembelian sekop yang
sesuai. • desain sekop yang mencukupi untuk
ada belum sesuai proses pengemasan.
dengan kebutuhan. • mengajukan desain
baru sekop dengan
memberi lubang-
lubang disekitar sekop
agar dapat digunakan
dengan lebih efektif
saat pengisian produk.
2 Produk tidak • petugas yang • petugas yang 18 dan 20 Juni
tersusun setelah posisinya jauh dari posisinya jauh dari 2013
pengisian. timbangan melempar timbangan
produk setelah mengumpulkan
pengisian. hasilnya disekitar
• petugas saat petugas yang didekat
pengisian produk timbangan.
terlalu banyak • Saat pengisian
sehingga tumpah. produk petugas harus
Selain itu, jumlah mengetahui jumlah
produk yang terlalu batasan/ standar
banyak selama pengisian produk yang
pengisian dikemas dengan cara
menyebabkan melihat batasan ukuran
petugas timbang kemasan produk yang
bekerja lebih lama telah ditimbang.
saat menstandarisasi
berat produk.
3 Perbedaan • petugas • menetapkan 1 18 dan 20 Juni
penetapan pengemasan hanya petugas yang bekerja 2013
petugas untuk fokus pada bagian flexibel dalam
merapikan pengisian produk merapikan kemasan
kemasan. sehingga di bagian dan menimbang
merekatkan kemasan produk saat akan
terjadi penumpukan terjadi penumpukan di
produk. salah satu bagian
tersebut
4 Decoding • operator membuat •operator harus sudah 18 dan 20 Juni
kemasan setelah kode produksi pada membuat kode 2013
produk keluar kemasan setelah produksi pada
IQF. produk keluar dari kemasan minimal 10
IQF yang menit sebelum produk
menyebabkan produk keluar IQF dengan
tidak dapat langsung membuat perhitungan
dikemas oleh petugas perkiraan jumlah
pengemasan. kemasan yang akan
digunakan.
14

Berdasarkan action plan yang telah disusun, secara garis besar


terdapat 2 faktor yang mempengaruhi yaitu, manajemen sumberdaya
manusia yang kurang efektif dan ketersediaan alat bantu yang tidak
memadai. Salah satu aktifitas yang dapat dilakukan dalam mengatasi
manajemen sumberdaya manusia yang kurang efektif adalah pengembangan
SDM (Sumber Daya Manusia). Aktivitas pengembangan SDM meliputi
peningkatan ketrampilan kerja karyawan (Mathis dan Jackson 2006).
Metode yang dapat dilakukan adalah memberikan training karyawan
pengemasan.
Training/ pelatihan pada dasarnya adalah proses memberikan bantuan
bagi para pekerja untuk menguasai keterampilan khusus atau membantu
untuk memperbaiki kekurangannya dalam melaksanakan pekerjaan. Fokus
kegiatan tersebut adalah untuk meningkatkan kemampuan kerja dalam
memenuhi kebutuhan tuntutan cara bekerja yang paling efektif pada masa
sekarang (Nawawi 1997). Tujuan training adalah meningkatkan
produksivitas karyawan dengan memanajemen sumber daya manusia.
Keberhasilan training karyawan dapat diukur dengan memberikan pre-test
dan post-test pada saat sebelum dan setelah kegiatan training. Pre-test dan
post-test yang diberikan selama penyampaian training sama berkaitan
dengan kerja karyawan selama pengemasan. Soal pre-test dan post-test
karyaawan dapat dilihat pada Lampiran 4. Kegiatan training dapat
dikatakan berhasil dengan melihat adanya peningkatan nilai dari hasil pre-
test dan post-test (Lampiran 5) yang telah diberikan pada saat sebelum dan
setelah training.

