Anda di halaman 1dari 8

KEANEKARAGAMAN GASTROPODA DAN BIVALVIA

DI PANTAI KELAPA TUBAN, JAWA TIMUR

Imam Arifin, Riska Octaviani, M Khoirul Ansyori, Oki Wahyu Dwi Judianti

Jurusan Biologi – FMIPA Universitas Negeri Surabaya, Email : okiwahyue@yahoo.co.id

ABSTRAK
Dalam setiap wilayah tertentu mempunyai tingkat keanekaragaman flora dan
fauna yang berbeda – beda. Begitu juga di Pantai Kelapa Tuban, mengetahui tingkat
keanekaragaman dan jenis - jenis suatu fauna dalam batasan lebih spesifik yaitu Gastropoda
dan Bivalvia banyak memberikan manfaat dan kebijakan disamping Pantai Kelapa adalah
kawasan wisata yang banyak mendapatkan tekanan baik secara fisik maupun kimiawi di
setiap daerah intertidalnya.Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat
keanekaragaman Gastropoda dan Bivalvia di kawasan Pantai Kelapa, mengetahui
perbandingan preferensi Gastropoda dan Bivalvia di kawasan Pantai Kelapa, mengetahui
jenis Gastropoda dan Bivalvia yang mendominasi pada setiap intertidal.Penelitian dilakukan
pada tanggal 15 November 2011 di Pantai Kelapa Tuban dalam keadaan pantai surut
maksimal antara jam 09.00-11.00. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah
metode observasi daerah intertidal dalam satu garis transek dari tepi pantai kea rah laut.
Membuat dua kuadran sampling berukuran 1m x 1m pada setiap daerah dan mencatat semua
jumlah serta jenis Gastropoda dan Bivalvia yang ada pada setiap kuadran. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa di Pantai Kelapa Tuban dapat di jumpai Gastropoda dari 8 famili dan
Bivalvia 2 famili diantaranya adalah Turritellidae, Muricidae, Melongenidae, Bursidae,
Pyramidellidae, Buccinidae, Cymatiidae, Nassariidae, Arcidae, Veneridae. Famili yang
mendominasi pada setiap intertidal adalah family Turritellidae. Tingkat keanekaragaman
Gastropoda dan Bivalvia di Pantai Kelapa masih rendah. Gastropoda memiliki preferensi
terhadap jenis substrat habitatnya.

PENGANTAR
Pantai Kelapa merupakan salah satu pantai di wilayah Kabupaten Tuban Jawa Timur
yang memiliki potensi keanekaragaman hayati sangat besar. Wilayah ini meliputi bentangan
yang cukup luas dan merupakan pantai berpasir. Kondisi ini menyebabkan Pantai Kelapa
menjadi tempat tujuan wisata yang sangat diminati oleh berbagai kalangan. Sebagai
ekosistem pantai berpasir, Pantai Kelapa memiliki ciri khas dengan komunitas flora dan
fauna tertentu. Pada saat air laut surut sebagian kawasan pantai ini akan merupakan wilayah
terbuka (tidak terendam air) dan menjadi wilayah yang sangat menarik untuk perburuan
maupun kepentingan lainnya. Sebagai daerah tujuan wisata, Kekayaan flora dan fauna Pantai
Kelapa dari tahun-ketahun terus mengalami tekanan yang sangat signifikan. Pengambilan
organisme intertidal dilakukan oleh wisatawan dan masyarakat sekitar Pantai Kelapa secara
terus menerus sepanjang tahun, menjadi salah satu faktor penyebab menurunnya potensi
hayati yang dimiliki. Dalam waktu yang tidak terlalu lama kondisi ini akan merubah tingkat

