Anda di halaman 1dari 7

1

ASKEP KLIEN DENGAN BATU BULI-BULI

1. Landasan Teori Batu Buli-Buli


1.1 Pengertian
Batu Traktus Urinarius adalah batu dalam traktus urinarius oleh karena sekunder
terhadap kelainan metabolic, obstruksi yang menyebabkan infeksi dan idopatik
(Barbara C Long, 1996).
Batu saluran Kemih adalah penyakit dimana didapatkan batu dalam saluran
kemih, batu asam urat, struvit, penyebab dapat karena prerenal, renal dan post-
renal (Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II : 246).

1.2 Editologi
1.2.1 Faktor Endogen
Genetika familia pada hipersistinuria, hiperkalsiuria, Hiperoxalaturia
Primer.
1.2.2 Faktor Eksogen
Lingkungan pekerjaan, makanan, infeksi, air minum (kejenuhan air
moneral).

1.3 Patofisiologi
Hipersistinuria, hiperkalsiuria, hiperoxalaturia primer, infeksi dapat
meningkatkan konsentrasi larutan urine sehingga memudahkan terjadinya
kristalisasi dari mineral dan matriks dalam urine, matrik dan mineral tersebut
mengkristal menjadi batu yang dapat menyumbat saluran kemih baik partial
maupun total/lengkap. Obstruksi saluran kemih dapat menyebabkan
hidronefrosis dengan gejala sakit pinggang yang menjalar ke punggung, disuria,
gawat darurat uremik akut, retensi urine, resiko infeksi karena tertahannya urine
dalam kandung kemih.
2

1.4 Pemeriksaan
1.4.1 Pemeriksaan fisik
- Mungkin timbul gejala yang mengalami hidroneprosis/abstruksi.
- Nyeri takan/ketok pada pinggang/daerah konstovertebral.
- Batu uretral anterior bsa diraba.
1.4.2 Pemeriksaan Laboratorium
- Uranalisis : terdapat proteinuria, hematuria, leukosituria, kalsiuria,
pospaturia, adanya asam urat dalam urine.
- Pembiakan urine dapat positif jika terdapat (10 koloni/ml urine), bila
positif dilakukan test kepekaan antibiotic.
- Pemeriksaan BNO, IVP.
- Pemeriksaan lain : USG, CT-Scan, MRI.

1.5 Diagnosa Banding


1.5.1 Pielonefritis akuta : nyeri sudut konstovertebral
1.5.2 Tumor plelum/kaliks : dapat menyebabkan abstruksi
1.5.3 Tuberkolisis ginjal : nyeri, hematuria, piuria steril.

1.6 Komplikasi
1.6.1 Hidroureter, Hidroneprosis, pioneprosis, Diosistitis.
1.6.2 Infeksi, Urosepsis.
1.6.3 Gagal ginjal akut maupun kronik.

2. Landasan Asuhan Keperawatan


2.1 Pengkajian
2.1.1 Anamnesa
* Biodata
Prevelansi 5 lebh dalam 100 orang, perbandngan seks pria : wanita
= 3:1
3

* Keluhan utama
Nyeri.
* Riwayat penyakit sekarang
Nyeri skala sekarang sedang sampai berat pada perut bagian bawah
setelah dilaksanakan Laparotomy, nyeri terasa seperti teriris-iris,
kwalitas nyeri intermiten.
* Riwayat penyakit dahulu
Infeksi, air minum dapat merupakan factor predisposisi/pendukung
terjadinya batu traktus urinaruis, pernah menderita penyakit hipertensi
atupun diabetes mellitus dapat mengalami keterlambatan penyembuhan
luka.
* Riwayat penyakit keluarga
Dalam keluarga mungkin ada yang menderita penyakit batu traktus
urinarius.
* Riwayat psikososial-spiritual
Psikologi : klien cemas dan gelisah
Sosial : terjadi perubahan interaksi social
Spiritual : keyakinan klien terhadap penyakitnya, tergantung pada
masing-masing individu.
2.1.2 Pemeriksaan
* Pemeriksaan umum
- Keadaan umum : lemah kesadaran normal/menurun
- Tekanan darah : meningkat/dalam batas normal
- Nadi : bradikardi/takikardi
- Nafas : bradipneu, takpineu
- Suhu : peningkatan suhu jika terjadi infeksi
* Pemeriksaan fisik
- Kepala : muka pucat
- Mata : konjungtiva anemis pada perdarahan
4

- Mulut : mukosa mulut kering


- Perut : terdapat luka insisi pada perut bagian bawah, terdapat nyeri
tekan, nyeri pada suprapubik.
- Genetalia : kencing menetes, hematuria
2.1.2 Activity Daily Live
- Nutrisi : terapi puasa post-op
- Aktivitas : kelemahan dalam melakukan aktivitas
- Istirahat todur : gangguan pola tidur kurang dari kebutuhan
- Eliminasi : perubahan pola eliminasi urine
- Personal higiene : peningkatan ketergantungan kebutuhan personal
hygiene.

2.2 Kemungkinan Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Terjadi


2.2.1 Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
2.2.2 Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan factor perbedaan
2.2.3 Kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan mobolitas
terhadap pembedahan
2.2.4 Gangguang mobilitas fisik berhubungan dengan kurang informasi

2.3 Rencana Keperawatan


2.3.1 Diagnosa : nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
Tujuan : nyeri berkurang/hilang
Kriteria hasil :
- Melaporkan nyeri hilang/terkontrol
- Klien tampak rileks
- Klien mampu tidur/istirahat yang tepat
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
5

Intervensi
* Kaji karakteristik, kwalitas nyeri, sifat dan pengalaman nyeri
R/ pengkajian yang lengkap dapat menentukan pilihan terapi
* Jelaskan penyebab nyeri pada individu/klien dan keluarga
R/ pengetahuan yang eduquate menyebabkan klien kooperatif
* Berikan informasi yang akurat untuk mengurangi/menurunkan nyeri
R/ informasi yang akurat memungkinkan klien koorperatif
* Berikan ndividu kesempatan untuk istirahat selama siang dan dengan
waktu tidur yang tidak terganggu pada malam hari (harus istirahat bila
nyeri)
R/ istirahat menjadikan neuromuskuloskeletal rileks yang dapat
mengurangi nyeri.
* Bicarakan dengan individu dan keluarga penggunaan terapi distraksi,
bersamaan dengan metode lain untuk menurunkan nyeri
R/ teknik distraksi dapat mengalihkan perhatan klien terhadap nyeri
yang dirasakan
* Ajarkan tindakan penurunan nyeri non-infasif (relaksasi) dengan cara
bernafas dalam perlahan, teratur atau nafas dalam dengan mengepalkan
tinju/menguap
R/ teknik relaksasi dapat mengurangi ketegangan otot.
2.3.2 Diagnosa resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan faktor
pembedahan
Tujuan : infeksi dapat dicegah
Kriteria hasil :
- Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar
- Bebas tanda infeksi pada luka
- Suhu dalam batas normal
6

Intervensi :
* Pantau suhu badan tiap 4 jam, keadaan luka ketika melakukan
perawatan luka.
R/ mengidentifikasi adanya kemajuan tau penyimpangan dari hasil
yang diharapkan.
* Ganti verban yang sesuai dengan teknik aseptic dan antiseptic akan
mengurangi kontaminasi bakteri
R/ dengan mengikuti teknik aseptic dan antiseptik akan mengurangi
kontaminasi bakteri
* Berikan antipiretik yang ditentukan jika terdapat demam
R/ antipiretik dapat memperbaiki termoregulasi dalam otak
2.3.3 Diagnosa : kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan
mobolitas terhadap pembedahan
Tujuan : klien dapat melaksanakan personal hygiene
Kriteria hasil : mampu melaksanakan perawatan diri yang mandiri
Intervensi :
* Tentukan tingkat bantuan yang diperlukan, berikan bantuan dengan
aktvitas kerja sehari-hari sesuai keperluan
R/ mendorong kemandirian klien dalam beraktivitas
* Berikan waktu yang cukup bagi klien untuk melaksanakan aktivitas
R/ dapat melatih klien dalam memenuhi kebutuhan perawatan diri dan
mengurangi tingkat ketergantungan
* Ajarkan klien tentang cara perawatan diri
R/ pengetahuan yang adeguat memungkinkan ketepatan dalam
pelaksanaan
2.3.4 Diagnosa : gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kurang
informasi
Tujuan : mobilitas klien kembali normal
7

Kriteria hasil :
- Memperlihatkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
- Melaporkan adanya peningkatan mobilitas
Intervensi :
* Jelaskan pada klien tentang pentingnya mobilisasi
R/ pengetahuan yang adequate memungkinkan klien kooperatif
* Lakukan mobolisasi progresif dengan membantu klien membantu
posisi duduk secara perlahan
R/ peningkatan aktivitas dapat dilakukan secara perlahan
* Anjurkan untuk mobolisasi agresif dengan membantu klien membantu
posisi duduk secara perlahan
R/ alat Bantu mungkin dibutuhkan untuk keperluan ambulasi lien
* Beri dorongan ambulasi untuk berjalan yang sering (sedikitnya 3
langkah sehari) dengan bantuan bila belum bias berdiri tegap
R/ motivasi yang kuat dapat meningkatkan kemauan klien dalam
kemandirian aktivitas
* Tingkatkan lamanya berjalan secara progresif setiap hari
R/ peningkatan aktivitas secara normal dapat dilakukan secara
perlahan.

2.4 Implementasi
2.4.1 Mengurangi rasa nyeri
2.4.2 Mengurangi resiko terjadinya infeksi
2.4.3 Membantu pemenuhan personal hygiene
2.4.4 Membantu mobolitas fisik.

Anda mungkin juga menyukai