Anda di halaman 1dari 6

Birokrasi dan Perubahan Sosial

I. PERUBAHAN SOSIAL
Perubahan social merupakan suatu fenomena kehidupan yang dialami oleh
semua masyarakat, karena masyarakat itu sendiri tidak pernah tetap tetapi selalu
berubah dalam aspek kehidupannya. Bahkan dapat dikatakan bahwa gejala yang tetap
dari suatu masayarakat adalah perubahan.
Kasnawi (2000) menjelaskan bahwa perubahan social yang terjadi dalam suatu
masyarakat ada yang cepat dan ada yang lambat, dimana hal tersebut tergantung dari
seberpa jauh masyarakat itu sendiri mau menerima perubahan misalnya menyangkut
cara bersikap, cara berpikir, maupun cara bertindak.
Dalam kaitan antara birokrasi dan perubahan social, tidak semua perubahan
social dalam masyarakat modern dilakukan secara birokratis. Berbagai kebiasaan baru
dapat saja muncul tanpa intervensi birokrasi (Balu dan Meyer 2000,2013)
Ada berbagai sumber – sumber perubahan social yang pada hakikatnya dapat
dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Faktor Intern
faktor intern adalah berbagai kondisi atau perkembangan – perkembangan social
yang terjadi yang mendorong terjadinya perubahan social dalam kehidupan
masyarakat itu sendiri. Faktor – faktor tersebut antara lain :
a. Penemuan baru
Penemuan baru dapat dibagi menjadi 2 hal yaitu yang bersifat material dan
immaterial.
b. Gerakan social
Gerakan social menurut Herbert Bummer (dlaam Lawang,2000) dapat dilihat
sebagai usaha kolektif untuk menegakkan suatu tata kehiduan baru, diamana
tujuan gerakan sosia adalah perubahan social
c. Demografis
Perubahan – erubahan komposisi atau perkembangan penduduk yang besar dan
cepat baik itu menyangkut pertambahan ataupun pengurangan dapat
menyebabkan terjadinya perubahan social
d. Karisma Individu
Karisma merupakan suatu kualitas yang sangat luar biasa pada seorang individu
yang jarang dimiliki oleh orang lain yang merupakan sumber otoritas dan
kewenangan baginya dimana orang lain mengikuti dan percaya apa yang
dikatakan jika orang yang memiliki karisma tersebut ingin mengadakan suatu
perubahan social maka kemungkinan besar masyarakat akan mengikutinya.
e. Konflik
Dalam suatu organisasi dapat terjadi suatu konflik atau pertentangan antara
kepentingan pimpinan dan bawahan, atau antara orang dengan kelompok atau
kelompok dengan kelompok lain. Keadaan seperti itu akan menimbulkan suatu
kecenderungan mengenai kepentingan masing – masing kelompoknya yang
pada akhirnya akan mengarah kepada suatu perubahan social dalam
masyarakat itu sendiri.
2. Faktor ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar masyarakat itu sendiri yang
menyebabkan terjadinya perubahan social, antara lain :
a. Budaya asing
Bangsa Indonesia,misalnya yang dulu belum mengenal agama
(Hindu,Protestan,Islam dan sebagainya) maka setelah agama tersebut masuk ke
Indonesia maka agama tersebut telah mengubah system social yang ada dalam
masyarakat tersebut.
b. Penjajahan
Misalnya Indonesia yang cukup lama dijajah belanda akan menyebabkan
terjadinya perubahan system social dalam masyarakat Indonesia
c. Lingkungan alam
Perubahan ingkungan / alam yang sengaja maupun tidak sengaja akan
menyebabkan masyarakat mengubah serta menyesuaikan diri dengan
lingkungan alam yang telah berubah.
A. SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL
Sikap hidup merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan pola berpikir
suatu anggota masyarakat serta mempengaruhi perbuatan dan tindakan mereka.
Dalam Negara yang masih dalam keadaan transisi dari Negara tradisional ke modern,
sikap atau perilaku masyarakat pada umumnya dipengaruhi oleh aspek – aspek