1
keseimbangan ekosistem yang pada akhirnya akan menurunkan dan merusak potensi hayati.
(Satino,2005). Pantai Kelapa, khususnya zona intertidal merupakan daerah yang paling
mudah dan paling banyak berinteraksi dengan aktivitas manusia, karena daerah ini
merupakan wilayah peralihan antara ekosistem perairan dengan ekosistem daratan. Wilayah
ini akan terendam air laut pada waktu air pasang dan akan menjadi daerah terbuka pada saat
air laut surut. Kondisi ini menjadikan pantai Kelapa sebagai tempat yang paling mudah untuk
dieksploitasi. Selain itu, daerah intertidal juga merupakan wilayah laut yang paling besar
memperoleh tekanan baik secara fisik maupun kimia. Gastropoda dan Bivalvia merupakan
salah satu kelompok organisme invertebrata yang banyak ditemukan dan hidup di daerah
intertidal.
Gaster artinya perut, dan podos artinya kaki. Jadi Gastropoda adalah hewan yang
bertubuh lunak, berjalan dengan perut yang dalam hal ini disebut kaki. Gerakan Gastropoda
disebabkan oleh kontraksi-kontraksi otot seperti gelombang, dimulai dari belakang menjalar
ke depan. Sebagian besar Gastropoda mempunyai cangkang (rumah) dan berbentuk kerucut
terpilin (spiral). (Oemarjati , 1990)
Kerang yang hidup di laut dan remis yang hidup di air tawar adalah contoh kelas
Bivalvia. Hewan Bivalvia bisa hidup di air tawar, dasar laut, danau, kolam, atau sungai yang
lainnya banyak mengandung zat kapur. Zat kapur ini digunakan untuk membuat
cangkangnya. Hewan ini memiliki dua kutub (bi = dua, valve = kutub) yang dihubungkan
oleh semacam engsel, sehingga disebut Bivalvia. Kelas ini mempunyai dua cangkang yang
dapat membuka dan menutup dengan menggunakan otot aduktor dalam tubuhnya. Cangkang
ini berfungsi untuk melindungi tubuh. (Anonim, 2000)
Gastropoda dan Bivalvia memiliki adaptasi khusus yang memungkinkan dapat
bertahan hidup pada daerah yang memperoleh tekanan fisik dan kimia seperti terjadi pada
daerah intertidal. Organisme ini juga memiliki adaptasi untuk bertahan terhadap arus dan
gelombang. Namun, Gastropoda dan bivalvia tidak memiliki kemampuan untuk berpindah
tempat secara cepat (motil), sehingga menjadi organisme yang sangat mudah untuk
ditangkap. Berdasarkan dari faktor tersebut, maka dirasa perlu untuk meneliti tingkat
keanekaragaman Gastropoda dan Bivalvia di daerah intertidal khususnya di pantai Kelapa.
Data penelitian ini akan sangat diperlukan untuk memonitor perubahan tingkat
keanekaragaman Gastropoda dan bivalvia di pantai kelapa terutama akibat tekanan dan
eksploitasi wisatawan dan masyarakat sekitar, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu
pertimbangan untuk menentukan kebijakan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat
keanekaragaman Gastropoda dan Bivalvia di kawasan Pantai Kelapa, mengetahui

1
perbandingan preferensi Gastropoda dan Bivalvia di kawasan Pantai Kelapa, mengetahui
jenis Gastropoda dan Bivalvia yang mendominasi pada setiap intertidal.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan metode observasi daerah intertidal dalam satu garis
transek dari tepi pantai kea rah laut. Membuat dua kuadran sampling berukuran 1m x 1m
pada setiap daerah dan mencatat semua jumlah serta jenis Gastropoda dan Bivalvia yang ada
pada setiap kuadran.
Pada penelitian ini objek yang di teliti adalah Gastropoda dan Bivalvia yang terdapat
di kawasan pantai Kelapa, Tuban. Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rafia yang diberi skala, pasak, cetok, pinset, nampan, ember, kantong plastik, alat tulis,
kamera dan buku panduan identifikasi Mollusca.
Penelitian diawali dengan persiapan alat dan bahan di Laboratorium Taksonomi
Avertebrata Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Surabaya pada tanggal 25
November 2011. Pada tanggal 26 November 2011 dilakukan penelitian mandiri dilokasi
penelitian. Kegiatan penelitian dilakukan pada saat kondisi pantai Kelapa surut maksimal
pada pukul 09.00 – 11.00. Untuk identifikasi spesimen dilakukan pada tanggal 2-4 Desember
2011. Adapun inventarisasi data dilakukan dengan mencatat semua jumlah, jenis dan habitat
dari Gastropoda dan Bivalvia yang bersangkutan. Inventarisasi data juga dilakukan
penggalian kuadran untuk mengetahui species infauna dan mendokumentasikan fosil dari
Gastropoda dan Bivalvia yang ada. Untuk penanganan sampel dilapangan yang dilakukan
adalah Semua spesies yang ditemukan dibersihkan dari lumpur atau substrat lain yang
melekat, pesimen tersebut dipisahkan berdasarkan takson masing-masing. Sedangkan untuk
penangan sampel di Laboratorium adalah mengidentifikasi spesies yang belum teridentifikasi.

HASIL
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dikawasan Pantai Kelapa, Tuban terdapat 10
famili Gastropoda & Bivalvia yang ada pada setiap intertidal.

1
Perbandingan Jumlah Gastropoda & Bivalvia
Pada Setiap Famili
16
14
12
Jumlah Spesies

10
Intertidal Atas
8
6 Intertidal Tengah
4 Intertidal Bawah
2
0

Famili

Gambar 1. Grafik perbandingan jumlah Gastropoda & Bivalvia pada setiap family dalam
setiap intertidal
Tabel 2. Jenis – jenis Gastropoda & Bivalvia yang dijumpai di daerah Intertidal Pantai
Kelapa Tuban.
No Kelas Ordo Famili Nama Species
1. Gastropoda Mesogastropoda Turritellidae Turritella terebrae
Heliacus varregtus
Sorbeoconcha Muricidae Murex trapa
Murex nigrispinosus
Thais carinifera
Bedeva blosvillei
Melongenidae Hemifusus ternatanus
Bursidae Bursa Sp
Pyramidellidae Pyramidella sulcata
Neogastropoda Buccinidae Pugilina cochlidium
Cymatiidae Gyrineum butuberculare
Neogastropoda Nassariidae Nassarius optimus
Nassarius siquijorensis
Nassarius limnaeiformis
2. Bivalvia Taxodonta Arcidae Barbatia decussate
Eulamellibranchia Veneridae Sunetta truncate
Timoclea marica

1
Tabel 3: Indeks Diversitas/Keanekaragaman jenis Gastropoda & Bivalvia

Index
NO Species Diversitas 11 Gyrineum butuberculare 0,1973
1 Turritella terebrae 0,1022 12 Nassarius optimus 0,0446
2 Heliacus varregtus 0,3655 13 Nassarius siquijorensis 0,1648
3 Murex trapa 0,1022 14 Nassarius limnaeiformis 0,1022
4 Murex nigrispinosus 0,0446 15 Barbatia decussate 0
5 Thais carinifera 0,0446 16 Sunetta truncate 0
6 Bedeva blosvillei 0,0759 17 Timoclea marica 0
7 Hemifusus ternatanus 0,0759 TOTAL 1,8800
8 Bursa Sp 0,1973
9 Pyramidella sulcata 0,2375
10 Pugilina cochlidium 0,1254