3.2.3 Lakukan Percobaan

Pada tahap ini, uji coba dilakukan terhadap berbagai alternatif


perbaikan yang telah disusun sebelumnya. Namun, dikarenakan kondisi dan
situasi perusahaan yang tidak memungkinkan maka saat dilakukan
percobaan tidak semua alternatif perbaikan dapat diterapkan yaitu, alternatif
perbaikan terkait dengan pengajuan pembelian dan desain alat bantu baru
(Lampiran 6). Perbaikan tersebut belum bisa diterapkan karena barang yang
dibutuhkan (sekop) belum diterima oleh pihak perusahaan dari pabrik
tempat pemesanan alat tersebut. Oleh karena itu, perbaikan yang diterapkan
saat percobaan hanya terbatas pada pemberian training terhadap karyawan
pengemasan.
Training diberikan pada semua shift kerja yaitu, shift pagi (07.00-
15.00), shift siang (15.00-23.00), dan shift malam (23.00-07.00) dengan
waktu yang berbeda disuaikan dengan jadwal kerja masing-masing shift
tersebut. Training karyawan untuk shift pagi dan siang dilakukan pada hari
yang sama secara bergantian pada tanggal 14 Juni dari pukul 13.30-17.00
WIB di ruang meeting PT. Belfoods Indonesia. Sementara itu, untuk
training shift malam dilakukan pada minggu selanjutnya saat pertukaran
shift kerja ketika shift tersebut berganti menjadi shift pagi pada tanggal 18
juni 2013 dari pukul 14.00-15.00 WIB dengan menggunakan ruang kantin
PT. Belfoods Indonesia.
15

Percobaan perbaikan dilakukan pada tanggal 20 Juni 2013 diruang


pengemasan produksi. Percobaan dilakukan sebanyak 2 kali proses
produksi yaitu, pada shift pagi dan shift siang. Pada shift pagi, percobaan
perbaikan dilakukan dengan menggunakan 3 meja pengemasan dengan
jumlah karyawan 21 orang. Sedangkan untuk perbaikan yang dilakukan
pada shift siang menggunakan 2 meja pengemasan dengan jumlah karyawan
pengemasan sebanyak 14 orang. Mekanisme pengamatan untuk mengetahui
jumlah WIP produk yang ada pada penelitian ini mengikuti kegiatan kerja
yang biasa dilakukan oleh perusahaan yaitu, setiap akhir shift kerja petugas
akan mencatat besarnya jumlah produk yang dijadikan WIP dan
menginformasikan ke petugas di shift selanjutnya.

3.3 Tahap Check

3.3.1 Periksa Kesimpulan Statistik

Proses perbaikan setelah memberikan training pada karyawan


pengemasan selama proses produksi produk chicken nugget A ukuran 250 g
cukup berhasil menurunkan jumlah WIP produk dibandingkan sebelum
dilakukan perbaikan. Perbaikan dilakukan pada shift pagi dan shift siang
pada tanggal 20 Juni 2013. Jumlah produk chicken nugget A yang
diproduksi pada shift pagi sebesar 1882.77 kg dalam waktu 3 jam proses
pengemasan. Proses pengemasan dilakukan dengan menggunakan 3 meja
pengemasan (21 karyawan). Sementara itu, pada shift siang jumlah produk
chicken nugget A yang diproduksi sebesar 3221.40 kg dalam waktu 5 jam
proses pengemasan. Perbandingan persentase jumlah WIP produk antara
sebelum dan sesudah dilakukan perbaikan selama proses produksi dapat
dilihat pada Gambar 6.

60.00%
47.98%
50.00%
% WIP Produk

40.00%
27.37%
30.00%
20.00% 10.97%
10.00% 0.00%
0.00%
Sebelum perbaikan Setelah perbaikan Sebelum perbaikan Setelah perbaikan
3 meja pengemasan 2 meja pengemasan

Proses Pengemasan

Gambar 6 Perbandingan persentase jumlah WIP produk antara sebelum


dan sesudah dilakukan perbaikan

Hasil yang diperoleh pada shift pagi menunjukkan bahwa persentase


WIP produk mampu diturunkan hingga mencapai 0% dari 27.37% (Rata-rata
% WIP dengan 3 meja pengemasan dari data Lampiran 3). Sedangkan pada
16

shift siang persentase WIP produk mampu diturunkan dari 47.89% (Rata-
rata % WIP dengan 2 meja pengemasan dari data Lampiran 3) menjadi
10.97%. Namun, jika melihat dari sisi kemampuan kerja masing-masing
karyawan maka untuk shift pagi yang total karyawannya 21 orang hanya
mampu mengemas 30 kg. Hasil tersebut jauh lebih sedikit dibandingkan
kemampuan pengemasan karyawan pada shift siang dengan total karyawan
14 orang, dimana setiap karyawan mampu mengemas produk rata-rata 46
kg. Kemampuan pengemasan masing-masing karyawan tersebut diperoleh
dengan membagi total produk yang diproduksi dengan waktu produksi dan
jumlah karyawan dalam satu shift kerja. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
besarnya WIP produk dipengaruhi besar oleh kemampuan kerja masing-
masing karyawan.

