Anda di halaman 1dari 38

PRAKTIKUM FARMASI INDUSTRI

Produksi Tablet Asam Mefenamat

KELOMPOK 5
1. RAE LESTARI 1808062137
2. UMMI HERYANA 1808062138
3. MUHAMMAD RIDWAN 1808062139
4. NARENDRA BAGUS KUSUMAJATI 1808062140

Dosen pembimbing
Rizky Yudha Nuari, M.Sc., Apt
Nina Salamah, M.Si., Apt
Dr. Nining Sugihartini, M.Si., Apt

PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2019
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asam mefenamat merupakan turunan dari Asam N-Arilantranilat yang

berkhasiat sebagai antiradang untuk pengobatan rematik, dan mengurangi rasa nyeri

yang ringan dan moderat terutama untuk menghilangkan rasa nyeri setelah operasi

gigi (AHFS, 2002). Asam mefenemat sendiri dapat dibuat berbagai macam sediaan,

salah satu sediaan yang dapat dibuat yaitu sediaan tablet.

Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa

bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet

cetak dan tablet kempa. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada

serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dengan cara

menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan.

Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan juga

banyak mengalami perkembangan dalam formulasinya. Beberapa keuntungan sediaan

tablet adalah sediaan lebih kompak, dosisnya tepat, mudah pengemasannya dan

penggunaannya lebih praktis dibanding sediaan yang lain.

Untuk memenuhi persyaratan mutu dari tablet, maka diperlukan suatu proses

yang menjaga agar mutu dari tablet terjamin. Proses tersebut biasanya disebut dengan

in proses control dan evaluasi sediaan yang mengacu pada cara pembuatan obat yang

baik.
3

Praktikum yang dilakukan ini meliputi preformulasi, pemilihan bahan baku,

formulasi sediaan, in process control, metode analisis dari sediaan tablet asam

mefenamat.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana preformulasi dan pemilihan bahan baku dari sediaan tablet

asam mefenamat?

2. Bagaimana proses pembuatan beserta in process control dari sediaan

tablet asam mefenamat?

3. Bagaimana metode analisis beserta validasi metode analisis dari bahan

baku asam mefenamat maupun sediaan tablet asam mefenamat?

C. TUJUAN

1. Mahasiswa mampu melakukan preformulasi dan pemilihan bahan baku

sediaan tablet asam mefenamat

2. Mahasiswa mampu melakukan proses pembuatan beserta in process

control sediaan tablet asam mefenamat

3. Mahasiswa mampu melakukan metode analisis beserta validasi metode

analisis bahan baku asam mefenamat maupun sediaan tablet asam

mefenamat
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asam mefenamat

1. Zat aktif

Gambar 1. Asam Mefenamat (Depkes RI, 1995)

a. Asam mefenamat mengandung tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari

102,0% C2H15NO2 dihitung terhadap zat yang dikeringkan (anonim, 2014).

b. Pemerian : serbuk hablur, putih atau hampir putih, melebur pada suhu lebih

kurang 2300C disertai peruraian (anonim, 2014).

c. Kelarutan : larut dalam larutan alkali hidroksida, agak sukar larut dalam

kloroform, sukar larut dalam etanol dan dalam methanol, praktis tidak larut

dalam air (Anonim, 2014),

d. pKa : 4,2, Koefisien Partisi : Log P (octanol/air) = 5,1 (Moffat et al., 2004).

e. Farmakokinetik : T1/2 eliminasi : 2-4 jam, protein binding : 90% dan obat

52% diekresikan melalui urin dan 20% diekresikan di feses (AHFS, 2002).

Menurut Biopharmaceutical Classification System senyawa ini memiliki sifat

kelarutan yang rendah dan daya tembus membran tinggi, kecepatan disolusi obat

secara invivo besar jika dosis obat ditingkatkan. Asam mefenamat merupakan turunan

dari Asam N-Arilantranilat yang berkhasiat sebagai antiradang untuk pengobatan


5

rematik, dan mengurangi rasa nyeri yang ringan dan moderat terutama untuk

menghilangkan rasa nyeri setelah operasi gigi. Turunan ini menimbulkan efek

samping iritasi saluran cerna, mual, diare, nyeri abdominal, anemia, agranulositosis,

trombositopenia serta menimbulkan toksisitas hepatopoitik (Siswandono dan Sukarjo,

2000).

2. Tablet asam mefenamat

a. Persyaratan kadar tablet asam mefenamat sebesar 95,0% - 105,0%

b. Waktu hancur selama 30 menit

c. Wadah dan penyimpanan untuk tablet asam mefenamat harus dalam wadah

tertutup rapat

B. Tablet

Tablet adalah bentuk sediaan padat yang dibuat secara kempa-cetak berbentuk

rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih

dengan atau tanpa zat tambahan (Anief, 2000). Obat tunggal atau campuran beberapa

jenis obat diramu dengan zat tambahan yang cocok, digranulasi, jika perlu digunakan

zat pembasah, kemudian dikempa cetak (Anonim, 1978).

Tablet terdapat dalam berbagai ragam bentuk, ukuran, bobot, kekerasan,

ketebalan, sifat disolusi dan disintegrasi dan dalam aspek lain, tergantung pada

penggunaan yang dimaksudkan dan metode pembuatannya. Tablet biasanya

berbentuk bundar dengan permukaan datar, atau konveks. Tablet dapat dihasilkan

dalam berbagai bentuk, dengan membuat pons dan lubang kempa (lesung tablet)

cetakan yang didesain secara khusus (Siregar, 2010).


6

Beberapa kriteria yang harus dipenuhi suatu tablet berkualitas adalah

kekerasan yang cukup dan tidak rapuh, sehingga kondisinya tetap baik selama

fabrikasi pengemasan dan pengangkutan sampai pada konsumen, dapat melepaskan

obatnya sampai pada ketersediaan hayati, memenuhi persyaratan keseragaman bobot

tablet dan kandungan obatnya, mempunyai penampilan yang menyenangkan baik

mengenai bentuk, warna, dan rasa (Sheth et al, 1980).

