Anda di halaman 1dari 6

Lactobacillus sp.

Oleh: Rima Shidqiyya Hidayati Martin (D251160311)

Identifikasi dan Produk Bioteknologi

Lactobacillus sp. termasuk kelompok bakteri asam laktat. Ciri-ciri bakteri


asam laktat adalah bakteri dengan Gram positif, tidak berspora, berbentuk basil
maupun kokus, tidak memiliki sitokrom, bersifat fakultatif anaerob, nonmotil tetapi
sebagian kecil motil, mampu menghasilkan asam laktat sebagai produk akhir
fermentasi karbohidrat, tidak dapat menghasilkan enzim katalase, memilik i
kemampuan tumbuh pada larutan garam, kandungan gula dan alkoholnya tinggi,
mampu hidup pada kondisi pH 3.0 hingga pH 8.0 serta temperatur 5 °C hingga 50
°C (Todar 2008).

Gambar 1 Lactobacillus acidophilus


Sumber: http://textbookofbacteriology.net/lactics.html

Lactobacillus sp. merupakan bakteri berbentuk sel yang bervariasi dari


bentuk panjang dan ramping, batang bengkok dan pendek, coryneform coccobacilli,
tetapi umumnya membentuk formasi rantai (Gambar 1). Bakteri ini biasanya tidak
bergerak (tidak motil), bila motil biasanya menggunakan peritrichous flagella
untuk bergerak. Bakteri ini merupakan bakteri yang tidak menghasilkan spora (non-
spore forming). Bakteri ini juga bersifat Gram positif bila diwarnai dengan
pengecatan Gram (Hammes & Hertel 2009).
Ludwig et al. (2009) mengelompokkan Lactobacillus sp pada taksonomi
ilmiah sebagai berikut:
Kingdom : Bacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Lactobacillales
Famili : Lactobacillaceae
Genus : Lactobacillus
Spesies : Lactobacillus sp.
Sifat yang dimiliki Lactobacillus sp. mencirikan khas tertentu pada
metabolisme fermentasi yang hampir setengah produk akhirnya berupa asam laktat
(obligately saccharoclastic), bersifat fakultatif anaerob, memiliki katalase dan
sitokrom negatif dan tidak mampu mereduksi nitrat. Rentang pertumbuha n
Lactobacillus sp. berkisar suhu 2-53 °C dan pertumbuhan optimumnya berada pada
rentang 30-40 °C. Bakteri ini bersifat aciduric yang mana dapat tumbuh dengan
baik pada medium asam dengan pH optimal 5.0 atau kurang. Pada lingkungan netral
atau basa, laju pertumbuhan Lactobacillus sp. akan berkurang. Bakteri ini dapat
ditemukan dalam produk susu, produk biji-bijian, produk daging dan ikan, bir,
wine, buah dan jus buah, sayuran yang diasinkan, mash, sauerkraut, silase,
sourdough, air, tanah, dan limbah (Hammes & Hertel 2009).
Beberapa jenis Lactobacillus yang sudah digunakan sebagai probiotik
adalah Lactobacillus reuteri ATCC 55730 dan L. reuteri L22. Kedua spesies
Lactobacillus ini dapat menurunkan pertumbuhan patogen Salmonella pullorum
ATCC 9120 secara in vitro sebesar 89.7±2.59% dan 80.4±3.22% dalam waktu
bersamaan. Meskipun begitu, L. reuteri ATCC 55730 lebih aktif melawan S.
pullorum ATCC 9120 dan Escherichia coli O78 dibandingkan L. reuteri L22.
Keunggulan lainnya dari kedua bakteri ini adalah kemampuan bertahan pada pH
2.5 dan tidak terpengaruh kerjanya oleh garam empedu (Zhang et al. 2012).
Hasil penelitian Penha Filho et al. (2015) menggunakan L. acidophilus, L.
fermentum, L. reuteri dan L. salivarius menunjukkan adanya penurunan kolonisasi
bakteri patogen Salmonella Enteritidis (SE) sebanyak 1.8 CFU g-1 (log10 ) pada
saluran pencernaan ayam sedangkan ayam yang tidak diberikan perlakuan
penambahan probiotik mengalami peningkatan stimulus pembengkakan dan
populasi CD8+ sel T pada mukosa pencernaan setelah diberi challenge SE.
Lactobacillus sp. juga meminimalisir luka dan inflamasi jaringan setelah diberi
challenge SE serta berpotensi mendukung kerja vaksin melawan bakteri patogen.
Carter et al. (2017) menyatakan bahwa adanya reduksi kolonisasi SE S1400 pada
ileum, sekum dan kolon pada hari ke-43 pemeliharaan ayam menggunakan L.
salivarius 59 dan Enterococcus faecium PXN33.

Mekanisme Bioproses saat Fase Pertumbuhan

Hasil penelitian Khanifah (2012) menunjukkan bahwa pertumbuha n


Lactobacillus plantarum (Gambar 2) ditandai dengan meningkatnya dengan
meningkatnya nilai densitas (kekeruhan) medium diikuti dengan meningkatnya
waktu inkubasi pada suhu 37 °C. Tahapan fase pertumbuhan Lactobacillus
plantarum pada media MRSB meliputi fase lambat (lag phase), fase eksponensial
(exponential phase), fase stasioner (stationary phase) dan fase kematian (death
phase). Lag phase terjadi pada jam ke-0 hingga jam ke-1. Hal ini ditunjukka n
dengan densitas yang belum meningkat secara nyata. Peningkatan yang masih
sedikit ini dikarenakan Lactobacillus plantarum sedang beradaptasi dengan media
pertumbuhannya yang baru. Menurut Astuti&Rahmawati (2010), sel bakteri belum
dapat melakukan reproduksi atau pembelahan pada lag phase sehingga belum ada
produk fermentasi dari bakteri asam laktat ini. Fase ini memungkinkan terjadinya
penambahan ukuran sel, tetapi tidak terjadi penambahan jumlah selnya.
Exponential phase dimulai dengan bertambahnya populasi secara
siginifikan pada jam ke-1 hingga jam ke-24 (Khanifah 2012). Menurut
Djide&Sartini (2008), bakteri asam laktat akan menghasilkan senyawa metabolit
primer seperti asam laktat, asam asetat dan hidrogen peroksida pada fase
eksponensial dan fase stasioner. Di sisi lain, Harmayani et al. (2009) menyatakan
bahwa jam ke-18 hingga ke-24 sudah memasuki fase stasioner dan bakteri asam
laktat memproduksi asam laktat. Hal ini diperkuat oleh Widyastuti et al. (1992)
yang menyatakan bahwan jam ke-18 merupakan puncak pertumbuhan dari
beberapa bakteri asam laktat seperti L. plantarum, L. acidophilus dan L. lactis.
Puncak dari pertumbuhan bakteri asam laktat ini menjadi akhir fase eksponensial
dan fase stasioner dimulai pada jam ini pula.

Gambar 2 Kurva pertumbuhan L. plantarum pada media MRSB


Sumber: Khanifah (2012)

Pertumbuhan yang sudah dimulai pada fase eksponensial dikarenakan


bakteri L. plantarum sudah mulai beradaptasi dengan media tumbuh dan dapat
melakukan reproduksi melalui proses pembelahan sel (binary fission). Pada fase ini
juga terjadi peningkatan (penggadaan) jumlah sel dalam populasi
(Astuti&Rahmawati 2010). Jumlah L. plantarum pada akhir fase eksponensial
dapat mencapai 1010 CFU/ml (Rostini 2007).

Pembebasan Energi pada Katabolisme Senyawa Organik

Sirkulasi ion proton dan ion sodium antar membran merupakan salah satu
proses yang penting untuk menghasilkan energi seluler. Sistem transportasi berupa
pompa ion melintasi membran dengan melepaskan beberapa sumber energi dan
membentuk gradien ion yang memiliki potensial elektrokimia mewakili energi
tersimpan. Ion yang kembali dari membran dimediasi oleh sistem transportasi
kedua yang menghubungkan fluks penurunan ion menjadi energi untuk bekerja
(Harold 1986).
Hipotesis kimia-osmotik Mitchell menyatakan bahwa transportasi elektron
dan fosforilasi tidak berhubungan secara kimiawi, tetapi berpasangan pada proton
transmembran dan proton motive force. Rantai transportasi elektron merupakan
jalur metabolit teratur dan melewati membran untuk memindahkan proton. Energi
bebas yang dilepaskan oleh rantai transportasi elektron diubah dan disimpan
sebagai proton pontesial elektrokimia. Pembentukan ATP dimulai pada jalur kedua
yang menggunakan proton potensial untuk memukau fosforilasi ATP. Pada bakteri
asam laktat seperti Lactobacillus sp. terdapat mekanisme yang berbeda dalam
pembentukan energinya. Produk akhir metabolisme dan proton dikeluarkan via
spesifik protein symport di membran sitoplasma. Sebagai dampak perpindahan
proton, proton motive force dihasilkan dan berkontribusi pada seluruh produksi
energi metabolisme (Ten Brink et al. 1980, Ten Brink et al. 1986). Pada spesies
bakteri Lactobacillus cremoris, ekskresi proton berpasangan dengan ekspor laktat
kemudian menyumbangkan energi metabolisme dalam jumlah yang signifika n
kepada sel.
Lactobacillus plantarum yang merupakan bakteri homofermenta tif
mengkonversi 1 mol glukosa menjadi 2 mol asam laktat (Kandler & Weiss 1984),
tetapi ada produk sampingan yang dihasilkan pada proses ini yaitu asam asetat,
asetoin, diasetil dan 2,3—butanedial di bawah kondisi lingkungan tertentu terutama
pada saat kondisi asam dan terdapat oksigen (Kandler 1983).

Tipe Sistem Biofermentasi yang sesuai dengan Produknya

Fermentasi asam laktat terbagi menjadi dua jenis, yaitu homofermenta tif
dan heterofermentatif. Fermentasi asam laktat secara homofermentatif sebagian
besar akan menghasilkan sebagian asam laktat sedangkan fermentasi asam laktat
secara heterofermentatif akan menghasilkan asam laktat, asam asetat, etanol dan
karbondioksida (Nur 2005). Secara garis besar, keduanya memiliki kesamaan
dalam mekanisme pembentukan asam laktat, yaitu piruvat akan diubah menjadi
laktat (atau asam laktat) dan diikuti dengan proses transfer elektron dari NADH
menjadi NAD+ (Pack 2007). Pola fermentasi ini dapat dibedakan dengan
mengetahui keberadaan enzim-enzim yang berperan di dalam jalur
metabolisme glikolisis.

Gambar 3 Diagram homofermentatif bakteri Lactobacillus sp.


Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Bakteri_asam_laktat

Pada heterofermentatif, tidak ada aldolase dan heksosa isomerase sehingga


digunakan enzim fosfoketolasi dan menghasilkan karbondioksida. Metabolisme
heterofermentatif dengan menggunakan karbohidrat dengan 6 atom karbon
(golongan heksosa) akan melalui jalur heksosa monofosfat atau pentose fosfat
sedangkan metabolisme homofermentatif melibatkan aldolase dan heksosa aldolase
namun tidak memiliki fosfoketolase serta hanya sedikit atau bahkan sama sekali
tidak menghasilkan karbondioksida (Sanchez 2009). Jalur metabolisme dari yang
digunakan pada homofermentatif adalah lintasan Embden-Meyerhof-Parnas.

Gambar 4 Diagram heterofermentatif bakteri Lactobacillus sp.


Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Bakteri_asam_laktat

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Rahmawati A. 2010 Asimilasi kolestrol dan dekonjugasi garam empedu


oleh bakteri asam laktat (BAL) dari limbah kotoran ayam secara in vitro.
Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Yogyakarta,
Indonesia. Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Yogyakarta (ID).
Carter A, Martin A, Roberto MLR, Martin JW. 2017. Colonisatio n of poultr y
by Salmonella Enteritid is S1400 is reduces by combine d
administr atio n of Latobacillus saliv arius 59 and Enterococcus
faecium PXN- 33. Vet Mirobiol. 199:100- 107. doi:
https://doi.org/10.1016/j.vetmic.2016.12.029.
Djide N, Sartini. 2008. Isolasi, identifikasi bakteri asam laktat dari kol (Brassica
oleracea L.) dan potensinya sebagai antagonis Vibrio harveyi. Torani. 18(3):
211-216.
Hammes WP, Hertel C. 2009. Genus Lactobacillus in Bergey’s Manual of
Systematic Bacteriology. New York (US): Springer. Ed ke-3.
Harmayani E, Rahayu ES, Djaafar TF, Sari CA, Marwati T. 2009. Pemanfaatan
kultur Pediococcus acidilactici F-11 penghasil bakteriosin sebagai
penggumpal pada pembuatan tahu. J Pascapanen. 6(1): 10-20.
Harold FM. 1986. The Vital Force: A Study of Bioenergetics. New York (US): WH
Freeman & Co.
Kandler O. 1983. Carbohydrate metabolism in lactic acid bacteria. Antonie Van
Leeuwenhoek J Microbiol Serol. 49:209-224.
Kandler O, Weiss N. 1984. Regular, Nonsporing Gram-Positive Rods. Dalam PHA
Sneath (ed.). Bergeys’s Manual of Systematic Bacteriology Vol 2. Willia ms
& Wilkins. Baltimore.
Khanifah. 2012. Uji potensi probiotik Lactobacillus plantarum yang diisolasi dari
usus halus itik mojosari (Anas plathyrinchos) secara in vitro [tesis]. Malang
(ID): Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Ludwig W, Schleifer KH, Whitman WB. 2009. Revised road map to the phylum
Firmicutes in Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology the Firmicutes.
New York (US): Springer. Ed ke-2.
Nur HS. 2005. Pembentukan asam organik oleh isolat bakteri asam laktat pada
media ekstrak daging buah durian (Durio zibethinus Murr.). Bioscientiae.
2(1): 15-24.
Pack PE. 2007. CliffsAP Biology. Hawaii (US): University of Hawaii Press.
Penha Filho RAC, Díaz SJA, Fernando FS, Chang YF, Andreatti Filho RL, Junior
AB. 2015. Immunomodulatory activity and control of Salmonella Enteriditis
colonization in the intestinal tract of chickens by Lactobacillus based
probiotic. Vet Immunol Immunopathol. 167(1-2):64-69. doi:
https://doi.org/10.1016/j.vetimm.2015.06.006.
Rostini I. 2007. Peranan bakteri asam laktat (Lactobacillus plantarum) terhadap
masa simpan filet nila merah pada suhu rendah [tesis]. Bandung (ID): Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.
Sanchez PC. 2009. Philippine Fermented Food: Principles and Technology. Hawaii
(US): University of Hawaii Press.
Ten Brink B, Konings WN. 1980. Generation of an electrochemical proton gradient
by lactate efflux in membrane vesicles of Escherichia coli. Eur J Biochem.
111:59-66.
Ten Brink B, Konings WN. 1986. Generation of a proton motive force in anaerobic
bacteria by end-product efflux. Methods Enzymol. 125:492-510.
Todar K. 2008. Todar’s online textbook of bacteriology [internet]. [diacu 2017 Mei
16]. Tersedia dari: http://textbookofbacteriology.net/lactics.html.
Widyastuti Y, Ratnakomala S, Sofarianawati E, Yusnira, Sari NYA, Rahmat J,
Kurniawan, Amiruddin, Atu M, Yahya M, Suparman, Udin, Diman. 1992.
Pengembangan Teknologi Produksi Probiotik. Bogor (ID): Pusat Penelitia n
Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Zhang D, Li R, Li J. 2012. Lactobacillus reuteri ATCC 55730 and L22 display
probiotic potential in vitro and protect against Salmonella-induced pullorum
disease in a chick model of infection. Research in Vet Sci. 93(1):366-373. doi:
https://doi.org/10.1016/j.rvsc.2011.06.020.

Anda mungkin juga menyukai