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa daerah intertidal Pantai Kelapa
Tuban di huni oleh dua jenis dari kelas Mollusca yaitu Bivalvia dan Gastropoda. Terdapat
dua family Bivalvia yang menghuni diantaranya adalah family Arcidae dan Veneridae.
Sedangkan untuk kelas Gastropoda terdapat 8 famili diantaranya adalah Turritellidae,
Muricidae, Melongenidae, Bursidae, Pyramidellidae, Buccinidae, Cymatiidae dan
Nassaridae. Sebagai wilayah peralihan, maka intertidal merupakan wilayah yang sangat
menekan baik bagi organisme terestrial maupun organisme laut. Sehingga dapat dikatakan
bahwa dari 2 famili Bivalvia dan 8 famili Gastropoda mempunyai adaptasi tersendiri untuk
mempertahankan hidupnya di daerah intertidal, dimana daerah tersebut banyak terdapat
tekanan baik tekanan fisik maupun kimiawi. Menurut (Sumich, 1999; Nybakken, 1992;
Dahuri, dkk, 2001) Hanya organisme yang memiliki kemampuan adaptasi terhadap tekanan
akibat perubahan fisik dan kimia lingkungan intertidal yang dapat menghuni wilayah ini.
Jenis Mollusca yang dapat di temukan di setiap daerah intertidal adalah dari jenis
Gastropoda. Hampir seluruh ke-delapan family Gastropoda dapat di temukan dalam setiap
daerah intertidal baik substrat berpasir, berbatu dan berlumpur serta dalam keadaan hidup.
Sedangkan untuk 2 family Bivalvia hanya dapat ditemukan pada daerah intertidal atas,
substrat berbatu dan dalam keadaan telah mati. Menurut Nybakken (1993), organisme yang
hidup di daerah intertidal berbatu harus memiliki kemampuan adaptasi terhadap: (a).
perubahan suhu yang drastis antara waktu pasang dan surut. Pada waktu air laut pasang maka

1
wilayah intertidal akan terendam air, maka suhu di daerah ini akan sama dengan suhu
perairan. Pada saat air laut surut maksimal dan terjadi pada siang hari, daerah ini akan
terbuka terhadap sinar matahari dan suhu menjadi tinggi (identik dengan suhu lingkungan
terrestrial) dan sebaliknya apabila surut maksimal terjadi pada malam hari maka suhu akan
menjadi rendah. Fluktuasi suhu harian seperti ini membutuhkan daya adaptasi yang baik pada
semua organisme di daerah intertidal. Sebenarnya bivalvia memiliki kemampuan adaptasi
yang baik terhadap kondisi ini dengan cara membuka dan menutup cangkangnya. Pada
kondisi suhu ideal bivalvia akan membuka cangkangnya dan melakukan aktivitas hidup,
namun pada saat suhu naik atau turun drastis bivalvia akan menutup katup cangkang dan
menyimpan air dalam cangkangnya sehingga suhu tubuhnya relatif stabil. Pada stadium larva
dimana valve atau cangkang belum terbentuk maka kondisi perubahan suhu yang drastis
secara periodik akan menjadi pembatas yang mematikan. Kondisi inilah yang mungkin
menjadi salah satu penyebab rendahnya keanekaragaman bivalvia di suatu pantai . (b).
Ombak yang secara periodik menuju pantai merupakan faktor fisik yang kekuatannya dapat
menghancurkan kehidupan organisme. Di daerah intertidal pantai berbatu, hanya bivalvia
yang memiliki adaptasi khusus seperti cangkang yang tebal, dan daya rekat yang kuat
terhadap substrat yang dapat hidup di daerah seperti ini. (c). Variasi salinitas. Pantai krakal
terutama daerah intertidalnya, secara fisik sangat terpengaruh oleh ekosistem terrestrial.
Kombinasi antara aktivitas pasang surut dengan musim dan juga adanya sungai bawah tanah
yang bermuara ke pantai ini sangat mempengaruhi variasi salinitas.
Berdasarkan grafik perbandingan gastropoda dan Bivalvia pada setiap family dapat
dilihat bahwa family yang paling mendominasi pada setiap intertidal adalah family
Turritellidae. Hampir semua daerah intertidal baik intertidal atas, tengah dan bawah selalu di
jumpai jenis – jenis dari family Turritellidae.
Diversitas atau keanekaragaman merupakan karakteristik yang unik dalam organisasi
biologi yang diekspresikan melalui struktur komunitas. Keanekaragaman biasanya
dinyatakan dengan indeks keanekaragaman, yaitu suatu pernyataan secara matematis yang
dimaksudkan untuk mempermudah dalam menganalisis informasi tentang jenis dan densitas
organisme dalam suatu komunitas. Komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman jenis
yang tinggi apabila terdapat banyak jenis dengan jumlah individu yang relatif merata ( Barus,
2002). Berdasarkan kalimat matematika indeks keanekaragaman dari Shannon dan Wiener
(1963) dalam Odum 1994) : H' = - ( Ʃ pi ln pi ) dapat di analisa bahwa keanekaragaman pada
daerah intertidal yang paling tinggi adalah Heliacus varregtus dengan indeks
keanekaragaman 0,3655. Sedangkan untuk indeks keanekaragaman terendah yaitu pada Thais

