Anda di halaman 1dari 14

MENGENAL MEMPELAJARI dan MEMAHAMI ADAT ISTIADAT Sub SUKU DAYAK MUALANG KABUPATEN SEKADAU Oleh Edy borneo

kurniawan 1.KALIMANTAN BARAT Kalimantan barat merupakan salah satu propinsi yang ada di pulau Kalimantan, Luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat adalah 146.807 km (7,53% luas Indonesia). Merupakan provinsi terluas keempat setelah Papua, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah., dan beribu kotakan Pontianak.,Kalimantan barat di juluki daerah seribu sungai, karena terdapat banyak sungai besar dan kecil yang pernah dan sering di layari. Di antara nya sungai Kapuas yang merupakan sungai terpanjang di Indonesia. Kalimantan barat memiliki 14 kabupaten/ kota. no 1 2 3 4 5 6 7 Kabupaten/kota Kabupaten Sanggau Kabupaten Sekadau Kabupaten Sintang Kabupaten Sambas Kabupaten Landak Kabupaten pontianak Kabupaten Bengkayang Ibu kota/madya Sanggau permai Sekadau Sintang Sambas Ngabang Mempawah Bengkayang

Mualang ibanic

8 9 10 11 12 13 14

Kabupaten Kapuas hulu Kabupaten Melawi Kabupaten ketapang Kabupaten Kayong utara Kabupaten Kubu raya Kota seingkawang Kota pontianak

Putus sibau Nanga pinoh Ketapang Sukadana Sei raya singkawang Pontianak

Jumlah penduduk di Provinsi Kalimantan Barat menurut sensus tahun 2004 berjumlah 4.073.304 jiwa (1,85% penduduk Indonesia) Yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa di antara nya: Dayak, melayu, bugis, jawa ,sunda ,batak,dll Suku dayak merupakan penduduk asli pulau Kalimantan,, di Kalimantan Kelompok Suku Dayak, terbagi dalam sub-sub suku yang kurang lebih jumlahnya 405 sub (menurut J. U. Lontaan, 1975). Masing-masing sub suku Dayak di pulau Kalimantan mempunyai adat istiadat dan budaya yang mirip, merujuk kepada sosiologi kemasyarakatannya dan perbedaan adat istiadat, budaya, maupun bahasa yang khas. Masa lalu masyarakat yang kini disebut suku Dayak, mendiami daerah pesisir pantai dan sungai-sungai di tiap-tiap pemukiman mereka. Di Kalimantan barat suku dayak merupakan suku terbesar di antara suku lain nya, suku dayak di Kalimantan barat terbagi atas 6 suku besar yaitu: 1.Rumpun Kanayatn, 2.Rumpun Ibanic, 3.Rumpun Bidoih (Kidoh-Madeh), 4.Rumpun Banuaka", 5.Rumpun Kayaanic, 6.Rumpun Uut Danum,

Mualang ibanic

di Kalimantan Barat ditemukan 151 subsuku Dayak, 100 sub-subsukunya, dan 168 bahasa Dayak ( Mozaik Dayak 2008) . orang dayak di kenal ramah dan santun serta memiliki rasa kekerabatan yang tinggi yang di tandai dengan adanya rumah betang( rumah panjang) yang menjadi tempat hunian mereka(tempo doeloe)

2.KABUPATEN SEKADAU Sekadau merupakan salah satu kabupaten yang ada di timur Kalimantan barat, yang beribukotakan sekadau,.nama sekadau di ambil dari nama sebuah pohon yang banyak di temui di sungai sekadau , oleh orang setempat di kenal dengan nama pohon adau. Kabupaten Sekadau merupakan pemekaran dari Kabupaten Sanggau, yang terdiri dari Kecamatan Nanga Mahab, Kecamatan Nanga Taman, Kecamatan Sekadau Hulu, Kecamatan Sekadau Hilir, Kecamatan Belitang Hilir, Kecamatan Belitang, dan Kecamatan Belitang Hulu, dengan luas daerah 544.430 hektar. Letak Geografis Kabupaten Sekadau terletak di antara 0 derajat 38 menit 23 detik Lintang Utara dan 0 derajat 44 menit 25 detik Lintang Selatan. Serta diantara 110 derajat 33 menit 7 detik Bujur Timur, dan 111 derajat 11 menit 44 detik Bujur Timur. Batas Wilayah Kabupaten Sekadau terdiri dari : Utara : Kabupaten Sintang