Tablet merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang hampir sebagian

besar bentuk sediaan farmasi terdapat dalam bentuk tablet (hampir 60%). Hal ini

didukung oleh beberapa keunggulan yang dimiliki oleh tablet (Sulaiman,2007), yaitu:

1) Tablet dapat diproduksi dalam skala besar dan dengan kecepatan produksi

yang sangat tinggi sehingga lebih murah

2) Memiliki ketepatan dosis tiap tablet/tiap unit pemakaian

3) Lebih stabil dan tidak mudah ditumbuhi mikroba karena dalam bentuk kering

dengan kadar air yang rendah

4) Dapat dibuat produk untuk berbagai profil pelepasan

5) Tablet bukan produk steril (kecuali implan/hipodermik tablet) sehingga

penanganan selama produksi, distribusi dan pemakaian lebih mudah

6) Mudah dalam pengepakan (blister atau strip) dan transportasi

7) Pasien dapat membawa kemanapun dengan mudah

8) Bau, rasa dan warna yang tidak menyenangkan dapat ditutupi dengan

penyalutan

9) Produk dengan mudah dapat diidentifikasi, dengan memberi tanda/logo di

punch atau dengan printing


7

10) Tablet tersedia dalam berbagai tipe yaitu: buccal, effervescent, dispersible dan

lain-lain

11) Dapat dengan mudah digunakan sendiri oleh pasien tanpa bantuan tenaga

medis

12) Dibandingkan dengan kapsul, tablet lebih tamperproof (sulit dipalsukan).

Selain berbagai keuntungan, tablet juga memiliki berbagai kelemahan, di

antaranya (Sulaiman, 2007):

1) Bahan aktif dengan dosis yang besar dan tidak kompresibel sulit dibuat tablet

karena tablet yang dihasilkan akan besar sehingga tidak acceptable

2) Terdapat kendala dalam memformulasikan zat aktif yang sulit terbasahi dan

tidak larut, serta disolusinya rendah

3) Onsetnya lebih lambat dibandingkan sediaan parenteral, larutan oral, dan

kapsul

4) Jumlah zat aktif dalam bentuk cairan yang dapat dijerat/trap ke dalam tablet

sangat kecil

5) Kesulitan menelan pada anak-anak, orang sakit parah, dan pasien lanjut usia

6) Pasien yang menjalani radioterapi tidak dapat menelan tablet

C. Metode pembuatan tablet

1. Metode granulasi basah (wet granulation)

Metode ini merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam

memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan

tablet dengan metode ini adalah menimbang dan mencampur bahan-bahan,

pembuatan granlasi basah, pengayakan adonan lembab menjadi granul, pengeringan,


8

pengayakan kering, pencampuran bahan pelicin, pembuatan tablet dengan kompresi

(Ansel et al., 1995).

2. Metode granulasi kering (dry granulation)

Pada metode ini, granul dibentuk oleh penambahan bahan pengikat kering

kedalam campuran serbuk obat dengan cara memadatkan masa yang jumlahnya besar

dari campuran serbuk, dan setelah itu memecahkannya dan menjadi pecahan-pecahan

kedalam granul yang lebih kecil. Penambahan bahan pelicin dan penghancur

kemudian dicetak menjadi tablet (Ansel et al, 1995). Metode ini khusus untuk bahan

yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap

uap air atau karena untuk mengeringkannya diperlukan temperatur yang dinaikkan.

3. Metode cetak langsung (direct compression)

Metode ini dilakukan pada bahan-bahan obat atau bahan tambahan yang

bersifat mudah mengalir dan memiliki sifat kohesif yang memungkinkan untuk

langsung ditablet tanpa memerlukan proses granulasi tahap-tahapnya yaitu zat

aktif/berkhasiat bersama-sama dengan bahan pengisi, bahan penghancur, bahan

pengikat dicampur hingga homogen lalu dicetak (Ansel, 1995)

D. TINJAUAN BAHAN TAMBAHAN

1. Laktosa

Gambar 2. Laktosa (Anonim, 1979)


9

Laktosa adalah gula yang diperoleh dari susu, dalam bentuk anhidrat atau

mengandung satu molekul anhidrat. Pemerian serbuk atau massa hablur keras, putih

atau putih krem, tidak berbau dan sedikit manis, stabil diudara, tetapi mudah

menyerap bau. Kelarutan mudah larut (dan pelan-pelan) larut dalam air dan lebih

larut dalam air mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform

dan dalam eter. Laktosa monohidrat (C11H22O11-H2O) memiliki berat molekul 360,31.

Kegunaan sebagai bahan pengisi tablet (Anonim, 1995).

2. Avicel PH101

Gambar 3. Avicel (Rowe et al., 2009).

Avicel PH 101 adalah nama dagang dari selulosa mikrokristal. Avicel dibuat

dari hidrolisis terkontrol α-selulosa dengan larutan asam mineral encer. Avicel PH

101 memiliki kompresibilitas yang sangat baik, digunakan sebagai bahan pengisi

tablet yang dibuat secara granulasi maupun cetak langsung. Avicel sebagai bahan

pengisi tablet umumnya digunakan dalam rentang 20-90% (Rowe et al., 2009). Sifat

alirnya yang kurang baik dan harganya yang relatif mahal membuat avicel jarang

digunakan sebagai bahan pengisi tunggal (Sa’adah dan Fudholi, 2011).


10

3. Magnesium stearat

Gambar 4. Magnesium Stearat (Rowe et al., 2009).

Magnesium stearat dengan rumus molekul C36H70MgO4 dan bobot molekul

591,24 memiliki nama lain yaitu magnesium distearate, magnesii stearas, magnesium

octadecanoate, octadecanoic acid, magnesium garam, asam stearat, garam

magnesium, dan Synpro 90. Magnesium stearat dikenal dalam industri farmasi dapat

mengurangi masalah kekerasan tablet dan disolusi dari tablet (Chaubal, M., 2006).

Magnesium stearat merupakan campuran asam-asam organik padat yang

diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari magnesium stearate dan magnesium

palmitat dalam berbagai perbandingan. Mengandung setara dengan tidak kurang dari

6,8% dan tidak lebih dari 8,3% MgO (Departemen Kesehatan RI, 2014).

Magnesium stearate berupa serbuk yang sangat halus, berwarna putih,

memiliki densitas rendah,bau samar dan rasa yang khas. Praktis tidak larut dalam air,

etanol, dan eter, sedikit larut dalam benzene hangat. Stabilitasnya baik, dan harus

disimpan dalam wadah tertutup, ditempat sejuk dan kering. Secara umum magnesium

stearate digunakan pada pembuatan kosmetik, makanan dan formulasi sediaan

farmasi (Rowe et al., 2009).

