Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

BAB I ............................................................................................................................................................ 2
LAPORAN KASUS .................................................................................................................................... 2
A. Identitas Pasien .............................................................................................................................. 2
B. Anamnesis ....................................................................................................................................... 2
C. Pemeriksaan Fisik .......................................................................................................................... 3
D. Status Oftalmolog........................................................................................................................... 3
E. Resume ............................................................................................................................................ 4
F. Diagnosis ......................................................................................................................................... 4
G. Penatalaksanaan ............................................................................................................................ 4
H. Prognosis ......................................................................................................................................... 5
BAB II .......................................................................................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................................................. 6
PERDARAHAN KONJUNGTIVA ....................................................................................................... 6
Etiologi ..................................................................................................................................................... 6
Patofisiologi ............................................................................................................................................. 7
Klasifikasi ................................................................................................................................................ 8
Diagnosis .................................................................................................................................................. 8
Tatalaksana ............................................................................................................................................. 8
Prognosis ................................................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 11

1
BAB I

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
 Nama : Ny. Mersida
 Umur : 33 tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Agama : Islam
 Alamat : Pondok Kopi
 No. Rekam Medis : 00-88-83-xx

B. Anamnesis
 Tanggal Pemeriksaan : 3 Agustus 2019 (autoanamnesis)
 Keluhan Utama :
Mata kiri terlihat merah sejak 1 hari SMRS.
 Riwayat Penyakit Sekarang:
Os datang ke poli mata RSIJ Pondok Kopi dengan keluhan mata kiri terlihat merah
sejak 1 hari SMRS. Os mengatakan bahwa mata kirinya habis terkena krayon oleh
anaknya. Os juga mengeluh perih dan rasa seperti ada yang mengganjal. Kelopak mata
juga terlihat sedikit bengkak. Mata sedikit berair, kotoran mata disangkal. Tidak ada
keluhan penglihatan silau, berkabut atau berbayang. Tetapi penglihatan sedikit buram
pada mata kiri. Tidak ada keluhan demam, flu dan batuk. Os tidak ada riwayat
hipertensi, anemia, gangguan perdarahan dan pemakaian obat antikoagulan. Os
mengaku belum pergi ke dokter sebelumnya. Tetapi os mengobati matanya dengan obat
tetes insto, tetapi os mengaku tidak ada perbaikan.
• Riwayat Penyakit Dahulu:
• Baru pertama kali mengalami sakit ini.
• Riwayat memakai kacamata (+)
• Riwayat Penyakit Keluarga:
• Tidak ada
• Riwayat Alergi
• Tidak ada

2
• Riwayat psikososial
• Os keseharian sebagai ibu rumah tangga
• Makan dan tidur cukup

C. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum : tampak sakit sedang
 Kesadaran : Composmentis
 Tanda Vital
o Nadi : 82 x/menit
o Laju Napas : 23 x/menit
o Suhu : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Status generalis (tidak dilakukan pemeriksaan)
D. Status Oftalmolog
OCULAR DEXTRA PEMERIKSAAN OCULAR SINISTRA
6/8,5 VISUS 6/20 f
Ortoforia KEDUDUKAN BOLA Ortoforia
MATA
Baik ke segala arah PERGERAKAN BOLA Baik ke segala arah
MATA

Edema (-) PALPEBRA Edema (+),


Hiperemis (-) SUPERIOR Hiperemis (-)
Edema (-) PALPEBRA INFERIOR Edema (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Hiperemis (-) CONJUNGTIVA Hiperemis (+)
Papil (-) TARSALIS SUPERIOR Papil (-)
Folikel (-) Folikel (-)
Hiperemis (-) CONJUNGTIVA Hiperemis (+)
Papil (-) TARSALIS INFERIOR Papil (-)
Folikel (-) Folikel (-)
Injeksi Konjungtiva (-) CONJUNGTIVA Injeksi Konjungtiva (+)
BULBI

3
Anikterik, SKLERA Anikterik,
Injeksi Siliar (-) Injeksi Siliar (-)
Injeksi episklera (-) Injeksi episklera (-)
Jernih, KORNEA Jernih,
Edema (-), Edema (-),
Infiltrat (-) Infiltrat (-)
Hipopion (-) KAMERA OKULI Hipopion (-)
Hifema (-) ANTERIOR Hifema (-)
Kedalaman normal Kedalaman normal
Sinekia anterior (-), IRIS Sinekia anterior (-),
Sinekia posterior (-) Sinekia posterior (-)
Bulat, PUPIL Bulat,
Isokor, Isokor,
Reflex cahaya (+) Reflex Cahaya (+)
jernih LENSA jernih
Shadow test (-) Shadow test (-)