Selatan : Kabupaten Ketapang Timur : Kabupaten Sintang Barat : Kabupaten Sanggau Kabupaten Sekadau yang terdiri dari tujuh kecamatan jika dilihat kecamatan terluas adalah Kecamatan Belitang Hulu dengan luas 116.270 ha atau sekitar 21,36% dari luas kabupaten. Sedangkan kecamatan terkecil adalah Kecamatan Belitang dengan luas 28.100 ha atau 5,16%

Mualang ibanic

Kabupaten sekadau resmi di mekarkan resmi di mekarkan pada tahun 2003. Kabupaten sekadau terdiri dari dari 7 kecamatan di antara nya:

DAFTAR KECAMATAN DI KABUPATEN SEKADAU No 1 2 3 4 5 6 7 KECAMATAN Belitang Belitang hulu Belitang hilir Sekadau hilir Sekadau hulu Nanga taman Nanga mahap IBU KOTA Nanga belitang Balai sepuak Sei ayak sekadau rawak Nanga taman Nanga mahap

Di kabupaten sekadau terdiri dari sub suku dayak di antara nya: 1. Dayak senganan 2. Dayak mualang 3. Dayak kerabat 4. Dayak ketungau sesat dll Dan suku yang terbesar adalah suku dayak mualang. 2. Asal Usul Dayak Mualang Dayak Mualang adalah nama salah satu Suku Dayak yang terdapat di Kabupaten Sekadau Kalimantan Barat. Jumlah suku Dayak ini kurang lebih 65.000 jiwa (Florus,1992). Menurut tradisi mereka, mereka berasal dari (tempat warisan leluhur) Temawang Tampun Juah, di daerah Saih (anak Sungai Ketungau) dan Sungai Sekayam. Kebanyakan dari kelompok yang disebutkan di atas sama seperti Dayak dari Sanggau dan Dayak Sadong di Mualang ibanic

Sarawak, juga mengatakan bahwa Tembawang inilah sebagai daerah asal mereka yang sebenarnya (Dunselman, 1955).Berdasarkan ciri Ehtnoluinguistic dan ciri kebudayaan, Dayak Mualang termasuk salah satu kelompok Dayak Ibanic. Ciri tersebut berdasarkan sastra lisan bekana, bejandeh dll, sastra tua atau cerita-cerita turun temurun dan penokohan tokoh yang di puja pada masa lalu diantaranya: keling, kumang, laja, ijau, punggak, inai abang, belun belunan dll Mualang sendiri di populerkan karena terkait dengan seorang yang di puja yaitu: pahlawan, letnan yang di gelar Manok sabung / ayam aduan. karena si tokoh mualang tersebut merupakan seorang yang berani dan tak pernah mundur ia mempunyai semangat: AGEK IDOP AGEK NGELABAN ( masih hidup masih melawan )oleh sebab itu beliau di jadikan simbol kepahlawanan pada masa lalu. Suku dayak mualang berasal dari daerah tampun juah (di daerah Segumon Kecamatan Balai Karangan, Kabupaten Sanggau)) yang berpindah ke daerah belitang kabupaten sekadau, menurut cerita nya di suatu daerah yang bernama tampun juah hidup lah sekelompok manusia yang sangat ramai sekali, dengan perumpamaan nya jika sebatang pohon kelapa di tebang pada pagi hari, maka pada sore hari nya pohon itu akan menjadi rata dengan tanah karena di injak oleh manusia yang lalu lalang di daerah tersebut,, atau bila seekor burung elang sedang terbang di atas pemukiman mereka, burung itu pasti akan jatuh terkena asap dapur ibu-ibu yang sedang memasak. Di namakan tampun juah, konon cerita nya waktu itu di daerah tersebut Aturan satu-satunya adalah tidak memperbolehkan pernikahan orang yang masih terikat hubungan darah. Bila aturan ini dilanggar, malapetaka akan terjadi di bumi. Untuk menghentikan malapetaka tersebut mempelai haram ini diikat dalam keadaan berpelukan kemudian ditembuskan dengan tombak, kemudian mayat mereka dilemparkan ke sungai. Itu lah yang di alami juah dan sangka yang mana mereka melansungkan perkawinan sedangkan mereka masih ada hubungan keluarga karena ulah perbuatan mereka tersebut maka hukuman nya oleh kepala suku pasangan tadi di hukum mati dengan cara menancapkan kedua tubuh pelaku yang di ikat berpelukan dengan sangkoh(tombak) hingga menembus tubuh kedua nya, kemudian mayat nya di buang atau di hayutkan di sungai ,maka atas peristiwa tersebut daerah itu di namakan tampun juah.,tampun artinya menghujam dan juah adalah nama dari salah satu pasangan tersebut.