Magnesium stearat merupakan bahan tambahan yang berfungsi sebagai

pelumas atau pelicin, umumnya digunakan pada formulasi sediaan tablet dan kapsul.
11

Kadar yang biasa digunakan dalam formulai tersebut memiliki rentang antara 0,25%

sampai dengan 5,0% (Rowe et al., 2009).

4. Amilum

Pati singkong adalah pati yang diperoleh dari umbi akar Manihot Utillisima

Pohl. Pati singkong merupakan serbuk sangat halus, putih praktis tidak larut dalam air

dingin dan etanol, susut pengeringan tidak lebih dari 15,0 %, penetapan dilakukan

menggunakan 1,0 g (Depkes RI, 1995). Amilum merupakan bahan penghancur tertua

dan paling luas digunakan oleh industri farmasi. Konsentrasi amilum sebagai bahan

penghancur adalah 5-20% (Lachman et al., 1994). Amilum mempunyai sifat

kompresibilitas yang buruk dengan sifat alirnya buruk (Agoes, 2006) tetapi

merupakan penghancur paling murah (Lachman et al., 1994).

Mekanisme aksi dari amilum adalah dengan aksi kapiler, deformasi dan

pengembangan ketika kontak dengan air, sehingga dapat memutuskan ikatan

hydrogen yang terbentuk pada saat pengempaan (Sulaiman, 2007). Turunan amilum

seperti natrium amilum glikonat dan lain-lain yang membesar atau mengembang

dengan adanya lembab dan mempunyai efek memecahkan atau menghancurkan tablet

setelah masuk kedalam saluran pencernaan (Ansel, 1989).


12

5. Xanthan Gum

Gambar 5. Struktur molekul xanthan gum (Shah dan Singh., 2009)

Xanthan gum merupakan polimer polisakarida yang berbobot molekul tinggi

mempunyai rumus molekul (C35H49O29)n, tersusun dari D-mannosa, D-glukosa, dan

D-glucoronic acid. Xanthan gum sering digunakan pada formulasi farmasetika,

kosmetik, dan produk makanan sebagai agen pensuspensi dan penstabil. Selain itu

juga digunakan sebagai pengental dan pengemulsi. Xanthan gum dapat berwujud

krim atau serbuk yang berwarna putih, tidak berbau, mudah mengalir, serta gelnya

bertipe aliran pseudoplastik. Meskipun xanthan gum kebanyakan digunakan sebagai

agen pensuspensi tetapi dapat digunakan juga sebagai matriks pada tablet lepas

lambat (Shah and Singh, 2009).


13

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan Maret 2019 sampai dengan April 2019.

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Farmasi Fakultas

Farmasi Universitas Ahmad Dahlan, Laboratorium Teknologi Farmasi, Jurusan

Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan, Laboratorium Bahan Alam,

Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan dan Laboratorium

Penelitilan Terpadu, Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan

B. Alat dan bahan

1. Alat

Alat yang digunakan untuk formulasi dan evaluasi tablet asam mefenamat

adalah timbangan analitik (Ohaus TM AR2140), alat gelas (Pyrex), moisture content

analyzer, flowability tester, cube mixer, sieve shaker, buret, statif, pipet tetes,

friability tester, hardness tester, alat kempa tablet, oven, ayakan, melting point

apparatus.

2. Bahan

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah serbuk asam mefenamat,

laktosa, avicel PH 101, amilum, xanthan gum, magnesium stearat, isopropil,

aquadest, indikator metil merah, indikaor fenolftalein, natrium hidroksida 0,1 M,

etanol.
14

C. Analisis bahan baku asam mefenamat

1. Uji Organoleptis

Pemeriksaan organoleptik meliputi warna, rasa, bau, penampilan (mengkilap

atau kusam), tekstur permukaan (halus atau kasar). Warna yang tidak seragam dan

adanya kecacatan dapat menurunkan nilai estetikanya dan dapat menimbulkan

persepsi adanya ketidakseragaman kandungan dan kualitas produk yang buruk

(Ansel, 1989).

2. Uji titik lebur

Prosedur pemeriksaan titik lebur dilakukan dengan memasukan serbuk bahan

baku asam mefenamat ke dalam pipa kapiler secukupnya kemudian pipa kapiler

dimasukan ke dalam alat melting point apparatus yang telah diatur suhunya. Untuk

memeriksa titik lebur, serbuk diamati. Titik lebur diketahui ketika serbuk di dalam

pipa kapiler mulai meleleh hingga meleleh secara keseluruhan. Berdasarkan FI V

diketahui jika asam mefenamat serbuk akan melebur pada suhu lebih kurang 2300C.

3. Uji susut pengeringan

Sebanyak 1 gram serbuk asam mefenamat diukur susut pengeringannya

menggunakan alat moisture content analyzer. Berdasarkan FI V diketahui jika asam

mefenamat serbuk memiliki persyaratan susut pengeringan tidak lebih dari 1%.

4. Uji kelarutan

Serbuk bahan baku asam mefenamat ditimbang lebih kurang 10 mg

dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan air sebanyak 0,01 mL

menggunakan mikropipet sambil digojog-gojog. Apabila belum larut, ditambahkan

air dengan volume yang sama hingga larut. Dilakukan hal yang sama dengan pelarut-
15

pelarut lain seperti, larutan alkali hidroksida, etanol, metanol, air panas, dan

kloroform.

5. Penetapan kadar bahan baku asam mefenamat

Sebanyak 0,5 gram serbuk asam mefenamat ditimbang secara saksama

kemudian dilarutkan dalam lebih kurang 80 mL etanol mutlak P hangat yang telah

dinetralkan dalam larutan merah fenol P. Dilakukan pemanasan atau sonikasi untuk

meningkatkan kelarutan. Dinginkan, kemudian tambahkan etanol mutlak P yang telah

dinetralkan secukupnya hingga 100 mL. Campuran dititrasi dengan NaOH 0,1 M

menggunakan larutan merah fenol P sebagai indikator. Tiap mL NaOH 0,1 M setara

24,13 mg asam mefenamat (Anonim, 2014).

6. Pembuatan Air Bebas Karbon dioksida

Air murni di didihkan kuat-kuat selama 5 menit atau lebih dan didiamkan

sampai dingin, serta tidak boleh menyerap karbon dioksida dari udara.