3.3 Tahap Action

3.4.1 Pertahankan Hasil Perbaikan

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi besarnya jumlah WIP


produk yang terjadi selama proses produksi adalah produktivitas karyawan
yang menurun. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas karyawan
diantaranya, kemauan kerja, kemampuan kerja, lingkungan kerja,
penghasilan, dan hubungan kerja (Sinungan 2008). Oleh karena itu, kegiatan
yang dapat dilakukan dalam mempertahankan hasil perbaikan sebaiknya
adalah dengan memberikan training berkelanjutan pada karyawan. Namun,
mengingat kegiatan training yang telah dilakukan sebelumnya, dirasa
kurang efektif untuk diterapkan diperusahaan dikarenakan penyampaian
training butuh waktu yang cukup lama. Cara lain dapat dilakukan dengan
membuat Peraturan tugas kerja yang efektif dan memberikan gambaran
susunan kerja yang cukup mudah dimengerti oleh karyawan. Peraturan dan
susunan kerja selama pengemasan diajukan kepada pihak produksi untuk
dilakukan evaluasi.
Susunan aturan kegiatan kerja yang memuat alternatif perbaikan dan
telah melalui tahap evaluasi oleh pihak produksi selanjutnya diajukan untuk
dapat dijadikan standar baru dalam proses pengemasan selama proses
produksi produk yang juga dapat diberlakukan pada semua jenis produk
terutama untuk produk reguler (nugget). Peraturan tugas kegiatan kerja
dapat dilihat pada Tabel 3 dengan dilengkapi susunan kerja yang
ditunjukkan pada Gambar 7.
17

Tabeel 3 Peratu
uran Tugas Kerja Peng
gemasan Selama Prosess Produksi
No Bagian Kerja
K Jum
mlah Petugas Kegiata
an Kerja
1 Pengisian ≤ 3 orang ● Mem mperkirakan pengisian produk
p
produk dalam kemasan
k sessuai standar berat
kemasann (tidak berleebihan)
● Tidakk melempar pproduk yang g telah
diisi (p
produk kem mungkinan besar
tumpah))
● Ada petugas
p bagiaan ambil kemmasan
saat kem
masan sisa seedikit
2 Penimban
ngan 1 orrang ● Petuggas timbangg harus meemiliki
keahlian
n (mampu memperkiirakan
standar produk denggan cepat)
3 Merapikan
n 1 orrang ● Petug gas bekerja secara bergantian
kemasan memban ntu bagian ppenimbangann saat
alat timb
bang tidak teerpakai
4 Merekatkan 1 orrang ● Men netapkan peetugas yang
g ahli
kemasan mampu bekerja deengan cepatt saat
produk sealing kemasan
5 Pengkarto
onan 1 orrang ● Mempersiapkan kkarton, meng gemas
produk produk, dan menyussun karton dengan
d
rapi
6 Pembuat kode Massing-masing 1 ● Mem mastikan jadwwal produk yang
produksi oranng akan di produksi
kemasan ● Petug gas membuaat kode pro oduksi
plastik dan pada keemasan min. 10 menit seb
belum
katon produk keluar IQF

Gam
mbar 7 Susuunan kegiatan kerja pen
ngemasan pproduk
18

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil analisa pemecahan masalah yang menerapkan siklus PDCA