Mualang ibanic

pada suatu ketika terjadi musibah besar_besaran di tampun juah,,di mana sekelompok manusia tersebut di serang oleh sak bui( hantu), di mana apa yang ada pada mereka menjadi berubah, nasi yang di makan menjadi kotoran,, air menjadi darah dan tercemar sehingga atas peristiwa tersebut mereka harus menyelamat kan diri dengan berpindah ke tempat pemukiman yang baru untuk melansungkan hidup nya. Mualang adalah nama salah satu sub suku dayak yang ada di kabupaten sekadau, nama mualang di ambil dari nama seorang panglima perang yang tewas dalam perjalanan pulang dari mngayau( membunuh/berperang melawan musuh) Dayak mualang ini tersebar di 3 kecamatan yaitu belitang hulu, belitang hilir, dan nanga beliatng, suku mualang merupakan suku terbesar di kabupaten sekadau, memiliki bahasa yang benadai,, suku ini merupakan suku yang terkenal dengan kebiasaan mengayau Mengayau merupakan kebiasaan dayak ini pada jaman dahulu sampai tahun 1970an, dayak mulang mempunyai tradisi dan adat istiadat di antaranya gawai, tarian perang, tari piring, Senjata khas nya adalah Mandau, sumpit, sangkoh (tombak), nibong ,tirok , isau dan sebagai nya. 3. Hukum Adat Perkawinan Dayak Mualang Pada awalnya di suku Mualang belum ada hukum perkawinan. Ketika itu mereka masih berada di Benua Tampun Jauh (di daerah Segumon Kecamatan Balai Karangan, Kabupaten Sanggau). Aturan satu-satunya adalah tidak memperbolehkan pernikahan orang yang masih terikat hubungan darah. Bila aturan ini dilanggar, malapetaka akan terjadi di bumi. Untuk menghentikan malapetaka tersebut mempelai haram ini diikat dalam keadaan berpelukan kemudian ditembuskan dengan tombak, kemudian mayat mereka dilemparkan ke sungai. Inilah yang dialami oleh Juah dan Sangka yang kawin masih saudara sepupu. Peraturan itu akhirnya diubah ketika salah seorang putri Petara Seniba sendiri yang membuat kesalahan. Beginilah garis besar kisahnya. Pada zaman dulu, hiduplah seorang pria bernama Keseka. Sudah tujuh kali ia beristri dan semua perempuan itu meninggal dunia. Keseka merana. Penderitaannya menimbulkan rasa iba Petara Seniba. Petara Seniba menurunkan putrinya dari langit dalam

