08.modul Bimtek Novotel 27 Juli 2017 PDF
08.modul Bimtek Novotel 27 Juli 2017 PDF
MODUL
PENGELOLAAN LABORATORIUM/BENGKEL
SEKOLAH/MADRASAH
Pengarah
Sumarna Surapranata, Ph.D.
Penanggung Jawab
Dra.Garti Sri Utami, M.Ed.
Penyusun
Abdurrachman Effendi,ST.,MTI.;082182818664; abdurachmaneffendi@yahoo.com
Jamilah, M.Si.; 081219287876: jamilahghozy@gmail.com
Muchroji,SE, M.P.; 081322238653; djirotmg@gmail.com
Drs. Sony Mulaksono, M.T.; 08123068082; sonnymulaksono@gmail.com
Eru Wibowo, S.Sn, M.Pd.; 081328757762; eruwibowo@gmail.com
Dra. Dewi Eka Arini Algozi, M.M.; 087878751314; dewiekaarini@gmail.com
Penelaah
Drs. Moeljono, MT.; 08122394048; moel.my@gmail.com
Dr. Komar Sutriah.; 08129648643: komar.sutriah@yahoo.com
Trijoko Raharjo,M.Si, Ph.D.; 08122713905; trijr_mipa@ugm.ac.id
1. Dalam modul ini tersedia bahan ajar yang lengkap meliputi 4 dimensi, yaitu:
1.1. Perencanaan Pengelolaan Laboratorium/Bengkel
1.2. Pengoperasian peralatan dan penggunaan bahan
1.3. Pemeliharaan/perawatan peralatan dan bahan
1.4. Pengevaluasian dan Pengembangan Kegiatan Laboratorium/Bengkel.
2. Untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal, dalam menggunakan modul ini maka
langkah-langkah yang perlu dilaksanakan antara lain :
2.1. Baca dan pahami dengan seksama uraian-uraian materi yang ada pada masing-
masing kegiatan belajar. Bila ada materi yang kurang jelas, peserta bimbingan
teknis dapat bertanya pada instruktur yang mengampu kegiatan belajar.
2.2. Instruktur, moderator atau panitia berperan sebagai fasilitator dan pengarah
dalam semua materi di modul ini, sehingga diharapkan dapat terjadi komunikasi
timbal balik yang efektif dalam mempercepat proses penguasaan kompetensi
peserta bimtek.
2.3. Kerjakan setiap tugas formatif (soal latihan) untuk mengetahui seberapa besar
pemahaman yang telah dimiliki terhadap materi-materi yang dibahas dalam
setiap kegiatan belajar.
2.4. Untuk kegiatan belajar yang terdiri dari teori dan praktik, perhatikanlah hal-hal
berikut ini :
2.4.1. Perhatikan petunjuk-petunjuk keselamatan kerja yang berlaku.
2.4.2. Pahami setiap langkah kerja (prosedur praktikum) dengan baik.
2.4.3. Sebelum melaksanakan praktikum, identifikasi (tentukan) peralatan dan
bahan yang diperlukan dengan cermat.
2.4.4. Gunakan alat sesuai prosedur pemakaian yang benar.
2.4.5. Untuk melakukan kegiatan praktikum yang belum jelas, harus meminta
ijin instruktur atau panitia terlebih dahulu.
2.4.6. Setelah selesai, kembalikan alat dan bahan ke tempat semula.
2.4.7. Jika belum menguasai level materi yang diharapkan, peserta bimtek
diharapkan mampu bertanya kepada guru atau instruktur yang
mengampu materi yang bersangkutan.
i
KATA PENGANTAR
Tenaga Laboratorium Sekolah memiliki peran yang strategis dalam peningkatan kualitas
pendidikan terutama dalam pendidikan vokasi dan pelatihan kerja sebagai pelaksanaan
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah
Menengah Kejuruan dalam rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya
Manusia Indonesia. Selain itu, dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) Nomor 26 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Laboratorium
Sekolah/Madrasah menetapkan standar tenaga laboratorium sekolah dalam menjalankan
perannya memberikan pelayanan kegiatan praktik dan praktikum siswa agar tercapai tujuan
pendidikan di sekolah.
Kami menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada semua
pihak yang terlibat di dalam penyusunan modul ini.
Semoga Program Program Peningkatan Kompetensi Tenaga Laboratorium SMK ini mampu
meningkatkan prestasi anak didik kita.
Bagian I. Perencanaan
Bagian I. Perencanaan
Wilson dan Saragih (1982) mengemukakan manfaat dari perencanaan ini sebagai
berikut:
a. Perencanaan itu penting karena didalamnya digariskan secara jelas dan tepat
tujuan-tujuan baik yang berjangka panjang maupun yang berjangka pendek dan
digariskan pula apa saja yang harus dilakukan agar tercapai tujuan itu.
b. Perencanaan merupakan petunjuk jalan (guide) bagi seluruh anggota organisasi
yang ikut serta dalam pelaksanaan perencanaan itu. Dengan adanya
perencanaan dapat selalu dipegang oleh segenap anggota sehingga arah usaha
yang bersangkutan menjadi jelas, selain itu memudahkan terlaksananya
koordinasi antara berbagai bagian atau anggota dalam organisasi.
c. Perencanaan bukan suatu karya yang sekaligus saja selesai tetapi suatu proses
yang terus menerus, maka setiap perencanaan harapannya selalu dapat
memberikan perhatian yang terus menerus untuk menunjukkan dan
mempertinggi praktik dan cara bekerja para anggota organisasinya.
d. Perencanaan itu merupakan alat pengendalian (means of control) untuk
mengendalikan/mengawasi pelaksanaannya.
e. Perencanaan yang baik menjamin penggunaan berbagai sumber daya yang
tersedia (manusia, keuangan, alat dan lain-lain) secara teratur, efektif dan
ekonomis serta dapat menghindarkan pemborosan yang tidak perlu.
1.3. Kelemahan
Agar memperoleh suatu jaminan yang sebesar-besarnya bahwa tujuan yang telah
ditentukan dapat dicapai sebaik-baiknya, suatu perencanaan memiliki unsur-unsur
sebagai berikut:
Yaitu perumusan yang lebih jelas dan lebih terperinci tentang apa yang ingin dicapai
oleh sesuatu usaha kerja sama. Tujuan ini, sebagai arah sasaran dari suatu
organisasi di mana semua kegiatan usaha tersebut ditujukan. Unsur-unsur tujuan ini
terdiri dari:
1. Tujuan akhir (objectives) yaitu rencana menyeluruh dari berbagai objektif atau
haluan, destinasi; dan
2. Tujuan antara (goals) yaitu rencana yang lebih spesifik, terperinci dan terarah pada
tujuan tertentu yang ingin dicapai, atau disebut juga dengan sasaran.
1.4.2. Unsur kebijaksanaan (policy)
Didefinisikan sebagai metode atau cara/jalan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. untuk dicapai sikap, pendirian, pandangan. Kebijaksanaan ini ditentukan
oleh top manajemen berdasarkan suatu cita tertentu atau berdasarkan kebutuhan
praktis, biasanya penetapan ini hanya garis-garis besarnya saja. Bentuknya dapat
tertulis dan dapat juga tidak tertulis. Namun sebaiknya kebijaksanaan itu tertulis, agar
apabila dikemudian hari timbul masalah kebijaksanaan, maka akan mudah dilacak
dengan jelas.
Koontz dan O’Donnel dalam Sukarna (ibid) dan Hasibuan (1990) menyebutkan
prinsip-prinsip/asas perencanaan sebagai berikut:
a. Prinsip membantu tercapainya tujuan (Princples of contribution to
objective). Setiap perencanaan dan segala perubahannya harus ditujukan
kepada pencapaian tujuan.
b. Prinsip efisiensi dari perencanaan (Principles of effeciency of plans). Suatu
perencanaan adalah efisien apabila perencanaan itu dalam pelaksanaannya
dapat mencapai tujuan dengan biaya yang sekecil-kecilnya.
c. Prinsip pengutamaan perencanaan (Principles of primacy of
planning). Perencanaan merupakan keperluan utama dari manager, fungsi
lainnya ialah pengorganisasian, pendelegasian, pemberian perintah dan
pengawasan
d. Prinsip patokan perencanaan (Principle of planning premise). Patokan-patokan
perencanaan sangat berguna bagi ramalan, karena premise-premise
planning dapat menunjukkan kejadian-kejadian yang akan terjadi pada masa
yang akan datang.
e. Prinsip kebijaksanaan pola kerja (Principle of policy frame work). Kebijaksanaan
ini mewujudkan pola kerja. Dalam pola kerja itulah prosedur-prosedur kerja dan
program tersusun.
f. Prinsip waktu (principle of timing). Perencanaan yang efektif dan efisien
memerlukan waktu yang cukup dalam penyusunannya baik horizontal maupun
vertikal
g. Prinsip tata hubungan perencanaan (Principle of planning communication).
Perencanaan dapat disusun dan dikoordinasi dengan baik, bilamana setiap
orang bertanggungjawab terhadap pekerjaannya dan memperoleh penjelasan
yang cukup memadai mengenai bidang yang akan dilaksanakan.
h. Prinsip alternatif (Principle of alternatives). Alternatif itu ada pada setiap
rangkaian kerja dan perencanaan meliputi pemilihan rangkaian alternatif dalam
pelaksanaan pekerjaan, sehingga tercapai tujuan yang telah ditetapkan.
i. Prinsip pembatasan faktor (Principle of limiting factor) . Dalam pemilihan di antara
alternatif-alternatif, maka pertama-tama harus ditujukan kepada faktor-faktor
yang strategis dan dapat membantu pemecahan masalah. Prinsip alternatif dan
prinsip pembatasan faktor merupakan syarat mutlak dalam pembuatan putusan
(Decision making). Kunci terhadap decision making ialah memecahkan masalah-
masalah yang timbul di mana dihadapkan dengan alternatif-alternatif.
j. Prinsip keterikatan (The commitment principle). Perencanaan harus
memperhitungkan jangka waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan.
k. Prinsip flexibilitas (The principle of flexibility). Perencanaan yang efektif
memerlukan flexibilitas, tetapi tidak berarti mengubah tujuan
l. Prinsip ketetapan arah (The principle of navigational change). Perencanaan yang
efektif memerlukan pengamatan yang terus menerus terhadap kejadian-kejadian
yang timbul dalam pelaksanaannya untuk mempertahankan tujuan.
m. Prinsip perencanaan strategi (Principle of strategic planning). Dalam suatu
kondisi di mana terdapat persaingan yaitu di mana pihak lain berusaha untuk
mencapai tujuan yang sama, maka manajer harus memilih tindakan-tindakan
yang diperlukan untuk menjamin pelaksanaan perencanaan tetap efektif.
1. Volume kegiatan
Adalah jumlah atau banyaknya kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
laboratorium/bengkel. Laboratorium/bengkel harus mampu mengidentifikasi
prioritas kegiatan yang dilakukan laboratorium serta output yang akan dicapai.
2. Capaian kinerja
Dalam menyusun rencana tahunan kegiatan pengelolaan laboratorium/bengkel
perlu memperhatikan kekuatan, kelemahan,peluang dan hambatan dalam
melaksanakan rencana tahunan tersebut. Kegiatan yang disusun pada rencana
tahunan ini memperhatikan hasil yang ingin dicapai. Hasil yang diperoleh dari
kegiatan yang telah ditetapkan pada rencana tahunan mencerminkan capaian
kinerja laboratorium.
3. Pengembangan layanan
Rencana tahunan mempertimbangkan upaya pengelola laboratorium/bengkel
dalam memberikan layanan laboratorium/bengkel. Pengembangan layanan
laboratorium/bengkel dapat meliputi pengembangan kinerja alat dan bahan,
pengembangan metode kerja pengelolaan laboratorium/bengkel.
Beberapa sub kegiatan yang dapat diprioritaskan masuk pada rencana tahunan
antara lain :
1. Menyusun kebutuhan alat dan bahan
2. Merancang program pemeliharaan alat dan bahan
3. Menyusun manual mutu, prosedur dan instruksi kerja
4. Rencana pengembangan laboratorium/bengkel
NO NAMA ALAT SPESIFIKASI JUMLAH YANG DIBUTUHKAN TERSEDIA KEKURANGAN HARGA SATUAN TOTAL HARGAKETERANGAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Mengetahui, ……………….…..,
Kepala Laboratorium Teknisi Lab.
......................
......................... ....................................
TOPIK 2 TEKNIK MERANCANG PROGRAM PEMELIHARAAN
PERALATAN DAN BAHAN LABORATORIUM/BENGKEL
21
1. Menjamin fasilitas , peralatan dan bahan di laboratorium/bengkel berada dalam
kondisi siap pakai, Meminimalisir kerusakan dan mampu memberikan
keuntungan.
2. Memberikan keamanan dan kesehatan bagi pengguna peralatan dan bahan
tersebut.
3. Memperpanjang usia pakai peralatan dan bahan tersebut serta menurunkan
biaya perbaikan
4. Menghasilkan pengukuran yang reliabel dan mengurangi kelambatan waktu
pelaporan hasil pengujian.
22
b. Operator : mengabaikan, salah operasi, tidak punya pengetahuan mesin, tidak
mampu merawat sederhana, dll.
Teknisi pemeliharaan : mengganti dan memperbaiki tanpa petunjuk yang benar,
tidak memberikan pengetahuan pemeliharaan terhadap operator, mengandalkan
teknologi tinggi dengan tidak melihat sumber daya yang ada, dll.
23
2.5. Pemeliharaan Pencegahan
24
Tindakan Predictive Maintenance
a. Pemeliharaan didasarkan atas kondisi mesin.
b. Kegiatan yang dipentingkan adalah inspeksi atau monitoring bukan perbaikannya
c. Dengan inspeksi/monitoring kondisi mesin dapat diketahui secara pasti dan
gejala kerusakan dapat dideteksi secara dini.
25
membutuhkan ketersediaan anggaran. Dalam program pemeliharaan juga ditentukan
penanggungjawab pelaksana pemeliharaan dan hasil yang dicapai dari pemeliharaan
tersebut. Hasil dari kegiatan pemeliharaan menjadi parameter pengukuran tingkat
keberhasilan kegiatan pemeliharaan alat dan bahan. Berikut adalah tahapan
penyusunan program pemeliharaan alat dan bahan laboratorium/bengkel :
Penyusunan
(Kalab/Kabeng,Teknisi/laboran/PLP)
26
Tabel 1.1.Contoh program pemeliharaan alat dan bahan laboratorium/bengkel :
Verifikasi :
27
SMK NEGERI XXX SEMARANG LABORATORIUM NAUTIKA
Halaman 28 dari 3
LOGO SEKOLAH PROGRAM PEMELIHARAAN Nomor IK-
ALAT DAN BAHAN Tanggal Berlaku 01 Mei 2017
Status Revisi 00
Peralatan
Periode
No Nama Peralatan Metode Pemeliharaan /Bahan Hasil
Pemeliharaan
Penunjang
Peralatan siap
Pembersihan debu dan
Kain lap, kuas pakai dan
kotoran pada bagian Plug,
1 Mesin Bor Perbulan 1 kali serta cairan disimpan
Cassing dan pelumasan
cleaner pada
bearing
rak/lemari
Peralatan siap
Pembersihan debu dan
Kain lap, kuas pakai dan
kotoran pada bagian Plug,
2 Pendulum Machine Perbulan 1 kali serta cairan disimpan
Cassing dan pelumasan
cleaner pada
bearing
rak/lemari
Peralatan siap
Pembersihan debu dan
Kain lap, kuas pakai dan
kotoran pada bagian Plug,
3 Mesin jahit Perbulan 1 kali serta cairan disimpan
Cassing dan pelumasan
cleaner pada
bearing
rak/lemari
Peralatan siap
Pembersihan debu dan Kain lap, kuas pakai dan
4 Ampere meter Perbulan 1 kali kotoran pada bagian Plug, serta cairan disimpan
Cassing cleaner pada
rak/lemari
Verifikasi :
28
SMK NEGERI XXX SEMARANG LABORATORIUM NAUTIKA
Bagian
Frekuensi Peralatan
Peralatan yang Metode Indikator
No Nama Peralatan Pemeliharaa /Bahan
dilakukan Pemeliharaan Hasil
n Penunjang
pemeliharaan
Pembersihan Peralatan
Setiap debu dan kotoran siap pakai
bagian Plug, Kain lap,
tanggal 17 pada bagian dan
1 Ampere Meter Digital. Bulan Januari
Cassing dan
Plug, Cassing
kuas serta
disimpan
kalibrasi cairan cleaner
s.d Juni 2017 dan kalibrasi pada
rak/lemari
Pembersihan Peralatan
Setiap debu dan kotoran siap pakai
bagian Plug, Kain lap,
tanggal 18 pada bagian dan
2 Volt Meter Digital Bulan Januari
Cassing dan kuas serta
Plug, Cassing disimpan
kalibrasi cairan cleaner
s.d Juni 2017 dan kalibrasi pada
rak/lemari
Pembersihan Peralatan
Setiap debu dan kotoran siap pakai
bagian Plug, Kain lap,
tanggal 19 pada bagian dan
3 Alat Navigasi Bulan Januari
Cassing dan
Plug, Cassing
kuas serta
disimpan
kalibrasi cairan cleaner
s.d Juni 2017 dan kalibrasi pada
rak/lemari
Pembersihan Peralatan
Setiap debu dan kotoran siap pakai
bagian Plug, Kain lap,
tanggal 20 pada bagian dan
4 Radar Cassing dan kuas serta
Bulan Januari Plug, Cassing disimpan
kalibrasi cairan cleaner
s.d Juni 2017 dan kalibrasi pada
rak/lemari
29
TOPIK 3 MENYUSUN MANUAL MUTU, SOP, INSTRUKSI KERJA DAN
FORMULIR
Manual Mutu atau Pedoman Mutu adalah sebuah dokumen yang berisi pernyataan
dan komitmen laboratorium/bengkel. Biasanya manual mutu dibuat dengan
menginterpretasikan klausul-klausul ISO 9001:2008 yang disesuaikan dengan
penerapan yang dilakukan oleh laboratorium/bengkel tersebut. Manual mutu dibuat
sebagai pedoman penerapan ISO 9001: 2008 di suatu laboratorium/bengkel.
