Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Desa Wisata Budaya Kamasan terletak di Kecamatan Klungkung,
Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. Jarak dari Denpasar ke desa ini sekitar 43
km. Akses sangat mudah karena dekat (± 2km) dari pusat Kota Semarapura,
Klungkung. Desa Wisata Budaya Kamasan merupakan salah satu tujuan wisata
yang terdapat di Kabupaten Klungkung. Desa Wisata ini terdiri atas tiga wilayah
desa Dinas yaitu Gelgel, Tojan dan Kamasan yang tergabung dalam satu desa
adat. Desa wisata ini terkenal dengan keindahan seni budayanya dalam membuat
kerajinan perak, ukiran selongsong peluru, emas dan lukisan wayang tradisional.
Kamasan atau “Ka-emas-an” adalah nama yang cukup tua untuk komunitas
orang-orang yang mempunyai pekerjaan dalam bidang memadai yaitu Pande Mas
sesuai dengan nama salah satu banjar di desa Kamasan. Bukit arkeologis yang
ditemukan berupa tahta-tahta batu, arca menhir, lesung batu, palungan batu,
monolit yang berbentuk silinder, batu dakon, lorong-lorong jalan yang dilapisi
batu kali yang pernah ditemukan pada tahun 1976 dan 1977, yang tersebar di
desa-desa Kamasan, Gelgel dan Tojan, memberi petunjuk bahwa komunitas cukup
tua umurnya.Dari temuan arkeologis itu juga memberi petunjuk bahwa tradisi
megalitik pernah mewarnai kehidupan komunitas di Kamasan dan sekitarnya,
yaitu kehidupan komunitas pra Hindu yang berakar pada masa neolitikum ( ±
2000 tahun SM).
Tradisi Megalitik telah diserap oleh para undagi dan ke-pande-an pada
periode kemudian. Para Pande semakin dikenal dan difungsikan oleh Raja (Ida
Dalem) sejak kerajaan berpusat di Gelgel (1380-1651).Produk seni ukir pada
logam emas atau perak yang berbentuk pinggan (bokor, dulang dll) telah dijadikan
perlengkapan barang-barang perhiasan Keraton Suweca Linggaarsa Pura Gelgel.
Selain seni ukir, berkembang pula seni lukis wayang untuk hiasan di atas kain
berupa bendera (kober , umbul-umbul, lelontek), kain hiasan (ider-ider dan parba)
yang menjadi pelengkap dekorasi di tempat-tempat suci (pura) atau bangunan di
komplek Kraton.Sejak pemegang tahta II berkuasa yaitu Dalem Waturenggong
(1460-1550) kerajaan Gelgel mencapai puncak kemasyuran, maka keemasan
Kamasan merupakan desa pengrajin.
Banjar-banjar yang ada terutama Sangging dan Pande Mas dapat dikatakan
banjar Gilda, kelompok kerja, pengrajin yang terdiri dari rumah-rumah serta
bengkel-bengkel dimana para warganya tinggal, bekerja dan mengabdi kepada
sang Raja hingga pada akhir hayat mereka. Raja dipandang sebagai dewa raja
yang bertugas menjaga agar jagad (alam semesta dan isinya) senantiasa ada dalam
keadaan seimbang dan selaras. Oleh karena seni dipandang sebagai unsur penting
dalam menjaga keselarasan itu lewat karya seni sakral maka menjadi tugas
penguasa untuk melindungi serta memelihara kesenian. Pada waktu pusat
kekuasaan dipindahkan dari Gelgel ke Klungkung, oleh Dewa Agung Jambe tahun
1686, keturunan langsung dari Dinasti Kresna Kepakisan di Gelgel, kedudukan
desa Kamasan yang berintikan Sangging dan Pande Mas sebagai banjar Gilda
pengrajin tempat para seniman lukisan dan ukiran tetap dipertahankan.
Para seniman dan pengrajin Sangging, pande mas dan Banjar-banjar
lainnya: Siku, Geria, Kacangdawa, Peken Pande dan Tabanan masih terus
menghasilkan lukisan atau ukiran gaya Kamasan atau gaya wayang. Perluasan
produk pengrajin telah beragam, tidak hanya terbatas pada ukiran emas dan perak
tetapi muncul pula seni ukir yang berbahan tembaga atau kuningan dan peluru.
Produk kesenian mereka berupa lukisan atau ukirannya banyak dipesan oleh
wisatawan mancanegara atau nusantara. Begitu juga, sejalan dengan
meningkatnya turisme, toko-toko souvenir dan seni di Klungkung, atau pasar seni
Gianyar dan Denpasar serta hotel-hotel juga menjadi pelanggan yang tetap dari
produk kesenian gaya wayang di Kamasan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut adapun rumusan masalah yang dibuat
dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana historis Desa Kamasan sebelum ditetapkan menjadi desa wisata?
2. Potensi apa saja yang ada di Desa kamasan sehingga ditetapkan sebagai desa
wisata?
3. Bagian-bagian infrastruktur apa saja yang telah dibenahi atau baru dibuat pasca
ditetapkan sebagai desa wisata?
4. Bagaiman peningkatan jumlah pengunjung setelah ditetapkan sebagai desa
wisata?
5. Bagaimana analisis purna huni terhadap desa Kamasan sebagai desa wisata?
6. Apakah Desa Kamasan bisa dikatakan berhasil sebagai sebuah desa wisata

