Pemeriksaan Vital Sign
Pemeriksaan Vital Sign
Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi pengukuran suhu badan, denyut nadi, tekanan darah, dan
pernapasan.
Tekanan Darah
Untuk pengukuran tekanan darah alat yang diperlukan adalah sebuah sphygmomanometer
dan stetoskop. Sphygmomanometer memiliki beberapa bentuk yaitu sphygmomanometer merkuri
(air raksa), aneroid, atau elektronik. Untuk menentukan tekanan darah dengan tepat harus
diperhatikan ukuran manset yang sesuai, manset harus dapat mengembang paling sedikit 2/3
keliling lingkaran lengan.
Neonatus 5 cm
Anak >5 tahun 12 cm
Manset yang biasa tersedia 23 cm
Lengan yang normal dan lengan yang kurus 35 cm
Lengan yang berotot dan gemuk 42 cm
Tekanan darah pada sistem arteri bervariasi sesuai dengan siklus jantung, yaitu memuncak
pada waktu sistolik dan sedikit menurun pada waktu diastolik. Beda antara tekanan sistolik dan
diastolik disebut tekanan nadi.
Pada waktu ventrikel berkonstraksi, darah akan dipompakan ke seluruh tubuh. Keadaaan ini
disebut keadaan sistolik, dan tekanan aliran darah pada saat itu disebut tekanan darah sistolik.
Pada saat ventrikel sedang rileks, darah dari atrium masuk ke ventrikel, tekanan aliran darah
pada waktu ventrikel sedang rileks disebut tekanan darah diastolik.
Tingginya tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya aktifitas fisik, keadaan
emosi, rasa sakit, suhu sekitar, penggunaan kopi, tembakau, dll.
Denyut Nadi
Jantung bekerja memompa darah ke sirkulasi tubuh (oleh ventrikel kiri) dan paru ( oleh
ventrikel kanan). Melalui ventrikel kiri, disemburkan darah ke aorta dan kemudian diteruskan ke
arteri di seluruh tubuh. Sebagai akibatnya, timbullah suatu gelombang tekanan yang bergerak cepat
pada arteri dan dapat dirasakan sebagai denyut nadi. Dengan menghitung frekuensi denyut nadi,
dapat diketahui frekuensi denyut jantung dalam 1 menit. Lokasi pemeriksaan nadi dapat dilakukan
pada : a.radialis, a.karotis, a.brakialis, a.femoralis,a.poplitea, a.tibialis posteriior, a.dorsalis pedis.
Pada prinsipnya, pulsasi arteri dapat diraba jika arteri tersebut memiliki dasar yang keras. Dalam
praktek sehari-hari, pemeriksaan pulsasi a.radialis paling sering dilakukan.
b. Isi Nadi
Tergantung pada curah jantung ( cardiac output) dan keadaan pembuluh darah. Macamnya :
1. Pulsus parfus (kecil)
2. Pulsus magnus ( besar )
c. Gelombang nadi
Macamnya :
1. Pulsus celer ( gelombang nadi tinggi) contoh : aorta insufisiensi, arterio venous fistula,
anemia gravis, beri-beri, basedow, patent ductus arteriosus (PDA)
2. Pulsus tardus ( gelombnag nadi rendah), contoh : aorta stenosis.
f. Frekuensi
1. Takikardia ( > 100 kali / menit )
Contoh : febris (demam), shock, dekompensasi jantung ( payah jantung), hipertiroid.
2. Bradikardia ( <60 kali / menit )
Contoh : kongenital, atlet, mixedema, kaheksia, peninggian tekanan intra kranial,
stadium rekonvalesen.
3. Takikardia relatif
Contoh : tuberkulosis paru
4. Bradikardia relatif
Contoh : demam typhoid, meningitis tuberkulosis
g. Irama
1. Pulsus reguler ( irama nadi teratur )
2. Pulsus ireguler ( irama nadi tidak teratur )
Contoh : sinus aritmia, ekstra sistolik, pulsus bigeminus, pulsus trigeminus, pulsus defisit
( atrial fibrilasi )
h. Pulsus paradoksus
Pulsasi yang melemah selama inspirasi, contoh : perikarditis adhesiva.
i. Pulsus Diferens
Pulsasi yang tidak sama pada kedua sisi tubuh yang bersesuaian
j. Keadaan dinding pembuluh darah
Perubahan di lapisan medial a.radialis dapat diketahui dengan palpasi. Penebalan dapat
ditemukan pada arteri orang tua.
Pernafasan
Bernafas adalah sutu tindakan yang tidak disadari, diatur oleh batang otak dan dilakukan
dengan bantuan otot-otot pernapasan. Pada suatu inspirasi, diafragma dan otot-otot intrekostalis
berkontraksi, memperluas rongga toraks dan memekarkan paru-paru. Dinding dada akan bergerak
ke atas, ke depan, dan ke lateral, sedangkan difragma bergerak ke bawah. Setelah inspirasi berhenti,
paru-paru akan mengkerut, diafragma akan naik secara pasif dan dinding dada akan kembali ke
posisi semula.
Penilaian pada pemeriksaan pernafasan dapat meliputi :
1. Tipe pernafasan
a. Pernafasan abdomino-torakal : Pernafasan abdominal lebih dominan dibandingkan
toraks, umumnya pada leki-leki.
b. Pernafasan torako-abdominal : Pernafasan torakal lebih dominan dibanding abdomen,
pada perempuan.
2. Frekuensi
a. Normal : (12-20 kali permenit, tetapi ada pula yang menyatakan 8-16 kali/menit.
b. Polipnea (Takipna) : pernafasan yang cepat.
c. Oligopnea (Bradipnea) : pernafasan yang lebih lambat.
3. Kedalaman Pernafasan
a. Pernafasan normal
b. Pernafasan dangkal
c. Pernafasan dalam
4. Bau pernafasan
Suhu Badan
Suhu badan diperiksa dengan termometer badan dapat berupa termometer air raksa atau
termometer elektrik. Pemeriksaan dapat dilakukan pada mulut, aksila, lipat paha atau rektum.
Pengukuran suhu melalui mulut biasanya lebih mudah dan hasilnya lebih tepat dibandingkan
melalui rektum, tetapi termometer air raksa dengan kaca tidak seyogyanya dipakai untuk mulut,
pada penderita yang tidak sadar, gelisah, atau tidak dapatmenutup mulutnya. Pemeriksaan secara
rektum biasanya memberikan hasil pemeriksaan yang lebih tinggi sebesar 0,4 – 0,5 derajat
dibandingkan lewat mulut. Suhu tubuh normal : 36,6˚C – 37,2 ˚C. Pada cuaca yang panas dapat
meningkatkan hingga 0,5˚C dari suhu normal. Suhu aksila 0,5˚C lebih rendah dari suu mulut.
Jenis suhu:
- Sub febril / Sub febris
- Febril / Febris / Pireksia
- Hiperpireksia (> 41,6 ˚C), comtoh : heat stroke, malignant hyperthermia.
- Hipotermia (< 35 ˚C), contoh hipotiroidism, paparan terhadap dingin.
PELAKSANAAN PELATIHAN
Catatan : pada praktiknya, untuk menghemat waktu pada saat menunggu pengukuran suhu juga
dibarengi dengan pemeriksaan nadi dan napaas.