7. Pembuatan NaOH 0,1 M

Ditimbang 0,4 gram NaOH padat dilarutkan dengan akuades dalam gelas

beker 100 mL, kemudian diencerkan dengan akuades hingga volume 100 mL.

8. Pembuatan Indikator Fenolftalein

Larutkan 200 mg fenolftalein P dalam 60 ml etanol (96 %) tambahkan air

secukupnya hingga 100 ml.

9. Pembuatan Indikator Merah Fenol

Hangatkan 50 mg merah fenol P dengan 2,85 ml natrium hidroksida 0,1 N dan

5 ml etanol (90%) P, setelah larut sempurna tambahkan etanol (20%) P secukupnya

hingga 250 ml.


16

10. Pembakuan Larutan NaOH 0,1 M

Ditimbang seksama lebih kurang 150 mg kalium biftalat P yang sebelumnya

telah dihaluskan dan dikeringkan pada suhu 120o C selama 2 jam, dan dilarutkan

dalam 15 ml air bebas karbondioksida P. Ditambahkan 2 tetes fenolftalein LP dan

titrasi dengan larutan natrium hidroksida hingga terjadi warna merah muda yang

mantap (Anonim, 1995).

11. Validasi metode analisis

a. Akurasi

Penetapan akurasi dilakukan dengan menambakan zat aktif ke dalam

spike/plasebo, penambahan dilakukan dengan 3 konsentrasi zat aktif, yaitu

dengan penambahan zat aktif 100%, 120%, 140%. Kemudian dititrasi dengan

larutan NaOH 0,1 M. Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali. Hasil yang

diperoleh dihitung persen perolehan kembali (% recovery). Nilai

keberterimaanya perolehan kembali 98 – 102%, dan nilai RSD dari masing-

masing konsentrasi maksimal 2%.

(𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑍𝐴)−(𝑡𝑎𝑛𝑝𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑍𝐴)


% recovery = x 100%
(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑍𝐴)

b. Presisi

Penetapan keterulangan dilakukan dengan menimbang sejumlah sampel

(sesuai dengan prosedur) dilarutkan dalam 80 mL etanol mutlak P hangat

yang telah dinetralkan dalam larutan merah fenol P. Dilakukan pemanasan

atau sonikasi untuk meningkatkan kelarutan. Dinginkan, kemudian tambahkan

etanol mutlak P yang telah dinetralkan secukupnya hingga 100 mL. Kemudian
17

dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 M sebagai titran. Lakukan sebanyak enam

kali. Hasil yang diperoleh dihitung kadarnya kemudian dihitung nilai RSD

nya. Parameter ini dilakukan pada hari yang sama dan kriteria

keberterimaannya adalah jika nilai RSD < 2% (Badan POM, 2013).

c. Linieritas

Penetapan linieritas dilakukan dengan menimbang sejumlah sampel (0,05 g;

0,1 g; 0,15 g; 0,2 g; 0,25 g dan 0,3 g) larutkan dalam 80 mL etanol mutlak P

hangat yang telah dinetralkan dalam larutan merah fenol P. Dilakukan

pemanasan atau sonikasi untuk meningkatkan kelarutan. Dinginkan,

kemudian tambahkan etanol mutlak P yang telah dinetralkan secukupnya

hingga 100 mL, kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 M sebagai titran.

Hitung kadar masing masing kemudian diregresi linierkan. Syarat

keberterimaannya yaitu nilai regresi linier mendekati 1 (r >0,995).

C. Prosedur produksi

1. Formula Sediaan

Formulasi tablet asam mefenamat yang digunakan:

Tabel I. Formula tablet asam mefenamat

Bahan Fungsi Jumlah per tablet Jumlah per batch/250

(mg) tablet (g)

Asam mefenamat Zat aktif 250 62,5

Laktosa Pengisi 160 40

Musilago amilum Pengikat q.s q.s


18

Xanthan gum Penghancur 10 2,5

Avicel PH 101 Penghancur 30 7,5

Magnesium stearate Lubrikan 5 1,25

2. Pembuatan Tablet

Timbang semua bahan yang digunakan. Kemudian dibuat larutan pengikat

yang terdiri dari amilum ditambahkan pelarut akuades yang telah dihangatkan

terlebih dahulu. Asam mefenamat dicampurkan dengan laktosa dalam cube mixer,

lalu ditambahkan dengan larutan pengikat musilago amilum yang telah

dikembangkan. Campuran kemudian dibentuk massa yang dapat dikepal dan diuji

dengan cara mematahkan menjadi dua bagian, jika masih terdapat serbuk yang jatuh

maka aduk kembali sampai tidak ada serbuk jika dipatahkan (banana breaking ball).

Massa yang terbentuk kemudian diayak dengan ayakan mesh 12 sampai terbentuk

granul-granul. Granul ditimbang dan dicatat bobotnya, lalu dimasukkan ke dalam

oven sampai bobot granul konstan.

Setelah konstan, granul kering diayak dengan ayakan mesh 14, ditimbang dan

dicatat bobot setelah pengayakan, setelah itu dilakukan uji terhadap granul tanpa fase

luar, setelah pengujian ditambahkan fase luar (avicel PH 101, xanthan gum dan mg

stearat) sedikit demi sedikit hingga homogen. Sebelum pengempaan dilakukan, alat

kempa yang digunakan dibersihkan dan disiapkan terlebih dahulu. Besar die,

kekerasan, dan tekanan punch ditentukan. Kemudian granul yang telah diberikan fase
19

luar dimasukkan ke hopper. Dilakukan pengempaan hingga jumlah tablet sesuai

dengan yang telah ditentukan (Lachman, 1994).

3. Pengemasan

Kemasan yang digunakan yaitu botol yang berwarna gelap dan tertutup rapat,

Isi botol dengan 20 tablet asam mefenamat.

D. In process control

1. Homogenitas (pencampuran akhir)

Granul dilakukan proses pencampuran dengan fase luar selama 10 menit,

kemudian diambil sampel dari 5 titik sampling sebanyak 250 mg. Sampel kemudian

dititrasi dengan NaOH 0,1 N untuk mengetahui homogenitas kadar asam mefenamat.

Bila hasil menunjukkan proses mixing telah homogen, maka hasil pencampuran

tersebut dapat dilanjutkan ke proses pengempaan. Kriteria keberterimaannya adalah

CV < 5%.

