OLEH
DENPASAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Desa Taro sangat sejuk dikala siang maupun malam hari, ini juga di dukung
Selain kondisi alam yang masih harmonis, Desa Taro memiliki satu
keunikan yang tak dimiliki desa lain di Bali yakni dengan adanya sapi
warga Desa Pakraman Taro Kaja sangat meyakini kesucian hewan ini, bahkan
mereka tak berani memelihara secara pribadi apalagi membunuh hewan suci
tersebut. Seandainya ada sapi putih yang lahir dari sapi peliharaannya, ketika
mencapai umur enam (6) bulan pasti diserahkan pada Desa untuk dirawat.
budaya sebagai salah satu bentuk penghormatan dan pensucian kepada dewa.
Lembu Putih Taro disebut dengan nama "Ida Bagus" untuk yang jantan dan "Si
adalah bahwa setiap hari ada sekitar 18 orang yang piket mencari rumput
makanan sang lembu. Piket ini bergantian tiap hari yang telah diatur dalam
rapat desa. Suasana gotong royong sangat lengket di sini. Selain disucikan
lembu putih ini juga dimanfaatkan sebagai sarana pelengkap (saksi) upacara di
Bali yaitu Ngasti (dan yang setingkat dengan upacara itu). Lembu (Sapi) Putih
mengelilingi areal atau tempat upacara sebanyak tiga kali. Upacara ini disebut
Keunikan dari Lembu Putih ini membuat masyarakat Taro Kaja ingin
menjadikan sebagai salah satu daya tarik wisata yang dimaksudkan untuk
luas. Kini kawasan wisata Lembu Putih sudah berbenah dengan lebih menata
kandang yang dipakai untuk merawat dan memelihara lembu putih serta taman-
taman disekitar sudah dipelihara sehingga tempat ini sangat cocok digunakan
sebagai tempat edukasi bagi anak-anak untuk mengenal lebih jauh hayati yang
ada.
Di dalam kawasan ini pula terdapat balai serba guna sebagai sarana
pelatihan, pelantikan, diskusi, rapat, konferensi atau event lainnya. Untuk para
petualang, kawasan ini juga mendukung untuk kegiatan trekking dan cycling.
Tempat ini juga baik dipergunakan untuk tempat berekreasi dengan lahan luas
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah
Dalam kamus Bahasa bali lembu adalah sampi meparak dan mebulu
ngendih, sedangkan putih yaitu petak. Jadi lembu putih adalah sapi putih (sapi
Bali) yang warnanya putih. Lembu putih disakralkan oleh umat Hindu di Bali
dan diyakini sebagai pelinggihan Dewa Siwa yang disebut Lembu Nandini.
Lembu putih ada kawasan Pura agung Gunung Raung Desa Taro Kecamatan
Putih yang berada di kawasan Pura Dalem Pingit yang berkaitan dengan Pura
Agung Gunung Raung desa pekraman Taro adalah di bawa oleh maha Rsi
Markadeya dengan pengikut beliau dari India menuju Pulau Swarna Dwipa
pertanian.
Ada mitos masyarakat yang menyebutkan bahwa, pada saat upacara besar
yang dilaksanakan di Pura Gung Raung Taro, semua sarana dan prasarana telah
lengkap, kecuali lembu putih yang belum ada, dari kekurangan itu prajuru
tentang kekurangan tersebut. Ada masyarakat yang bertanya, bentuk jenis, serta
rupa dari lembu tersebut. Dari usul tersebut prajuru dan masyarakat yang
lainnya membisu semua karena belum pernah melihat bahkan baru kali ini.
Dan pada saat itu, ada salah seorang dari keluarga Jro Mangku Sidakarya
yaitu keluarga dari I Murya berkata : bahwa sapinya melahirkan sapi yang
pernyataan tersebut sambil berkata “ Peswecan Ida Betara Sang Hyang Widhi”
wiyakti Taro wantah Desa Sarwa Ade dari itu terus saja Duwe Lembu putih
sampai sekrang.
yang dulunya dilepas pada tahun 1970, dengan jumlah lembu berjumlah 3 ekor.
diikat dengan tali bambu, tempatnya berteduh sama seperti sapi biasa yang
Banjar adat Desa Pekraman Taro Kaja secara bergiilir. Kemudian pada tahun
1978 berjumlah 5 ekor pemeliharaan masih dengan sistem bergilir dan ada
penambahan jumlah sampai 7 ekor dan terus bertambah hingga tahun 1991
berjumlah 12 ekor. Pada tahun 1991 mulai mendapatkan perhatian dari Dinas
Peternakan dan dibuatkan kandang di sisi barat Pura Dalem Pingit dengan
bentuk parallel menghadap ke utara dan ke timur, namun sudah ada tenaga
khusus untuk memberi pakan, sedangkan pakan masih disiapkan oleh Banjar
Pada tahun 1996 sudah mencapai jumlah hingga 24 ekor, pada masa ini
kondisinya sangat kurus dan ada yang sampai tidak bisa berjalan. Dengan
kondisi seperti ini masyarakat berinisiatif untuk melepaskan Duwe dengan cara
membuat pagar disekeliling kawasan pura Dalem Pingit bagian barat sampai di
pinggir sisi timur sema genit di sebelah utara uma, dengan cara ini juga kurang
ladang masyarakat.
