Anda di halaman 1dari 2

Pemurnian Garam Krosok Menjadi Garam Industri

Fitrin Nafilah

Departemen Kimia FIA ITS

Fitrin.17012@mhs.its.ac.id

Garam merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia baik untuk di
konsumsi maupun digunakan dalam kegiatan Industri. Salah satu jenis garam yang banyak
diketahui adalah garam krosok dan garam industri. Garam krosok atau disebut Crude Solar Salt
merupakan garam yang dihasilkan melalui proses kristalisasi air laut dan biasanya digunakan
untuk konsumsi (Sumada et al., 2016). Sedangkan garam industri merupakan garam yang
memiliki kadar NaCl lebih tinggi daripada garam krosok dan dibutuhkan dalam kegiatan
industri.

Tahun 2014, kebutuhan garam Indonesia mencapai 3,3 juta ton. Kebutuhan garam
tersebut meliputi antara lain kebutuhan garam konsumsi 756.000 ton dan garam industri 2,57
juta ton, sedangkan berdasarkan data, Indonesia mengimpor garam industri pada tahun 2014
sebanyak 2,16 juta ton (“Kemenperin: Garam Industri Masih Bergantung Impor,” n.d.).X

Berdasarkan data yang ada, kebutuhan Indonesia tehadap garam Industri jauh lebih
besar dibandingkan tingkat produksi garam industri lokal sehingga pemerintah masih
menerapkan kebijakan impor. Akan tetapi, kondisi tersebut perlu diperhatikan mengingat
Indonesia merupakan negara maritim yang sebagian besar wilayahnya berupa lautan sehingga
memiliki potensi besar untuk menghasilkan garam.

Beberapa garam krosok yang dihasilkan mempunyai kualitas yang berbeda-beda hal ini
dapat dipengaruhi oleh kualitas air laut sebagai bahan baku, fasilitas produksi yang tersedia
dan penanganan pasca panen. Empat contoh garam krosok yang diperoleh dari berbagai sentra
garam di Jawa Timur mempunyai kadar natrium klorida yang berbeda-beda yaitu : 89.25% ;
82.32% ; 83.65% dan 88,34 % (dry base), sisanya adalah bahan pengotor seperti ion
magnesium (Mg), kalsium (Ca), sulfat (SO4) dan lainnya. Garam krosok yang dihasilkan memiliki
kualitas rendah karena kandungan natrium klorida (NaCl) hanya berkisar antara 80-90 %,
kualitas ini masih berada dibawah dari Standar Nasional Indonesia (SNI) yaitu kadar NaCl
minimal 94,7 % untuk garam konsumsi dan diatas 98 % untuk garam industri (Sumada et al.,
2016).

Menurut penelitian Setyopratomo (2013) tentang Studi Eksperimental tentang


Pemurnian Garam NaCl dengan Rekritalisasi, data hasil pemurnian garam NaCl krosok menjadi
garam industri sebagai berikut :
Untuk menghasilkan garam industri dari garam krosok, dilakukan proses pencucian
dan evaporasi. Proses pencucian dengan larutan garam mendekati jenuh (300 gram/liter air)
yang bertujuan untuk menghilangkan kandungan bahan pengotor tidak terlarut seperti tanah,
debu dan pasir, serta bahan pengotor terlarut seperti ion magnesium (Mg), kalsium (Ca), sulfat
(SO4) dan kalium (K). Proses evaporasi merupakan salah satu metode untuk memurnikan suatu
bahan padat dari pengotornya melalui proses pelarutan dan kristalisasi (Sumada et al., 2016).
Kristalisasi dari larutan dikategorikan sebagai salah satu proses pemisahan yang efisien. Secara
umum, tujuan dari proses kristalisasi adalah menghasilkan produk kristal dengan kualitas
seperti yang diharapkan. Dengan rekristalisasi kandungan pengotor dapat diturunkan lagi
sampai harga yang cukup kecil sehingga didapatkan garam dengan kandungan NaCl mencapai
99,01 % (Setyopratomo et al., 2003).

Proses evaporasi ini didasarkan atas kelarutan bahan dalam suatu pelarut dimana
kelarutan bahan tersebut akan naik akibat naiknya suhu (temperatur) dan sebaliknya kelarutan
akan turun pada suhu rendah, sedangkan bahan pengotor memiliki sifat yang berbeda dimana
kelarutan bahan pengotor akan rendah pada suhu tinggi dan sebaliknya kelarutan akan tinggi
pada suhu rendah. Pada pembentukan kristal, satu molekul kristal mempunyai afinitas yang
tinggi terhadap molekul kristal yang lainnya sehingga dapat membentuk kristal yang besar.
Bahan pengotor mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda dengan kristal sehingga tidak
menjadi satu kesatuan didalam kristal atau berada diluar kristal yang mengakibatkan
kemurnian kristal dapat tercapai dengan kata lain proses evaporasi ini dapat menghasilkan
produk kristal yang murni tanpa bahan pengotor. (Sumada et al., 2016)

Daftar Pustaka

Kemenperin: Garam Industri Masih Bergantung Impor [WWW Document], n.d. URL
http://kemenperin.go.id/artikel/11298/Garam-Industri-Masih-Bergantung-Impor
(accessed 4.9.18).
Setyopratomo, P., Siswanto, W., Ilham, H.S., 2003. Studi Eksperimental Pemurnian Garam NaCl
Dengan Cara Rekristalisasi 11, 12.
Sumada, K., Dewati, R., Suprihatin, S., 2016. Garam Industri Berbahan Baku Garam Krosok
Dengan Metode Pencucian Dan Evaporasi. Tek. Kim. 11.

Anda mungkin juga menyukai