2. Kadar Air Granul

Granul sebanyak 5 gram dimasukkan ke dalam alat moisture content analyzer.

Proses ini dilakukan saat granul saat sedang dan telah selesai dikeringkan. Atur waktu

menjadi 30 menit dan hidupkan alat hingga dihasilkan granul kering. Nilai

keberterimaan pada kadar air granul sebesar 4%. Persen kadar air granul dihitung

menggunakan persamaan:

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑔𝑟𝑎𝑛𝑢𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ − 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟


%𝐿𝑂𝐷 = × 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑔𝑟𝑎𝑛𝑢𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ
20

3. Waktu Alir

Granul sebanyak 100 gram dimasukkan ke dalam alat flowability tester dan

diratakan. Penutup wadah bagian bawah alat dilepaskan dan secara bersamaan dicatat

waktu seluruh granul melewati corong. Kecepatan alir dinyatakan sebagai waktu

(detik) yang dibutuhkan untuk mengalirkan 100 gram granul. Prosedur ini dilakukan

ketika fase luar telah ditambahkan pada granul yang telah terbentuk. Dikatakan baik

jika waktu alir 100 gram granul kurang dari 10 detik.

4. Kompresibilitas

Granul sebanyak 100 gram dimasukkan dalam gelas ukur 100 mL dan

dihitung volumenya (V). Massa dalam gelas diketuk sebanyak 500 kali dengan

ketinggian 2,5 cm sampai didapat volume mampat (V2). Kemudian berat jenis bulk

(BJ) dan berat jenis mampat dihitung dengan persamaan:

BJ Bulk = m/V1

BJ mampat = m/V2

BJ mampat – BJ bulk
Kompresibilitas = × 100%
𝐵𝐽 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡

5. Distribusi Granul

Masukan sejumlah 100 gram granul diletakan di atas ayakan yang telah

tersusun mulai dari ayakan mesh 20 smapai dengan ayakan mesh 100 pada alat sieve

shaker. Pengujian dilakukan selama 30 menit. Setelah pengujian selesai, masing-

masing ayakan ditimbang kembali dan dihitung distribusi granul pada tiap-tiap

ayakan (%).
21

6. Pemeriksaan Diameter Tablet

Dilakukan dengan menggunakan alat jangka sorong dengan cara sebuah tablet

diletakkan pada ujung alat dengan posisi horizontal, digerakkan jangka sorongnya

hingga menyentuh tablet, kemudian diameter tablet dibaca pada skala. Dilakukan

percobaan sebanyak 3 kali dan dihitung puratanya. Diameter tablet tidak lebih dari 3x

dan tidak kurang dari 1⅓ tebal tablet (Anonim, 1979).

7. Pemeriksaan Ketebalan Tablet

Dilakukan dengan sebuah tablet diletakkan pada ujung alat dengan posisi

vertikal, digerakkan jangka sorongnya hingga menyentuh tablet, kemudian ketebalan

tablet dibaca pada skala. Dilakukan percobaan sebanyak 3 kali dan dihitung

puratanya (Anonim, 1979).

8. Kekerasan Tablet

Dalam alat stokes Monsanto hardness tester diletakan sebuah tablet dan

tekananya diatur sedemikian rupa, sehingga tablet stabil ditempatnya dan jarum

penunjuk berada pada skala 0. Dengan memutar ulirnya, tablet akan terjepit semakin

kuat dengan menaiknya tekanan tablet secara lambat, yang ditransfer melalui sebuah

per sedemikian lama sampai akhirnya tablet tersebut pecah. Besarnya tekanan dibaca

langsung pada skala (Voight, 1995).

9. Kerapuhan Tablet

Pengujian kerapuhan tablet yaitu dengan cara 20 tablet dibebaskan dari debu

dengan menggunakan aspirator. Tablet ditimbang pada neraca analitik, kemudian

dimasukan dalam alat uji keausan abrasive tester yang diputar pada kecepatan 25

putaran per menit dijalankan selama 4 menit, percobaan ini dilakukan 3 kali pada
22

setiap fomula. Tablet itu kemudian dibersihkan dan ditimbang ulang, kehilangan

berat lebih kecil dari 0,5% - 1% masih dapat dibedakan (Lachman dkk, 1994).

E. Evaluasi sediaan

1. Waktu Hancur

Sebanyak 1 tablet dimasukkan pada masing-masing 6 tabung dari keranjang,

jika tidak dinyatakan masukkan 1 cakram pada tiap tabung. Alat dijalankan

menggunakan air bersuhu 37 ± 2°C sebagai media kecuali dinyatakan lain. Pada akhir

batas waktu pada monografi, angkat keranjang dan amati semua tablet. Semua tablet

harus hancur sempurna, bila ada 1 atau 2 tablet tidak hancur maka ulangi pengujian

pada 12 tablet lainnya. Tidak kurang dari 16 dari 18 tablet hancur sempurna.

2. Keragaman Bobot

Timbang saksama 10 tablet satu per satu. Hitung jumlah zat aktif dalam tiap

tablet yang dinyatakan dalam tiap tablet yang dinyatakan dalam persen dari jumlah

yang tertera pada etiket dari hasil penetapan kadar masing-masing tablet. Hitung nilai

penerimaan.

Perhitungan nilai penerimaan:

Sediaan padat dan cair keseragaman sediaan memenuhi syarat jika nilai

penerimaan 10 unit sediaan pertama tidak kurang atau sama dengan L1%. Jika nilai

penerimaan lebih besar dari L1% lakukan pengujian pada 20 unit tambahan, dan

hitung nilai penerimaan. Memenuhi syarat jika nilai penerimaan akhir dari 30 unit

sediaan lebih kecil atau sama dengan L1% dan tidak ada satu unit pun kurang dari [1-

(0,01)(L2)]M atau tidak satupun lebih dari [1+(0,01)(L2)]M seperti tertera pada pada
23

perhitungan nilai penerimaan dalam keseragaman kandungan atau keseragaman

bobot. Kecuali dinyatakan lain L1 adalah 15,0 dan L2 adalah 25,0 (Anonim, 2014).