E. Resume
Os datang ke poli mata RSIJ Pondok Kopi dengan keluhan mata kiri terlihat merah sejak 1
hari SMRS. Os mengatakan bahwa mata kirinya habis terkena krayon oleh anaknya. Os juga
mengeluh perih dan rasa seperti ada yang mengganjal. Kelopak mata juga terlihat sedikit
bengkak. Mata sedikit berair, kotoran mata disangkal. Tidak ada keluhan penglihatan silau,
berkabut atau berbayang. Tetapi penglihatan sedikit buram pada mata kiri. Tidak ada keluhan
demam, flu dan batuk rejan. Os tidak ada riwayat hipertensi, anemia, gangguan perdarahan dan
pemakaian obat antikoagulan. Os mengaku belum pergi ke dokter sebelumnya. Tetapi os
mengobati matanya dengan obat tetes insto, tetapi os mengaku tidak ada perbaikan.

Pada Status Oftalmologi didapatkan VOD 6/8,5, VOS 6/20 f, Palpebra Superior OS edema
(+), Konjungtiva Tarsal Superior OS hiperemis (+), Konjungtiva Tarsal Inferior OS hiperemis
(+), Injeksi Konjungtiva OS (+).

F. Diagnosis
 Perdarahan subkonjungtiva et causa trauma okuli

G. Penatalaksanaan
 Vasacon (Nafazolin HCl) 4x1 tetes/ hari pada mata kiri

4
H. Prognosis
 Quo ad vitam : bonam
 Quo ad functionam : bonam

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

PERDARAHAN KONJUNGTIVA
Perdarahan subkonjungtiva adalah perdarahan akibat rapuhnya pembuluh darah konjungtiva atau
dapat disebabkan karena adanya trauma.1

Gambar Perdarahan Konjungtiva 𝟔

Etiologi 𝟐,𝟑
1. Manuver Valsalva (seperti batuk, tegang, muntah – muntah, bersin)
2. Traumatik (terpisah atau berhubungan dengan perdarahan retrobulbar atau ruptur bola mata)
3. Hipertensi
4. Gangguan perdarahan (jika terjadi berulang pada pasien usia muda tanpa adanya riwayat
trauma atau infeksi), termasuk penyakit hati atau hematologik, diabetes, SLE, parasit dan
defisisensi vitamin C.
5. Berbagai antibiotik, obat NSAID, steroid, kontrasepsi dan vitamin A dan D yang telah
mempunyai hubungan dengan terjadinya perdarahan subkonjungtiva, penggunaan warfarin.
6. Sequele normal pada operasi mata sekalipun tidak terdapat insisi pada konjungtiva.
7. Beberapa infeksi sistemik febril dapat menyebabkan perdarahan subkonjungtiva, termasuk
septikemia meningokokus, demam scarlet, demam tifoid, kolera, riketsia, malaria, dan virus
(influenza, smallpox, measles, yellow fever, sandfly fever).

6
8. Perdarahan subkonjungtiva telah dilaporkan merupakan akibat emboli dari patahan tulang
panjang, kompresi dada, angiografi jantung, operasi bedah jantung.
9. Penggunaan lensa kontak, faktor resiko mayor perdarahan subkonjungtiva yang diinduksi oleh
penggunaan lensa kontak adalah konjungtivakhalasis dan pinguecula
10. Konjungtivokhalasis merupakan salah satu faktor resiko yang memainkan peranan penting
pada patomekanisme terjadinya perdarahan subkonjungtiva.

Patofisiologi
Konjungtiva adalah selaput tipis transparan yang melapisi bagian putih dari bola mata
(sklera) dan bagian dalam kelopak mata. Konjungtiva merupakan lapisan pelindung terluar dari
bola mata. Konjungtiva mengandung serabut saraf dan sejumlah besar pembuluh darah yang halus.
Pembuluh-pembuluh darah ini umumnya tidak terlihat secara kasat mata kecuali bila mata
mengalami peradangan. Pembuluh-pembuluh darah di konjungtiva cukup rapuh dan dindingnya
mudah pecah sehingga mengakibatkan terjadinya perdarahan subkonjungtiva.
Perdarahan subkonjungtiva tampak berupa bercak berwarna merah terang di sclera.
Karena struktur konjungtiva yang halus, sedikit darah dapat menyebar secara difus di
jaringan ikat subkonjungtiva dan menyebabkan eritema difus, yang biasanya memiliki intensitas
yang sama dan menyembunyikan pembuluh darah. Konjungtiva yang lebih rendah lebih sering
terkena daripada bagian atas. Pendarahan berkembang secara akut, dan biasanya menyebabkan
kekhawatiran, meskipun sebenarnya tidak berbahaya. Apabila tidak ada kondisi trauma mata
terkait, ketajaman visual tidak berubah karena perdarahan terjadi murni secara ekstraokulaer, dan
tidak disertai rasa sakit.4