Manual mutu laboratorium/bengkel yang telah disusun dapat difungsikan sebagai :
1. Sarana promosi dan perkenalan laboratorium/bengkel
2. Memudahkan orang dalam mempelajari smm pada laboratorium/bengkel
3. Sharing knowledge antar karyawan di dalam laboratorium/bengkel
4. Sarana komunikasi antar bagian
5. Pemenuhan syarat sertifikasi iso 9001:2015
6. Bukti implementasi iso 9001:2015 di laboratorium/bengkel
30
Rasanya tidak lengkap jika manual mutu tanpa diisi dengan flow bisnis proses
dalam laboratorium/bengkel, flow bisnis ini tentu saja berfungsi sebagai
penjelasan ke pihak terkait mengenai proses apa saja yang dilakukan oleh
laboratorium/bengkel dari mulai order di terima sampai dengan delivery, dengan
adanya flow bisnis process ini, maka semua pihak akan lebih memahami
bagaiaman proses bisnis di laboratorium/bengkel berjalan.
4. Korelasi antara klausal iso 9001:2015 dengan prosedur di laboratorium/bengkel,
yang sangat penting di dalam manual mutu iso 9001:2015 ini adalah bahwa di
dalam manual di jelaskan keterkaitan antara klausul iso 9001:2015 dengan
prosedur yang dijalankan oleh laboratorium/bengkel, hal ini lebih menunjukan
bagaimana laboratorium/bengkel mengimplementasikan apa yang
dipersyaratkan klausul.
5. Struktur Organisasi
Team yang terlibat di laboratorium/bengkel, struktur laboratorium/bengkel akan
dapat menjelaskan dengan gamblang, berapa kekuatan personil dan siapakah
tim yang menduduki posisi strategis.
Ada beberapa padanan kata yang memiliki relevansi dengan makna SOP (Standar
Operasional Prosedur) atau prosedur kerja baku.
Prosedur kerja adalah rangkaian tata kerja yang berkaitan satu sama lainnya,
sehingga menunjukan adanya urutan tahapan secara jelas dan pasti, serta cara-cara
yang harus ditempuh dalam rangka penyelesaian suatu bidang tugas.
Pada sistem dokumentasi manajemen mutu laboratorium berbasis SNI ISO/IEC
17025 : 2008, Standar prosedur masuk pada level kedua. Hal ini menunjukan bahwa
posisi standar memiliki peran penting dan strategis pada sistem dokumentasi
laboratorium/bengkel. Ketersediaan standar prosedur pada laboratorium/bengkel
menjadi syarat mutlak saat laboratorium/bengkel ingin mendapatkan pengakuan
akreditasi dari lembaga akreditasi.
31
Gambar 1.9. Piramida dokumen sistem manajemen mutu
32
b. SOP digunakan utk menilai apakah pekerjaan tsb sudah dilakukan dgn baik
atau tidak.
c. Uji SOP sebelum dijalankan, lakukan revisi setelah 1-2 bulan trial.
d. Lakukan revisi jika ada perubahan langkah kerja yg bisa diakibatkan oleh
adanya mesin baru, peralatan baru, tambahan pekerja, lokasi berbeda, dan
semua yg mempengaruhi lingkungan kerja
e. Mintakan masukan dari para pelaksana untuk menjadi bahan perbaikan SOP
secara teratur
f. Tidak ada aturan yg membatasi panjang pendeknya SOP, karena SOP
digunakan oleh berbagai macam orang untuk tujuan yg berbeda, dgn tetap
harus lengkap dan akurat
g. Walau demikian, SOP yg ringkas akan lebih memudahkan para pelaksana,
dengan demikian sebuah prosedur kerja yg panjang bisa dibagi menjadi 2-3
SOP (seperti dipisah menjadi SOP Tahap Persiapan, SOP Tahap Pelaksanaan
dan SOP Tahap Penyelesaian).
SOP disusun tim penyusun SOP yang memiliki pengetahuan dan pengalaman
dalam bidangnya, harus tertulis, menjelaskan secara singkat langkah demi langkah
dan dalam tampilan yang mudah dibaca dan dipahami.
Dalam menyusun SOP perlu memperhatikan hal-hal berikut :
a. Sederhana
langkah-langkah yang ringkas dan hanya memerlukan sedikit keputusan
b. Hirarki
Dengan langkah-langkah yang rinci, panjang, konsisten.
c. Flowcharts
berisi banyak keputusan-keputusan atau pertimbangan-pertimbangan
33
3.4. Asas-asas Penyusunan SOP
a. Asas Pembekuan, yaitu disusun berdasarkan tata cara dan bentuk yang telah
dibakukan sehingga dapat menjadi acuan yang baku dalam melakukan suatu
tugas
b. Asas pertanggung jawaban, hal ini harus dapat dipertanggungjawabkan baik dari
sisi isi, bentuk, prosedur, standar yang ditetapkan maupun dari sisi
keabsahannya
c. Asas kepastian, yakni adanya keseimbangan hak dan kewajiban antara aparatur
dan masyarakat sehingga masing-masing pihak mempunyai tanggung jawab
yang sama
d. Asas keseimbangan, yakni adanya keseimbangan hak dan kewajiban antara
aparatur dan masyarakat sehingga masing-masing pihak mempunyai tanggung
jawab yang sama
e. Asas keterkaitan, yaitu harus terkait dengan kegiatan administrasi umum lainnya
baik secara langsung ataupun tidak langsung
f. Asas kecepatan dan kelancaran, yakni yang dapat menjamin terselesaikannya
suatu tugas pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, tepat
sasaran, menjamin kemudahan dan kelancaran secara prosedural
g. Asas keamanan, yaitu harus dapat menjamin kepentingan semua pihak yang
terlibat dalam pelaksanaan tugas
h. Asas keterbukaan, yaitu keberadaan SOP dapat menciptakan transparansi
dalam pelaksanaan tugas
a. SOP harus ditulis secara jelas, sederhana dan tidak berbelit-belit sehingga
mudah dimengerti dan diterapkan untuk satu kegiatan tertentu
b. SOP harus dapat menjadi pedoman yang terukur baik mengenai norma waktu,
hasil kerja yang tepat dan akurat, maupun rincian biaya pelayanan dan tatacara
pembayaran bila diperlukan adanya biaya pelayanan
b. SOP harus dapat memberikan kejelasan kapan dan siapa yang harus
melaksanakan kegiatan, berapa lama waktu yang dibutuhkan dan sampai
dimana tanggung jawab masing-masing pejabat/pegawai
34
c. SOP harus mudah dirumuskan dan selalu bisa menyesuaikan dengan kebutuhan
dan perkembangan kebijakan yang berlaku
d. SOP harus dapat menggambarkan alur kegiatan yang mudah ditelusuri jika
terjadi hambatan.
b. Lengkap prosedur
Lengkap untuk prosedur tertentu, dan lengkap untuk prosedur yang dibutuhkan
c. Jelas dan mudah dipahami
Dapat dicerna dengan baik
Tidak menimbulkan banyak tafsiran
d. Layak Terap (Applicable)
Dapat diaplikasikan dengan baik terutama karena ada dukungan manajemen dan
budaya organisasi
e. Controllable
Dapat dipahami oleh organisasi dan semua unsur organis
f. Layak audit/ ubah (Changeable and flexible)
Mampu mengantisipasi perubahan (bisnis atau aktivitas) dan perubahan
lingkungan organisasi.
35
3.5. Hambatan-hambatan dalam Penyusunan SOP
a. Hambatan Organisasional
(aspek gaya manajemen, fleksibilitas organisasi, jumlah lapisan
jabatan/panjangnya birokrasi, Jumlah rentang kendali jabatan, pola komunikasi
dalam organisasi, kualitas sdm, dan budaya organisasi)
b. Hambatan Operasional
Karaktersitik operasional (jenis kegiatan, ciri-ciri produk atau jasa, budaya
masyarakat, kemapanan operasional), keterikatan terhadap peraturan
pemerintah, dan ukuran operasional (kontrol internal untuk organisasi besar dan
operasional yang luas yang berbeda standar)
c. Hambatan Manajerial
Visi, misi, dan strategi organisasi, dukungan manajerial, pengawasan manajerial
(terhadap perubahan bisnis atau lingkungan bisnis), dan tekanan manajerial,
d. Hambatan Personal
Tidak memiliki kemampuan dalam mengikuti perubahan, tidak memiliki motivasi,
dan memiliki kepentingan pribadi
p. Tingkat Rinci
Prosedur harus berisi semua langkah yg penting yg harus dijalankan dgn
seragam oleh semua pekerja. Hilangnya salah satu langkah penting akan
menyebabkan terjadinya variasi dalam menjalankan prosedur
Prosedur tidak mungkin dibuat sedemikian detil sehingga semua
pertanyaan pekerja bisa terjawab. Prosedur tidak untuk menggantikan
training dan feedback, oleh karena itu pembuat SOP tidak harus berusaha
menjawab semua pertanyaan yg mungkin akan muncul
Perhatikan bahwa kelemahan format flowchart adalah hanya bisa
digunakan untuk SOP yg tidak rinci/sederhana. Pembuatan flow chart utk
prosedur yg bersifat rinci/kompleks akan menyebabkan munculnya pola
langkah yg panjang, berantakan dan susah utk dimengerti
37
3.7. Format SOP
a. Judul SOP
b. Tujuan
c. Ruang lingkup
d. Referensi/Pedoman
e. Sarana
f. Prosedur kerja
g. Flowchart
menggambarkan sebuah algoritma yang terstruktur dan mudah dipahami oleh
orang lain
diagram alir ini akan menunjukkan alur di dalam program secara logis
diagram alir ini selain dibutuhkan sebagai alat komunikasidan dokumentasi
diagram alir digambarkan dengan orientasi dari atas ke bawah
setiap kegiatan dalam diagram alir dinyatakan secara eksplisit
setiap diagram alir harus dimulai dari satu start dan berakhir pada satu atau
lebih terminal/ akhir
gunakan penguhubung (connector) dengan label untuk menunjukkan
keterhubungan antar path terputus/terpotong: misalnya ganti halaman.
38
Gambar 1.10. Simbol bagan arus kegiatan
39
Gambar 1.12. Contoh SOP
40
3.8. Instruksi Kerja
Dokumen mekanisme kerja yang mengatur secara rinci dan jelas urutan suatu
aktifitas yang hanya melibatkan satu fungsi saja sebagai pendukung prosedur mutu
atau prosedur kerja.
Laboratorium/bengkel menyusun instruksi kerja dengan tujuan sebagai berikut :
1. Sebagai acuan dalam pelaksanaan pekerjaan di laboratorium/bengkel
2. Untuk menghindari kesalahan dan kegagalan saat mengoperasikan alat dan
penggunaan bahan.
3. Agar pekerjaan dapat dilakukan secara efisien dan efektif.
Dalam penyusunan instruksi kerja, terdapat empat prinsip yang perlu mendapatkan
perhatian yaitu :
a. Dipercaya, Instruksi kerja harus dapat dipercaya oleh pelaksana.
b. Dipahami, Instruksi kerja harus dapat dimengerti oleh pelaksana
c. Dapat diakses, Instruksi kerja dapat ditemukan dengan cepat dan mudah oleh
pelaksana
d. Konsisten, Instruksi kerja harus memiliki konsistensi terminology yang baku
sehingga kata yang sama mempunyai arti yang sama, tidak mengandung
singkatan terdefinisi dan istilah yang membingungkan.
Fungsi disusunnya instruksi kerja dapat dilihat dari gambar berikut :
41
SMK NEGERI XXX
BENGKEL NAUTIKA
SEMARANG
LOGO Halaman
SEKOLAH INSTRUKSI KERJA Nomor IK-
Tanggal Berlaku
GERINDA TANGAN Status Revisi
1. MAKSUD TUJUAN
Untuk memberikan panduan mengenai penggunaan gerinda tangan secara baik dan
benar agar tidak terjadi kecelakaan kerja dan kerusakan alat.
2. SASARAN
a) Menghindari terjadinya kecelakaan kerja
b) Memperpanjang usia penggunaan alat inventaris bengkel
3. PENANGGUNG JAWAB
Kepala Bengkel dan Teknisi pengguna inventaris dan peralatan bengkel
4. FUNGSI GERINDA
a. Menggerinda/menghaluskan logam, kayu dan batu
b. Memotong logam, kayu dan batu
5. REFERENSI
Buku manual pengoperasian gerinda Bosch GWS 6-100
6. GERINDA TANGAN
42
3.9. Formulir
b. Fungsi formulir
• mencari suatu keterangan tertentu
• menghimpun data yang sama
• menyampaikan informasi yang sama kepada bagian yang berbeda
• sebagai bukti fisik
• sebagai dasar petunjuk untuk bekerja
43
3.10. Contoh Formulir
Peralatan
Nama Judul Job Tgl Tgl
No. Yang
Peminjam Praktikum Pinjam Kembali
dipinjam
Asal-usul &
No. Nama Peralatan Jumlah Kondisi Alat
Tahun
Dana komite
1 Tabung pemadam api 2 baik
sekolah 2015
44
FORMULIR KEBUTUHAN PERALATAN LABORATORIUM
Nama Laboratorium :
………………………………………………………………………
Kepala Lab/Bengkel :
………………………………………………………………………
Nam Harga Jumla Sumber
No Spesifikas Jumla Keteranga
a Satua h Referens
. i h n
Alat n Harga i
Nama Laboratorium :
………………………………………………………………………
Kepala Lab/Bengkel :
………………………………………………………………………
45
TOPIK 4 LATIHAN PENYUSUNAN PROGRAM TAHUNAN, PROGRAM
PEMELIHARAAN LABORATORIUM/BENGKEL, MANUAL MUTU, SOP
, IK DAN FORMULIR
2. Halaman Pengesahan
3. Pendahuluan
4. Latar Belakang
a) Tujuan
b) Manfaat
c) Indikator Capaian
7. Lampiran
46
4.3. Latihan Penyusunan Manual Mutu Laboratorium/Bengkel
Buatlah instruksi kerja alat yang ada di laboratorium/bengkel tempat anda bekerja
dengan mengikuti outline berikut :
1. Judul,
2. Ruang lingkup,
3. Rujukan /Acuan
4. Gambar Alat/bahan
5. Deskripsi Prinsip kerja alat/Prinsip Penggunaan bahan
6. Diagram Alur
Buatlah instruksi kerja alat yang ada di laboratorium/bengkel tempat anda bekerja
dengan mengikuti outline berikut :
1. Maksud dan Tujuan
2. Sasaran
3. Penanggung Jawab
4. Fungsi Alat
5. Referensi
6. Gambar Alat
7. Tata Cara Pemakaian Alat
47
Bahan Bacaan
1. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara & Reformasi Birokrasi No.
03 tahun 2010 tentang jabatan fungsional pranata laboratorium pendidikan dan
penghitungan angka kriditnya.
2. Permendiknas No.26 tahun 2008 tentang standar kompetensi tenaga laboratorium
sekolah/madrasah
3. Buku panduan kerja tenaga laboratorium sekolah/madrasah
4. Dokumen SNI ISO/IEC 17025: 2008
5. Dokumen ISO 9001 : 2008
:
48
BAGIAN II
PENGOPERASIAN PERALATAN DAN PENGGUNAAN BAHAN.
? ? ?
Gambar 2.1.Kesiapan prasarana pendukung untuk praktikum di Laboratorium
Selanjutnya menyiapkan kegiatan laboratorium sekolah/madrasah meliputi kegiatan
sebagai berikut :
1.1. Menyiapkan petunjuk penggunaan bahan dan pengoperasian peralatan
laboratorium
50
mulai dari menyalakan, pengondisi/pemanas (conditioning/warm up), dan
menggunakan sampai dengan mematikan alat.
2) POS Pemeliharaan/Perawatan yang telah disusun oleh Teknisi/juru bengkel
merupakan instruksi kerja. Instruksi tersebut berupa urutan tindakan yang harus
dilakukan oleh seorang operator dalam melakukan pemeliharaan suatu alat,
biasanya merupakan saduran dari pemeliharaan manual (manual maintenance)
yang tersedia sebagai paket dari alat dan bahan. Format isi suatu POS
pemeliharaan alat dan bahan setidaknya mencakup judul, ruang lingkup
pemeliharaan, rujukan pemeliharaan, dan cara kerja yang urut dalam
melaksanakan pemeliharaan setiap komponen alat. Siklus/periode
pemeliharaan/perawatan antaralat dan antarbagian/komponen alat berbeda-
beda yang tergantung kondisi alat seperti usia pakai dan tingkat
penggunaannya. Secara umum, periode pemeliharaan alat dan komponennya
bisa bersifat harian, mingguan, bulanan, triwulan, dan seterusnya.
3) POS Pemeriksaan alat dan bahan yang telah disusun Teknisi/juru bengkel yang
biasanya merupakan saduran dari penanganan masalah manual (manual
trouble shoot) yang tersedia sebagai paket dari alat. POS ini setidaknya harus
mencakup penjelasan tentang indikator atau gejala-gejala mulai terjadinya
kerusakan alat, urutan kerja diagnosis, dan pemeriksaannya. POS ini disusun
untuk tiap-tiap peralatan yang digunakan di laboratorium.
4) POS Unjuk Kerja yang telah disusun Teknisi/juru bengkel POS unjuk kerja alat
yang acuannya dapat diperoleh dari manual yang tersedia sebagai paket dari
alat atau dari sumber rujukan lain. Beberapa indikator umum kinerja alat antara
lain seperti booting komputer, akurasi fotometrik, akurasi panjang gelombang,
akurasi dan rentang bias hasil pengukuran, atau indikator lainnya tergantung
jenis alat. Selain itu, POS ini setidaknya harus mencakup penjelasan tentang
indikator atau gejala-gejala mulai terjadinya penurunan kinerja alat dan urutan
kerja pengujian kinerjanya.
1.2. Menyiapkan paket bahan dan rangkaian peralatan yang siap pakai
untuk kegiatan praktikum
51
Langkah-langkah Penyiapan Alat dan Bahan untuk paket Praktik/ Praktikum . Untuk
melaksanakan kegiatan praktikum Praktik/ Praktikum perlu perencanaan yang
sistematis agar dapat dicapai tujuan pembelajaran secara optimal. Kegiatan
Praktik/ Praktikum dapat dilaksanakan di dalam laboratorium/bengkel atau di luar
laboratorium/bengkel (di lapangan), tergantung pada kepentingannya di dalam
membahas konsep dan sub konsep Praktik/ Praktikum, dengan beberapa
pertimbangannya dapat mengetahui alat mana yang dapat di bawa ke lapangan
dan mana yang harus ada di laboratorium/bengkel atau tidak mungkin di bawa ke
luar, setiap akan melaksanakan kegiatan laboratorium, guru sebaiknya mengisi
format permintaan/peminjaman alat dan bahan kemudian diserahkan kepada
penanggung jawab teknis laboratorium atau laboran. Hal ini bertujuan untuk
memudahkan laboran menyiapkan dan mengidentifikasi alat yang akan digunakan
(baik/ rusak). Secara lebih detail, berikut langkah-langkah yang dapat ditempuh
dalam menyiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam kegiatan Praktik/
Praktikum (Sutrisno, 2005: 46):
a. Pemilihan alat-alat laboratorium sesuai dengan jenis, jumlah dan spesifikasi
yang dibutuhkan untuk proses pembelajaran.
b. Memeriksa kelengkapan dan asesoris dari setiap alat yang akan digunakan.
c. Melakukan perawatan dan pemeliharaan alat-alat laboratorium yang akan
digunakan.
d. Melakukan perbaikan bila memang dibutuhkan dan dapat dilakukan.
e. Mengganti bagian yang tidak dapat diperbaiki dengan pengganti yang tepat.
f. Memeriksa unjuk kerja atau kinerja dari setiap alat yang akan digunakan.
g. Menguji coba seting alat-alat yang akan digunakan pada percobaan atau
demonstrasi yang sesungguhnya akan dilakukan.
h. Menganalisis data hasil uji coba sesuai dengan tujuan praktikum atau
demonstrasi yang akan dilakukan.
i. Menyimpan alat-alat yang sudah diseting dan sudah diuji coba di tempat yang
memudahkan penggunaannya.
j. Menggunakan alat-alat pada jadwal yang sudah ditentukan.
53
Praktikum yang menggunakan berbagai bahan, baik bahan kimia maupun bahan
alami. Bahan-bahan tersebut tentunya harus disediakan dan disiapkan dengan baik
oleh guru dan laboran.
Berikut contoh penyiapan peralatan untuk paket praktuk/pratikum
54
1.3. Menyiapkan penuntun kegiatan praktikum
55
TOPIK 2 PENGOPERASIAN PERALATAN LABORATORIUM/ BENGKEL
Tempat praktikum yang dimaksudkan disini adalah Laboratorium atau bengkel kerja
(workshop) yang lengkap dengan segala fasilitasnya . Fungsi lain dari laboratorium atau
bengkel kerja, selain untuk mendidik ketrampilan siswa juga berfungsi untuk kegiatan
penelitian ilmiah para guru dan siswa, dengan demikian peranan laboratorium dan bengkel kerja
ini sangat penting sekali di sekolah terutama di SMK, untuk keperluan pengembangan ilmu.
Dalam suatu laboratorium atau bengkel kerja (workshop) teknisi merupakan tenaga pokok
yang harus ada dan selalu siap dalam melayani keperluan praktikum siswa.
Fungsi dan jabatan teknisi sangat berbeda sekali dengan pegawai negeri sipil lainnya
dilihat dari fungsi, teknisi sebagai tenaga spesifik yang bertugas dibidang
laboratorium/bengkel kerja , dan jabatannya adalah tenaga profesional. Dengan demikian
jabatan teknisi memerlukan persyaratan-persyaratan khusus yang tentu saja berbeda
dengan pegawai negeri sipil lainnya.
56
2. sistim kontrol/pengendali,
a. otomatis elektris/mekanis
b. katup pengatur (hidrolik),dsb;
3. sistim lintasan luncur (untuk mesin perkakas),
a. lintasan luncur melingkar (bush/bearing)
b. lintasan luncur lurus (slider/guide ways);
4. sistim pelumasan,
5. sistim pondasi mesin (untuk mesin perkakas),
a. permanen/tidak dapat dipindah-pindah
b. tidak permanen (replaceable);
6. buku panduan (manual book),
a. sertifikat test
b. parts list dan maintenance program
c. trouble shouting list, instruction list, dsb.
2.1.2. Prinsip Kerja Mesin/Peralatan
Dilihat dari sistim kerjanya mesin dan peralatan untuk praktek laboratorium dan kerja
bengkel dapat dibagi menjadi:
a. Mesin /peralatan yang sisitim kerjanya menggunakan prinsip mekanis.
b. Mesin /peralatan yang sistim kerjanya menggunakan prinsip elektris (arus
kuat/lemah).
c. Mesin /peralatan yang sistim kerjanya menggunakan prinsip hidrolis dan
pneumatis.
d. Mesin /peralatan yang sistim kerjanya menggunakan prinsip optis.
e. mesin/peralatan yang sistim kerjanya menggunakan gabungan prinsip mekanis
dan elektris.
f. Mesin/peralatan yang sistim kerjanya menggunkan gabungan prinsip mekanis
dan hidrolis serta elektris.
g. Mesin/peralatan yang sistim kerjanya menggunakan prinsip gabungan yang
komplek.
2.1.3. Kondisi Alat-alat Praktek (mesin/peralatan)
Alat yang dimaksud disini dapat berupa peralatan laboratorium atau mesin sebagai alat
praktek. Pengenalan/memahami peralatan untuk praktek merupakan kuwajiban yang
harus dilakukan oleh setiap petugas laboratorium ( teknisi/laboran, dosen/instruktur,
pengelola) untuk mengetahuinya, mereka harus mengetahui dengan yakin tentang
peralatan yang akan digunakan. Dengan demikian setiap alat yang akan dioperasikan
57
harus benar-benar dalam kondisi siap pakai. Kondisi siap pakai yang dimaksud tersebut
adalah :
1) Alat dalam kondisi tidak rusak.
2) Alat dalam keadaan dapat beroperasi dengan baik.
3) Alat benar-benar siap dipakai, artinya kondisi fisiknya baik dan berfungsi (ready for
use).
4) Kondisi alat harus bersih, artinya bebas dari segala bentuk kotoran atau yang
lainnya.
5) Alat dalam kondisi terkalibrasi, sudah diseting, sudah normal.
Peralatan laboratorium sebaiknya dikelompokkan berdasar penggunaannya dan diberi
penutup sebagai pelindung debu atau kotoran yang lain. Karena alat yang tidak ada
penutupnya akan cepat berdebu, kotor dan akhirnya dapat merusak alat yang
bersangkutan, misalnya berkarat. Untuk itu perlu dikelompokkan dalam
penyimpanannya,sebagai contoh misalnya :
1) Untuk peralatan dari gelas ditempatkan dalam almari khusus, harus dalam keadaan
bersih dan steril.
2) Untuk peralatan optis misal mikroskop dan alat optis yang lain, ditempatkan pada
ruang/almari yang kering dan tidak lembab, sebab kelembaban yang tinggi dapat
menyebabkan lensa berjamur dan membuat rusak lensa.
3) Khusus untuk bahan kimia yang bersifat asam dan alkalis sebaiknya ditempatkan
pada ruang/kamar yang dilegkapi penyedot gas, atau kipas angin (fan).
59
e. Peralatan tangan (hand tool) yang menggunakan tenaga listrik seperti, bor tangan,
gerinda tangan, gergaji tangan, dan lain sebagainya.
5. Peralatan praktek kelistrikan, terdiri dari:
a. Oscciloscope, untk mengukur tegangan dan untuk mengetahui bentuk gelombang.
b. Ammeter dan Voltmeter.
c. Osilator atau audio generator.
d. Multimeteratau avometer,untuk mengukur hambatan, tegangan arus searah dan
arus bolak- balik, juga untuk mengukur arus searah.
6. Peralatan pendukung praktek terdiri dari:
a. Kompor gas, burner/bunsen, beserta gasnya.
b. Seperangkat tool set.
c. Peralatan penjepit.
d. Peralatan ukur seperti jangka sorong, mikrometer, mistar, meteran dan lain
sebagainya
60
b. Yakinkan bahwa kondisi elemen-elemen mesin terpasang pada tempatnya dan
berfungsi sebagai unsur gerak mekanis yang dapat bergerak dengan sinkron.
c. Lakukan pemanasan (running maintenance) selama ± 5 s/d 10 menit, agar semua
komponen menyesuaikan gerakan dan semua pelumas yang ada di bak pelumas
sudah beredar melumasi elemen-elemen mesin.
d. Jika pemanasan sudah cukup, pasang/jepit benda kerja pada ragum penjepit yang
sudah terpasang pada mesin ketam, dengan posisi sesuai dengan bentuk
pengerjaan, dan yakinkan bahwa benda kerja sudah terpasang dengan baik dan
kuat.
e. Kemudian pasang alat potong pada pemegangnya, kemudian lakukan seting
dengan benda kerjanya.
f. Melakukan proses pemotongan, dengan mengatur kecepatan potong (cutting
speed), langkah pahat per menit (stroke), pemakanan (feed), serta kedalaman
pemakanan (depth of cut).
g. Untuk menjaga keawetan mesin, pada waktu bekerja diwajibkan selalu
memeriksa/memberi pelumas pada lengan (arm) mesin ketam.
h. Jika sudah selesai digunakan mesin dibersihkan dari segala kotoran ,kemudian
lumasi bagian-bagian yang perlu agar terbebas dari korosi yang diakibatkan oleh
oksidasi.
2. Langkah kerja penggunaan mesin Frais
Mesin ini mampu untuk mengerjakan pekerjaan pengeboran, pembuatan roda gigi,
pembuatan alur pasak, dan pembuatan bidang-bidang yang rata maupun bidang yang
berbentuk komplek. Langkah kerja penggunaan mesin ini adalah sebagai berikut :
a. Yakinkan bahwa kondisi sumber tenaga berfungsi dengan baik, semua indikator
berfungsi baik.
b. Yakinkan bahwa kondisi elemen-elemen mesin terpasang pada tempatnya dan
berfungsi sebagai unsur gerak mekanis untuk masing-masing keperluan, misal
perangkat/perlengkapan (attachment) pengeboran, perangkat pengaluran,
perangkat pembuat roda gigi, perangkat pembuat bidang datar dan komplek.
c. Lakukan pemanasan (running maintenance) selama ± 5 s/d 10 menit, agar semua
komponen menyesuaikan gerakan dan semua pelumas yang ada di bak pelumas
sudah beredar melumasi elemen-elemen mesin.
d. Jika pemanasan sudah cukup, pasang/jepit benda kerja pada ragum penjepit yang
sudah terpasang pada mesin, dengan posisi sesuai dengan bentuk pengerjaan, dan
yakinkan bahwa benda kerja sudah terpasang dengan baik dan kuat.
61
e. Memilih elemen perangkat pengerjaan (attachment) yang akan dipakai.
f. Kemudian pasang alat potong pada pemegangnya, kemudian lakukan setting
dengan benda kerjanya.
g. Melakukan proses pemotongan, dengan mengatur kecepatan potong (cutting
speed), langkah pahat per menit (stroke), pemakanan (feed), putaran mesin (rpm),
serta kedalaman pemakanan (depth of cut).
h. Untuk menjaga keawetan mesin, pada waktu bekerja diwajibkan selalu
memeriksa/memberi pelumas pada elemen mesin yang bergerak.
i. Jika sudah selesai digunakan mesin dibersihkan dari segala kotoran ,kemudian
lumasi bagian-bagian yang perlu agar terbebas dari korosi yang diakibatkan oleh
oksidasi.
62
d. Jika pemanasan sudah cukup, pasang/jepit benda kerja pada ragum (chuck) yang
sudah terpasang pada mesin, dengan posisi sesuai dengan bentuk pengerjaan, dan
yakinkan bahwa benda kerja sudah terpasang dengan baik dan kuat.
e. Memilih elemen perangkat pengerjaan (attachment) yang akan dipakai.
f. Kemudian pasang alat potong pada pemegangnya (tool post), kemudian lakukan
setting dengan benda kerjanya.
g. Melakukan proses pemotongan, dengan mengatur kecepatan potong (cutting
speed), pemakanan (feed), putaran mesin (rpm), serta kedalaman pemakanan
(depth of cut).
h. Untuk menjaga keawetan mesin, pada waktu bekerja diwajibkan selalu
memeriksa/memberi pelumas pada elemen mesin yang bergerak.
i. Jika sudah selesai digunakan mesin dibersihkan dari segala kotoran ,kemudian
lumasi bagian-bagian yang perlu agar terbebas dari korosi yang diakibatkan oleh
oksidasi.
63
e. Memilih alat potong yang akan digunakan, bentuk lengkung, runcing, atau yang
lainnya dari sekian banyak alat potong yang dipunyai oleh mesin bubut kayu.
f. Melakukan proses pemotongan, dengan mengatur kecepatan potong (cutting
speed), pemakanan (feed), putaran mesin (rpm), serta kedalaman pemakanan
(depth of cut) dengan cara manual/perasaan.
g. Untuk menjaga keawetan mesin, pada waktu bekerja diwajibkan selalu
memeriksa/memberi pelumas pada elemen mesin yang bergerak.
h. Jika sudah selesai digunakan mesin dibersihkan dari segala kotoran ,kemudian
lumasi bagian-bagian yang perlu agar terbebas dari korosi yang diakibatkan oleh
oksidasi.
65
2.2.2. Mesin/peralatan yang menggunakan prinsip hidrolis, mekanis dan
elektris.
Mesin/peralatan-peralatan yang menggunakan prinsip hidrolis dan mekanis serta elektris,
sebagai contohnya mesin dongkrak hidrolis yang digunakan pada lab/bengkel kerja
praktek otomotif, lihat gambar berikut ini.
Langkah kerja penggunaan dongkrak hidrolis
1) Periksa sistim kelistrikan yang ada, normal tidak .
2) Periksa cairan/oli hidrolisnya, cukup tidak .
3) Periksa pompa hidrolisnya berfunsi atau tidak.
4) Periksa kelengkapan mekanisnya, apakah ada yang tidak beres kondisinya.
5) Bersihkan segala bentuk kotoran dan debu yang menempel dibagian silinder
angkat.
6) Lumasi bagian-bagian yang bergerak, agar bergerak lancar.
7) Panasi kompresor penekan cairan hidrolisnya, sambil dibuang anginnya dan
dilihat manometer tekanan hirolisnya, lihat gambar prinsip aliran hidrolis .
8) Gerakkan naik turun berulang-ulang untuk memantapkan gerakan hidrolisnya,
sampai dongkrak hidrolis siap dipakai.
9) Jika telah selesai digunakan , sebaiknya dongkrak hidrolis ditutupi dengan
penutup agar terhindar dari debu yang dapat merusak silinder angkat.
10) Matikan aliran listrik agar aman .
Yang perlu diperhatikan pada dongkrak hidrolis disini adalah kondisi oli hidrolis yang
dipakai, harus selalu dilihat baik untuk volume maupun kualitasnya, syaratnya oli hidrolis
itu tidak mudah terbakar kalau ditekan, tidak berbusa jika ditekan, dan tidak korosif
terhadap silinder hidrolik.
Gambar 2.8. Prinsip kerja aliran zat cair pada dongkrak hidrolis
Gambar 2.9. Bor tangan merupakan salah satu bentuk hand tool.
67
Langkah kerja penggunaan peralatan tangan (bor tangan): lihat gambar 8
a. Yakinkan kabel sumber tenaga tidak bocor/aman.
b. Yakinkan bahwa elemen mekanisnya bor tangan berfungsi dengan baik, dapat
dipakai.
c. Pilih mata bor yang akan digunakan dan pasang pada cekamna dengan kuat.
d. Sambungkan kabel sumber tenaga ke stop kontak yang tersedia.
e. Hidupkan bor tangan dengan mencoba variasi putaran yang tersedia
(cepat/lambat), berfungsi baik tidak, jika berfungsi baik dapat digunakan, jika tidak
perlu diperbaiki .
f. Jika bor berfungsi baik maka dapat digunakan, yaitu dengan memperhatikan posisi
pengeboran (harus tegak lurus) dan putaran yang diinginkan (dengan melihat
diameter bor yang digunakan dan material yang akan dibor).
g. Jika sudah selesai lepas kabel tenaga dan lepas mata bornya, bersihkan, kemudian
simpan pada tempat yang disediakan.
70
2.2.6. Penggunaan peralatan yang menggunakan prinsip Optis
Peralatan yang dicontohkan berikut ini hanya sebagaian dari berbagai jenis peralatan yang
menggunakan prinsip optis. Peralatan-peralatan ini banyak dijumpai pada lab. Metrologi
Industri, lab. ukur tanah, lab . biologi dan lab.bahan pengolahan. Garis besar prinsip
penggunaannya dijelaskan berikut ini.
71
c. Pasang teleskop pada dudukan/tripot yang disediakan oleh pabrik, dengan yakin
bahwa teleskop terpasang kuat.
d. Atur posisi lensa-lensanya untuk keperluan fokus tertentu, dengan memutar
preparat yang disediakan.
e. Obyek yang diamati harus dalam keadaan yang bersih bebas dari segala bentuk
kotoran.
f. Jika selesai digunakan, alat dibersihkan dan dimasukkan dalam kotak penyimpanan
yang disediakan.
Gambar 2.12. Mikroskop yang dilengkapi dengan perangkat foto dan monitor.
Mikroskop adalah sebuah peralatan yang digunakan untuk melihat obyek yang
mikroskopis, alat ini banyak digunakan pada laboratorium biologi dan bahan.
2. Langkah kerja penggunaan Mikroskop adalah : (lihat gambar 11)
a. Yainkan bahwa mikroskop dapat berfungsi dengan baik, cek komponen-komponen
mekanisnya berfungsi apa tidak.
b. Bersihkn lensa-lensa obyektifnya, filternya, okulernya dengan peralatan yang
disarankan.
c. Bersihkan meja landasannya, kaca dasarnya dengan peralatan yang disarankan.
d. Aturlah masing-masing posisi dari lensa obyektif maupun okuler hingga mencpai
titik fokus yang diinginkan, dengan memutar handel/tombol gerakan kasar dan
halus.
e. Jika sudah selesai digunakan bersihkan dari segala bentuk kotoran dan tutupi atau
masukkan kotak yang sudah disediakan, dan jaga kelembabannya tetap rendah.
72
2.2.7. Penggunaan peralatan kelistrikan.
Peralatan yang dimaksud disini adalah peralatan yang digunakan untuk keperluan praktek
kelistrikan pada laboratorium/bengkel kerja tehnik listrik. Yang dicontohkan berikut ini
adalah osiloskop, ammeter dan voltmeter.
2. Langkah kerja penggunaan Ammeter dan Voltmeter adalah: (lihat gambar 13)
a. Yakinkan bahwa alat berfungsi dengan baik, periksa semua komponen yang ada,
dan periksa apakah masih berungsi dengan baik.
b. Lakukan kalibrasi agar alat dapat mengukur dengan baik dan benar.
73
c. Pilih kabel konektor yang baik dan pasang kabel-kabel konektornya dengan baik
dan benar.
d. Sambungkan ammeter atau voltmeter pada alat yang akan diukur dengan benar
sesuai prosedur.
e. Amati dan catat datanya .
f. Analisa data ukur tersebut kemudian simpulkan hasilnya.
g. Jika sudah selesai lepas kabel-kebel konektornya dan simpan pada tempatnya.
h. Tempatkan ammeter dan voltmeter pada tempatnya serta jaga kelembabannya.
75
TOPIK 3 PENGGUNAAN BAHAN LABORATORIUM/ BENGKEL
Bahan laboratorium adalah segala sesuatu yang diolah/digunakan untuk pengukuran
dan/atau produksi di laboratorium yang habis digunakan atau tidak dapat digunakan untuk
fungsi yang sama setelah selesai kegiatan. Bahan umum adalah bahan yang
penanganannya tidak memerlukan perlakuan dan persyaratan khusus. Bahan khusus
adalah bahan yang penanganannya memerlukan perlakuan dan persyaratan khusus.
Berdasarkan Permendiknas 26 tahun 2008 tentang Standar Tenaga Laboratorium
Sekolah/Madrasah, tenaga laboratorium sekolah terdiri atas Teknisi Laboratorium dan
Laboran. Kompetensi administrasi dan professional untuk Teknisi Laboratoroum yang telah
dijabarkan lebih lanjut dalam Buku Panduan Kerja Tenaga Laboratorium Sekolah Madrasah
yang berkaitan dengan penggunaan bahan adalah
1. Merencanakan pemanfaatan laboratorium sekolah/madrasah
a. Merencanakan kebutuhan bahan, peralatan, dan suku cadang laboratorium
b. Memanfaatkan katalog sebagai acuan dalam merencanakan bahan, peralatan,
dan suku cadang laboratorium
c. Membuat daftar bahan, peralatan, dan suku cadang yang diperlukan laboratorium
d. Merencanakan kebutuhan bahan dan perkakas untuk perawatan dan perbaikan
peralatan laboratorium
2. Mengatur penyimpanan bahan, peralatan, perkakas, dan suku cadang laboratorium
sekolah/madrasah
a. Mencatat bahan,peralatan, dan fasilitas laboratorium dengan memanfaatkan
peralatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
b. Mengatur tata letak bahan, peralatan, dan fasilitas laboratorium
c. Mengatur tata letak bahan, suku cadang, dan perkakas untuk perawatan dan
perbaikan peralatan laboratorium
Sedangkan kompetensi administrasi dan professional untuk laboratorium sekolah yang
berhubungan dengan penggunaan bahan adalah
1. Menginventarisasi bahan praktikum
a. Mencatat bahan Laboratorium
b. Mencatat penggunaan bahan laboratorium
c. Melaporkan penggunaan bahan laboratorium
2. Mengelola bahan dan peralatan
a. Mengklasifikasikan bahan dan peralatan praktikum
b. Menata bahan danperalatan praktikum
c. Mengidentifikasi kerusakan bahan, peralatan, dan fasilitas laboratorium
76
d. Menjaga kebersihan alat Laboratorium
e. Mengamankan bahan dan peralatan laboratorium
Keseluruhan kompteensi tersebut diukur dalam key performance indicator (KPI) yang yang
dijabarkan sebagai berikut
1. Teknisi/ laboran mampu menyiapkan bahan
Pada kegiatan pendidikan (praktikum), menyiapkan bahan biasanya merupakan
kegiatan rutin, berulang dengan siklus harian atau mingguan tergantung jumlah materi
praktikum dan jumlah mata ajaran yang melakukan praktikum di suatu laboratorium.
Kegiatan ini juga mencakup pemeriksaan ulang kelengkapan bahan, menambahkan
ulang kekurangannya, dan pengembaliannya ke tempat asal setelah praktikum
dilaksanakan. Kegiatan tersebut juga mencakup pembuatan bahan siap pakai yang
hasil dibuat dengan formulasi terntu dari bahan asal yang dibeli. Luaran dari kegiatan
adalah tersedianya seluruh (jenis dan jumlah) bahan khusus di meja praktek
mahasiswa sesuai daftar cek yang tersedia.
2. Teknisi/ laboran mampu melakukan Pengujian bahan
Kualitas bahan adalah kesesuaian dengan spesifikasi bahan yang ada pada label atau
sertifikat analisis. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan terprogram/terjadwal untuk
memastikan kesesuaian nilai setiap parameter kualitas pada spesifikasi dengan
keadaan sekarang dari bahan tersebut melalui pemeriksaan yang diantaranya dapat
dilakukan melalui pengujian laboratorium. Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan
bahan yang akan digunakan pada setiap kegiatan laboratorium mempunyai kualitas
yang baik. Pengujian bahan yang dilakukan tentu sangat tergnatung pada kategori
bahan, bahan umum maupun bahan khusus. Bahan umum dapat diuji dengan
sederhana seperti pengamatan visual seperti kenampakan fisik, warna bau dan rasa.
Sedangkan untuk bahan khusus pengujian bahan seringkali memerlukan peralatan
tertentu sesuai dengan karakteristik bahan.
Sebagai kelanjutan kegiatan ini, kompetensi teknisi/laboran diharapkan juga pada
akhirnya mampu memberikan layanan pengujian bahan yang ditujukan untuk menguji
kualitas suatu bahan dari masyarakat melalui uji fisika, kimia, biologi, organoleptik,
listrik, optik, atau metode uji lainnya dengan menggunakan peralatan kategori 1 dengan
bahan umum untuk memastikan suatu bahan memenuhi spesifikasi atau standard
tertentu. Pengujian yang dilakukan harus bisa menyimpulkan kesesuaian bahan yang
diuji dengan standar tertentu yang diacu berdasarkan parameter yang diuji yang dipilih,
dan tidak harus mencakup semua parameter uji dalam spesifikasi atau standar
77
3. Teknisi/ laboran mampu melakukan verifikasi bahan
Verifikasi bahan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memastikan bahwa
sesuatu bahan adalah sesuai atau tidak. Kegiatan verifikasi biasanya dilakukan
terhadap bahan yang baru dibeli maupun terhadap bahan di laboratorium yang tidak
jelas identitasnya. Verifikasi bahan diperlukan saat dilakukan pengadaan bahan sesuai
dengan yang dibutuhkan. Teknisi/laboran harus terlibata dalam proses pengadaan
sebagai pihak yang akan menggunakan. Bahan yang digunakan harus dipastikan
kesesuaianya dengan yang dibutuhkan. Untuk menghindari kesalahan pembelian
bahan, proses verifikasi dilakukan sejak menyusun dokumen pengadaan dimana,
dokumen pengadakan tidak bosa di eksekusi sebelum dipastikan spesifikasi bahan
sesuai dengan yang dibutuhkan. Prosedur pengadaan barang di sekolah harus
memfasilitasi kemungkinana adanya penolakan atau pengembalian barang yang
sudah dibeli karena tidak sesuai kebutuhan. Hal yang paling mendasar bagii
teknisi/laboran adalah pengetahuan mengenai spesifikasi bahan yang dibutuhkan
untuk setiap kegiatan di laboratorium/bengkel.
4. Teknisi /laboran mampu memilah limbah yang dihasilkan dari proses penggunaan
bahan
Limbah laboratorium merupakan sisa proses pekerjaan laboratorium yang tidak dapat
digunakan lagi. Limbah laboratorium harus dikelola dengan baik agar tidak memberikan
pengaruh yang membahayakan laboratorium maupun lingkungan sekitar. Pengelolaan
limbah pada akhirnya bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya limbah.
Pemilahan limbah merupakan langkah awal dalam pengelolahan limbah. Pemilahan
yang baik akan mempermudah proses pengolahan limbah. Teknisi/laboran harus
mengenali sifat-sifat limbah yang dihasilkan di masing-masing laboratorium untuk dapat
melakukan pemilahan dengan baik. Pemilihanan limbah laboratorium dapat dilakukan
berdasar berbagi kategori. Limbah dapat dikategorikan berdasarkan wujudnya menjadi
padat, cair (termasuk limbah sisa pencucian), dan gas, maupun berdasarkan tingkat
bahayanya menjadi limbah B3 dan non B3. Laboratorium harus mempunyai prosedur
untuk identifikasi dan pengelolaan limbah. Kegiatan pemilahan limbah merupakan
kegiatan awal dalam pengelolaan limbah yang bertujuan mengumpulkan limbah sesuai
dengan golongannya. Kegiatan ini dicatat dalam log book yang mencantumkan jumlah
atau volume limbah yang dipilah dan tindakan yang akan dilakukan setelah limbah
dipilah.
78
5. Teknisi/laboran mampu menguji kualitas bahan yang dimiliki
Kualitas bahan adalah kesesuaian dengan spesifikasi bahan yang ada pada label atau
sertifikat analisis. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan terprogram/terjadwal untuk
memastikan kesesuaian nilai setiap parameter kualitas pada spesifikasi dengan
keadaan sekarang dari bahan tersebut melalui pemeriksaan yang diantaranya dapat
dilakukan melalui pengujian laboratorium. Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan
bahan yang akan digunakan pada setiap kegiatan laboratorium mempunyai kualitas
yang baik.
6. Teknisi /laboran mampu mengelolaan (material handling) sisa bahan sesuai kategori
Walaupun sudah dilakukan perencanaan kebutuhan bahan untuk suatau kegiatan
praktikum dengan baik, seringkali bahan yang disiapkan tidak habis terpakai atau
tertdapat sisa. Sisa bahan juga mencakup bahan yang sudah dikeluarkan dari kemasan
perdagangan (stok induk)Agar tidak terbuang menjadi limbah sisa bahan ini dapat
dikelola agar dapat digunakan untuk percobaan berikutnya. Pengelolaan yang dimaksud
adalah serangkaian kegiatan untuk mengumpulkan, memilah, menyimpan secara benar
sehingga kualitas sisa bahan yang dikelola terjaga baik dan dapat digunakan kembali
untuk kegiatan berikutnya.
79
TOPIK 4 PENGELOLAAN ALAT DAN BAHAN LABORATORIUM
Jl. Seta
4.1. Pengertian pengelolaan
Pengelolaan sering diartikan sama dengan manajemen. Pengelolaan berasal dari kata
kelola yang dalam bahasa inggris dikatakan manage yaitu mengelola atau mengatur.
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto dalam Warsono (2005: 11), menyebutkan
bahwa dalam bahasa inggris pengelolaan bisa disamakan dengan managemen yang
berarti pula pengaturan dan pengawasan.
Pengertian pengelolaan adalah merancang kegiatan, mengoperasikan, memelihara
dan merawat peralatan dan bahan, fasilitas dan/atau segala obyek fisik lainnya secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan atau sasaran tertentu sehingga mencapai
hasil yang optimal, dengan selalu melakukan pengembangan kegiatan Laboratorium.
Mengelola kegiatan laboratorium sekolah adalah mengkoordinir serangkaian kegiatan
mulai dari perancangan kegiatan laboratorium, pengoperasian peralatan dan
penggunaan bahan, pemeliharaan/perawatan peralatan dan bahan, pengevaluasian
sistem kerja laboratorium, dan pengembangan kegiatan laboratorium baik untuk
pendidikan, penelitian, dan/atau pengabdian kepada masyarakat
Adapun pedoman yang menjadi tugas dan tanggung jawab seorang kepala
bengkel/laboratorium mengacu kepada Permendiknas No 26 Tahun 2008 tentang
Standar Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah.
Bengkel/laboratorium adalah merupakan fasilitas yang sangat penting dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah. Hal ini dikarenakan bahwa
bengkel/laboratorium sebagai sarana dan tempat dalam pengembangan kompetensi
siswa, sehingga diperlukan upaya untuk menjaga kondisi peralatan supaya tetap dalam
keadaan baik. Salah satu upaya tersebut adalah melalui tindakan penataan. Pada
umumnya fungsi bengkel/laboratorium akan terganggu jika perencanan lay out hingga
penataan yang dilakukan tidak baik bahkan dapat menimbulkan ketidakselamatan
pengguna bengkel/ laboratorium tersebut.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan struktur organisasi sedemikian rupa, tentu
mempunyai jabatan yang dinamakan sebagai kepala bengkel atau nama lainnya
dengan tugas sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap bengkel/laboratorium
yang ada pada bidang studi keahliannya. Mengingat tugas dari kepala bengkel yang
begitu besar dan penting, maka diperlukan upaya untuk meningkatkan kemampuan
mereka untuk mengelola bengkel/laboratorium yang mereka pimpin.
80
Gambar 2.15. Kategori alat laboratorium/bengkel
3. Penggunaan
Penggunaan dalam pemakaian perlengkapan pendidikan yaitu prinsip efektivitas
dan prinsip efisiensi. Prinsip efektifitas berarti semua pemakaian perlengkapan
pendidikan disekolah harus ditunjukkan semata-mata dalam rangka memperlancar
pencapaian tujuan pendidikan sekolah baik secara langsung maupun tidak
langsung. Prinsip efisiensi berarti pemakaian semua perlengkapan pendidikan
disekolah secara hemat dan dengan hati-hati. Pengaturan penggunaan atau
pemakaian media pendidikan dipengaruhi empat factor yaitu, banyaknya alat untuk
tiap mata pelajaran, banyaknya kelas, banyaknya siswa untuk tiap kelas, dan
banyaknya ruang atau lokasi yang ada di sekolah. Oleh karena itu, pengelola sarana
dan prasarana pendidikan di sekolah harus bisa mengatur penggunaan tersebut
agar tidak terjadi rebutan dalam penggunaan.
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan alat laboratorium/ bengkel sebaiknya dibedakan sesuai dengan jenis
alatnya, seperti alat-alat dari gelas dikumpulkan menjadi satu ditempat yang sama,
sama halnya dengan alat yang terbuat dari kayu, besi, porselen dan sebagainya.
Pastikan alat-alat tersebut berada dalam keadaan aman. Pemeliharaan pada zat
82
kimia juga harus diperhatikan seperti pemisahan bahan-bahan yang sering dipakai,
bahan yang berbahaya untuk siswa dan bahan yang jarang dipakai. Ditinjau dari
sifatnya, ada empat macam pemeliharaan yaitu :
1) Pemeliharaan yang bersifat pengecekan. Pengecekan ini dilakukan oleh
seseorang yang mengetahui tentang baik buruknya keadaan peralatan
2) Pemeliharaan yang bersifat pencegahan. Pemeliharaan dengan cara demikian
dilakukan agar mesin selalu dalam keadaan baik.
3) Pemeliharaan yang bersifat ringan.
4) Pemeliharaan yang bersifat berat.
Pemeliharaan sarana pendidikan itu perlu dilakukan dengan cara menyimpan di
tempat yang sebaik-baiknya, mencegah dari kerusakan, dan memperbaiki jika
terjadi kerusakan sarana pendidikan tersebut. Dengan adanya pemeliharaan
sarana pendidikan yang baik dan teratur, maka keadaan sarana pendidikan
menjadi baik, mudah digunakan dan tidak cepat rusak sehingga proses
pembelajaran yang dilakukan di sekolah dapat berjalan secara efektif dan efisien.
5. Inventarisasi
Inventarisasi adalah pencatatan dan penyusunan daftar barang secara sistematis,
tertib dan teratur berdasarkan ketentuan-ketentuan pedoman yang berlaku. Melalui
inventarisasi perlengkapan pendidikan diharapkan tercipta ketertiban,
penghematan keuangan, mempermudah pemeliharaan dan pengawasan.
Kegiatan inventarisasi perlengkapan pendidikan meliputi dua kegiatan yaitu:
1) Kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan dan pembuatan kode barang
perlengkapan
2) Kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan laporan.
Barang milik Negara harus diinventarisasi sesuai dengan Permendagri No. 17
Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah. Adapun
barang yang dimaksud seperti berikut ini :
- Barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan
- Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak
- Barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan Undang-undang atau peraturan.
- Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
ketentuan hukum yang tetap.
83
6. Penghapusan
Penghapusan ialah proses kegiatan yang bertujuan untuk menghapus barang-
barang milik Negara/ kekayaan negara dari daftar inventarisasi berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sarana dan prasarana yang sudah
tidak sesuai lagi bagi pelaksanaan pembelajaran diganti atau disingkirkan.
Langkah-langkah penghapusan sarana prasarana pendidikan sebagaimana
dikemukakan Ibrahim Bafadal (2004: 63) adalah sebagai berikut :
1) Kepala sekolah (bisa dengan menunjuk seseorang) mengelompokkan
perlengkapan yang akan dihapus dan meletakkan ditempat yang aman namun
tetap berada dilokasi sekolah,
2) Menginventarisasi perlengkapan yang akan dihapus dengan cara mencatat
jenis, jumlah, dan tahun pembuatan perlengkapan tersebut,
3) Kepala sekolah mengajukan usulan penghapusan barang dan pembentukan
panitia penghapusan, yang dilampiri dengan data barang yang rusak (yang akan
dihapusnya) ke kantor dinas pendidikan kota atau kabupaten,
4) Setelah SK penghapusan dari kantor dinas pendidikan kota/ kabupaten terbit,
selanjutnya panitia penghapusan segera bertugas yaitu memeriksa kembali barang
yang rusak berat, biasanya dengan membuat berita acara pemeriksaan,
5) Panitia mengusulkan penghapusan barang-barang yang terdaftar dalam berita
acara pemeriksaan, biasanya perlu ada pengantar dari kepala sekolah kemudian
usulan itu diteruskan ke kantor pusat Jakarta,
6) Begitu surat penghapusan dari Jakarta datang, bisa segera dilakukan
penghapusan terhadap barang-barang tersebut. Ada dua kemungkinan
penghapusan perlengkapan sekolah yaitu dimusnahkan dan/atau dilelang. Apabila
melalui lelang yang berhak melelang adalah kantor lelang setempat dan hasil
lelang menjadi milik Negara.
85
menjadi perhatian dalam menyelenggarakan suatu kegiatan, tidak terkecuali dalam
kegiatan penataan dengan maksud agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Dengan perkataan lain bahwa penataan peralatan dalam bengkel, laboratorium
merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kelancaran di dalam berproduksi
dalam hal ini adalah kelancaran kegiatan Belajar Mengajar.
Lebih terinci lagi bahwa penataan memiliki tujuan sebagai berikut :
1) Mengurangi hambatan dalam upaya melaksanakan suatu pekerjaan yang
menjadi tanggung jawabnya
2) Memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pekerja/operator
3) Memaksimalkan penggunaan peralatan
4) Memberikan hasil yang maksimal dengan pendanaan yang minimal
5) Mempermudah pengawasan
86
bahan praktek dan sebagainya. Penyusunan tata letak peralatan tidak ada
ketentuan yang baku, tapi disarankan agar hal-hal berikut diperhatikan :
- Memberikan kemudahan untuk bergerak
- Menjamin keselamatan kerja
- Memberikan peluang untuk pemeliharaan
- Memanfaatkan penerangan alami semaksimal mungkin
- Peralatan atau mesin terlihat rapi dalam penataan letak peralatan atau mesin ada
beberapa sistem antara lain penataan berdasarkan alur proses kerja atau
pengerjaan suatu jenis peralatan
- Penataan berdasarkan jenis, ukuran, maupun keseragaman peralatan
Disamping itu penempatan ruang alat (tool room) agar mudah dan dekat dijangkau
dari segala penjuru bengkel, laboratorium, misalnya tool room agak ditengah-
tengah bengkel, laboratorium, demikian juga gudang bahan perlu ditempatkan
dilokasi yang aman tetapi mudah dijangkau.
Pada dasarnya semua peralatan yang ada di laboratorium adalah milik negara /
milik yayasan yang dipercayakan ke sekolah untuk dikelola dan dipergunakan
sesuai dengan program yang telah dibakukan, dalam hal ini kegiatan belajar
mengajar. Oleh karena peralatan/mesin-mesin itu harta negara maka
keberadaannya harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan aturan atau
kebijakan yang berlaku, diantaranya ialah bahwa semua peralatan yang masuk ke
laboratorium harus dilengkapi dengan dokumen pendukungnya, yang merupakan
lampiran dari berita acara serah terima barang yang pada intinya berisikan,
hari/tanggal barang tersebut diterima di bengkel, dalam keadaan lengkap
jumlahnya, benar spesifikasinya, dan sesuai kualitasnya.
Setelah barang diterima dan berita acara sudah ditandatangani oleh pihak
pengirim, pihak penerima, maka peralatan/mesin-mesin tersebut dicatat dalam
buku inventaris bengkel, dan dibuat laporannya setiap 3 bulan ke instansi yang
lebih atas.
Berdasarkan hal di atas maka sebagai pengelola laboratorium dituntut untuk selalu
mengetahui dengan pasti semua peralatan, yang berada dalam tanggung
87
jawabnya tanpa harus melihat dulu dokumen -dokumennya terutama peralatan
portable dan peralatan multi fungsi yang dalam pemakainnya bisa dipindahpindah,
sesuai keinginan si pemakai. Agar semua peralatan mudah dideteksi banyak cara
yang dapat dilakukan. Salah satu diantaranya ialah dengan menata semua
peralatan pada tempat-tempat tertentu, dengan prinsip :
- Mudah dilihat
- Mudah dijangkau
- Aman untuk alatnya
- Aman untuk pemakainya
88
e. Area bengkel hanya digunakan untuk keperluan kegiatan belajar mengajar
praktek.
f. Pengecekan extra perlu dilakukan untuk peralatan khusus yang dilakukan
sewaktu – waktu , untuk pekerjaan tertentu seperti alat – alat instrumen.
g. Bila diperlukan dapat mengangkat orang seperti penjaga ruang yang
bertanggung jawab tidak hanya dalam hal pelayanan keluar masuk
peralatan tetapi juga untuk perawatan.
h. Sebaiknya peralatan ditata secara kelompok menurut jenis dan fungsinya.
i. Brosur – brosur atau katalog sebaiknya disimpan baik diruang alat pada
tempat khusus.
Lemari alat ini dilengkapi dengan dua pintu yang bisa terbuka bebas ke kiri dan ke
kanan, dan dari masing-masing pintu dipakai untuk meletakkan beberapa jenis
peralatan. Disamping itu juga dilengkapi dengan laci yang biasanya bisa untuk
menempatkan benda atau peralatan yang tidak dapat dilatakkan/dipasang pada
dinding almari ataupun di pintu. Almari alat ini bisa diletakkan menempel pada dinding
yang berdekatan dengan ruang kerja.
89
Gambar 2.18. Contoh almari alat kerja
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005
Kotak alat ini mempunyai fungsi sama dengan lemari alat, tetapi mempunyai kelebihan,
yaitu dapat digerakkan/dipindah dengan mudah karena kotak ini dilengkapi dengan
roda dan pegangan untuk menarik.
Bahan kayu yang berupa papan gergajian dan balok kayu, baik yang belum dilakukan
proses pengeringan maupun sudah dikeringkan harus ditata secara baik dan benar
supaya kayu tidak mengalami kerusakan. Kayu harus disusun secara teratur
dengan rongga yang cukup untuk pengaturan udara secara merata diseluruh
permukaan kayu.
90
Penyimpanan bahan kayu yang berukuran relatif sama bisa disimpan dalam susunan
batang- batang yang berselang-seling deretannya. Deretan susunan tersebut bisa
berselang-seling setiap dua susun atau lebih tergantung ukuran kayu.
91
Gambar 2.22. Contoh Lay Out Laboratorium
92
4.5. Layout bengkel / laboratorium.
93
Faktor pertimbangan dalam layout bengkel adalah: Luas ruangan, jumlah peralatan
dan alur proses pengerjaan produk yang akan dihasilkan.
b. Jenis dan jumlah Fasilitas Yang ada;
Jenis dan jumlah peralatan awal yang dimiliki adalah : Mesin Las Listrik portable =
2 unit, meja kerja (1,3 m x 2 m) = 2 unit, alat potong/lipat plat sederhana 1 unit (0,6
m x 0,4 m), gergaji besi 1 unit ( 0,4 m x 0,6 m).
c. Tahapan dan Langkah pelaksanaan Layout;
1) Pengukuran volume ruangan yang tersedia untuk fasilitas dan ruang pendukung
yang dibutuhkan,
2) Menghitung jumlah volume ruang pendukung yang dibutuhkan
3) Menghitung jumlah volume ruang setiap peralatan dan fasilitas yang tersedia
dengan jarak ruang gerak yang aman mengacu pada keselamatan kerja,
4) Melakukan draft tata letak ruangan dan letak fasilitas yang tersedia,
5) Membuat kajian tata letak fasilitas dan ruangan pendukung terhadap proses
produksi dan factor keselamatan kerja.
6) Menggambar atau lines up hasil kajian laout bengkel pada ruangan yang
tersedia,
7) Meletakkan fasilitas yang tersedia sesuai dengan proses alur kerja dan aspek
keselamatan kerja,
Dari hasil kajian tersebut diatas maka diperoleh layout bengkel dan peta tata letak
fasilitas serta ruangan pendukung yang dibutuhkan seperti gambar berikut.
Dari gambar diatas terlihat layout bengkel Las tersebut yang dipertimbangkan
berdasarkan luas ruangan dan jumlah atau jenis peralatan serta kebutuhan
ruangan pendukung dari suatu bengkel yang efektif serta produktif.
94
4.6. Identifikssi kerusakan bahan, peralalatan dan fasilitas
95
2. Air dan asam – basa
Alat laboratorium sebaiknya disimpan dalam keadaan kering dan bersih, jauh dari
air, asam dan basa. Senyawa air, asam dan basa dapat menyebabkan kerusakan
alat seperti berkarat, korosif dan berubah fungsinya. Bahan kimia yang bereaksi
dengan zat kimia lainnya menyebabkan bahan tersebut tidak berfungsi lagi dan
menimbulkan zat baru, gas, endapan, panas serta kemungkinan terjadinya ledakan.
3. Suhu
Suhu yang tinggi atau rendah dapat mengakibatkan :alat memuai atau mengkerut,
memacu terjadinya oksidasi, merusak cat serta mengganggu fungsi alat elektronika.
4. Mekanis
Sebaiknya hindarkan alat dan bahan dari benturan, tarikan dan tekanan yang besar.
Gangguan mekanis dapat menyebabkan terjadinya kerusakan alat / bahan.
5. Cahaya
Secara umum alat dan bahan kimia sebaiknya dihindarkan dari sengatan matahari
secara langsung. Penyimpanan bagi alat dan bahan yang dapat rusak jika terkena
cahaya matahari langsung, sebaiknya disimpan dalam lemari tertutup. Bahan
kimianya sebaiknya disimpan dalam botol yang berwarna gelap.
6. Api
Komponen yang menjadi penyebab kebakaran ada tiga, disebut sebagai segitiga
api. Komponen tersebut yaitu adanya bahan bakar, adanya panas yang cukup
tinggi, dan adanya oksigen. Oleh karenanya penyimpanan alat dan bahan
laboratorium harus memperhatikan komponen yang dapat menimbulkan kebakaran
tersebut.
96
TOPIK 5 MENJELASKAN CARA PENGOPERASIAN PERALATAN DAN
PENGGUNAAN/PENGELOLAAN BAHAN
Kegiatan yang dimaksud adalah penjelasan teknis sesuai SOP yang tersedia mengenai
cara pengoperasian peralatan kategori 1 yang menggunakan bahan umum kepada
mahasiswa dan asisten praktikum serta melakukan pengawasan dan supervisi
pelaksanaan pengoperasiannya selama praktikum dilakukan
97
mm
- Focusing Stopper untuk mencegah objective dan slide bertubrukan biologis
yang canggih dengan double eyepiece untuk melihat benda obyek renik hingga
pembesaran Mikroskop Optik Binokular XSZ-107BN adalah microscope
biologis yang canggih dengan double eye
98
BAGIAN III.
PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN PERALATAN/BAHAN
99
b. bagian bahan yang dipelihara
c. cara pemeliharaannya,
d. alat/bahan pembantu yang digunakan,
e. serta indikator hasil pemeliharaannya.
Mengingat sifat fisik dan kimia setiap alat dan bahan berbeda, maka periode dan
cara pemeliharaan/perawatan untuk masing-masing bahan juga berbeda.
Laboran/Teknisi/PLP harus memperhatikan MSDS (Material Safety Data Sheet) setiap
bahan umum serta mannual alat pada saat jadwal pemeliharaan bahan/alat tersebut
dibuat. Untuk melakukan hal tersebut maka dibutuhkan usaha-usaha pemeliharaan yang
antara lain meliputi :
1. Pemeliharaan rutin
2. Pemeliharaan (sifatnya perbaikan) kecil/medium
3. Bongkar seluruhnya (overhaul)
100
Pemeliharaan kecil/medium adalah usaha perbaikan-perbaikan ringan terhadap gejala
gangguan yang berhasil terdeteksi selama pemeriksaan rutin. Perbaikan ringan sangat
penting peranannya dalam mencapai tingkat keberhasilan proses pemeliharaan yang
dilakukan terhadap suatu komponen unit instalasi.
Kegiatan overhaul pada mesin biasanya dilakukan secara periodik dan sangat teratur
serta mempunyai konsentrasi dan perhatian yang lebih dibanding pemeriksaan rutin dan
pemeliharaan kecil. Pada kegiatan ini dilakukan pembongkaran mesin untuk mengecek
kondisi komponen mesin secara menyeluruh dimana dimaksudkan untuk mengetahui
kemungkinan kerusakan yang terjadi pada mesin yang tidak dapat diketahui hanya dengan
pemeriksaan rutin. Contoh kegiatan seperti ini misalnya pada penggantian batu tahan api
di tanur/kiln pabrik semen.
Untuk menuangkan program atau jadwal pemeliharaan/perawatan alat dan bahan,
maka diperlukan suatu rekaman teknis. Rekaman teknis ini bsa dalam bentuk log book
atau formulir. Untuk program dan jadwal umumnya dibuat dalam bentuk formulir, karena
program atau jadwal yang sudah dibuat manajemen laboratorium tersebut biasanya di
tempel di Laboratorium untuk bisa dilihat oleh seluruh staf maupun tenaga laboran/teknisi.
101
Gambar 3.1. Contoh program perawatan di Lab. Elektro
102
KOP INSTANSI/SEKOLAH
103
Gambar 3.2. Contoh formulir usulan pemeliharaan dan perbaikan alat
Kegiatan ini dilakukan secara periodik sesuai jadwal terhadap seluruh peralatan
kategori 1 yang ada di laboratorum/bengkel, pasca pemakaian dalam rangka
memfasilitasi kegiatan pendidikan, penelitian atau pengabdian kepada masyarakat,
dan merupakan bagian dari kegiatan pemeliharaan peralatan
Kegiatan ini juga mencakup bagi peralatan kategori 1 yang tidak digunakan.
Hasil kegiatan ini adalah seluruh peralatan yang tidak/telah digunakan harus bersih
dari kotoran/sisa bahan yang menempel, disimpan, dan tertata kembali seperti
semula sedemikian rupa sehingga siap untuk digunakan kembali pada kegiatan
laboratorium selanjutnya.
Kegiatan ini harus dilakukan sesuai SOP yang tersedia terutama menyangkut
bahan dan peralatan bantu yang digunakan untuk membersihkan serta cara
membersihkannya agar fungsi kerja alat tetap terjaga.