Variabel Definisi Kondisi Nilai


Rata-rata dari masing-
X̄ masing kandungan (X1,
X2,Xn) yang dinyatakan
dalam persentase dari
jumlah yang tertera pada
etiket
X1, X2,..Xn Bobot masing-masing
satuan sediaan yang diuji,
dinyatakan dalam
persentase dari jumlah
yang tertera pada etiket
n Jumlah sampel
k Konstanta penerimaan Jika n =10, maka k= 2,4
Jika n =30, maka k= 2,0
s Simpangan baku sampel ∑
[ ]

SBR simpangan baku relatif 100𝑠


(Simpangan baku contoh X̄
yang dinyatakan dalam
persentase rata-rata)
M(Kasus 1) yang Nilai rujukan Jika 98,5%≤ X̄ ≤ 101,5% M = X̄ (NP=ks)
digunakan jika Jika X̄ ≤ 98,5% M = 98,5%
T≤101,5 (NP = 98,5 - X̄ + ks)
Jika X̄ ≥ 101,5% M = 101,5%
(NP = X̄ - 101,5+ ks)
M(Kasus 2) yang Nilai rujukan Jika 98,5%≤ X̄ ≤ T M = X̄ (NP=ks)
digunakan jika Jika X̄ ≤ 98,5% M = 98,5%
T>101,5 (NP = 98,5 - X̄ + ks)
Jika X̄ ≥ T M = T%
(NP = X̄ -T+ks)
Nilai Penerimaan Rumus umum [M- X̄]
(NP) + ks (perhitungan
diatas dinyatakan
untuk kasus yang
berbeda)
L1 Nilai penerimaan L1 = 15,0 kecuali
24

maksimun yang dinyatakan lain pada


diperbolehkan masing-masing
monografi
L2 Rentang deviasi Pada bagian bawah, tidak L2 = 25,0 kecuali
maksimum dari tiap ada satupun hasil satuan dinyatakan lain pada
satuan sediaan yang diuji sediaan yang boleh masing-masing
dari perhitungan nilai M kurang dari [1- monografi
(0,01)(L2)]M. Pada
bagian atas tidak ada
satupun hasil satuan
sediaan yang boleh lebih
besar [1+(0,01)(L2)]M
(berdasarkan nilai
L2=25,0)
T Nilai kandungan tiap
satuan sediaan pada saat
diproduksi, dinyatakan
sebagai persentase dari
jumlah yang tertera pada
etiket. Untuk penggunaan
pada farmakope, kecuali
dinyatakan lain pada
masing-masing
monografi, T adalah
100%. Untuk tujuan
produksi T adalah nilai
yang disetujui industry
pada saat produksi
F. Metode analisis

1. Penetapan Kadar Tablet Asam Mefenamat

Timbang dan serbukkan ≥ 20 tablet asam mefenamat. Ditimbang serbuk yang

setara dengan 0,5 gram asam mefenamat secara saksama kemudian dilarutkan dalam

lebih kurang 80 mL etanol mutlak P hangat yang telah dinetralkan dalam larutan

merah fenol P. Dilakukan pemanasan atau sonikasi untuk meningkatkan kelarutan.

Dinginkan, kemudian tambahkan etanol mutlak P yang telah dinetralkan secukupnya


25

hingga 100 mL. Campuran dititrasi dengan NaOH 0,1 M menggunakan larutan merah

fenol P sebagai indikator. Tiap mL NaOH 0,1 M setara 24,13 mg asam mefenamat.

2. Verifikasi metode analisis

a. Akurasi

Penetapan akurasi dilakukan dengan menambakan serbuk dari tablet asam

mefenamat ke dalam spike/plasebo, penambahan dilakukan dengan 3 konsentrasi zat

aktif, yaitu dengan penambahan zat aktif 100%, 120%, 140%. Kemudian dititrasi

dengan larutan NaOH 0,1 M. Hasil yang diperoleh dihitung persen perolehan kembali

(% recovery). Nilai keberterimaanya perolehan kembali 95 – 105%, dan nilai RSD

dari masing-masing konsentrasi maksimal 2%.

(𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑍𝐴)−(𝑡𝑎𝑛𝑝𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑍𝐴)


% recovery = x 100%
(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑍𝐴)

b. Presisi

Penetapan keterulangan dilakukan dengan menimbang sejumlah sampel dari

tablet asam mefenamat yang telah diserbukkan (sesuai dengan prosedur), dilarutkan

dalam 80 mL etanol mutlak P hangat yang telah dinetralkan dalam larutan merah

fenol P. Dilakukan pemanasan atau sonikasi untuk meningkatkan kelarutan.

Dinginkan, kemudian tambahkan etanol mutlak P yang telah dinetralkan secukupnya

hingga 100 mL. Kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 M sebagai titran.

Lakukan sebanyak tujuh kali. Hasil yang diperoleh dihitung kadarnya kemudian

dihitung nilai RSD nya. Parameter ini dilakukan pada hari yang sama dan kriteria

keberterimaannya adalah jika nilai RSD < 2% (Badan POM, 2013).


26

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kekerasan Tablet

Replikasi Kekerasan Tablet


1 80,3 N
2 80,9 N
3 81,8 N
Uji kekerasan dilakukan untuk mengetahui seberapa besarnya kekerasan tablet

yang dihasilkan. Uji Kekerasan merupakan parameter yang mencerminkan kekuatan

tablet secara menyeluruh, yang diukur dengan memberi tekanan terhadap tablet. Alat

yang digunakan yaitu hardness tester. Kekerasan tablet menggambarkan ketahanan

tablet saat diberikan tekanan mekanik, seperti goncangan, kikisan, atau terjadi

keretakan tablet selama pembungkusan, pengangkutan, dan pemakaian. Kekerasan

ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan. Dari hasil pengujian, diketahui

jika kekerasan tablet asam mefenamat memenuhi ketentuan yang telah

dipersyaratkan.

Kerapuhan Tablet

Replikasi Bobot Awal (g) Bobot Akhir (g) %Friabilitas

1 9,98240 9,90847 0,74

2 9,90267 9,82977 0,73

3 9,97219 9,89691 0,75

Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur ketahanan

permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan

pengiriman. Kerapuhan diukur dengan friabilator. Prinsipnya adalah menetapkan


27

bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam friabilator selama waktu

tertentu. Tablet asam mefenamat yang akan diuji diambil sebanyak 20 tablet, terlebih

dahulu dibersihkan dari debunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut

selanjutnya dimasukkan ke dalam friabilator, 10 tablet pada lengan kanan dan 10

pada lengan kiri. Tablet diputar sebanyak 100 putaran selama 4 menit.

Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu dan timbang

dengan seksama. Kemudian dihitung persentase kehilangan bobot sebelum dan

sesudah perlakuan. Semakin besar nilai persentase kerapuhan, maka semakin besar

massa tablet yang hilang. Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi

konsentrasi/kadar zat aktif yang masih terdapat pada tablet. Berdasarkan hasil yang

didapatkan, disimpulkan jika kerapuhan tablet sebesar 0,74%. Dari hasil tersebut,

disimpulkan bahwa tablet asam mefenamat yang diproduksi memenuhi persyaratan

yang ditetapkan.

Waktu Hancur Tablet

Waktu hancur merupakan parameter untuk mengevaluasi waktu yang

dibutuhkan oleh tablet untuk dapat hancur dalam cairan tubuh atau dengan kata lain

untuk dapat mengetahui waktu kecepatan obat melarut dalam cairan tubuh. Uji waktu

hancur dilakukan menggunakan medium yang telah disesuaikan dengan kondisi

tubuh manusia yaitu dengan suhu 37°C. Ketentuan suhu tersebut ditetapkan dalam

USP atau Farmakope dan apabila tidak dinyatakan lain maka medium disolusi

menggunakan akuades dengan suhu 37°C.

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, didapatkan hasil jika waktu

hancur tablet lebih dari 60 menit. Hal menunjukkan jika tablet tersebut tidak
28

memenuhi persyaratan waktu hancur yang ditetapkan dalam FI V, yang menetapkan

jika waktu hancur tablet asam mefenamat tidak lebih dari 30 menit. Hal ini dapat

dipengaruhi beberapa hal, seperti konsentrasi musilago amilum sebagai pengikat yang

terlalu banyak, yang mengakibatkan sulitnya tablet untuk pecah. Selain itu, faktor lain

yang dapat memengaruhi waktu hancur adalah proses pencampuran akhir yang

melewati titik optimal, sehingga magnesium stearat yang digunakan sebagai pelicin

memengaruhi kerja disintegran tablet dalam menarik air untuk membasahi permukaan

tablet, sehingga berpengaruh pada hasil akhir waktu hancur tablet.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, G. 2006, Pengembangan Sediaan Farmasi, Penerbit ITB, Bandung.

AHFS. 2002, AHFS Drug Information, Bethesda: American Society of Health

System Pharmacists, Amerika Serikat.

Anief, M. 2000, Farmasetika, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Anonim. 1978, Formularium Nasional, Edisi Kedua, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim. 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.
29

Anonim. 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Anonim. 2014, Farmakope Indonesia, Edisi V, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Ansel, H. C.. 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Ibrahim,

F., Edisi IV, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Badan POM RI. 2013, Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat Yang

Baik, Jilid I, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Jakarta.

Chaubal, M. 2006, Excipient Development for Pharmaceutical, Biotechnology, and

Drug Delivery Systems, Taylor & Francis, USA.

Lachman, L., & Lieberman, H. A. 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi

Kedua, 1091-1098, UI Press, Jakarta.

Moffat, A.C., M.D. Osselton., B. & Widdop. 2004, Clarke’s Analysis Of Drug And

Poisons, Thirth Edition, Pharmaceutical Press, London.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J. & Weller P.J. 2009, Handbook Of Pharmaceutical

Excipients, 6th Ed, The Pharmaceutical Press, London.

Sa’adah, H. & Achmad F. 2011. Optimasi Formulasi Tablet Teofilin

Menggunakan Co-Processed Excipient Campuran Laktosa dan Avicel.

Majalah Farmasi Indonesia. 4 (22): 306 – 341.

Shah, HC. dan Singh, KK. 2009, Xanthan Gum dalam: Rowe, R.C., Sheskey, P.J. dan

Weller P.J. (eds.) Handbook of Pharmaceutical Excipients 6 th Edition,

Minneapolis, Pharmaceutical Press.


30

Sheth, B.B., Bandelin, F.J., and Shangraw, R.F. 1980, Compressed Tablets, dalam

Lieberman, H.A, and Lachman L.(Eds), Pharmaceutical Dosage Forms:

Tablets, Vol. I, Marcell Dekker, Inc, New York.

Siregar, C.J.P., dan Wikarsa, S. 2010, Teknologi Farmasi Sediaan Tablet: Dasar-

Dasar Praktis, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Siswandono dan Soekardjo, B. 2000, Kimia Medisinal, Edisi 2, Airlangga University

Press, Surabaya.

Sulaiman, T.N.S. 2007, Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet, Yogyakarta,

Laboratorium Teknologi Farmasi Universitas Gadjah Mada.

Voigt, R. 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Diterjemahkan oleh Soendani