(Plan, Do, Check, Action) sebagai langkah-langkah perbaikan mutu proses
produksi, diketahui bahwa terdapat masalah “besarnya jumlah WIP produk
chicken nugget A ukuran kemasan 250 g selama proses produksi di PT.
Belfoods Indonesia”. Hasil analisis data dengan diagram Pareto
menunjukkan bahwa ada 4 faktor penyebab besarnya WIP produk yaitu,
jumlah sekop dan desain tidak sesuai, produk tidak tersusun setelah
pengisian, perbedaan penetapan petugas untuk merapikan kemasan, dan
decoding kemasan setelah produk keluar IQF. Oleh karena itu, dirancang
alternatif perbaikan dengan memberikan training terhadap karyawan
pengemasan mengenai cara-cara pengemasan yang efektif serta pengajuan
pembelian dan desain alat bantu (sekop) baru.
Hasil traning karyawan dapat dikatakan berhasil melihat adanya
peningkatan terhadap hasil pre-test dan post-test karyawan yang diberikan
sebelum dan setelah training. Keberhasilan training berbanding lurus saat
dilakukan uji coba perbaikan. Setelah training diberikan percobaan
perbaikan dilakukan pada proses produksi produk chicken nugget A
Perbaikan dilakukan dengan menetapkan 2 cara kerja, yaitu kerja dengan 3
meja pengemasan dan kerja dengan 2 meja pengemasan.
Hasil perbaikan dengan 3 meja pengemasan menurunkan WIP produk
dari 27.37% menjadi 0%. Sedangkan perbaikan dengan 2 meja pengemasan
mampu menurunkan WIP dari 47.89% menjadi 10.97%. Hasil tersebut
sudah cukup baik meskipun hasilnya kurang sesuai jika dilihat dari
kemampuan pengemasan masing-masing karyawan setiap shift yang
berbeda-beda. Dalam meningkatkan kesadaran kerja karyawan dibuat
aturan dan susunan kegiatan kerja pengemasan sebagai solusi lain dari
penyampaian training yang memerlukan waktu cukup lama.

Saran

1. Untuk mengatasi besarnya produksi produk yang berukuran 250 gram,


pada saat pengemasan dapat digunakan 3 meja pengemasan dari awal
sampai akhir produksi dengan dilengkapi alat bantu (sekop) sehingga
pengemasan produkyang dilakukan oleh karyawan menjadi lebih mudah
dan lebih cepat. Akan tetapi, untuk mengetahui besarnya pengaruh dari
penggunaan alat bantu tersebut perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
2. Perlu dilakukan penelitian untuk menyelesaikan masalah WIP produk
yang juga terjadi pada beberapa produk yang diproduksi oleh perusahaan
seperti masalah WIP pada produk marinasi dan produk customer.
3. Untuk mengendalikan proses perbaikan terhadap WIP produk selama
proses produksi, perusahaan dapat membuat control chart persentase
19

jumlah WIP produk selama proses produksi setelah dilakukan tindakan


perbaikan.
4. Semakin besar target perusahaan dalam meningkatkan produksi harus
diikuti dengan tercukupinya alat bantu yang menunjang karyawan untuk
bekerja secara maksimal, bahkan perusahaan dapat juga mengaktifkan
kembali mesin weigher dan packager sebagai mesin pengemas produk
yang dapat menunjang efektivitas pengemasan produk.

