Anda di halaman 1dari 8

BALE BEAJAT; MEZBAH DAYAK TAMAN SANGKE

Oleh: Matius Jon

Apabila Anda melakukan perjalanan menyusuri Sungai Taman di Wilayah Kebupaten


Sekadau Provinsi Kalimantan Barat, Anda akan disuguhkan dengan pemandangan alam dengan
nuansa perbukitan. Di sepanjang Sungai Taman, Anda akan selalu menemui jeram yang
membuat hati ingin berpetualang mengarunginya. Di sepanjang jalan, Anda menemukan banyak
tembawang berisi pohon buah-buahan lokal seperti durian, asam kalimantan, asam mawang,
belimbing darah, tengkawang, lahong, pekawai, dan banyak lagi jenis pohon buah-buahan
lainnya. Tembawang umumnya didapati di daerah dataran rendah dengan kontur tanah relatif
rata. Pada daerah yang relatif berbukit dengan kemiringan tanah antara 20 sampai dengan 60
derajat Anda bisa menemukan hutan yang berselang-seling dengan perkebunan rakyat. Dulunya
merupakan hutan perawan, namun karena dirambah untuk berladang, berikutnya masyarakat
Suku Taman memanfaatkan ladang tersebut untuk menanam padi, palawija dan kemudian
menanam karet sebagai aset yang diharapkan dapat memberikan tambahan pendapatan di
kemudian hari. Dalam perjalanan sejauh kira-kira 18 Km ke arah perhuluan Sungai Taman, kita
bisa menemukan 9 buah kampung yang merupakan pemukiman tempat tinggal Komunitas
Dayak Taman. Berjarak kira-kira 3 Km dari Nanga Taman, kita mendapatkan kampung Nuak,
selanjutnya ada Kenolan, Kenambin Tinggi, Sungai Agur, Meragun, Dondang, Kelampuk Ilik,
Kelampuk Ulu dan Sangke. Masih ada satu kampung yang termasuk pemukiman Dayak Taman
yaitu Ladak, namun berada di wilayah aliran Sungai Menterap Hulu.

Dayak Taman itu sendiri merupakan salah satu Sub Suku Dayak yang berdomisili di
Daerah Sepanjang Sungai Taman di Wilayah Kecamatan Nanga Taman Kabupaten Sekadau.
Sama seperti Dayak Jawatn (https://ytprayeh.com/budaya/p-516143952531058/perari-bukan-
ferrari-dalam-tradisi-dayak-jawatn), Dayak Taman juga termasuk penutur rumpun Melayik
(Sujarni Alloy dkk, 2008:274).

Menurut cerita yang dituturkan oleh kaum tua, Orang Taman merupakan keturunan
Panglima Nyai Anta. Demi mencari lahan
baru yang lebih subur dan kaya dengan
binatang buruan, Nyai Anta dan keluarganya
memisahkan diri dari komunitasnya dan
mulai membuka lahan baru di sepanjang
Sungai Taman. Keturunan Nyai Anta
bertambah banyak dan membentuk suatu
komunitas yang memiliki wilayah,
kepercayaan, bahasa, adat istiadat, dan tradisi
Bonipasius, Praktisi Adat Dayak Taman tersendiri. Melihat dari situs-situs warisan
leluhurnya, bisa dipastikan bahwa nenek
moyang Orang Taman merupakan penganut kepercayaan Animisme-Dinamisme, hal ini
dibuktikan dengan masih ada dan terpeliharanya tradisi dalam bentuk berbagai macam ragam
ritual ucapan syukur dan permohonan kepada Duata Petara (Sang Pencipta versi Dayak Taman),
salah satunya adalah ritual “Beajat.”

Beajat (bahasa Taman) itu sendiri merupakan ritual penyampaian permohonan kepada
Duata Petara agar memperoleh perlindungan, kesembuhan, tuah atau rejeki dan lain-lain
keinginan yang disadari hanya bisa tercapai jika ada restu atau campur tangan dari Pemilik
Kuasa Tak Terbatas. Ritual Beajat tradisi Dayak Taman dilakukan disuatu tempat yang
dilengkapi dengan bangunan yang disebut “bale” (semacam mezbah) untuk meletakkan sesajian
yang akan dipersembahkan sebagai bahan prasyarat untuk membuka komunikasi dengan Roh
dari Pemilik Kuasa Tak Terbatas.
Bale Dayak Taman aslinya merupakan bangunan kecil dengan empat pilar utama dari
kayu belian (kayu ulin) yang diberi asesoris “pasak jala” berlantai bilah bambu pering yang bisa
diganti-ganti jika sudah lapuk. Pada umumnya, bale yang lazim dibuat di kalangan Dayak Taman
aslinya tidak beratap, namun pada perkembangannya model tersebut setelah melalui kesepakatan
adat dapat diubah sehingga memiliki atap yang barang tentu lebih aman dari hujan dan panas.
Menurut Bonipasius (salah seorang praktisi adat Dayak Taman), proses pembuatan bale tersebut
juga tidak boleh sembarangan, harus ada ritual minta ijin kepada Duata Petara, harus mengikuti
penanggalan yang cocok, harus melakukan tolak bala, isolasi kampung (semacam lockdown) dan
tidak boleh bekerja keras selama waktu tertentu, tergantung tingkatan ritualnya.

Anda mungkin juga menyukai