Secara klinis, perdarahan subkonjungtiva tampak sebagai perdarahan yang datar, berwarna
merah, di bawah konjungtiva dan dapat menjadi cukup berat sehingga menyebabkan kemotik
kantung darah yang berat dan menonjol di atas tepi kelopak mata.

7
Klasifikasi
Perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi secara spontan, akibat trauma, ataupun infeksi.
Perdarahan dapat berasal dari pembuluh darah konjungtiva atau episclera yang bermuara ke ruang
subkonjungtiva.

.Berdasarkan mekanismenya, perdarahan subkonjungtiva dibagi menjadi dua, yaitu : 5

1. Perdarahan subkonjungtiva tipe spontan


Sesuai namanya perdarahan subkonjungtiva ini adalah terjadi secara tiba – tiba
(spontan). Perdarahan tipe ini diakibatkan oleh menurunnya fungsi endotel sehingga
pembuluh darah rapuh dan mudah pecah. Keadaan yang dapat menyebabkan pembuluh
darah menjadi rapuh adalah umur, hipertensi, arterisklerosis, konjungtivitis hemoragik,
anemia, pemakaian antikoagulan dan batuk rejan.
Perdarahan subkonjungtiva tipe spontan ini biasanya terjadi unilateral. Namun pada
keadaan tertentu dapat menjadi bilateral atau kambuh kembali; untuk kasus seperti ini
kemungkinan diskrasia darah (gangguan hemolitik) harus disingkirkan terlebih dahulu.

2. Perdarahan subkonjungtiva tipe traumatik


Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien sebelumnya mengalami trauma di mata
langsung atau tidak langsung yang mengenai kepala daerah orbita. Perdarahan yang
terjadi kadang – kadang menutupi perforasi jaringan bola mata yang terjadi.

Diagnosis
Diagnosis dibuat secara klinis dan anamnesis tentang riwayat dapat membantu penegakan
diagnosis dan terapi lebih lanjut. Ketika ditemukan adanya trauma, trauma dari bola mata atau
orbita harus disingkirkan. Apabila perdarahan subkonjungtiva idiopatik terjadi untuk pertama
kalinya, langkah-langkah diagnostik lebih lanjut biasanya tidak diperlukan. Dalam kejadian
kekambuhan, hipertensi arteri dan kelainan koagulasi harus disingkirkan.

Pemeriksaan fisik bisa dilakukan dengan memberi tetes mata proparacaine (topikal anestesi)
jika pasien tidak dapat membuka mata karena sakit; dan curiga etiologi lain jika nyeri terasa berat
atau terdapat fotofobia.

8
Memeriksa ketajaman visual juga diperlukan, terutama pada perdarahan subkonjungtiva
traumatik. Salah satu studi mengenai perdarahan subkonjungtiva traumatik dan hubungannya
dengan luka / injuri lainnya oleh Lima dan Morales di rumah sakit Juarez Meksiko tahun 1996 –
2000 menyimpulkan bahwa sejumlah pasien dengan perdarahan subkonjungtiva disertai dengan
trauma lainnya (selain pada konjungtiva), ketajaman visus < 6/6 meningkat dengan adanya
kerusakan pada selain konjungtiva. Maka dari itu pemeriksaan ketajaman visus merupakan hal
yang wajib pada setiap trauma di mata sekalipun hanya didapat perdarahan subkonjungtiva tanpa
ada trauma organ mata lainnya 7

Selanjutnya, periksa reaktivitas pupil dan mencari apakah ada defek pupil, bila perlu,
lakukan pemeriksaan dengan slit lamp. Curigai ruptur bola mata jika perdarahan subkonjungtiva
terjadi penuh pada 360°. Jika pasien memiliki riwayat perdarahan subkonjungtiva berulang,
pertimbangkan untuk memeriksa waktu pendarahan, waktu prothrombin, parsial tromboplastin,
dan hitung darah lengkap dengan jumlah trombosit.

Tatalaksana 𝟕
Perdarahan subkonjungtiva biasanya tidak memerlukan pengobatan. Pengobatan dini pada
perdarahan subkonjungtiva ialah dengan kompres dingin. Perdarahan subkonjungtiva akan hilang
atau diabsorpsi dalam 1- 2 minggu tanpa diobati.

Pada bentuk-bentuk berat yang menyebabkan kelainan dari kornea, dapat dilakukan
sayatan dari konjungtiva untuk drainase dari perdarahan. Pemberian air mata buatan juga dapat
membantu pada pasien yang simtomatis. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, dicari penyebab
utamanya, kemudian terapi dilakukan sesuai dengan penyebabnya. Tetapi untuk mencegah
perdarahan yang semakin meluas beberapa dokter memberikan vasacon (vasokonstriktor) dan
multivitamin. Air mata buatan untuk iritasi ringan dan mengobati faktor risikonya untuk mencegah
risiko perdarahan berulang.

Perdarahan subkonjungtiva harus segera dirujuk ke spesialis mata jika ditemukan kondisi
berikut ini :

1. Nyeri yang berhubungan dengan perdarahan.


2. Terdapat perubahan penglihatan (pandangan kabur, ganda atau kesulitan untuk
melihat)

9
3. Terdapat riwayat gangguan perdarahan
4. Riwayat hipertensi
5. Riwayat trauma pada mata.

Prognosis
Perdarahan konjuntiva hampir selalu sembuh sendiri. Tanpa diobati, mata merah dapat
hilang sendiri selama 10-14 hari.1

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 2017.
2. Subconjunctival hemorrhage: risk factors and potential indicators.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3702240/
3. Subconjungtival Hemorrhage. American Academy of Ophthalmology.
https://www.aao.org/eye-health/diseases/what-is-subconjunctival-hemorrhage
4. Lemp M A. Contact Lenses and Allergy: Structure and Function of the Tear Film. Curr
Opin Allergy Clin Immunol.. 2008;8(5):457-460.
5. Ophthalmology. New Age Books; 2003.
6. Gambar perdarahan konjungtiva : https://www.aao.org/eye-health/diseases/what-is-
subconjunctival-hemorrhage
7. Chern, K. C. Emergency Ophthalmology: A Rapid Treatment Guide. 1st ed. 2002.
McGraw-Hill, Massachusetts.
8. Ilyas,Sidharta, Kelainan Refraksi dan Kacamata Glosari Sinopsis,edisi II,balai penerbitan
FKUI,2006,Jakarta
9. Ilyas,Sidharta,dkk. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa
Kedokteran,edisi II,sagung seto,2002,Jakarta
10. Ilyas,Sidharta,dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata, FK UI, 2003. Jakarta
11. James, Bruce. Et al. Lectures Notes Oftalmology, edisi 9. Erlangga Medical Series, 2005,
Jakarta.
12. Vaughan, Daniel; Asbury, Taylor; Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum. Edisi 14. KDT.
2000,Jakarta
13. Kansky JJ. Degeneration and dysthropies of the fundus. In: Kansky JJ. Clinical
Ophthalmology. 5th ed. Toronto: Butterworth-Heinemann; 2003. p. 410-4
14. Vaughan DG, Asbury T, Eva-Riordan P. Oftalmologi umum. Edisi 14. 2000. Jakarta:
Widya Medika. Hal. 320-4
15. American Academy of Ophtalmology Staft. External disease and Conjunctiva, San
Frasisco, 2010-2011, LED
16. Lemp M A. Contact Lenses and Allergy: Structure and Function of the Tear Film. Curr
Opin Allergy Clin Immunol.. 2008;8(5):457-460.

11
17. Taylor D C, et all.. Bell palsy [Internet]. 2014 [cited June 7th, 2015]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1146903
18. Brightbill F. Corneal Surgery: Theory, Technique and Tissue. Mosby; 2009.
19. TK P. Best Aid to Ophthalmology. Jaypee Brothers,Medical Publishers Pvt. Limited; 2013.
20. Goycoolea MV, De Souza C. Atlas of Otologic Surgery and Magic Otology: The
International Team Approach Based on Pathogenesis. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publishers; 2012.
21. Hoyt C, Taylor D. Pediatric Ophthalmology and Strabismus,Expert Consult - Online and
Print,4: Pediatric Ophthalmology and Strabismus. Saunders/Elsevier; 2012.
22. Friedman N, Kaiser P. Essentials of Ophthalmology. Saunders Elsevier; 2007.

12

Anda mungkin juga menyukai