DAFTAR PUSTAKA

Afrisanti DW. 2010. Kualitas Kimia dan Organoleptik Nugget Daging


Kelinci dengan Penambahan Tepung Tempe. Skripsi. Program Studi
Peternakan. Fakultas Pertanian. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.
Astawan M. 2007. Nugget Ayam Bukan Makanan Sampah. [diunduh 08
april 2013]. Tersedia
pada:http://nasional.kompas.com/read/2008/10/28/10371776/Nugget
.Ayam.Bukan.Makanan.Sampah.
Bragg SM. 2005. Inventory Accounting 1st ed. Danvers : John Wiley & Sains,
Inc.
Kurniawan F. 2010. Pengendalian Kualitas : PDCA Cycle. Jakarta (ID) :
Pusat Pengembangan Bahan Ajar
Kwalasetia J. 2002. Upaya Pengendalian Proses dengan Menerapkan SPC
di PT Hidup Djaya Palembang. Skripsi. Fakultas Teknik.
Palembang: STT Musi
Mathis RL, Jackson JH. 2006. Human Resource Management. Jakarta:
Salemba Empat
Muhandri T dan Kadarisman D. 2006. Sistem Jaminan Mutu Industri
Pangan. Bogor (ID): IPB Press
Nasution MN. 2005. Manajemen Mutu Terpadu Edisi Kedua. Bogor (ID):
Ghalia Indonesia
Nawawi H. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta (ID):
Gajah Mada Universitas Press.
Rampersad HK. 2001. Total Quality Management: An Executive Guide to
Continous Improvement. Germany: Springer
Sinungan M. 2008. Produktivitas Apa dan Bagaimana. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Taylor SJ dan Bogdan R. 2007. Introduction to Qualitative Research
Method 2nd ed. Danvers : John Wiley & Sains, Inc.
20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Jumlah produksi, jumlah WIP, dan persentase WIP lima jenis
produk selama Oktober 2012 – Maret 2013
BULAN
PRODUK JUMLAH TOTAL
Oktober November Desember Januari Februari Maret
Produksi
Nugget A 28065.54 13344.25 69879.80 16174.55 58311.56 4000.00 189775.70
(kg)
ukuran 250
WIP (kg) 10765.60 9367.30 8957.60 6043.80 17883.34 1738.40 54756.04
gr
% WIP 38.36% 70.20% 12.82% 37.37% 30.67% 43.46% 28.85%
Produksi
Nugget B 12441.64 14254.40 49352.66 11190.20 33377.42 0.00 120616.32
(kg)
ukuran 250
WIP (kg) 4486.10 7416.60 3475.40 985.30 14989.90 0.00 31353.33
gr
% WIP 36.06% 52.03% 7.04% 8.81% 44.91% 0.00% 26.00%
Produksi
Nugget C 10614.40 16689.07 0.00 15203.20 25548.01 7115.54 75170.22
(kg)
ukuran 250
WIP (kg) 2971.80 7157.10 0.00 6652.00 4167.90 4496.20 25445.00
gr
% WIP 28.00% 42.88% 0.00% 43.75% 16.31% 63.19% 33.85%
Produksi
Marinate 19238.35 9552.70 37100.35 24440.61 33807.82 16983.15 141167.98
(kg)
product WIP (kg) 3381.40 2036.50 1996.70 0.00 6140.40 4496.10 18051.00
ukuran 500
% WIP 17.58% 21.32% 53.80% 0.00% 18.16% 26.47% 12.79%
gr
Produksi
Customer 3432.10 12695.90 10038.87 18428.26 7413.64 28401.15 80409.92
(kg)
product WIP (kg) 0.00 2866.70 371.80 1452.10 4177.70 11219.90 20088.20
ukuran 1 kg % WIP 0.00% 22.58% 3.70% 7.88% 56.35% 39.50% 24.50%
21

Lampiran 2 Lembar check list frekuensi kejadian kedelapan point


penyebab besarnya jumlah WIP produk chicken nugget A
ukuran 250 gram selama 1 bulan proses produksi di Line 2

Shift kerja / Tanggal


No Faktor Penyebab 3 2 1 3 1 1 2
1/4/13 2/4/13 3/4/13 22/4/13 23/4/13 1/5/13 1/5/13
Jumlah sekop dan desain
1 √ √ √ √ √ √ √
tidak sesuai
Produk tidak tersusun
2 √ √ √ √ √ √ √
setelah pengemasan
Perbedaan penetapan
3 petugas untuk merapikan √ √ √ √ √ √ √
kemasan
Decoding kemasan setelah
4 √ √ √ √ √ √ √
produk keluar IQF
Jumlah timbangan terbatas
5 X X √ X √ √ X
saat daya tahan alat habis
Produk thawing saat keluar
6 X √ X √ X X X
IQF
7 Video jet rusak X X X X X X X

Lampiran 3 Data jumlah produksi produk chicken nugget A selama 1 bulan


Shift ∑ Produk(kg) ∑ WIP (kg) % WIP Keterangan

3 4717.20 1777.20 36.67 5 jam kerja, 2 meja pengemasan


2 835.90 415.90 49.75 1 jam kerja, 2 meja pengemasan
1 3692.50 830.50 22.49 5 jam kerja, 3 meja pengemasan
3 4193.00 2372.00 56.57 4 jam kerja, 2 meja pengemasan
1 4468.20 1441.20 32.25 5 jam kerja, 3 meja pengemasan
1 1652.00 808.20 48.92 2 jam kerja, 2 meja pengemasan
2 4635.57 0.00 0.00 8 jam kerja, 1 meja pengemasan
Total 24194.37 7645.00 41.11
22

Lampiran 4 Soal Pre-test dan Post-test Karyawan Pengemasan


Soal Pre-Test

Nama :................................ Tanggal :....................................