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari disusunnya makalah ini adalah :
1. Mengetahui historis Desa Kamasan sebagai desa wisata.
2. Mengetahui potensi yang ada di Desa Kamasan sehingga ditetapkan sebagai
desa wisata.
3. Mengetahui perbaikan atau pembangunan infrastruktur yang dilakukan pasca
ditetapkan sebagai desa wisata.
4. Mengetahui tingkat kunjungan wisatawan ke Desa Kamasan setelah ditetapkan
sebagai desa wisata.
5. Mengetahui analisi purna huni terhadap Desa Kamasan sebagai desa wisata.
6. Mengetahui tingkat keberhasilan Desa Kamasan sebagai desa wisata.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari disusunnya makalah ini adalah :
1. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai evaluasi purna huni
terhadap suatu objek arsitektur.
2. Melatih kemampuan mahasiswa dalam penyusunan makalah.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Tinjauan Dasar Tentang Evaluasi Pasca Huni (EPH)


Evaluasi pasca huni adalah evaluasi terhadap bangunan dengan cara
sistematis dan teliti setelah bangunan selesai dibangun dan telah dipakai untuk
beberapa waktu. Focus EPH adalah kepada si pemakai dan kebutuhan pemakai,
sehingga mereka dapat memberikan pengetahuan yang mendasar mengenai akibat
dari keputusan desain-desain masa lalu dan dari hasil kinerja bangunan.
Pengetahuan ini menjadi sebuah dasar yang baik untuk menciptakan bangunan
yang lebih baik di masa mendatang.

2.2 Tahapan Evaluasi Pasca Huni


Dalam pelaksanaan pasca huni teradapat 3 tahap, yaitu :
A. Planning atau perncanaan, yaitu membuat rancangan evaluasi berupa
perumusan tujuan, sasaran, selain itu rancangan perumusan waktu, tenaga,
biaya, sumber informasi, alat alat yang dibutuhkan, dll.
B. Conducting atau pengaturan pelaksanaan, yaitu kegiatan berupa pengumpulan
data, analisis, merumuskan temuan temuan serta menyusun rekomendasi
evaluasi.
C. Applying atau pelaporan hasil , yaitu tindak lanjut atau implementasi setelah
melakukan pasca huni.

