Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usia balita merupakan masa dimana proses pertumbuhan dan perkembangan terjadi sangat
pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan gizi yang cukup dalam jumlah dan kualitas
yang lebih banyak karena balita umumnya mempunyai aktivitas fisik yang cukup tinggi dan
masih dalam proses belajar (Welassih & Wirjatmadi, 2012).Salah satu permasalahan gizi yang
sering terjadi adalah stunting.
Stunting merupakan suatu kondisi dimana kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan
gizi yang kurang dalam jangka waktu yang cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak
sesuai dengan kebutuhan gizi (Millennium Challenga Account, 2014). Kekurangan gizi pada
usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak, menyebabkan penderitanya mudah sakit
dan memiliki postur tubuh tidak maksimal saat dewasa. Kemampuan kognitif para penderita
juga berkurang, sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi jangka panjang bagi Indonesia
(Millennium Challenga Account, 2014). Kejadian stunting pada balita lebih sering mengenai
balita pada usia 12-59 bulan dibandingkan balita usia 0-24 bulan. Kejadian Stunting dapat
meningkatkan beberapa risiko misalnya kesakitan dan kematian serta terhambatnya
kemampuan motorik dan mental (Chirande et al., 2015).(Rahmayana, Ibrahim, & Damayati,
2014) Di dunia, lebih dari 2 juta kematian anak dibawah 5 tahun berhubungan langsung dengan
gizi buruk terutama akibat stunting dan wasting. Terdapat sekitar 195 juta anak yang hidup
dinegara miskin dan berkembang mengalami stunting (Rahmayana et al., 2014).
Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 di Indonesia mencatat bahwa
prevalensi stunting sebesar 37,2%, meningkat dari tahun 2010 (35,6%) dan tahun 2007
(36,8%). Kemenkes RItahun 2016 prevalensi stunting mencapai 38,9%.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan mencatat penderita stunting di Wilayah
Sumatera Selatan bertambah selama dua sampai tiga tahun terakhir (2016-2017) Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi Sumsel Lesty Nuraini mengatakan, data pada 2016 lalu Sumsel tercatat
sebagai provinsi kedua terendah jumlah penderita stunting yakni 19,2 persen. Dan pada 2017,
penderita stunting bertambah menjadi 22,8 persen (NusantaraMedcom)
Adapun beberapa daerah yang tercatat banyak ditemukan stunting di antaranya Ogan
Komering Ilir, Banyuasin, Empat Lawang, dan Musi Rawas Utara. penyebab banyaknya
ditemukan stunting karena faktor kemiskinan dan lingkungan yang tidak sehat. Serta
kurangnya pendidikan mengenai kesehatan dan juga SDM (Tenaga Ahli Kesehatan) yang ada
di daerah tersebut. Menurut IPKM 2013 (Kemenkes), Susenas 2013, dan Publikasi kemiskinan
2016 (BPS), prevalensi stunting di Ogan Komering Ilir pada 2013 adalah 40.55% dan jumlah
balita stunting adalah 35.160 jiwa. Dan tingkat kemiskinan pada 2016 di OKI mencapai
16.03% dengan jumlah penduduk miskin 128.000 jiwa.
Tingginya angka stunting di Indonesia, yakni dari 34 provinsi hanya ada dua provinsi yang
jumlahnya di bawah 20% (batas angka stunting dari WHO). Untuk mengatasinya, pemerintah
berkomitmen untuk menurunkan angka stunting melalui beberapa kebijakan kesehatan.
Kebijakan tersebut berupa program yang dicanangkan Kementerian Kesehatan RI di antaranya
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK), Pemberian Makanan
Tambahan (PMT), dan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
PIS-PK telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI nomor 39 tahun
2016 tentang pedoman penyelenggaraan PIS-PK. Program ini dilakukan dengan mendatangi
langsung ke masyarakat untuk memantau kesehatan masyarakat, termasuk pemantauan gizi
masyarakat untuk menurunkan angka stunting oleh petugas Puskesmas.
PIS-PK merupakan salah satu cara Puskesmas untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan
mendekatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga.
Diharapkan gizi masyarakat akan terpantau di seluruh wilayah terutama di daerah dan
perbatasan agar penurunan angka stunting bisa tercapai.
Kemudian, terkait PMT sudah di atur dalam Permenkes RI nomor 51 tahun 2016
tentang Standar Produk Suplementasi Gizi. Dalam Permenkes itu telah diatur Standar Makanan
Tambahan untuk Anak Balita, Anak Usia Sekolah Dasar, dan Ibu Hamil.
Pemberian makanan tambahan yang berfokus baik pada zat gizi makro maupun zat gizi mikro
bagi balita dan ibu hamil sangat diperlukan dalam rangka pencegahan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) dan balita stunting.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk memahami dan mendeskripsikan strategi pelaksanaan Advokasi Seksi Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Selatan
1.2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi gambaran dari pelaksanaan advokasi pada program


Stunting oleh Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat di Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan.
2. Untuk mengidentifikasi permasalahan pada strategi advokasi pada Seksi Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Selatan.
3. Untuk menentukan prioritas masalah dan penyebab masalah yang menjadi prioritas
dalam pelaksaan Advokasi di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan terkait
Stunting
4. Untuk mengetahui alternatif pemecahan masalah dari pelaksanaan advokasi di
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan terkait Program Stunting

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
1. Sebagai upaya untuk memperdalam ilmu promosi kesehatan, mengembangkan
kemampuan dan menambah pengalaman dalam implementasi teori yang telah
didapatkan saat menjalani perkuliahan di bagian peminatan Promosi Kesehatan,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sriwijaya.

2. Untuk membentuk Mahasiswa menjadi kompeten, memiliki daya saing tinggi serta
berintegritas yang tergolong sebagai tenaga kesehatan siap pakai dan layak pakai.

1.3.2 Bagi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan.


1. Membangun hubungan kerja sama yang saling menguntungkan, baik dan bermanfaat
antara Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan dengan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sriwijaya.

2. Mendapatkan bantuan tenaga mahasiswa sebagai mediator yang diharapkan nantinya


mampu menjadi perpangan tangan bagi Dinas Kesehatan untuk turut mensosialisasikan
dan memperkenalkan program kesehatan yang ada pasca magang.

3. Sebagai bahan evaluasi untuk membangun bidang Kesehatan Masyarakat khususnya


pada seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

1.3.3 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat


1. Menambah literatur ilmiah terkait Pelaksanaan advokasi pada Seksi Promosi Kesehatan
dan Pemberdayaan Masyarakat di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan.
2. Memiliki Mahasiswa yang kompeten, berintegritas serta diharapkan mampu menjadi
keluaran civitas akademika yang unggul dan memiliki daya saing tinggi.

1.4 Waktu dan Lokasi PKM

1.4.1 Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan Praktikum Kesehatan Masyarakat ini dimulai tanggal 1 Juli 2019 sampai
dengan 31 Juli 2019

1.4.2 Lokasi PKM

Kegiatan Praktikum Kesehatan Masyarakat bertempat di unit Seksi Promosi Kesehatan


dan Pemberdayaan Masyarakat, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan.

Anda mungkin juga menyukai