1. Menurut anda adakah keuntungan besarnya kapasitas pengemasan
terhadap masing-masing karyawan?
2. Jika jawaban no.1 adalah ya, keuntungan apa yang dapat dirasakan oleh
karyawan-karyawan tersebut ?
3. Apakah anda tahu cara menyusun produk yang benar setelah pengisian
produk dalam kemasan ? (ya/tidak)
4. Bagaimana cara menyusun produk yang telah diisi saat posisi petugas
jauh dari bagian penimbangan agar pekerjaan terlihat lebih rapi ?
5. Menurut Anda haruskah memperkirakan batasan jumlah produk saat
pengisian dalam kemasan ?
6. Adakah pengaruh pengisian produk yang tidak sesuai (terlalu banyak /
terlalu sedikit) terhadap lambatnya kerja pengemasan?
7. Bagaimana cara pengisian jumlah produk per kemasan agar mendekati
standar berat yang ditetapkan ?
8. Bagaimana mengatasi terjadinya penumpukan produk saat
penimbangan dan saat merekatkan kemasan produk ?

Soal Post-Test

Nama :................................ Tanggal :...................................


1. Menurut anda adakah keuntungan besarnya kapasitas pengemasan
terhadap masing-masing karyawan?
2. Jika jawaban no.1 adalah ya, keuntungan apa yang dapat dirasakan oleh
karyawan-karyawan tersebut ?
3. Apakah anda tahu cara menyusun produk yang benar setelah pengisian
produk dalam kemasan ? (ya/tidak)
4. Bagaimana cara menyusun produk yang telah diisi saat posisi petugas
jauh dari bagian penimbangan agar pekerjaan terlihat lebih rapi ?
5. Menurut Anda haruskah memperkirakan batasan jumlah produk saat
pengisian dalam kemasan ?
6. Adakah pengaruh pengisian produk yang tidak sesuai (terlalu banyak /
terlalu sedikit) terhadap lambatnya kerja pengemasan?
7. Bagaimana cara pengisian jumlah produk per kemasan agar mendekati
standar berat yang ditetapkan ?
8. Bagaimana mengatasi terjadinya penumpukan produk saat
penimbangan dan saat merekatkan kemasan produk ?
23

Lampiran 5 Hasil training karyawan pengemasan 3 shift kerja


Hasil Training Shift 1 Hasil Training Shift 2 Hasil Training Shift 3
No No No
Pre-test Post-test Pre-test Post-test Pre-test Post-test
1 8,6 9,3 1 6.4 8.6 1 6,4 6,4
2 7,8 7,8 2 6.4 7.1 2 7,8 8,6
3 6,4 7,8 3 7.1 8.6 3 6,4 8,6
4 6,4 7,8 4 7.8 7.8 4 7,1 7,8
5 8,6 9,3 5 1.4 3.6 5 7,1 7,8
6 1,4 6,4 6 5.7 6.4 6 6,4 7,8
7 8,6 7,8 7 8.6 8.6 7 7,1 7,8
8 7,1 10 8 7.8 8.6 8 5,7 7,8
9 5,7 7,1 9 5.0 8.6 9 7,1 7,8
10 5,7 7,8 10 8.6 10.0 10 5,7 7,8
11 8,6 8,6 11 6.4 5.7 11 4,3 9,3
12 8,6 10 12 7.8 7.8 12 7,1 7,1
8,6 13 6.4 10.0 13 7,8 7,8
13 8,6
7,1 14 8.6 8.6 14 5,7 7,8
14 5
6,4 15 7.1 7.1 15 6,4 7,8
15 4,3
6,4 16 5.0 8.6 16 6,4 6,4
16 4,3
6,4 17 5.7 7.1 17 7,1 9,3
17 1,4
6,4 18 5.7 6.4 18 7,8 8,6
18 5,7
7,1 19 4.3 7.1 19 7,1 7,8
19 5,7
7,8 20 7.1 8.6 20 5,0 6,4
20 6,4
7,1 21 5.7 6.4 21 8,6 9,3
21 4,3
7,1 22 5.7 7.1 22 6,4 8,6
22 5,7
6,4 23 7.1 7.1 23 7,1 8,6
23 5,7
5,7 24 7.1 8.6 24 5,0 7,8
24 5,7
25 5.7 7.1 Rata-
25 5,7 5,7 6,6 8,0
5.7 7.1 rata
7,8 26
26 5,7
27 5.7 7.1
27 5,7 7,8
Rata- 28 5.7 7.1
6,1 7,5
rata 29 7.1 7.1
30 5.7 7.1
31 5.7 6.4
32 7.1 8.6
33 8.6 8.6
Rata-
6.4 7.6
rata
24