N. S., UGM Press, Yogyakarta.


31

LAMPIRAN

1. Pembakuan NaOH 0,1 M

KHC8H4O4 + NaOH KNaC8H4O4 + H2O

mg kalium biftalat
N = ml NaOH ×BM kalium biftalat

Rancangan Analisis

250 mg
0,1 N =
Vol.NaOH x 204,22

Vol. NaOH = 12,2 mL

a. Replikasi 1 = 12,0 mL

250,2 mg
N = 12,0 mL × 204,22 = 0,102 N

b. Replikasi 2 = 12,9 mL

250,6 mg
N = 12,9 mL × 204,22 = 0,095 N

c. Replikasi 3 = 12,6 mL

250,2 mg
N = 12,6 mL ×204,22 = 0,097 N

Rata-rata N = 0,098 N

2. Presisi Serbuk Asam Mefenamat

Rancangan Analisis

Vol.titran x N x 24,13
Kadar = x 100%
mg sampel x 0,1

Vol.titran x 0,098 x 24,13


100% = x 100%
500,0 mg x 0,1

Vol. titran = 21,1 mL

20,9 mL x 0,098 N x 24,13


a. Kadar = x 100%
501,5 mg x 0,1
32

= 98,55 %

21,0 mL x 0,098 N x 24,13


b. Kadar = x 100%
500,8 mg x 0,1

= 99,16 %

20,7 mL x 0,098 N x 24,13


c. Kadar = x 100%
501,2 mg x 0,1

= 97,67 %

21,2 mL x 0,098 N x 24,13


d. Kadar = x 100%
500,7 mg x 0,1

= 100,12 %

20,8 mL x 0,098 N x 24,13


e. Kadar = x 100%
500,1 mg x 0,1

= 98,35 %

20,7 mL x 0,098 N x 24,13


f. Kadar = x 100%
499,8 mg x 0,1

= 97,94 %

3. Akurasi Serbuk Asam Mefenamat

100%
4,2 mL − 2,1 mL
a. Kadar 1 = x 100%
2,1 mL

= 100 %

4,3 mL − 2,0 mL
b. Kadar 2 = x 100%
2,1 mL

= 109,5 %

4,5 mL − 2,2 mL
c. Kadar 3 = x 100%
2,1 mL

= 109,5 %
33

120%
4,5 mL − 2,6 mL
a. Kadar 1 = x 100%
2,1 mL

= 90,4 %

4,55 mL − 2,5 mL
b. Kadar 2 = x 100%
2,1 mL

= 97,6 %

4,45 mL − 2,6 mL
c. Kadar 3 = x 100%
2,1 mL

= 88,1 %

140%
5,05 mL − 3,0 mL
a. Kadar 1 = x 100%
2,1 mL

= 97,6 %

4,8 mL − 2,8 mL
b. Kadar 2 = x 100%
2,1 mL

= 95,2 %

5,05 mL − 2,9 mL
c. Kadar 3 = x 100%
2,1 mL

= 102,3 %

4. LOD dan LOQ zat aktif asam mefenamat

3 𝑥 𝑆𝐷 10 𝑥 𝑆𝐷
𝐿𝑂𝐷 = 𝐿𝑂𝑄 =
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒 𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒

Untuk volume

3 𝑥 3,811
𝐿𝑂𝐷 = = 5,613
2,037

10 𝑥 3,811
𝐿𝑂𝑄 = = 18,708
2,037
34

Untuk kadar

3 𝑥 1,025
𝐿𝑂𝐷 = = −6,474
− 0,475

10 𝑥 1,025
𝐿𝑂𝑄 = = −21,578
− 0,475

5. Penetapan kadar zat aktif asam mefenamat


10,4 mL x 0,098 N x 24,13
a. Kadar = x 100%
250,2 mg x 0,1

= 98,29 %

10,6 mL x 0,098 N x 24,13


b. Kadar = x 100%
250,5 mg x 0,1

= 100,06 %

10,6 mL x 0,098 N x 24,13


c. Kadar = x 100%
250,1 mg x 0,1

= 100,22 %

10,3 mL x 0,098 N x 24,13


d. Kadar = x 100%
250,2 mg x 0,1

= 97,35 %

10,3 mL x 0,098 N x 24,13


e. Kadar = x 100%
250,1 mg x 0,1

= 97,39 %

× = 98,66 %

SD = 1,40

6. Penetapan kadar tablet asam mefenamat


15,0 mL x 0,098 N x 24,13
a. Kadar = x 100%
503,9 mg x 0,1

= 70,39 %
35

14,8 mL x 0,098 N x 24,13


b. Kadar = x 100%
503,5 mg x 0,1

= 69,51 %

15,1 mL x 0,098 N x 24,13


c. Kadar = x 100%
503,7 mg x 0,1

= 70,89 %

14,6 mL x 0,098 N x 24,13


d. Kadar = x 100%
503,4 mg x 0,1

= 68,58 %

14,9 mL x 0,098 N x 24,13


e. Kadar = x 100%
503,8 mg x 0,1

= 69,93 %

× = 69,86 %

SD = 0,881

7. Akurasi Tablet Asam mefenamat

100%
4,05 mL − 2,0 mL
a. Kadar 1 = x 100%
2,1 mL

= 97,6 %

4,15 mL − 2,2 mL
b. Kadar 2 = x 100%
2,1 mL

= 92,8 %

4,1 mL − 2,2 mL
c. Kadar 3 = x 100%
2,1 mL

= 90,4 %

120%
4,55 mL − 2,5 mL
a. Kadar 1 = x 100%
2,1 mL
36

= 97,6 %

4,5 mL − 2,4 mL
b. Kadar 2 = x 100%
2,1 mL

= 100 %

4,5 mL − 2,5 mL
c. Kadar 3 = x 100%
2,1 mL

= 95,2 %

140%
5,0 mL − 2,9 mL
a. Kadar 1 = x 100%
2,1 mL

= 100 %

5,0 mL − 3,0 mL
b. Kadar 2 = x 100%
2,1 mL

= 95,2 %

4,9 mL − 2,9 mL
c. Kadar 3 = x 100%
2,1 mL

= 95,2 %

8. Presisi tablet asam mefenamat


19,9 mL x 0,098 N x 24,13
a. Kadar = x 100%
646,1 mg x 0,1

= 72,80 %

21,2 mL x 0,098 N x 24,13


b. Kadar = x 100%
646 mg x 0,1

= 73,90 %

20,1 mL x 0,098 N x 24,13


c. Kadar = x 100%
646,8 mg x 0,1

= 73,40 %

20 mL x 0,098 N x 24,13
d. Kadar = 646,1 mg x 0,1
x 100%
37

= 73,20 %

20,1 mL x 0,098 N x 24,13


e. Kadar = x 100%
646,2 mg x 0,1

= 73,50 %

20 mL x 0,098 N x 24,13
f. Kadar = x 100%
646,0 mg x 0,1

= 73,20 %

× = 73,33

SD = 0,367

CV = 0,5 %

9. Carr’s index

97 + 94
100 − ( 2 ) x100% = 4,5 %
100

10. Kerapuhan granul

30 − 28,81
x100% = 3,96%
30

11. Loss of drying granul

5,01 − 4,35
%LOD = x100% = 13,17%
5,01

12. Distribusi granul

a. Mesh 16

1190 + 840 11,04 + 51,2


𝑥
2 2 = 315,868
100
38

b. Mesh 20

840 + 595 51,2 + 32,28


𝑥
2 2 = 299,484
100

c. Mesh 30

595 + 420 32,28 + 2,33


𝑥
2 2 = 87,822
100

Rata-rata = 234,3917

13. Kerapuhan tablet

a. Replikasi 1

9,98240 − 9,90847
𝑥100% = 0,74%
9,98240

b. Replikasi 2

9,90267 − 9,82977
𝑥100% = 0,73%
9,90267

c. Replikasi 3

9,97219 − 9,89691
𝑥100% = 0,75%
9,97219

Rata-rata = 0,74%

Anda mungkin juga menyukai