ASAM BASA
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Discovery Learning Modul Fundamental of Nursing (FON) 1
Kelompok 4A:
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-
baiknya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Tim Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu exterior) dan sel-selnya
pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan cairan tubuh lainnya. Cairan dalam tubuh,
termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total berat badan laki-laki dewasa. Dalam cairan tubuh
terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk hidup, berkembang dan menjalankan
tugasnya.
Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya.
Semua pengaturan fisiologis untuk mempertahankan keadaan normal disebut homeostasis. Homeostasis
ini bergantung pada kemampuan tubuh mempertahankan keseimbangan antara subtansi-subtansi yang ada
di milieu interior.
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu: volume cairan
ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur
keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari
air dan garam tersebut.
Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur
keluaran ion hidrogen dan ion karbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan
dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengekskresikan ion hidrogen dan CO2, dan
sistem dapar (buffer) kini dalam cairan tubuh.
Rumusan Masalah
1. Apa saja komposisi cairan tubuh
2. Apa yang dimaksud kompartemen cairan
3. Apa yang dimaksud tekanan cairan
4. Apa yang dimaksud keseimbangan cairan
5. Bagaimana cara pengaturan keseimbangan cairan
6. Apa yang dimaksud keseimbangan elektrolit
7. Apa yang dimaksud konsentrasi cairan tubuh
8. Bagaimana pertukaran cairan tubuh
9. Proses pembentukan edema
10. Apa yang dimaksud keseimbangan asam basa
11. Gangguan asam basa
12. Faktor yang memengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh
4
Tujuan
1. Agar menumbuhkan daya pikir kritis mahasiswa.
2. Untuk menambah ilmu pengetahuan, pengalaman, pengenalan, dan pengamatan pada kasus.
3. Untuk meningkatkan kinerja mahasiswa dalam hal belajar mandiri.
4. Dapat mengakses dan memproses informasi yang diperlukan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Kompartemen Cairan
Cairan tubuh berada pada dua kompartmen yaitu Cairan Intraselular (CIS) dan Cairan Ekstraselular
(CES).
1. Cairan Intraselular
● Cairan intrasel merupakan cairan yang berada dalam sel.
● Berfungsi sebagai media penting dalam proses kimia.
● Jumlahnya sekitar 2/3 dari jumlah cairan tubuh atau 40% dari berat badan.
● Elektrolit kation terbanyak adalah K+, Mg2+, sedikit Na+
● Elektrolit anion terbanyak adalah HPO42-, protein-protein, sedikit HCO3–, SO42-, Cl–
2. Cairan Ekstraselular
● Merupakan cairan yang berada diluar sel.
● Jumlahnya sekitar 1/3 dari total cairan tubuh atau sekitar 20% dari berat badan.
● Cairan ekstrasel berperan dalam transport nutrient, elektrolit dan oksigen ke sel dan
membersihkan hasil metabolisme untuk kemudian dikeluarkan dari tubuh, regulasi panas, sebagai
pelumas pada persendian dan membran mukosa, penghancuran makanan dalam proses
pencernaan.
● Cairan ekstrasel terdiri dari:
1. Cairan interstisial merupakan cairan yang berada disekitar sel misalnya cairan limfe,
jumlahnya sekitar 10%-15% dari cairan ekstrasel.
6
2. Cairan intravaskuler adalah cairan yang terkandung dalam pembuluh darah misalnya
plasma, jumlahnya sekitar 5% dari cairan ekstrasel.
3. Cairan transeluler merupakan cairan yang berada pada ruang khusus seperti cairan
serebrospinalis, perikardium, pleura, sinovia, air mata, intraokuler dan sekresi lambung,
jumlahnya sekitar 1%-3%.
● Elektrolit kation terbanyak Na+, sedikit K+, Ca2+, Mg2+,
● Elektrolit anion terbanyak Cl–, HCO3–, protein pada plasma, sedikit HPO42-, SO42-.
Tekanan Cairan
Perbedaan lokasi antara di interstisial dan pada ruang vaskuler menimbulkan tekanan cairan yaitu tekanan
hidrostatik dan tekanan onkotik atau osmotik koloid. Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang disebabkan
karena volume cairan dalam pembuluh darah akibat kerja dari organ tubuh. Tekanan onkotik merupakan
tekanan yang disebabkan karena plasma protein. Perbedaan tekanan kedua tersebut mengakibatkan
pergerakan cairan. Misalnya terjadinya filtrasi pada ujung arteri, tekanan hidrostatik lebih besar dari
tekanan onkotik sehingga cairan dalam vaskuler akan keluar menuju interstisial. Sedangkan pada ujung
vena pada kapiler, tekanan onkotik lebih besar sehingga cairan dapat masuk dari ruang interstisial ke
vaskuler.
Peada keadaan tertentu, dimana serum protein rendah, tekanan onkotik menjadi rendah dan kurang maka
cairan akan diabsorpsi ke ruang vaskuler.
Keseimbangan Cairan
Keseimbangan cairan terjadi apabila kebutuhan cairan atau pemasukan cairan sama dengan cairan yang
dikeluarkan.
7
b. Melalui keringat, besarnya tergantung dari aktivitas, jumlahnya 0-500ml.
c. Insensible water loss (IWL) merupakan pengeluar cairan yang sulit diukur, pengeluaran ini
melalui kulit dan paru-paru/pernapasan. Jumlahnya sekitar1000-1300 ml. Keadaan demam
dan aktivitas meningkatkan metabolisme dan produksi panas, sehingga meningkatkan
produksi cairan pada kulit dan pernapasan.
d. Melalui feses, cairan keluar bersama feses sekitar 100 ml.
Pengeluaran cairan:
Ginjal 1500 ml
Melalui keringat 0-500 ml
Insensible water loss (IWL)
- Kulit 600-900 ml
- Paru-paru 400 ml
Feses 100 ml
Jumlah 2600-2900 ml
1. Rasa haus
Pusat rasa haus berada pada hypothalamus dan diaktifkan oleh peningkatan osmolaritas cairan
ekstrasel. Dapat juga disebabkan oleh Karen hipotensi, poliuri atau penurunan volume cairan.
Rasa haus merupakan menifestasi klinik dari ketidakseimbangan cairan, sehingga merangsang
individu untuk minum.
2. Pengaru hormonal
Ada dua jenis hormone yang berperah dalam keseimbangan cairan yaitu antideuretik hormone
(ADH) dan Aldosteron
a) Hormone ADH
8
Dihasilkan di hypothalamus yang disimpan pada hipofisis posterior. ADH disekesi ketika
terjadi peningkatan serum protein, peningkatan osmolaritas, penurunan CES, latihan/
aktivitas yang lama, stress emosional, dan trauma. Meningkatnya ADH berpengaruh pada
peningkatan reabsorpsi cairan pada tubulus ginjal. Reaksi mekanisme haus dan hormonal
merupakan reaksi cepat jika terjadi deficit cairan. Faktor yang menghambat produksi
ADH adalah hiposmolaritas, meningkatnya volume darah, terpapar dingin, inhalasi CO2
dan pemberian antideuretik.
b) Hormone aldosterone
Dihasilkan di korteks adrenal dengan fungsinya meningkatkan reabsorpsi sosium dan
meningkatkan sekresi dari ginjal. Sekresi aldosterone distimulasi yang utama oleh sistem
renin angiotensin, renin disekresi oleh apparatus juxtaglumerulus ginjal, mengubah
angiotensinogen dalam darah menjadi engiotensin I. selanjutnya akan diubah menjadi
angiotensin II. Sekresi aldosterone juga distimulasi oleh peningkatan potasium dan
penurunan konsentrasi sodium dalam cairan interstisial dan andrenocortikotropik
hormone (ACTH) yang diproduksi oleh pituitary anterior.
Ketika terjadi hipovolemia, maka terjadi tekanan darah arteri menurun, tekanan darah
artri pada ginjal juga menurun. Keadaan ini menyebabkan tegangan otot arteri afferent
ginjal menurun dan memicu sekresi renin. Renin menstimulasi aldosterone yang berefek
retensi sodium, sehingga cairan tidak bamnyak keluar melalui ginjal.
3. Sistem limpatik
Plasma protein dan cairan dari jaringan tidak secara langsung direaksopsi ke dalam pembuluh
darah. Sistem limpatik berperan penting dalam kelenbihan cairan dan protein sebelum masuk ke
dalam darah.
4. Ginjal
Ginjal mempertahankan volume dan konsentrasi cairan dengan filtrasi CES di glomerulus,
sedangkan sekresi dan reabsorpsi cairan terjadi tubulus ginjal.
5. Persarafan
Mekanisme persarafan juga berkontribusi dalam keseimbangan cairan dan sodium. Ketika terjadi
peningkatan volume cairan CES, mekanoreseptor merespon pada dinding atrium kiri untuk
distensi atrial dengan meningkatkan stroke volume dan memicu respon simpatetik pada ginjal
untuk pelepasan renin dan selanjutnya menstimulasi pelepasan aldosterone oleh korteks adrenal.
9
Keseimbangan Elektrolit
Keseimbangan elektrolit sangat penting, karena total konsentrasi elektrolit akan mempengaruhi
keseimbangan cairan dan konsentrasi elektrolit berpengaruh pada fungsi sel. Elektrolit berperan dalam
mempertahankan keseimbangan cairan, regulasi asam basa, memfasilitasi reaksi enzim dan transmisi
reaksi neuromuscular. Ada 2 elektrolit yang sangat berpengaruh terhadap konsentrasi cairan intrasel dan
ekstrasel yaitu Natrium dan Kalium.
10
peningkatan kadar kalsium maka hormon kalsitonin dilepaskan untuk menghambat
reabsorpsi tulang.
Jumlah normal 8,5-10,5 mg/dl.
4. Magnesium (Mg2+)
Ditemukan pada cairan intrasel dan tulang, berperan dalam metabolisme sel, sintesis
DNA, regulasi neuromuscular, dan fungsi tulang.
Sumbernya didapat dari makanan dan sayuran hijau, daging dan ikan.
Diabsorpsi dari usus halus, peningkatan absorpsi dipengaruhi oleh vitamin D dan hormon
paratiroid.
5. Keseimbangan Fosfor (PO4-)
Merupakan anion utama cairan intrasel, ditemukan juga di cairan ekstrasel, tulang, otot
rangka, dan jaringan saraf.
Sangat berperan dalam berbagai fungsi kimia, terutama fungsi otot, sel darah merah,
metabolisme protein, lemak dan karbohidrat, pembentukan tulang dan gigi, regulasi asam
basa, regulasi kadar kalsium.
Diabsorpsi dari usus halus, dan banyak ditemukan dari makanan daging, ikan dan susu.
Disekresi dan reabsorpsi melalui ginjal.
Pengaturan konsentrasi fosfor oleh hormon paratiroid dan berhubungan dengan kadar
kalsium. Jika kada kalsium meningkat akan menurunkan kadar fosfat demikian
sebaliknya.
6. Klorida (Cl-)
Merupakan anion utama pada cairan ekstrasel.
Berperan dalam pengaturan osmolaritas serum dan volume darah bersama natrium,
regulasi asam basa, berperan dalam buffer pertukaran oksigen, dan karbondioksida dalam
sel darah merah.
Disekresi dan reabsorpsi bersama natrium diginjal.
Pengaturan klorida oleh hormon aldosteron.
7. Bikarbonat (HCO3-)
Bikarbonat berada dicairan intrasel maupun diekstrasel dengan fungsi utama adalah
regulasi keseimbangan asam basa.
Disekresi dan direabsorpsi oleh ginjal.
11
Elektrolit Pengaturan Fungsi
Sodium (Na+) Reabsorpsi dan sekresi ginjal Pengaturan dan distribusi
volume cairan ekstrasel
Potassium (K+) Sekresi dan konservasi oleh Mempertahankan osmolaritas
ginjal dari cairan intrasel
Kalsium (Ca2+) Distribusi antara tulang dan Pembentukan tulang dan gigi
cairan ekstrasel
Magnesium (Mg2+) Dipertahankan dan dikeluarkan Metabolisme intrasel
oleh ginjal
-
Klorida (Cl ) Pengeluaran dan reabsorpsi Produksi HCL
bersama sodium dalam ginjal Keseimbangan asam basa
Phospat (PO4-) Ekskresi dan reabsorpsi oleh Metabolisme karbohidrat,
ginjal protein dan lemak
Bikarbonat (HCO3-) Ekskresi dan reabsorpsi oleh Buffer utama dalam
ginjal keseimbangan asam basa
12
● Larutan hipotonik adalah larutan yang mempunyai osmolaritas efektif lebih kecil dari
cairan tubuh, mengandung lebih sedikit natrium dan klorida dari pada di plasma misalnya
larutan 5% dextrose dalam saline normal (D5NS), 5% dextrose dalam 0,45% NaC1 (D5
1/2NS), 5% dextrose dalam Ringer’s lactat (D5RL).
1. Difusi merupakan pergerakan partikel dan larutan maupun gas secara acak dari area dengan
konsentrasi tinggi ke area dengan konsentrasi rendah. Proses difusi terjadi ketika partikel
melewati lapisan yang tipis. Kecepatan difusi ditentukan oleh ukuran molekul, konsentrasi
larutan, dan suhu larutan. Semakin besar molekul kecepatannya berkurang. Meningkatnya
temperatur akan meningkatkan pergerakan molekul dan mempercepat difusi. Contoh difusi pada
gerakan oksigen dari alveoli paru ke darah.
2. Osmosis merupakan gerakan air yang melewati membran semipermiabel dari area yang
berkonsentrasi rendah ke area dengan konsentrasi lebih tinggi. Pergerakan cairan dalam proses
osmosis tidak terlepas adanya tekanan osmotik dan tekanan onkotik. Proses osmosis tidak
terlepas dari adanya osmolaritas cairan dan tonisitas.
3. Filtrasi adalah gerakan cairan dari area yang mempunyai tekanan hidrostatik tinggi ke area yang
bertekanan hidrostatik rendah. Misalnya pada filtrasi darah pada glomerulus dimana tekanan pada
pangkal arteri lebih tinggi daripada ujung arteri, sehingga tekanan filtrasi terjadi karena
perbedaan tekanan antara tekanan hidrostatik dengan tekanan osmotik.
4. Transpor aktif merupakan perpindahan partikel terlarut melalui membran sel dari konsentrasi
rendah ke daerah dengan konsentrasi tinggi dengan menggunakan energi. Proses ini penting
dalam keseimbangan cairan intrasel dan ekstrasel terutama dalam perbedaan kadar sodium dan
potasium. Untuk mempertahankan porposi ion tersebut diperlukan mekanisme pompa sodium-
potasium, dimana potassium akan masuk dalam sel dan sodium keluar sel.
1. Meningkatkan tekanan hidrostatik kapiler akibat penambahan volume darah. Peningkatan tekanan
hidrostatik mengakibatkan pergerakan cairan ke jaringan sehingga terjadi penumpukan cairan edema.
13
Disamping itu peningkatan tekanan hidrostatik juga berakibat meningkatkan tekanan tensi vaskuler
perifer yang kemudian meningkatkan tekanan ventrikel kiri jantung sehingga berakibat pada adanya
edema pada paru. Keadaan yang dapat menimbulkan edema karena peningkatan tekanan hidrostatik
gagal jantung.
2. Peningkatan permiabilitas kapiler seperti pada luka bakar, infeksi. Keadaan ini memungkinkan
cairan intravaskuler akan bergerak ke interstisial.
3. Penurunan tekanan plasma anketik, penurunan tekanan onkotik karena kadar protein plasma rendah
seperti karena malnutrisi, penyakit ginjal penyakit hati. Seperti diketahui protein plasma berfungsi
manahan cairan atau volume cairan vaskuler atau di intrasel, sehingga jika terjadi penurunan maka
cairan banyak keluar ke vaskuler atau keluar sel.
4. Bendungan aliran limfe mengakibatkan aliran terhambat, sehingga cairan masuk kembali ke
kompartemen vaskuler.
5. Gagal ginjal diamna pembuangan air yang tidak adekuat menimbulkan penumpukan cairan dan
reabsorpsi natrium yang berlebihan mengakibatkan air bertahan pada intestisia.
Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar hidrogen (H+) pada cairan tubuh. Asam terus
menerus diproduksi dalam metabolisme yang normal. Asam adalah suatu subtansi yang mengandung satu
atau lebih ion H+ yang dapat dilepaskan dalam larutan (donor proton). Salah satu dari asam kuat adalah
asam hidroklorida (HCL), hampir terurai sempurna dalam larutan, sehingga melepaskan lebih banyak ion
H+. Asam lemah, seperti asam karbonat (H2CO3), hanya terurai sebagian dalam larutan sehingga lebih
sedikit ion H+ yang dilepaskan. Proses metabolisme dalam tubuh menyebabkan terjadinya pembentukan
dua jenis asam , yaitu mudah menguap (volatil) dan tidak mudah menguap (non volatil). Asam volatil
dapat berubah menjadi bentuk cair maupun gas.
14
Basa adalah subtansi yang dapat menangkap atau bersenyawa dengan ion hidrogen sebuah larutan
(akseptor proton). Basa kuat, seperti natrium hidroksida (NaOH), terurai dengan mudah dalam larutan dan
bereaksi kuat dengan asam. Basa lemah seperti natrium bikarbonat (NaHCO3), hanya sebagian yang
terurai dalam larutan dan kurang bereaksi kuat dengan asam.
Pengaturan ion hidrogen yang tepat bersifat penting karena hampir semua aktifitas sistem enzim
dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi ion hidrogen. Oleh karena itu perubahan konsentrasi hidrogen
sesungguhnya merubah fungsi seluruh sel dan tubuh. Konsentrasi ion hidrogen dalam cairan tubuh
normalnya dipertahankan pada tingkat yang rendah,dibandingkan dengan ion-ion yang lain, konsentrasi
ion hidrogen darah secara normal dipertahankan dalam batas ketat suatu nilai normal sekitar 0,00004
mEq/liter.
pH adalah pencerminan rasio antara asam terhadap basa dalam cairan ekstrasel atau simbol dari
jumlah ion hidrogen dalam larutan. pH dalam serum dapat diukur dengan pH meter, atau dihitung dengan
mengukur konsentrasi bikarbonat dan karbondioksida serum dan menempatkan nilai-nilainya ke dalam
persamaan Henderson Hasselbach. Keadaan asam dan basa ditentukan oleh pH cairan tubuh. pH netral
adalah 7, jika dibawah 7 disebut asam dan diatas 7 disebut basa, sedangkan pH plasma normalnya 7,35 –
7,45.
pH yang rendah berhubungan dengan konsentrasi ion hidrogen yang tinggi dan pH yang tinggi
berhubungan dengan konsentrasi ion hidrogen yang rendah. Seseorang dikatakan asidosis saat pH turun
dari nilai normal dan dikatakan alkolosis saat pH diatas nilai normal. Batas rendah nilai pH dimana
seseorang dapat hidup beberapa jam adalah sekitar 6,8 dan batas atas adalah sekitar 8,0.
Ada 3 sistem utama yang mengatur konsentrasi ion hidrogen dalam cairan tubuh untuk mencegah
asidosis atau alkalosis:
2. Pusat pernafasan
3. Ginjal
Saat terjadi perubahan dalam konsentrasi ion hidrogen , sistem penyangga cairan tubuh bekerja
dalam waktu singkat untuk menimbulkan perubahan-perubahan ini. Sistem penyangga tidak
mengeliminasi ion-ion hidrogen dari tubuh atau menambahnya kedalam tubuh tetapi hanya menjaga agar
mereka tetep terikat sampai keseimbangan tercapai kembali.
15
Kemudian sistem pernafasan juga bekerja dalam beberapa menit untuk mengeliminasi CO2
dan oleh karena itu H2CO3 dari tubuh. Kedua pengaturan ini menjaga konsentrasi ion hidrogen dai
perubahan yang terlalu banyak sampai pengaturan yang ketiga bereaksi lebih lambat. Ginjal dapat
mengeliminasi kelebihan asam dan basa dari tubuh. Walaupun ginjal relatif lambat memberi respon,
dibandingkan sistem penyangga dan pernafasan, ginjal merupakan sistem pengaturan asam-basa yang
paling kuat selama beberapa jam sampai beberapa hari.
16
Hemoglobin mengikat ion–ion hidrogen bebas sewaktu beredar melewati sel –sel yang
bermetabolisme secara aktif.. Dengan mengikuti ion hydrogen bebas maka peningkatan
konsentrasi ion hidrogen bebas dalam darah dapat diperkecil dan pH darah vena hanya turun
sedikit apabila dibandingkan dengan darah arteri. Sewaktu darah mengalir melalui paru, ion ion
hidrogen terlepas dari hemoglobin dan berikatan dengan bikarbonat untuk menjadi asam karbonat
yang terurai menjadI CO2 dan air. CO2 dikeluarkan melalui ekspirasi sehingga ion-ion hidrogen
yang dihasilkan oleh proses metabolisme dapat dieliminasi.
2. Pengaturan Pernapasan
Paru-paru membantu mengatur keseimbangan asam basa dengan cara mengeluarkan
karbondioksida (CO2). Karbondioksida juga dapat berikatan dengan air membentuk asam karbonat.
Bekerja bersama dengan sistem buffer bikarbonat – asam karbonat, paru-paru mengatur
keseimbnagan asam basa dan pH dengan cara pernapasan cepat dan dalam.
Karbindioksida secara kuat menstimulasi pusat pernapasan. Ketika karbondioksida dan asam
karbonat dalam darah meningkat, pusat pernapasan distimulasi sehingga pernapasan menjadi
meningkat. Karbondioksida dikeluarkan, dan asam karbonat menjadi turun. Apabila bikarbonat
berlebihan maka jumlah pernapasan akan diturunkan
Pengaturan pernapasan dan ginjal saling bekerja sama dalam mempertahankan keseimbangan
asam basa. Di paru-paru karbondioksida bereaksi dengan air membentuk asam karbonat, yang
kemudian asam karbonat akan dipecah di ginjal menjadi hidrogen dan bikarbonat.
Kadar karbondioksida dalam darah dapat diukur sebagai PCO2 atau tekanan parsial gas
karbondioksida dalam darah dengan analisa gas darah (AGD). PaCO2 merupakan tekanan gas CO2
dalam darah arteri yang normalnya 35 – 45 mmHg.
17
Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan-pengaturan konsentrasi ion hidrogen bebas
dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4, pH darah arteri 7,45 dan darah vena 7,35. Jika pH
darah < 7,35 dikatakan asidosis, dan jika pH darah > 7,45 dikatakan alkalosis. Ion H terutama diperoleh
dari aktivitas metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal dan kontinyu akan ditambahkan ke cairan
tubuh dari 3 sumber, yaitu:
1. Pembentukan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan bikarbonat.
2. Katabolisme zat organik
3. Disosiasi asam organik pada metabolisme intermedia, misalnya pada metabolisme lemak terbentuk
asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan berdisosiasi melepaskan ion H.
Ion hydrogen merupakan hasil akhir dari katabolisme karbohidrat, lemak dan protein serta penguraian
dari asam karbonat (H2CO3) yg merupakan senyawa CO2 dengan air. Jika kadar pH kurang dari 7.35
disebutu Asidosis, sedangkan jika pH lebih dari 7.45 disebut Alkalosis.
Asidosis adalah kelebihan akumulasi dari asam atau kekurangan bikarbonat dalam larutan tubuh.
1. Asidosis Metabolik
Asidosis metabolic merupakan keadaan dimana asammetabolik yang
diproduksi secara normal tidak dapat dikeluarkan pada kecepatan normal atau adanya
kekurangan basa bikarbonat, sehingga pH menjadi menurun.
Penyebab asidosis metabolic adalah ketoasidosis diabetik, diare berat , penyakit ginjal,
hati .
Hasil analisa gas darah : pH menurun , HCO3 menurun PaCO2 normal.
2. Asidosis Respiratorik
18
Merupakan keadaan dimana terjadi peningkatan asam karbonat dan meningkatnya
kadar CO2 akibat tidak optimalnya ventilasi paru, sehigga karbondioksida sedikit
dikeluarkan. Kompesasi dari keadaan ini dengan pernapasan cepat.
Penyebab : pneumonia, peumothorak, hemotorak,edema paru, asma brochial,
atelaktasis, emfisema, overdosis, obat-obatan , cedera kepala, stroke.
Hasil analisa gas darah : pH menurun PaCO2 meningkat HCO3 normal.
3. Alkalosis Metabolik
Merupakan keadaan dimana terjadi peningkatan pH plasma akibat peningkatan basa
bikarbonat atau menurunnya konsentrasi hydrogen.
Penyebab : penggunaan obat bikarbonat, terapi diuretik, muntah yg berkepanjangan
(keluarnya HCl) , penggunaan antasid.
Hasil analisa gas darah : pH meningkat , HCO3 meningkat PaCO3 normal.
4. Alkalosis Respiratorik
Terjadi ketika banyak CO2 yang keluarkan terlalu cepat , sehinga terjadi penurunan
kadar CO2 darah dan penurunan asam karbonat, pH menjadi meningkat.
Penyebab : demam tinggi , anemia berat, kecemasan akut, keracunan aspirin.
Hasil analisa gas darah : pH meningkat, CO2 menurun, HCO3 normal.
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia berpengaruh terhadap proporsi
tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa
pertumbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang dewasa.Karenanya,
jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang
dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang
tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan
dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada individu lansia,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal
2. Aktivitas
19
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit. Aktivitas
menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan penigkatan haluaran
cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu,
kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan
dan aktivasi kelenjar keringat.
3. Iklim
Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas tidak akan
mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang
keluar umumnya tidak dapat disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap individu
bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di
lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah deangan kelembapan yang rendah akan lebih sering
mengalami kehilangan cairandan elektrolit. Demikian pula pada orang yang bekerja berat di
lingkungan yang bersuhu tinggi,mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima litet sehaei melalui
keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak 700
ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada di lingkungan
panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam.
4. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan makanan tidak
seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih dahulu memecah simpanan lemak
dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar albumin.
5. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress, tubuh mengalami
peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme
ini mengakibatkan retensi air dan natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi
hormone anti deuritik yang dapat mengurangi produksi urine.
6. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dasar sel atau jaringan yang
rusak (mis.Luka robek, atau luka bakar). Pasien yang menderita diare juga dapat mengalami
peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran gastro intestinal. Gangguan
jantung dan ginjal juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Saat aliran darah ke
20
ginjal menurun karena kemampuan pompa jantung menurun, tubuh akan melakukan penimbunan cairan
dan natrium sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan beban cairan (hipervelomia). Lebih lajut,
kondisi inidapat menyebabkan edema paru. Normalnya, urine akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup
untuk menyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam dan basa dalam tubuh. Apabila asupan
cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan lebih banyak dan menahan ADH sehingga produksi urine
akan meningkat. Sebaliknya, dalam keadaan kekurangan cairan, ginjal akan menurunkan produksi urine
dengan berbagi cara. Diantaranya peningkatan reapsorpsi tubulus, retensi natrium dan pelepasan renin.
Apabila ginjal mengalami kerusakan, kemampuan ginjal untuk melakukan regulasi akan menurun.
Karenanya, saat terjadi gangguan ginjal (mis., gagal ginjal) individu dapat mengalami oliguria (produksi
urine kurang dari 40ml/ 24 jam) sehingga anuria (produksi urine kurang dari 200 ml/ 24 jam).
7. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh.
Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium.
8. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat menyebabkan
peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi defist cairan tubuh. Selain itu, penggunan
diuretic menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat. Penggunaan
kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh.
9. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami ketidakseimbangan cairan. Beberapa
klien dapat kehilangan banyak darah selama perode operasi, sedangkan beberapa klien lainya justru
mengalami kelebihan beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena selama pembedahan
atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat- obat anastesia.
21
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1) Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit
adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika
berada dalam larutan. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler
dan cairan ekstraseluler. Total jumlah volume cairan tubuh (total body water-TBW) kira-kira 60
% dari berat badan pria dan 50 % dari berat badan wanita. Jumlah volume ini tergantung pada
kandungan lemak badan dan usia.
2) Mekanisme kerja cairan dan elektrolit dalam tubuh melalui tiga proses yaitu difusi, osmosis, dan
transportasi. Cairan tubuh didistribusikan di antara dua kompartemen yaitu pada intraseluler dan
ekstraseluler. Cairan intraseluler kira-kira 2/3 atau 40 % dari BB, sedangkan cairan ekstraseluler
20 % dari BB. Pengeluaran cairan terjadi melalui organ tubuh yaitu ginjal, kulit, paru-paru, dan
gastrointestinal.
3) Keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit normal adalah akibat dari keseimbangan dinamis antara
makanan dan minuman yang masuk dengan keseimbangan yang melibatkan sejumlah besar
sistem organ. Cairan tubuh dan elektrolit yang dikonsumsi lebih banyak maka cairan yang
dikeluarkan juga lebih banyak.
4) Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh ada sembilan faktor
yaitu usia, aktivitas, iklim, diet, stress, penyakit, tindakan medis, pengobatan, dan pembedahan.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dapat dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu kelebihan dan kekurangan cairan dan elektrolit.
5) Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar hidrogen (H+) pada cairan tubuh. Asam
adalah suatu subtansi yang mengandung satu atau lebih ion H+ yang dapat dilepaskan dalam
larutan (donor proton). Basa adalah subtansi yang dapat menangkap atau bersenyawa dengan ion
hidrogen sebuah larutan (akseptor proton).
6) Sistem penyangga asam basa kimiawi cairan tubuh, pusat pernafasan, dan ginjal merupakan tiga
sistem yang mengatur perubahan konsentrasi ion hidrogen. Terdapat empat sistem penyangga
dalam cairan tubuh yaitu, sistem penyangga bikarbonat-asam karbonat, sistem penyangga fosfat,
sistem protein, dan sistem penyangga hemoglobin
7) pH rata-rata darah adalah 7,4, pH darah arteri 7,45 dan darah vena 7,35. Jika pH darah < 7,35
dikatakan asidosis, dan jika pH darah > 7,45 dikatakan alkalosis. Peristiwa ketidak seimbangan
22
asam basa dalam cairan tubuh dipengaruhi oleh tiga faktor. Tiga faktor tersebut adalah
HCO3 plasma, pH plasma, dan pCO2 plasma.
8) Asuhan keperawatan dalam kasus kebutuhan cairan dan elektrolit meliputi pengkajian
keperawatan, diagnosis keperawatan, perencanaan keperawatan, tindakan keperawatan, dan
evaluasi keperawatan. Yang semuanya itu mengenai keseimbangan cairan elektrolit pasien.
23
DAFTAR PUSTAKA
Setiawan, Aris, dkk. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta-
Timur: CV. Trans Info Media
Syaifudin, Drs. 2012. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi Edisi 4. Jakarta: EGC
Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan Keseimbangan Cairan &
Elektrolit” . Jakarta: ECG
24