Mualang ibanic

sebuah ruas bambu besar. Nama putri itu adalah Dara Jantung. Ketika dua sejoli itu berjumpa, mereka saling jatuh cinta dan menikah. Kemudian, Dara Jantung melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bujang Panjang. Setelah anaknya pandai berbicara, Dara Jantung terbang ke langit, kembali ke tempat asalnya. Ketika Bujang Panjang dewasa pergilah ia mencari ibunya sampai ke khayangan (langit). Di khayangan ia berjumpa ibunya dan adik bungsu ibunya yang sangat cantik. Mereka berdua saling jatuh cinta dan tidur bersama tanpa sepengetahuan Petara Seniba. Ketika kandungan putri bungsunya membesar dan mengetahui bahwa Bujang Panjang yang menghamilinya, marahlah Petara Seniba dan berkata kepada putrinya: Kamu berdua telah berbuat dosa karena telah bersetubuh. Bujang adalah anak kakakmu. Kalian tidak boleh kawin. Kalian berdua telah melanggar adat mali yang berat. Oleh karena itu aku harus membunuh babi pemali untuk menebus kesalahan kalian berdua. Maka bergegaslah Petara Seniba pergi mengambil 7 ekor babi pemali. Ketujuh babi pemali itu dibunuh di tempat berlainan: (1) Babi pertama dibunuh di bumbung rumah (atap rumah), dipersembahkan kepada dewa-dewa yang berada di langit ketujuh supaya tidak menurunkan malapetaka ke bumi. (2) Babi kedua dibunuh di dalam rumah dan darahnya dioles ke dahi dua sejoli tadi supaya dewa-dewa tahu keduanyalah yang melakukan kawin mali dan diharapkan tidak terulang lagi kepada turunannya. (3) Babi ketiga dibunuh di ganggang rumah (serambi rumah): dipersembahkan kepada Senggalang Burung dan segala roh jahat, sebab kalau tidak diberi makan mereka mengacaukan orang yang kawin di dalam rumah. (4) Babi keempat di bunuh di tanah: dipersembahkan kepada Puyang Gana (penguasa tanah), supaya tidak merusak tanaman. (5) Babi kelima di bunuh di kebun buah-buahan: supaya pohon-pohon yang di tanam dapat tumbuh subur.

Mualang ibanic

(6) Babi keenam dibunuh di pohon lalau (pohon tempat lebah bersarang) supaya kalau kedua mempelai tadi memanjat pohon mengambil lebah madu tidak disambar petir. (7) Babi ketujuh dibunuh di sungai dan dihanyutkan supaya raja Juata yang berdiam di air tidak mengutuk mereka berdua. Berdasarkan upacara penebusan itu, Petara Seniba berpesan kepada Bujang Panjang apabila ia pulang ke bumi harus mengajarkan aturan-aturan itu dalam urusan perkawinan. Bujang Panjang pun turun ke bumi dan menerapkan aturan-aturan tersebut di bumi. Dari sinilah lahir hukum adat perkawinan Dayak Mualang. Hukum ini berlangsung turun-temurun secara lisan dan disyahkan oleh Pangeran Haji Gusti Ahmad yang menjadi wakil panembahan di Sekadau tahun 1928. Adapun dalam prosesi adat perkawinan Dayak Mualang, ada hukum-hukum adat yang diberlakukan. Contohnya, Perkawinan betaban (kawin lari). Perkawinan betaban dibagi menjadi dua kategori yaitu beramau (melarikan anak gadis orang) dan berangkat (melarikan isteri orang). BERAMAO Untuk beramau mereka harus membayar denda babi pemali sebanyak 3 renti (1 renti = 11 cm diameternya) dan 6 tahil (1 tahil = 5 buah mangkok) + 1 tempayan. BERANGKAT Untuk berangkat juga dikenakan denda babi 3 renti dan 1 ekor ayam. Selain itu hamil diluar nikah (ngampang) juga dikenai sanksi adat. Demikian juga kasuskasus perzinahan, kawin mali, dikenakan sanksi adat berdasarkan keputusan temenggung adat setelah melalui proses perkara yang diketahui oleh masyarakat umum. 4.Hukum Adat Pati Nyawa Dayak Mualang Membunuh baik sengaja atau tidak sengaja menurut hukum adat Dayak sangat tidak dibenarkan. Pelaku pembunuhan ini dengan sendirinya dikenakan adat Pati Nyawa. Tidak

Mualang ibanic

heran jika terjadi pembunuhan, maka pelakunya akan dikenakan hukum adat yang sangat berat. Tapi tidak berarti bahwa korban akan sebebas mungkin menuntut jumlah adat yang sebesar-besarnya kepada pelaku. Ketentuan tidak tertulis ini berlaku dalam adat Pati Nyawa Dayak Mualang. hukum adat pati nyawa secara struktur berbeda dengan adat perdamaian. Tujuannya adalah untuk menghindari pertikaian yang berujung pada dendam kesumat. Bila terjadi hal seperti ini maka hukum yang dipakai adalah hukum adat perdamaian. Hukum ini secara umum adalah untuk mencari solusi tepat bagi kedua belah pihak yang terkait masalah, Salah satu contoh adat pati nyawa dikenakan pada Ita seorang ibu tiri yang membunuh anaknya Adop yang berusia 8 tahun. Ita melakukan perbuatannya pada 21 Agustus tahun 2001 di daerah Sepantak Desa Sungai Ayak II Kecamatan Belitang Hilir Kabupaten Sanggau (sekarang Kabupaten Sekadau). Akibat perbuatannya, Ita dijatuhi hukuman adat membayar denda sebesar Rp 15 juta. Jumlah ini menjadi besar karena menurut adat Pati Nyawa Mualang, semua bagian tubuh korban dihitung dalam takaran adat, Secara rinci, hukuman yang dikenakan pada Ita sebagai berikut. 1.Tubuh (badan) diganti dengan tajau bulu bayan 1 buah dengan denda adat 40 real atau setara dengan Rp 4 juta. 2.Pa (paha) diganti dengan lila tembaga 1 buah dengan denda adat 35 real setara dengan Rp 3,5 juta. 3.Suara (suara) diganti dengan tawak lima keliling 1 buah dengan denda adat 15 real atau Rp 1,5 juta. 4.Palak (kepala) diganti manduh 1 buah denda 5 real Rp 500 ribu. 5. Penengk (telinga diganti par tembaga 1 buah denda 2 real Rp 2 juta. 6.Mata diganti duit perak 2 keping, denda 2 real senilai Rp 200 ribu.

Mualang ibanic

7. Idung (hidung) diganti beliung dan Perdah 1 pasang, denda 1 real senilai Rp. 100 ribu. 8.Buuk (rambut) diganti Utun Ijuk Unau 1 Utun (ikat), denda real Rp. 50 ribu. 9.Dilah (lidah) diganti buah penawan 1 buah, denda 2 real Rp. 200 ribu. 10. Gigi diganti langkek 1 buah, denda real senilai Rp. 20 ribu. 11.Untak (otak) diganti mas murni 5 gram denda 5 real Rp. 500 ribu. Selain dari itu segala sesuatu yang berfungsi pada organ tubuh manusia seperti tulang, urat, jantung dan lain-lain juga dinilai dalam hitungan sanksi adat. 12.Tulang diganti besi spring 1 batang denda 1 real Rp. 100 ribu. 13.Urat (urat) diganti kawat waja 25 sta denda 1 real Rp. 100 ribu. 14.Tusu (susu) diganti dengan selpa tembaga 2 buah denda 1 real Rp. 100 ribu. 15.Jantung diganti gelas perak 1 buah denda 2 real Rp. 200 ribu. 16.Ati (hati) diganti cincin mata delima 1 buah denda 6 real Rp. 600 ribu. 17.Perut (perut) diganti rantai manila/perak 7 sta denda 7 real Rp. 700 ribu. 18.Kemalu (kemaluan) diganti dengan gernong ba ukir 1 buah denda 5 real Rp 500 ribu. 19.Tapak (telapak) diganti pinggan patah jlapan 4 buah denda real Rp. 50 ribu. 20.Tunjuk (jari) diganti serpang mata lima 1 buah denda real Rp. 50 ribu. 21.Tanaga (kekuatan) diganti manuk renjau (ayam jantan) 1 ekor 3 kg denda real Rp. 50 ribu. 22.Kulit ganti bidai 7 dejak 1 belah denda 2 real Rp. 200 ribu.

Mualang ibanic

23.Peramu (pakaian) diganti 1 kain tenun sirat dan 1 sirat denda 1 Rp. 150 ribu. 24.Darah diganti 1 buah tajau diisi beram (tuak) 10 botol denda 4 real Rp. 400 ribu. Penantai darah (tempat tampungan darah) diganti par tembaga 1 buah denda 2 real Rp 200 ribu. 25.Gemuk-isek (lemak-daging) diganti beras pulut 5 kulak (gantang) denda real Rp. 50 ribu. Buat/Adat I (adat tambahan yang harus dilaksanakan) diganti babi 1 renti (20 kg) sebanyak 60 kg denda 6 real Rp 600 ribu. Buat/Adat II (adat tambahan) diganti manuk tumbuh tugang 3 kg sebanyak 1 ekor denda real Rp. 50 ribu. Buat/Adat III (adat tambahan) diganti beras biasa 50 kg sebanyak 20 kulak denda 1 real Rp. 100 ribu. Begitu lah detailnya hukum adat merinci bagian tubuh manusia dalam adat Pati Nyawa dayak mualang, ini menunjukkan juga penghargaan yang sangat tinggi terhadap seorang manusia. Meninggalnya seseorang berarti kehilangan yang sangat besar. Karenanya pelakunya harus dijatuhi hukuman yang setimpal. 5. Hukum Adat Tungu Antu Dayak Mualang Hari itu, Lugu, seorang warga Kampung Semadu, Kecamatan Belitang Hilir, Kabupaten Sekadau berjuang melawan sakit perut yang menderanya. Perutnya rasa ditusuk. Rasa sakitnya luar biasa. Tidak jelas apa penyakit yang menyerangnya. Berbulan lamanya ia menderita sakit tersebut. Pihak keluarga Lugu telah mengusahakan berbagai cara pengobatan, dari mantri hingga paranormal. Setelah hampir putus asa mencari obat, suatu hari keluarga dan beberapa rekannya teringat bahwa mereka telah mengganggu pinggir kuburan Kampung Semadu. Saat itu mereka membuat teradak atau rintisan batas ladang dengan pinggir hutan untuk menghindari api tidak menjalar saat membakar, sayangnya rintisan teradak ada yang mengenai pinggir kuburan.

Mualang ibanic

Keluarga Lugu menduga penyakit yang diderita Lugu pasti berawal dari soal teradak tersebut. Teradak yang mengenai pinggir kuburan, telah membuat penghuni kuburan murka dan dilampiaskan kemarahannya kepada Lugu, sehingga ia sakit keras. Menurut keyakinan orang Dayak Mualang, pada saat melakukan aktivitas berladang seperti menebas, menebang, membakar pada lahan yang berhampiran dengan kuburan, kegiatan tersebut tidak boleh mengakibatkan kayu di sekitar kuburan layu atau terbakar apalagi sampai mengganggu pekuburan. Kegiatan yang mengganggu tersebut dapat mengakibatkan roh penghuni kuburan marah dan orang yang dikira mengganggu dapat ditimpa kemalangan atau penyakit. Jika orang yang bersangkutan merasa mengalami penyakit atau musibah yang tidak diketahui penyebabnya dan orang tersebut merasa kegiatan atau tindakannya telah secara sengaja atau tidak sengaja mengganggu kuburan, orang itu dapat mengadakan adat membayar denda kepada hantu atau roh penghuni makam yang disebut Tungu Antu atau Nyurung Adat ka Antu. Kasus penyakit misterius yang menimpa Lugu, telah meyakinkan Lugu dan keluarganya bahwa hal itu disebabkan oleh tindakan mereka yang telah mengakibatkan roh di kuburan marah. Kemudian, keluarga Lugu memanggil Muri Entubik Temenggung Adat Semadu untuk memutuskan perkara dan membantu menjalankan adat Tungu Antu. Menurut Muri, ketentuan denda adat untuk Tungu Antu adalah 3 tail mangkal = 15 buah mangkok, 1 ekor ayam, 1 botol tuak.Ayam dan tuak harus dihabiskan di tempat upacara adat saat itu juga. Lalu mangkok, ayam dan tuak diantar ke kuburan, atau bisa juga disimpan di jalan menuju ke makam. Sedangkan materi adat seperti mangkok ditinggal selama 3 hari 3 malam, setelah itu diambil lagi.

Mualang ibanic

Ketika meletakkan denda adat di lokasi kejadian, penyurung adat atau temenggung pemutus perkara mengucapkan kata-kata, Mali adai te bunuh ka bukuh, te tunan ka rian,

adai nama nangkak; to utang to kami malas, antek ulun to kami ngelepas; nang kita ngaru ngericau yang artinya Mungkin ada kami menebang-membunuh cempedak,
durian, dan nangka, ini hutang kami bayar, jika ulun pembantu orang mati di kuburan ini kami lepaskan; jangan kalian mengacau-mengganggu kami lagi. Setelah tiba di rumah si sakit, pemutus perkara adat mengucapkan kata-kata: To apa

muah apa nacah, upa sengkit upa selama, upa suba upa mula, baik panci, angas ngalah, nema buat adat udah de surung yang artinya Ini sudah tidak ada yang menyebabkan sakit
lagi, sudah bagus, sudah sehat karena adat sudah dipenuhi. Kemudian 3 malam berikutnya mangkok diambil. Menurut Muri, mangkok tidak boleh ditinggal lebih dari 3 malam, tapi ada toleransi sampai 4 malam. Ketika mengambil mangkok, tidak ada adat lagi. Mengenai denda adat, tidak boleh diganti dengan benda apa pun, kata Muri. Setelah Lugu dan keluarganya mengadakan adat Nyurung Adat ka Antu, penyakit misterius yang dideritanya berangsur sembuh. Tentu, penyakit tersebut tidak serta-merta hilang tanpa sebab-musabab sebagaimana datangnya, namun disertai pengobatan medis dan mengkonsumsi obat tradisional. Menurut kebiasaan Dayak Mulang, orang yang sembuh dari sakit yang misterius biasanya mengadakan syukuran. Kini, Lugu sudah sehat walafiat dan mampu bekerja seperti biasanya. Sumber

Mualang ibanic

http://www.kebudayaandayak.org/index.php?title=Hukum_Adat_Pati_Nyawa_Dayak_Mualang Ngiuk, E.Orang Mualang Berdamai dengan Antu. Majalah Kalimantan Review Edisi Reguler Nomor 114 Tahun XIV Pebruari 2005 http://www.kebudayaandayak.org/index.php?title=Hukum_Adat_Tungu_Antu_Dayak_Mualang http://www.kebudayaandayak.org/index.php?title=Hukum_Adat_Pati_Nyawa_Dayak_Mualang http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak http://geovaraborneosite.blogspot.com/2011/11/buku-mozaik-dayak-keberagaman-subsuku.html

Mualang ibanic

Anda mungkin juga menyukai