2.3 Dampak Pembangunan Arsitektur


Pembangunan menimbulkan suatu dampak, baik terhadap makhluk hidup
maupun terhadap lingkungan. Dampak terhadap lingkungan antara lain adalah
terjadinya bencana banjir, kekeringan, erosi tanah, pencemaran lingkungan,
matinya beberapa jenis tumbuhan dan hewan.
Pembangunan tersebut erat kaitannya dengan perubahan penggunaan lahan.
Apabila terjadi perubahan penggunaan lahan, misalnya di daerah hulu/atas berupa
hutan lindung digunakan untuk permukiman atau perumahan sedangkan daerah
hilir digunakan untuk industry dan permukiman, maka akan berdampak besar
untuk daerah itu sendiri maupun daerah di bawahnya.
Terjadi erosi atau longsor di bagian atas/hulu karena terjadi penggundulan
hutan yang dialihfungsikan untuk perumahan. Selain itu karena terjadi perubahan
penggunaan lahan, juga terjadi kerusakan suatu ekosistem yang menyebabkan
habitat tanaman atau binatang rusak. Hal tersebut sangat berdampak kepada
beberapa tumbuhan atau hewan yang punya karakter khusus, yaitu hanya dapat
bertahan hidup pada daerah dengan keadaan tertentu. Dibagian hilir dapat terjadi
banjir karena di bagian hulu telah terjadi alih fungsi lahan dari hutan lindung
menjadi permukiman, sehingga daerah diatas akan mengirimkan limpasan
sedangkan daerah hilir. Karena daerah hilir juga mengalami perubahan
penggunaan lahan, dari kebun menjadi industry maupun permukiman untuk
kegiatan ekonomi, sehingga daerah resapan air semakin sedikit. Potensi banjir
juga semakin besar.
Kekeringan juga mungkin dapat terjadi akibat pembangunan, dengan
penggunaan airtanah yang berlebihan karena pembangunan besar-besaran maka
persediaan airtanah semakin sedikit, sementara air hujan yang masuk kedalam
tanah lebih lambat dari air yang digunakan/dipompa.
BAB III
METODE PENELITIAN & METODE PEMBAHASAN

Dalam penyusunan makalah ini tentu ada beberapa metode yang digunakan
pada proses penyusunannya. Penggunaan metode ini bertujuan agar makalah bisa
disusun secara sistematis dan dengan cara yang efektif. Adapun pada BAB III
akan memaparkan tentang metode yang digunakan dalam penyusunan makalah
ini.

3.1 Metode Penelitian


A. Metode Analisis
Dengan cara mengumpulkan data yang didapat di lapangan yang selanjutnya
akan dianalisis dengan cara membandingkannya dengan teori yang didapat dari
litelatur- litelatur maupun di buku.

B. Metode Observasi Langsung


Pendataan dilakukan dengan cara observasi langsung ke objek dan
melakukan pendataan dengan pengambilan gambar berupa foto, memperhatikan
hal yang perlu diobservasi, serta melakukan wawancara dengan masyarakat.

3.2 Metode Pembahasan


A. Perbandingan dengan teori
Pembahasan dilakukan dengan membandingkan antara teori dan hasil
observasi di lapangan, apakah sesuai atau menyimpang dari teori yang ada.
BAB IV
TINJAUAN OBJEK

Sebelum beranjak untuk menjawab permasalahan yang ada, maka tentu


harus mengenali objek studi pada panyusunan makalah ini, yaitu Desa Wisata
Kamasan, Klungkung. BAB IV akan membahas tentang letak, hingga pembagian
wilayah pada Desa Kamasan. Pemahaman tentang objek inilah yang nantinya
akan menjadi dasar pembahasan evaluasi purna huni pada BAB selanjutnya.

4.1 Lokasi Objek

Desa Wisata Budaya Kamasan terletak di Kecamatan Klungkung,


Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. Jarak dari Denpasar ke desa ini sekitar 43
km. Akses sangat mudah karena dekat (± 2km) dari pusat Kota Semarapura,
Klungkung.