tradisional, yaitu aspek tradisi adat istiadat dan kebiasaan agama.
Disamping faktor tersebut di atas cukup banyak faktor- faktor lain yang berperan
dalam membentuk sikap dan perilaku anggota masyarakat seperti informasi, nilai – nilai
budaya baru, motivasi serta pemimpin yang dianutnya.
II. BIROKRASI DAN PERUBAHAN SOSIAL
A. BIROKRASI MASA REVOLUSI DAN DEMOKRASI PARLEMENTER
Alfian dan Sjamsuddin (1991;185) menjelaskan bahwa dalam periode
revolusi kemerdekaan yang berlangsung sampai tahun 1950-an terjadi
perubahan – perubahan yang mendasar baik secara structural maupun cultural.
Nilai – nilai kemerdekaan dan demokrasi berkembang pesat dalam waktu
yang cukup singkat di mana nilai – nilai terdahulu seperti feodalisme mulai di
tinggalkan. Dan seiring dengan tumbuhnya semangat demokrasi maka pola
perilaku birokrasi pemerintah yang bersikap sebagai tuan rumah tersebut di
gugat karena dianggap tidak demokratis,feodalis,dll.
Dengan berakhirnya zaman penjajahan, Indonesia terlepas dari belenggu
asing dan mulai meninggalkan kehidupan yang cenderung feudal – aristokratis.
Sejak saat itu pula Indonesia berupaya untuk menjadisuatu Negara modern
dengan mengadopsi pemikiran barat, yaitu dengan system demokrasi
parlementerdengan segala atribut dan perangkatnya
Pada system demokrasi parlementer maka landasan berpijak yang pokok
adalah liberalisme dan individualise, dimana nilai – nilai kebebasan mendapat
porsi yang penting. Rakyat serta penguasa pada system demokrasi parlementer
mempunyai kedudukan sama yang tercermin dalam lembaga legislative dan
eksekutifnya.
B. BIROKRASI MASA EMOKRASI TERPIMPIN (1959-1966)
Untuk mengatasi permasalahan ekonomi yang sedang dihadapi maka
salah satu strategi yang yang diterapkan pada masa ini, yaitu dilakukan
pengambilan perusahaan asing seperti perkebunan, bank dan perusahaan
dagang Belanda menjadi milik nasional, dimana perwira – perwira angkatan
bersenjata kebanyakan ditempatkan pada posisi – posisi yang penting dalam
manajemen perusahaan tersebut.
Lembaga – lembaga atau organisasi non pemerintah yang berusaha
mengontrol kekuasaan birokrasi sering mendapat perlawanan dengan timbulnya
pengekangan terhadap kebebasan pers dan akademik, berkurangnya kebebasan
kehakiman dan akhirnya kewenangan parlemen ternyata hanya merupakan
stempel saja. Sebagai contoh PKI yang dianggap sebagai kekuatan utama di liar
birokrasi yang menentang keras adanya kapitalisme birokrasi
C. BIROKRASI DAN PERUBAHAN SOSIAL
Anne Booth dan Peter McCawley (dalam Castles,Nurhadiantom dan
suyatni,1986) menjelaskan mengenai beberapa perubahan yang terutama
diakitbatkan oleh pembangunan ekonomi dimana terlihat adanya peranan yang
kuat dari birokrasi dalam pembangunan yang mengakibatkan
terjadinyanperubahan – perubahan, yaitu :
1. Teknologi baru
Teknologi mempunyai peranan penitng dalam menciptakan perubahan. Di
Indonesia, pemerintahlah yang menenttukan jenis teknologi apa yang akan
digunakan untuk meningkatkan produktivitas, speerti di bidang
pertambangan, perikanan dan pertanian
2. Perubahan kelembagaan
Salah satu contoh perubahan kelembagaan adalah sewaktu dilaksanakannya
program Bimas dalam rangka usaha – usaha meningkatkan produksi beras
dan memperbaiki system pemasarannya sekitar tahun 1960-1970an.
3. Sikap terhadap prioritas pembangunan
Terjadniya perubahan sikap pemerintahan menyangkut skala prioritas
pembangunan speerti penerapan system ekonomi terpimpin skeitar tahun
1960an serta perubahan system ekonomi kedalam pola sosialisme Indonesia
yang mengedepankan pemerintah dalam segala bidang.