Lam
mpiran 6 Lembar Peengesahan UUsulan dan Desain Alat Bantu (Seekop)
Baru PT. Belfoods
B Inddonesia

L
Lembar Pengesaha
P an Usulan
n Pembelian dan Desain Alaat
Bantu
B (Sek
kop) Baru
u

Sisteem pengisiaan produk dalam kemmasan yang g dilakukan secara maanual


(tanppa menggunnakan alaat bantu) ddiduga men njadi salah satu penyyebab
muncculnya maasalah besaarnya WIP P produk. Jumlah alat bantu yyang
dibuttuhkan unttuk memen nuhi kebutuuhan karyaawan selam ma pengem masan
adalaah 16 buahh dengan addanya perubbahan padaa desain alaat bantu (seekop)
terseebut. Perubbahan desaiin yang diiusulkan peetugas dapat dilihat pada
gambbar dibawahh ini.

Keterangan :
● Sttandar pengisian produk per kemassan antara 20-21 piecees produk
● Peemberian luubang-luban ng disekitar sekop bertuujuan untuk memisahkaan
crrumb yang telah terlep pas dari prodduk agar tid
dak ikut terk
kemas
● Ukkuran penyiiduk lebih besar
b dari ukkuran penyiiduk sementara* yang
seelama ini diggunakan.
* : P keseluruuhan = 24 cmm
P sekop = 15 cm
L sekop = 8.5 cm
T sekop = 5 cm

Bogoor, Junni 2013 Menyetujui


M ,
Peetugas Asisten
n Manajer Produksi
P

( ) ( )
25

R
RIWAYA
AT HIDUP

Peenulis dilahhirkan di Lampung


L ppada tanggal 22
Februarri 1992. Pennulis merupaakan anak kketiga dari empat
e
bersauddara dari Baapak Barozi dan Ibu Maasdawati.
T ahun 2009 9 penulis lulus dari SMA Neg geri 1
Puncak Rawas, Krui,
K Lampuung Barat dan pada tahun
yang saam, penulis lulus seleksi masuk IInstitut Perttanian
Bogor ((IPB) melallui jalur Unndangan Selleksi Masuk k IPB
(USMI)) dan diterim ma sebagaii mahasiswaa di Departtemen
Ilmu ddan Tekno ologi Pangan, Fakuultas Tekn nologi
Pertanian, Instittut Pertaniaan Bogor.
Selama menimba
m ilm
mu di Institu
ut Pertanian
n Bogor, pennulis cukup p aktif
dalaam beberapaa kegiatan yyang menun njang pengeetahuan pennulis, diantaaranya
sebaagai panitiaa BAUR 20011, peserta super tra aining (Pelaatihan Bud didaya
Tanaaman) 2010 0, peserta Leadership p and Enterrpreneurshiip Forum 2012,
peseerta seminar Indonesiaan Foodbow wl Competiition 2011, peserta sem minar
Unillever Geneeral Public Lecture 2012,2 dan beberapa
b kkegiatan lainnya.
Penuulis juga seebagai peneerima beasisswa BBM pada p tahun 2009-2010 0 oleh
Direektorat Kem
mahasiswaann IPB.

Anda mungkin juga menyukai