4.2 Pembagian Wilayah Desa Kamasan


Desa Wisata Budaya Kamasan merupakan salah satu tujuan wisata yang
terdapat di Kabupaten Klungkung. Desa Wisata ini terdiri atas tiga wilayah desa
Dinas yaitu Gelgel, Tojan dan Kamasan yang tergabung dalam satu desa adat.
4.3 Profil Desa Kamasan
HISTORIS SEBELUM MENJADI DESA WISATA
Dahulu masyarakat di desa Kamasan sebagian besar berpropesi sebagai petani
untuk menjalankan kehidupan. Setelah jaman semakin berkembang dan berbagai
macam alat/ perkakas telah tercipta mulailah masyarakat di desa Kamasan
membuat karya-karya seni kerajinan untuk keperluan keagamaan di lingkungan
desa. Tak berhenti hanya pada lingkungan desa, dengan keahlian masyarakat
kamasan di bidang seni, keahlian mereka dihargai oleh kerajaan di Klungkung
pada masa itu. Seniman dari desa Kamasan diberi kehormatan untuk menghiasi
balai pengadilan kerajaan Klungkung dengan lukisan wayang kamasan (lukisan
khas desa kamasan) pada bagian langit-langitnya. Karya inipun saat ini masih
tetap lestari di area Kertha Gosa Klungkung hingga saat ini. Sejak saat itu
seniman-seniman dari desa Kamasan mulai dikenal.
Karya-karya ini lambat laun terus berkembang sehingga menghasilkan berbagai
produk kerajinan berbahan logam, kulit, kain, maupun kayu. Produk-produk karya
seni ini banyak ditampung di rumah-rumah warga, dan sering kali dipamerkan
untuk dijual sehingga memperoleh penghasilan tambahan. Kondisi ini membuat
turis-turis mulai mengaggumi dan berdatangan ke desa Kamasan untuk membeli
produk karya seni.
Berdasarkan potensi-potensi yang dimiliki desa Kamasan, mulailah timbul suatu
ide untuk menjadikan desa Kamasan sebagai suatu desa wisata. Pada tahun 2009
terjadi kerjasama antara pemerintah dan bank BNI untuk mendukung penetapan
desa Kamasan sebagai desa wisata. Saat itu di desa kamasan dibangun rumah
kreatif, diberikan modal untuk pengembangan potensinya, serta dibuatkan suatu
pelang penanda desa wisata. Dukungan ini diberikan kepada desa Kamasan
dengan catatan masyarakat desa Kamasan harus mampu berkembang dan berkarya
secara berkelanjutan dari generasi ke generasi.
POTENSI YANG ADA DI DESA KAMASAN SEHINGGA DITETAPKAN
SEBAGAI DESA WISATA
Berdasarkan dari hasil wawancara tersebut awal terbentuk Desa Kamasan didasari
oleh prasasti anak wungsu yang dahulunya sudah memiliki potensi alam dan
budaya masyarakat dan faktor adat yang mengikat, terdapat beberapa berprofesi
masyarakat desa kamasan antaralain sebagai petani, pengerajin logam, mas, perak
tembaga dan besi dalam istilah balinya disebut (Pande). Dan pengerajin lukisan
wayan dahulunya dipelopori oleh Mangudara, semua itu dulunya hanya
berorientasi untuk adat saja istilah balinya disebut ayah-ayahan desa. Kemudian
terus berkembang dari zaman penjajahan, adat, hingga pemerintahan saat ini
masih terus beroprasi hingga saat ini.
Hasil kerajinan seni didesa kamasan ini memiliki ciri khas yang berbeda dari desa
yang lain contohnya wayang kamasan, lukisan wayang ini berbeda dari lukisan
wayang yang lain dikarenakan bahan yang digunakan untuk mewarnai yaitu bahan
alam, salah satunya kunyit warna yang menghasilkan yaitu warna kuning, daun
suji untuk warna hijau dan bunga telang menghasilkan warna biru. Semua itu
didasari dari potensi alam sekitar yang banyak didapatkan dari hasil pertanian.
Dan menjadikan lukisan wayang tersebut hingga kini masih diminati oleh wisatan
lokal maupun mancanegara. Selain wayang dengan ciri khas kamasan, selanjutnya
berkembang dengan kerjaninan kain tenun, kain tenun ini juga menggunakan
bahan alam dengan penambahan motif pewayangan pada beberapa bagian. Potensi
budaya juga tidak terlepas dari desa kamasan beberapa tarian sakral yang ada
didesa kamasan yaitu Tarian wayang wong dan Katak kedongklang, semua tarian
ini dahulunya bertujuan untuk upacara keagamaan namun tak dimungkiri juga
sebagai daya tari wisatawan saat berkunjung ke desa Kamasan tersebut. Hingga
kini masyarakat desa Kamasan terus berkarya dan menghasilkan lebih banyak
hasil kerajinannya hingga dijadikan sebagai mata pencaharian utama masyarakat
desa saat ini.
BAGIAN BAGIAN YANG DIBENAHI UNTUK MEMENUHI
PERSYARATAN DESA WISATA
Ada suatu ruang pameran atau penjualan produk lukisan atau ukiran, tempatnya di
sebelah barat banjar Sangging, sekitar 50 meter. suatu sanggar latihan melukis
didirikan oleh Nyoman Mandra di rumahnya sendiri. Apabila tamu-tamu
berkunjung ke Kamasan maka lebih banyak Bisa menikmati langsung bengkel-
bengkel kerja para Artis lukis atau ukir dirumahnya masing-masing. Jalan yang
dilalui seluruhnya beraspal Bisa ditempuh kendaraan bermotor (mobil, sepeda
motor) atau tersedia pula angkutan tradisional dokar.