Dengan terjadinya tatanan ekonomi baru sebagai dampak dari adanya Bordeless
Economy sebagai dampak dari era globalisasi maka terjadi empat perubahan
kontekstual seperti disampaikan oleh Mustopadidajaja(1997,33), yaitu :

1. Perubahan pola usaha yang mengarah kepada pemenuhan kebutuhan


pelanggan sebelumnya hanya berorientasi kepada produk
2. Pada situasi saat ini dimana perekonomian global adalah tanpa batas
(hoderless), ukuran keberhasilan usaha suatu organisasi yang berorientasi
pada bisnis tidak hanya tertumpu pada kualitas barang dan harganya saja,
melainkan juga bagaimana barang dan jasa yang dibutuhkan konsumen dapat
menjangkau konsumen pada saat yang tepat sehingga dibutuhkan pelayan
yang tepat waktu
3. Pemenuhan keperluan akan barang dan jasa membutuhkan suatu dukungan
organisasi yang fleksibel, yang tidak lagi berpola tradisional dengan hierarki
dan jenjang yang gemuk, tetapi lebih ditekankan pada suatu organisasi dengan
jaringan kerja yang inovaatif dan dappat bergerak dengan cepat dalam
mencapai konsumennya.
4. Dalam hal keperluan untuk menyesuaikan barang dan jasa yang diperlukan
pelanggan, membutuhkan kerja di dalam kelompok yang mampu beradaptasi
dengan cepat dan gesit.

Menurut Bennis (dalam Thoha, 1995:103) sedikitnya ada empat hal yang saling
berkaitan mengapa posisi dan peran birokrasi harus berubah, yaitu :

1. Adanya masalah – masalah kemanusiaan yang karena tingkat pendidikan


makin baik membawa tuntutan hidup makin meningkat
2. Adanya perubahan yang cepat di sekitar kita karena ilmu pengetahuan yang
senantiasa berkembang, yang terkadang tidak dapat kita harapkan dan sulit
diprediksi.
3. Adanya pertumbuhan yang kurang ditunjang oleh kemampuan organisasi
pemerintah
4. Kecanggihan teknologi modern yang membutuhkan adanya spesialisasi dan
keterpaduan aktivitas organisasi serta orang – orangnya dalam setiap
kegiatan pemerintahan
KESIMPULAN

Keadaan suatu masyarakat tidak pernah tetap akan tetapi akan selalu ada perubahan
baik lambat maupun cepat dan sebaliknya, gejala yang tetap dari suatu masyarakat adalah
perubahan.
Perubahan social dalam suatu masyarakat modern dapat terjadi secara spontan, namun
dalam penerapan suatu kebijakan social yang baru peranan birokrasi sangat dominan. Faktor
penyebab perubahan social dapat berasal dari dalam masyarakat itu sendiri .
Pada periode kemerdekaan, terjadi perubahan yang mendasar di mana pola perilaku
birokrasi pemerintah dikritik karena dianggap tidak demokrasi atau feodalistik keinginan untuk
menduduki jabatan dalam birokrasi pemerintah sebagai sesuatu yang sangat dihormati sudah
mulai berkurang.
Pada masa demokrasi terpimpin, pelaksanaan nasionalisasi perusahaan asing
mengalami salah arus dan disalahgunakan untuk kepentingan pribadi para birokrat. Birokrasi
menekan lembaga atau organisasi non pemerintah yang berusaha mengkritiknya.
Peran yang kuat dari birokrasi dalam pembangunan ekonomi akan menyebabkan
terjadinya perubahan – perubahan seperti misalnya di bidang teknologi baru, perubahan
kelembagaan atau sikap pemerintah menyangkut proritas pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai