Anda di halaman 1dari 159

TENAGA LABORATORIUM

MODUL
PENGELOLAAN LABORATORIUM/BENGKEL
SEKOLAH/MADRASAH

Pengarah
Sumarna Surapranata, Ph.D.

Penanggung Jawab
Dra.Garti Sri Utami, M.Ed.

Penyusun
Abdurrachman Effendi,ST.,MTI.;082182818664; abdurachmaneffendi@yahoo.com
Jamilah, M.Si.; 081219287876: jamilahghozy@gmail.com
Muchroji,SE, M.P.; 081322238653; djirotmg@gmail.com
Drs. Sony Mulaksono, M.T.; 08123068082; sonnymulaksono@gmail.com
Eru Wibowo, S.Sn, M.Pd.; 081328757762; eruwibowo@gmail.com
Dra. Dewi Eka Arini Algozi, M.M.; 087878751314; dewiekaarini@gmail.com

Penelaah
Drs. Moeljono, MT.; 08122394048; moel.my@gmail.com
Dr. Komar Sutriah.; 08129648643: komar.sutriah@yahoo.com
Trijoko Raharjo,M.Si, Ph.D.; 08122713905; trijr_mipa@ugm.ac.id

Diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Guru danTenaga Kependidikan


Copyright © 2017
Edisi ke-1 2017
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikandan Kebudayaan Republik Indonesia

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang menyalin sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan individu
maupun komersial tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
PENGELOLAAN LABORATORIUM/BENGKEL
SEKOLAH/MADRASAH

1. Dalam modul ini tersedia bahan ajar yang lengkap meliputi 4 dimensi, yaitu:
1.1. Perencanaan Pengelolaan Laboratorium/Bengkel
1.2. Pengoperasian peralatan dan penggunaan bahan
1.3. Pemeliharaan/perawatan peralatan dan bahan
1.4. Pengevaluasian dan Pengembangan Kegiatan Laboratorium/Bengkel.
2. Untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal, dalam menggunakan modul ini maka
langkah-langkah yang perlu dilaksanakan antara lain :
2.1. Baca dan pahami dengan seksama uraian-uraian materi yang ada pada masing-
masing kegiatan belajar. Bila ada materi yang kurang jelas, peserta bimbingan
teknis dapat bertanya pada instruktur yang mengampu kegiatan belajar.
2.2. Instruktur, moderator atau panitia berperan sebagai fasilitator dan pengarah
dalam semua materi di modul ini, sehingga diharapkan dapat terjadi komunikasi
timbal balik yang efektif dalam mempercepat proses penguasaan kompetensi
peserta bimtek.
2.3. Kerjakan setiap tugas formatif (soal latihan) untuk mengetahui seberapa besar
pemahaman yang telah dimiliki terhadap materi-materi yang dibahas dalam
setiap kegiatan belajar.
2.4. Untuk kegiatan belajar yang terdiri dari teori dan praktik, perhatikanlah hal-hal
berikut ini :
2.4.1. Perhatikan petunjuk-petunjuk keselamatan kerja yang berlaku.
2.4.2. Pahami setiap langkah kerja (prosedur praktikum) dengan baik.
2.4.3. Sebelum melaksanakan praktikum, identifikasi (tentukan) peralatan dan
bahan yang diperlukan dengan cermat.
2.4.4. Gunakan alat sesuai prosedur pemakaian yang benar.
2.4.5. Untuk melakukan kegiatan praktikum yang belum jelas, harus meminta
ijin instruktur atau panitia terlebih dahulu.
2.4.6. Setelah selesai, kembalikan alat dan bahan ke tempat semula.
2.4.7. Jika belum menguasai level materi yang diharapkan, peserta bimtek
diharapkan mampu bertanya kepada guru atau instruktur yang
mengampu materi yang bersangkutan.

i
KATA PENGANTAR

Tenaga Laboratorium Sekolah memiliki peran yang strategis dalam peningkatan kualitas
pendidikan terutama dalam pendidikan vokasi dan pelatihan kerja sebagai pelaksanaan
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah
Menengah Kejuruan dalam rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya
Manusia Indonesia. Selain itu, dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) Nomor 26 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Laboratorium
Sekolah/Madrasah menetapkan standar tenaga laboratorium sekolah dalam menjalankan
perannya memberikan pelayanan kegiatan praktik dan praktikum siswa agar tercapai tujuan
pendidikan di sekolah.

Menindaklanjuti Instruksi Presiden dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tersebut,


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Pembinaan Tenaga
Kependidikan Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan (Ditjen GTK) melaksanakan program strategis untuk empat bidang keahlian
SMK (kemaritim, seni dan industri kreatif, pariwisata, dan pertanian) melalui penataan SDM
laboratorium/Bengkel SMK dan sertifikasi tenaga laboratorium sesuai bidang keahlian di
Laboratorium/Bengkel serta peningkatan kompetensi laboran dan teknisi laboratorium
sekolah.

Khusus untuk program peningkatan kompetensi tenaga laboratorium SMK, Direktorat


Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar dan Menengah melaksanakan
kegiatan Bimbingan Teknis Peningkatan Kompetensi Tenaga Laboran/Teknisi bengkel
SMK Tingkat Dasar tahun 2017. Agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik, maka
perlu disiapkan perangkat pembelajarannya. Saat ini perangkat yang telah dikembangkan
oleh Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar dan Menengah antara
lain berupa modul Bimbingan Teknis Peningkatan Kompetensi Tenaga Laboran/Teknisi
bengkel. Dengan modul ini diharapkan program peningkatan kompetensi tenaga
laboratorium sekolah memberikan sumbangan yang besar dalam peningkatan pendidikan
di SMK.

Kami menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada semua
pihak yang terlibat di dalam penyusunan modul ini.
Semoga Program Program Peningkatan Kompetensi Tenaga Laboratorium SMK ini mampu
meningkatkan prestasi anak didik kita.

Jakarta, Juli 2017


Direktur Pembinaan Tenaga
Kependidikan,

Garti Sri Utami


NIP 196005181987032002
DAFTAR ISI
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL PENGELOLAAN LABORATORIUM/BENGKEL
SEKOLAH/MADRASAH ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 4
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. 7
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................... 8
BAGIAN I PERENCANAAN PENGELOLAAN LABORATORIUM ......................................... 10
TOPIK 1 TEKNIK PERENCANAAN PENGELOLAAN LABORATORIUM .................................. 10
1.1. Pengertian Perencanaan .................................................................................... 10
1.2. Manfaat Perencanaan ........................................................................................ 11
1.3. Kelemahan ...................................................................................................... 11
1.4. Unsur-unsur perencanaan ................................................................................. 12
1.5. Prinsip-prinsip Perencanaan ............................................................................... 13
1.6. Perencanaan Kegiatan Laboratorium/Bengkel ...................................................... 14
TOPIK 2 TEKNIK MERANCANG PROGRAM PEMELIHARAAN PERALATAN DAN BAHAN
LABORATORIUM/BENGKEL ...................................................................................................... 21
2.1. Pengertian Pemeliharaan ................................................................................... 21
2.2. Tujuan dan Manfaat .......................................................................................... 21
2.3. Bentuk kegiatan pemeliharaan............................................................................ 22
2.4. Pemeliharaan Perbaikan .................................................................................... 23
2.5. Pemeliharaan Pencegahan .................................................................................. 24
2.6. Pemeliharaan Prediktif ...................................................................................... 24
2.7. Menyusun Program Pemeliharaan Laboratorium/Bengkel ...................................... 25
TOPIK 3 MENYUSUN MANUAL MUTU, SOP, INSTRUKSI KERJA DAN FORMULIR............... 30
3.1. Manual Mutu.................................................................................................... 30
3.2. Pengertian SOP ................................................................................................ 31
3.3. Istilah dan Asal-usul SOP ................................................................................... 32
3.4. Asas-asas Penyusunan SOP ................................................................................ 34
3.4. Prinsip -Prinsip Penyusunan SOP ........................................................................ 34
3.5. Hambatan-hambatan dalam Penyusunan SOP....................................................... 36
3.6. Tips Penyusunan SOP ....................................................................................... 36
3.7. Format SOP .................................................................................................... 38
3.8. Instruksi Kerja ................................................................................................. 41
3.9. Formulir .......................................................................................................... 43
3.10. Contoh Formulir ...................................................................................... 44
TOPIK 4 LATIHAN PENYUSUNAN PROGRAM TAHUNAN, PROGRAM PEMELIHARAAN
LABORATORIUM/BENGKEL, MANUAL MUTU, SOP , IK DAN FORMULIR ............................. 46
4.1. Latihan Penyusunan Program Tahunan Laboratorium/Bengkel ............................... 46
4.2. Latihan Penyusunan Program Pemeliharaan Laboratorium/Bengkel......................... 46
4.3. Latihan Penyusunan Manual Mutu Laboratorium/Bengkel ...................................... 47
4.4. Latihan Penyusunan Standar Prosedur ................................................................ 47
4.5. Latihan Penyusunan Instruksi Kerja .................................................................... 47
Bahan Bacaan.......................................................................................................... 48
BAGIAN II PENGOPERASIAN PERALATAN DAN PENGGUNAAN BAHAN. ....................... 49
TOPIK 1 MENYIAPKAN KEGIATAN LABORATORIUM/BENGKEL SEKOLAH/MADRASAH.... 49
1.1. Menyiapkan petunjuk penggunaan bahan dan pengoperasian peralatan laboratorium 50
1.2. Menyiapkan paket bahan dan rangkaian peralatan yang siap pakai untuk kegiatan
praktikum ........................................................................................................ 51
1.3. Menyiapkan penuntun kegiatan praktikum ........................................................... 55
TOPIK 2 PENGOPERASIAN PERALATAN LABORATORIUM/ BENGKEL ................................. 56
2.1. Pengertian tentang mesin/peralatan ..................................................................... 56
2.2. Penggunaan mesin/peralatan praktek ................................................................... 60
2.3. Prinsip dasar pengoperasian peralatan ................................................................. 74
TOPIK 3 PENGGUNAAN BAHAN LABORATORIUM/ BENGKEL .......................................... 76
TOPIK 4 PENGELOLAAN ALAT DAN BAHAN LABORATORIUM......................................... 80
4.1. Pengertian pengelolaan ..................................................................................... 80
4.2. Penataan fasilitas laboratorium/bengkel................................................................ 84
4.3. Prinsip-prinsip penataan bengkel/laboratorium ..................................................... 86
4.4. Prinsip penataan peralatan ................................................................................. 87
4.4. Tatacara penataan peralatan ............................................................................... 88
4.5. Layout bengkel / laboratorium. .......................................................................... 93
4.6. Identifikssi kerusakan bahan, peralalatan dan fasilitas ............................................. 95
TOPIK 5 MENJELASKAN CARA PENGOPERASIAN PERALATAN DAN
PENGGUNAAN/PENGELOLAAN BAHAN ................................................................................ 97

BAGIAN III. PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN PERALATAN/BAHAN ............................ 99


TOPIK 1. PROSES PEMELIHARAAN/PERAWATAN PERALATAN DAN BAHAN ..................... 99
1.1. Unsur-unsur kegiatan Pemeliharaan/Perawatan Peralatan dan Bahan ...................... 99
1.2. Konsep pemeliharaan/perawatan (Maintenance Concept ) .................................... 107
1.3. Strategi Pemeliharaan (Maintenance Strategy) .................................................... 111
TOPIK 2. PENATAAN PERALATAN DAN BAHAN ................................................................. 122
2.1. Pengertian Penataan Peralatan dan Bahan di Laboratorium .................................. 122
2.2. Tujuan Tata Letak laboratorium : ...................................................................... 123
2.3. Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam menyusun tata letak peralatan dan bahan
laboratorium.................................................................................................. 123
2.4. Macam-macam Peralatan Laboratorium Berdasar Jenis Material ........................... 125
2.5. Perawatan peralatan elektronika ...................................................................... 126
2.6. Perawatan peralatan yang terbuat dari bahan baku logam. ................................... 126
2.7. Perawatan peralatan yang terbuat dari bahan baku gelas. .................................... 127
2.8. Perawatan peralatan yang terbuat dari bahan baku karet/plastik. .......................... 128
TOPIK 3. INVENTARISASI PERALATAN DAN BAHAN .......................................................... 132
TOPIK 4. KESELAMATAN KERJA DAN TATA TERTIB LABORATORIUM .............................. 134
4.1. Keselamatan Kerja di Laboratorium ................................................................. 134
4.2. Pengenalan jenis bahaya di laboratorium ........................................................... 134
4.3. Tata Tertib Laboratorium ............................................................................... 135
Rangkuman Materi ..................................................................................................................... 136
Evaluasi ...................................................................................................................................... 137

BAGIAN IV PENGEVALUASIAN DAN PENGEMBANGAN KEGIATAN ............................... 138


PENGELOLAAN LABORATORIUM/BENGKEL SEKOLAH .................................................. 138
TOPIK 1 PENGEVALUASIAN KEGIATAN LABORATORIUM/BENGKEL ................................ 138
1.1. Konsep Pengevaluasian Kegiatan Laboratorium/bengkel ...................................... 138
1.2. Mengevaluasi Program Tahunan Pengelolaan Laboratorium/Bengkel ..................... 143
1.3. Mengevaluasi SOP Pengoperasian Peralatan dan SOP Penggunaan Bahan .............. 143
1.4. Mengevaluasi Kinerja Peralatan ........................................................................ 145
TOPIK 2 PENGEMBANGAN KEGIATAN LABORATORIUM/BENGKEL.................................. 148
2.1. Konsep Pengembangan Kegiatan Laboratorium/Bengkel...................................... 148
2.2. Mengembangkan Metode................................................................................. 149
2.3. Membuat atau Memodifikasi Peralatan laboratorium/Bengkel .............................. 154
2.4. Latihan identifikasi, menetapkan akar penyebab, tindakan perbaikan dan pencegahan
ketidaksesuaian pada evaluasi kegiatan laboratorium/bengkel............................... 155
2.5. Rangkuman Materi.......................................................................................... 155
Bahan Bacaan........................................................................................................ 156
DAFTAR TABEL

Bagian I. Perencanaan

Tabel 1.1.Contoh program pemeliharaan alat dan bahan laboratorium/bengkel ................8

Bagian III. Pemeliharaan dan Perawatan Alat Bahan


Tabel 3.1. Unsur-unsur kegiatan pemeliharaan/perawatan alat dan bahan oleh
Laboran/teknisi pada level pelaksana di Laboratorium/Bengkel ....................................101
Tabel 3.2. Matrik Penyediaan .........................................................................................122
Tabel 3.3. Contoh penyimpanan alat kategori 1 dan 2 di Laboratirum IPA ....................130
Tabel 3.4. Klasifikasi penyimpanan bahan kimia ............................................................131
Tabel 3.5. Contoh Formulir inventarisasi alat dan bahan ...............................................135

Bagian IV. Pengevaluasian Dan Pengembangan KegiatanPengelolaan


Laboratorium/Bengkel Sekolah
Tabel 4.1 Indikator Kinerja beberapa Alat Laboratorium/bengkel ..................................148
Tabel 4.2 Batas Keberterimaan Indikator Kinerja beberapa Alat Laboratorium/bengkel 148
Tabel 4.3 Persentase Tingkat Recovery Pengukuran yang Diterima .............................153
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan %RSD berdasarkan persamaan Horwitz ...........................154
DAFTAR GAMBAR

Bagian I. Perencanaan

Gambar 1.1. Tahapan penyusunan rencana program tahunan laboratorium/bengkel ...18


Gambar 1.2. Tahapan penyusunan rencana tahunan laboratorium ..............................18
Gambar 1.3. Contoh sub unsur rencana tahunan laboratorium/bengkel....................... 19
Gambar 1.4. Komponen rencana tahunan laboratorium/bengkel ..................................19
Gambar 1.5. Contoh form rencana kegiatan laboratorium/bengkel ................................20
Gambar.1.6. Contoh form rencana kebutuhan laboratorium/bengkel ............................21
Gambar 1.7. Kegiatan pemeliharaan pencegahan ........................................................25
Gambar 1.8. Tahapan penyusunan program pemeliharaan ..........................................28
Gambar 1.9. Piramida dokumen sistem manajemen mutu ............................................34
Gambar 1.10. Simbol diagram alir ....................................................................................38
Gambar 1.10. Simbol bagan arus kegiatan ......................................................................41
Gambar 1.11. Simbol garis penghubung ..........................................................................41
Gambar 1.12. Contoh SOP ..............................................................................................42
Gambar 1.13. Fungsi instruksi kerja ................................................................................43
Gambar 1.14. Contoh instruksi kerja ................................................................................44
Bagian II. Pengoperasian Alat
Gambar 2.1. Kesiapan prasarana pendukung untuk praktikum di Laboratorium ..........52
Gambar 2.2. Mesin Ketam .............................................................................................62
Gambar 2.3. Mesin frais universal .................................................................................64
Gambar 2.4. Mesin bubut konvensional ........................................................................65
Gambar 2.5. Mesin bubut kayu .....................................................................................66
Gambar 2.6. Mesin/alat uji tarik .....................................................................................67
Gambar 2.7. Dongkrak hidrolis untuk bengkel kerja otomotif ........................................68
Gambar 2.8. Prinsip kerja aliran zat cair pada dongkrak hidrolis ..................................69
Gambar 2.9. Bor tangan merupakan salah satu bentuk hand tool ................................69
Gambar 2.10 Peralatan las gas asetelin ........................................................................72
Gambar 2.11. Teleskop untuk keperluan pengukuran ....................................................73
Gambar 2.12. Mikroskop yang dilengkapi dengan perangkat foto dan monitor ..............74
Gambar 2.13. Osiloskop.................................................................................................. 75
Gambar 2.14. Ammeter dan voltmeter dalam pemakaian ...............................................76
Gambar 2.15. Kategori alat laboratorium/bengkel ...........................................................83
Gambar 2.16. Kategori bahan laboratorium/bengkel....................................................... 83
Gambar 2.17. Kotak alat untuk kerja kayu
Gambar 2.18. Contoh almari alat kerja .........................................................................92
Gambar 2.19. Contoh almari alat kerja kayu ................................................................92
Gambar 2.20. Contoh penataan kayu .................................................................................93
Gambar 2.21. Contoh Pengelompokan Bahan ................................................................93
Gambar 2.22. Contoh Lay Out Laboratorium.................................................................... 94
Gambar 2.23. Mikroskop ..................................................................................................99

Bagian III. Pemeliharaan/Perencanaan Alat dan Bahan

Gambar 3.1. Contoh program perawatan di Lab. Elektro .............................................104


Gambar 3.2. Contoh formulir usulan pemeliharaan dan perbaikan alat .......................106
Gambar 3.3. Contoh Program Kalibrasi Alat Laboratorium Kimia ...............................108
Gambar 3.4. Contoh formulir kartu reparasi .................................................................110
Gambar 3.5. Faktor Pendukung Pemeliharaan dan Perbaikan ....................................112
Gambar 3.6. Strategi Pemeliharaan .............................................................................113
Gambar 3.7. Contoh pembuatan jadwal atau program pemeliharaan dengan model
“Bar Charts” ...........................................................................................116
Gambar 3.8. Contoh pembuatan jadwal atau program pemeliharaan dengan model
“Gant Charts” .........................................................................................116
Gambar 3.9. .Lemari asam (Fume Hood) ....................................................................118
Gambar 3.10. Contoh spare part pada bidang otomotif .................................................121
Gambar 3.11. Contoh Penataan Laboratorium Kimia ....................................................124
Gambar 3.12. Contoh Penataan Meja-meja pada Ruang Praktikum IPA ......................125
Gambar 3.13. Tata Letak meja kerja di Laboratorium Lingkungan sesuai
PERMEN LH No. 6 Tahun 2009 ..............................................................127

Bagian IV. Pengevaluasian dan Pengembangan Kegiatan Pengelolaan


Laboratorium/Bengkel
Gambar 4.1. Ketidaksesuaian dan tindakan perbaikan pada evaluasi kegiatan ..........142
Gambar 4.2. Contoh Formulir Tindakan Perbaikan .....................................................143
Gambar 4.3. Contoh Formulir Tindakan Pencegahan .................................................144
Gambar 4.4. Bagian sampul dan lembar amandemen IK sebelum Evaluasi ...............147
Gambar 4.5 Bagian sampul dan lembar amandemen IK setelah Evaluasi...................147
Gambar 4.6. Ilustrasi akurasi dan presisi pengukuran dalam validasi metode ............152
Gambar 4.7. Ilustrasi Penetapan LOD –LOQ pada Validasi Metode Kromatografi .....154
BAGIAN I
PERENCANAAN PENGELOLAAN LABORATORIUM

TOPIK 1 TEKNIK PERENCANAAN PENGELOLAAN LABORATORIUM

1.1. Pengertian Perencanaan

Secara umum definisi perencanaan adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan


sebelum melakukan tindakan penyelenggaraan, meliputi serangkaian keputusan
termasuk penentuan tujuan, kebijaksanaan, membuat program, menentukan
metode dan prosedur serta menetapkan jadwal waktu pelaksanaan. Personil yang
melakukan kegiatan perencanaan disebut perencana (planner) dan pernyataan
suatu keinginan yang hendak dicapai disebut rencana (plan).
Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa perencanaan merupakan tahap
permulaan dari setiap proses penyelenggaraan suatu kegiatan. Tanpa ada
perencanaan suatu kegiatan tidak akan memiliki pedoman yang menunjukkan arah
maupun ukuran untuk menilai tingkat keberhasilan kegiatan .
Perencanaan mengandung perbuatan melihat ke depan, memikirkan jauh
sebelumnya dan menggambarkan lebih dahulu sebagai dasar untuk proses
penyelenggaraan mencapai tujuan yang dikejar.
Perencanaan adalah suatu putusan yang menyeluruh, dan lazimnya merupakan
gambaran yang memuat berbagai ketegasan mengenai:
a) What, apa yang akan dikerjakan (materinya).
b) Why, mengapa justru itu yang dikerjakan (dasar pertimbangannya).
c) Who, siapa yang akan mengerjakannya(pelaksananya)
d) Where, dimana akan dikerjakan (tempat/lokasinya)
e) When, kapan akan dikerjakan (waktunya)
f) How, bagaimana mengerjakannya (tata kerja serta peralatannya)

Keenam pertanyaan ini dapat menjadi parameter untuk membuat perencanaan


dengan baik. Jadi karakteristik rencana yang baik sebenarnya mencakup persoalan
5 w + 1 H yang biasa disebut dengan dalil R. Kipling. Dengan demikian, perencanaan
adalah suatu kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan tindakan
penyelenggaraan, meliputi: pemikiran/ramalan yang rasional dan berdasarkan fakta
dan/atau perkiraan yang mendekati sebagai persiapan untuk tindakan kemudian.
Hasil dari perencanaan ialah rencana (plan).
1.2. Manfaat Perencanaan

Wilson dan Saragih (1982) mengemukakan manfaat dari perencanaan ini sebagai
berikut:
a. Perencanaan itu penting karena didalamnya digariskan secara jelas dan tepat
tujuan-tujuan baik yang berjangka panjang maupun yang berjangka pendek dan
digariskan pula apa saja yang harus dilakukan agar tercapai tujuan itu.
b. Perencanaan merupakan petunjuk jalan (guide) bagi seluruh anggota organisasi
yang ikut serta dalam pelaksanaan perencanaan itu. Dengan adanya
perencanaan dapat selalu dipegang oleh segenap anggota sehingga arah usaha
yang bersangkutan menjadi jelas, selain itu memudahkan terlaksananya
koordinasi antara berbagai bagian atau anggota dalam organisasi.
c. Perencanaan bukan suatu karya yang sekaligus saja selesai tetapi suatu proses
yang terus menerus, maka setiap perencanaan harapannya selalu dapat
memberikan perhatian yang terus menerus untuk menunjukkan dan
mempertinggi praktik dan cara bekerja para anggota organisasinya.
d. Perencanaan itu merupakan alat pengendalian (means of control) untuk
mengendalikan/mengawasi pelaksanaannya.
e. Perencanaan yang baik menjamin penggunaan berbagai sumber daya yang
tersedia (manusia, keuangan, alat dan lain-lain) secara teratur, efektif dan
ekonomis serta dapat menghindarkan pemborosan yang tidak perlu.

1.3. Kelemahan

Di samping manfaat/keuntungan perencanaan sudah barang tentu ada kelemahan.


Sukarna (1992) mengemukakan, yaitu:
a. Informasi atau fakta yang dibutuhkan untuk meramalkan masa yang akan
datang, belum tentu tepat, sehingga manajer tidak akan dapat secara pasti
meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang
b. Biaya yang diperlukan untuk menyusun suatu perencanaan yang lengkap sangat
besar, bahkan dapat melampaui hasil yang akan dicapai
c. Secara psikologis orang-orang lebih suka memperhatikan masa sekarang
ketimbang masa yang akan datang, mengingat perencanaan bertalian dengan
masa yang akan datang
d. Perencanaan menyumbat inisiatif para pegawai, karena mereka harus bekerja
sesuai dengan pola yang telah digariskan dalam perencanaan
e. Perencanaan menyebabkan terlambatnya tindakan yang perlu diambil dalam
keadaan darurat. Pada hal setiap keadaan darurat memerlukan pengambilan
putusan yang segera.

1.4. Unsur-unsur perencanaan

Agar memperoleh suatu jaminan yang sebesar-besarnya bahwa tujuan yang telah
ditentukan dapat dicapai sebaik-baiknya, suatu perencanaan memiliki unsur-unsur
sebagai berikut:

1.4.1. Unsur tujuan (objectives – goals)

Yaitu perumusan yang lebih jelas dan lebih terperinci tentang apa yang ingin dicapai
oleh sesuatu usaha kerja sama. Tujuan ini, sebagai arah sasaran dari suatu
organisasi di mana semua kegiatan usaha tersebut ditujukan. Unsur-unsur tujuan ini
terdiri dari:
1. Tujuan akhir (objectives) yaitu rencana menyeluruh dari berbagai objektif atau
haluan, destinasi; dan
2. Tujuan antara (goals) yaitu rencana yang lebih spesifik, terperinci dan terarah pada
tujuan tertentu yang ingin dicapai, atau disebut juga dengan sasaran.
1.4.2. Unsur kebijaksanaan (policy)
Didefinisikan sebagai metode atau cara/jalan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. untuk dicapai sikap, pendirian, pandangan. Kebijaksanaan ini ditentukan
oleh top manajemen berdasarkan suatu cita tertentu atau berdasarkan kebutuhan
praktis, biasanya penetapan ini hanya garis-garis besarnya saja. Bentuknya dapat
tertulis dan dapat juga tidak tertulis. Namun sebaiknya kebijaksanaan itu tertulis, agar
apabila dikemudian hari timbul masalah kebijaksanaan, maka akan mudah dilacak
dengan jelas.

1.4.3. Unsur tata cara pengelolaan (procedure)


Unsur ini termasuk pembagian tugas serta hubungannya (vertikal dan horizontal)
antara setiap anggota kelompok dalam organisasi secara terperinci. Prosedur perlu
diketahui setiap personil yang berhubungan dengan masalah tersebut, maka
sebaiknya pula secara tertulis. Prosedur adalah pola kerja yang tetap sesuai urut-
urutan yang bersifat kronologis dari tindakan yang harus dilakukan secara berentetan
, termasuk route.
1.4.4. Unsur kemajuan (progress)
Mengukur suatu kemajuan diperlukan standar. Dalam perencanaan sangat
dibutuhkan standar. Standar ini digunakan untuk ukuran kemajuan sesuatu usaha
sebagaimana yang direncanakan. Dalam menentukan standar ada tiga masalah yang
dalam istilah bahasa inggris rumusannya secara singkat dengan kata: how
many (berapa banyak) untuk menentukan kuantitasnya,how well (berapa baik) untuk
menentukan kualitasnya, how long (berapa lama) untuk menentukan lamanya.
1.4.5. Unsur program (programme)
Ialah menyusun berbagai rencana secara menyeluruh dan merupakan kesatuan di
mana satu dengan lainnya saling berhubungan, dan secara urut-urutan (sequence).

1.5. Prinsip-prinsip Perencanaan

Koontz dan O’Donnel dalam Sukarna (ibid) dan Hasibuan (1990) menyebutkan
prinsip-prinsip/asas perencanaan sebagai berikut:
a. Prinsip membantu tercapainya tujuan (Princples of contribution to
objective). Setiap perencanaan dan segala perubahannya harus ditujukan
kepada pencapaian tujuan.
b. Prinsip efisiensi dari perencanaan (Principles of effeciency of plans). Suatu
perencanaan adalah efisien apabila perencanaan itu dalam pelaksanaannya
dapat mencapai tujuan dengan biaya yang sekecil-kecilnya.
c. Prinsip pengutamaan perencanaan (Principles of primacy of
planning). Perencanaan merupakan keperluan utama dari manager, fungsi
lainnya ialah pengorganisasian, pendelegasian, pemberian perintah dan
pengawasan
d. Prinsip patokan perencanaan (Principle of planning premise). Patokan-patokan
perencanaan sangat berguna bagi ramalan, karena premise-premise
planning dapat menunjukkan kejadian-kejadian yang akan terjadi pada masa
yang akan datang.
e. Prinsip kebijaksanaan pola kerja (Principle of policy frame work). Kebijaksanaan
ini mewujudkan pola kerja. Dalam pola kerja itulah prosedur-prosedur kerja dan
program tersusun.
f. Prinsip waktu (principle of timing). Perencanaan yang efektif dan efisien
memerlukan waktu yang cukup dalam penyusunannya baik horizontal maupun
vertikal
g. Prinsip tata hubungan perencanaan (Principle of planning communication).
Perencanaan dapat disusun dan dikoordinasi dengan baik, bilamana setiap
orang bertanggungjawab terhadap pekerjaannya dan memperoleh penjelasan
yang cukup memadai mengenai bidang yang akan dilaksanakan.
h. Prinsip alternatif (Principle of alternatives). Alternatif itu ada pada setiap
rangkaian kerja dan perencanaan meliputi pemilihan rangkaian alternatif dalam
pelaksanaan pekerjaan, sehingga tercapai tujuan yang telah ditetapkan.
i. Prinsip pembatasan faktor (Principle of limiting factor) . Dalam pemilihan di antara
alternatif-alternatif, maka pertama-tama harus ditujukan kepada faktor-faktor
yang strategis dan dapat membantu pemecahan masalah. Prinsip alternatif dan
prinsip pembatasan faktor merupakan syarat mutlak dalam pembuatan putusan
(Decision making). Kunci terhadap decision making ialah memecahkan masalah-
masalah yang timbul di mana dihadapkan dengan alternatif-alternatif.
j. Prinsip keterikatan (The commitment principle). Perencanaan harus
memperhitungkan jangka waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan.
k. Prinsip flexibilitas (The principle of flexibility). Perencanaan yang efektif
memerlukan flexibilitas, tetapi tidak berarti mengubah tujuan
l. Prinsip ketetapan arah (The principle of navigational change). Perencanaan yang
efektif memerlukan pengamatan yang terus menerus terhadap kejadian-kejadian
yang timbul dalam pelaksanaannya untuk mempertahankan tujuan.
m. Prinsip perencanaan strategi (Principle of strategic planning). Dalam suatu
kondisi di mana terdapat persaingan yaitu di mana pihak lain berusaha untuk
mencapai tujuan yang sama, maka manajer harus memilih tindakan-tindakan
yang diperlukan untuk menjamin pelaksanaan perencanaan tetap efektif.

1.6. Perencanaan Kegiatan Laboratorium/Bengkel

1.6.1. Perencanaan program tahunan kegiatan laboratorium/bengkel sekolah


Program tahunan pengelolaan laboratorium/bengkel adalah rencana komprehensif
yang akan dilakukan untuk kalender tahun akademik/pelajaran yang akan
dijalankan, yang mencakup rencana pengelolaan bahan, alat dan metode, serta
sumber daya laboratorium/bengkel lainnya (seperti infrastruktur, personil,
anggaran) agar mampu memfasilitasi/melayani seluruh kegiatan pengajaran di
sekolah secara efektif. Sesuai namanya, typikal siklus pelaksanaan kegiatan ini
adalah setahun sekali diawal kalender akademik/pelajaran, kecuali kalau ada
perubahan program. Manfaat program tahunan bagi laboratorium/bengkel SMK
adalah :
a. Sebagai garis-garis besar tujuan yang akan dicapai
b. Sebagai petunjuk dalam melaksanakan kegiatan
c. Sebagai alat pengendali kegiatan

Agar rencana tahunan laboratorium/bengkel sekolah dapat terencana dan


terlaksana secara efektif maka saat menyusun rencana tahunan
laboratorium/bengkel sekolah harus dapat mempertimbangkan beberapa faktor,
yaitu :

1. Volume kegiatan
Adalah jumlah atau banyaknya kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
laboratorium/bengkel. Laboratorium/bengkel harus mampu mengidentifikasi
prioritas kegiatan yang dilakukan laboratorium serta output yang akan dicapai.

2. Capaian kinerja
Dalam menyusun rencana tahunan kegiatan pengelolaan laboratorium/bengkel
perlu memperhatikan kekuatan, kelemahan,peluang dan hambatan dalam
melaksanakan rencana tahunan tersebut. Kegiatan yang disusun pada rencana
tahunan ini memperhatikan hasil yang ingin dicapai. Hasil yang diperoleh dari
kegiatan yang telah ditetapkan pada rencana tahunan mencerminkan capaian
kinerja laboratorium.

3. Pengembangan layanan
Rencana tahunan mempertimbangkan upaya pengelola laboratorium/bengkel
dalam memberikan layanan laboratorium/bengkel. Pengembangan layanan
laboratorium/bengkel dapat meliputi pengembangan kinerja alat dan bahan,
pengembangan metode kerja pengelolaan laboratorium/bengkel.

1.6.2. Tahapan penyusunan rencana program tahunan laboratorium/bengkel


Tahapan penyusunan rencana program tahunan sebagai berikut :
Gambar 1.1. Tahapan penyusunan rencana program tahunan laboratorium/bengkel

Penyusunan rencana program tahunan laboratorium/bengkel diawali dengan


penetapan tim penyusun rencana tahunan oleh kepala laboratorium/bengkel. Tim
penyusun dapat terdiri dari kepala laboratorium/bengkel, teknisi/laboran/PLP dan
bila perlu melibatkan guru mata pelajaran yang menjadi pengguna
laboratorium/bengkel. Tim bertugas mengumpulkan dan merangkum usulan
rencana program tahunan dan menyusun draf usulan rencana tahunan
laboratorium/bengkel . Draf usulan rencana tahunan yang telah tersusun
disampaikan dan dibahas bersama kepala laboratorium/bengkel. Hasil
pembahasan selanjutnya dilaporkan kepada kepala sekolah untuk divalidasi dan
disetujui oleh kepala sekolah dan ditetapkan sebagai rencana program tahunan
laboratorium/bengkel.

Gambar 1.2. Tahapan penyusunan rencana tahunan laboratorium

Beberapa sub kegiatan yang dapat diprioritaskan masuk pada rencana tahunan
antara lain :
1. Menyusun kebutuhan alat dan bahan
2. Merancang program pemeliharaan alat dan bahan
3. Menyusun manual mutu, prosedur dan instruksi kerja
4. Rencana pengembangan laboratorium/bengkel

Gambar 1.3. Contoh sub unsur rencana tahunan laboratorium/bengkel

Rencana tahunan laboratorium/bengkel dapat didokumentasi atas beberapa komponen


antara lain :
1. Judul Kegiatan
2. Tempat dan Waktu Kegiatan
3. Metode Kegiatan
4. Penanggungjawab Kegiatan/Personil
5. Target Capaian
6. Kebutuhan Biaya

Gambar 1.4. Komponen rencana tahunan laboratorium/bengkel


Gambar berikut menyajikan contoh form untuk merekam rencana kegiatan dan dan sub
rencana kegiatan tahunan pengelolaan laboratorium/bengkel :

Gambar 1.5. Contoh form rencana kegiatan laboratorium/bengkel


NO.
NAMA LABORATORIUM/BENGKEL
FORM
LOGO
SEKOLAH/MADRASAH
RENCANA KEBUTUHAN ALAT DAN BAHAN LABORATORIUM FR-
LAB-...

Nama Peralatan dan Harga


No Volume Jumlah Alasan Pengadaan
Bahan Satuan

Diajukan Oleh Teknisi Diverifikasi Oleh Disahkan Oleh


Lab. Kepala Lab. Kepala Sekolah

( ___________________ ) ( ______________________ ). ( ____________________ )


NIP.: NIP : NIP. :

Gambar.1.6. Contoh form rencana kebutuhan laboratorium/bengkel


NO.
NAMA LABORATORIUM/BENGKEL
FORM
LOGO
SEKOLAH/MADRASAH RENCANA KEBUTUHAN BAHAN DAN PERKAKAS PERBAIKAN PERALATAN
FR-
LABORATORIUM/BENGKEL
LAB-...

NO NAMA ALAT SPESIFIKASI JUMLAH YANG DIBUTUHKAN TERSEDIA KEKURANGAN HARGA SATUAN TOTAL HARGAKETERANGAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Mengetahui, ……………….…..,
Kepala Laboratorium Teknisi Lab.
......................

......................... ....................................
TOPIK 2 TEKNIK MERANCANG PROGRAM PEMELIHARAAN
PERALATAN DAN BAHAN LABORATORIUM/BENGKEL

2.1. Pengertian Pemeliharaan

Pemeliharaan secara definisi adalah semua aktivitas untuk mempertahankan fasilitas,


peralatan dan bahan sehingga dapat bekerja/berfungsi dengan baik secara teratur
sehingga sistem dapat berfungsi sebagai mana seharusnya.
Untuk peralatan yang ada di laboratorium/bengkel umumnya siklus/periode
pemeliharaan/ pemeliharaan antar alat dan antar bagian/komponen alat berbeda-
beda tergantung kondisi alat seperti umur pakai, dan tingkat penggunaanya. Periode
pemeliharaan alat dan komponennya bisa bersifat harian, mingguan, bulanan,
triwulan, dan seterusnya. Teknisi/laboran/PLP harus menetapkan program/jadwal
pemeliharaan seluruh peralatan yang ada di laboratorium tempatnya bekerja sesuai
Instruksi Kerja pemeliharaannya. Isi program ini menetapkan periode pemeliharan
terhadap setiap komponen alat dan personil yang ditugaskan. Kegiatan ini dilakukan
setahun, menyeluruh terhadap peralatan yang ada.
Sedangkan untuk bahan yang ada di laboratorium/bengkel, bisa saja beberapa bahan
umum bersifat stabil sehingga tidak memerlukan program tertulis untuk proses
pemeliharaannya, tetapi kebanyakan bahan umum di laboratorium/bengkel memiliki
masa kadaluwarsa, bahkan akan lebih cepat rusak jika tidak ditangani secara
semestinya. Dalam menyusun program ini, PLP/teknisi/laboran laboratorium/bengkel
harus memperhatikan sifat fisik dan kimia bahan sehingga cara pemeliharaan, kondisi
penyimpanan, dan pemilihan personil yang ditugaskan melaksanakan program benar-
benar tepat. PLP/teknisi/laboran laboratorium/bengkel harus meneliti MSDS setiap
bahan umum pada saat program pemeliharaan terhadap seluruh bahan tersebut
dibuat, sesuai SOP yang tersedia. Kegiatan ini dilakukan setahun sekali, menyeluruh
terhadap bahan umum yang ada.

2.2. Tujuan dan Manfaat

Kegiatan pemeliharaan peralatan dan bahan laboratorium/bengkel dilakukan dengan


tujuan:

21
1. Menjamin fasilitas , peralatan dan bahan di laboratorium/bengkel berada dalam
kondisi siap pakai, Meminimalisir kerusakan dan mampu memberikan
keuntungan.
2. Memberikan keamanan dan kesehatan bagi pengguna peralatan dan bahan
tersebut.
3. Memperpanjang usia pakai peralatan dan bahan tersebut serta menurunkan
biaya perbaikan
4. Menghasilkan pengukuran yang reliabel dan mengurangi kelambatan waktu
pelaporan hasil pengujian.

2.3. Bentuk kegiatan pemeliharaan

2.3.1. Pemeliharaan saat terjadi Kerusakan


Pemeliharaan yang dilakukan ketika sudah terjadi kerusakan pada mesin
atau peralatan kerja sehingga Mesin tersebut tidak dapat beroperasi secara
normal atau terhentinya operasional secara total dalam kondisi mendadak.
2.3.2. Pemeliharaan Pencegahan
Pemeliharaan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada
mesin selama operasi berlangsung.
2.3.3. Pemeliharaan Korektif
Pemeliharaan yang dilakukan dengan cara mengidentifikasi penyebab
kerusakan dan kemudian memperbaikinya sehingga Mesin atau peralatan
Produksi dapat beroperasi normal kembali

Untuk peralatan yang ada di laboratorium/bengkel, beberapa penyebab utama kerusakan


dapat disebabkan antara lain :
a. Lalai memenuhi pemeliharaan dasar yang dibutuhkan mesin seperti: pelumasan,
kebersihan, dll.
b. Salah menjaga kondisi operasi mesin secara benar dalam hal: temperatur, getaran,
tekanan, kecepatantorsi, dll.
c. Kurang keterampilan
d. Kondisi mesin sudah tua / komponen usang, roda gigi aus, bantalan terjadi aus, dll.
e. Terjadi penyimpangan baik: dimensi, material, dll.
Contoh :
a. Mesin: kotor, pelumas kotor atau bocor, panas, bising, bergetar, dll.

22
b. Operator : mengabaikan, salah operasi, tidak punya pengetahuan mesin, tidak
mampu merawat sederhana, dll.
Teknisi pemeliharaan : mengganti dan memperbaiki tanpa petunjuk yang benar,
tidak memberikan pengetahuan pemeliharaan terhadap operator, mengandalkan
teknologi tinggi dengan tidak melihat sumber daya yang ada, dll.

2.4. Pemeliharaan Perbaikan

Kegiatan perbaikan peralatan pada program pemeliharaan memiliki beberapa


keuntungan dan kerugian antara lain :
Keuntungan :
1. Murah dan tidak perlu merawat
2. Cocok untuk mesin/peralatan yang murah dan sederhana dan atau modular
Kerugian :
1. Kasar dan berbahaya
2. Menimbulkan kerugian yg besar bila diterapkan pada mesin yang mahal, komplek
dan dituntut tingkat keselamatan tinggi
3. Tidak bisa menyiapkan sumber daya yang dibutuhkan

Gambar 1.7. Kegiatan pemeliharaan pencegahan

23
2.5. Pemeliharaan Pencegahan

Untuk kegiatan pemeliharaan yang bersifat pencegahan memiliki beberapa


keuntungan dan kerugian pada penerapannya yaitu :
Keuntungan
a. terjamin kehandalannya,
b. terjamin keselamatan
c. umur pakai fasilitas/mesin menjadi lebih panjang
d. biaya pemeliharaan akan lebih rendah
e. down time proses produksi dapat diperendah
Kerugian
a. pemeliharaan tidak ekonomis
b. waktu operasi terbuang
c. kemungkinan akan terjadi human error dalam proses assembling

2.6. Pemeliharaan Prediktif

Pemeliharaan yang bersifat prediktif dapat diartikan sebagai strategi pemeliharaan


dimana pelaksanaannya didasarkan kondisi peralatan/mesin itu sendiri.
Pemeliharaan prediktif disebut juga pemeliharaan berdasarkan kondisi (condition
based maintenance ) atau juga disebut monitoring kondisi mesin (machinery condition
monitoring ), yang artinya sebagai penentuan kondisi peralatan/mesin dengan cara
memeriksa mesin secara rutin sehingga dapat diketahui keandalan peralatan/mesin
serta keselamatan kerja terjamin. Beberapa aktivitas pemeliharaan yang bersifat
prediktif antara lain :
a. Monitoring visual
b. Monitoring minyak pelumas
c. Monitoring kinerja
d. Monitoring geometris
e. Monitoring getaran ( vibration )
f. Thermal methode
g. Crack Detection
h. Monitoring kebisingan/suara
i. Monitoring korosi
j. Deteksi kebocoran

24
Tindakan Predictive Maintenance
a. Pemeliharaan didasarkan atas kondisi mesin.
b. Kegiatan yang dipentingkan adalah inspeksi atau monitoring bukan perbaikannya
c. Dengan inspeksi/monitoring kondisi mesin dapat diketahui secara pasti dan
gejala kerusakan dapat dideteksi secara dini.

Tujuan Predictive Maintenance


a. Mereduksi breakdown dan kecelakaan yang disebabkan oleh kerusakan alat
b. Meningkatkan waktu operasi dan produksi
c. Mereduksi waktu dan cost of maintenance
d. Meningkatkan kualitas produk dan pelayanan

2.7. Menyusun Program Pemeliharaan Laboratorium/Bengkel

Untuk menyusun program pemeliharaan peralatan dan bahan laboratorium/bengkel


perlu memperhatikan beberapa komponen antara lain :
1. Jenis Alat dan bahan
2. Periode Waktu
3. Metode Acuan
4. Peralatan bantu dan bahan
5. Personil Pelaksana
6. Indikator Hasil

Saat penyusunan program pemeliharaan peralatan dan bahan di


laboratorium/bengkel, kepala laboratorium/bengkel dapat menugaskan kepada
PLP/teknisi/laboran untuk terlebih dahulu melakukan inventarisasi alat dan bahan di
laboratorium/bengkel. Inventarisasi meliputi jumlah, spesifikasi dan kondisi peralatan
dan bahan. Penyusunan program pemeliharaan mengacu pada SOP pemeliharaan
yang tersedia di laboratorium/bengkel. Karena setiap peralatan dan bahan yang ada
di laboratorium memiliki karakteristik dan siklus yang berbeda dalam pemeliharaan
makan perlu memperhatikan instruksi kerja alat dan bahan serta buku manual alat dan
bahan. PLP/teknisi/laboran pun melakukan pendataan ketersediaan alat bantu yang
akan digunakan untuk melakukan kegiatan pemeliharaan nanti. Program
pemeliharaan yang disusun dibahas bersama dengan kepala laboratorium/bengkel
untuk menentukan prioritas pelaksanaannya mengingat kegiatan pemeliharaan

25
membutuhkan ketersediaan anggaran. Dalam program pemeliharaan juga ditentukan
penanggungjawab pelaksana pemeliharaan dan hasil yang dicapai dari pemeliharaan
tersebut. Hasil dari kegiatan pemeliharaan menjadi parameter pengukuran tingkat
keberhasilan kegiatan pemeliharaan alat dan bahan. Berikut adalah tahapan
penyusunan program pemeliharaan alat dan bahan laboratorium/bengkel :

Penyusunan
(Kalab/Kabeng,Teknisi/laboran/PLP)

Validasi (Disetujui oleh Kepala Sekolah) Verifikasi (Diperiksa oleh kalab/kabeng)

Gambar 1.8 Tahapan penyusunan program pemeliharaan

26
Tabel 1.1.Contoh program pemeliharaan alat dan bahan laboratorium/bengkel :

SMK NEGERI XXX SEMARANG LABORATORIUM NAUTIKA

LOGO SEKOLAH Halaman 27 dari 3


PROGRAM PEMELIHARAAN Nomor IK-
ALAT DAN BAHAN Tanggal Berlaku 01 Mei 2017
Status Revisi 00
Periode Peralatan
No Nama Bahan Pemeliharaa Metode Pemeliharaan /Bahan Hasil
n Penunjang
Pembersihan kotoran pada
Kain lap, kuas Bahan siap pakai
Kabel Hubung Perbulan 1 bagian Plug dan isolasi kabel,
1 serta cairan dan disimpan pada
20 cm kali di hitung jumlahnya dan di
cleaner rak/lemari
lakukan pencatatan.
Pembersihan kotoran pada
Kain lap, kuas Bahan siap pakai
Kabel Hubung Perbulan 1 bagian Plug dan isolasi kabel,
2 serta cairan dan disimpan pada
30 cm kali di hitung jumlahnya dan di
cleaner rak/lemari
lakukan pencatatan.
Pembersihan kotoran pada
Kain lap, kuas Bahan siap pakai
Kabel Hubung Perbulan 1 bagian Plug dan isolasi kabel,
3 serta cairan dan disimpan pada
50 cm kali di hitung jumlahnya dan di
cleaner rak/lemari
lakukan pencatatan.
Pembersihan kotoran pada
Kain lap, kuas Bahan siap pakai
Kabel Hubung Perbulan 1 bagian Plug dan isolasi kabel,
4 serta cairan dan disimpan pada
100 cm kali di hitung jumlahnya dan di
cleaner rak/lemari
lakukan pencatatan.
Pembersihan kotoran pada
Kain lap, kuas Bahan siap pakai
Kabel Hubung Perbulan 1 bagian Plug dan isolasi kabel,
5 serta cairan dan disimpan pada
150 cm kali di hitung jumlahnya dan di
cleaner rak/lemari
lakukan pencatatan.
Pembersihan kotoran pada
Kain lap, kuas Bahan siap pakai
Perbulan 1 bagian Plug dan isolasi plug,
6 Plug Konector serta cairan dan disimpan pada
kali di hitung jumlahnya dan di
cleaner rak/lemari
lakukan pencatatan.
Pemeriksaan dan
Kain lap, kuas Bahan siap pakai
Perbulan 1 pembersihan fuse, di hitung
7 Fuse 1 A serta cairan dan disimpan pada
kali jumlahnya dan di lakukan
cleaner rak/lemari
pencatatan.

Verifikasi :

Dilaporkan Oleh : Disetujui Oleh :


PLP/teknisi Laboratorium/bengkel Kepala Laboratorium

27
SMK NEGERI XXX SEMARANG LABORATORIUM NAUTIKA

Halaman 28 dari 3
LOGO SEKOLAH PROGRAM PEMELIHARAAN Nomor IK-
ALAT DAN BAHAN Tanggal Berlaku 01 Mei 2017
Status Revisi 00
Peralatan
Periode
No Nama Peralatan Metode Pemeliharaan /Bahan Hasil
Pemeliharaan
Penunjang
Peralatan siap
Pembersihan debu dan
Kain lap, kuas pakai dan
kotoran pada bagian Plug,
1 Mesin Bor Perbulan 1 kali serta cairan disimpan
Cassing dan pelumasan
cleaner pada
bearing
rak/lemari
Peralatan siap
Pembersihan debu dan
Kain lap, kuas pakai dan
kotoran pada bagian Plug,
2 Pendulum Machine Perbulan 1 kali serta cairan disimpan
Cassing dan pelumasan
cleaner pada
bearing
rak/lemari
Peralatan siap
Pembersihan debu dan
Kain lap, kuas pakai dan
kotoran pada bagian Plug,
3 Mesin jahit Perbulan 1 kali serta cairan disimpan
Cassing dan pelumasan
cleaner pada
bearing
rak/lemari
Peralatan siap
Pembersihan debu dan Kain lap, kuas pakai dan
4 Ampere meter Perbulan 1 kali kotoran pada bagian Plug, serta cairan disimpan
Cassing cleaner pada
rak/lemari

Verifikasi :

Dilaporkan Oleh : Disetujui Oleh :


PLP/teknisi Laboratorium/bengkel Kepala Laboratorium

28
SMK NEGERI XXX SEMARANG LABORATORIUM NAUTIKA

LOGO SEKOLAH Halaman 29 dari 3


JADWAL KEGIATAN Nomor IK-
PEMELIHARAAN PERALATAN Tanggal Berlaku 01 Mei 2017
Status Revisi 00

Bagian
Frekuensi Peralatan
Peralatan yang Metode Indikator
No Nama Peralatan Pemeliharaa /Bahan
dilakukan Pemeliharaan Hasil
n Penunjang
pemeliharaan
Pembersihan Peralatan
Setiap debu dan kotoran siap pakai
bagian Plug, Kain lap,
tanggal 17 pada bagian dan
1 Ampere Meter Digital. Bulan Januari
Cassing dan
Plug, Cassing
kuas serta
disimpan
kalibrasi cairan cleaner
s.d Juni 2017 dan kalibrasi pada
rak/lemari
Pembersihan Peralatan
Setiap debu dan kotoran siap pakai
bagian Plug, Kain lap,
tanggal 18 pada bagian dan
2 Volt Meter Digital Bulan Januari
Cassing dan kuas serta
Plug, Cassing disimpan
kalibrasi cairan cleaner
s.d Juni 2017 dan kalibrasi pada
rak/lemari
Pembersihan Peralatan
Setiap debu dan kotoran siap pakai
bagian Plug, Kain lap,
tanggal 19 pada bagian dan
3 Alat Navigasi Bulan Januari
Cassing dan
Plug, Cassing
kuas serta
disimpan
kalibrasi cairan cleaner
s.d Juni 2017 dan kalibrasi pada
rak/lemari
Pembersihan Peralatan
Setiap debu dan kotoran siap pakai
bagian Plug, Kain lap,
tanggal 20 pada bagian dan
4 Radar Cassing dan kuas serta
Bulan Januari Plug, Cassing disimpan
kalibrasi cairan cleaner
s.d Juni 2017 dan kalibrasi pada
rak/lemari

29
TOPIK 3 MENYUSUN MANUAL MUTU, SOP, INSTRUKSI KERJA DAN
FORMULIR

3.1. Manual Mutu

Manual Mutu atau Pedoman Mutu adalah sebuah dokumen yang berisi pernyataan
dan komitmen laboratorium/bengkel. Biasanya manual mutu dibuat dengan
menginterpretasikan klausul-klausul ISO 9001:2008 yang disesuaikan dengan
penerapan yang dilakukan oleh laboratorium/bengkel tersebut. Manual mutu dibuat
sebagai pedoman penerapan ISO 9001: 2008 di suatu laboratorium/bengkel.
Manual mutu laboratorium/bengkel yang telah disusun dapat difungsikan sebagai :
1. Sarana promosi dan perkenalan laboratorium/bengkel
2. Memudahkan orang dalam mempelajari smm pada laboratorium/bengkel
3. Sharing knowledge antar karyawan di dalam laboratorium/bengkel
4. Sarana komunikasi antar bagian
5. Pemenuhan syarat sertifikasi iso 9001:2015
6. Bukti implementasi iso 9001:2015 di laboratorium/bengkel

Apa saja Isi dari Manual Mutu itu :


1. Profil Laboratorium/bengkel

Pada beberapa laboratorium pendidikan sudah menerapkan ISO 9001:2015


Manual Mutu Menjadi Bagian yang sangat penting dalam memperkenalkan
sistem manajemen Mutu kepada Customer, Tamu, Maupun Visitor, Maka dari
itu salah satu bagian penting di dalam manual mutu ini adalah adanya Profil
laboratorium, sehingga selain mengenalkan SMM di Manual Mutu
laboratorium/bengkel juga bisa berfungsi sebagai salah satu cara mengenalkan
laboratorium/bengkel kepada pihak yang berkepentingan.
2. Ruang Lingkup Penerapan

Statement mengenai jenis kegiatan usaha yang akan mendapatkan sertifikasi


iso 9001:2015 harus tertulis dengan jelas di dalam manual mutu, agar bagi siapa
saja yang membacanya, auditor, customer, panitia tender, dll agar dapat lebih
memahami, apa saja lingkup dari penerapan iso 9001:2015 dalam
laboratorium/bengkel.
3. Flow Bisnis laboratorium/bengkel,

30
Rasanya tidak lengkap jika manual mutu tanpa diisi dengan flow bisnis proses
dalam laboratorium/bengkel, flow bisnis ini tentu saja berfungsi sebagai
penjelasan ke pihak terkait mengenai proses apa saja yang dilakukan oleh
laboratorium/bengkel dari mulai order di terima sampai dengan delivery, dengan
adanya flow bisnis process ini, maka semua pihak akan lebih memahami
bagaiaman proses bisnis di laboratorium/bengkel berjalan.
4. Korelasi antara klausal iso 9001:2015 dengan prosedur di laboratorium/bengkel,
yang sangat penting di dalam manual mutu iso 9001:2015 ini adalah bahwa di
dalam manual di jelaskan keterkaitan antara klausul iso 9001:2015 dengan
prosedur yang dijalankan oleh laboratorium/bengkel, hal ini lebih menunjukan
bagaimana laboratorium/bengkel mengimplementasikan apa yang
dipersyaratkan klausul.
5. Struktur Organisasi
Team yang terlibat di laboratorium/bengkel, struktur laboratorium/bengkel akan
dapat menjelaskan dengan gamblang, berapa kekuatan personil dan siapakah
tim yang menduduki posisi strategis.

3.2. Pengertian SOP

Ada beberapa padanan kata yang memiliki relevansi dengan makna SOP (Standar
Operasional Prosedur) atau prosedur kerja baku.
Prosedur kerja adalah rangkaian tata kerja yang berkaitan satu sama lainnya,
sehingga menunjukan adanya urutan tahapan secara jelas dan pasti, serta cara-cara
yang harus ditempuh dalam rangka penyelesaian suatu bidang tugas.
Pada sistem dokumentasi manajemen mutu laboratorium berbasis SNI ISO/IEC
17025 : 2008, Standar prosedur masuk pada level kedua. Hal ini menunjukan bahwa
posisi standar memiliki peran penting dan strategis pada sistem dokumentasi
laboratorium/bengkel. Ketersediaan standar prosedur pada laboratorium/bengkel
menjadi syarat mutlak saat laboratorium/bengkel ingin mendapatkan pengakuan
akreditasi dari lembaga akreditasi.

31
Gambar 1.9. Piramida dokumen sistem manajemen mutu

3.3. Istilah dan Asal-usul SOP

a. Prosedur Operasional Standar


b. Prosedur operasi yang baku
c. PROTAP atau Prosedur Tetap
d. Safe Work Instructions, Safe Operating Procedures, Standard Working
Procedures, Medi Procedures
Prosedur kerja yang dilakukan secara benar dan konsisten pengendalian mutu
terhadap proses kegiatan laboratorium/bengkel.
Asal-usul :
a. SOP medik, penanganan pasien, kesehatan, teknik, lingkungan dan penyelamatan
b. SOP Tugas rutin yang mengandung resiko
c. SOP penanggulangan kebakaran, pilot pesawat terbang

3.3.1. Definisi SOP (Rudi M Tambunan) :


SOP adalah pedoman yang berisi prosedur-prosedur operasional standar yang ada
dalam suatu organisasi yang digunakan untuk memastikan bahwa setiap keputusan,
langkah, atau tindakan, dan penggunaan fasilitas pemrosesan dilaksanakan oleh
orang-orang di dalam suatu organisasi, telah berjalan secara efektif, konsisten,
standar, dan sistematis . SOP menjadi pedoman bagi para pelaksana pekerjaan. Ini
bisa berarti para karyawan produksi, resepsionis, office boy, supir, staf administrasi di
kantor, pabrik atau gudang, supervisor dan manager SOP akan berbeda untuk
pekerjaan yang dilakukan sendirian, untuk pekerjaan yang dilakukan secara tim dan
untuk pengawas pekerjaan tersebut.

3.3.2. Penyusunan SOP


a. SOP harus sudah ada sebelum suatu pekerjaan dilakukan.

32
b. SOP digunakan utk menilai apakah pekerjaan tsb sudah dilakukan dgn baik
atau tidak.
c. Uji SOP sebelum dijalankan, lakukan revisi setelah 1-2 bulan trial.
d. Lakukan revisi jika ada perubahan langkah kerja yg bisa diakibatkan oleh
adanya mesin baru, peralatan baru, tambahan pekerja, lokasi berbeda, dan
semua yg mempengaruhi lingkungan kerja
e. Mintakan masukan dari para pelaksana untuk menjadi bahan perbaikan SOP
secara teratur
f. Tidak ada aturan yg membatasi panjang pendeknya SOP, karena SOP
digunakan oleh berbagai macam orang untuk tujuan yg berbeda, dgn tetap
harus lengkap dan akurat
g. Walau demikian, SOP yg ringkas akan lebih memudahkan para pelaksana,
dengan demikian sebuah prosedur kerja yg panjang bisa dibagi menjadi 2-3
SOP (seperti dipisah menjadi SOP Tahap Persiapan, SOP Tahap Pelaksanaan
dan SOP Tahap Penyelesaian).

Idealnya, SOP disusun oleh 1 tim yg terdiri atas :


1. Penulis SOP (author)
2. Pelaksana di lapangan (employee)
3. Pengawas lapangan (supervisor)
4. Atasan pengawas (manager)

SOP disusun tim penyusun SOP yang memiliki pengetahuan dan pengalaman
dalam bidangnya, harus tertulis, menjelaskan secara singkat langkah demi langkah
dan dalam tampilan yang mudah dibaca dan dipahami.
Dalam menyusun SOP perlu memperhatikan hal-hal berikut :
a. Sederhana
langkah-langkah yang ringkas dan hanya memerlukan sedikit keputusan
b. Hirarki
Dengan langkah-langkah yang rinci, panjang, konsisten.
c. Flowcharts
berisi banyak keputusan-keputusan atau pertimbangan-pertimbangan

33
3.4. Asas-asas Penyusunan SOP

a. Asas Pembekuan, yaitu disusun berdasarkan tata cara dan bentuk yang telah
dibakukan sehingga dapat menjadi acuan yang baku dalam melakukan suatu
tugas
b. Asas pertanggung jawaban, hal ini harus dapat dipertanggungjawabkan baik dari
sisi isi, bentuk, prosedur, standar yang ditetapkan maupun dari sisi
keabsahannya
c. Asas kepastian, yakni adanya keseimbangan hak dan kewajiban antara aparatur
dan masyarakat sehingga masing-masing pihak mempunyai tanggung jawab
yang sama
d. Asas keseimbangan, yakni adanya keseimbangan hak dan kewajiban antara
aparatur dan masyarakat sehingga masing-masing pihak mempunyai tanggung
jawab yang sama
e. Asas keterkaitan, yaitu harus terkait dengan kegiatan administrasi umum lainnya
baik secara langsung ataupun tidak langsung
f. Asas kecepatan dan kelancaran, yakni yang dapat menjamin terselesaikannya
suatu tugas pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, tepat
sasaran, menjamin kemudahan dan kelancaran secara prosedural
g. Asas keamanan, yaitu harus dapat menjamin kepentingan semua pihak yang
terlibat dalam pelaksanaan tugas
h. Asas keterbukaan, yaitu keberadaan SOP dapat menciptakan transparansi
dalam pelaksanaan tugas

3.4. Prinsip -Prinsip Penyusunan SOP

a. SOP harus ditulis secara jelas, sederhana dan tidak berbelit-belit sehingga
mudah dimengerti dan diterapkan untuk satu kegiatan tertentu
b. SOP harus dapat menjadi pedoman yang terukur baik mengenai norma waktu,
hasil kerja yang tepat dan akurat, maupun rincian biaya pelayanan dan tatacara
pembayaran bila diperlukan adanya biaya pelayanan
b. SOP harus dapat memberikan kejelasan kapan dan siapa yang harus
melaksanakan kegiatan, berapa lama waktu yang dibutuhkan dan sampai
dimana tanggung jawab masing-masing pejabat/pegawai

34
c. SOP harus mudah dirumuskan dan selalu bisa menyesuaikan dengan kebutuhan
dan perkembangan kebijakan yang berlaku
d. SOP harus dapat menggambarkan alur kegiatan yang mudah ditelusuri jika
terjadi hambatan.

Sebuah SOP disebut efisien jika memenuhi unsur berikut :


a. SOP yang mencerminkan upaya pencapaian tujuan, dalam menjalankan misi
laboratorium/bengkel untuk mewujudkan Visi
b. Memenuhi kriteria manual SOP
c. Memahami hambatan-hambatan dalam penyusunan dan implementasi SOP

Ada tujuh Kriteria Manual SOP


a. Specific
Penyusunan SOP harus khas dan spesifik, sesuai dengan kebutuhan organisasi
Penyusunan SOP harus dilakukan observasi terhadap organisasi secara rinci
dan lengkap, mengenai: struktur organisasi, struktur pengambilan keputusan,
lingkup dan cakupan bisnis atau aktivitas organisasi, kekhasan operasional,
kekhususan administratif, dan peraturan-peraturan yang mengikat

b. Lengkap prosedur
Lengkap untuk prosedur tertentu, dan lengkap untuk prosedur yang dibutuhkan
c. Jelas dan mudah dipahami
Dapat dicerna dengan baik
Tidak menimbulkan banyak tafsiran
d. Layak Terap (Applicable)
Dapat diaplikasikan dengan baik terutama karena ada dukungan manajemen dan
budaya organisasi
e. Controllable
Dapat dipahami oleh organisasi dan semua unsur organis
f. Layak audit/ ubah (Changeable and flexible)
Mampu mengantisipasi perubahan (bisnis atau aktivitas) dan perubahan
lingkungan organisasi.

35
3.5. Hambatan-hambatan dalam Penyusunan SOP

a. Hambatan Organisasional
(aspek gaya manajemen, fleksibilitas organisasi, jumlah lapisan
jabatan/panjangnya birokrasi, Jumlah rentang kendali jabatan, pola komunikasi
dalam organisasi, kualitas sdm, dan budaya organisasi)
b. Hambatan Operasional
Karaktersitik operasional (jenis kegiatan, ciri-ciri produk atau jasa, budaya
masyarakat, kemapanan operasional), keterikatan terhadap peraturan
pemerintah, dan ukuran operasional (kontrol internal untuk organisasi besar dan
operasional yang luas yang berbeda standar)
c. Hambatan Manajerial
Visi, misi, dan strategi organisasi, dukungan manajerial, pengawasan manajerial
(terhadap perubahan bisnis atau lingkungan bisnis), dan tekanan manajerial,
d. Hambatan Personal
Tidak memiliki kemampuan dalam mengikuti perubahan, tidak memiliki motivasi,
dan memiliki kepentingan pribadi

3.6. Tips Penyusunan SOP

a. Selalu bayangkan siapa pengguna SOP


b. Sebelum mulai menulis, putuskan apa tujuan dari prosedur tsb
c. Gunakan prinsip “Ceritakan apa yg akan Anda ceritakan, kemudian ceritakan”
d. Buatlah sebuah panduan sebelum menulis SO (buat daftar topik yg harus
dibicarakan, kemudian kelompokkan)
e. Jelas dan ringkas: hindari kalimat yg panjang
f. Komplit: semua informasi penting yg digunakan untuk menjalankan kegiatan
g. Obyektif: berisikan fakta, bukan pendapat
h. Koheren: menunjukan alur dan urutan langkah utk menjalankan kegiatan
i. Mulailah dgn kata kerja dan hindari kalimat pasif
j. Buat draft terlebih dahulu
k. Koreksi draft setelah 24 jam. Perhatikan apa dikatakan oleh setiap kalimat,
kemudian perbaiki
l. Perhatikan kebosanan Anda sendiri ketika membuat SOP. Jika Anda merasa
bosan, maka hal yg sama akan dirasakan oleh pembaca
m. Panjang vs Pendek
36
Panjang:
Gunakan lap biasa utk membersihkan kotoran dan noda dari mesin, atau
keringkan dgn lap tebal jika ada bagian yg basah
Pendek:
Bersihkan kotoran dan noda dari mesin
Gunakan lap biasa utk menghilangkan kotoran
Gunakan lap tebal utk mengeringkan bagian yg basah
n. Jelas vs Tidak Jelas
Tidak jelas:
Berat dari afal yg dihasilkan harus dicatat di dalam buku laporan hasil
produksi
Jelas:
Catat berat afal yg dihasilkan di buku laporan hasil produksi
o. Bertele-tele vs Ringkas
Bertele-tele:
Pastikan Anda membersihkan bak tinta dari semua tinta yg pernah
digunakan sebelum Anda menyimpan tinta lain yg berbeda warnanya
Ringkas:
Bersihkan bak tinta sebelum mengisi tinta warna lain

p. Tingkat Rinci
Prosedur harus berisi semua langkah yg penting yg harus dijalankan dgn
seragam oleh semua pekerja. Hilangnya salah satu langkah penting akan
menyebabkan terjadinya variasi dalam menjalankan prosedur
Prosedur tidak mungkin dibuat sedemikian detil sehingga semua
pertanyaan pekerja bisa terjawab. Prosedur tidak untuk menggantikan
training dan feedback, oleh karena itu pembuat SOP tidak harus berusaha
menjawab semua pertanyaan yg mungkin akan muncul
Perhatikan bahwa kelemahan format flowchart adalah hanya bisa
digunakan untuk SOP yg tidak rinci/sederhana. Pembuatan flow chart utk
prosedur yg bersifat rinci/kompleks akan menyebabkan munculnya pola
langkah yg panjang, berantakan dan susah utk dimengerti

37
3.7. Format SOP

a. Judul SOP
b. Tujuan
c. Ruang lingkup
d. Referensi/Pedoman
e. Sarana
f. Prosedur kerja
g. Flowchart
menggambarkan sebuah algoritma yang terstruktur dan mudah dipahami oleh
orang lain
diagram alir ini akan menunjukkan alur di dalam program secara logis
diagram alir ini selain dibutuhkan sebagai alat komunikasidan dokumentasi
diagram alir digambarkan dengan orientasi dari atas ke bawah
setiap kegiatan dalam diagram alir dinyatakan secara eksplisit
setiap diagram alir harus dimulai dari satu start dan berakhir pada satu atau
lebih terminal/ akhir
gunakan penguhubung (connector) dengan label untuk menunjukkan
keterhubungan antar path terputus/terpotong: misalnya ganti halaman.

Gambar 1.10. Simbol diagram alir

38
Gambar 1.10. Simbol bagan arus kegiatan

Gambar 1.11. Simbol garis penghubung

39
Gambar 1.12. Contoh SOP

40
3.8. Instruksi Kerja

Dokumen mekanisme kerja yang mengatur secara rinci dan jelas urutan suatu
aktifitas yang hanya melibatkan satu fungsi saja sebagai pendukung prosedur mutu
atau prosedur kerja.
Laboratorium/bengkel menyusun instruksi kerja dengan tujuan sebagai berikut :
1. Sebagai acuan dalam pelaksanaan pekerjaan di laboratorium/bengkel
2. Untuk menghindari kesalahan dan kegagalan saat mengoperasikan alat dan
penggunaan bahan.
3. Agar pekerjaan dapat dilakukan secara efisien dan efektif.

Dalam penyusunan instruksi kerja, terdapat empat prinsip yang perlu mendapatkan
perhatian yaitu :
a. Dipercaya, Instruksi kerja harus dapat dipercaya oleh pelaksana.
b. Dipahami, Instruksi kerja harus dapat dimengerti oleh pelaksana
c. Dapat diakses, Instruksi kerja dapat ditemukan dengan cepat dan mudah oleh
pelaksana
d. Konsisten, Instruksi kerja harus memiliki konsistensi terminology yang baku
sehingga kata yang sama mempunyai arti yang sama, tidak mengandung
singkatan terdefinisi dan istilah yang membingungkan.
Fungsi disusunnya instruksi kerja dapat dilihat dari gambar berikut :

Gambar 1.13. Fungsi instruksi kerja

41
SMK NEGERI XXX
BENGKEL NAUTIKA
SEMARANG
LOGO Halaman
SEKOLAH INSTRUKSI KERJA Nomor IK-
Tanggal Berlaku
GERINDA TANGAN Status Revisi

1. MAKSUD TUJUAN
Untuk memberikan panduan mengenai penggunaan gerinda tangan secara baik dan
benar agar tidak terjadi kecelakaan kerja dan kerusakan alat.

2. SASARAN
a) Menghindari terjadinya kecelakaan kerja
b) Memperpanjang usia penggunaan alat inventaris bengkel
3. PENANGGUNG JAWAB
Kepala Bengkel dan Teknisi pengguna inventaris dan peralatan bengkel

4. FUNGSI GERINDA
a. Menggerinda/menghaluskan logam, kayu dan batu
b. Memotong logam, kayu dan batu
5. REFERENSI
Buku manual pengoperasian gerinda Bosch GWS 6-100

6. GERINDA TANGAN

7. TATA CARA PEMAKAIAN ALAT


1. Gunakan pelindung diri antara lain, sarung tangan, kaca mata dan sepatu kerja.
2. Pasang benda kerja pada ragum, lalu diikat dengan kuat.
3. Pastikan stop kontak terhubung dengan sumber listrik.
4. Letakkan tangan kiri anda pada gagang mesin gerinda
5. Tekan tombol ON
6. Tekan gagang gerinda kebawah pelan-pelan hinga mengenai benda yang akan
digerinda.
7. Setelah menggunakan mesin gerinda bersikan area kerja.

Gambar 1.14. Contoh instruksi kerja

42
3.9. Formulir

lembaran kartu/kertas dengan ukuran tertentu yang didalamnya terdapat


data/informasi/rekaman teknis yang bersifat tetap dan juga bagian lain yang
diisi dengan bagian yang tidak tetap.
Dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan laboratorium/bengkel, sangat
penting sebuah laboratorium/bengkel menyiapkan dokumen berupa formulir.
Keberadaan formulir sebagai media perekaman seluruh aktivitas laboratorium
dapat mempermudah proses dan ketelusuran.

a. Keuntungan membuat formulir


• menghemat waktu,tenaga dalam hal penulisan serta biaya dalam hal
penggunaan kertas
• memudahkan dalam hal menyimpan dan mencatat
• adanya keseragaman sehingga mengurangi terjadinya penyimpanan
• mengurangi kegiatan fotocopy

b. Fungsi formulir
• mencari suatu keterangan tertentu
• menghimpun data yang sama
• menyampaikan informasi yang sama kepada bagian yang berbeda
• sebagai bukti fisik
• sebagai dasar petunjuk untuk bekerja

43
3.10. Contoh Formulir

KARTU PEMINJAMAN ALAT PRAKTIKUM

Nama Laboratorium : ……………………………………………………………………


Nama SMK : ……………………………………………………………………

Peralatan
Nama Judul Job Tgl Tgl
No. Yang
Peminjam Praktikum Pinjam Kembali
dipinjam

FORMULIR PERALATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)


Nama Laboratorium : ……………………………………………………………………
Nama SMK : ...............................................................................................

Asal-usul &
No. Nama Peralatan Jumlah Kondisi Alat
Tahun

Dana komite
1 Tabung pemadam api 2 baik
sekolah 2015

44
FORMULIR KEBUTUHAN PERALATAN LABORATORIUM

Nama Laboratorium :
………………………………………………………………………
Kepala Lab/Bengkel :
………………………………………………………………………
Nam Harga Jumla Sumber
No Spesifikas Jumla Keteranga
a Satua h Referens
. i h n
Alat n Harga i

DAFTAR KEBUTUHAN BAHAN LABORATORIUM

Nama Laboratorium :
………………………………………………………………………
Kepala Lab/Bengkel :
………………………………………………………………………

Nama Harga Jumlah Sumber


No. Spesifikasi Jumlah Keterangan
Bahan Satuan Harga Referensi

45
TOPIK 4 LATIHAN PENYUSUNAN PROGRAM TAHUNAN, PROGRAM
PEMELIHARAAN LABORATORIUM/BENGKEL, MANUAL MUTU, SOP
, IK DAN FORMULIR

4.1. Latihan Penyusunan Program Tahunan Laboratorium/Bengkel

Buatlah rencana program tahunan laboratorium/bengkel tempat anda bekerja


dengan mengikuti outline berikut :
1. Halaman Judul
2. Halaman Pengesahan
3. Pendahuluan
4. Latar Belakang
a) Tujuan
b) Manfaat
c) Indikator Capaian
5. Program Kegiatan
6. Penutup
7. Lampiran

4.2. Latihan Penyusunan Program Pemeliharaan Laboratorium/Bengkel

Buatlah rencana program pemeliharaan peralatan dan bahan


laboratorium/bengkel tempat anda bekerja dengan mengikuti outline berikut :
1. Halaman Judul

2. Halaman Pengesahan

3. Pendahuluan

4. Latar Belakang

a) Tujuan

b) Manfaat

c) Indikator Capaian

5. Uraian Program Pemeliharaan


6. Penutup

7. Lampiran
46
4.3. Latihan Penyusunan Manual Mutu Laboratorium/Bengkel

Buatlah rencana manual mutu sederhana dari laboratorium/bengkel tempat anda


bekerja dengan mengikuti outline berikut :
1. Profil Laboratorium/bengkel
2. Ruang Lingkup Penerapan
3. Flow Bisnis
4. Korelasi dan Keterkaitan
5. Struktur Organisasi

4.4. Latihan Penyusunan Standar Prosedur

Buatlah instruksi kerja alat yang ada di laboratorium/bengkel tempat anda bekerja
dengan mengikuti outline berikut :
1. Judul,
2. Ruang lingkup,
3. Rujukan /Acuan
4. Gambar Alat/bahan
5. Deskripsi Prinsip kerja alat/Prinsip Penggunaan bahan
6. Diagram Alur

4.5. Latihan Penyusunan Instruksi Kerja

Buatlah instruksi kerja alat yang ada di laboratorium/bengkel tempat anda bekerja
dengan mengikuti outline berikut :
1. Maksud dan Tujuan
2. Sasaran
3. Penanggung Jawab
4. Fungsi Alat
5. Referensi
6. Gambar Alat
7. Tata Cara Pemakaian Alat

47
Bahan Bacaan

1. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara & Reformasi Birokrasi No.
03 tahun 2010 tentang jabatan fungsional pranata laboratorium pendidikan dan
penghitungan angka kriditnya.
2. Permendiknas No.26 tahun 2008 tentang standar kompetensi tenaga laboratorium
sekolah/madrasah
3. Buku panduan kerja tenaga laboratorium sekolah/madrasah
4. Dokumen SNI ISO/IEC 17025: 2008
5. Dokumen ISO 9001 : 2008
:

48
BAGIAN II
PENGOPERASIAN PERALATAN DAN PENGGUNAAN BAHAN.

TOPIK 1 MENYIAPKAN KEGIATAN LABORATORIUM/BENGKEL


SEKOLAH/MADRASAH

beberapa hal yang harus diperhatikan dalam Menyiapkan Kegiatan Laboratorium/Bengkel


Sekolah/Madrasah dan diterapkan kepada pengguna laboratorium selama penggunaan
laboratorium dan untuk tetap menjaga kebersihan laboratorium adalah sebagai berikut :
• Buatlah peraturan Setiap pengguna lab harus menjaga area tempat kerja/ meja
laboratorium dan sekitarnya bersih dan bebas dari barang-barang yang tidak diperlukan
untuk praktikum tersebut.
• Buatlah area tempat kerja dan sekitarnya tetap bersih dan rapih selama praktikum
berlangsung sampai pada akhir praktikum, dilarang membuang sisa zat kimia ke dalam
wastafel atau tempat sampah
• Buat Peringatan Jangan menutup saluran wastafel/sink dengan sisa bahan
praktikum/kotoran dan melakukan aktivitas yang menghalangi jalan keluar atau
peralatan yang berfungsi untuk keadaan gawat darurat.
• Perhatikan semua alat yang akan digunakan sebelum memulai praktikum pada kondisi
siap untuk digunakan , bila ada kerusakan (retak, patah atau lainnya), buat laporkan
kepada atasan dan jangan menggunakan peralatan yang rusak untuk praktikum
• Tempatkan kesedian bahan-bahan sesuai dengan kebutuhan dengan pelabelan yang
benar. Jangan mencampurkan buangan zat-zat kimia sembarangan.
• Siapkan Peralatan-peralatan dengan jumlah sesuai dengan kebutuhan beserta IKnya
• Buanglah barang-barang yang sudah dipakai seperti pecahan kaca, sarung tangan,
kertas tissue, atau alat- alat tajam (shyring, dll), segera pada wadah/kontainer yang
disedikan sesuai label yang telah diberikan.
• Membersihkan ruang kerja dan beberapa fasilitasnya, terutama perabot, seperti meja
kerja/praktikum, lemari penyimpanan alat dan bahan juga termasuk ke dalam pekerjaan
perawatan fasilitas laboratorium. Perawatan fasilitas laboratorium berupa perabotan
relatif mudah dilakukan. Meja kerja dibersihkan dengan kain basah untuk
menghilangkan debu dan tumpahan zat.
Dari penjelasan di atas dapat kita ketahui bahwa sangat penting menjaga kebersihan
laboratorium selama praktikum sampai dengan praktikum selesai. Terutama dalam
penggunaan zat, setelah digunakan harap diletakkan kembali ke tempatnya. Akan tetapi
49
dari foto berikut ini dapat kita lihat bahwa zat-zat yang telah digunakan dibiarkan begitu
saja di meja laboratorium dan tidak diletakkan kembali ke tempat yang seharusnya.
Adapun zat-zat yang telah digunakan dan tidak disimpan kembali pada tempatnya dapat
membahayakan praktikan serta dapat mengganggu aktifitas praktikan seperti tersenggol
hingga terjatuh yang mengakibat praktikan terkena dengan zat yang mungkin saja
berbahaya. Ataupun zat tersebut dapat mencemari udara karena dapat terhirup oleh
praktikan yang lainnya. Hal tersebut akan memperbesar resiko kecelakaan saat praktikum
yang dapat membahayakan praktikan yang lainnya. Untuk itu, demi keselamatan dan
memperkecil resiko saat praktikum ataupun setelah praktikum perhatikan hal-hal yang
tidak boleh terjadi dalam menyiapkan laboratorium/Bengkel untuk kegiatan
praktik/praktikan

? ? ?
Gambar 2.1.Kesiapan prasarana pendukung untuk praktikum di Laboratorium
Selanjutnya menyiapkan kegiatan laboratorium sekolah/madrasah meliputi kegiatan
sebagai berikut :
1.1. Menyiapkan petunjuk penggunaan bahan dan pengoperasian peralatan
laboratorium

Setiap penggunaan bahan dan pengoperasian peralatan di laboratorium harus


mengacu pada buku petunjuk penggunaan peralatan. Prosedur operasional standar
(POS) adalah pedoman yang berisi petunjuk-petunjuk dalam menggunakan bahan
dan pengoperasian peralatan di laboratorium. Beberapa jenis POS yang harus
disiapkan oleh teknisi/juru bengkel adalah sebagai berikut :
1) POS Pengoperasian/Penggunaan alat/bahan yang telah disusun oleh
Teknisi/juru laboratorium/bengkel merupakan instruksi kerja. Instruksi itu berupa
urutan tindakan yang harus dilakukan yang pada umumnya merupakan saduran
dari pengoperasian manual (manual operation) yang tersedia sebagai paket dari
alat. Format isi suatu POS pengoperasian alat setidaknya mencakup judul,
ruang lingkup, rujukan pengoperasian, prinsip kerja alat, cara kerja yang urut

50
mulai dari menyalakan, pengondisi/pemanas (conditioning/warm up), dan
menggunakan sampai dengan mematikan alat.
2) POS Pemeliharaan/Perawatan yang telah disusun oleh Teknisi/juru bengkel
merupakan instruksi kerja. Instruksi tersebut berupa urutan tindakan yang harus
dilakukan oleh seorang operator dalam melakukan pemeliharaan suatu alat,
biasanya merupakan saduran dari pemeliharaan manual (manual maintenance)
yang tersedia sebagai paket dari alat dan bahan. Format isi suatu POS
pemeliharaan alat dan bahan setidaknya mencakup judul, ruang lingkup
pemeliharaan, rujukan pemeliharaan, dan cara kerja yang urut dalam
melaksanakan pemeliharaan setiap komponen alat. Siklus/periode
pemeliharaan/perawatan antaralat dan antarbagian/komponen alat berbeda-
beda yang tergantung kondisi alat seperti usia pakai dan tingkat
penggunaannya. Secara umum, periode pemeliharaan alat dan komponennya
bisa bersifat harian, mingguan, bulanan, triwulan, dan seterusnya.
3) POS Pemeriksaan alat dan bahan yang telah disusun Teknisi/juru bengkel yang
biasanya merupakan saduran dari penanganan masalah manual (manual
trouble shoot) yang tersedia sebagai paket dari alat. POS ini setidaknya harus
mencakup penjelasan tentang indikator atau gejala-gejala mulai terjadinya
kerusakan alat, urutan kerja diagnosis, dan pemeriksaannya. POS ini disusun
untuk tiap-tiap peralatan yang digunakan di laboratorium.
4) POS Unjuk Kerja yang telah disusun Teknisi/juru bengkel POS unjuk kerja alat
yang acuannya dapat diperoleh dari manual yang tersedia sebagai paket dari
alat atau dari sumber rujukan lain. Beberapa indikator umum kinerja alat antara
lain seperti booting komputer, akurasi fotometrik, akurasi panjang gelombang,
akurasi dan rentang bias hasil pengukuran, atau indikator lainnya tergantung
jenis alat. Selain itu, POS ini setidaknya harus mencakup penjelasan tentang
indikator atau gejala-gejala mulai terjadinya penurunan kinerja alat dan urutan
kerja pengujian kinerjanya.

1.2. Menyiapkan paket bahan dan rangkaian peralatan yang siap pakai
untuk kegiatan praktikum

Sebelum pelaksanaan kegiatan praktikum, teknisi/juru bengkel harus menyiapkan


bahan-bahan yang dibutuhkan dan merangkai peralatan yang akan digunakan
untuk kegiatan praktikum yang telah dijadwalkan.

51
Langkah-langkah Penyiapan Alat dan Bahan untuk paket Praktik/ Praktikum . Untuk
melaksanakan kegiatan praktikum Praktik/ Praktikum perlu perencanaan yang
sistematis agar dapat dicapai tujuan pembelajaran secara optimal. Kegiatan
Praktik/ Praktikum dapat dilaksanakan di dalam laboratorium/bengkel atau di luar
laboratorium/bengkel (di lapangan), tergantung pada kepentingannya di dalam
membahas konsep dan sub konsep Praktik/ Praktikum, dengan beberapa
pertimbangannya dapat mengetahui alat mana yang dapat di bawa ke lapangan
dan mana yang harus ada di laboratorium/bengkel atau tidak mungkin di bawa ke
luar, setiap akan melaksanakan kegiatan laboratorium, guru sebaiknya mengisi
format permintaan/peminjaman alat dan bahan kemudian diserahkan kepada
penanggung jawab teknis laboratorium atau laboran. Hal ini bertujuan untuk
memudahkan laboran menyiapkan dan mengidentifikasi alat yang akan digunakan
(baik/ rusak). Secara lebih detail, berikut langkah-langkah yang dapat ditempuh
dalam menyiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam kegiatan Praktik/
Praktikum (Sutrisno, 2005: 46):
a. Pemilihan alat-alat laboratorium sesuai dengan jenis, jumlah dan spesifikasi
yang dibutuhkan untuk proses pembelajaran.
b. Memeriksa kelengkapan dan asesoris dari setiap alat yang akan digunakan.
c. Melakukan perawatan dan pemeliharaan alat-alat laboratorium yang akan
digunakan.
d. Melakukan perbaikan bila memang dibutuhkan dan dapat dilakukan.
e. Mengganti bagian yang tidak dapat diperbaiki dengan pengganti yang tepat.
f. Memeriksa unjuk kerja atau kinerja dari setiap alat yang akan digunakan.
g. Menguji coba seting alat-alat yang akan digunakan pada percobaan atau
demonstrasi yang sesungguhnya akan dilakukan.
h. Menganalisis data hasil uji coba sesuai dengan tujuan praktikum atau
demonstrasi yang akan dilakukan.
i. Menyimpan alat-alat yang sudah diseting dan sudah diuji coba di tempat yang
memudahkan penggunaannya.
j. Menggunakan alat-alat pada jadwal yang sudah ditentukan.

Setiap kegiatan praktikum tentunya membutuhkan alat dengan kelengkapan dan


spesifikasi tertentu. Alat yang digunakan dalam topik praktikum satu dengan yang
lain tentunya membutuhkan alat-alat yang sesuai dengan kebutuhan kegiatan
tersebut. Agar proses penyiapan alat dapat berjalan lebih mudah dan lebih tertib,
52
maka guru bersama dengan laboran perlu menyusun prosedur peminjaman alat.
Adapun prosedur peminjaman alat untuk praktikum adalah sebagai berikut (Tim
Instruktur, 2012: 43-44):
a. Tiga (3) hari sebelum praktikum dimulai, setiap kelompok siswa harus sudah
menyerahkan berkas peminjaman alat yang telah ditandatangani oleh guru
mata pelajaran,
b. Staf administrasi laboratorium menyerahkan berkas peminjaman alat kepada
kepala laboratorium,
c. Kepala laboratorium memberikan memo kepada staf administrasi dan
selanjutnya, staf administrasi memberitahukan memo kepada Laboran yang
dimaksud
d. Laboran menyiapkan peralatan untuk kegiatan praktikum sesuai dengan berkas
peminjaman alat.
e. Asisten praktikum melakukan cek atas alat yang telah disediakan.
f. Bila ada kesalahan atau ketidaksesuaian antara daftar, jenis maupun jumlah
alat sebagaimana berkas peminjaman alat, segera melapor kepada laboran.
g. Setelah memastikan peralatan dalam kondisi baik dan berfungsi sebagaimana
mestinya, serta spesifikasinya sesuai dengan berkas peminjaman alat, asisten
praktikum mengisi buku peminjaman alat.
h. Saat kegiatan praktikum berlangsung, peralatan tidak boleh dipinjamkan atau
dipindah ke tempat lain; selain judul acara praktikum yang tercantum dalam
petunjuk praktikum dan berkas peminjaman alat.
i. Setelah kegiatan praktikum selesai, asisten praktikum segera melapor pada
laboran.
j. Peserta praktikum harus membersihkan peralatan, meja dan ruang praktikum,
serta merapikannya.
k. Asisten praktikum bersama laboran melakukan cek atas peralatan yang
dipinjam dan digunakan dalam kegiatan praktikum, untuk memastikan
kondisinya sama dengan saat peralatan akan dipinjam dan digunakan.
l. Peserta praktikum diperbolehkan meninggalkan ruangan laboratorium jika cek
peralatan selesai, kondisi laboratorium bersih dan rapi serta diijinkan oleh
asisten praktikum.

Selain peralatan-peralatan dengan spesifikasi tertentu, berhasil/tidaknya praktikum


juga ditentukan pada adanya bahan-bahan yang sesuai. Banyak kegiatan Praktik/

53
Praktikum yang menggunakan berbagai bahan, baik bahan kimia maupun bahan
alami. Bahan-bahan tersebut tentunya harus disediakan dan disiapkan dengan baik
oleh guru dan laboran.
Berikut contoh penyiapan peralatan untuk paket praktuk/pratikum

54
1.3. Menyiapkan penuntun kegiatan praktikum

Teknisi laboratorium/juru bengkel menyiapkan penuntun kegiatan percobaan yang


akan dilakukan pada kegiatan praktikum di laboratorium. Penuntun yang disiapkan
berupa penuntun pembelajaran kegiatan praktikum yang telah disusun oleh kepala
laboratorium atau guru penanggung jawab mata pelajaran praktikum sebelum
digunakan.

55
TOPIK 2 PENGOPERASIAN PERALATAN LABORATORIUM/ BENGKEL

Tempat praktikum yang dimaksudkan disini adalah Laboratorium atau bengkel kerja
(workshop) yang lengkap dengan segala fasilitasnya . Fungsi lain dari laboratorium atau
bengkel kerja, selain untuk mendidik ketrampilan siswa juga berfungsi untuk kegiatan
penelitian ilmiah para guru dan siswa, dengan demikian peranan laboratorium dan bengkel kerja
ini sangat penting sekali di sekolah terutama di SMK, untuk keperluan pengembangan ilmu.
Dalam suatu laboratorium atau bengkel kerja (workshop) teknisi merupakan tenaga pokok
yang harus ada dan selalu siap dalam melayani keperluan praktikum siswa.
Fungsi dan jabatan teknisi sangat berbeda sekali dengan pegawai negeri sipil lainnya
dilihat dari fungsi, teknisi sebagai tenaga spesifik yang bertugas dibidang
laboratorium/bengkel kerja , dan jabatannya adalah tenaga profesional. Dengan demikian
jabatan teknisi memerlukan persyaratan-persyaratan khusus yang tentu saja berbeda
dengan pegawai negeri sipil lainnya.

2.1. Pengertian tentang mesin/peralatan

Yang disebut suatu mesin, adalah gabungan/susunan dari berbagai bagian-bagian


mesin/elemen-elemen mesin yang masing-masing mempunyai peranan tertentu, yang
kemudian secara bersama-sama bertugas menghasilkan fungsi suatu alat atau mesin.
Sedangkan yang disebut peralatan adalah suatu perangkat baik utama maupun yang
bantu, yang wujudnya terdiri dari beberapa rangkaian komponen secara mekanis maupun
elektris ataupun tidak sama sekali. Peralatan sifatnya ringan, dapat berfungsi sebagai alat
bantu, dan dapat dijinjing atau dipindah-pindah. Mesin dan peralatan semuanya sebagai
sarana untuk terselenggaranya PBM di laboratorium atau di bengkel kerja. Keduanya
mempunyai kedudukan yang sama di tempatnya masing-masing dan mempunyai
kemiripan dalam fungsi.
2.1.1. Ciri-ciri Pokok Mesin/Peralatan
Kalau kita lihat lebih jauh lagi, mesin dan peralatan untuk praktek laboratorium maupun
kerja bengkel, itu ditandai dengan beberapa ciri pokok, yaitu dengan adanya :
1. tenaga penggerak (power),
a. dapat tenaga listrik
b. dapat tenaga alam, atau tenaga lainnya
c. dapat pula dengan tenaga manusia (manual);

56
2. sistim kontrol/pengendali,
a. otomatis elektris/mekanis
b. katup pengatur (hidrolik),dsb;
3. sistim lintasan luncur (untuk mesin perkakas),
a. lintasan luncur melingkar (bush/bearing)
b. lintasan luncur lurus (slider/guide ways);
4. sistim pelumasan,
5. sistim pondasi mesin (untuk mesin perkakas),
a. permanen/tidak dapat dipindah-pindah
b. tidak permanen (replaceable);
6. buku panduan (manual book),
a. sertifikat test
b. parts list dan maintenance program
c. trouble shouting list, instruction list, dsb.
2.1.2. Prinsip Kerja Mesin/Peralatan
Dilihat dari sistim kerjanya mesin dan peralatan untuk praktek laboratorium dan kerja
bengkel dapat dibagi menjadi:
a. Mesin /peralatan yang sisitim kerjanya menggunakan prinsip mekanis.
b. Mesin /peralatan yang sistim kerjanya menggunakan prinsip elektris (arus
kuat/lemah).
c. Mesin /peralatan yang sistim kerjanya menggunakan prinsip hidrolis dan
pneumatis.
d. Mesin /peralatan yang sistim kerjanya menggunakan prinsip optis.
e. mesin/peralatan yang sistim kerjanya menggunakan gabungan prinsip mekanis
dan elektris.
f. Mesin/peralatan yang sistim kerjanya menggunkan gabungan prinsip mekanis
dan hidrolis serta elektris.
g. Mesin/peralatan yang sistim kerjanya menggunakan prinsip gabungan yang
komplek.
2.1.3. Kondisi Alat-alat Praktek (mesin/peralatan)
Alat yang dimaksud disini dapat berupa peralatan laboratorium atau mesin sebagai alat
praktek. Pengenalan/memahami peralatan untuk praktek merupakan kuwajiban yang
harus dilakukan oleh setiap petugas laboratorium ( teknisi/laboran, dosen/instruktur,
pengelola) untuk mengetahuinya, mereka harus mengetahui dengan yakin tentang
peralatan yang akan digunakan. Dengan demikian setiap alat yang akan dioperasikan
57
harus benar-benar dalam kondisi siap pakai. Kondisi siap pakai yang dimaksud tersebut
adalah :
1) Alat dalam kondisi tidak rusak.
2) Alat dalam keadaan dapat beroperasi dengan baik.
3) Alat benar-benar siap dipakai, artinya kondisi fisiknya baik dan berfungsi (ready for
use).
4) Kondisi alat harus bersih, artinya bebas dari segala bentuk kotoran atau yang
lainnya.
5) Alat dalam kondisi terkalibrasi, sudah diseting, sudah normal.
Peralatan laboratorium sebaiknya dikelompokkan berdasar penggunaannya dan diberi
penutup sebagai pelindung debu atau kotoran yang lain. Karena alat yang tidak ada
penutupnya akan cepat berdebu, kotor dan akhirnya dapat merusak alat yang
bersangkutan, misalnya berkarat. Untuk itu perlu dikelompokkan dalam
penyimpanannya,sebagai contoh misalnya :
1) Untuk peralatan dari gelas ditempatkan dalam almari khusus, harus dalam keadaan
bersih dan steril.
2) Untuk peralatan optis misal mikroskop dan alat optis yang lain, ditempatkan pada
ruang/almari yang kering dan tidak lembab, sebab kelembaban yang tinggi dapat
menyebabkan lensa berjamur dan membuat rusak lensa.
3) Khusus untuk bahan kimia yang bersifat asam dan alkalis sebaiknya ditempatkan
pada ruang/kamar yang dilegkapi penyedot gas, atau kipas angin (fan).

2.1.4. Usia Pakai Mesin/peralatan.


Mesin/peralatan praktek yang masih baru dari pabrik kondisi bagian-bagian sistim
kerjanya masih sangat kasar, sehingga kalau langsung dipakai dianjurkan oleh pabrik agar
selalu dikalibrasi ,diseting, dipanasi , dilumasi secara periodik sesuai yang dianjurkan oleh
pabrik, hal tersebut guna menekan terjadinya penyimpangan dan laju keausan. Phase ini
dikenal sebagai masa penyesuaian (running in), diharapkan setelah melewati phase ini
suaian-suaian yang bergerak telah sesuai/cocok/berpasangan dengan lancar , maka
penyimpangan dan keausan dapat dikatakan sangat lambat pada kondisi normal. Dan
apabila ini dipelihara atau diikuti perawatan dengan baik, maka umur mesin akan lebih
panjang. Secara rinci usia pakai mesin/peralatan ditentukan oleh :
1. kondisi awal ketelitian mesin/peralatan,
2. beban pemakaian mesin/peralatan,
3. metode operasional mesin/peralatan,
58
4. perencanaan perawatan/peralatan,
5. pengendalian perawatan mesin/peralatan, dan
6. lokasi penempatan mesin/peralatan.

2.1.5. Pengelompokan Mesin/Peralatan di Laboratorium


Jenis mesin/peralatan yang biasa dipakai di laboratorium/bengkel kerja dikelompokkan
sebagai berikut :
1. Peralatan dari gelas (glass-ware) terdiri dari peralatan-peralatan :
Gelas labu, flask, gelas labu konis (erlenmeyer), tabung reaksi, beaker glass, botol
reagan, gelas ukur, petridish, dan lain sebagainya.
2. Peralatan optik (optical equipment) terdiri dari :
a. Mikroskop dalam berbagai jenis.
b. Kamera dan video dalam berbagai jenis.
c. Spectrophotometer, dan ebagainya.
3. Peralatan instrumen terdiri dari:
a. Alat sterilisasi dengan uap panas (autoclave)
b. Alat sterilisasi dengan listrik (oven)
c. Alat inkubasi
d. Spectropothometer, alat pengukur spektrum.
e. Colony counter, penghitung jumlah koloni bakteri.
f. Flash shaker,alat untuk mengocok.
g. Magnetic stirrer, alat pengaduk magnetic.
h. Timbangan, dan sebagainya.
4. Peralatan mesin terdiri dari :
a. Mesin-mesin perkakas untuk kerja pemesinan seperti, mesin bubut, mesin frais,
mesin bor, mesin ketam, dan sebagainya.
b. Mesin-mesin perkakas untuk kerja kayu seperti, mesin ketam kayu, mesin bubut
kayu , mesin bor kayu, dan lain sebagainya.
c. Mesin-mesin pembangkit seperti, generator-set, generator las listrik, dan
sebagainya.
d. Mesin-mesin untuk kerja otomotip seperti, mesin pembalans roda (balancing wheel),
dongkrak hidrolik untuk menaikkan mobil (hidrolic jack), mesin koter (couter
machine), dan lain sebagainya.

59
e. Peralatan tangan (hand tool) yang menggunakan tenaga listrik seperti, bor tangan,
gerinda tangan, gergaji tangan, dan lain sebagainya.
5. Peralatan praktek kelistrikan, terdiri dari:
a. Oscciloscope, untk mengukur tegangan dan untuk mengetahui bentuk gelombang.
b. Ammeter dan Voltmeter.
c. Osilator atau audio generator.
d. Multimeteratau avometer,untuk mengukur hambatan, tegangan arus searah dan
arus bolak- balik, juga untuk mengukur arus searah.
6. Peralatan pendukung praktek terdiri dari:
a. Kompor gas, burner/bunsen, beserta gasnya.
b. Seperangkat tool set.
c. Peralatan penjepit.
d. Peralatan ukur seperti jangka sorong, mikrometer, mistar, meteran dan lain
sebagainya

2.2. Penggunaan mesin/peralatan praktek

2.2.1. Mesin/peralatan prinsip mekanis dan elektris.


Mesin/peralatan yang menggunakan prinsip mekanis dan elektris banyak didapati di
laboratorium/bengkel kerja, sebagai tenaga penggeraknya alat/mesin tersebut
memerlukan tenaga listrik . Sebagai contoh pemakaian dan aplikasinya di
laboratorium/bengkel kerja dapat dilihat pada penjelasan berikut ini.

Gambar 2.2. Mesin ketam

1. Langkah kerja penggunaan mesin ketam


a. Yakinkan bahwa kondisi sumber tenaga berfungsi dengan baik, semua indikator
berfungsi baik.

60
b. Yakinkan bahwa kondisi elemen-elemen mesin terpasang pada tempatnya dan
berfungsi sebagai unsur gerak mekanis yang dapat bergerak dengan sinkron.
c. Lakukan pemanasan (running maintenance) selama ± 5 s/d 10 menit, agar semua
komponen menyesuaikan gerakan dan semua pelumas yang ada di bak pelumas
sudah beredar melumasi elemen-elemen mesin.
d. Jika pemanasan sudah cukup, pasang/jepit benda kerja pada ragum penjepit yang
sudah terpasang pada mesin ketam, dengan posisi sesuai dengan bentuk
pengerjaan, dan yakinkan bahwa benda kerja sudah terpasang dengan baik dan
kuat.
e. Kemudian pasang alat potong pada pemegangnya, kemudian lakukan seting
dengan benda kerjanya.
f. Melakukan proses pemotongan, dengan mengatur kecepatan potong (cutting
speed), langkah pahat per menit (stroke), pemakanan (feed), serta kedalaman
pemakanan (depth of cut).
g. Untuk menjaga keawetan mesin, pada waktu bekerja diwajibkan selalu
memeriksa/memberi pelumas pada lengan (arm) mesin ketam.
h. Jika sudah selesai digunakan mesin dibersihkan dari segala kotoran ,kemudian
lumasi bagian-bagian yang perlu agar terbebas dari korosi yang diakibatkan oleh
oksidasi.
2. Langkah kerja penggunaan mesin Frais
Mesin ini mampu untuk mengerjakan pekerjaan pengeboran, pembuatan roda gigi,
pembuatan alur pasak, dan pembuatan bidang-bidang yang rata maupun bidang yang
berbentuk komplek. Langkah kerja penggunaan mesin ini adalah sebagai berikut :
a. Yakinkan bahwa kondisi sumber tenaga berfungsi dengan baik, semua indikator
berfungsi baik.
b. Yakinkan bahwa kondisi elemen-elemen mesin terpasang pada tempatnya dan
berfungsi sebagai unsur gerak mekanis untuk masing-masing keperluan, misal
perangkat/perlengkapan (attachment) pengeboran, perangkat pengaluran,
perangkat pembuat roda gigi, perangkat pembuat bidang datar dan komplek.
c. Lakukan pemanasan (running maintenance) selama ± 5 s/d 10 menit, agar semua
komponen menyesuaikan gerakan dan semua pelumas yang ada di bak pelumas
sudah beredar melumasi elemen-elemen mesin.
d. Jika pemanasan sudah cukup, pasang/jepit benda kerja pada ragum penjepit yang
sudah terpasang pada mesin, dengan posisi sesuai dengan bentuk pengerjaan, dan
yakinkan bahwa benda kerja sudah terpasang dengan baik dan kuat.
61
e. Memilih elemen perangkat pengerjaan (attachment) yang akan dipakai.
f. Kemudian pasang alat potong pada pemegangnya, kemudian lakukan setting
dengan benda kerjanya.
g. Melakukan proses pemotongan, dengan mengatur kecepatan potong (cutting
speed), langkah pahat per menit (stroke), pemakanan (feed), putaran mesin (rpm),
serta kedalaman pemakanan (depth of cut).
h. Untuk menjaga keawetan mesin, pada waktu bekerja diwajibkan selalu
memeriksa/memberi pelumas pada elemen mesin yang bergerak.
i. Jika sudah selesai digunakan mesin dibersihkan dari segala kotoran ,kemudian
lumasi bagian-bagian yang perlu agar terbebas dari korosi yang diakibatkan oleh
oksidasi.

Gambar 2.3. Mesin frais universal

3. Langkah kerja penggunaan mesin bubut


a. Yakinkan bahwa kondisi sumber tenaga berfungsi dengan baik, semua indikator
berfungsi baik.
b. Yakinkan bahwa kondisi elemen-elemen mesin terpasang pada tempatnya dan
berfungsi sebagai unsur gerak mekanis untuk masing-masing keperluan, misal
perangkat/perlengkapan (attachment) untuk pembubutan konis, pembubutan ulir,
dan sebagainya.
c. Lakukan pemanasan (running maintenance) selama ± 5 s/d 10 menit, agar semua
komponen menyesuaikan gerakan dan semua pelumas yang ada di bak pelumas
sudah beredar melumasi elemen-elemen mesin.

62
d. Jika pemanasan sudah cukup, pasang/jepit benda kerja pada ragum (chuck) yang
sudah terpasang pada mesin, dengan posisi sesuai dengan bentuk pengerjaan, dan
yakinkan bahwa benda kerja sudah terpasang dengan baik dan kuat.
e. Memilih elemen perangkat pengerjaan (attachment) yang akan dipakai.
f. Kemudian pasang alat potong pada pemegangnya (tool post), kemudian lakukan
setting dengan benda kerjanya.
g. Melakukan proses pemotongan, dengan mengatur kecepatan potong (cutting
speed), pemakanan (feed), putaran mesin (rpm), serta kedalaman pemakanan
(depth of cut).
h. Untuk menjaga keawetan mesin, pada waktu bekerja diwajibkan selalu
memeriksa/memberi pelumas pada elemen mesin yang bergerak.
i. Jika sudah selesai digunakan mesin dibersihkan dari segala kotoran ,kemudian
lumasi bagian-bagian yang perlu agar terbebas dari korosi yang diakibatkan oleh
oksidasi.

Gambar 2.4. Mesin bubut konvensional.

4. Langkah kerja penggunaan mesin bubut kayu


a. Yakinkan bahwa kondisi sumber tenaga berfungsi dengan baik, semua indikator
berfungsi baik.
b. Yakinkan bahwa kondisi elemen-elemen mesin terpasang pada tempatnya dan
berfungsi sebagai unsur gerak mekanis untuk masing-masing keperluan.
c. Lakukan pemanasan (running maintenance) selama ± 5 s/d 10 menit, agar semua
komponen menyesuaikan gerakan dan semua pelumas yang ada di bak pelumas
sudah beredar melumasi elemen-elemen mesin.
d. Jika pemanasan sudah cukup, pasang/jepit benda kerja pada ragum (chuck) yang
sudah terpasang pada mesin bubut kayu, dengan posisi sesuai dengan bentuk
pengerjaan, dan yakinkan bahwa benda kerja sudah terpasang dengan baik dan
kuat.

63
e. Memilih alat potong yang akan digunakan, bentuk lengkung, runcing, atau yang
lainnya dari sekian banyak alat potong yang dipunyai oleh mesin bubut kayu.
f. Melakukan proses pemotongan, dengan mengatur kecepatan potong (cutting
speed), pemakanan (feed), putaran mesin (rpm), serta kedalaman pemakanan
(depth of cut) dengan cara manual/perasaan.
g. Untuk menjaga keawetan mesin, pada waktu bekerja diwajibkan selalu
memeriksa/memberi pelumas pada elemen mesin yang bergerak.
h. Jika sudah selesai digunakan mesin dibersihkan dari segala kotoran ,kemudian
lumasi bagian-bagian yang perlu agar terbebas dari korosi yang diakibatkan oleh
oksidasi.

Gambar 2.5. Mesin bubut kayu

5. Lagkah kerja penggunaan alat/mesin uji tarik


Mesin uji tarik adalah salah satu mesin yang ada di laboratorium bahan , alat ini berfungsi
untuk mengetahui kekuatan dari suatu bahan, kekuatan tariknya , kekutan tekannya, dan
kekuatan bengkoknya. Prosedur langkah kerjanya adalah sebagai berikut:
a. Yakinkan bahwa kondisi sumber tenaga berfungsi dengan baik, semua indikator
berfungsi baik.
b. Yakinkan bahwa kondisi elemen-elemen mesin terpasang pada tempatnya dan
berfungsi sebagai unsur gerak mekanis untuk masing-masing keperluan.
c. Pilih dan periksa semua alat penjepit spesimen apakah masih berfungsi dengan
baik atau tidak, jika tidak maka perlu untuk diperbaiki.
d. Periksa volume dan kondisi/kualitas oli hidrolik yang ada pada tangki reservoir
mesin uji tarik, apakah masih memenuhi persyaratan kualitas oli hidrolik.
e. Periksa pompa hidroliknya , apakah masih dapat bekerja denga baik atau tidak,
karena pompa hidrolik adalah unit pentingnya dari mesin uji tarik.
64
f. Lakukan pemanasan (running maintenance) selama ± 5 s/d 10 menit, agar sistim
hidroliknya bekerja dengan normal dan semua komponen mengalami penyesuaian
gerakan antara satu komponen dengan komponen lainnya.
g. Jika pemanasan sudah cukup, pasang/jepit benda spesimen pada penjepit yang
sudah terpasang pada mesin uji tarik dan yakinkan bahwa benda spesimen sudah
terpasang dengan baik dan kuat.
h. Melakukan percobaan uji tarik spesimen dan mengamati jalannya percobaan
dengan seksama dan teliti.
i. Mencatat hasil percobaan uji tarik dengan teliti.
j. Kemudian menganalisa hasil percobaan uji tarik.
k. Selanjutnya hasil dari analisa tersebut disimpulkan.
l. Agar mesin awet dan tidak mudah rusak, pemakaian hendaknya jangan melebihi
atau sama dengan kapasitas yang dipunyai oleh mesin uji tarik.
m. Jika telah selesai melakukan percobaan uji tarik, bersihkan mesin uji tarik dan
lindungi dengan penutup agar terbebas dari debu dan kotoran.

Gambar 2.6. Mesin/alat uji tarik

65
2.2.2. Mesin/peralatan yang menggunakan prinsip hidrolis, mekanis dan
elektris.
Mesin/peralatan-peralatan yang menggunakan prinsip hidrolis dan mekanis serta elektris,
sebagai contohnya mesin dongkrak hidrolis yang digunakan pada lab/bengkel kerja
praktek otomotif, lihat gambar berikut ini.
Langkah kerja penggunaan dongkrak hidrolis
1) Periksa sistim kelistrikan yang ada, normal tidak .
2) Periksa cairan/oli hidrolisnya, cukup tidak .
3) Periksa pompa hidrolisnya berfunsi atau tidak.
4) Periksa kelengkapan mekanisnya, apakah ada yang tidak beres kondisinya.
5) Bersihkan segala bentuk kotoran dan debu yang menempel dibagian silinder
angkat.
6) Lumasi bagian-bagian yang bergerak, agar bergerak lancar.
7) Panasi kompresor penekan cairan hidrolisnya, sambil dibuang anginnya dan
dilihat manometer tekanan hirolisnya, lihat gambar prinsip aliran hidrolis .
8) Gerakkan naik turun berulang-ulang untuk memantapkan gerakan hidrolisnya,
sampai dongkrak hidrolis siap dipakai.
9) Jika telah selesai digunakan , sebaiknya dongkrak hidrolis ditutupi dengan
penutup agar terhindar dari debu yang dapat merusak silinder angkat.
10) Matikan aliran listrik agar aman .
Yang perlu diperhatikan pada dongkrak hidrolis disini adalah kondisi oli hidrolis yang
dipakai, harus selalu dilihat baik untuk volume maupun kualitasnya, syaratnya oli hidrolis
itu tidak mudah terbakar kalau ditekan, tidak berbusa jika ditekan, dan tidak korosif
terhadap silinder hidrolik.

Gambar 2.7. Dongkrak hidrolis untuk bengkel kerja otomotif


66
Yang harus diperhatikan dalam menggunakan dan merawat dongkrak hidrolis ini
adalah lancar tidaknya sistim hidrolis yang bekerja di dalamnya . Karena prinsip kerja
sistim hidrolis ini menganut prinsip Hukum Pascal, yaitu bahwa tekanan pada zat cair itu
sama kesegala arah . Pada gambar 7 ditunjukkan bahwa jika zat cair yang ada pada tangki
besar ditekan, maka zat cair akan naik dengan ketinggian yang sama pada pipa-pipa A,
B, C,dan D.

Gambar 2.8. Prinsip kerja aliran zat cair pada dongkrak hidrolis

2.2.3. Penggunaan peralatan tangan (hand tool)


Peralatan tangan ada macam-macam jenisnya ada yang menggunakan sumber tenaga
listrik dan ada yang tidak menggunakan sumber tenaga listrik. Pada prinsipnya peralatan
tangan digunakan untuk kerja yang tidak memerlukan tenaga besar dan tidak memerlukan
ketelitian yang tinggi hasilnya, dan sifatnya sebagai alat bantu saja. Bahkan peralatan
tangan ada yang sifatnya instrument (untuk pengerjaan kecil/halus) dan lapangan.

Gambar 2.9. Bor tangan merupakan salah satu bentuk hand tool.

67
Langkah kerja penggunaan peralatan tangan (bor tangan): lihat gambar 8
a. Yakinkan kabel sumber tenaga tidak bocor/aman.
b. Yakinkan bahwa elemen mekanisnya bor tangan berfungsi dengan baik, dapat
dipakai.
c. Pilih mata bor yang akan digunakan dan pasang pada cekamna dengan kuat.
d. Sambungkan kabel sumber tenaga ke stop kontak yang tersedia.
e. Hidupkan bor tangan dengan mencoba variasi putaran yang tersedia
(cepat/lambat), berfungsi baik tidak, jika berfungsi baik dapat digunakan, jika tidak
perlu diperbaiki .
f. Jika bor berfungsi baik maka dapat digunakan, yaitu dengan memperhatikan posisi
pengeboran (harus tegak lurus) dan putaran yang diinginkan (dengan melihat
diameter bor yang digunakan dan material yang akan dibor).
g. Jika sudah selesai lepas kabel tenaga dan lepas mata bornya, bersihkan, kemudian
simpan pada tempat yang disediakan.

2.2.4. Penggunaan peralatan dari Gelas


Bekerja dengan peralatan kaca/gelas misalnya gelas beaker, flask, test tube, erlenmyer/
gelas labu, gelas ukur, tabung reaksi,botol reagan dan sebagainya perlu hati-hati karena
sifat gelas mudah retak dan pecah, untuk itu sebelum digunakan dilihat dahulu dengan
teliti. Penggunaan peralatan gelas tersebut paling banyak terdapat di laboratorium biologi
dan kimia , karena di laboratorium tersebut sebagian besar kegiatan praktek banyak
menggunakan peralatan dari gelas/kaca.
Sebagai contoh peralatan dari gelas di laboratorium biologi :
1) Alat ukur tekanan akar (root pressure apparatus), untuk menentukan berapa
besar tekanan akar dari suatu tumbuhan tertentu.
2) Mano respirometer, untuk mengukur secara kuantitatif banyaknya CO2 yang
dihasilkan pada proses pernapasan ragi, dan alat ini juga untuk menyelidiki
penggunaan O2 oleh organisme hidup pada pernapasan.
3) Pooter, untuk mengumpulkan hewan-hewan kecil terutama serangga seperti
semut, lalat pisang, rayap dan sebagainya.
Sebagai contoh peralatan dari gelas di laboratorium kimia :
1) Gelas kimia atau beaker, untuk memanaskan suatu zat tertentu dengan dibantu
dengan alas kasa asbes (tidak boleh langsung kena api).
2) Gelas ukur, yang digunakan untuk mengukur volume cairan dan bukan sebagai
wadah untuk melarutkan.
68
3) Labu ukur (flask , volumetric), untuk membuat larutan sebanyak volume tertentu
dan konsentrasi tertentu pula.
Sifat fisis dari gelas tergantung dari komposisi bahan gelas, gelas mempunyai temperature
,mulai meleleh ± 5000 C (9000F) dan mencair pada 16500 C (31800F). Tegangan tariknya
280 s/d 560 kg/cm2 (4000 s/d 8000 lb/in2), jika diberi perlakuan panas (heat treatment)
kekuatannya menjadi 7000 kg/cm2 (100,000 lb/in2), maka gelas cocok untuk keperluan
optic dan elektrik.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan jika akan bekerja dengan menggunakan
gelas/kaca yaitu:
1) Mencabut pipa kaca dari gabus atau sumbat yang lain harus dilakukan dengan hati-
hati.
2) Penggunaan semua bejana seperti botol, flask, test tube dan lain-lainnya, sebaiknya
diberi label yang mudah terbaca dengan jelas , yang memuat tentang nama zat,
konsentrasi, dan orang yang membuat.
3) Jika bejana/gelas/ pipa akan dipanaskan teliti dahulu kondisinya apakah retak,
sumbing atau cacat yang lain, jika terjadi sebaiknya jangan digunakan. kalau dapat
perbaiki dulu.

2.2.5. Penggunaan peralatan yang berhubungan dengan gas (las asetelin)


Peralatan las asetelin ini terdapat pada laboratorium/bengkel kerja pengelasan, prinsip
kerja alat ini didasarkan pada penggunaan/pencampuran antara gas asetelin dan gas
oksigen Penggunaan peralatan ini adalah untuk menyambung logam baik yang berbasis
ferro maupun yang non ferro. Untuk mengetahui cara penggunaan alat ini berikut
dijelaskan langkah kerja dari penggunaan alat ini.
Langkah kerja penggunaan peralatan las asetelin : (lihat gambar 9)
a. Dudukkan posisi tabung gas asetelin dan oksigen dengan baik dan benar.
b. Pasang manometer tekanan gas baik yang untuk gas asetelin maupun untuk gas
oksigennya, dan yakinkan bahwa pemasangan benar dan tidak bocor, untuk cek
kebocoran dapat digunakan larutan deterjen yaitu dengan cara dioleskan pada
sambungan-sambungannya.
c. Periksa selang-selang gas yang akan digunakan, agar kebocoran dapat diketahui.
d. Pasang selang-selang untuk asetelin maupun untuk selang oksigen pada tabung
gas masing-masing.
e. Aturlah tekanan gas masing-masing menurut keperluan yang diinginkan, misal
untuk memotong logam, menyambung logam, untuk las patri dan lain sebagainya.
69
f. Nyalakan api las dengan baik, dengan perbandingan antara asetelin dan oksigen
sesuai seperti yang diinginkan.
g. Jika terjadi ledakan berarti ada ketidaksesuaian antara tekanan gas asetelin dan
tekanan gas oksigen, untuk itu atur kembali hingga sesuai perbandingannya.
h. Jika masih terjadi ledakan berarti ujung pembakarnya kotor untuk itu matikan
nyalanya dan bersihkan dengan menggunakan alat jarum pembersih brander,
hingga mendapatkan nyala api yang betul-betul ideal.
i. Jika sudah selesai digunakan, lepas ujung pembakarnya, gulung selangnya, dan
lepas manometer tekanan gasnya, kemudian tutup kembali katup tabung gasnya
dengan rapat-rapat.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan peralatan yang menggunakan
gas yang sifatnya berbahaya, yang perlu dan harus diketahui , dikuasai , difahami oleh
teknisi di laboratorium atau teknisi di bengkel kerja adalah:
a. Untuk penyimpanan harus ditempatkan di tempat yang aman/ruang khusus dan
jauh dari jangkauan mahasiswa, terutama jika terjadi kebocoran.
b. Gas yang sifatnya mudah terbakar dalam penyimpanan harus jauh dari material
yang mudah terbakar dan jauh dari jangkauan orang/mahasiswa, serta dilengkapi
dengan alat pemadam kebakaran.
c. Gas yang sifatnya mengeluarkan bau yang berbahaya bagi tubuh manusia,
sebaiknya ditempatkan di kamar yang dilengkapi dengan penyedot udara/ fume
agar bau dapat keluar dari dalam ruang penyimpanan.
d. Tabung tempat gas jaga jangan sampai jatuh dan dekat dengan sumber api.

Gambar 2.10. Peralatan las gas asetelin

70
2.2.6. Penggunaan peralatan yang menggunakan prinsip Optis
Peralatan yang dicontohkan berikut ini hanya sebagaian dari berbagai jenis peralatan yang
menggunakan prinsip optis. Peralatan-peralatan ini banyak dijumpai pada lab. Metrologi
Industri, lab. ukur tanah, lab . biologi dan lab.bahan pengolahan. Garis besar prinsip
penggunaannya dijelaskan berikut ini.

Gambar 2.11. Teleskop untuk keperluan pengukuran.

1. Langkah kerja penggunaan Teleskop : (lihat gambar 10)


a. Bersihkan lensa-lensa yang ada pada alat tersebut dengan menggunakan alat yang
disarankan oleh pabrik pembuat alat tersebut.
b. Yakinkan bahwa teleskop dapat berfungsi dan dapat digunakan dengan baik.

71
c. Pasang teleskop pada dudukan/tripot yang disediakan oleh pabrik, dengan yakin
bahwa teleskop terpasang kuat.
d. Atur posisi lensa-lensanya untuk keperluan fokus tertentu, dengan memutar
preparat yang disediakan.
e. Obyek yang diamati harus dalam keadaan yang bersih bebas dari segala bentuk
kotoran.
f. Jika selesai digunakan, alat dibersihkan dan dimasukkan dalam kotak penyimpanan
yang disediakan.

Gambar 2.12. Mikroskop yang dilengkapi dengan perangkat foto dan monitor.

Mikroskop adalah sebuah peralatan yang digunakan untuk melihat obyek yang
mikroskopis, alat ini banyak digunakan pada laboratorium biologi dan bahan.
2. Langkah kerja penggunaan Mikroskop adalah : (lihat gambar 11)
a. Yainkan bahwa mikroskop dapat berfungsi dengan baik, cek komponen-komponen
mekanisnya berfungsi apa tidak.
b. Bersihkn lensa-lensa obyektifnya, filternya, okulernya dengan peralatan yang
disarankan.
c. Bersihkan meja landasannya, kaca dasarnya dengan peralatan yang disarankan.
d. Aturlah masing-masing posisi dari lensa obyektif maupun okuler hingga mencpai
titik fokus yang diinginkan, dengan memutar handel/tombol gerakan kasar dan
halus.
e. Jika sudah selesai digunakan bersihkan dari segala bentuk kotoran dan tutupi atau
masukkan kotak yang sudah disediakan, dan jaga kelembabannya tetap rendah.

72
2.2.7. Penggunaan peralatan kelistrikan.
Peralatan yang dimaksud disini adalah peralatan yang digunakan untuk keperluan praktek
kelistrikan pada laboratorium/bengkel kerja tehnik listrik. Yang dicontohkan berikut ini
adalah osiloskop, ammeter dan voltmeter.

Gambar 2.13. Osiloskop

1. Langkah kerja penggunaan Osiloskop adalah : (lihat gambar 12)


a. Yakinkan bahwa alat berfungsi dengan baik, periksa semua komponen yang ada,
dan periksa apakah masih berungsi dengan baik.
b. Lakukan kalibrasi agar alat dapat mengukur dengan baik dan benar.
c. Pilih kabel konektor yang baik dan pasang kabel-kabel konektornya dengan baik
dan benar.
d. Sambungkan osiloskop pada alat yang akan diukur dengan benar sesuai prosedur.
e. Amati dan catat datanya .
f. Analisa data ukur tersebut kemudian simpulkan hasilnya.
g. Jika sudah selesai lepas kabel-kebel konektornya dan simpan osiloskop pada
tempatnya, serta jaga kelembabannya.

2. Langkah kerja penggunaan Ammeter dan Voltmeter adalah: (lihat gambar 13)

a. Yakinkan bahwa alat berfungsi dengan baik, periksa semua komponen yang ada,
dan periksa apakah masih berungsi dengan baik.
b. Lakukan kalibrasi agar alat dapat mengukur dengan baik dan benar.

73
c. Pilih kabel konektor yang baik dan pasang kabel-kabel konektornya dengan baik
dan benar.
d. Sambungkan ammeter atau voltmeter pada alat yang akan diukur dengan benar
sesuai prosedur.
e. Amati dan catat datanya .
f. Analisa data ukur tersebut kemudian simpulkan hasilnya.
g. Jika sudah selesai lepas kabel-kebel konektornya dan simpan pada tempatnya.
h. Tempatkan ammeter dan voltmeter pada tempatnya serta jaga kelembabannya.

Gambar 2.14. Ammeter dan voltmeter dalam pemakaian.

2.3. Prinsip dasar pengoperasian peralatan

Tetapkan personil penanggung jawab alat, pastikan alat dioperasikan oleh


operator yang kompeten.
Buat IK pengoperasian alat. Pastikan alat dioperasikan mengikuti tahapan
dan sesuai IK yang tersedia (IK pengoperasian alat/manual operation).
Isi form pemakaian alat (log book) sekurang-kurangnya mencakup :
a. Waktu pemakaian
Peralatan yang menggunakan sumber radiasi (lampu) memiliki masa pakai
yang terbatas, Septum GC juga ada masa kebocoran.
b. Keadaan kinerja alat selama proses pemakaian, misalnya apakah
beroperasi normal, atau ada problem pembacaan display, dst.
Akhiri pemakaian alat sesuai IK pengoperasian.
74
Alat tertentu ada bagian yang tidak boleh di-OFF-kan (sleep mode)
Buat IK pemeliharaan alat, pastikan bagian komponen alat yang menjadi
objek perawatan.
Tetapkan program pemeliharaan alat, sekurang-kurangnya mencakup:
a. Frekuensi perawatan untuk setiap komponen alat
b. Bahan pembantu untuk pemeliharaan setiap komponen alat
c. Personil yang bertanggungjawab untuk pemeliharaan alat (PIC)
Periode typical pemeliharaan alat biasanya diselesaikan dalam siklus 1
tahun
Pastikan IK pengoperasian dan perawatan selalu tersedia didekat alat.
Buat rekaman riwayat setiap alat sekurang-kurangnya mencakup:
Nama alat dan piranti lunaknya
Merk/manufaktur, nomor seri, dan identitas yang unik
Lokasi
Tanggal penerimaan dan mulai digunakan
Tanggal kalibrasi dan rekaman hasil kalibrasi
Riwayat kerusakan, kegagalan,perbaikan dan penggantian komponen
Rencana pemeliharaan dan perawatan
Sumber pengadaan alat
Buat Prosedur (SOP) penanganan yang aman termasuk transportasi untuk
mencegah kontaminasi dan deteriorasi dan penyetelan oleh personil yang
tidak bertanggungjawab.
Contoh Persiapan Yang dilakukan dalam Menyiapkan alat untuk kegiatan Praktikum
1. Sudahkah kegiatan ini dilakukan dengan sistem yang baku
2. Apakah penyiapan alat yang dilakukan sudah ada unsur pengajaran yang
mengarah pada peningkatan skill paktikan
3. Sudahkah diterapkan sistem Inventar
4. Bagaimana ketelusuran akurasi peralatan
5. Apa yang perlu harus ditingkatkan kompetensi pribadi oleh tenaga
laboratorium

75
TOPIK 3 PENGGUNAAN BAHAN LABORATORIUM/ BENGKEL
Bahan laboratorium adalah segala sesuatu yang diolah/digunakan untuk pengukuran
dan/atau produksi di laboratorium yang habis digunakan atau tidak dapat digunakan untuk
fungsi yang sama setelah selesai kegiatan. Bahan umum adalah bahan yang
penanganannya tidak memerlukan perlakuan dan persyaratan khusus. Bahan khusus
adalah bahan yang penanganannya memerlukan perlakuan dan persyaratan khusus.
Berdasarkan Permendiknas 26 tahun 2008 tentang Standar Tenaga Laboratorium
Sekolah/Madrasah, tenaga laboratorium sekolah terdiri atas Teknisi Laboratorium dan
Laboran. Kompetensi administrasi dan professional untuk Teknisi Laboratoroum yang telah
dijabarkan lebih lanjut dalam Buku Panduan Kerja Tenaga Laboratorium Sekolah Madrasah
yang berkaitan dengan penggunaan bahan adalah
1. Merencanakan pemanfaatan laboratorium sekolah/madrasah
a. Merencanakan kebutuhan bahan, peralatan, dan suku cadang laboratorium
b. Memanfaatkan katalog sebagai acuan dalam merencanakan bahan, peralatan,
dan suku cadang laboratorium
c. Membuat daftar bahan, peralatan, dan suku cadang yang diperlukan laboratorium
d. Merencanakan kebutuhan bahan dan perkakas untuk perawatan dan perbaikan
peralatan laboratorium
2. Mengatur penyimpanan bahan, peralatan, perkakas, dan suku cadang laboratorium
sekolah/madrasah
a. Mencatat bahan,peralatan, dan fasilitas laboratorium dengan memanfaatkan
peralatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
b. Mengatur tata letak bahan, peralatan, dan fasilitas laboratorium
c. Mengatur tata letak bahan, suku cadang, dan perkakas untuk perawatan dan
perbaikan peralatan laboratorium
Sedangkan kompetensi administrasi dan professional untuk laboratorium sekolah yang
berhubungan dengan penggunaan bahan adalah
1. Menginventarisasi bahan praktikum
a. Mencatat bahan Laboratorium
b. Mencatat penggunaan bahan laboratorium
c. Melaporkan penggunaan bahan laboratorium
2. Mengelola bahan dan peralatan
a. Mengklasifikasikan bahan dan peralatan praktikum
b. Menata bahan danperalatan praktikum
c. Mengidentifikasi kerusakan bahan, peralatan, dan fasilitas laboratorium
76
d. Menjaga kebersihan alat Laboratorium
e. Mengamankan bahan dan peralatan laboratorium

Keseluruhan kompteensi tersebut diukur dalam key performance indicator (KPI) yang yang
dijabarkan sebagai berikut
1. Teknisi/ laboran mampu menyiapkan bahan
Pada kegiatan pendidikan (praktikum), menyiapkan bahan biasanya merupakan
kegiatan rutin, berulang dengan siklus harian atau mingguan tergantung jumlah materi
praktikum dan jumlah mata ajaran yang melakukan praktikum di suatu laboratorium.
Kegiatan ini juga mencakup pemeriksaan ulang kelengkapan bahan, menambahkan
ulang kekurangannya, dan pengembaliannya ke tempat asal setelah praktikum
dilaksanakan. Kegiatan tersebut juga mencakup pembuatan bahan siap pakai yang
hasil dibuat dengan formulasi terntu dari bahan asal yang dibeli. Luaran dari kegiatan
adalah tersedianya seluruh (jenis dan jumlah) bahan khusus di meja praktek
mahasiswa sesuai daftar cek yang tersedia.
2. Teknisi/ laboran mampu melakukan Pengujian bahan
Kualitas bahan adalah kesesuaian dengan spesifikasi bahan yang ada pada label atau
sertifikat analisis. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan terprogram/terjadwal untuk
memastikan kesesuaian nilai setiap parameter kualitas pada spesifikasi dengan
keadaan sekarang dari bahan tersebut melalui pemeriksaan yang diantaranya dapat
dilakukan melalui pengujian laboratorium. Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan
bahan yang akan digunakan pada setiap kegiatan laboratorium mempunyai kualitas
yang baik. Pengujian bahan yang dilakukan tentu sangat tergnatung pada kategori
bahan, bahan umum maupun bahan khusus. Bahan umum dapat diuji dengan
sederhana seperti pengamatan visual seperti kenampakan fisik, warna bau dan rasa.
Sedangkan untuk bahan khusus pengujian bahan seringkali memerlukan peralatan
tertentu sesuai dengan karakteristik bahan.
Sebagai kelanjutan kegiatan ini, kompetensi teknisi/laboran diharapkan juga pada
akhirnya mampu memberikan layanan pengujian bahan yang ditujukan untuk menguji
kualitas suatu bahan dari masyarakat melalui uji fisika, kimia, biologi, organoleptik,
listrik, optik, atau metode uji lainnya dengan menggunakan peralatan kategori 1 dengan
bahan umum untuk memastikan suatu bahan memenuhi spesifikasi atau standard
tertentu. Pengujian yang dilakukan harus bisa menyimpulkan kesesuaian bahan yang
diuji dengan standar tertentu yang diacu berdasarkan parameter yang diuji yang dipilih,
dan tidak harus mencakup semua parameter uji dalam spesifikasi atau standar
77
3. Teknisi/ laboran mampu melakukan verifikasi bahan
Verifikasi bahan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memastikan bahwa
sesuatu bahan adalah sesuai atau tidak. Kegiatan verifikasi biasanya dilakukan
terhadap bahan yang baru dibeli maupun terhadap bahan di laboratorium yang tidak
jelas identitasnya. Verifikasi bahan diperlukan saat dilakukan pengadaan bahan sesuai
dengan yang dibutuhkan. Teknisi/laboran harus terlibata dalam proses pengadaan
sebagai pihak yang akan menggunakan. Bahan yang digunakan harus dipastikan
kesesuaianya dengan yang dibutuhkan. Untuk menghindari kesalahan pembelian
bahan, proses verifikasi dilakukan sejak menyusun dokumen pengadaan dimana,
dokumen pengadakan tidak bosa di eksekusi sebelum dipastikan spesifikasi bahan
sesuai dengan yang dibutuhkan. Prosedur pengadaan barang di sekolah harus
memfasilitasi kemungkinana adanya penolakan atau pengembalian barang yang
sudah dibeli karena tidak sesuai kebutuhan. Hal yang paling mendasar bagii
teknisi/laboran adalah pengetahuan mengenai spesifikasi bahan yang dibutuhkan
untuk setiap kegiatan di laboratorium/bengkel.

4. Teknisi /laboran mampu memilah limbah yang dihasilkan dari proses penggunaan
bahan
Limbah laboratorium merupakan sisa proses pekerjaan laboratorium yang tidak dapat
digunakan lagi. Limbah laboratorium harus dikelola dengan baik agar tidak memberikan
pengaruh yang membahayakan laboratorium maupun lingkungan sekitar. Pengelolaan
limbah pada akhirnya bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya limbah.
Pemilahan limbah merupakan langkah awal dalam pengelolahan limbah. Pemilahan
yang baik akan mempermudah proses pengolahan limbah. Teknisi/laboran harus
mengenali sifat-sifat limbah yang dihasilkan di masing-masing laboratorium untuk dapat
melakukan pemilahan dengan baik. Pemilihanan limbah laboratorium dapat dilakukan
berdasar berbagi kategori. Limbah dapat dikategorikan berdasarkan wujudnya menjadi
padat, cair (termasuk limbah sisa pencucian), dan gas, maupun berdasarkan tingkat
bahayanya menjadi limbah B3 dan non B3. Laboratorium harus mempunyai prosedur
untuk identifikasi dan pengelolaan limbah. Kegiatan pemilahan limbah merupakan
kegiatan awal dalam pengelolaan limbah yang bertujuan mengumpulkan limbah sesuai
dengan golongannya. Kegiatan ini dicatat dalam log book yang mencantumkan jumlah
atau volume limbah yang dipilah dan tindakan yang akan dilakukan setelah limbah
dipilah.

78
5. Teknisi/laboran mampu menguji kualitas bahan yang dimiliki
Kualitas bahan adalah kesesuaian dengan spesifikasi bahan yang ada pada label atau
sertifikat analisis. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan terprogram/terjadwal untuk
memastikan kesesuaian nilai setiap parameter kualitas pada spesifikasi dengan
keadaan sekarang dari bahan tersebut melalui pemeriksaan yang diantaranya dapat
dilakukan melalui pengujian laboratorium. Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan
bahan yang akan digunakan pada setiap kegiatan laboratorium mempunyai kualitas
yang baik.
6. Teknisi /laboran mampu mengelolaan (material handling) sisa bahan sesuai kategori
Walaupun sudah dilakukan perencanaan kebutuhan bahan untuk suatau kegiatan
praktikum dengan baik, seringkali bahan yang disiapkan tidak habis terpakai atau
tertdapat sisa. Sisa bahan juga mencakup bahan yang sudah dikeluarkan dari kemasan
perdagangan (stok induk)Agar tidak terbuang menjadi limbah sisa bahan ini dapat
dikelola agar dapat digunakan untuk percobaan berikutnya. Pengelolaan yang dimaksud
adalah serangkaian kegiatan untuk mengumpulkan, memilah, menyimpan secara benar
sehingga kualitas sisa bahan yang dikelola terjaga baik dan dapat digunakan kembali
untuk kegiatan berikutnya.

79
TOPIK 4 PENGELOLAAN ALAT DAN BAHAN LABORATORIUM
Jl. Seta
4.1. Pengertian pengelolaan

Pengelolaan sering diartikan sama dengan manajemen. Pengelolaan berasal dari kata
kelola yang dalam bahasa inggris dikatakan manage yaitu mengelola atau mengatur.
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto dalam Warsono (2005: 11), menyebutkan
bahwa dalam bahasa inggris pengelolaan bisa disamakan dengan managemen yang
berarti pula pengaturan dan pengawasan.
Pengertian pengelolaan adalah merancang kegiatan, mengoperasikan, memelihara
dan merawat peralatan dan bahan, fasilitas dan/atau segala obyek fisik lainnya secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan atau sasaran tertentu sehingga mencapai
hasil yang optimal, dengan selalu melakukan pengembangan kegiatan Laboratorium.
Mengelola kegiatan laboratorium sekolah adalah mengkoordinir serangkaian kegiatan
mulai dari perancangan kegiatan laboratorium, pengoperasian peralatan dan
penggunaan bahan, pemeliharaan/perawatan peralatan dan bahan, pengevaluasian
sistem kerja laboratorium, dan pengembangan kegiatan laboratorium baik untuk
pendidikan, penelitian, dan/atau pengabdian kepada masyarakat
Adapun pedoman yang menjadi tugas dan tanggung jawab seorang kepala
bengkel/laboratorium mengacu kepada Permendiknas No 26 Tahun 2008 tentang
Standar Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah.
Bengkel/laboratorium adalah merupakan fasilitas yang sangat penting dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah. Hal ini dikarenakan bahwa
bengkel/laboratorium sebagai sarana dan tempat dalam pengembangan kompetensi
siswa, sehingga diperlukan upaya untuk menjaga kondisi peralatan supaya tetap dalam
keadaan baik. Salah satu upaya tersebut adalah melalui tindakan penataan. Pada
umumnya fungsi bengkel/laboratorium akan terganggu jika perencanan lay out hingga
penataan yang dilakukan tidak baik bahkan dapat menimbulkan ketidakselamatan
pengguna bengkel/ laboratorium tersebut.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan struktur organisasi sedemikian rupa, tentu
mempunyai jabatan yang dinamakan sebagai kepala bengkel atau nama lainnya
dengan tugas sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap bengkel/laboratorium
yang ada pada bidang studi keahliannya. Mengingat tugas dari kepala bengkel yang
begitu besar dan penting, maka diperlukan upaya untuk meningkatkan kemampuan
mereka untuk mengelola bengkel/laboratorium yang mereka pimpin.
80
Gambar 2.15. Kategori alat laboratorium/bengkel

Gambar 2.16. Kategori bahan laboratorium/bengkel

Pengelolaan sarana prasarana adalah proses pendayagunaan semua komponen


sarana dan prasarana yang ada di sekolah dalam menunjang proses pendidikan untuk
mencapai tujuan dari pendidikan itu sendiri. Pengelolaan ini mencakup pengadaan,
pendistribusian, penggunaan, pemeliharaan, inventarisasi dan penghapusan.
81
1. Pengadaan
Pengadaan ini mencakup pula langkah perencanaan sarana prasarana. Proses
perencanaan pengadaan perlengkapan tidak mudah, karena harus dilakukan
secara sistematis, rinci dan teliti berdasarkan informasi yang realistis tentang
kondisi sekolah tersebut. Perencanaan yang baik tentunya berdasarkan analisis
kebutuhan dan skala prioritas yang disesuaikan dengan dana dan tingkat
kepentingannya. Kegiatan ini sangat penting untuk menghindari terjadinya
kesalahan dan kegagalan yang tidak diinginkan. Perencanaan yang baik dan teliti
akan berdasarkan analisis kebutuhan dan skala prioritas yang sesuai dengan
tersedianya dana dan tingkat kepentinganya.
2. Pendistribusian
Pendistribusian atau penyaluran perlengkapan merupakan kegiatan pemindahan
barang dan tanggung jawab dari seorang penanggung jawab penyimpanan kepada
unit-unit atau orang-orang yang membutuhkan barang itu. Dalam prosesnya ada
tiga hal yang harus diperhatikan yaitu, ketepatan barang yang disampaikan, (baik
jumlah maupun jenisnya) ketepatan sasaran penyampainnya dan ketepatan kondisi
barang yang disalurkan.

3. Penggunaan
Penggunaan dalam pemakaian perlengkapan pendidikan yaitu prinsip efektivitas
dan prinsip efisiensi. Prinsip efektifitas berarti semua pemakaian perlengkapan
pendidikan disekolah harus ditunjukkan semata-mata dalam rangka memperlancar
pencapaian tujuan pendidikan sekolah baik secara langsung maupun tidak
langsung. Prinsip efisiensi berarti pemakaian semua perlengkapan pendidikan
disekolah secara hemat dan dengan hati-hati. Pengaturan penggunaan atau
pemakaian media pendidikan dipengaruhi empat factor yaitu, banyaknya alat untuk
tiap mata pelajaran, banyaknya kelas, banyaknya siswa untuk tiap kelas, dan
banyaknya ruang atau lokasi yang ada di sekolah. Oleh karena itu, pengelola sarana
dan prasarana pendidikan di sekolah harus bisa mengatur penggunaan tersebut
agar tidak terjadi rebutan dalam penggunaan.
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan alat laboratorium/ bengkel sebaiknya dibedakan sesuai dengan jenis
alatnya, seperti alat-alat dari gelas dikumpulkan menjadi satu ditempat yang sama,
sama halnya dengan alat yang terbuat dari kayu, besi, porselen dan sebagainya.
Pastikan alat-alat tersebut berada dalam keadaan aman. Pemeliharaan pada zat
82
kimia juga harus diperhatikan seperti pemisahan bahan-bahan yang sering dipakai,
bahan yang berbahaya untuk siswa dan bahan yang jarang dipakai. Ditinjau dari
sifatnya, ada empat macam pemeliharaan yaitu :
1) Pemeliharaan yang bersifat pengecekan. Pengecekan ini dilakukan oleh
seseorang yang mengetahui tentang baik buruknya keadaan peralatan
2) Pemeliharaan yang bersifat pencegahan. Pemeliharaan dengan cara demikian
dilakukan agar mesin selalu dalam keadaan baik.
3) Pemeliharaan yang bersifat ringan.
4) Pemeliharaan yang bersifat berat.
Pemeliharaan sarana pendidikan itu perlu dilakukan dengan cara menyimpan di
tempat yang sebaik-baiknya, mencegah dari kerusakan, dan memperbaiki jika
terjadi kerusakan sarana pendidikan tersebut. Dengan adanya pemeliharaan
sarana pendidikan yang baik dan teratur, maka keadaan sarana pendidikan
menjadi baik, mudah digunakan dan tidak cepat rusak sehingga proses
pembelajaran yang dilakukan di sekolah dapat berjalan secara efektif dan efisien.
5. Inventarisasi
Inventarisasi adalah pencatatan dan penyusunan daftar barang secara sistematis,
tertib dan teratur berdasarkan ketentuan-ketentuan pedoman yang berlaku. Melalui
inventarisasi perlengkapan pendidikan diharapkan tercipta ketertiban,
penghematan keuangan, mempermudah pemeliharaan dan pengawasan.
Kegiatan inventarisasi perlengkapan pendidikan meliputi dua kegiatan yaitu:
1) Kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan dan pembuatan kode barang
perlengkapan
2) Kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan laporan.
Barang milik Negara harus diinventarisasi sesuai dengan Permendagri No. 17
Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah. Adapun
barang yang dimaksud seperti berikut ini :
- Barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan
- Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak
- Barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan Undang-undang atau peraturan.
- Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
ketentuan hukum yang tetap.

83
6. Penghapusan
Penghapusan ialah proses kegiatan yang bertujuan untuk menghapus barang-
barang milik Negara/ kekayaan negara dari daftar inventarisasi berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sarana dan prasarana yang sudah
tidak sesuai lagi bagi pelaksanaan pembelajaran diganti atau disingkirkan.
Langkah-langkah penghapusan sarana prasarana pendidikan sebagaimana
dikemukakan Ibrahim Bafadal (2004: 63) adalah sebagai berikut :
1) Kepala sekolah (bisa dengan menunjuk seseorang) mengelompokkan
perlengkapan yang akan dihapus dan meletakkan ditempat yang aman namun
tetap berada dilokasi sekolah,
2) Menginventarisasi perlengkapan yang akan dihapus dengan cara mencatat
jenis, jumlah, dan tahun pembuatan perlengkapan tersebut,
3) Kepala sekolah mengajukan usulan penghapusan barang dan pembentukan
panitia penghapusan, yang dilampiri dengan data barang yang rusak (yang akan
dihapusnya) ke kantor dinas pendidikan kota atau kabupaten,
4) Setelah SK penghapusan dari kantor dinas pendidikan kota/ kabupaten terbit,
selanjutnya panitia penghapusan segera bertugas yaitu memeriksa kembali barang
yang rusak berat, biasanya dengan membuat berita acara pemeriksaan,
5) Panitia mengusulkan penghapusan barang-barang yang terdaftar dalam berita
acara pemeriksaan, biasanya perlu ada pengantar dari kepala sekolah kemudian
usulan itu diteruskan ke kantor pusat Jakarta,
6) Begitu surat penghapusan dari Jakarta datang, bisa segera dilakukan
penghapusan terhadap barang-barang tersebut. Ada dua kemungkinan
penghapusan perlengkapan sekolah yaitu dimusnahkan dan/atau dilelang. Apabila
melalui lelang yang berhak melelang adalah kantor lelang setempat dan hasil
lelang menjadi milik Negara.

4.2. Penataan fasilitas laboratorium/bengkel

4.2.1. Pengertian dan Tujuan Penataan

Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan di Laboratorium memerlukan


perlakuan khusus sesuai sifat dan karakteristik masing-masing. Perlakuan yang
salah dalam membawa, menggunakan dan menyimpan alat dan bahan di
Laboratorium dapat menyebabkan kerusakan alat dan bahan, terjadinya
kecelakaan kerja serta dapat menimbulkan penyakit. Cara memperlakukan alat
84
dan bahan di Laboratorium secara tepat dapat menentukan keberhasilan dan
kelancaran kegiatan.
Pengadministrasian peralatan dan bahan laboratorium sangat penting dan
merupakan asset pendidikan yang sangat berharga sehingga harus dilakukan
secara ketat. Peralatan sangat mahal sehingga harus diamankan dari kehilangan,
kerusakan fatal dan penyalahgunaan, pencurian dan kebakaran.
Tata letak peralatan adalah suatu bentuk usaha pengaturan penempatan peralatan
di bengkel/laboratorium, sehingga bengkel/laboratorium tersebut berwujud dan
memenuhi persyaratan-persyaratan untuk beroperasi. Kata pengaturan dalam
kalimat di atas mengandung makna yang sangat luas, yaitu bahwa dalam
mewujudkan suatu bengkel/laboratorium yang layak operasi diperlukan
penempatan peralatan yang tersusun rapih yang berdasar kepada proses dan
langkah-langkah penggunaan / aktifitas dalam bengkel/laboratorium yang
diharapkan, begitu pula dengan daerah kerja (work stations) harus memiliki luas
yang memungkinkan pekerja/operator dapat bergerak bebas, aman dan nyaman,
di samping lalu lintas bahan yang akan digunakan dapat sampai ke tempat kerja
dengan mudah/lancar.
a. Layout bengkel adalah suatu pekerjaan dalam rangka meningkatkan kinerja
bengkel dengan mempertimbangkan factor-factor antara lain :
Luas ruangan yang tersedia
Jumlah peralatan yang akan di tata
Perubahan tujuan, fungsi dan proses kerja yang akan dilakukan
b. Konsep layout pada dasarnya adalah bagaimana mengoptimalkan kondisi ruangan
yang tersedia dalam upaya mengefisiensikan proses kerja sesuai dengan jenis
dan jumlah peralatan yang tersedia,
c. Tujuan dari layout adalah meningkatkan efisiensi bengkel sesuai dengan fungsi
dan kondisi fasilitas yang tersedia,
d. Layout bengkel juga bermanfaat sebagai pembatas antara mesin dan lintasan oleh
pesonil dan staf di lingkungan bengkel.
Penataan peralatan di bengkel bertujuan untuk mendapatkan suatu keuntungan
yang maksimal dengan cara mengatur peralatan/penempatan semua fasilitas pada
tempat/lokasi yang strategis dan posisi yang terbaik sehingga dapat mencapai
pemanfaatan yang berimbang dari faktor-faktor manusia, bahan, peralatan/mesin
dan pendanaan akan merupakan sesuatu yang sangat dominan dan selalu harus

85
menjadi perhatian dalam menyelenggarakan suatu kegiatan, tidak terkecuali dalam
kegiatan penataan dengan maksud agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Dengan perkataan lain bahwa penataan peralatan dalam bengkel, laboratorium
merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kelancaran di dalam berproduksi
dalam hal ini adalah kelancaran kegiatan Belajar Mengajar.
Lebih terinci lagi bahwa penataan memiliki tujuan sebagai berikut :
1) Mengurangi hambatan dalam upaya melaksanakan suatu pekerjaan yang
menjadi tanggung jawabnya
2) Memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pekerja/operator
3) Memaksimalkan penggunaan peralatan
4) Memberikan hasil yang maksimal dengan pendanaan yang minimal
5) Mempermudah pengawasan

4.3. Prinsip-prinsip penataan bengkel/laboratorium

Banyak diantara para pengelola bengkel/laboratorium yang melaksanakan


penataan bengkelnya di sekolah, mengabaikan prinsip – prinsip penting penataan
bengkel dan menganggapnya tidak begitu penting untuk diperhatikan.
Beberapa prinsip penataan yang sering terabaikan diantaranya :
1) Anak – anak yang melakukan kegiatan sama sekali jangan diberikan
keleluasaan mencampuri kegiatan anak yang lainnya yang juga sedang
melaksanakan kegiatan, terkecuali diinstruksikan oleh guru prakteknya seperti
kerja berkelompok.
2) Alur lalu lintas di dalam bengkel harus ditentukan sejalan dengan pelaksanaan
perencanaan tata letak peralatan.
3) Peralatan harus disusun dan diatur dengan berpedoman pada aturan- aturan
keselamatan/kesehatan kerja dan dapat memperlancar lalu lintas barang.
4) Daerah bengkel/laboratorium yang gelap dapat digunakan, tapi hanya untuk
tujuan-tujuan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar
praktek/materi pelajaran praktek.
Prinsip pertama dengan prinsip yang kedua sangat erat hubungannya, mungkin
dapat direncanakan secara bersamaan.Adapun untuk prinsip tersebut di bawah ini
akan dijelaskan prinsip pengaturan daerah kerja dan lalulintas atau biasa disebut
work station (daerah kerja) dan garis kerja.Peralatan yang ditata di bengkel,
laboratorium meliputi alat-alat utama, alat-alat kelengkapan, alat-alat penunjang,

86
bahan praktek dan sebagainya. Penyusunan tata letak peralatan tidak ada
ketentuan yang baku, tapi disarankan agar hal-hal berikut diperhatikan :
- Memberikan kemudahan untuk bergerak
- Menjamin keselamatan kerja
- Memberikan peluang untuk pemeliharaan
- Memanfaatkan penerangan alami semaksimal mungkin
- Peralatan atau mesin terlihat rapi dalam penataan letak peralatan atau mesin ada
beberapa sistem antara lain penataan berdasarkan alur proses kerja atau
pengerjaan suatu jenis peralatan
- Penataan berdasarkan jenis, ukuran, maupun keseragaman peralatan
Disamping itu penempatan ruang alat (tool room) agar mudah dan dekat dijangkau
dari segala penjuru bengkel, laboratorium, misalnya tool room agak ditengah-
tengah bengkel, laboratorium, demikian juga gudang bahan perlu ditempatkan
dilokasi yang aman tetapi mudah dijangkau.

4.4. Prinsip penataan peralatan

Pada dasarnya semua peralatan yang ada di laboratorium adalah milik negara /
milik yayasan yang dipercayakan ke sekolah untuk dikelola dan dipergunakan
sesuai dengan program yang telah dibakukan, dalam hal ini kegiatan belajar
mengajar. Oleh karena peralatan/mesin-mesin itu harta negara maka
keberadaannya harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan aturan atau
kebijakan yang berlaku, diantaranya ialah bahwa semua peralatan yang masuk ke
laboratorium harus dilengkapi dengan dokumen pendukungnya, yang merupakan
lampiran dari berita acara serah terima barang yang pada intinya berisikan,
hari/tanggal barang tersebut diterima di bengkel, dalam keadaan lengkap
jumlahnya, benar spesifikasinya, dan sesuai kualitasnya.
Setelah barang diterima dan berita acara sudah ditandatangani oleh pihak
pengirim, pihak penerima, maka peralatan/mesin-mesin tersebut dicatat dalam
buku inventaris bengkel, dan dibuat laporannya setiap 3 bulan ke instansi yang
lebih atas.
Berdasarkan hal di atas maka sebagai pengelola laboratorium dituntut untuk selalu
mengetahui dengan pasti semua peralatan, yang berada dalam tanggung

87
jawabnya tanpa harus melihat dulu dokumen -dokumennya terutama peralatan
portable dan peralatan multi fungsi yang dalam pemakainnya bisa dipindahpindah,
sesuai keinginan si pemakai. Agar semua peralatan mudah dideteksi banyak cara
yang dapat dilakukan. Salah satu diantaranya ialah dengan menata semua
peralatan pada tempat-tempat tertentu, dengan prinsip :
- Mudah dilihat
- Mudah dijangkau
- Aman untuk alatnya
- Aman untuk pemakainya

4.4. Tatacara penataan peralatan

Dengan berpegang kepada prinsip – prinsip penyimpanan peralatan sebagaimana


dikemukankan sebelumnya, berbagai cara dapat dilakukan, diantaranya :
a. Peralatan ditempatkan, ditata dalam satu ruang khusus, biasa disebut tool
room, penataannya dapat dilakukan dengan menggunakan panel, rak, lemari
besi, shadow board.
b. Peralatan disimpan dan ditata di dalam kabinet. Kabinet ditempatkan didalam
maupun di luar tool room .
a. Peralatan disimpan dan ditata di dalam kabinet. Kabinet ditempatkan didalam atau
diluar tool room.
b. Lemari khusus yang dapat diatur temperaturnya.
Disamping cara penataan diatas beberapa hal yang perlu juga diperhatikan bagi
pengelola peralatan laboratorium :
a. Semua peralatan dipusatkan di suatu ruang dan semua siswa tahu kemana
mereka harus mencari untuk mendapatkannya.
b. Bengkel, laboratorium/ tempat alat harus selalu dikunci, tetapi jangan
sampai kuncinya hilang/ lupa sehingga terpaksa harus didobrak.
c. Setiap pelajaran praktik bengkel, perlu ditunjuk salah satu siswa secara
bergantian sesuai (dengan jadwal pembagian tugas) untuk menjadi toolman,
yang diberi tanggung jawab melayani dan pengembalian alat sehingga
selesai jam praktek.
d. Dalam situasi sehari –hari , ruang alat juga berfungsi melindungi peralatan
yang dipinjam secara tidak sah oleh staf laboratorium (staf pemeliharaan).

88
e. Area bengkel hanya digunakan untuk keperluan kegiatan belajar mengajar
praktek.
f. Pengecekan extra perlu dilakukan untuk peralatan khusus yang dilakukan
sewaktu – waktu , untuk pekerjaan tertentu seperti alat – alat instrumen.
g. Bila diperlukan dapat mengangkat orang seperti penjaga ruang yang
bertanggung jawab tidak hanya dalam hal pelayanan keluar masuk
peralatan tetapi juga untuk perawatan.
h. Sebaiknya peralatan ditata secara kelompok menurut jenis dan fungsinya.
i. Brosur – brosur atau katalog sebaiknya disimpan baik diruang alat pada
tempat khusus.

Contoh penataan alat pada lemari dan/atau kotak alat :


Kotak alat tangan ini terbuat dari kayu dan dilengkapi dengan handle dan pengunci untuk
keamanan alat yang ada di dalam kotak pada saat tidak digunakan. Kotak alat ini
sederhana dan praktis untuk menyimpan peralatan kerja kayu.

Gambar 2.17. Kotak alat untuk kerja kayu


Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Europa
Lehrmittel, 2005

Lemari alat ini dilengkapi dengan dua pintu yang bisa terbuka bebas ke kiri dan ke
kanan, dan dari masing-masing pintu dipakai untuk meletakkan beberapa jenis
peralatan. Disamping itu juga dilengkapi dengan laci yang biasanya bisa untuk
menempatkan benda atau peralatan yang tidak dapat dilatakkan/dipasang pada
dinding almari ataupun di pintu. Almari alat ini bisa diletakkan menempel pada dinding
yang berdekatan dengan ruang kerja.

89
Gambar 2.18. Contoh almari alat kerja
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005

Kotak alat ini mempunyai fungsi sama dengan lemari alat, tetapi mempunyai kelebihan,
yaitu dapat digerakkan/dipindah dengan mudah karena kotak ini dilengkapi dengan
roda dan pegangan untuk menarik.

Gambar 2.19. Contoh almari alat kerja kayu

Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, 2005


Contoh penataan bahan pada ruangan :

Bahan kayu yang berupa papan gergajian dan balok kayu, baik yang belum dilakukan
proses pengeringan maupun sudah dikeringkan harus ditata secara baik dan benar
supaya kayu tidak mengalami kerusakan. Kayu harus disusun secara teratur
dengan rongga yang cukup untuk pengaturan udara secara merata diseluruh
permukaan kayu.

90
Penyimpanan bahan kayu yang berukuran relatif sama bisa disimpan dalam susunan
batang- batang yang berselang-seling deretannya. Deretan susunan tersebut bisa
berselang-seling setiap dua susun atau lebih tergantung ukuran kayu.

Gambar 2.20. Contoh penataan kayu


Penyimpanan hasil produksi yang telah selesai dan menunggu proses selanjutnya,
sebaiknya disimpan dalam keadaan yang baik, aman dan tersusun rapi.

Gambar 2.21. Contoh Pengelompokan Bahan

91
Gambar 2.22. Contoh Lay Out Laboratorium

92
4.5. Layout bengkel / laboratorium.

Perencanaan bengkel/laboratorium sangat penting dianalisis guna


mengoptimalkan penataan dan penggunaan fasilitas. Pemanfaatan ruang yang
tersedia (site plan) sebaiknya melalui tahap analisis kebutuhan ruang seperti
contoh berikut.
Asumsi jumlah peserta didik yang akan melakukan praktik harus jelas, sehingga
luas ruang/area yang direncanakan sesuai dengan jumlah orang dan besar fasilitas
yang ada. Jika ruang/area bengkel/laboratorium sudah tersedia, maka upaya
penataan yang baik merupakan solusi agar aktivitas di dalamnya bisa optimal.
Layout bengkel adalah suatu pekerjaan dalam rangka meningkatkan kinerja
bengkel dengan mempertimbangkan factor-factor antara lain :
Luas ruangan yang tersedia
Jumlah peralatan yang akan di tata
Perubahan tujuan, fungsi dan proses kerja yang akan dilakukan
Konsep layout pada dasarnya adalah bagaimana mengoptimalkan kondisi ruangan
yang tersedia dalam upaya mengefisiensikan proses kerja sesuai dengan jenis dan
jumlah peralatan yang tersedia. Tujuan dari layout adalah meningkatkan efisiensi
bengkel sesuai dengan fungsi dan kondisi fasilitas yang tersedia.
Layout bengkel juga bermanfaat sebagai pembatas antara mesin dan lintasan oleh
pesonil dan staf di lingkungan bengkel. Pada gambar 1 dibawah adalah suatu
bengkel yang baru dibagun dan terlihat memiliki lapangan parkir yang luas, hal ini
salah satu factor penting, agar arus barang masuk dan keluar dapat berjalan
dengan baik/ lancar.
Contoh Lay Out Bengkel Las ;
a. Seorang calon pengusaha berencana membangun bengkel dengan tujuan untuk
usaha produk pengelasan: Pagar besi, jerejak pintu rumah dan lain lain sesuai
permintaan pelanggan yang dapat di kerjakan di bengkel las dengan luas tanah =
6 m x 8 m.
Layout Bengkel dilakukan karena alasan :
Sebelum peletakan peralatan baru, agar dapat letak peralatan tergambar
didalam ruangan,
Perubahan tujuan bengkel, atau ada penambahan peralatan
Rehabilitasi ruangan karena alasan umur

93
Faktor pertimbangan dalam layout bengkel adalah: Luas ruangan, jumlah peralatan
dan alur proses pengerjaan produk yang akan dihasilkan.
b. Jenis dan jumlah Fasilitas Yang ada;
Jenis dan jumlah peralatan awal yang dimiliki adalah : Mesin Las Listrik portable =
2 unit, meja kerja (1,3 m x 2 m) = 2 unit, alat potong/lipat plat sederhana 1 unit (0,6
m x 0,4 m), gergaji besi 1 unit ( 0,4 m x 0,6 m).
c. Tahapan dan Langkah pelaksanaan Layout;
1) Pengukuran volume ruangan yang tersedia untuk fasilitas dan ruang pendukung
yang dibutuhkan,
2) Menghitung jumlah volume ruang pendukung yang dibutuhkan
3) Menghitung jumlah volume ruang setiap peralatan dan fasilitas yang tersedia
dengan jarak ruang gerak yang aman mengacu pada keselamatan kerja,
4) Melakukan draft tata letak ruangan dan letak fasilitas yang tersedia,
5) Membuat kajian tata letak fasilitas dan ruangan pendukung terhadap proses
produksi dan factor keselamatan kerja.
6) Menggambar atau lines up hasil kajian laout bengkel pada ruangan yang
tersedia,
7) Meletakkan fasilitas yang tersedia sesuai dengan proses alur kerja dan aspek
keselamatan kerja,

Dari hasil kajian tersebut diatas maka diperoleh layout bengkel dan peta tata letak
fasilitas serta ruangan pendukung yang dibutuhkan seperti gambar berikut.
Dari gambar diatas terlihat layout bengkel Las tersebut yang dipertimbangkan

berdasarkan luas ruangan dan jumlah atau jenis peralatan serta kebutuhan
ruangan pendukung dari suatu bengkel yang efektif serta produktif.

94
4.6. Identifikssi kerusakan bahan, peralalatan dan fasilitas

4.6.1. Identifikasi kerusakan bahan, peralatan, dan pasilitas laboratorium

Secara berkala dan berpedoman POS pemeriksaan, laboran melakukan


pemeriksaan dan mengidentifikasi gejala kerusakan pada peralatan, bahan dan
fasilitas laboratorium. Jika ditemukan peralatan yang rusak, laboran mencatat untuk
menentukan langkah perbaikan. Jika ditemukan bahan yang sudah kedaluwarsa dan
tidak layak pakai, laboran dapat melakukan penggantian.

4.6.2. Menjaga Kebersihan Alat Laboratorium


Setiap hari kerja laboran menjaga kebersihan peralatan laboratorium pada sebelum
dan sesudah pemakaian agar kenyamanan, kerapihan, kesehatan, dan keselamatan
tetap terjaga. Kegiatan ini merupakan bagian dari pengelolaan alat dan bahan
selama berada di laboratorium dan sesuai dengan POS yang tersedia, misalnya
dengan pelepasan kotoran, pengemasan ulang, dan penyimpanannya dalam ruang
yang sesuai dengan persyaratan bahan agar terhindar dari kerusakan.
4.6.3. Mengamankan Bahan dan Peralatan Laboratorium
Laboran setiap hari melakukan pemeriksaan peralatan dan bahan, baik pada
sebelum dan sesudah digunakan. Laboran harus memastikan bahwa peralatan dan
bahan laboratorium sudah dalam kondisi aman untuk digunakan oleh guru dan
peserta didik. Laboran mencatat hasil pemeriksaan pada formulir pemeriksaan.
Cara menyimpan alat dan bahan agar aman adalah :
1. Udara
Udara mengandung oksigen dan uap air (memilki kelembaban). Kandungan ini
memungkinkan alat dari besi menjadi berkarat dan membuat kusam logam lainnya
seperti tembaga dan kuningan. Usaha untuk menghindarkan barang tersebut
terkena udara bebas seprti dengan cara mengecat, memoles, memvernis serta
melapisi dengan khrom atau nikel. Kontak dengan udara bebas dapat
menyebabkan bahan kimia bereaksi. Akibat reaksi bahan kimia dengan udara
bebas seperti timbulnya zat baru, terjadinya endapan, gas dan panas. Dampaknya
bahan kimia tersebut tidak berfungsi lagi serta dapat menimbulkan kecelakaan dan
keracunan.

95
2. Air dan asam – basa
Alat laboratorium sebaiknya disimpan dalam keadaan kering dan bersih, jauh dari
air, asam dan basa. Senyawa air, asam dan basa dapat menyebabkan kerusakan
alat seperti berkarat, korosif dan berubah fungsinya. Bahan kimia yang bereaksi
dengan zat kimia lainnya menyebabkan bahan tersebut tidak berfungsi lagi dan
menimbulkan zat baru, gas, endapan, panas serta kemungkinan terjadinya ledakan.
3. Suhu
Suhu yang tinggi atau rendah dapat mengakibatkan :alat memuai atau mengkerut,
memacu terjadinya oksidasi, merusak cat serta mengganggu fungsi alat elektronika.
4. Mekanis
Sebaiknya hindarkan alat dan bahan dari benturan, tarikan dan tekanan yang besar.
Gangguan mekanis dapat menyebabkan terjadinya kerusakan alat / bahan.
5. Cahaya
Secara umum alat dan bahan kimia sebaiknya dihindarkan dari sengatan matahari
secara langsung. Penyimpanan bagi alat dan bahan yang dapat rusak jika terkena
cahaya matahari langsung, sebaiknya disimpan dalam lemari tertutup. Bahan
kimianya sebaiknya disimpan dalam botol yang berwarna gelap.
6. Api
Komponen yang menjadi penyebab kebakaran ada tiga, disebut sebagai segitiga
api. Komponen tersebut yaitu adanya bahan bakar, adanya panas yang cukup
tinggi, dan adanya oksigen. Oleh karenanya penyimpanan alat dan bahan
laboratorium harus memperhatikan komponen yang dapat menimbulkan kebakaran
tersebut.

96
TOPIK 5 MENJELASKAN CARA PENGOPERASIAN PERALATAN DAN
PENGGUNAAN/PENGELOLAAN BAHAN

Kegiatan yang dimaksud adalah penjelasan teknis sesuai SOP yang tersedia mengenai
cara pengoperasian peralatan kategori 1 yang menggunakan bahan umum kepada
mahasiswa dan asisten praktikum serta melakukan pengawasan dan supervisi
pelaksanaan pengoperasiannya selama praktikum dilakukan

Pada Kegiatan Memberikan penjelasan dan melakukan supervisi pengoperasian


peralatan kategori 1 dan penggunaan bahan umum pada kegiatan pendidikan

1. Sudahkah kita mengenal Karakteristek Alatnya


2. Sudah Pahamkah kita tentang Manual dan SOP Penggunaannya

Gambar 2.23. Mikroskop

Sudut Pandang eyepiece 45°, radius putar 360°


- Lensa Objective: Achromatic DIN 4X, 10X, 40X, 100X
- Lensa eyepiece: Wide Field WF10X, P16X (WF16X)
- Stage: Single Layer Mechanical Stage 140X140mm, jarak main naik-turun
75X75mm
- Sistem Penerangan: Lampu 6V/20W dengan pengaturan brightness
- Condenser: Abne NA 1.25 condenser with Iris Diaphragm & filter, Rack &
Pinion adjustable plan.
- Cermin concave yang dilengkapi Sistem optik.
- Pengaturan fokus objective 45mm, Fine Focus 30mm, ultra fine Focus 0.0002

97
mm
- Focusing Stopper untuk mencegah objective dan slide bertubrukan biologis
yang canggih dengan double eyepiece untuk melihat benda obyek renik hingga
pembesaran Mikroskop Optik Binokular XSZ-107BN adalah microscope
biologis yang canggih dengan double eye

98
BAGIAN III.
PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN PERALATAN/BAHAN

TOPIK 1. PROSES PEMELIHARAAN/PERAWATAN PERALATAN DAN BAHAN

1.1. Unsur-unsur kegiatan Pemeliharaan/Perawatan Peralatan dan Bahan


laboratorium yang harus dikerjakan oleh Laboran/Teknisi/PLP

Tabel 3.1. Unsur-unsur kegiatan pemeliharaan/perawatan alat dan bahan oleh


Laboran/teknisi pada level pelaksana di Laboratorium/Bengkel

NO URAIAN KEGIATAN PELAKU


Menyusun jadwal pemeliharaan/perawatan
1 peralatan dan bahan:

a. Peralatan kategori 1 Pelaksana


b. Bahan
1) khusus Penyelia
2) umum Pelaksana
Membersihkan, menata, dan menyimpan
2
peralatan:
a. kategori 3 Penyelia
b. kategori 2 Pelaksana
c. kategori 1 Lanjutan
Pelaksana
3 Membersihkan sarana penunjang Pelaksana
4 Menata dan menyimpan sarana penunjang Pelaksana
Membersihkan, menata dan menyimpan
5
bahan:
a. khusus Pelaksana
b. umum Pelaksana
6 Melakukan kalibrasi peralatan kategori 1 Pelaksana

Penjelasan unsur-unsur penunjang kegiatan pemeliharaan/perawatan alat


dan bahan yang dapat dilakukan oleh laboran/teknisi, adalah sebagai berikut:

1. Menyusun jadwal pemeliharaan/perawatan peralatan dan bahan:

Kegiatan yang dimaksud adalah menetapkan jadwal pemeliharaan dan


perawatan yang harus dilakukan secara berkala terhadap seluruh peralatan kategori
1 yang ada di laboratorium, agar alat tersebut terjaga kinerjanya serta bahan yang
tersedia terjaga kualitasnya. Jadwal yang disusun akan berlaku untuk satu semester
kedepan (sesuai kalender akademik) dan didalamnya mencantumkan antar lain:
a. frekuensi pemeliharaan,

99
b. bagian bahan yang dipelihara
c. cara pemeliharaannya,
d. alat/bahan pembantu yang digunakan,
e. serta indikator hasil pemeliharaannya.

Mengingat sifat fisik dan kimia setiap alat dan bahan berbeda, maka periode dan
cara pemeliharaan/perawatan untuk masing-masing bahan juga berbeda.
Laboran/Teknisi/PLP harus memperhatikan MSDS (Material Safety Data Sheet) setiap
bahan umum serta mannual alat pada saat jadwal pemeliharaan bahan/alat tersebut
dibuat. Untuk melakukan hal tersebut maka dibutuhkan usaha-usaha pemeliharaan yang
antara lain meliputi :

1. Pemeliharaan rutin
2. Pemeliharaan (sifatnya perbaikan) kecil/medium
3. Bongkar seluruhnya (overhaul)

Pemeliharaan rutin adalah usaha pemeliharaan terhadap unit-unit instalasi yang


dilakukan secara rutin dan periodik dengan interval waktu pelaksanaan yang tetap dan
singkat. Jenis pekerjaan yang termasuk dalam pemeliharaan rutin pada dasarnya adalah
usaha pemeliharaan yang dilakukan tanpa melelui proses pembongkaran. Bentuk
pekerjaan dalam pemeliharaan rutin antara lain adalah:
• Inspeksi rutin adalah merupakan peninjauan secara visual terhadap kondisi fisik
komponen dari unit instalasi peralatan produksi. Pekerjaan ini biasanya dilakukan
secara rutin setiap satu hari sampai satu minggu sekali, tergantung kebutuhan.
• Pengetesan rutin, merupakan usaha untuk mengatur atau memantau kondisi kerja
suatu komponen sacara rutin agar komponen dapat diusahakan untuk beroperasi
pada kondisi normal.

Kegiatan-kegiatan yang umum dilakukan dalam pemeliharaan rutin misalnya :


• Memeriksa fungsi dari mekanisme komponen
• Memeriksa dan menyetel (adjustment)
• Membersihkan
• Mengencangkan bagian-bagian yang kendur
• Conditioning awal instrumen di nyalakan

100
Pemeliharaan kecil/medium adalah usaha perbaikan-perbaikan ringan terhadap gejala
gangguan yang berhasil terdeteksi selama pemeriksaan rutin. Perbaikan ringan sangat
penting peranannya dalam mencapai tingkat keberhasilan proses pemeliharaan yang
dilakukan terhadap suatu komponen unit instalasi.
Kegiatan overhaul pada mesin biasanya dilakukan secara periodik dan sangat teratur
serta mempunyai konsentrasi dan perhatian yang lebih dibanding pemeriksaan rutin dan
pemeliharaan kecil. Pada kegiatan ini dilakukan pembongkaran mesin untuk mengecek
kondisi komponen mesin secara menyeluruh dimana dimaksudkan untuk mengetahui
kemungkinan kerusakan yang terjadi pada mesin yang tidak dapat diketahui hanya dengan
pemeriksaan rutin. Contoh kegiatan seperti ini misalnya pada penggantian batu tahan api
di tanur/kiln pabrik semen.
Untuk menuangkan program atau jadwal pemeliharaan/perawatan alat dan bahan,
maka diperlukan suatu rekaman teknis. Rekaman teknis ini bsa dalam bentuk log book
atau formulir. Untuk program dan jadwal umumnya dibuat dalam bentuk formulir, karena
program atau jadwal yang sudah dibuat manajemen laboratorium tersebut biasanya di
tempel di Laboratorium untuk bisa dilihat oleh seluruh staf maupun tenaga laboran/teknisi.

101
Gambar 3.1. Contoh program perawatan di Lab. Elektro
102
KOP INSTANSI/SEKOLAH

No. Kode Formulir : Terbitan/revisi :


Terbitan/revisi : Tanggal revisi :
Formulir Hal....................... dari....................

FORMULIR PERMINTAAN PERBAIKAN ALAT


Status
No. Tanggal Nama Alat Kerusakan Paraf
Diperbaiki Selesai

103
Gambar 3.2. Contoh formulir usulan pemeliharaan dan perbaikan alat

2. Membersihkan, menata, dan menyimpan peralatan

Kegiatan ini dilakukan secara periodik sesuai jadwal terhadap seluruh peralatan
kategori 1 yang ada di laboratorum/bengkel, pasca pemakaian dalam rangka
memfasilitasi kegiatan pendidikan, penelitian atau pengabdian kepada masyarakat,
dan merupakan bagian dari kegiatan pemeliharaan peralatan
Kegiatan ini juga mencakup bagi peralatan kategori 1 yang tidak digunakan.
Hasil kegiatan ini adalah seluruh peralatan yang tidak/telah digunakan harus bersih
dari kotoran/sisa bahan yang menempel, disimpan, dan tertata kembali seperti
semula sedemikian rupa sehingga siap untuk digunakan kembali pada kegiatan
laboratorium selanjutnya.
Kegiatan ini harus dilakukan sesuai SOP yang tersedia terutama menyangkut
bahan dan peralatan bantu yang digunakan untuk membersihkan serta cara
membersihkannya agar fungsi kerja alat tetap terjaga.

3. Membersihkan Sarana Penunjang


Substansi kegiatan ini sama seperti kegiatan membersihkan peralatan dan bahan,
yang berbeda adalah objek yang dibersihkannya yaitu seluruh sarana penunjang
yang ada di laboratorium tempatnya bekerja.
Yang termasuk sarana penunjang misalnya adalah alat angkut dan transportasi,
sarana utilitas, kabel ekstensi, media visual (bila ada), peralatan K3, dan peralatan
lainnya yang tidak termasuk peralatan kategori 1, 2, dan 3, atau bahan lainnya yang
tidak termasuk bahan umum dan khusus.

104
4. Menata dan menyimpan sarana penunjang

Substansi kegiatan ini sama seperti kegiatan menata dan menyimpan pada butir
kegiatan menata dan menyimpa peralatan, yang berbeda adalah objek yang ditata dan
disimpannya yaitu seluruh sarana penunjang yang ada di laboratorium tempatnya bekerja.
Selain itu, kegiatan ini juga merupakan lanjutan dari kegiatan membersihkan sarana
penunjang. Penataan sarana penunjang laboratorium bertujuan agar alat penunjang
tersebut tersusun secara teratur, memiliki nilai estetika, mudah dan aman.

5. Membersihkan, menata, dan menyimpan bahan umum


Substansi Kegiatan ini dilakukan secara periodik terhadap seluruh bahan umum
yang ada di laboratorum/bengkel pasca pemakaian agar kualitasnya tetap terjaga,
dan merupakan bagian dari kegiatan pemeliharaan bahan.
Kegiatan ini merupakan bagian dari pengelolaan bahan selama berada di
laboratorium/bengkel dan harus dilakukan sesuai jadwal dan sesuai SOP yang
tersedia misalnya dengan melepaskan kotoran, pengemasan ulang, dan
penyimpanannya dalam ruang yang sesuai persyaratan bahan agar terhindar dari
kerusakan.

6. Menyusun Jadwal kalibrasi peralatan kategori 1


Kalibrasi atau tera adalah kegiatan untuk mengetahui dan menetapkan status
kelayakan fungsi kerja dari suatu alat ukur (misalnya presisi, akurasi, bias)
menggunakan acuan kalibrator yang tertelusur ke acuan internasional melalui rantai
perbandingan tak terputus. Jadwal atau program kalibrasi alat di laboratorium
dituangkan dalam bentuk formulir program/jadwal kalibrasi.

105
Beban Kerja/ 6 bulan Kalibrasi Lab. Rencana Kalibrasi Realisasi Kalibrasi Evaluasi Hasil Kalibrasi
No Nama Alat Merk/ Type Alat
Jumlah Unit satuan Terakhir Pengkalibrasi Eksternal Internal Eksternal Internal Parameter Nilai Setting Koreksi Max Status
1 Flowmeter HVAS Staplex - Baru BPPT Apr-16 in process Laju alir 1.13-1.7 L/menit Ok
2 Conduktivity meter TOA Electronics 450 jam 27-Nop-15 BBIA Sep-16 - ............... ............... Konduktivitas Ok
Panjang gelombang 398 - 780 nm -0.9 nm Ok
3 Spektrofotometer SHIMADZU UV 1700 750 jam 27-Nop-15 BBIA Sep-16 Sep-16 ............... ............... Fotometrik λ=440,465,546.1,590,635 nm -0.20 %T Ok
Radiasi sesatan
4 Timbangan Elektronik Mettler AE100 600 jam 27-Nop-15 BBIA Sep-16 Sep-16 ............... ............... Massa 10 - 100 g 0.0034 g Ok
5 Timbangan Elektronik Sartorius BS124S 900 jam 27-Nop-15 BBIA Sep-16 Sep-16 ............... ............... Massa 10 - 100 g 0.0004 g Ok
6 Water Bath Memmert 900 jam 27-Nop-15 BBIA Sep-16 - ............... ............... Suhu 44.5 oC 0.1 oC Ok
7 Autoclave All American 750 jam 26-Agust-15 BBIA Sep-16 - ............... ............... Suhu 121 oC 1.1 oC Ok
8 Furnace Thermolyne 600 jam 27-Nop-15 BBIA Sep-16 - ............... ............... Suhu 600 oC -2.9 oC Ok
9 Furnace Thermolyne F6010 600 jam 27-Nop-15 BBIA Sep-16 - ............... ............... Suhu 550 oC 4.8 oC Ok
10 HVAS Staplex 60 pemakaian 24-Nop-15 BTMP Sep-16 - ............... ............... Laju alir 0.95 - 0.99 CMM
11 Inkubator Memmert 3600 jam 26-Agust-15 BBIA Sep-16 - ............... ............... Suhu 35 oC -0.5 oC Ok
12 Oven Matheson 3600 jam 27-Nop-15 BBIA Sep-16 - ............... ............... Suhu 110 oC 1.2 oC Ok
13 Oven Memmert 900 jam 27-Nop-15 BBIA Sep-16 - ............... ............... Suhu 150 oC 0.4 oC Ok
- ............... ............... Suhu 180 oC 2.1 oC Ok
05-Mei-16 BBIA ............... ............... Suhu 135 oC -2.3 oC Ok
14 pH meter DKK-TOA 409103 600 jam 26-Agust-15 BBIA Sep-16 - ............... ............... pH 4.7.10 pH -0.35 pH Ok
Keterangan Beban Kerja = jam pemakaianx25 hari kerjax6 bulan

Gambar 3.3. Contoh Program Kalibrasi Alat Laboratorium Kimia

106
1.2. Konsep pemeliharaan/perawatan (Maintenance Concept )

Pengertian Maintenance
Suatu aktivitas yang diperlukan untuk menjaga atau mempertahankan fasilitas agar
fasilitas tersebut dapat tetap berfungsi dengan baik dan dalam kondisi siap pakai.
Alasan pentingnya maintenance
1. Agar fasilitas siap pakai pada saat diperlukan
2. Adanya penurunan kinerja baik secara teknis maupun secara ekonomis.
3. Harapan akan dapat memperpanjang umur pakai fasilitas.

Tujuan Pemeliharaan/Perawatan
1. Menjamin fasilitas (mesin/peralatan) dalam kondisi siap pakai dan mampu
memberikan keuntungan
2. Menjamin keamanan bagi operator/pengguna alat dan bahan
3. Memperpanjang umur pakai
4. Agar peralatan laboratorium selalu prima, siap dipakai secara optimal
5. Menjamin kelancaran kegiatan pembelajaran
6. Menjamin keamanan dan kenyamanan bagi para pemakai
7. Mengetahui kerusakan secara dini atau gejala kerusakan
8. Menghindari terjadinya kerusakan secara mendadak
9. Menghindari terjadinya kerusakan fatal

Tiga hal mendasar dalam pemeliharaan/perawatan alat dan bahan adalah:


1. Membersihkan ( Cleaning )
Pekerjaan pertama yang paling mendasar adalah membersihkan peralatan / mesin
dari debu maupun kotoran – kotoran lain yang dianggap tidak perlu. Debu tersebut
akan menjadi inti bermulanya proses kondensasi dari uap air yang berada di udara.
Pekerjaan membersihkan akan sangat baik apabila dilaksanakan secara periodik dan
dengan disiplin tinggi dengan menyesuaikan dinamika operasi mesin / peralatan
bersangkutan.
2. Memeriksa ( inspection )
Pekerjaan kedua adalah memeriksa bagian – bagian dari mesin yang dianggap perlu.
Pemeriksaan terhadap unit instalasi mesin perlu dilakukan secara teratur mengikuti
suatu pola jadwal yang sudah diatur.

107
3. Memperbaiki ( Repair )
Pekerjaan selanjutnya adalah memperbaiki bila terdapat kerusakan–kerusakan pada
bagian unit instalasi mesin/alat sedemikian rupa, sehingga kondisi unit instalasi/alat
tersebut dapat mencapai standard semula dengan usaha dan biaya yang wajar.
Formulir sebagai bentuk rekaman diperlukan dalam proses perbaikan alat/mesin.

Gambar 3.4. Contoh formulir Kartu Reparasi


Faktor Pendukung Pemeliharaan (Maintenance) & Perbaikan (Repair)
Dalam istilah pemeliharaan/perawatan disebutkan bahwa disana tercakup dua
pekerjaan yaitu, istilah “pemeliharaan” dan “perbaikan”. Pemeliharaan dimaksudkan
sebagai aktifitas untuk mencegah kerusakan, sedangkan istilah perbaikan dimaksudkan
sebagai tindakan untuk memperbaiki kerusakan. Indikator kegagalan/kerusakan
alat/instrumen yang dapat diartikan sebagai berikut :
Sistem tidak dapat digunakan sama sekali
Sistem masih dapat digunakan tetapi tidak menunjukkan hasil yang
memuaskan
Sistem maupun komponen sistem mengalami penurunan fungsi maupun
kinerja secara serius.

108
Faktor yang dapat mempengaruhi kerusakan alat:
1. Desain/Model
2. Perencanaan
3. Penentuan material, metoda, tenaga kerja dll
4. Konstruksi/Pembuatan
5. Pemasangan / instalasi
6. Pengendalian kualitas
7. Maintenance

Penyebab utama kerusakan mesin/peralatan


1. Lalai memenuhi perawatan dasar yang dibutuhkan mesin seperti: pelumasan,
kebersihan, dll.
2. Salah menjaga kondisi operasi mesin secara benar dalam hal: temperatur,
getaran, tekanan, kecepatantorsi, dll.
3. Kurang keterampilan
4. Kondisi mesin sudah tua / komponen usang, roda gigi aus, bantalan terjadi aus,
dll.
5. Terjadi penyimpangan baik: dimensi, material, dll.

Contoh :
1. Mesin: kotor, pelumas kotor atau bocor, panas, bising, bergetar, dll.
2. Operator : mengabaikan, salah operasi, tidak punya pengetahuan mesin, tidak
mampu merawat sederhana, dll.
3. Teknisi perawatan : mengganti dan memperbaiki tanpa petunjuk yang benar,
tidak memberikan pengetahuan perawatan terhadap operator, mengandalkan
teknologi tinggi dengan tidak melihat sumber daya yang ada, dll.

109
SDM INVEST

ASI
PELAYAN
KESELAM
AN
ATAN

PRODUC
EFICIEN
TIVITY

OVERH MAINTENACE &


QUALI
REPAIR
EAD

KESELAM
LIQUI ATAN
DITY TECHNOLO

GY

Gambar 3.5. Faktor Pendukung Pemeliharaan dan Perbaikan


Berdasarkan gambar 3.5, ditunjukkan bahwa kegiatan pemeliharaan dan perbaikan
alat di laboratorium didukung oleh faktor teknologi. Teknologi berfungsi sebagai alat atau
instrumen dalam:
1. Mengatasi keterbatasan sumber daya
2. Mengurangi ongkos
3. Memanfaatkan waktu secara efisien
4. Menghasilkan hasil kerja yang bermutu
5. Menciptakan lebih banyak pilihan
6. Menguasai, memanfatkan dan melestarikan alam
7. Memungkinkan kenyamanan
8. Meningkatkan pelayanan dan kualitas hidup

110
1.3. Strategi Pemeliharaan (Maintenance Strategy)

Pemilihan program pemeliharaan/perawatan akan mempengaruhi kelangsungan


produktivitas produksi suatu pabrik atau kelangsungan efektivitas kegiatan praktikum bagi
lingkungan sekolah. Karena itu perlu dipertimbangkan secara cermat mengenai bentuk
pemeliharaan/perawatan yang akan digunakan terutama berkaitan dengan kebutuhan
produksi, efektivitas, waktu, biaya, keterandalan tenaga perawatan dan kondisi peralatan
yang dikerjakan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi pemeliharaan/perawatan antara


lain:
1. Umur peralatan/mesin produksi
2. Tingkat kapasitas pemakaian mesin/instrumen
3. Kesiapan suku cadang/spare part
4. Kemampuan sumber daya manusia
5. Kesiapan dana dan lain-lain.
Secara skematik pembagian pemeliharaan/perawatan bisa dilihat pada gambar di
bawah ini

PEMELIHARAAN

Pemeliharaan Terencana Pemeliharaan tak terencana

Pemeliharaan pencegahan Pemeliharaan korektif Pemeliharaan darurat

Pemeriksaan termasuk Reperasi minor yang tidak


penyetelan dan pelumasan ditemukan saat pemeriksaan

Lihat, rasakan,dengar Over houl terencana

Pemeliharaan wakltu
berjalan

Gambar 3.6. Strategi Pemeliharaan

111
1.3.1. Istilah-istilah yang umum dalam pemeliharaan/perawatan:

1. Availability: Perioda waktu dimana fasilitas/peralatan dalam keadaan siap untuk


dipakai/dioperasikan.
2. Downtime: Perioda waktu dimana fasilitas/peralatan dalam keadaan tidak
dipakai/dioperasikan.
3. Check: Menguji dan membandingkan terhadap standar yang ditunjuk.
4. Facility Register: Alat pencatat data fasilitas/peralatan, istilah lain bisa juga
disebut inventarisasi peralatan/fasilitas.
5. Maintenance management: Organisasi perawatan dalam suatu kebijakan yang
sudah disetujui bersama.
6. Maintenance Schedule: Suatu daftar menyeluruh yang berisi kegiatan perawatan
dan kejadian-kejadian yang menyertainya.
7. Maintenance planning: Suatu perencanaan yang menetapkan suatu pekerjaan
serta metoda, peralatan, sumber daya manusia dan waktu yang diperlukan untuk
dilakukan dimasa yang akan datang.
8. Overhaul: Pemeriksaan dan perbaikan secara menyeluruh terhadap suatu
fasilitas atau bagian dari fasilitas sehingga mencapai standar yang dapat diterima.
9. Test: Membandingkan keadaan suatu alat/fasilitas terhadap standar yang dapat
diterima
10. User: Pemakai peralatan/operator.
11. Owner: Pemilik peralatan/fasilitas.
12. Vendor: Seseorang atau perusahaan yang menjual peralatan/perlengkapan,
pabrik-pabrik dan bangunan-bangunan.
13. Trip: Mati sendiri secara otomatis (istilah dalam listrik).
14. Shut-in: Sengaja dimatikan secara manual (istilah dalam pengeboran minyak).
15. Shut-down: Mendadak mati sendiri / sengaja dimatikan
16. Assembling: Pemasangan
17. Reliability: Keandalan
18. Fume Hood: Lemari Asam

112
1.3.2. Pemeliharaan/Perawatan Terencana (Planning & Scheduling Maintenance)

Pemeliharaan/perawatan terencana merupakan jenis pemeliharaan/perawatan yang


diprogramkan diorganisir, dijadwal , dianggarkan, dan dilaksanakan sesuai dengan rencana
serta dilakukan monitoring dan evaluasi. Pemeliharaan/Perawatan terencana ini ada dua
macam yakni perawatan yang sifatnya pencegahan atau preventif dan perawatan yang
sifatnya perbaikan atau korektif.
Berdasarkan definisinya, penjadwalan dalam sistem kerja merupakan rencana kerja
yang tersusun dan saling terkait satu sama lain dengan berbasis waktu guna
mengefektifkan kerja, sehingga akan diperoleh hasil yang optimal. Dengan telah ditentukan
waktu mengganti peralatan dengan peralatan yang baru,
berarti laboratorium/bengkel tidak memerlukan waktu lama untuk melakukan perawatan,
kecuali untuk melakukan perawatan dasar yang ringan seperti pelumasan dan penyetelan.
Ketika peralatan telah menurun kondisinya langsung diganti dengan yang baru/diganti suku
cadangnya. Cara penggantian ini mempunyai keuntungan antara lain, laboratorium/bengkel
akan selalu memiliki peralatan yang selalu siap pakai.

Tujuan dari penjadwalan ini antara lain :


Meningkatkan utilitas sumber yang dimiliki; meningkatnya utilitas berarti
berkurangnya waktu menganggur sumber tersebut.
Mengurangi jumlah pekerjaan yang menunggu dan jumlah pekerjaan yang terlambat.

Keuntungan Scheduled Maintenance


Pemeliharaan/perbaikan dapat direncanakan
Keselamatan kerja terjamin
Kondisi mesin terjaga
Mengurangi berhentinya mesin

Dalam prakteknya, pembuatan jadwal pemeliharaan/perawatan dapat dituangkan


dalam bentuk bagan (chart), model bagan diantaranya adalah bar charts dan gant charts.
Contoh bar charts dan gant chart seperti gambar 7 dan 8 di bawah ini:

113
Gambar 3.7. Contoh pembuatan jadwal atau program pemeliharaan
dengan model “Bar Charts”

Gambar 3.8. Contoh pembuatan jadwal atau program pemeliharaan


dengan model “Gant Charts”

114
1.3.3. Pemeliharaan Pencegahan (Preventive Maintenance)

Preventive Maintenance adalah pekerjaan pemeliharaan yang bertujuan


untuk mencegah terjadinya kerusakan, atau cara perawatan yang direncanakan
untuk pencegahan (preventif). Kegiatan ini merupakan salah satu komponen
penting dalam aktivitas perawatan/pemeliharaan (maintenance). Preventive
maintenance merupakan aktivitas perawatan yang dilakukan sebelum terjadinya
kegagalan atau kerusakan pada sebuah sistem atau komponen, dimana
sebelumnya sudah dilakukan perencanaan dengan pengawasan yang sistematik,
deteksi, dan koreksi, agar sistem atau komponen tersebut dapat mempertahankan
kapabilitas fungsionalnya. Ruang lingkup pekerjaan preventif termasuk: inspeksi,
perbaikan kecil, pelumasan dan penyetelan, sehingga peralatan atau mesin-mesin
selama beroperasi terhindar dari kerusakan.

Contoh-contoh perawatan/pemeliharaan yang sifatnya mencegah di antaranya:


1. Perawatan yang sesuai dengan bahan dasar pembuatan alat
Mengetahui bahan dasar gelas beker , tahan terhadap pemanasan atau tidak. Alat
yang terbuat dari logam atau besi segera dibersihkan atau dilakukan perawatan
sesudah dipakai agar tidak timbu karat , misalnya memberikan minyak ringan.
2. Peralatan yang sesuai dengan berat
Alat –alat yang berat harus disimpan dibagian paling bawah, sedangkan peralatan
yang ringan dapat diletakkan pada bagian atasnya.
3. Perawatan yang sesuai degan kepekaan alat terhadap pengaruh lingkungan.
Contoh : Alat- alat optic , lensa,cermin, teropong dan sebagainya .
4. Perawatan Alat terhadap pengaruh Bahan Kimia.
Sebaiknya Laboratorium IPA (Kimia, Fisika, Biologi, dll) dilengkapi dengan lemari
asam (fume hood). Lemari asam merupakan peralatan ventilasi lokal yang didesain
untuk mengurangi paparan dari gas berbahaya, uap beracun, maupun debu. Lemari
asam secara umum merupakan peralatan laboratorium yang berukuran besar,
dengan kabinet bawah sebagai penahan/meja. Peralatan lokal ventilasi yang
dipakai di laboratorium antara lain : kabinet udara bersih, biosafety cabinet, dan
kotak inokulasi. Semua peralatan ini merupakan peralatan untuk mengontrol
pengaruh udara yang berbahaya baik untuk personil, bahan penelitian, dan
peralatan laboratorium. Fungsi lemari asam adalah melindungi personil dari bahaya

115
terhirup gas beracun selama proses pengujian, riset mau pun pembelajaran di
laboratorium. Pengadaan lemari asam ini sebagai bentuk rill maintenance preventif
di laboratorium IPA/Sains.

Gambar 3.9. Lemari asam (Fume Hood)

5. Perawatan alat dalam bentuk set


Sebaiknya peralatan yang berbentuk set disusun kembali ke tempat semula, sesuai
ruang dalam kit(menurut petunjuk gambar susunan kit) jangan menempatkan salah
satu peralatan kit diluar kotak kit.

Keuntungan dilakukannya kegiatan preventive maintenance adalah:


Waktu terhentinya produksi menjadi berkurang.
Berkurangnya pembayaran kerja lembur bagi tenaga perawatan.
Berkurangnya waktu untuk menunggu peralatan yang dibutuhkan.
Berkurangnya pengeluaran biaya untuk perbaikan.

116
Penggantian suku cadang yang direncanakan dapat dihemat kebutuhannya,
sehingga suku cadang selalu tersedia di gudang setiap waktu.
Keselamatan kerja operator lebih tinggi karena berkurangnya kerusakan.
Umur pakai fasilitas/mesin menjadi lebih panjang

Sementara itu, kegiatan preventive maintenance juga dapat memberikan kerugian,


diantaranya:
Perawatan tidak ekonomis
waktu operasi/praktek terbuang
kemungkinan akan terjadi human error dalam proses assembling

1.3.4. Perawatan Korektif (Corrective Maintenance)


Perawatan Korektif adalah pekerjaan perawatan yang dilakukan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kondisi fasilitas/peralatan sehingga mencapai
standar yang dapat diterima. Dalam perbaikan dapat dilakukan peningkatan-
peningkatan sedemikian rupa, seperti melakukan perubahan atau modifikasi
rancangan agar peralatan menjadi lebih baik. Prosedur ini diterapkan pada
peralatan atau mesin yang sewaktu-waktu dapat rusak. Dalam kaitan ini perlu
dipelajari penyebabnya-penyebabnya, perbaikan apa yang dapat dilakukan, dan
bagaimanakah tindakan selanjutnya untuk mencegah agar kerusakan tidak terulang
lagi.

Usaha-usaha untuk mengatasi kerusakan diantaranya adalah:


1. Merubah proses
2. Merancang kembali komponen yang gagal
3. Mengganti dengan komponen baru atau yang lebih baik
4. Meningkatkan prosedur perawatan preventif. Sebagai contoh, melakukan
pelumasan sesuai ketentuannya atau mengatur kembali frekuensi dan isi
daripada pekerjaan inspeksi
5. Meninjau kembali dan merubah sistem pengoperasian mesin. Misalnya
dengan merubah beban unit, atau melatih operator dengan sistem operasi
yang lebih baik, terutama pada unit-unit khusus.

117
1.3.5. Perawatan Tidak Terencana
Perawatan tidak terencana merupakan perawatan yang bersifat perbaikan
terhadap kerusakan yang tidak diperkirakan sebelumnya. Perawatan ini tidak
dijadwalkan dan tingkat kerusakan dapat terjadi pada tingkat kerusakan ringan
sampai berat. Karena tidak direncanakan sebelumnya, sehingga disebut perawatan
darurat. Misalnya, jika sedang masak di Laboratorium Tata Boga, tiba-tiba api
berhenti dikarenakan gas nya habis. Hal ini dapat terjadi dikarenakan pengecekan
yang tidak rutin terhadap isi gas. Sama hal nya di Laboratorium Kimia, pada saat
mengukur kadar Asam Lemak dengan Gas Kromatografi tiba-tiba alat memberi
message error ‘Leak Car” di layar monitor yang berarti ada kebocoran. Hal tersebut
dapat terjadi, bisa karena septum pada injektor alat tidak diganti-ganti atau karena
gas udara tekan maupun gas fase geraknya habis.

1.3.6. Pengendalian Suku Cadang (Spare Parts Control)

Perbedaan barang umum dan spare part


1. Barang umum penggunaannya tidak tergantung peralatan tertentu, frekuensi dan
jumlah penggunaan yang relatif tetap, kebutuhannya mudah diprediksi, jenisnya
banyak, dapat distandarisasi, dapat saling dipertukarkan. Contoh barang umum,
pisau, electric tester, alat-alat gelas, dll
2. Spare part penggunaannya tergantung dari fasilitas tertentu, pembuatnya
terbatas, tidak tersedia dalam bentuk siap ada dipasaran kecuali jenis-jenis
standard, frekuensi dan penggunaan bervariasi, relatif sulit untuk memprediksi
kebutuhannya, sulit distandarisasi dan dipertukarkan.

Spare part habis pakai (consumable parts atau routine spare part)
a. Spare part untuk pemakaian biasa yang akan cepat rusak dan atau
aus
b. Perlu ada persediaan, karena kerusakan akan terjadi sewaktu-
waktu, misal: seal, v-belt, bearing, filter, dll.
Spare part pengganti (replacement parts atau overhaul Spare part )
a. Penggantianya diperlukan pada saat overhaul atau repair
b. Biasanya tidak melakukan persediaan, kecuali untuk yang vital.
Contoh: gasket, piston, moleculer seave, dll.

118
Spare part jaminan (insurance parts)
Jenis spare part jaminan adalah:
• Extended Spare part
• Major failure Spare part
Spare part ini jarang rusak, bila rusak akan vatal . Bentuknya secara umum
besar, mahal, waktu pembuatan lama. Contoh: cylinder head untuk otomotif,
crankshaft pada otomotif, dll.

Gambar 3.10. Contoh spare part pada bidang otomotif


Secara Prinsip, Spare part pengganti dan spare part overhaul tidak perlu
dilakukan persediaan, kecuali untuk peralatan vital dan penting. Pengendalian
persediaan dilakukan tergantung jadwal atau rencana yang telah ditetapkan baik
waktu, jumlah maupun jenisnya.
Berdasarkan kebutuhannya peralatan (equipment) dapat di klasifikasikan sebagai
berikut:
1. Vital equipment, peralatan utama produksi, peralatan penting yang terkait dengan
safety, dll.
2. Essential equipment, peralatan bantu utama, peralatan yang tidak termasuk dalam
katagori vital equipment.
3. Support equipment, peralatan pendukung.

119
4. Operating equipment, bukan equipment utama industri, sesuai kebijaksanaan.

Tabel 3.2. Matrik Penyediaan


Consumable Replacement Insurance parts
parts parts
Perlu di Perlu
Vital equipment Perlu disediakan
sediakan disediakan
Essential equipment Perlu disediakan Sebagian -
Support equipment Perlu disediakan - -
Operating
Perlu disediakan - -
equipment

Spare part terbagi dalam dua jenis, yaitu spare part khusus dan umum. Perbedaan
keduanya adalah sebagai berikut:
Spare part khusus
Hanya digunakan pada satu jenis equipment.
Pembuat terbatas (biasanya hanya satu pabrik).
Merek spare part adalah pabrik pembuat equipment
Tidak distandarisasi.
Spare part umum
Dapat digunakan oleh berbagai equipment.
Pembuatan dilakukan oleh banyak pabrik.
Ada standarisasi material, bentuk, ukuran maupun jenis.

1.3.7. Maintenance Reliability

Keterandalan (reliability) dapat didefinisikan sebagai cara menentukan


ukuran kinerja peralatan atau sistem. Suatu peralatan/mesin di laboratorium
maupun industri yang digunakan secara terus-menerus akan mengalami
penurunan tingkat keandalan dan kualitas performansinya. Akan tetapi usia
kegunaan peralatan dapat diperpanjang jika dilakukan aktivitas perawatan secara
berkala. Perawatan disini meliputi tindakan perawatan pencegahan (preventive
maintenance) dan perawatan korektif (conective maintenance)

120
Fogel and Petersen (1996) menjelaskan ada 5 cara agar reliability tetap
baik, yaitu:
1. Efektifitas peralatan di maksimalkan
2. Pemeliharaan alat melibatkan operator alat
3. Meningkatkan efisiensi pemeliharaan
4. Memberi pelatihan untuk meningkatkan keahlian laboran/teknisi
5. Penekanan pada preventive maintenance

121
TOPIK 2. PENATAAN PERALATAN DAN BAHAN

2.1. Pengertian Penataan Peralatan dan Bahan di Laboratorium

Penataan (ordering) alat dan bahan dimaksudkan adalah proses pengaturan


alat/bahan di laboratorium agar tertata dengan baik. Dalam menata alat/bahan tersebut
berkaitan erat dengan keteraturan dalam penyimpanan maupun kemudahan dalam
pemeliharaan (maintenance). Keteraturan penyimpanan dan pemeliharaan alat itu, tentu
memerlukan cara tertentu agar petugas laboratorium (teknisi/laboran) dapat dengan
mudah dan cepat dalam pengambilan alat untuk keperluan kerja laboratorium, juga ada
kemudahan dalam memelihara kualitas dan kuantitasnya. Dengan demikian penataan
alat/bahan laboratorium bertujuan agar alat/bahan tersebut tersusun secara teratur, indah
dipandang (estetis), mudah dan aman dalam pengambilan dalam arti tidak terhalangi atau
mengganggu peralatan lain, terpelihara identitas dan presisi alat, serta terkontrol jumlahnya
karena pemakaian maupun kehilangan.

Gambar 3.11. Penataan Laboratorium Kimia

122
Gambar 3.12. Contoh Penataan Meja-meja pada Ruang Praktikum IPA

2.2. Tujuan Tata Letak laboratorium :


a. Mengurangi hambatan dalam upaya melaksanakan suatu pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya.
b. Memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pengguna/pekerja/operato.
c. Memaksimalkan penggunaan peralatan.
d. Memberikan hasil yang maksimal dengan pendanaan yang minimal
e. Mempermudah pengawasan.

2.3. Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam menyusun tata letak


peralatan dan bahan laboratorium
a. Mudah dilihat
b. Mudah dijangkau
c. Aman untuk alat
d. Aman untuk pemakai

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 6 Tahun 2009 tentang
Laboratorium Lingkungan, maka kondisi akomodasi dan lingkungan suatu laboratorium di

123
atur secara khusu.Laboratorium lingkungan harus memiliki ruangan yang memenuhi
persyaratan sesuai peruntukannya, antara lain :

a) Ruang penyimpanan contoh uji termasuk contoh uji arsip disesuaikan dengan
kebutuhan dengan suhu 4°C ± 2°C
b) Ruang timbang yang bebas debu dilengkapi meja bebas getar dengan suhu ruangan
20oC ± 3oC dan kelembaban 45% - 65% serta disarankan untuk menggunakan pintu
ganda
c) Ruang preparasi contoh uji dilengkapi meja dengan ukuran minimal lebar 90 cm,
tinggi 80 cm dan panjang disesuaikan kebutuhan
d) Ruang instrumen dengan suhu ruangan 20oC ± 3oC dan kelembaban 45% - 65%,
misalnya untuk:
1. Spektrofotometer UV-Vis disarankan berukuran minimal 6 m2
2. AAS/ICP/Hg-analyzer disarankan berukuran minimal 7,5 m2 yang dilengkapi
dengan exhaust fan dan penyimpanan gas harus berada di luar ruangan
3. GC/GC-MS/HPLC/IC disarankan berukuran minimal 6 m2 yang dilengkapi dengan
exhaust fan dan penyimpanan gas harus berada di luar ruangan
e) Ruang mikrobiologi yang dilengkapi dengan ruang steril dan bebas debu (Laminar Air
Flow Cabinet) untuk pengujian mikroorganisme.
f) Ruang penyimpanan bahan kimia atau standar acuan atau bahan acuan dengan suhu
ruangan dan kelembaban disesuaikan dengan persyaratan
g) Lemari asam harus digunakan untuk preparasi menggunakan bahan kimia pekat atau
pelarut organik yang mudah menguap.

2. Jarak minimum antar meja kerja harus dipertimbangkan untuk kenyamanan dalam
melakukan kegiatan laboratorium. Posisi meja kerja sedapat mungkin tidak mengganggu
kegiatan personel lain.

124
Gambar 3.13. Tata Letak meja kerja di Laboratorium Lingkungan
sesuai PERMEN LH No. 6 Tahun 2009

Adapun jarak antar meja kerja sesuai gambar 13, disarankan sebagai berikut:
(a) pekerja di salah satu sisi meja, tidak ada pekerja lain yang lewat
dibelakangnya maka jarak minimum 1020 mm;
(b) pekerja di salah satu sisi meja, namun ada pekerja lain yang lewat dibelakangnya maka
jarak minimum 1200 mm;
(c) pekerja di salah satu sisi meja pada dua meja yang sejajar, tidak ada pekerja lain yang
lewat dibelakangnya maka jarak minimum 1350 mm;
(d) pekerja di salah satu sisi meja pada dua meja yang sejajar, namun ada pekerja lain
yang lewat dibelakangnya maka jarak minimum 1800 mm.

2.4. Macam-macam Peralatan Laboratorium Berdasar Jenis Material

Secara garis besar peralatan laboratorium dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) bagian
berdasar materialnya, yaitu :
1. Peralatan elektronika.
2. Peralatan yang terbuat dari bahan baku logam.
3. Peralatan yang terbuat dari bahan baku gelas.
4. Peralatan yang terbuat dari bahan baku karet/plastik.
Peralatan elektronika adalah peralatan yang mempergunakan sumber daya
listrik, misalnya : Kit Listrik (catu daya, meter dasar, multi meter, audio generator,
osiloskop, pembangkit getaran)
Bahan baku logam yang biasa dipakai untuk membuat peralatan, di antaranya
nikel, tembaga, besi, seng dan logam campuran lainnya. Peralatan yang terbuat dari

125
bahan baku logam misalnya : Kit Mekanik (micrometer sekrup, jangka sorong, pegas
spiral, neraca pegas), Kit Listrik dan magnet (papan rangkaian), mikroskop.
Bahan gelas yang biasa dipakai untuk membuat peralatan, di antaranya : pyrex
dan fiber glass. Peralatan yang terbuat dari bahan baku gelas, di antaranya : Kit Optika
(lensa, balok kaca, prisma, cermin), Kit Kimia (tabung reaksi, pipet, buret), Kit Gelombang
dan temodinamika (gelas kimia, thermometer, batang gelas), cermin pada mikroskop.
Peralatan yang terbuat dari bahan baku karet/plastik, di antaranya : pemukul garpu tala,
sarung tangan dan mistar.

2.5. Perawatan peralatan elektronika

Peralatan elektronika memiliki sifat-sifat :


1. Sensitif terhadap goncangan.
2. Sensitif terhadap medan magnet.
3. Tidak tahan terhadap suhu di atas 250C.
4. Tidak tahan terhadap terhadap udara lembab.
5. Tidak tahan terhadap kotoran dan debu.

Berdasarkan sifat-sifatnya itu, maka peralatan elektronika perlu dihindari dari


guncangan dan medan magnetik agar sensitifitas peralatan dapat terjaga. Selain itu,
hendaknya penggunaan peralatan elektronika berada dalam ruangan yang bertemperatur
antara 180C – 250C.
Setelah penggunaan peralatan elektronika, peralatan hendaknya dibersihkan dari
kotoran dan debu kemudian disimpan di ruangan yang kering.

2.6. Perawatan peralatan yang terbuat dari bahan baku logam.

Peralatan yang terbuat dari bahan baku logam mudah mengalami karatan. Untuk
menghindari terjadinya karatan itu maka peralatan harus disimpan di tempat yang
bertemperatur tinggi (± 370 C) dan lingkungan kering. Jika perlu gunakan bahan silicon
sebagai penyerap air.
Sebelum disimpan peralatan harus bebas dari kotoran, debu ataupun air yang
melekat kemudian diolesi dengan minyak olie, minyak rem atau paraffin cair.

126
2.7. Perawatan peralatan yang terbuat dari bahan baku gelas.

Bahan gelas banyak dipakai dalam laboratorium kimia dan biologi. Ada beberapa
keunggulan maupun kelemahan peralatan yang terbuat dari bahan baku gelas, yaitu :
A.. Keunggulannya :
1. Bahan baku gelas tahan terhadap bahan/reaksi kimia.
2. Bahan baku gelas tahan terhadap perubahan temperatur yang mendadak.
3. Bahan baku gelas memiliki koefisien muai yang kecil.
4. Bahan baku gelas memiliki daya tembus cahaya yang besar.
B. Kelemahannya :
1. Bahan baku gelas mudah pecah terhadap tekanan mekanik.
2. Bahan baku gelas mudah tumbuh jamur sehingga mengganggu daya
tembus cahaya.
3. Bahan baku gelas mudah tergores.

Untuk perawatan terhadap peralatan yang terbuat dari gelas bukanlah perkara
yang sulit akan tetapi menuntut ketekunan laboran. Dengan memperhatikan keunggulan
dan kelemahan dari bahan baku gelas, maka untuk perawatan peralatan berbahan baku
gelas harus memperhatikan :
1. Ruang penyimpanan peralatan harus bertemperatur antara 270C – 370C dan diberi
tambahan lampu 25 watt.
2. Ruang penyimpanan diberi bahan silicon sebagai zat higroskopis.
3. Pada waktu memanaskan tabung reaksi hendaknya ditempatkan di atas kawat
kasa. Boleh menggunakan pemanasan secara langsung asalkan bahan gelas
terbuat dari pyrex.
4. Gelas yang akan direbus hendaknya tidak dimasukkan langsung ke dalam air yang
sedang mendidih melainkan gelas direndam dengan air bersih dan dingin kemudian
tambahkan detergent, larutan kalium dichromat 10 gr, asam belerang 25 ml dan
aquadest 75 ml. Penggunaan detergent dapat menghilangkan lemak dan tidak
membawa efek perubahan fisik. Kadang-kadang memerlukan waktu perendaman
sampai beberapa jam, kemudian dibilas dengan air bersih. Keringkan dengan udara
panas lalu simpan di tempat yang kering.

127
5. Debu, keringat, minyak dari telapak tangan mudah menempel pada peralatan
berbahan baku gelas. Oleh karena itu setelah digunakan luangkan waktu sejenak
untuk membersihkan permukaan peralatan dengan kain lembut atau dengan kertas
tissue khusus. Gunakan alcohol, acetone, kapas, sikat halus dan pompa angina
untuk membersihkan lensa jangan sampai merusak lapisan lensa. Saat ini terdapat
cairan pembersih khusus kaca/lensa yang dapat diperoleh di optic untuk
membersihkan kaca/lensa dengan lebih sempurna. Hindarkan membersihkan
kaca/lensa dalam keadaan kering apalagi dengan menggunakan kain yang
berseray kasar karena hal itu dapat menimbulkan goresan pada kaca/lensa.
6. Letakkan peralatan berbahan baku gelas di tempat ketika tidak digunakan.
Meletakkan peralatan tidak di tempatnya beresiko merusak kondisi alat karena
mungkin saja peralatan tersebut tertindih atau tertekan yang mengakibatkan
terjadinya perubahan fisik permanent.

2.8. Perawatan peralatan yang terbuat dari bahan baku karet/plastik.

Peralatan berbahan baku karet bersifat elastis dan tidak tahan terhadap panas karena
dapat menggangu elastisitas karet. Sarung tangan dari karet mudah sekali meleleh
atau lengket apabila disimpan terlalu lama. Untuk menghindari kerusakan pada
peralatan berbahan baku karet/plastik, hendaknya peralatan dibersihkan dari berbagai
kotoran dengan menggunakan detergent kemudian dikeringkan (sangat baik jika
menggunakan hembusan udara panas). Setelah itu ditaburi talk (bedak) pada seluruh
permukaan karet dan disimpan dengan menggunakan tablet formalin.

Tabel 3.3. Contoh penyimpanan alat kategori 1 dan 2 di Laboratirum IPA

128
Dalam penyimpanan bahan di Laboratorium, biasanya terdapat aturan tertentu
terkait dengan keamanan bahan tersebut. Misalnya, di Laboratorium Kimia, bahan kimia
tidak boleh asal simpan karena sifat kimia bahan tersebut dapat menyebabkan reaksi yang
mungkin berakibat fatal seperti timbulnya gas beracun ataupun ledakan. Penyimpanan
bahan kimia berdasarkan sifat zat nya dapat diklasifikasikan seperti pada tabel di bawah ini
Tabel 3.4. Klasifikasi penyimpanan bahan kimia
Bahan Kimia Tidak Boleh Bercampur dengan
Asam kromat, H2Cr2O4; Asam nitrat, HNO3;
Asam asetat Senyawa hidroksil, -OH; Etilen glikol, C2H6O2;
CH3COOH Asam perklorat, HClO4; Peroksida, H2O2, Na2O2;
Permanganat, KMnO4
Aseton Campuran asam nitrat dan asam sulfat pekat, (HNO3
CH3COCH3 pkt + H2SO4 pkt); Basa kuat, NaOH, KOH
Asetilen Flor, F2; Klor, Cl2; Brom, Br2; Tembaga, Cu; Perak,
C2H2 Ag; Raksa, Hg
Air, H2O; Karbon tetraklorida, CCl4; Hidrokarbon
Logam alkali
terklorinasi, CH3Cl; Karbon dioksida, CO2; halogen,
Li, Na, K
F2, Cl2, Br2, I2
Amonia anhidros, Raksa, Hg; Kalsium, Ca; Klor, Cl2; Brom, Br2; Iod, I2;
NH3 Asam florifa, HF; Hipoklorit, HClO, Ca(ClO)2
Asam; serbuk logam; cairan dapat terbakar; Klorat,
Amonium nitrat,
ClO3- ; Nitrit, NO2-; belerang, S8; serbuk organik;
NH4NO3
bahan dapat terbakar

129
Anilin Asam nitrat, HNO3;
C6H5NH2 Hidrogen proksida, H2O2
Bahan arsenat, AsO3- Bahan reduktor
Azida, N3- Asam
Amonia, NH3; Asetilen, C2H2; butadiena, C4H6;
butana, C4H10; metana, CH4; propana, C3H8 ( atau
Brom, Br2
gas minyak bumi), hidrogen, H2; Natrium karbida,
NaC; terpentin; benzen, C6H6; serbuk logam
Kalsium oksida, CaO Air, H2O
Karbon aktif, C Kalsium hipoklorit, Ca(ClO)2; Semua oksidator
Karbon tetraklorida,
Natrium, Na
CCl4
Garam amonium; asam; Serbuk logam; Belerang, S8;
Klorat, ClO3-
Bahan organik serbuk; Bahan dapat terbakar
Asam kromat, Asam asetat, CH3COOH; Naftalen, C10H8; Kamper,
H2Cr2O4; Krom C10H16O; gliserol, HOCH2CH(OH)CH2OH; Gliserin;
trioksida, Cr2O3 terpentin; alkohol; cairan mudah terbakar
Ammonia, acetylene, butadiene, butane, methane,
Klor, Cl2 propane (or other petroleum gases), hydrogen, sodium
carbide, turpentine, benzene, finely divided metals
Klor dioksida, ClO2 Ammonia, metana, fosfin, Asam sulfida
Tembaga Asetilen, hidrogen peroksida
Cumene
Asam, organik atau anorganik
hidroperoksida
Sianida Asam
Amonium nitrat, Asam kromat, hidrogen peroksida,
Cairan dapat terbakar
Asam nitrat, Natrium peroksida, halogen
Hidrokarbon Flor, klor, brom, ASam kromat, Natrium peroksida
Asam sianat Asam nitrat, Basa
Asam florida Ammonia, aqueous or anhydrous
Tembaga, Krom, Besi, Kebanyakan logam atau
Hidrogen peroksida garamnya, Alkohol, Aseton, bahan organik, Anilin,
Nitrometan, Cairan dapat terbakar
Asam nitrat berasap, Asam lain, Gas oksidator,
Asam sulfida
Asetilen, Amonia (berair atau anhidros), Hidrogen
Hipoklorit Asam, Karbon aktif
Iod Asetilen, Amonia (berair atau anhidros), Hidrogen
Raksa Asetilen, Asam fulmanat, Amonia
Nitrat Asam sulfat
Asam asetat, Anilin, Asam kromat, Asam sianat, Asam
Asam nitrat (pekat) sulfida, Cairan dapat terbakar, Gas dapat terbakar,
Tembaga, Kuningan, Logam berat
Nitrit Asam
Nitroparafin Basa anorganik, Amina
Asam oksalat Perak, Raksa
Oli, Lemak, hidrogen; Cairan, padatan, dan Gas dapat
Oksigen
terbakar

130
Asetat anhidrid, Bismut dan aliasinya, Alkohol,
Asam perklorat
Kertas, Kayu, Lemak dan oli
Asam (organik atau mineral), Hindari gesekan, Simpan
Peroksida, organik
di tempat dingin
Fosfor (putih) Udara, Oksigen, Basa, Bahan reduktor
Kalium Karbon tetraklorida, Karbon dioksida, Air
Kalium klorat dan
Asam sulfat dan asam lain
Perklorat
Kalium permanganat Gliserin, Etilen glikol, Benzaldehid, Asam sulfat
Selenida Bahan reduktor
Asetilen, Asam oksalat, Asam tartrat, Senyawa
Perak
amonium, Asam fulmanat
Natrium Karbon tetraklorida, Karbon dioksida, Air
Natrium Nitrit Amonium nitrat dan Garam amonium lain
Etil atau metil alkohol, Asam asetat glacial, Asetat
Natrium peroksida anhidrida, Benzaldehid, Karbon disulfida, Gliserin,
Etilen glikol, Etil asetat, Metil asetat, furfural
Sulfida Asam
Kalium klorat, Kalium perklorat, kalium permanganat
Asam sulfat (atau senyawa dari logam ringan seperti natrium,
litium, dll.)
Telurida Bahan reduktor

Sumber: Manufacturing Chemists' Association, Guide for Safety in the Chemical


Laboratory, pp. 215-217, Van Nostrand Reinhold

131
TOPIK 3. INVENTARISASI PERALATAN DAN BAHAN

Di dalam laboratorium terdapat bermacam – macam alat maupun bahan kimia yang
terbuat dari bahan dan zat – zat yang sangat beragam. Ada alat yang terbuat dari bahan
yang mudah terbakar, mudah pecah, dan bahkan mudah meledak. Begitupun dengan
bahan kimianya, bahan kimia ada yang bersifat mudah meledak, mudah terbakar, dan
mudah bereaksi misalnya denagn air atau udara sekalipun. Jika terjadi kesalahan dalam
menggunakan, menyimpan , dan bahkan hal kecil seperti membawa alat dan bahan
laboratorium yang berbahaya bias menimbulkan kecelakaan kerja dan bias menimbulkan
penyakit bahkan bias mengakibatkan kematian bagi pengguna. Dengan karakteristik dari
setiap alat dan bahan yang berbeda – beda tersebut, maka dalam pengelolaannya dan juga
penggunaannya harus sangat berhati – hati dan memperhatikan beberapa kaidah. Oleh
sebab itu, inventarisasi alat dan bahan laboratorium menjadi hal yang sangat penting dan
perlu diperhatikan dalam penerapannya di laboratorium.
Inventarisasi sering juga di sebut administrasi, Inventaris adalah sutu kegiatan dan
usaha untuk menyediakan catatan tentang keadaan semua fasilitas, barang-barang yang
dimiliki sekolah. Bagi sekolah yang mempunyai beberapa laboratorium sangat penting
untuk mendata fasilitas/menginventaris alat dan bahan lab untuk kegiatan pembelajaran
siswa. Dengan kegiatan invetarisasi yang memadai akan dapat diperoleh pedoman untuk
mempersiapan anggaran atau mempersiapkan kegiatan pada tahun yang akan datang.
Pengadministrasian alat dan bahan biasanya dituangkan dalam formulir teknis
inventarisasi alat dan bahan.

Administrasi alat Administrasi bahan memuat 1.Buku Inventaris


memuat informasi: informasi 2.Kartu Stok
 Nama alat, secara 1. Nama bahan secara
alphabetis,
3.Buku Catatan
Harian
alphabetis
 Fungsi
2. dilengkapi rumus 4.Kartu

 molekul bila bahan Kerusakan alat


Spesifikasi dan bahan

kimia
Spare part 3. wujud bahan: padat, 5.Kartu
 Negara asal cair, gas. Perbaikan

 Kondisi
4. kategori: pa (pro- 6.Label

 analysis) atau teknis 7.Formulir


Jumlah Persiapan

atau bahan khusus
Keterangan atau umum Praktikum
5. konsentrasi
6. Sifat /tingkatbahaya

132
Contoh formulir yang dapat digunakan untuk inventarisasi alat dan bahan adalah
sebagai berikut.

Tabel 3.5. Contoh Formulir inventarisasi alat dan bahan

133
TOPIK 4. KESELAMATAN KERJA DAN TATA TERTIB LABORATORIUM
4.1. Keselamatan Kerja di Laboratorium

Keselamatan adalah faktor yang seharusnya menjadi perhatian yang paling besar
dalam kegiatan laboratorium, tetapi umumnya yang selama ini terjadi adalah justru
terabaikan. Kita belum terbiasa memperhatikan keselamatan bekerja. Syarat keamanan di
laboratorium bertujuan untuk melindungi baik yang bekerja di laboratorium itu sendiri,
maupun untuk keamanan sekitar/lingkungan.
Beberapa hal yang menyangkut keamanan laboratorium adalah tersedianya
ventilasi/blower, unit pengolahan limbah, bak cuci dan saluran yang aman. Pintu
masuk/keluar hendaknya cukup luas dan mengarah/membuka keluar sehingga bila terjadi
keadaan darurat orang dari dalam dapat dengan mudah keluar tanpa hambatan. Selain itu,
laboratorium hendaknya dilengkapi dengan alat keaman seperti pemadam api, alat
pelindung diri (APD), seperti jaslab, masker, google, alat listrik yang aman, detektor,
shower, kotak P3K, serta peralatan keamanan khusus lainnya.
Selain didukung oleh fasilitas keselamatan laboratorium, setiap pekerja di
laboratorium sebaiknya menyadari bahwa bekerja di laboratorium mengandung resiko yang
membahayakan keselamatan kerja. Oleh karena itu untuk menghindari terjadinya
kecelakaan yang membahayakan keselamatan kerja maka para pekerja laboratorium perlu
mengetahui sumber-sumber bahaya di laboratorium, simbol-simbol bahan kimia
berbahaya, dan kegiatan laboratorium yang dapat menimbulkan kecelakaan.

4.2. Pengenalan jenis bahaya di laboratorium

Jenis bahaya yang menimbulkan kecelakaan di laboratorium meliputi keracunan,


iritasi, luka kulit, luka bakar, dan kebakaran.
Keracunan akibat penyerapan zat kimia beracun (toxic) baik melalui oral maupun
kulit. Keracunan dapat bersifat akut atau kronis. Akut artinya dapat memberikan
akibat yang dapat dilihat atau dirasakan dalam waktu singkat. Misalnya, keracunan
fenol dapat menyebabkan diare dan keracunan karbon monoksida dapat
menyebabkan pingsan atau kematian dalam waktu singkat. Kronis artinya pengaruh
dirasakan setelah waktu yang lama, akibat penyerapan bahan kimia yang
terakumulasi terus menerus. Contoh menghirup udara benzena, kloroform, atau

134
karbon tetraklorida terus menerus dapat menyebabkan sakit hati (lever). Uap timbal
dapat menyebabkan kerusakan dalam darah.
Iritasi dapat berupa luka, atau peradangan pada kulit, saluran pernapasan dan mata
akibat kontak dengan bahan kimia korosif, seperti asam sulfat, gas klor, dll.
Luka kulit dapat terjadi sebagai akibat bekerja dengan alat gelas. Kecelakaan ini
sering terjadi pada tangan atau mata karena pecahan kaca.
Luka bakar atau kebakaran disebabkan kurang hati-hati dalam menangani pelarut-
pelarut organik yang mudah terbakar, seperti eter dan etanol atau bekerja dengan
instalasi listrik. Hal yang sama dapat diakibatkan oleh peledakan bahan reaktif
peroksida dan perklorat, dsb.

Sumber bahaya lain yang terjadi di laboratorium dapat diakibatkan oleh kesalahan teknik
bekerja. Beberapa contoh yang berhubungan dengan aspek ini adalah:
Banyak peralatan yang tidak diperlukan pada meja praktikum. Simpanlan kelebihan
peralatan tersebut pada lemari alat.
Mengarahkan tabung reaksi yang sedang dipanaskan ke badan atau teman
didekatnya.
Melubangi sumbat karet tanpa dibasahi dahulu dengan air atau menggunakan
tumpuannya menggunakan telapak tangan.
Memasukkan pipa kaca ke dalam sumbat karet tanpa mengunakan lap, tanpa
dibasahi air, dan cara memegang pipa kacanya jauh dari permukaan karet.
Memindahkan zat ke botol pereaksi bermulut kecil tanpa menggunakan corong, dll.

4.3. Tata Tertib Laboratorium

Suatu laboratorium akan berjalan sesuai dengan perannya bila disertai dengan
aturan main yang dituangkan dalam tata tertib laboratorium. Sekecil apapun laboratorium,
haruslah memiliki tatatertib karena tata tertib akan sangat mendukung terhadap
keselamatan sendiri, orang lain dan lingkungan, serta untuk menunjang kelancaran
kegiatan laboratorium itu sendiri. Setiap siswa atau orang lain yang akan bekerja di
laboratorium harus mengetahui tata-tertib yang berlaku di laboratorium tersebut. Umumnya,
tata-tertib di laboratorium meliputi:

135
Tata-tertib umum: menyangkut hal-hal umum sebagaimana berlaku di setiap
laboratorium. Tujuannya untuk melindungi pengguna laboratorium dan kepentingan
umum. Seharusnya tata tertib umum ditulis dengan bahasa yang jelas dan singkat
dan mudah terbaca.
Tata-tertib khusus: Biasanya diberlakukan khusus, misalnya untuk para pengguna
laboratorium dari luar, atau yang menyangkut laboratorium dengan spesifikasi
khusus, seperti laboratorium yang memiliki ruang steril atau ruang gelap. Tata-tertib
di laboratorium hendaknya dilengkapi dengan perangkat sangsi bagi pelanggar.
Sanksi ini dapat berupa teguran, dikeluarkan dari laboratorium, atau sanksi
administrasi, denda dan sanksi lainnya. Sanksi ini harus tertulis dengan jelas dan
dikomunikasikan kepada pengguna

Rangkuman Materi
Laboratorium atau bengkel merupakan tempat belajar mengajar melalui metode
pratikum yang dapat menghasilkan pengalaman belajar, di mana siswa berinteraksi dengan
berbagai alat dan bahan untuk mengobservasi gejala-gejala yang dapat diamati secara
langsung dan dapat membuktikan sendiri sesuatu yang telah dipelajarinya. Laboratorium
dapat merupakan ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka.
Unsur-unsur kegiatan pemeliharaan/perawatan peralatan dan bahan di laboratorium
yang harus dikerjakan oleh Laboran/Teknisi/PLP diantaranya adalah:
1. Menyusun jadwal pemeliharaan/perawatan peralatan dan bahan
2. Membersihkan, menata, dan menyimpan peralatan:
3. Membersihkan sarana penunjang
4. Menata dan menyimpan sarana penunjang
5. Membersihkan, menata dan menyimpan bahan
6. Melakukan kalibrasi peralatan
Konsep dasar dalam proses pemeliharaan/perawatan alat dan bahan adalah:
1. Membersihkan ( Cleaning )
2. Memeriksa ( Inspection )
3. Memperbaiki ( Repair )
Dalam strategi pemeliharaan, pemilihan program pemeliharaan/perawatan akan
mempengaruhi kelangsungan produktivitas produksi suatu pabrik atau kelangsungan
efektivitas kegiatan praktikum di lingkungan sekolah. Program pemeliharaan dibagi dalam

136
2 frekuensi waktu, yaitu pemeliharaan terencana dan pemeliharaan tidak terencana.
Pemeliharaan terencana dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pemeliharaan pencegahan
(preventive maintenance) dan pemeliharaan korektif (corrective maintenance). Sementara
itu pemeliharaan lainnya adalah pemeliharaan tak terencana yang juga disebut
pemeliharan darurat karena dilakukan secara sewaktu-waktu atau mendadak dan tanpa
direncanakan terlebih dahulu.
Peralatan/mesin di laboratorium maupun industri yang digunakan secara terus-
menerus akan mengalami penurunan tingkat keandalan (reliability) dan kualitas
performansinya. Akan tetapi usia kegunaan peralatan dapat diperpanjang jika dilakukan
aktivitas perawatan/pemeliharaan secara berkala. Kegiatan Penataan, inventarisasi
(administrasi) alat dan bahan, serta implemtasi kerja aman sesuai tata tertib di
Laboratorium merupakan bagian dari proses pemeliharaan/perawatan.

Evaluasi

Latihan Soal Uraian:

1. Berdasarkan Peraturan Menteri PAN-RB No. 3 Tahun 2010, bahwa alat dikelompokkan
dalam 3 kategori dan bahan dikelompokkan menjadi bahan khusus dan umum. Buatlah
daftar alat dan bahan sesuai kategori alat dan jenis bahan yang tersedia di laboratorium
anda!
2. Buatlah contoh program pemeliharaan alat yang tersedia di laboratorium sekolah anda!
3. Buatlah formulir inventarisasi kemudiian lakukan pendataan (inventarisasi) terhadap alat
yang ada dilaboratorium sekolahmu sesuai formulir inventarisasi yang sudah anda
dibuat.!
4. Buatlah daftar bahan yang ada di laboratorium/bengkel sekolahmu, kemudian
kelompokkan berdasarkan ujud dan jenis bahayanya!
5. Uraikanlah strategi pemeliharaan alat di laboratorium anda!

137
BAGIAN IV
PENGEVALUASIAN DAN PENGEMBANGAN KEGIATAN
PENGELOLAAN LABORATORIUM/BENGKEL SEKOLAH

TOPIK 1 PENGEVALUASIAN KEGIATAN LABORATORIUM/BENGKEL

1.1. Konsep Pengevaluasian Kegiatan Laboratorium/bengkel

Kemampuan melakukan evaluasi terhadap implementasi kegiatan


laboratorium/bengkel merupakan dimensi kompetensi manajerial yang harus dimiliki
pengelola laboratorium/bengkel baik kepala, teknisi, maupun laboran. Evaluasi kegiatan
laboratorium/bengkel merupakan implementasi tahap check dalam sisklus PDCA sistem
manajemen mutu laboratorium/bengkel. Kegiatan ini merupakan sarana untuk mengukur
capaian dan efektivitas implementasi kegiatan pengelolaan laboratorium/bengkel
dibandingkan terhadap rencana/program dan sasaran program yang ditetapkan
sebelumnya. Hasil evaluasi kegiatan akan menjadi input dan landasan untuk melakukan
perbaikan, peningkatan, dan pengembangan laboratorium/bengkel. Evaluasi kegiatan
harus dilakukan berdasarkan bukti atau fakta objektif yang bisa diperoleh dari
rekaman/catatan bukti pelaksanaan kegiatan, sedangkan momentum kegiatan evaluasi
dapat dilakukan pada kegiatan audit internal/eksternal atau pada kegiatan kajiulang
kegiatan laboratorium/bengkel yang biasanya dijadwalkan secara periodik sesuai kalender
sistem manajemen mutu laboratorium/bengkel.
Efektivitas evaluasi kegiatan pengelolaan laboratorium/bengkel sangat ditentukan
oleh kemampuan personil (kepala, teknisi, atau laboran) berdasarkan background teknis
dan pengalaman yang dimilikinya. Kegiatan evaluasi kegiatan yang efektif dilakukan
melalui tahapan sebagai berikut:
1.1.1. Mengidentifikasi ketidaksesuaian.

Personil laboratorium/bengkel yang melakukan evaluasi harus mampu melakukan


identifikasi adanya berbagai ketidaksesuaian pada implementasi sistem manajemen
laboratorium/bengkel berbasis rekaman/fakta objektif kegiatan. Ketidaksesuaian yang
teridentifikasi bisa berupa ketidaksesuaian implementasi terhadap kebijakan dan
program laboratorium/bengkel, ketidaksesuaian personil laboratorium/bengkel, siswa

138
dan pengguna laboratorium/bengkel lainnya dalam menerapkan SOP/POB dan IK
laboratorium/bengkel, inefektivitas POB dan IK laboratorium/bengkel, ketidaksesuaian
hasil praktikum, ketidaksesuaian pelayanan laboratorium/bengkel yang diperoleh dari
umpan balik siswa, guru nonpengelola, orangtua, masyarakat, dan sebagainya. Personil
yang ditugaskan sering disebut sebagai auditor internal, atau asesor. Untuk menghindari
subjektivitas, dan memperoleh temuan ketidaksesuaian yang tepat dan objektif, personil
yang ditugaskan harus independen, tidak terkait tugas dengan bidang kegiatan
laboratorium/bengkel yang diaudit.

1.1.2. Mengidentifikasi akar penyebab ketidaksesuaian.


Setelah ketidaksesuaian diketahui, personil yang melakukan evaluasi harus mampu
mengidentifikasi akar penyebab ketidaksesuaian. Bisa jadi terdapat beberapa penyebab
pada suatu ketidaksesuaian, sehingga personil yang melakukan evaluasi kegiatan harus
mengurut daftar penyebab berdasarkan signifikansi potensinya, dan menetapkan akar
penyebab utama. Personil yang melakukan evaluasi kegiatan juga harus mampu
membedakan ketidaksesuaian menjadi isolated incident-accident yang cukup diperbaiki
dengan correction (mengkoreksi), atau systemic incident-accident yang disamping
diperbaiki dengan mengkoreksi, juga harus dengan corrective action (tindakan
perbaikan). Apabila akar penyebab ketidaksesuaian terpilih tidak bisa memperbaiki
secara efektif, dan berpotensi pada terulangnya kembali ketidaksesuaian, personil yang
melakukan evaluasi harus mampu menemukan kembali akar penyebab lain, sehingga
tahap ini seringkali memerlukan waktu yang cukup lama.

1.1.3. Rekomendasi koreksi, dan perbaikan.


Output evaluasi kegiatan laboratorium/bengkel adalah rekomendasi kepada personil
laboratorium/bengkel yang ditunjuk untuk melakukan koreksi, tindakan perbaikan dan
tindakan pencegahan. Koreksi bisa dilakukan secara langsung bersamaan dengan
teridentifikasinya ketidaksesuaian, sedangkan tindakan perbaikan merupakan tindakan
untuk menghilangkan akar penyebab ketidaksesuaian, dan pencegahan agar
ketidaksesuaian serupa tidak terulang kembali. Seperti halnya tahap mengidentifikasi
akar penyebab ketidaksesuaian, tindakan perbaikan juga seringkali membutuhkan
waktu yang cukup lama, karena tahap ini mencakup pemantauan terhadap efektivitas
atas hasil tindakan perbaikan terpilih yang telah dilakukan. Gambar berikut menyajikan

139
tahapan proses evaluasi kegiatan laboratorium/bengkel, dimulai adanya
ketidaksesuaian, ditemukaannya ketidaksesuaian, dan tindakan perbaikan berbasis
analisis akar penyebab ketidaksesuaian.

Gambar 4.1 Ketidaksesuaian dan tindakan perbaikan pada evaluasi kegiatan

Berikut adalah contoh kasus ketidaksesuaian, tindakan perbaikan, dan


pencegahan pada proses evaluasi kegiatan laboratorium/bengkel.
Identifikasi ketidaksesuaian:
Pada suatu kegiatan audit internal ditemukan rekaman salah perhitungan konsentrasi
larutan oleh seorang teknisi laboratorium/bengkel.
Identifikasi akar penyebab yang mungkin:
1. Teknisi belum memahami berbagai cara menghitung konsentrasi larutan dan belum
paham mengoperasikan program excell komputer dalam menghitung konsentrasi
larutan.
2. Teknisi salah melakukan akuisisi data penimbangan padatan bahan ke formula
perhitungan excell komputer, karena pencatatan dilakukan pada kertas timbang.
Tindakan koreksi:
Penghitungan ulang konsentrasi larutan dan penggantian label konsentrasi larutan dengan
konsentrasi baru yang benar.
Tindakan perbaikan:
1. Refreshment pelatihan kepada teknisi tentang cara menghitung berbagai konsentrasi
larutan dan cara mengoperasikan program excell.
2. Perbaikan Instruksi Kerja cara membuat larutan dengan menambahkan klausul:
“timbang sejumlah bahan baku larutan, catat pada buku kerja sampai 4 desimal
dibelakang koma”
Tindakan pencegahan:
Perbaikan dokumen tuksi (jobdes) teknisi dan tuksi penyelia laboratorium/bengkel dengan
menambahkan klausul misalnya, bagi teknisi “melaporkan hasil perhitungan konsentrasi

140
larutan ke penyelia” sedangkan bagi penyelia “memverifikasi kesesuaian hasil perhitungan
konsentrasi yang dilakukan teknisi”.
Untuk merekam semua tahapan evaluasi kegiatan tersebut, diperlukan formulir
yang harus dibuat dan dikembangkan sendiri oleh teknisi/laboran yang melakukan
evaluasi. Gambar berikut menyajikan contoh formulir yang bisa digunakan untuk merekam
proses evaluasi kegiatan.

Gambar 4.2 Contoh Formulir Tindakan Perbaikan

141
Gambar 4.3 Contoh Formulir Tindakan Pencegahan

Pengevaluasian kegiatan laboratorium/bengkel merupakan evaluasi sistem yang


dilakukan menyeluruh/komprehensif terhadap seluruh sumberdaya laboratorium/bengkel
mencakup sumberdaya manusia, metode, peralatan, bahan, lingkungan, dan sistem
manajemen yang diterapkan untuk mengelola sumberdaya laboratorium/bengkel tersebut.
Hasil evaluasi harus mampu mengidentifikasi capaian, dan kekurangan/ketidaksesuaian,
dengan menganalisis penyebab terjadinya kekurangan/ketidaksesuaian tersebut, yang
akan merupakan rekomendasi bagi peningkatan untuk pengelolaan laboratorium/bengkel
selanjutnya. Mengacu ke Permendikbud No.26:2008 tentang standar tenaga
laboratorium/bengkel Sekolah/Madrasah dan Permenpan No.3:2010 tentang jabatan
fungsional PLP, kegiatan yang tercakup dalam unsur pengevaluasian kegiatan
laboratorium/bengkel diantaranya adalah:
1. Mengevaluasi program tahunan pengelolaan laboratorium/bengkel
2. Mengevaluasi SOP pengoperasian peralatan dan SOP penggunaan bahan
3. Mengevaluasi kinerja peralatan

142
1.2. Mengevaluasi Program Tahunan Pengelolaan Laboratorium/Bengkel

Kegiatan ini berupa evaluasi keseluruhan yang komprehensif terhadap kinerja


laboratorium/bengkel dalam pengelolaan alat, bahan, metode, dan sumber daya lainnya
dalam mendukung kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat untuk
tahun yang telah berjalan. Hasil evaluasi harus mampu mengidentifikasi capaian,
kekurangan, dan menganalisis penyebab terjadinya kekurangan tersebut, rekomendasi
tindaklanjut yang harus dilakukan dan rekomendasi peningkatan untuk pengelolaan
laboratorium/bengkel tahun berikutnya.
Capaian yang diukur pada evaluasi adalah butir-butir kegiatan yang telah
ditetapkan sebagai sasaran kegiatan (sasaran mutu laboratorium/bengkel) yang telah
ditetapkan di awal kalender akademik laboratorum, misalnya ditetapkan di awal tahun
ajaran, diantaranya:
1. Kinerja guru mata pelajaran dalam menyiapkan petunjuk praktikum dan pengawasan
saat pelaksanaan praktikum,
2. Kinerja teknisi dan laboran berkaitan dengan administrasi dan persiapan praktikum,
perawatan alat dan bahan penilaian kegiatan laboratorium/bengkel,
3. Efektivitas penggunaan bahan dan peralatan laboratorium/bengkel dalam memfasilitasi
kegiatan praktikum, penelitian dan pelayanan kepada masyarakat,
4. Efektivitas metode praktikum/IK praktikum, dalam menghasilkan data/produk yang
sesuai selama praktikum,
5. Ketaatan peserta didik melaksanakan SOP/IK laboratorium/bengkel selama praktikum,
6. Kinerja vendor/suplier/mitra kerja laboratorium/bengkel dalam hal pengadaan barang
(bahan kimia, peralatan) dan jasa (servis, kalibrasi, subkontrak, dan lainnya)
7. Tercapainya status zero accident peserta didik selama melaksanakan praktikum.

1.3. Mengevaluasi SOP Pengoperasian Peralatan dan SOP Penggunaan


Bahan

Dalam dokumentasi sistem manajemen pengelolaan laboratorium/bengkel, SOP


yang dimaksud disini adalah adalah instruksi kerja (IK). Pengelola laboratorium/bengkel
(Kepala, Teknisi, Laboran), harus mengendalikan semua dokumen internal (MM, POB, IK,
Rekaman) dan dokumen eksternal yang digunakan sebagai panduan dalam mengelola
laboratorium/bengkel. Sebagaimana manual mutu dan POB, IK pengoperasian alat, IK

143
penggunaan bahan, atau IK pengoperasian alat dan penggunaan bahan termasuk
kedalam dokumen internal yang harus dikendalikan, harus tersedia, dan terpelihara
kemutakhirannya.
IK pengoperasian alat adalah instruksi kerja berupa urutan tindakan yang harus
dilakukan oleh seorang operator dalam menggunakan suatu alat, biasanya merupakan
saduran dari “manual operation” yang tersedia sebagai paket dalam
pengadaan/pembelian alat. IK penggunaan bahan adalah instruksi kerja berupa urutan
tindakan yang harus dilakukan oleh seorang teknisi/laboran dalam menggunakan suatu
bahan, biasanya dibuat mengacu ke MSDS, dan CAS number yang tersedia sebagai
paket dalam pengadaan/pembelian bahan.
Dalam mengoperasikan alat untuk memfasilitasi kegiatan praktikum atau
penelitian, tentunya proses pengoperasian alat akan melibatkan penggunaan bahan. Jika
terjadi perubahan kinerja alat karena masa pakai, atau ada penggantian grade bahan yang
digunakan, maka IK pengoperasian alat, IK pengggunaan bahan, atau IK pengoperasian
alat dan penggunaan bahan yang telah tersedia harus dievaluasi apakah masih sesuai
dengan perubahan tersebut agar tetap mampu menjamin kualitas pengukuran atau hasil
produksi saat pelaksanaan praktikum atau penelitian. Proses kaji ulang/evaluasi terhadap
IK tersebut harus dilakukan secara berkala sesuai prosedur yang ditetapkan, dan
dilakukan oleh fungsi yang sama dengan yang melakukan sebelumnya.
Hasil evaluasi berupa kesimpulan apakah IK dimaksud masih layak atau harus
diupdate, serta rekomendasi teknis pemutakhiran yang harus dilakukan jika diperlukan.
Jika harus direvisi/diupdate, laboratorium/bengkel harus segera menerbitkan ulang IK
tersebut dengan nomor terbitan/edisi/revisi terbaru, menarik IK yang digantikan, dan
mengidentifikasi bagian IK yang direvisi dalam lembar amandemen IK tersebut. Gambar
berikut menampilkan contoh bagian sampul dan lembar amandemen IK pengoperasian
alat AAS sebelum dan setelah dievaluasi, sebagai implementasi terhadap suatu temuan,
evaluasi penyebab, dan tindakan koreksi atas ketidak sesuaian.

144
Gambar 4.4 Bagian sampul dan lembar amandemen IK sebelum Evaluasi (Perhatikan
bagian identitas terbitan/revisi, dan alasan revisi)

Gambar 4.5 Bagian sampul dan lembar amandemen IK setelah Evaluasi (Perhatikan
bagian identitas terbitan/revisi, dan alasan revisi)

1.4. Mengevaluasi Kinerja Peralatan

Seperti halnya faktor personil, lingkungan, dan metode, alat termasuk faktor utama
yang menentukan kebenaran/kehandalan dalam melakukan pengukuran pada kegiatan
praktikum/penelitian di laboratorium/bengkel. Kinerja alat merupakan parameter kunci
yang harus dipenuhi oleh setiap alat untuk memastikan alat mampu melakukan
pengukuran dengan akurasi, dan ketelitian sesuai yang dipersyaratkan. Cara terbaik
mengukur kinerja alat adalah melalui kalibrasi menggunakan standar acuan/kalibrator
yang tertelusur ke satuan pengukuran sistem internasional (SI) melalui rantai
perbandingan tidak terputus, atau menggunakan bahan acuan bersertikat (SRM/CRM)
yang dianggap memiliki “nilai benar” melalui prosedur tertentu atau melalui konsensus.
Tergantung tingkat pemakaian dan pembebanan, setiap alat ukur harus dikalibrasi secara
periodik. Kebanyakan laboratorium/bengkel kalibrasi merekomendasikan siklus

145
kalibrasi/rekalibrasi setahun sekali. Diantara selang waktu kalibrasi/rekalibrasi,
laboratorium/bengkel juga harus melakukan pengecekan kinerja antara secara mandiri
terhadap alat ukur yang dimilkinya.
Tergantung sistem kerja dan besaran yang diukur, setiap alat mempunyai kriteria
kinerja yang khas. Tabel berikut menyajikan beberapa contoh indikator kinerja alat yang
perlu diperhatikan oleh personil yang ditugaskan mengevaluasi kinerja peralatan yang ada
di laboratorium/bengkel tempatnya bekerja.
Tabel 4.1 Indikator Kinerja beberapa Alat Laboratorium/bengkel

Tabel 4.2 Batas Keberterimaan Indikator Kinerja beberapa Alat Laboratorium/bengkel


Nama Alat Parameter Kinerja Batas Kelayakan Kinerja
Akurasi Hasil pengecekan sedekat mugkin
dengan nilai benar dari SRM/CRM pH
4.0; 7.0; 10.0, berdasarkan % akurasi
pH Meter
Linearitas dan slope Koefisien korelasi ≥ 0.995 dengan
tegangan elektroda slope ± 0.059 pada suhu pengukuran
25°C
Inkubator Akurasi suhu Maksimum deviasi ± 2°C,
menggunakan termometer terkalibrasi
Akurasi panjang gelombang
UV-Vis Maksimum deviasi 1.00 nm
(λ)
Spektrofoto
Akurasi fotometrik Dikromat; Abs: 0.740 – 0.756 pada 235
meter
nm

146
CuSO4 ; Abs: 0.516 – 0.537 pada 700
nm
Water bath Akurasi suhu Maksimum deviasi ± 0.2°C

Selain parameter kinerja, setiap alat juga mempunyai/menetapkan batas


keberterimaan nilai terhadap setiap kinerjanya yang nilainya juga berbeda-beda
bergantung sistem kerja dan besaran ukur yang dijadikan sebagai indikator kinerja. Tabel
4.2 menyajikan beberapa contoh batas keberterimaan indikator kinerja alat yang perlu
diperhatikan oleh personil yang ditugaskan mengevaluasi kinerja peralatan yang ada di
laboratorium/bengkel tempatnya bekerja.
Dengan demikian, personil yang ditugaskan mengevaluasi kinerja alat, harus
mampu menetapkan indikator/kriteria kinerja, dan batas keberterimaan kinerja terhadap
seluruh peralatan yang ada di laboratorium/bengkel tempatnya bekerja. Evaluasi yang
dilakukan bersifat menyeluruh terhadap peralatan yang ada di laboratorium/bengkel yang
digunakan untuk mendukung seluruh aktivitas kegiatan praktikum, penelitian, dan
pelayanan kepada masyarakat. Bahan yang dijadikan dasar evaluasi adalah rekaman hasil
pengecekan kinerja alat yang telah dilakukan oleh teknisi laboratorium/bengkel lainnya.
Hasil evaluasi berupa status kinerja dari setiap alat serta rekomendasi peningkatan
kinerjanya (misalnya rekomendasi untuk memperbaiki batas kemampuan pengukuran
dengan penggantian bagian komponen alat). Hasil evaluasi bisa juga menyimpulkan alat
yang bersangkutan masih layak pakai namun harus memasukkan faktor koreksi dalam
melaporkan hasil pengukurannya, atau tidak layak pakai karena hasil pengukuran sudah
diluar batas toleransi yang ditetpkan.

147
TOPIK 2 PENGEMBANGAN KEGIATAN LABORATORIUM/BENGKEL
2.1. Konsep Pengembangan Kegiatan Laboratorium/Bengkel

Kemampuan melakukan pengembangan/peningkatan kegiatan


laboratorium/bengkel merupakan dimensi kompetensi manajerial yang harus dimiliki
pengelola laboratorium/bengkel baik kepala, teknisi, maupun laboran. Pengembangan
kegiatan laboratorium/bengkel merupakan implementasi tahap act dalam sisklus PDCA
sistem manajemen mutu laboratorium/bengkel, dan merupakan implementasi moto
“continual improvement” dalam sistem manajemen mutu. Tidak ada capaian “sempurna”
dalam melakukan kegiatan, sehingga evaluasi yang ditindaklanjuti dengan tindakan
perbaikan, dan mengambil manfaatnya untuk peningkatan/pengembangan merupakan
siklus yang senantiasa harus diterapkan dalam mengelola laboratorium/bengkel agar mutu
pelayanan laboratorium/bengkel terpelihara, dan mampu memberikan pelayanan terbaik
kepada guru, siswa, dan masyarakat pengguna secara berkelanjutan.
Komitmen melakukan peningkatan diformalkan dalam bentuk sasaran program
setahun ke depan berbasis capaian sasaran program setahun yang dilewati. Berbagai
input dapat dimanfaatkan untuk merumuskan pengembangan kegiatan diantaranya tapi
tidak terbatas pada, misalnya: temuan hasil audit, dan umpan balik siswa, guru
nonpengelola, orangtua, masyarakat, dan sebagainya, sedangkan momentum
menyusun/menetapkan program pengembangan/peningkatan dapat dilakukan pada
kajiulang kegiatan laboratorium/bengkel yang biasanya dijadwalkan secara periodik sesuai
kalender sistem manajemen mutu laboratorium/bengkel.
Personil pengelola laboratorium/bengkel harus cermat dalam menentukan volume
dan jenis peningkatan yang akan dilakukan karena akan berkonsekuensi pada alokasi
anggaran dan biaya. Peningkatan atau menambah kemampuan pelayanan biasanya
memerlukan pengadaan sumberdaya peralatan dan bahan melalui pembuatan atau
pengadaan, sedangkan peningkatan efektifitas implementasi sistem pengelolaan
biasanya hanya berkonsekuensi pada peningkatan kompetensi personil melalui
pendidikan atau pelatihan. Mengacu ke Permendikbud No.26:2008 tentang standar tenaga
laboratorium/bengkel Sekolah/Madrasah dan Permenpan No.3:2010 tentang jabatan
fungsional Permenpan No.3:2010 tentang jabatan fungsional PLP, lingkup pekerjaan
mengembangkan sistem pengelolaan laboratorium/bengkel diantaranya adalah:
1. Mengembangkan metode (pengujian pada praktikum atau penelitian)

148
2. Membuat atau Memodifikasi Peralatan laboratorium/bengkel

2.2. Mengembangkan Metode

Dalam melakukan kegiatan pelayanan praktikum, atau penelitian,


laboratorium/bengkel biasanya menggunakan metode pengujian standar yang diadopsi
dari metode standar nasional (SNI), metode standar internasional (ASTM, APHA, AOAC,
JIS) atau metode yang dikembangkan sendiri oleh laboratorium/bengkel. Laboran/teknisi
harus mampu memverifikasi metode standar nasional atau internasional sebelum metode
tersebut digunakan untuk mendukung kegiatan praktikum atau penelitian siswa dan guru
atau melayani masyarakat. Sementara itu metode yang dikembangkan sendiri oleh
laboratorium/bengkel harus divalidasi sebelum digunakan. Proses verifikasi harus
dilakukan untuk memastikan sumberdaya yang dimiliki laboratorium/bengkel mampu
mengoperasikan metode dan menghasilkan data pengukuran sesuai spesifikasi metode.
Validasi adalah konfirmasi melalui pengujian dan penyediaan bukti objektif bahwa
persyaratan tertentu untuk suatu maksud dipenuhi. Bergantung jenis/sifat pengukurannya,
validasi harus ditujukan pada parameter yang dibutuhkan pada penggunaan metode
tersebut, diantaranya, tapi tidak terbatas pada: akurasi; presisi (repitabilitas,
reprodusibilitas); limit deteksi; linearitas; kehandalan dan ketegaran terhadap pengaruh
eksternal dan atau sensitifitas silang terhadap gangguan matrik; ketidakpastian
pengukuran.

a. Akurasi-Presisi Pengukuran
Akurasi merupakan ukuran kemampuan metode memproduksi data pengukuran
dibandingkan terhadap baku yang dianggap sebagai nilai benar atau baku konsensus,
biasanya diacu terhadap CRM. Secara matematis, akurasi dinyatakan sebagai %
trueness sebagai berikut:

x = rerata hasil pengulangan pengukuran; μ = nilai benar atau nilai acuan dari CRM.
Bias lebih umum digunakan daripada trueness. Bias merupakan selisih nilai rerata hasil
pengulangan pengukuran dengan nilai benar CRM.

149
Presisi adalah ukuran kemampuan metode menghasilkan data pengukuran
berulang yang relatif sama yang dilakukan pada waktu yang sama maupun pada waktu
yang berbeda. Ilustrasi kedua parameter validasi tersebut disajikan pada Gambar
berikut.

Gambar 4.6 Ilustrasi akurasi dan presisi pengukuran dalam validasi metode

Akurasi bisa juga dinyatakan dengan recovery (perolehan kembali / %R) untuk
mengecek efisiensi proses dengan cara spiking analat pada contoh uji. Kadar akhir
contoh uji setelah ditambahkan analit (spike) berkisar antara 2 – 5 kali sebelum
ditambahkan analat. Analat yang ditambahkan ke contoh uji harus memiliki sifat-sifat,
antara lain: memiliki matrik hampir sama dengan contoh uji, memiliki kelarutan hampir
sama dengan contoh uji, dan keadaan oksidasi sama dengan contoh uji

Tabel berikut menyajikan batas keberterimaan akurasi yang nilainya bergantung pada
tingkat/kadar analat yang diukur dalam validasi metode tersebut.

150
Tabel 4.3 Persentase Tingkat Recovery Pengukuran yang Diterima

Ketelitian pengukuran biasanya dinyatakan dalam relative percent of different


(RPD), atau relative standard deviation (RSD). RPD digunakan jika pengulangan
pengujian dilakukan secara duplo, yang ditentukan berdasarkan persamaan
matematika berikut,

sedangkan untuk pengukuran pengulangan lebih dari dua kali, minimal lima kali
digunakan RSD dengan persamaan matematika berikut.

Nilai %RSD yang diperoleh dari hasil pengulangan pengujian tidak diperkenankan
melebihi batasan presisi yang dirumuskan oleh persamaan modifikasi Dr. William
Horwitz berikut:

Keterangan:
Horwitz %CV = %RSD yang diharapkan (expected %CV), disebutkan juga koefisien
varian Horwitz.
C = kadar analit berkaitan dengan hasil pengulangan pengujian yang dinyatakan
dalam bentuk fraksi (sebagai contoh, jika kadar analit adalah 0,25 ppm maka C harus
dimasukkan dalam persamaan Horwitz menjadi 0,25 x10-6). Tabel berikut menyajikan
batas keberterimaan presisi yang nilainya bergantung pada tingkat/kadar analat yang
diukur dalam validasi metode tersebut.

151
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan %RSD berdasarkan persamaan Horwitz

Sebagai mana tampak dari Tabel, semakin rendah kadar analat yang diuji/diukur,
semakin tinggi tingkat kesulitan pengukuran/pengujian, sehingga presisi yang baik
semakin sulit dicapai, toleransi %RSD makin besar.

b. Limit Deteksi
Limit deteksi adalah jumlah terkecil atau konsentrasi suatu analat yang dapat
ditentukan dengan keandalan yang dapat diterima. Limit deteksi dapat ditentukan
berdasarkan variabilitas hasil pengukuran blanko. Nilai rata-rata blanko ditambah tiga
kali standar deviasi blanko diambil sebagai limit deteksi dan nilai rata-rata blanko
ditambah 10 kali standar deviasi blanko diambil sebagai limit kuantisasi (LOD = x + 3
SD; LOQ = x + 10 SD). Pada validasi metode kromatografi, LOD dan LOQ dapat pula
ditentukan dari rasio signal terhadap niose seperti ilustrasi berikut.

Gambar 4.7. Ilustrasi Penetapan LOD –LOQ pada Validasi Metode Kromatografi

152
c. Linearitas
Tidak semua pengukuran memberikan respon hasil mengikuti pola regresi linear.
Linearitas menggambarkan hubungan kenaikan respon/pembacaan alat terhadap
kenaikan jumlah analat yang diukur. Persamaan garis regresi linear ditentukan dengan
menentukan tingkat variansi dari kurva kalibrasi. Lakukan beberapa pengukuran
menggunakan sampel standar pada jangkauan rendah, menengah dan tinggi, hitung SD
masing-masing kelompok konsentrasi, hitung garis paling sesuaI dari kurva kalibrasi dan
koefisien korelasi (r2) dari kurva yang umumnya ditetapkan ≥ 0.995 sebagai batas
keberterimaan. Kurva linear memenuhi persamaan Y = m X atau Y = a + m X. Nilai m
dinyatakan sebagai slope kurva yang menunjukkan nilai sensitivitas respon alat
terhadap analat. Makin besar nilai m, makin sensitif pengukuran dan makin baik
pengukuran yang dilakukan.
d. Ruggedness dan Robustness
US Pharmacopea mendefinisikan ketegaran ”ruggedness” sebagai tingkat
reproduksi dari hasil pengukuran yang diperoleh di bawah berbagai kondisi
laboratorium/bengkel yang berbeda seperti peralatan, kondisi lingkungan, operator dan
bahan. Ketegaran adalah ukuran reproduktifitas hasil pengukuran di bawah normal,
diharapkan perubahan kondisi operasional dari laboratorium/bengkel ke
laboratorium/bengkel dan dari analis ke analis tidak berpengaruh terhadap
reproduktifitas hasil pengukuran
Ketahanan ”robustness” merupakan ukuran ketahanan metode terhadap perubahan
kondisi operasional pengukuran seperti pengaruh perubahan pH, laju alir, temperatur
kolom, volume injeksi, panjang gelombang deteksi atau komposisi fasa gerak, termasuk
pengaruh kehadiran interferer dalam matrik analat yang diukur. Personil yang
melakukan pengembangan metode harus menetapkan tingkat dan signifikansi setiap
pengaruh tersebut terhadap hasil pengukuran, misalnya menurunkan hasil pengukuran
atau menaikkan hasil pengukuran.
e. Ketidakpastian Pengukuran
Pengendalian personil, lingkungan, metode, dan alat dalam melakukan validasi
belum menjamin hasil pengukuran atau produk yang dihasilkan sesuai persyaratan.
Selalu ada kesalahan pengukuran yang sifatnya acak (random error) maupun sistematis
(systematic error). Dalam pengukuran, kesalahan tersebut dikuantifikasi dalam
ketidakpastian. Dalam hal sifat dasar pengukuran dapat menghambat perhitungan

153
ketidakpastian yang teliti secara metrologi dan absah secara statistik, maka
laboratorium/bengkel sekurang-kurangnya harus mencoba mengidentifikasi semua
komponen ketidakpastian dan membuat estimasi ketidakpastian yang wajar dan
memastikan bentuk laporan hasil tidak memberikan kesan yang salah pada
ketidakpastian. Estimasi yang wajar harus didasarkan atas pengetahuan atas unjuk
kerja metode pada lingkup pengukuran dan harus menggunakan, sebagai contoh,
pengalaman sebelumnya dan validasi.
Ketidakpastian dapat berasal dari faktor personel, lingkungan, alat, bahan, metode,
sample, atau lainnya. Faktor-faktor tersebut harus diperhitungkan di dalam penentuan
ketidakpastian hasil pengukuran/pengujian. Penghitungan ketidak pastian dimulai dari
penetapan tipe ketidakpastian; mengidentifikasi dan mengukur ketidakpastian individual;
dan menetapkan ketidakpastian gabungan.
Jika seluruh parameter yang divalidasi memenuhi batas keberterimaan, maka
metode tersebut disimpulkan valid dan dapat digunakan untuk mendukung kegiatan
laboratorium/bengkel. Metode valid yang dikembangkan laboratorium/bengkel lebih lanjut
dapat diusulkan menjadi metode standar mengikuti alur proses pengembangan standar
yang ada di BSN (Badan Standardisasi Nasional).

2.3. Membuat atau Memodifikasi Peralatan laboratorium/Bengkel

Kegiatan praktikum atau penelitian seringkali memerlukan dukungan alat khusus


yang tidak bisa diperoleh di pasaran, sehingga teknisi/laboran dituntut untuk membuat
sendiri peralatan tersebut. Bagi alat pendukung yang sifatnya bukan alat ukur biasanya
tidak memerlukan persyaratan/spesikasi khusus, tetapi jika yang dibuat adalah alat ukur
maka harus dipastikan alat yang dibuat tersebut harus memenuhi spesifikasi yang
ditetapkan dan mampu melakukan pengukuran sesuai kebutuhan, dan harus dikalibrasi
sebelum digunakan. Kegiatan memodifikasi peralatan adalah upaya untuk meningkatkan
kemampuan pengukuran alat baik dari segi kemampuan pengukuran terbaik (best
measurement capability), peningkatan sensitivitas, dan ketelitian pengukurannya, maupun
dari segi penambahan cakupan kemampuan pengukurannya, melalui kegiatan optimasi
sistem kerja alatnya dan atau modifikasi peralatan tersebut.

154
2.4. Latihan identifikasi, menetapkan akar penyebab, tindakan perbaikan dan
pencegahan ketidaksesuaian pada evaluasi kegiatan laboratorium/bengkel

Berdasarkan pengalaman/pengamatan selama bertugas sebagai teknisi/laboran:


1. Tuliskan ketidaksesuaian yang pernah saudara temukan berkaitan dengan:
a. Ketidaksesuaian dokumen penuntun praktikum yang digunakan peserta didik untuk
praktikum.
b. Ketidaksesuaian siswa dalam melakukan tahapan praktikum di laboratorium/bengkel
c. Ketidaksesuaian peralatan yang digunakan untuk mendukung kegiatan praktikum
d. Ketidaksesuaian bahan yang digunakan untuk mendukung praktikum.
e. Ketidaksesuaian kondisi lingkungan laboratorium/bengkel selama siswa melakukan
praktikum.
f. Ketidaksesuaian/ketidak berhasilan praktikum. Praktikum tidak menghasilkan
data/produk sesuai yang dinyatakan dalam penuntun praktikum.
2. Berdasarkan ketidaksesuaian yang ditemukan pada butir 1.a sd 1.f, lakukan analisis dan
tuliskan akar penyebab dari setiap ketidaksesuaian tersebut, sarankan tindakan koreksi,
perbaikan, dan pencegahannya.
3. Tuangkan setiap langkah evaluasi pada butir 1 sd 2 tersebut dalam formulir yang anda
kembangkan sendiri.

2.5. Rangkuman Materi

1. Kemampuan melakukan evaluasi dan peningkatan kegiatan laboratorium/bengkel


merupakan kompetensi manajerial yang harus dimiliki oleh pengelola
laboratorium/bengkel, terutama Kepala Sekolah, serta Teknisi dan Laboran.
2. Proses evaluasi dan peningkatan kegiatan laboratorium/bengkel yang efektif harus
dilakukan melalui tahapan identifikasi adanya ketidaksesuaian, mengidentifikasi
penyebab dan menetapkan akar penyebab utama ketidaksesuaian, melakukan
koreksi, tindakan perbaikan dan pencegahan, serta mengambil manfaatnya sebagai
base line peningkatan efektifitas proses laboratorium/bengkel
3. Evaluasi program tahunan laboratorium/bengkel merupakan evaluasi keseluruhan
yang komprehensif terhadap kinerja laboratorium/bengkel dalam pengelolaan alat,
bahan, metode, dan sumber daya lainnya termsasuk personil dalam mendukung

155
kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat untuk tahun yang telah
berjalan
4. IK pengoperasian alat, IK pengggunaan bahan, atau IK pengoperasian alat dan
penggunaan bahan yang ada di laboratorium/bengkel harus dievaluasi untuk
memastikan kesesuaiannya agar tetap mampu menjamin kualitas pengukuran atau
hasil produksi saat pelaksanaan praktikum atau penelitian. Proses evaluasi
terhadap IK tersebut harus dilakukan secara berkala sesuai prosedur yang
ditetapkan, dan dilakukan oleh fungsi yang sama dengan yang melakukan
sebelumnya.
5. Personil yang ditugaskan mengevaluasi kinerja alat, harus mampu menetapkan
indikator/kriteria kinerja, dan batas keberterimaan kinerja terhadap seluruh
peralatan yang ada di laboratorium/bengkel tempatnya bekerja. Indikator kinerja alat
bersifat khas tergantung sistem kerja dan besaran/sifat yang diukur, misalnya
akurasi fotometrik, akurasi suhu, dan lainnya.
6. Pengembangan kegiatan laboratorium/bengkel merupakan implementasi moto
“continual improvement” dalam sistem manajemen mutu. Tidak ada capaian
“sempurna” dalam melakukan kegiatan, sehingga evaluasi yang ditindaklanjuti
dengan tindakan perbaikan, dan mengambil manfaatnya untuk
peningkatan/pengembangan merupakan siklus yang senantiasa harus diterapkan
dalam mengelola laboratorium/bengkel agar mutu pelayanan laboratorium/bengkel
terpelihara.
7. Pengembangan metode pengukuran merupakan kegiatan terencana yang harus
dilakukan oleh personil yang kompeten, mampu mengumpulkan fakta objek,
mengolah dan menetapkan validitas metode menurut kriteria/parameter yang tidak
terbatas pada akurasi, presisi, limit deteksi, linearitas, ketahanan, ketegaran,
ketidakpastian pengukuran.

Bahan Bacaan

• Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.26 Tahun 2008 tentang Standar


Tenaga Laboratorium/bengkel Sekolah/Madrasah

156
• Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
No.03 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pranata Laboratorium/bengkel
Pendidikan dan Angka Kreditnya
• SNI ISO/IEC 17025 : 2008 Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium/bengkel
Pengujian dan Laboratorium/bengkel Kalibrasi.

157

Anda mungkin juga menyukai