1
carnifera dan Nassarius optimus dengan indeks keanekaragaman 0,0446. Akan tetapi
menurut Angka indeks keanekaragaman tersebut selanjutnya dinilai berdasarkan klasifikasi
menurut Krebs (Barus, 2002) apabila 0 < H' < 2,302 klasifikasi keanekaragaman dikatakan
rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat keanekaragaman Gastropoda dan Bivalvia
di Pantai Kelapa Tuban adalah rendah.
50% wilayah Pantai Kelapa adalah wilayah berpasir, 40 % wilayah berlumpur dan 10
% wilayah berbatu. Daerah intertidal tempat dijumpainya Gastropoda juga tidak terlepas dari
substrat habitatnya, antara lain adalah substrat berpasir, berlumpur dan berbatu. Sesuai
dengan Uji Chi Square (X 2) dapat dianalisa bahwa X2 hitung > X2 Tabel, 109,76 > 5,991.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Gastropoda memiliki preferensi terhadap ketiga jenis
substrat.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat keanekaragaman
Gastropoda dan Bivalvia di Pantai Kelapa masih rendah. Gastropoda memiliki preferensi
terhadap jenis substrat habitatnya. Jenis Mollusca yang di jumpai di Pantai Kelapa Tuban
sebanyak 17 jenis yang berasal dari kelas Gastropoda dan Bivalvia. 10 famili dimana, 8
famili dari kelas Gastropoda dan 2 famili dari kelas Bivalvia. Jenis yang mendominasi pada
setiap intertidal adalah dari family Turritellidae.

KEPUSTAKAAN

Nybakken, J.W. 1993. Marine Biology: An Ecological Approach. Third Edition. Harper
Collins College Publishers.
Odum, E.P., 1994. Dasar-dasar Ekologi (Terjemahan) Edisi ke tiga. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Dahuri, R., J. Rais.,S.P. Ginting., dan Cahyani. 1992. Pengelolaan Sumer Daya
WilayahPesisisr dan Lautan Secara terpadu. Pradnya Paramita. Jakarta
Krebs, J. C., 1978. Ecology. The Experimental Analysis of Distribution and Abundance.
Harper and Row Publisher, London.
Satino,2005. Anatomi dan Morfologi Gastropoda. Diakses pada tanggal 15 November 2011
dari http://edu.wordpress.com/2005/06/12/antomi-morfologi-gastropoda/.
Anonim, 2000. Bivalvia-2-Struktur Tubuh. Diakses pada tanggal 15 November 2011 dari
http://wikipedia.org/portal/2000/11/13/bivalvia-sunting-2-struktur-tubuh/.

1
Kramer, K.J.M.; Uwe, H.B and Richard, M.W., 1994. Tidal Estuaries: Manual of Sampling
and Analytical Procedures. AA. Balkema.

Anda mungkin juga menyukai