areal kandang berada di sisi selatan dari Pura Dalem pingit, dengan makin
terjadi tidak jelas, yang dikubur saat itu hanya 12 ekor, selain itu tidak
diketahui keberadaannya. Jumlah duwe lembu saat itu hanya 29 ekor, dengan
gajah.
tekumpul dana, pada saat itu terbentuk Panitia Pembangunan Monumen yang
Rapa, serta dengan beberapa anggota. Dan monumen dibangun oleh tukang
32.231.000,- .
setelah karya agung Panca Wali Krama Agung di Kahyangan jagat Pura Agung
Raung dan dalam proses selama 2 tahun sehingga pada tahun 2013 terentuklah
penurunan. Lembu putih tersebut sangat dipentingkan terutama air susunya, air
liurnya, air kencing, dan juga kotoranya dalam rangkaian upacara tersebut.
Masyarakat Desa Pekraman Taro Kaja sangat meyakini kesucian Lembu Putih
ini bahkan mereka tidak ada yang berani memelihara lembu putih ini secara
prbadi.
2.2 Kepemilikan
1. Lahan/Tanah
Tanah milik Desa Pekraman Taro Kaja dengan luas 3,5 ha yang
2. Bangunan
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Bovidae
Subfamili : Bovinae
Genus : Bos
sekali kaitannya dengan perjalanan suci Ida Maha Rsi Markandheya dalam
menyebarkan agama Hindu dari Swarna Dwipa menuju Bali. Selain memiliki
yang ramah lingkungan. Bahkan kotoran, air seni, air liur, air susu dan air
lembu putih dikelola di atas lahan seluas 2,5 hektar oleh Yayasan Lembu
tanaman langka.
Masyarakat di desa Taro ini mempercayai bahwa lembu putih yang
baik medis maupun non medis melalui air mani, kotoran maupun air susunya.
warisan leluhur yang keberadaannya sudah tidak banyak lagi. Lembu ini
selain menjadi obyek wisata juga digunakan untuk upacara keagamaan hindu
tersebut.
masyarakat desa Taro melaksanakan upacara Tawur Panca Wali Krama Agung
yang dilaksanakan di Pura Agung Gunung Raung. Upacara Tawur Panca Wali
putih. Lembu putih di dalam Tawur Panaca Wali karma Agung mempunyai
lembu putih pada upacara Tawur Panca Wali Krama Agung di Pura Agung
Jagat Pura Agung Besakih pada tahun 1979, dan caru/ Tawur panca Wali
Timur) mengikuti jejak lembu putih (sapi gading), yang dituntun oleh
menurunkan roh leluhur yang akan diupacarakan berkenan turun hadir dalam
Dewa Siwa. Melalui upacara ini dimohon kehadapan Sang Hyang Siwa
supaya leluhur yang diupacarakan dapat mencapai sorga, sthana Sang Hyang
Siwa di gunung Kailaśa di arah Timur Laut yang menjulang tinggi (Sudarma,
2014).
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
upacara/ritual. Padahal upakara/ritual itu adalah salah satu bagian dari bentuk-
dengan kondisi dan kemampuan yang ada dengan peluang kesempatan hasil
yang sama. Dengan demikian apapun bentuk yadnya yang kita lakukan
sepanjang sesuai dengan konsep Dharma maka akan memperoleh hasil yang
maksimal. Bali sendiri memiliki beraneka ragam jenis hewan yang bisa
digunakan sebagai hewan upakara salah satunga adalah lembu putih Taro.
Saat ini populasi lembu putih masih terbatas. Oleh karena itu upaya
hewan lembu putih sebagai sarana upakara dapat dijadikan peluang bagi
masyarakat desa Taro. Dimana Lembu Putih dapat menjadi hewan saran suci
upakara dan menjadi daya tarik bagi turis yang gemar dengan wisata religi,
desa.
Dengan menjaga kelestarian Lembu Putih Taro, setiap ada upakara yang
membutuhkan lembu putih di Bali, maka kebutuhan akan lembu putih akan selalu
Konsep Tri Hita Karana dan apabila diterapkan secara mantap, kreatif dan
manusia seutuhnya, yang “astiti bakti” terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cinta
kepada kelestarian lembu putih, lingkungan, serta rukun dan damai dengan
sesama.
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA