Kumpulan Pertanyaan Fisika Zat Padat
Kumpulan Pertanyaan Fisika Zat Padat
Dosen Pengampu
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PROGRAM STUDI FISIKA
2014
1
DAFTAR ISI
2
KELOMPOK 1
IKATAN KRISTAL
2. Pertanyaan ke-2
a) mengapa pada ikatan Van Der Waals zat akan mencair bila suhunya menurun?
b) contoh-contoh benda real dari jenis-jenis ikatan kristal?
Jawaban:
a) ikatan van der waals merupakan ikatan yang dimiliki oleh gas-gas mulia yang
mengalami proses kondensasi, sehingga fasanya berubah menjadi fasa cair pada saat
temparaturnya mencapai temparatur yang sangat rendah. Gas mempunyai sifat bentuk
3
dan volumenya dapat berubah sesuai tempatnya. Jarak antara molekul-molekul gas
relatif jauh dan gaya tarik-menariknya sangat lemah. Pada penurunan suhu, fasa gas
dapat berubah menjadi fasa cair atau padat. Pada keadaan ini jarak molekul-
molekulnya menjadi lebih dekat dan gaya tarik menariknya relatif kuat. Gaya tarik-
menarik antara molekul-molekul yang berdekatan ini disebut gaya Van der Waals.
b) untuk ikatan utama (ionik, kovalen dan logam) contohnya adalah NaCl
untuk ikatan sekunder (hidrogen dan van der waals) contohnya adalah H2O karena
karakteristik ikatannya sama.
4
KELOMPOK 2
GETARAN KISI
1. Apa penyebab getaran kisi dan apakah dalam Fisika Zat Padat berlaku gelombang
transversal dan gelombang longitudinal seperti halnya dalam fisika klasik?
Jawab:
Getaran kisi disebabkan oleh panas dari luar yang masuk ke dalam ruang suatu
benda, sehingga partikel-partikel atau kisi penyusun benda tersebut saling bergetar.
Pada Fisika Zat Padat tidak berlaku gelombang transversal dan gelombang
longitudinal, karena kisi yang bergetar hanya bergerak ke kiri dan ke kanan. Seperti
pada gambar dibawah ini.
2. Getaran kisi 2 atomik terbagi menjadi 2 jenis gelombang yaitu gelombang optik dan
gelombang akustik. Pada saat bagaimana getaran kisi tersebut di katakan jenis
gelombang akustik?
Jawab:
Getaran kisi dikatakan termasuk jenis gelombang akustik yaitu pada saat terdapat
energi yang merambat seperti gelombang bunyi kemudian mengenai suatu permukaan
yang terbuat dari bahan akustik yang dapat meredam energi. Energi tersebut akhirnya
tidak dapat merambat keluar karena terhalang dengan dinding yang permukaannya
terbuat dari bahan akustik, seperti gabus, busa, karpet dan jenis bahan akustik lainnya.
5
KELOMPOK 3
GETARAN KISI MODEL EINSTEN
Dari Grafik di atas, jika Cv bergantung terhadap suhu, kenapa grafiknya tidak
linier ?
Jawaban:
ketika suhunya (T ≤ suhu kamar). Hasil Cv mendekati nol, oleh karena itu
pertambahan Cv nya tidak terlalu besar, namun ketika suhunya berada di atas suhu
kamar maka pertambahan Cv menjadi linier.
2. Pertanyaan dari Candra Gupta
- Kenapa hukum Dulong-Petit hanya berlaku pada keadaan bersuhu tinggi ?
Jawaban:
Menurut hukum Dulong-Petit (1920), panas spesifik padatan unsur adalah hampir sama
untuk semua unsur, yaitu sekitar 6 cal/mole oK. Boltzmann, setengah abad kemudian,
menunjukkan bahwa angka yang dihasilkan oleh Dulong-Petit dapat ditelusuri melalui
pandangan bahwa energi dalam padatantersimpan dalam atom-atomnya yang bervibrasi.