104
4. Menata dan menyimpan sarana penunjang
Substansi kegiatan ini sama seperti kegiatan menata dan menyimpan pada butir
kegiatan menata dan menyimpa peralatan, yang berbeda adalah objek yang ditata dan
disimpannya yaitu seluruh sarana penunjang yang ada di laboratorium tempatnya bekerja.
Selain itu, kegiatan ini juga merupakan lanjutan dari kegiatan membersihkan sarana
penunjang. Penataan sarana penunjang laboratorium bertujuan agar alat penunjang
tersebut tersusun secara teratur, memiliki nilai estetika, mudah dan aman.
105
Beban Kerja/ 6 bulan Kalibrasi Lab. Rencana Kalibrasi Realisasi Kalibrasi Evaluasi Hasil Kalibrasi
No Nama Alat Merk/ Type Alat
Jumlah Unit satuan Terakhir Pengkalibrasi Eksternal Internal Eksternal Internal Parameter Nilai Setting Koreksi Max Status
1 Flowmeter HVAS Staplex - Baru BPPT Apr-16 in process Laju alir 1.13-1.7 L/menit Ok
2 Conduktivity meter TOA Electronics 450 jam 27-Nop-15 BBIA Sep-16 - ............... ............... Konduktivitas Ok
Panjang gelombang 398 - 780 nm -0.9 nm Ok
3 Spektrofotometer SHIMADZU UV 1700 750 jam 27-Nop-15 BBIA Sep-16 Sep-16 ............... ............... Fotometrik λ=440,465,546.1,590,635 nm -0.20 %T Ok
Radiasi sesatan
4 Timbangan Elektronik Mettler AE100 600 jam 27-Nop-15 BBIA Sep-16 Sep-16 ............... ............... Massa 10 - 100 g 0.0034 g Ok
5 Timbangan Elektronik Sartorius BS124S 900 jam 27-Nop-15 BBIA Sep-16 Sep-16 ............... ............... Massa 10 - 100 g 0.0004 g Ok
6 Water Bath Memmert 900 jam 27-Nop-15 BBIA Sep-16 - ............... ............... Suhu 44.5 oC 0.1 oC Ok
7 Autoclave All American 750 jam 26-Agust-15 BBIA Sep-16 - ............... ............... Suhu 121 oC 1.1 oC Ok
8 Furnace Thermolyne 600 jam 27-Nop-15 BBIA Sep-16 - ............... ............... Suhu 600 oC -2.9 oC Ok
9 Furnace Thermolyne F6010 600 jam 27-Nop-15 BBIA Sep-16 - ............... ............... Suhu 550 oC 4.8 oC Ok
10 HVAS Staplex 60 pemakaian 24-Nop-15 BTMP Sep-16 - ............... ............... Laju alir 0.95 - 0.99 CMM
11 Inkubator Memmert 3600 jam 26-Agust-15 BBIA Sep-16 - ............... ............... Suhu 35 oC -0.5 oC Ok
12 Oven Matheson 3600 jam 27-Nop-15 BBIA Sep-16 - ............... ............... Suhu 110 oC 1.2 oC Ok
13 Oven Memmert 900 jam 27-Nop-15 BBIA Sep-16 - ............... ............... Suhu 150 oC 0.4 oC Ok
- ............... ............... Suhu 180 oC 2.1 oC Ok
05-Mei-16 BBIA ............... ............... Suhu 135 oC -2.3 oC Ok
14 pH meter DKK-TOA 409103 600 jam 26-Agust-15 BBIA Sep-16 - ............... ............... pH 4.7.10 pH -0.35 pH Ok
Keterangan Beban Kerja = jam pemakaianx25 hari kerjax6 bulan
106
1.2. Konsep pemeliharaan/perawatan (Maintenance Concept )
Pengertian Maintenance
Suatu aktivitas yang diperlukan untuk menjaga atau mempertahankan fasilitas agar
fasilitas tersebut dapat tetap berfungsi dengan baik dan dalam kondisi siap pakai.
Alasan pentingnya maintenance
1. Agar fasilitas siap pakai pada saat diperlukan
2. Adanya penurunan kinerja baik secara teknis maupun secara ekonomis.
3. Harapan akan dapat memperpanjang umur pakai fasilitas.
Tujuan Pemeliharaan/Perawatan
1. Menjamin fasilitas (mesin/peralatan) dalam kondisi siap pakai dan mampu
memberikan keuntungan
2. Menjamin keamanan bagi operator/pengguna alat dan bahan
3. Memperpanjang umur pakai
4. Agar peralatan laboratorium selalu prima, siap dipakai secara optimal
5. Menjamin kelancaran kegiatan pembelajaran
6. Menjamin keamanan dan kenyamanan bagi para pemakai
7. Mengetahui kerusakan secara dini atau gejala kerusakan
8. Menghindari terjadinya kerusakan secara mendadak
9. Menghindari terjadinya kerusakan fatal
107
3. Memperbaiki ( Repair )
Pekerjaan selanjutnya adalah memperbaiki bila terdapat kerusakan–kerusakan pada
bagian unit instalasi mesin/alat sedemikian rupa, sehingga kondisi unit instalasi/alat
tersebut dapat mencapai standard semula dengan usaha dan biaya yang wajar.
Formulir sebagai bentuk rekaman diperlukan dalam proses perbaikan alat/mesin.
108
Faktor yang dapat mempengaruhi kerusakan alat:
1. Desain/Model
2. Perencanaan
3. Penentuan material, metoda, tenaga kerja dll
4. Konstruksi/Pembuatan
5. Pemasangan / instalasi
6. Pengendalian kualitas
7. Maintenance
Contoh :
1. Mesin: kotor, pelumas kotor atau bocor, panas, bising, bergetar, dll.
2. Operator : mengabaikan, salah operasi, tidak punya pengetahuan mesin, tidak
mampu merawat sederhana, dll.
3. Teknisi perawatan : mengganti dan memperbaiki tanpa petunjuk yang benar,
tidak memberikan pengetahuan perawatan terhadap operator, mengandalkan
teknologi tinggi dengan tidak melihat sumber daya yang ada, dll.
109
SDM INVEST
ASI
PELAYAN
KESELAM
AN
ATAN
PRODUC
EFICIEN
TIVITY
KESELAM
LIQUI ATAN
DITY TECHNOLO
GY
110
1.3. Strategi Pemeliharaan (Maintenance Strategy)
PEMELIHARAAN
Pemeliharaan wakltu
berjalan
111
1.3.1. Istilah-istilah yang umum dalam pemeliharaan/perawatan:
112
1.3.2. Pemeliharaan/Perawatan Terencana (Planning & Scheduling Maintenance)
113
Gambar 3.7. Contoh pembuatan jadwal atau program pemeliharaan
dengan model “Bar Charts”
114
1.3.3. Pemeliharaan Pencegahan (Preventive Maintenance)
115
terhirup gas beracun selama proses pengujian, riset mau pun pembelajaran di
laboratorium. Pengadaan lemari asam ini sebagai bentuk rill maintenance preventif
di laboratorium IPA/Sains.
116
Penggantian suku cadang yang direncanakan dapat dihemat kebutuhannya,
sehingga suku cadang selalu tersedia di gudang setiap waktu.
Keselamatan kerja operator lebih tinggi karena berkurangnya kerusakan.
Umur pakai fasilitas/mesin menjadi lebih panjang
117
1.3.5. Perawatan Tidak Terencana
Perawatan tidak terencana merupakan perawatan yang bersifat perbaikan
terhadap kerusakan yang tidak diperkirakan sebelumnya. Perawatan ini tidak
dijadwalkan dan tingkat kerusakan dapat terjadi pada tingkat kerusakan ringan
sampai berat. Karena tidak direncanakan sebelumnya, sehingga disebut perawatan
darurat. Misalnya, jika sedang masak di Laboratorium Tata Boga, tiba-tiba api
berhenti dikarenakan gas nya habis. Hal ini dapat terjadi dikarenakan pengecekan
yang tidak rutin terhadap isi gas. Sama hal nya di Laboratorium Kimia, pada saat
mengukur kadar Asam Lemak dengan Gas Kromatografi tiba-tiba alat memberi
message error ‘Leak Car” di layar monitor yang berarti ada kebocoran. Hal tersebut
dapat terjadi, bisa karena septum pada injektor alat tidak diganti-ganti atau karena
gas udara tekan maupun gas fase geraknya habis.
Spare part habis pakai (consumable parts atau routine spare part)
a. Spare part untuk pemakaian biasa yang akan cepat rusak dan atau
aus
b. Perlu ada persediaan, karena kerusakan akan terjadi sewaktu-
waktu, misal: seal, v-belt, bearing, filter, dll.
Spare part pengganti (replacement parts atau overhaul Spare part )
a. Penggantianya diperlukan pada saat overhaul atau repair
b. Biasanya tidak melakukan persediaan, kecuali untuk yang vital.
Contoh: gasket, piston, moleculer seave, dll.
118
Spare part jaminan (insurance parts)
Jenis spare part jaminan adalah:
• Extended Spare part
• Major failure Spare part
Spare part ini jarang rusak, bila rusak akan vatal . Bentuknya secara umum
besar, mahal, waktu pembuatan lama. Contoh: cylinder head untuk otomotif,
crankshaft pada otomotif, dll.
119
4. Operating equipment, bukan equipment utama industri, sesuai kebijaksanaan.
Spare part terbagi dalam dua jenis, yaitu spare part khusus dan umum. Perbedaan
keduanya adalah sebagai berikut:
Spare part khusus
Hanya digunakan pada satu jenis equipment.
Pembuat terbatas (biasanya hanya satu pabrik).
Merek spare part adalah pabrik pembuat equipment
Tidak distandarisasi.
Spare part umum
Dapat digunakan oleh berbagai equipment.
Pembuatan dilakukan oleh banyak pabrik.
Ada standarisasi material, bentuk, ukuran maupun jenis.
120
Fogel and Petersen (1996) menjelaskan ada 5 cara agar reliability tetap
baik, yaitu:
1. Efektifitas peralatan di maksimalkan
2. Pemeliharaan alat melibatkan operator alat
3. Meningkatkan efisiensi pemeliharaan
4. Memberi pelatihan untuk meningkatkan keahlian laboran/teknisi
5. Penekanan pada preventive maintenance
121
TOPIK 2. PENATAAN PERALATAN DAN BAHAN
122
Gambar 3.12. Contoh Penataan Meja-meja pada Ruang Praktikum IPA
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 6 Tahun 2009 tentang
Laboratorium Lingkungan, maka kondisi akomodasi dan lingkungan suatu laboratorium di
123
atur secara khusu.Laboratorium lingkungan harus memiliki ruangan yang memenuhi
persyaratan sesuai peruntukannya, antara lain :
a) Ruang penyimpanan contoh uji termasuk contoh uji arsip disesuaikan dengan
kebutuhan dengan suhu 4°C ± 2°C
b) Ruang timbang yang bebas debu dilengkapi meja bebas getar dengan suhu ruangan
20oC ± 3oC dan kelembaban 45% - 65% serta disarankan untuk menggunakan pintu
ganda
c) Ruang preparasi contoh uji dilengkapi meja dengan ukuran minimal lebar 90 cm,
tinggi 80 cm dan panjang disesuaikan kebutuhan
d) Ruang instrumen dengan suhu ruangan 20oC ± 3oC dan kelembaban 45% - 65%,
misalnya untuk:
1. Spektrofotometer UV-Vis disarankan berukuran minimal 6 m2
2. AAS/ICP/Hg-analyzer disarankan berukuran minimal 7,5 m2 yang dilengkapi
dengan exhaust fan dan penyimpanan gas harus berada di luar ruangan
3. GC/GC-MS/HPLC/IC disarankan berukuran minimal 6 m2 yang dilengkapi dengan
exhaust fan dan penyimpanan gas harus berada di luar ruangan
e) Ruang mikrobiologi yang dilengkapi dengan ruang steril dan bebas debu (Laminar Air
Flow Cabinet) untuk pengujian mikroorganisme.
f) Ruang penyimpanan bahan kimia atau standar acuan atau bahan acuan dengan suhu
ruangan dan kelembaban disesuaikan dengan persyaratan
g) Lemari asam harus digunakan untuk preparasi menggunakan bahan kimia pekat atau
pelarut organik yang mudah menguap.
2. Jarak minimum antar meja kerja harus dipertimbangkan untuk kenyamanan dalam
melakukan kegiatan laboratorium. Posisi meja kerja sedapat mungkin tidak mengganggu
kegiatan personel lain.
124
Gambar 3.13. Tata Letak meja kerja di Laboratorium Lingkungan
sesuai PERMEN LH No. 6 Tahun 2009
Adapun jarak antar meja kerja sesuai gambar 13, disarankan sebagai berikut:
(a) pekerja di salah satu sisi meja, tidak ada pekerja lain yang lewat
dibelakangnya maka jarak minimum 1020 mm;
(b) pekerja di salah satu sisi meja, namun ada pekerja lain yang lewat dibelakangnya maka
jarak minimum 1200 mm;
(c) pekerja di salah satu sisi meja pada dua meja yang sejajar, tidak ada pekerja lain yang
lewat dibelakangnya maka jarak minimum 1350 mm;
(d) pekerja di salah satu sisi meja pada dua meja yang sejajar, namun ada pekerja lain
yang lewat dibelakangnya maka jarak minimum 1800 mm.
Secara garis besar peralatan laboratorium dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) bagian
berdasar materialnya, yaitu :
1. Peralatan elektronika.
2. Peralatan yang terbuat dari bahan baku logam.
3. Peralatan yang terbuat dari bahan baku gelas.
4. Peralatan yang terbuat dari bahan baku karet/plastik.
Peralatan elektronika adalah peralatan yang mempergunakan sumber daya
listrik, misalnya : Kit Listrik (catu daya, meter dasar, multi meter, audio generator,
osiloskop, pembangkit getaran)
Bahan baku logam yang biasa dipakai untuk membuat peralatan, di antaranya
nikel, tembaga, besi, seng dan logam campuran lainnya. Peralatan yang terbuat dari
125
bahan baku logam misalnya : Kit Mekanik (micrometer sekrup, jangka sorong, pegas
spiral, neraca pegas), Kit Listrik dan magnet (papan rangkaian), mikroskop.
Bahan gelas yang biasa dipakai untuk membuat peralatan, di antaranya : pyrex
dan fiber glass. Peralatan yang terbuat dari bahan baku gelas, di antaranya : Kit Optika
(lensa, balok kaca, prisma, cermin), Kit Kimia (tabung reaksi, pipet, buret), Kit Gelombang
dan temodinamika (gelas kimia, thermometer, batang gelas), cermin pada mikroskop.
Peralatan yang terbuat dari bahan baku karet/plastik, di antaranya : pemukul garpu tala,
sarung tangan dan mistar.
Peralatan yang terbuat dari bahan baku logam mudah mengalami karatan. Untuk
menghindari terjadinya karatan itu maka peralatan harus disimpan di tempat yang
bertemperatur tinggi (± 370 C) dan lingkungan kering. Jika perlu gunakan bahan silicon
sebagai penyerap air.
Sebelum disimpan peralatan harus bebas dari kotoran, debu ataupun air yang
melekat kemudian diolesi dengan minyak olie, minyak rem atau paraffin cair.
126
2.7. Perawatan peralatan yang terbuat dari bahan baku gelas.
Bahan gelas banyak dipakai dalam laboratorium kimia dan biologi. Ada beberapa
keunggulan maupun kelemahan peralatan yang terbuat dari bahan baku gelas, yaitu :
A.. Keunggulannya :
1. Bahan baku gelas tahan terhadap bahan/reaksi kimia.
2. Bahan baku gelas tahan terhadap perubahan temperatur yang mendadak.
3. Bahan baku gelas memiliki koefisien muai yang kecil.
4. Bahan baku gelas memiliki daya tembus cahaya yang besar.
B. Kelemahannya :
1. Bahan baku gelas mudah pecah terhadap tekanan mekanik.
2. Bahan baku gelas mudah tumbuh jamur sehingga mengganggu daya
tembus cahaya.
3. Bahan baku gelas mudah tergores.
Untuk perawatan terhadap peralatan yang terbuat dari gelas bukanlah perkara
yang sulit akan tetapi menuntut ketekunan laboran. Dengan memperhatikan keunggulan
dan kelemahan dari bahan baku gelas, maka untuk perawatan peralatan berbahan baku
gelas harus memperhatikan :
1. Ruang penyimpanan peralatan harus bertemperatur antara 270C – 370C dan diberi
tambahan lampu 25 watt.
2. Ruang penyimpanan diberi bahan silicon sebagai zat higroskopis.
3. Pada waktu memanaskan tabung reaksi hendaknya ditempatkan di atas kawat
kasa. Boleh menggunakan pemanasan secara langsung asalkan bahan gelas
terbuat dari pyrex.
4. Gelas yang akan direbus hendaknya tidak dimasukkan langsung ke dalam air yang
sedang mendidih melainkan gelas direndam dengan air bersih dan dingin kemudian
tambahkan detergent, larutan kalium dichromat 10 gr, asam belerang 25 ml dan
aquadest 75 ml. Penggunaan detergent dapat menghilangkan lemak dan tidak
membawa efek perubahan fisik. Kadang-kadang memerlukan waktu perendaman
sampai beberapa jam, kemudian dibilas dengan air bersih. Keringkan dengan udara
panas lalu simpan di tempat yang kering.
127
5. Debu, keringat, minyak dari telapak tangan mudah menempel pada peralatan
berbahan baku gelas. Oleh karena itu setelah digunakan luangkan waktu sejenak
untuk membersihkan permukaan peralatan dengan kain lembut atau dengan kertas
tissue khusus. Gunakan alcohol, acetone, kapas, sikat halus dan pompa angina
untuk membersihkan lensa jangan sampai merusak lapisan lensa. Saat ini terdapat
cairan pembersih khusus kaca/lensa yang dapat diperoleh di optic untuk
membersihkan kaca/lensa dengan lebih sempurna. Hindarkan membersihkan
kaca/lensa dalam keadaan kering apalagi dengan menggunakan kain yang
berseray kasar karena hal itu dapat menimbulkan goresan pada kaca/lensa.
6. Letakkan peralatan berbahan baku gelas di tempat ketika tidak digunakan.
Meletakkan peralatan tidak di tempatnya beresiko merusak kondisi alat karena
mungkin saja peralatan tersebut tertindih atau tertekan yang mengakibatkan
terjadinya perubahan fisik permanent.
Peralatan berbahan baku karet bersifat elastis dan tidak tahan terhadap panas karena
dapat menggangu elastisitas karet. Sarung tangan dari karet mudah sekali meleleh
atau lengket apabila disimpan terlalu lama. Untuk menghindari kerusakan pada
peralatan berbahan baku karet/plastik, hendaknya peralatan dibersihkan dari berbagai
kotoran dengan menggunakan detergent kemudian dikeringkan (sangat baik jika
menggunakan hembusan udara panas). Setelah itu ditaburi talk (bedak) pada seluruh
permukaan karet dan disimpan dengan menggunakan tablet formalin.
128
Dalam penyimpanan bahan di Laboratorium, biasanya terdapat aturan tertentu
terkait dengan keamanan bahan tersebut. Misalnya, di Laboratorium Kimia, bahan kimia
tidak boleh asal simpan karena sifat kimia bahan tersebut dapat menyebabkan reaksi yang
mungkin berakibat fatal seperti timbulnya gas beracun ataupun ledakan. Penyimpanan
bahan kimia berdasarkan sifat zat nya dapat diklasifikasikan seperti pada tabel di bawah ini
Tabel 3.4. Klasifikasi penyimpanan bahan kimia
Bahan Kimia Tidak Boleh Bercampur dengan
Asam kromat, H2Cr2O4; Asam nitrat, HNO3;
Asam asetat Senyawa hidroksil, -OH; Etilen glikol, C2H6O2;
CH3COOH Asam perklorat, HClO4; Peroksida, H2O2, Na2O2;
Permanganat, KMnO4
Aseton Campuran asam nitrat dan asam sulfat pekat, (HNO3
CH3COCH3 pkt + H2SO4 pkt); Basa kuat, NaOH, KOH
Asetilen Flor, F2; Klor, Cl2; Brom, Br2; Tembaga, Cu; Perak,
C2H2 Ag; Raksa, Hg
Air, H2O; Karbon tetraklorida, CCl4; Hidrokarbon
Logam alkali
terklorinasi, CH3Cl; Karbon dioksida, CO2; halogen,
Li, Na, K
F2, Cl2, Br2, I2
Amonia anhidros, Raksa, Hg; Kalsium, Ca; Klor, Cl2; Brom, Br2; Iod, I2;
NH3 Asam florifa, HF; Hipoklorit, HClO, Ca(ClO)2
Asam; serbuk logam; cairan dapat terbakar; Klorat,
Amonium nitrat,
ClO3- ; Nitrit, NO2-; belerang, S8; serbuk organik;
NH4NO3
bahan dapat terbakar
129
Anilin Asam nitrat, HNO3;
C6H5NH2 Hidrogen proksida, H2O2
Bahan arsenat, AsO3- Bahan reduktor
Azida, N3- Asam
Amonia, NH3; Asetilen, C2H2; butadiena, C4H6;
butana, C4H10; metana, CH4; propana, C3H8 ( atau
Brom, Br2
gas minyak bumi), hidrogen, H2; Natrium karbida,
NaC; terpentin; benzen, C6H6; serbuk logam
Kalsium oksida, CaO Air, H2O
Karbon aktif, C Kalsium hipoklorit, Ca(ClO)2; Semua oksidator
Karbon tetraklorida,
Natrium, Na
CCl4
Garam amonium; asam; Serbuk logam; Belerang, S8;
Klorat, ClO3-
Bahan organik serbuk; Bahan dapat terbakar
Asam kromat, Asam asetat, CH3COOH; Naftalen, C10H8; Kamper,
H2Cr2O4; Krom C10H16O; gliserol, HOCH2CH(OH)CH2OH; Gliserin;
trioksida, Cr2O3 terpentin; alkohol; cairan mudah terbakar
Ammonia, acetylene, butadiene, butane, methane,
Klor, Cl2 propane (or other petroleum gases), hydrogen, sodium
carbide, turpentine, benzene, finely divided metals
Klor dioksida, ClO2 Ammonia, metana, fosfin, Asam sulfida
Tembaga Asetilen, hidrogen peroksida
Cumene
Asam, organik atau anorganik
hidroperoksida
Sianida Asam
Amonium nitrat, Asam kromat, hidrogen peroksida,
Cairan dapat terbakar
Asam nitrat, Natrium peroksida, halogen
Hidrokarbon Flor, klor, brom, ASam kromat, Natrium peroksida
Asam sianat Asam nitrat, Basa
Asam florida Ammonia, aqueous or anhydrous
Tembaga, Krom, Besi, Kebanyakan logam atau
Hidrogen peroksida garamnya, Alkohol, Aseton, bahan organik, Anilin,
Nitrometan, Cairan dapat terbakar
Asam nitrat berasap, Asam lain, Gas oksidator,
Asam sulfida
Asetilen, Amonia (berair atau anhidros), Hidrogen
Hipoklorit Asam, Karbon aktif
Iod Asetilen, Amonia (berair atau anhidros), Hidrogen
Raksa Asetilen, Asam fulmanat, Amonia
Nitrat Asam sulfat
Asam asetat, Anilin, Asam kromat, Asam sianat, Asam
Asam nitrat (pekat) sulfida, Cairan dapat terbakar, Gas dapat terbakar,
Tembaga, Kuningan, Logam berat
Nitrit Asam
Nitroparafin Basa anorganik, Amina
Asam oksalat Perak, Raksa
Oli, Lemak, hidrogen; Cairan, padatan, dan Gas dapat
Oksigen
terbakar
130
Asetat anhidrid, Bismut dan aliasinya, Alkohol,
Asam perklorat
Kertas, Kayu, Lemak dan oli
Asam (organik atau mineral), Hindari gesekan, Simpan
Peroksida, organik
di tempat dingin
Fosfor (putih) Udara, Oksigen, Basa, Bahan reduktor
Kalium Karbon tetraklorida, Karbon dioksida, Air
Kalium klorat dan
Asam sulfat dan asam lain
Perklorat
Kalium permanganat Gliserin, Etilen glikol, Benzaldehid, Asam sulfat
Selenida Bahan reduktor
Asetilen, Asam oksalat, Asam tartrat, Senyawa
Perak
amonium, Asam fulmanat
Natrium Karbon tetraklorida, Karbon dioksida, Air
Natrium Nitrit Amonium nitrat dan Garam amonium lain
Etil atau metil alkohol, Asam asetat glacial, Asetat
Natrium peroksida anhidrida, Benzaldehid, Karbon disulfida, Gliserin,
Etilen glikol, Etil asetat, Metil asetat, furfural
Sulfida Asam
Kalium klorat, Kalium perklorat, kalium permanganat
Asam sulfat (atau senyawa dari logam ringan seperti natrium,
litium, dll.)
Telurida Bahan reduktor
131
TOPIK 3. INVENTARISASI PERALATAN DAN BAHAN
Di dalam laboratorium terdapat bermacam – macam alat maupun bahan kimia yang
terbuat dari bahan dan zat – zat yang sangat beragam. Ada alat yang terbuat dari bahan
yang mudah terbakar, mudah pecah, dan bahkan mudah meledak. Begitupun dengan
bahan kimianya, bahan kimia ada yang bersifat mudah meledak, mudah terbakar, dan
mudah bereaksi misalnya denagn air atau udara sekalipun. Jika terjadi kesalahan dalam
menggunakan, menyimpan , dan bahkan hal kecil seperti membawa alat dan bahan
laboratorium yang berbahaya bias menimbulkan kecelakaan kerja dan bias menimbulkan
penyakit bahkan bias mengakibatkan kematian bagi pengguna. Dengan karakteristik dari
setiap alat dan bahan yang berbeda – beda tersebut, maka dalam pengelolaannya dan juga
penggunaannya harus sangat berhati – hati dan memperhatikan beberapa kaidah. Oleh
sebab itu, inventarisasi alat dan bahan laboratorium menjadi hal yang sangat penting dan
perlu diperhatikan dalam penerapannya di laboratorium.
Inventarisasi sering juga di sebut administrasi, Inventaris adalah sutu kegiatan dan
usaha untuk menyediakan catatan tentang keadaan semua fasilitas, barang-barang yang
dimiliki sekolah. Bagi sekolah yang mempunyai beberapa laboratorium sangat penting
untuk mendata fasilitas/menginventaris alat dan bahan lab untuk kegiatan pembelajaran
siswa. Dengan kegiatan invetarisasi yang memadai akan dapat diperoleh pedoman untuk
mempersiapan anggaran atau mempersiapkan kegiatan pada tahun yang akan datang.
Pengadministrasian alat dan bahan biasanya dituangkan dalam formulir teknis
inventarisasi alat dan bahan.
Kondisi
4. kategori: pa (pro- 6.Label
132
Contoh formulir yang dapat digunakan untuk inventarisasi alat dan bahan adalah
sebagai berikut.
133
TOPIK 4. KESELAMATAN KERJA DAN TATA TERTIB LABORATORIUM
4.1. Keselamatan Kerja di Laboratorium
Keselamatan adalah faktor yang seharusnya menjadi perhatian yang paling besar
dalam kegiatan laboratorium, tetapi umumnya yang selama ini terjadi adalah justru
terabaikan. Kita belum terbiasa memperhatikan keselamatan bekerja. Syarat keamanan di
laboratorium bertujuan untuk melindungi baik yang bekerja di laboratorium itu sendiri,
maupun untuk keamanan sekitar/lingkungan.
Beberapa hal yang menyangkut keamanan laboratorium adalah tersedianya
ventilasi/blower, unit pengolahan limbah, bak cuci dan saluran yang aman. Pintu
masuk/keluar hendaknya cukup luas dan mengarah/membuka keluar sehingga bila terjadi
keadaan darurat orang dari dalam dapat dengan mudah keluar tanpa hambatan. Selain itu,
laboratorium hendaknya dilengkapi dengan alat keaman seperti pemadam api, alat
pelindung diri (APD), seperti jaslab, masker, google, alat listrik yang aman, detektor,
shower, kotak P3K, serta peralatan keamanan khusus lainnya.
Selain didukung oleh fasilitas keselamatan laboratorium, setiap pekerja di
laboratorium sebaiknya menyadari bahwa bekerja di laboratorium mengandung resiko yang
membahayakan keselamatan kerja. Oleh karena itu untuk menghindari terjadinya
kecelakaan yang membahayakan keselamatan kerja maka para pekerja laboratorium perlu
mengetahui sumber-sumber bahaya di laboratorium, simbol-simbol bahan kimia
berbahaya, dan kegiatan laboratorium yang dapat menimbulkan kecelakaan.
134
karbon tetraklorida terus menerus dapat menyebabkan sakit hati (lever). Uap timbal
dapat menyebabkan kerusakan dalam darah.
Iritasi dapat berupa luka, atau peradangan pada kulit, saluran pernapasan dan mata
akibat kontak dengan bahan kimia korosif, seperti asam sulfat, gas klor, dll.
Luka kulit dapat terjadi sebagai akibat bekerja dengan alat gelas. Kecelakaan ini
sering terjadi pada tangan atau mata karena pecahan kaca.
Luka bakar atau kebakaran disebabkan kurang hati-hati dalam menangani pelarut-
pelarut organik yang mudah terbakar, seperti eter dan etanol atau bekerja dengan
instalasi listrik. Hal yang sama dapat diakibatkan oleh peledakan bahan reaktif
peroksida dan perklorat, dsb.
Sumber bahaya lain yang terjadi di laboratorium dapat diakibatkan oleh kesalahan teknik
bekerja. Beberapa contoh yang berhubungan dengan aspek ini adalah:
Banyak peralatan yang tidak diperlukan pada meja praktikum. Simpanlan kelebihan
peralatan tersebut pada lemari alat.
Mengarahkan tabung reaksi yang sedang dipanaskan ke badan atau teman
didekatnya.
Melubangi sumbat karet tanpa dibasahi dahulu dengan air atau menggunakan
tumpuannya menggunakan telapak tangan.
Memasukkan pipa kaca ke dalam sumbat karet tanpa mengunakan lap, tanpa
dibasahi air, dan cara memegang pipa kacanya jauh dari permukaan karet.
Memindahkan zat ke botol pereaksi bermulut kecil tanpa menggunakan corong, dll.
Suatu laboratorium akan berjalan sesuai dengan perannya bila disertai dengan
aturan main yang dituangkan dalam tata tertib laboratorium. Sekecil apapun laboratorium,
haruslah memiliki tatatertib karena tata tertib akan sangat mendukung terhadap
keselamatan sendiri, orang lain dan lingkungan, serta untuk menunjang kelancaran
kegiatan laboratorium itu sendiri. Setiap siswa atau orang lain yang akan bekerja di
laboratorium harus mengetahui tata-tertib yang berlaku di laboratorium tersebut. Umumnya,
tata-tertib di laboratorium meliputi:
135
Tata-tertib umum: menyangkut hal-hal umum sebagaimana berlaku di setiap
laboratorium. Tujuannya untuk melindungi pengguna laboratorium dan kepentingan
umum. Seharusnya tata tertib umum ditulis dengan bahasa yang jelas dan singkat
dan mudah terbaca.
Tata-tertib khusus: Biasanya diberlakukan khusus, misalnya untuk para pengguna
laboratorium dari luar, atau yang menyangkut laboratorium dengan spesifikasi
khusus, seperti laboratorium yang memiliki ruang steril atau ruang gelap. Tata-tertib
di laboratorium hendaknya dilengkapi dengan perangkat sangsi bagi pelanggar.
Sanksi ini dapat berupa teguran, dikeluarkan dari laboratorium, atau sanksi
administrasi, denda dan sanksi lainnya. Sanksi ini harus tertulis dengan jelas dan
dikomunikasikan kepada pengguna
Rangkuman Materi
Laboratorium atau bengkel merupakan tempat belajar mengajar melalui metode
pratikum yang dapat menghasilkan pengalaman belajar, di mana siswa berinteraksi dengan
berbagai alat dan bahan untuk mengobservasi gejala-gejala yang dapat diamati secara
langsung dan dapat membuktikan sendiri sesuatu yang telah dipelajarinya. Laboratorium
dapat merupakan ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka.
Unsur-unsur kegiatan pemeliharaan/perawatan peralatan dan bahan di laboratorium
yang harus dikerjakan oleh Laboran/Teknisi/PLP diantaranya adalah:
1. Menyusun jadwal pemeliharaan/perawatan peralatan dan bahan
2. Membersihkan, menata, dan menyimpan peralatan:
3. Membersihkan sarana penunjang
4. Menata dan menyimpan sarana penunjang
5. Membersihkan, menata dan menyimpan bahan
6. Melakukan kalibrasi peralatan
Konsep dasar dalam proses pemeliharaan/perawatan alat dan bahan adalah:
1. Membersihkan ( Cleaning )
2. Memeriksa ( Inspection )
3. Memperbaiki ( Repair )
Dalam strategi pemeliharaan, pemilihan program pemeliharaan/perawatan akan
mempengaruhi kelangsungan produktivitas produksi suatu pabrik atau kelangsungan
efektivitas kegiatan praktikum di lingkungan sekolah. Program pemeliharaan dibagi dalam
136
2 frekuensi waktu, yaitu pemeliharaan terencana dan pemeliharaan tidak terencana.
Pemeliharaan terencana dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pemeliharaan pencegahan
(preventive maintenance) dan pemeliharaan korektif (corrective maintenance). Sementara
itu pemeliharaan lainnya adalah pemeliharaan tak terencana yang juga disebut
pemeliharan darurat karena dilakukan secara sewaktu-waktu atau mendadak dan tanpa
direncanakan terlebih dahulu.
Peralatan/mesin di laboratorium maupun industri yang digunakan secara terus-
menerus akan mengalami penurunan tingkat keandalan (reliability) dan kualitas
performansinya. Akan tetapi usia kegunaan peralatan dapat diperpanjang jika dilakukan
aktivitas perawatan/pemeliharaan secara berkala. Kegiatan Penataan, inventarisasi
(administrasi) alat dan bahan, serta implemtasi kerja aman sesuai tata tertib di
Laboratorium merupakan bagian dari proses pemeliharaan/perawatan.
Evaluasi
1. Berdasarkan Peraturan Menteri PAN-RB No. 3 Tahun 2010, bahwa alat dikelompokkan
dalam 3 kategori dan bahan dikelompokkan menjadi bahan khusus dan umum. Buatlah
daftar alat dan bahan sesuai kategori alat dan jenis bahan yang tersedia di laboratorium
anda!
2. Buatlah contoh program pemeliharaan alat yang tersedia di laboratorium sekolah anda!
3. Buatlah formulir inventarisasi kemudiian lakukan pendataan (inventarisasi) terhadap alat
yang ada dilaboratorium sekolahmu sesuai formulir inventarisasi yang sudah anda
dibuat.!
4. Buatlah daftar bahan yang ada di laboratorium/bengkel sekolahmu, kemudian
kelompokkan berdasarkan ujud dan jenis bahayanya!
5. Uraikanlah strategi pemeliharaan alat di laboratorium anda!
137
BAGIAN IV
PENGEVALUASIAN DAN PENGEMBANGAN KEGIATAN
PENGELOLAAN LABORATORIUM/BENGKEL SEKOLAH
138
dan pengguna laboratorium/bengkel lainnya dalam menerapkan SOP/POB dan IK
laboratorium/bengkel, inefektivitas POB dan IK laboratorium/bengkel, ketidaksesuaian
hasil praktikum, ketidaksesuaian pelayanan laboratorium/bengkel yang diperoleh dari
umpan balik siswa, guru nonpengelola, orangtua, masyarakat, dan sebagainya. Personil
yang ditugaskan sering disebut sebagai auditor internal, atau asesor. Untuk menghindari
subjektivitas, dan memperoleh temuan ketidaksesuaian yang tepat dan objektif, personil
yang ditugaskan harus independen, tidak terkait tugas dengan bidang kegiatan
laboratorium/bengkel yang diaudit.
139
tahapan proses evaluasi kegiatan laboratorium/bengkel, dimulai adanya
ketidaksesuaian, ditemukaannya ketidaksesuaian, dan tindakan perbaikan berbasis
analisis akar penyebab ketidaksesuaian.
140
larutan ke penyelia” sedangkan bagi penyelia “memverifikasi kesesuaian hasil perhitungan
konsentrasi yang dilakukan teknisi”.
Untuk merekam semua tahapan evaluasi kegiatan tersebut, diperlukan formulir
yang harus dibuat dan dikembangkan sendiri oleh teknisi/laboran yang melakukan
evaluasi. Gambar berikut menyajikan contoh formulir yang bisa digunakan untuk merekam
proses evaluasi kegiatan.
141
Gambar 4.3 Contoh Formulir Tindakan Pencegahan
142
1.2. Mengevaluasi Program Tahunan Pengelolaan Laboratorium/Bengkel
143
penggunaan bahan, atau IK pengoperasian alat dan penggunaan bahan termasuk
kedalam dokumen internal yang harus dikendalikan, harus tersedia, dan terpelihara
kemutakhirannya.
IK pengoperasian alat adalah instruksi kerja berupa urutan tindakan yang harus
dilakukan oleh seorang operator dalam menggunakan suatu alat, biasanya merupakan
saduran dari “manual operation” yang tersedia sebagai paket dalam
pengadaan/pembelian alat. IK penggunaan bahan adalah instruksi kerja berupa urutan
tindakan yang harus dilakukan oleh seorang teknisi/laboran dalam menggunakan suatu
bahan, biasanya dibuat mengacu ke MSDS, dan CAS number yang tersedia sebagai
paket dalam pengadaan/pembelian bahan.
Dalam mengoperasikan alat untuk memfasilitasi kegiatan praktikum atau
penelitian, tentunya proses pengoperasian alat akan melibatkan penggunaan bahan. Jika
terjadi perubahan kinerja alat karena masa pakai, atau ada penggantian grade bahan yang
digunakan, maka IK pengoperasian alat, IK pengggunaan bahan, atau IK pengoperasian
alat dan penggunaan bahan yang telah tersedia harus dievaluasi apakah masih sesuai
dengan perubahan tersebut agar tetap mampu menjamin kualitas pengukuran atau hasil
produksi saat pelaksanaan praktikum atau penelitian. Proses kaji ulang/evaluasi terhadap
IK tersebut harus dilakukan secara berkala sesuai prosedur yang ditetapkan, dan
dilakukan oleh fungsi yang sama dengan yang melakukan sebelumnya.
Hasil evaluasi berupa kesimpulan apakah IK dimaksud masih layak atau harus
diupdate, serta rekomendasi teknis pemutakhiran yang harus dilakukan jika diperlukan.
Jika harus direvisi/diupdate, laboratorium/bengkel harus segera menerbitkan ulang IK
tersebut dengan nomor terbitan/edisi/revisi terbaru, menarik IK yang digantikan, dan
mengidentifikasi bagian IK yang direvisi dalam lembar amandemen IK tersebut. Gambar
berikut menampilkan contoh bagian sampul dan lembar amandemen IK pengoperasian
alat AAS sebelum dan setelah dievaluasi, sebagai implementasi terhadap suatu temuan,
evaluasi penyebab, dan tindakan koreksi atas ketidak sesuaian.
144
Gambar 4.4 Bagian sampul dan lembar amandemen IK sebelum Evaluasi (Perhatikan
bagian identitas terbitan/revisi, dan alasan revisi)
Gambar 4.5 Bagian sampul dan lembar amandemen IK setelah Evaluasi (Perhatikan
bagian identitas terbitan/revisi, dan alasan revisi)
Seperti halnya faktor personil, lingkungan, dan metode, alat termasuk faktor utama
yang menentukan kebenaran/kehandalan dalam melakukan pengukuran pada kegiatan
praktikum/penelitian di laboratorium/bengkel. Kinerja alat merupakan parameter kunci
yang harus dipenuhi oleh setiap alat untuk memastikan alat mampu melakukan
pengukuran dengan akurasi, dan ketelitian sesuai yang dipersyaratkan. Cara terbaik
mengukur kinerja alat adalah melalui kalibrasi menggunakan standar acuan/kalibrator
yang tertelusur ke satuan pengukuran sistem internasional (SI) melalui rantai
perbandingan tidak terputus, atau menggunakan bahan acuan bersertikat (SRM/CRM)
yang dianggap memiliki “nilai benar” melalui prosedur tertentu atau melalui konsensus.
Tergantung tingkat pemakaian dan pembebanan, setiap alat ukur harus dikalibrasi secara
periodik. Kebanyakan laboratorium/bengkel kalibrasi merekomendasikan siklus
145
kalibrasi/rekalibrasi setahun sekali. Diantara selang waktu kalibrasi/rekalibrasi,
laboratorium/bengkel juga harus melakukan pengecekan kinerja antara secara mandiri
terhadap alat ukur yang dimilkinya.
Tergantung sistem kerja dan besaran yang diukur, setiap alat mempunyai kriteria
kinerja yang khas. Tabel berikut menyajikan beberapa contoh indikator kinerja alat yang
perlu diperhatikan oleh personil yang ditugaskan mengevaluasi kinerja peralatan yang ada
di laboratorium/bengkel tempatnya bekerja.
Tabel 4.1 Indikator Kinerja beberapa Alat Laboratorium/bengkel
146
CuSO4 ; Abs: 0.516 – 0.537 pada 700
nm
Water bath Akurasi suhu Maksimum deviasi ± 0.2°C
147
TOPIK 2 PENGEMBANGAN KEGIATAN LABORATORIUM/BENGKEL
2.1. Konsep Pengembangan Kegiatan Laboratorium/Bengkel
148
2. Membuat atau Memodifikasi Peralatan laboratorium/bengkel
a. Akurasi-Presisi Pengukuran
Akurasi merupakan ukuran kemampuan metode memproduksi data pengukuran
dibandingkan terhadap baku yang dianggap sebagai nilai benar atau baku konsensus,
biasanya diacu terhadap CRM. Secara matematis, akurasi dinyatakan sebagai %
trueness sebagai berikut:
x = rerata hasil pengulangan pengukuran; μ = nilai benar atau nilai acuan dari CRM.
Bias lebih umum digunakan daripada trueness. Bias merupakan selisih nilai rerata hasil
pengulangan pengukuran dengan nilai benar CRM.
149
Presisi adalah ukuran kemampuan metode menghasilkan data pengukuran
berulang yang relatif sama yang dilakukan pada waktu yang sama maupun pada waktu
yang berbeda. Ilustrasi kedua parameter validasi tersebut disajikan pada Gambar
berikut.
Gambar 4.6 Ilustrasi akurasi dan presisi pengukuran dalam validasi metode
Akurasi bisa juga dinyatakan dengan recovery (perolehan kembali / %R) untuk
mengecek efisiensi proses dengan cara spiking analat pada contoh uji. Kadar akhir
contoh uji setelah ditambahkan analit (spike) berkisar antara 2 – 5 kali sebelum
ditambahkan analat. Analat yang ditambahkan ke contoh uji harus memiliki sifat-sifat,
antara lain: memiliki matrik hampir sama dengan contoh uji, memiliki kelarutan hampir
sama dengan contoh uji, dan keadaan oksidasi sama dengan contoh uji
Tabel berikut menyajikan batas keberterimaan akurasi yang nilainya bergantung pada
tingkat/kadar analat yang diukur dalam validasi metode tersebut.
150
Tabel 4.3 Persentase Tingkat Recovery Pengukuran yang Diterima
sedangkan untuk pengukuran pengulangan lebih dari dua kali, minimal lima kali
digunakan RSD dengan persamaan matematika berikut.
Nilai %RSD yang diperoleh dari hasil pengulangan pengujian tidak diperkenankan
melebihi batasan presisi yang dirumuskan oleh persamaan modifikasi Dr. William
Horwitz berikut:
Keterangan:
Horwitz %CV = %RSD yang diharapkan (expected %CV), disebutkan juga koefisien
varian Horwitz.
C = kadar analit berkaitan dengan hasil pengulangan pengujian yang dinyatakan
dalam bentuk fraksi (sebagai contoh, jika kadar analit adalah 0,25 ppm maka C harus
dimasukkan dalam persamaan Horwitz menjadi 0,25 x10-6). Tabel berikut menyajikan
batas keberterimaan presisi yang nilainya bergantung pada tingkat/kadar analat yang
diukur dalam validasi metode tersebut.
151
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan %RSD berdasarkan persamaan Horwitz
Sebagai mana tampak dari Tabel, semakin rendah kadar analat yang diuji/diukur,
semakin tinggi tingkat kesulitan pengukuran/pengujian, sehingga presisi yang baik
semakin sulit dicapai, toleransi %RSD makin besar.
b. Limit Deteksi
Limit deteksi adalah jumlah terkecil atau konsentrasi suatu analat yang dapat
ditentukan dengan keandalan yang dapat diterima. Limit deteksi dapat ditentukan
berdasarkan variabilitas hasil pengukuran blanko. Nilai rata-rata blanko ditambah tiga
kali standar deviasi blanko diambil sebagai limit deteksi dan nilai rata-rata blanko
ditambah 10 kali standar deviasi blanko diambil sebagai limit kuantisasi (LOD = x + 3
SD; LOQ = x + 10 SD). Pada validasi metode kromatografi, LOD dan LOQ dapat pula
ditentukan dari rasio signal terhadap niose seperti ilustrasi berikut.
Gambar 4.7. Ilustrasi Penetapan LOD –LOQ pada Validasi Metode Kromatografi
152
c. Linearitas
Tidak semua pengukuran memberikan respon hasil mengikuti pola regresi linear.
Linearitas menggambarkan hubungan kenaikan respon/pembacaan alat terhadap
kenaikan jumlah analat yang diukur. Persamaan garis regresi linear ditentukan dengan
menentukan tingkat variansi dari kurva kalibrasi. Lakukan beberapa pengukuran
menggunakan sampel standar pada jangkauan rendah, menengah dan tinggi, hitung SD
masing-masing kelompok konsentrasi, hitung garis paling sesuaI dari kurva kalibrasi dan
koefisien korelasi (r2) dari kurva yang umumnya ditetapkan ≥ 0.995 sebagai batas
keberterimaan. Kurva linear memenuhi persamaan Y = m X atau Y = a + m X. Nilai m
dinyatakan sebagai slope kurva yang menunjukkan nilai sensitivitas respon alat
terhadap analat. Makin besar nilai m, makin sensitif pengukuran dan makin baik
pengukuran yang dilakukan.
d. Ruggedness dan Robustness
US Pharmacopea mendefinisikan ketegaran ”ruggedness” sebagai tingkat
reproduksi dari hasil pengukuran yang diperoleh di bawah berbagai kondisi
laboratorium/bengkel yang berbeda seperti peralatan, kondisi lingkungan, operator dan
bahan. Ketegaran adalah ukuran reproduktifitas hasil pengukuran di bawah normal,
diharapkan perubahan kondisi operasional dari laboratorium/bengkel ke
laboratorium/bengkel dan dari analis ke analis tidak berpengaruh terhadap
reproduktifitas hasil pengukuran
Ketahanan ”robustness” merupakan ukuran ketahanan metode terhadap perubahan
kondisi operasional pengukuran seperti pengaruh perubahan pH, laju alir, temperatur
kolom, volume injeksi, panjang gelombang deteksi atau komposisi fasa gerak, termasuk
pengaruh kehadiran interferer dalam matrik analat yang diukur. Personil yang
melakukan pengembangan metode harus menetapkan tingkat dan signifikansi setiap
pengaruh tersebut terhadap hasil pengukuran, misalnya menurunkan hasil pengukuran
atau menaikkan hasil pengukuran.
e. Ketidakpastian Pengukuran
Pengendalian personil, lingkungan, metode, dan alat dalam melakukan validasi
belum menjamin hasil pengukuran atau produk yang dihasilkan sesuai persyaratan.
Selalu ada kesalahan pengukuran yang sifatnya acak (random error) maupun sistematis
(systematic error). Dalam pengukuran, kesalahan tersebut dikuantifikasi dalam
ketidakpastian. Dalam hal sifat dasar pengukuran dapat menghambat perhitungan
153
ketidakpastian yang teliti secara metrologi dan absah secara statistik, maka
laboratorium/bengkel sekurang-kurangnya harus mencoba mengidentifikasi semua
komponen ketidakpastian dan membuat estimasi ketidakpastian yang wajar dan
memastikan bentuk laporan hasil tidak memberikan kesan yang salah pada
ketidakpastian. Estimasi yang wajar harus didasarkan atas pengetahuan atas unjuk
kerja metode pada lingkup pengukuran dan harus menggunakan, sebagai contoh,
pengalaman sebelumnya dan validasi.
Ketidakpastian dapat berasal dari faktor personel, lingkungan, alat, bahan, metode,
sample, atau lainnya. Faktor-faktor tersebut harus diperhitungkan di dalam penentuan
ketidakpastian hasil pengukuran/pengujian. Penghitungan ketidak pastian dimulai dari
penetapan tipe ketidakpastian; mengidentifikasi dan mengukur ketidakpastian individual;
dan menetapkan ketidakpastian gabungan.
Jika seluruh parameter yang divalidasi memenuhi batas keberterimaan, maka
metode tersebut disimpulkan valid dan dapat digunakan untuk mendukung kegiatan
laboratorium/bengkel. Metode valid yang dikembangkan laboratorium/bengkel lebih lanjut
dapat diusulkan menjadi metode standar mengikuti alur proses pengembangan standar
yang ada di BSN (Badan Standardisasi Nasional).
154
2.4. Latihan identifikasi, menetapkan akar penyebab, tindakan perbaikan dan
pencegahan ketidaksesuaian pada evaluasi kegiatan laboratorium/bengkel
155
kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat untuk tahun yang telah
berjalan
4. IK pengoperasian alat, IK pengggunaan bahan, atau IK pengoperasian alat dan
penggunaan bahan yang ada di laboratorium/bengkel harus dievaluasi untuk
memastikan kesesuaiannya agar tetap mampu menjamin kualitas pengukuran atau
hasil produksi saat pelaksanaan praktikum atau penelitian. Proses evaluasi
terhadap IK tersebut harus dilakukan secara berkala sesuai prosedur yang
ditetapkan, dan dilakukan oleh fungsi yang sama dengan yang melakukan
sebelumnya.
5. Personil yang ditugaskan mengevaluasi kinerja alat, harus mampu menetapkan
indikator/kriteria kinerja, dan batas keberterimaan kinerja terhadap seluruh
peralatan yang ada di laboratorium/bengkel tempatnya bekerja. Indikator kinerja alat
bersifat khas tergantung sistem kerja dan besaran/sifat yang diukur, misalnya
akurasi fotometrik, akurasi suhu, dan lainnya.
6. Pengembangan kegiatan laboratorium/bengkel merupakan implementasi moto
“continual improvement” dalam sistem manajemen mutu. Tidak ada capaian
“sempurna” dalam melakukan kegiatan, sehingga evaluasi yang ditindaklanjuti
dengan tindakan perbaikan, dan mengambil manfaatnya untuk
peningkatan/pengembangan merupakan siklus yang senantiasa harus diterapkan
dalam mengelola laboratorium/bengkel agar mutu pelayanan laboratorium/bengkel
terpelihara.
7. Pengembangan metode pengukuran merupakan kegiatan terencana yang harus
dilakukan oleh personil yang kompeten, mampu mengumpulkan fakta objek,
mengolah dan menetapkan validitas metode menurut kriteria/parameter yang tidak
terbatas pada akurasi, presisi, limit deteksi, linearitas, ketahanan, ketegaran,
ketidakpastian pengukuran.
Bahan Bacaan
156
• Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
No.03 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pranata Laboratorium/bengkel
Pendidikan dan Angka Kreditnya
• SNI ISO/IEC 17025 : 2008 Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium/bengkel
Pengujian dan Laboratorium/bengkel Kalibrasi.
157