Energi atom-atom ini diturunkan dari teori kinetik gas.
Molekul gas ideal memiliki tiga derajat kebebasan dengan energi kinetik rata-rata per
1
derajat kebebasan adalah 𝑘𝑏 𝑇 sehingga energi kinetik rata-rata dalam tiga dimensi
2
3
adalah 2 𝑘𝑏 𝑇. Energi per mole adalah
3 3
𝐸𝑘/𝑚𝑜𝑙𝑒 = 2 𝑁𝑘𝑏 𝑇 = 2 𝑅𝑇 (N bilangan Avogadro)
6
Dalam padatan, atom-atom saling terikat sehingga selain energi kinetik terdapat pula
1
energi potensial sehingga energi rata-rata per derajat kebebasan bukan 2 𝑘𝑏 𝑇 melainkan
Angka inilah yang diperoleh oleh Dulong-Petit. perhitungan dulong petit tersebut
memiliki ketelitian yang bagus pada suhu tinggi, sedangkan pada suhu di bawah suhu
kamar atau pada suhu rendah hasil perhitungan cenderung mendekati nilai nol (0)
7
KELOMPOK 4
MODEL DEBYE
1. Apa perbedaan getaran kisi model Debye dengan getaran kisi model Einstein?
Jawaban:
Perbedaannya:
Pada getaran kisi model Einstein kisi-kisi kristal dianggap bergetar secara bebas atau
atom-atom dianggap bergetar satu sama lain di sekitar titik setimbangnya secara bebas
tanpa pengaruh dari tetangganya. Sedangkan pada getaran kisi model Debye, kisi-kisi
kristal dianggap bergetar tidak bebas karena ada pengaruh dari getaran tetangganya.
Getaran kisi model Deybe muncul karena adanya kelemahan pada model Einsten yang
tidak dapat menjelaskan kapasitas kalor (Cv) pada suhu rendah.
2. Mengapa getaran kisi model Einstein tidak bisa menjelaskan tentang kapasitas kalor
(Cv) pada suhu rendah (T<<) ?
Jawaban:
Pada saat suatu zat padat diberikan kalor dengan suhu T maka kisi-kisi akan bergetar
bebas (menurut model Einstein), ketika kisi-kisi tersebut bergetar maka akan
menghasilkan energi. Dari energi total yang dihasilkan maka kapasitas kalor dapat
dihitung. Namun, ketika suhu yang diberikan sangat rendah, energi yang dihasilkan juga
sangat kecil (tidak dapat diketahui) hal ini terjadi karena getaran antara kisi saling bebas
(tidak menumbuk kisi tetangganya). Inilah yang menyebabkan Model Einstein tentang
getaran kisi tidak mampu menjelaskan kapasitas kalor (Cv) pada suhu rendah T<<.
8
Debye beranggapan bahwa ketika zat padat diberikan kalor dengan suhu T kisi tidak
bergetar bebas artinya kisi-kisi kristal akan bergetar dan menumbuk kisi-kisi tetangganya
sehingga meskipun suhu yang diberikan sangat kecil T<< energi total getaran atom pada
kisi masih dapat dihitung (karena kisi pasti bergetar dan getarannya akan menggetarkan
kisi-kisi tetangganya yang akan menghasilkan energi yang cukup besar).
Dengan anggapan seperti itu Debye berhasil menemukan persamaan matematis untuk
energi total getaran atom tersebut. Turunan pertama terhadap suhu dari persamaan energi
total inilah yang nantinya akan menghasilkan persamaan untuk kapasitas panas (baik
kapasitas panas untuk suhu tinggi maupun pada suhu rendah).
9
KELOMPOK 5
SIFAT TERMAL KRISTAL
Jawaban :
Perbedaan mendasar mengenai teori sifat termal Kristal adalah interaksi atom-atom
dianggap sebagai osilator-osilator. Pada distribusu Klasik menyatakan apabila zat
padat penyerap energi panas akan terjadi gejala termal, yaitu atom-atom bergetar di
sekitar posisi setimbangnya. Menurut fisika klasik, getaran atom-atom zat padat dapat
dipandang sebagai osilator harmonik.
Dalam model Einstein, atom-atom dianggap sebagai osilator-osilator bebas yang
bergetar tanpa terpengaruh oleh osilator lain di sekitarnya.
Dalam model Einstein, atom-atom dianggap bergetar secara terisolasi dari atom
di sekitarnya. Anggapan ini jelas tidak dapat diterapkan, karena gerakan atom
akan saling berinteraksi dengan atom-atom lainnya. Seperti dalam kasus penjalaran
gelombang mekanik dalam zat padat, oleh karena rambatan gelombang tersebut
atom-atom akan bergerak kolektif.
Perbedaan pandangan mengenai pergerakan atom ini akan membuat rumus
sistematisnya memiliki kelemahan, misalnya pada model Einstein Persamaan
Kapasitas kalor pada volume tetap justru tidak gagal menjelaskan pada suhu rendah,
10
Gambar 1.4 kapasitas panas suatu zat padat mengkuti perkiraan Debey
Berikut adalah grafik kapasitas panas suatu zat padat mengkuti perkiraan Debey. Kita
dapat memahami daerah 𝑇 3 dengan suatu argument sederhana. Dengan grafik
perkiraan Debey tersebut mendekati hasil eksperiman dengan energy 𝑘𝐵 𝑇.
11
KELOMPOK 6
KONDUKSIVITAS TERMAL KISI KRISTAL
Jawaban:
Faktor yang membedakan konduktifitas antara besi dan alumunium adalah massa
jenisnya, dimana massa jenis besi lebih besar dari pada massa jenis alumunium, serta
memiliki ciri, jarak dan partikel yang berbeda sehingga muncul perbedaan
konduktivitas.
12
KELOMPOK 7
POTENSIAL PERIODIK DAN ELEKTRON KONDUKTOR
Jawaban :
Suatu bahan dikatakan konduktor, isolator,dan semikonduktor berdasarkan jumlah
elektron bebasnya dan celah energinya, pada konduktor celah energinya sangat kecil
sehingga dengan penambahan sedikit energi elektron sudah bisa berpindah dari satu
tingkat energi ke tingkat energi lainnya, Pada semikonduktor besarnya celah energi
berada pada kisaran 1eV sedangkan isolator celah energinya berada pada kisaran 6
eV.
Untuk menjelaskan suatu bahan adalah konduktor, isolator dan semikonduktor dapat
juga dijelaskan dengan pita konduksi dan pita valensi seperti gambar di bawah ini.
13
Gambar 2. Pita konduksi dan Pita valensi
P.V = Pita Valensi = pita energi yang terisi oleh elektron valensi
P.K = Pita Konduksi = pita energi diatas pita valensi,yang akan terisi elektron
konduksi
E.g = celah energi = energi yang diperlukan elektron untuk loncat ke pita
Konduksi
Kristal berkelakuan sebagai isolator jika pita energi terisi penuh atau kosong oleh
elektron, sehingga tidak ada elektron yang berpindah akibat adanya medan listrik.
Kristal berkelakuan sebagai logam jika satu atau lebih pita terisi sebagian oleh
elektron, pita energinya terisi antara (10-90)% oleh elektron. Kristal berkelakuan
sebagai semikonduktor atau semilogam jika satu atau dua pita terisi sedikit penuh atau
sedikit kosong.
14
energy dari pita valensi ke pita konduksi sehingga semikonduktor berkelakuan
sebagai isolator. Pada suhu tinggi elektron mendapat tambahan energy sehingga
elektron mampu melompat melalui celah energi dari pita valensi menuju pita
konduksi. Selain itu konduktifitas semikonduktor juga dapat ditingkatkan dengan
menambahkan bahan pengotor atau impurity .
15
KELOMPOK 8
STRUKTUR PITA DAN SIFAT LISTRIK BAHAN
16
Susunan pita dalam isolator dapat dilihat pada gambar bagian a. isolator
mempunyai pita konduksi yang tidak terisi oleh elektron dan juga tidak
mempunyai pita konduksi yang tumpang tindih dengan pita valensi. Pita valensi
terisi penuh dengan elektron namun jarak antara pita konduksi dengan pita valensi
cukup besar. Pita konduksi yang kosong dan pita valensi yang terisi menyebabkan
tidak ada elektron yang bebas bergerak,dan tentu saja tidak akan ada aliran listrik.
c. Semikonduktor
Semikonduktor mempunyai susunan pita energi yang mirip dengan pita energi
isolator. Semikonduktor terdapat pada gambar bagian b. Pada suhu sangat rendah,
pita konduksi semikonduktor tidak terisi oleh elektron. Di antara pita konduksi
dan pita valensi juga terdapat celah energi. Namun, celah terlarang ini mempunyai
jarak yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan selah energi pada isolator. Pada
suhu kamar, elektron yang ada pada pita valensi akan mendapatkan energi kinetik.
Energi kinetik ini cukup kuat untuk memindahkan elektron ke pita konduksi.
Pindahnya elektron ke pita konduksi menyebabkan adanya elektron bebas pada
pita konduksi. Akibatnya, pada suhu kamar semikonduktor ini mampu untuk
menghantarkan arus seperti halnya konduktor.
18
KELOMPOK 9
SEMIKONDUKTOR MURNI
19
jadi pada suhu yang sangat tinggi semikonduktor murni kurang efektif digunakan,karena
tidak memiliki konduktivitas listrik yang konstan.
20
KELOMPOK 10
PENGHANTAR LISTRIK
1. Berapa suhu kritis suatu zat padat dan apakah semua zat memiliki suhu kritis yang
sama?
Suhu dimana terjadi perubahan sifat konduktivitas menjadi superkonduktor disebut
dengan temperatur kritis (Tc).Jika tahanan listrik ini nol maka arus yang dialirkan
tidak akan kehilangan energi, dengan kata lain efisiensi arus menjadi sangat tinggi.
Hal tersebut dapat terjadi jika temperatur bahan tersebut berada dibawah temperatur
kritis (Tc). Temperatur kritis ini sendiri memiliki nilai tertentu jauh dibawah
temperatur ruang, bisa 0ºC atau jauh dibawah 0ºC (misalnya -30ºC), dimana semua
zat padat memiliki temperatur kritis yang berbeda-beda terantung jenis bahannya.
21
Pita isolator pita semikonduktor pita konduktor
Pada suatu bahan yang bersifat dapat menghantarkan arus listrik, memiliki suatu
struktur pita energi berupa pita konduksi dan pita valensi di dalamnya, dimana kedua
pita konduksi dan pita valensi tersebut terpisah oleh jarak tertentu dan salah satunya
memiliki elektron dan yang lainnya memiliki hole tempat elektron. Lebar pita
energy suat semikonduktor relatif kecil, EG = 1 eV, sedangkan untuk bahan
konduktor lebar pita energinya ˷῀1 eV. Pada saat suhu naik, elektron pada pita
valensi mampu berpindah ke pita konduksi. Karena adanya elektron di pita konduksi
akibatnya bahan itu menjadi sedikit konduktif/semikonduktor. Sedangkan pada
bahan konduktor, pita konduksinya sudah terisi sebagian elektron sehingga apabila
ada arus mengalir pada bahan tersebut, elektron yang sudah terdapat pada pita
konduksi akan mendapatkan tambahan energi sehingga mampu mengalirkan arus
listrik. Sedangkan untuk bahan isolator, pita konduksinya kosong sehingga tidak
memungkinkan untuk terjadinya aliran arus. Jadi, pita energi suatu bahan yang
berupa pita konduksi dan pita valensi memiliki hubungan erat dan sangat berperan
penting dalam menentuan sifat hantar listrik suatu bahan.
4. Bagaimana bentuk struktur pita valensi dan pita konduksi pada bahan superkonduktor?
Superkonduktor adalah suatu material yang tidak memiliki hambatan dibawah suatu
nilai suhu tertentu. Suatu superkonduktor dapat saja berupa suatu konduktor,
semikonduktor ataupun suatu insulator pada keadaan ruang. Oleh karena itu, bahan
superkonduktor ini tidak memiliki struktur pita energi (pita konduksi dan pita
valensi) tersendiri atau khusus. Bahan superkonduktor bisa saja memiliki pita energi
yang sama dengan bahan konduktor, hanya saja elektron pada pita konduksinya
terisi penuh sehingga daya hantar listriknya lebih super daripada bahan konduktor
karena resistansinya nol. Dengan demikian daya hantar listriknya menjadi lebih
efisien. Namun, untuk mendapatkan kesuperan tersebut bahan (misalnya bahan
konduktor) yang akan dijadikan bahan superkonduktor harus didinginkan terlebih
dahulu dibawah temperatur kritisnya (Tc).
22
KELOMPOK 11
EFEK HALL DAN PENERAPANNYA
Efek Hall Anomali adalah menyarankan bahwa perilaku monopole magnet dalam
ruang momentum berhubungan dekat.
Gambar 1 Gambar 2
Sebuah penghantar konduktor berbentuk pelat dialiri arus I, seperti pada gambar 1
telihat bahwa muatan positif begerak ke arah kanan menuju kutub negatif dari sumber
arus, sedangkan muatan negatif bergerak lurus ke arah kiri menuju kutub positif
sumber arus. Oleh karena itu tidak ada beda potensial pada ujung-ujung pelat
konduktor. Bila pelat penghantar diberi medan magnet, sepeti pada gambar 2, yang
arahnya tegak lurus arus ke arah dalam, maka muatan pada pelat konduktor akan
mengalami gaya Lorentz sebesar . Muatan positif akan mengalami gaya Lorentz ke
arah atas seperti gambar 2, maka pada bagian atas pelat konduktor seolah-olah akan
23
berjajar muatan positif (kutub positif), sedangkan muatan negatif akan mengalami
gaya Lorentz ke arah bawah seperti gambar 2, maka pada bagian bawah pelat
konduktor seolah-olah akan bejajar muatan negatif (kutub negatif). Oleh karena itu
akan timbul medan listrik dan beda potensial pada penghantar. Besarnya beda
potensial ini merupakan tegangan hall (VH) nilai VH ini dapat dinyatakan dengan:
dengan:
I = Arus listrik yang mengalir pada konduktor (Ampere)
B = Besarnya medan magnet (Tesla)
n = Densitas muatan
q = Besarnya muatan (Coloumb)
W = Tebal pelat penghantar (Meter)
Semua peralatan efek hall diaktifkan oleh adanya medan magnet.
24
KELOMPOK 12
PERSAMBUNGAN P – N
25
KELOMPOK 13
DIODA PENYAMBUNGAN P-N
ANGGOTA : 1. NIKE KASLINAE ACB 111 0038
2. INDAH TERRY FRILIANI ACB 111 0041
3. HANJUNGAN ACB 110 129
4. DONANG ACB 110 144
5. PRANDIE ACB 110 081
26
Tampak untuk dioda Ge, arus baru mulai ada pada tegangan 0,3 V sedang untuk dioda
Si pada 0,7 V. Tegangan ini sesuai dengan tegangan penghalang pada sambungan P-
N, dan disebut tegangan patah atau tegangan lutut (cut in voltage atau knee
voltage).Tampak pula bahwa arus IR = Io dalam orde μA, sedang arus maju IF dalam
orde mA. Dari lengkungan kurve yang tidak linier, maka tentu saja tahanan dioda
tidak tetap, baik tahanan maju maupun tahanan baliknya. Jika tegangan balik
diperbesar maka akan mencapai keadaan arus meningkat secara tajam, yang hanya
dapat dibatasi oleh tahanan luar. Tegangan kritis ini disebut tegangan dadal (break
down voltage = peak inverse voltage). Kurve karakteristik statik tersebut secara
teoritis dapat dibuktikan mempunyai persamaan :
𝐼 = 𝐼0 (𝜀 𝑉⁄𝜂 𝑉𝑇 − 1)
Dimana
I = arus maju
𝐼0 = arus jenuh balik
𝜀 = 2,7
V = tegangan terpasang
𝐾𝑇 𝑇
𝑉𝑇 = = 11600 = volt jika T dalam ºK
𝑞
Dioda Zener adalah diode yang memiliki karakteristik menyalurkan arus listrik
mengalir ke arah yang berlawanan jika tegangan yang diberikan melampaui batas
“tegangan tembus” (breakdown voltage) atau “tegangan Zener”. Ini berlainan
dari diode biasa yang hanya menyalurkan arus listrik ke satu arah.
27
Dioda yang biasa tidak akan mengalirkan arus listrik untuk mengalir secara
berlawanan jika dicatu-balik (reverse-biased) di bawah tegangan rusaknya. Jika
melampaui batas tegangan operasional, diode biasa akan menjadi rusak karena
kelebihan arus listrik yang menyebabkan panas. Namun proses ini adalah reversibel
jika dilakukan dalam batas kemampuan. Dalam kasus pencatuan-maju (sesuai dengan
arah gambar panah), diode ini akan memberikan tegangan jatuh (drop voltage) sekitar
0.6 Volt yang biasa untuk diode silikon. Tegangan jatuh ini tergantung dari jenis
diode yang dipakai.
Sebuah diode Zener memiliki sifat yang hampir sama dengan diode biasa, kecuali
bahwa alat ini sengaja dibuat dengan tegangan tembus yang jauh dikurangi, disebut
tegangan Zener. Sebuah diode Zener memiliki p-n junction yang memiliki doping
berat, yang memungkinkan elektron untuk tembus (tunnel) dari pita valensi material
tipe-p ke dalam pita konduksi material tipe-n. Sebuah diode Zener yang dicatu-balik
akan menunjukan perilaku tegangan tembus yang terkontrol dan akan melewatkan
arus listrik untuk menjaga tegangan jatuh supaya tetap pada tegangan Zener. Sebagai
contoh, sebuah diode Zener 3.2 Volt akan menunjukan tegangan jatuh pada 3.2 Volt
jika diberi catu-balik. Namun, karena arusnya terbatasi, sehingga diode Zener
biasanya digunakan untuk membangkitkan tegangan referensi, untuk menstabilisasi
tegangan aplikasi-aplikasi arus kecil, untuk melewatkan arus besar diperlukan
rangkaian pendukung IC atau beberapa transistor sebagai output.
Tegangan tembusnya dapat dikontrol secara tepat dalam proses doping. Toleransi
dalam 0.05% bisa dicapai walaupun toleransi yang paling biasa adalah 5% dan 10%.
Efek ini ditemukan oleh seorang fisikawan Amerika, Clarence Melvin Zener.
Mekanisme lainnya yang menghasilkan efek yang sama adalah efek avalanche, seperti
di dalam diode avalanche. Kedua tipe diode ini sebenarnya dibentuk melalui proses
yang sama dan kedua efek sebenarnya terjadi di kedua tipe diode ini. Dalam diode
silikon, sampai dengan 5.6 Volt, efek Zener adalah efek utama dan efek ini
menunjukan koefisiensi temperatur yang negatif. Di atas 5.6 Volt, efek avalanche
menjadi efek utama dan juga menunjukan sifat koefisien temperatur positif.
Dalam diode Zener 5.6 Volt, kedua efek tersebut muncul bersamaan dan kedua
koefisien temperatur membatalkan satu sama lainnya. Sehingga, diode 5.6 Volt
menjadi pilihan utama di aplikasi temperatur yang sensitif. Teknik-teknik manufaktur
yang modern telah memungkinkan untuk membuat diode-diode yang memiliki
tegangan jauh lebih rendah dari 5.6 Volt dengan koefisien temperatur yang sangat
28
kecil. Namun dengan munculnya pemakai tegangan tinggi, koefisien temperatur
muncul dengan singkat pula. Sebuah diode untuk 75 Volt memiliki koefisien panas
yang 10 kali lipatnya koefisien sebuah diode 12 Volt. Semua diode di pasaran dijual
dengan tanda tulisan atau kode voltase operasinya ditulis dipermukaan kristal diode ,
biasanya dijual dinamakan diode Zener. Ini adalah karakteristik zener yang unik. Jika
dioda bekerja pada bias maju maka zener biasanya berguna pada bias negatif (reverse
bias).
29
KELOMPOK 14
TRANSISTOR
1. Bagaimana cara menentukan emitor, kolektor dan basis pada kaki transistor?
Jawaban:
Cara menguji transistor dengan Ohmeter, Perhatikan tabel hasil pengujian :
Gambar transistor
Kesimpulan menentukan kaki basis,emitor dan kolektor dengan hal pengujian pada tabel
sebagai berikut :
Dari hasil tabel ditemukan bahwa kaki I adalah kaki Basis, dimana selama
pengukuran harus ada kaki acuan (patokan) dan menunjukkan gejala ON, ON
kemudian bila dibalik polaritasnya menunjukkan gejala OFF, OFF maka kaki basis
ON pada saat dipasang polaritas negative atau OFF saat dipasang polaritas positif
maka jenis transistor adalah PNP.
30
Sedangkan untuk menentukan kaki emitor dan kolektor, kita harus menghitung nilai
hambatan yang dimiliki oleh emitor dan kolektor. Apabila kaki II hambatannya lebih
besar dari kaki III maka dapat kita simpulkan bahwa kaki II merupakan kolektor dan
kaki III merupakan emitor.
2. Apakah basis selalu di tengah pada kaki transistor?
Jawaban:
Kaki basis tidak selalu ditengah, kadang-kadang kaki transistor bisa disamping
tergantung jenis-jenis transistornya. Biasanya di buku elektonika letak basis dari
suatu transistor ditengah, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah mengenal bagian
dari transistor bagi para pelajar (mahasiswa). Untuk lebih jelasnya basis dapat dilihat
pada bagian gambar berikut.
31
4. Jelaskan prinsip kerja bahan semikonduktor pada transistor?
Jawaban:
Untuk mengerti cara kerja semikonduktor, misalkan sebuah gelas berisi air murni.
Jika sepasang konduktor dimasukan kedalamnya, dan diberikan tegangan DC tepat
dibawah tegangan elektrolisis (sebelum air berubah menjadi Hidrogen dan Oksigen),
tidak akan ada arus mengalir karena air tidak memiliki pembawa muatan (charge
carriers). Sehingga, air murni dianggap sebagai isolator. Jika sedikit garam dapur
dimasukan ke dalamnya, konduksi arus akan mulai mengalir, karena sejumlah
pembawa muatan bebas (mobile carriers, ion) terbentuk. Menaikan konsentrasi garam
akan meningkatkan konduksi, namun tidak banyak. Garam dapur sendiri adalah non-
konduktor (isolator), karena pembawa muatannya tidak bebas. Silikon murni sendiri
adalah sebuah isolator, namun jika sedikit pencemar ditambahkan, seperti Arsenik,
dengan sebuah proses yang dinamakan doping, dalam jumlah yang cukup kecil
sehingga tidak mengacaukan tata letak kristal silikon, Arsenik akan memberikan
elektron bebas dan hasilnya memungkinkan terjadinya konduksi arus listrik. Ini
karena Arsenik memiliki 5 atom di orbit terluarnya, sedangkan Silikon hanya 4.
Konduksi terjadi karena pembawa muatan bebas telah ditambahkan (oleh kelebihan
elektron dari Arsenik). Dalam kasus ini, sebuah Silikon tipe-n (n untuk negatif, karena
pembawa muatannya adalah elektron yang bermuatan negatif) telah terbentuk.
32
KELOMPOK 15
TEKNOLOGI SEMIKONDUKTOR
33
KELOMPOK 16
SIFAT KEMAGNETAN
1. Magnet mempunyai 4 (empat) elemen, yang penanya tanyakan ialah mengapa magnet
dapat menarik benda lain?
Jawab : adapun 4 elemen magnet yaitu
a. Dipole magnet : kemampuan suatu magnet dalam membentuk kutub
b.Torsi magnetik : kemampuan suatu magnet dalam memutar benda lain
c. Potensial Vektor : besarnya potensial magnet
d.Energy Orbital : kemempuan suatu magnet dalam memutar spin
2. Magnet kan ada yang alami dan ada yang buatan?, yang penanya tanyakan ialah :
a. Bagaimana suatu benda yang bukan magnet dapat menjadi magnet?
Jawab : benda yang ada dijagad raya semuanya memiliki muatan berupa electron
dimana didalam elektron terdapat spin elektron pada benda – benda normal itu
sifatnya stabil, artinya sudah berpasangan. Ketika benda normal seperti besi
didekatkan dengan sumber medan magnet maka spin elektron yang tadinya
normal akan menjadi tidak stabil. Hal ini yang menyatakan suatu benda berubah
menjadi magnet.
b. Bagaimana struktur benda yang dapat dijadikan magnet?
3. Magnet elementer itu apa ?
Jawab : magnet elementer adalah magnet yang tersusun dari elektron – elektron
sehingga dapat menghasilkan sifat magnet
34
Electron yang bergerak ini mempengaruhi tingkat kecerahan warna dalam
televisi
Elektron memiliki sifat dapat dibelokkkan oleh medan magnet
Speaker adalah magnet, yang secara otomatis akan menghasilkan medan
magnet
Jadi apabila didekatkan ketelevisi akan mempengaruhi warna dari televisi
akibat elektron yang tadinya bergerak bebas, sekarang dibelokkan semua
kesatu tujuan mendekati medan magnet, akibatnya warna televisi menjadi
rusak
Dibelokannya elektron pada sinar katoda yang diakibatkan magnet, karena
elektron memiliki muatan negatif, dimana magnet berdasarkan teori akan
membelokkan muatan negatif dan juga muatan positif dengan arah yang
berlawanan
5. Medan magnet dengan medan listrik, tolong jabarkan magnet dengan medan listrik?
Jawab :
FE FL
BqV Eq
E
V
B
Artinya medan magnet akan selalu tegak lurus dengan medan listrik yang nantinya
menghasilkan teori elektromagnetik
35
KELOMPOK 17
PERSAMAAN DISPERSI
36
Pada daerah– 𝜋 sampai +𝜋 bentuk Ka akan menutup semua nilai yang tidak
tergantung eksponensial.
Diperlukan nilai positif dan negatif dari K, karena gelombang dapat menjalar kekanan
atau kekiri. Daerah nilai independen dispesifikasi dengan,
Interval dari gambar diatas merupakan daerah Brillouin pertama dari kisi linier.
Nilai tertinggi adalah Kmak= 𝜋/𝑎.
37