KUNJUNGAN WISATAWAN

Kamasan sebagai pusat produk lukisan atau ukiran tradisional banyak mendapat
kunjungan wisatawan nusantara ataupun mancanegara. Waktu kunjungan mereka
ialah di siang hari. Para wisatawan yang berkunjung ke Kamasan memakai
peralatan sepeda motor, mobil, taxi atau dokar.

Transportasi Menuju Ke Desa Kamasan Bagi wisatawan yang ingin berlibur di


Desa Kamasan, desa ini berlokasi di kecamatan Klungkung, kab. Klungkung,
Bali. Jika wisatawan berangkat dari bandara Ngurah Rai, maka wisatawan harus
menempuh jarak sekitar 45 km dalam waktu kurang lebih 1,5 jam. Namun jika
dari kota Semarapura, wisatawan hanya menempuh jarak kurang lebih 2 km untuk
sampai di lokasi. Fasilitas di Desa Kamasan Desa Kamasan begitu sering
dikunjungi oleh para wisatawan, baik wisatawan lokal maupun mancanegara.
Oleh karena itu, pihak pengelola obyek wisata Desa Kamasan telah
mempersiapkan beberapa fasilitas yang dapat memberikan kepuasan bagi para
wisatawan. Beberapa fasilitas tersebut seperti home stay, sanggar seni lukis
wayang kamasan, galeri dan lain-lain yang mendukung fasilitas desa wisata
kamasan.

KEBERASILAN/ KEGAGALAN MENJADI DESA WISATA


Desa Wisata Kamasan terletak di Kecamatan Klungkung, Kabupaten
Klungkung, Provinsi Bali. Akses sangat mudah karena dekat (± 2km) dari pusat
Kota Semarapura, Klungkung. Keberasilan Desa Kamasan menjadi desa wisata
dengan ditetapkan sebagai salah satu program Kampoeng BNI, yaitu program
kemitraan BNI dengan konsep pengembangan usaha kecil suatu kawasan berbasis
pemberdayaan ekonomi masyarakat. Umumnya, keluarga di Desa Kamasan
memiliki usaha seni lukisan, ukiran tradisional, dan karya seni Bali lainnya.
Adanya Program Paket Wisata City Tour dan Desa Wisata yang diluncurkan oleh
Bupati Klungkung, menjadikan desa kamasan ini lebih berinovatif.
Desa Kamasan juga telah memiliki sebuah rumah kreatif yang dibangun
oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai tempat untuk
memamerkan berbagai jenis produk UMKM. Kepala Desa Kamasan sedang
gencar-gencarnya mengembangkan desa wisata kamasan dengan membangun
setidaknya homestay, Sehingga para wisatawan tidak sekedar berkunjung lalu
pulang. Namun juga bisa menginap, menikmati suasana serta melihat banyak hal
di sana.
BAB III
TINJAUAN OBJEK

Sebelum beranjak untuk menjawab permasalahan yang ada, maka tentu


harus mengenali objek studi pada panyusunan makalah ini, yaitu Desa Wisata
Kamasan, Klungkung. BAB IV akan membahas tentang letak, hingga pembagian
wilayah pada Desa Kamasan. Pemahaman tentang objek inilah yang nantinya
akan menjadi dasar pembahasan evaluasi purna huni pada BAB selanjutnya.

4.4 Lokasi Objek

Desa Wisata Budaya Kamasan terletak di Kecamatan Klungkung,


Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. Jarak dari Denpasar ke desa ini sekitar 43
km. Akses sangat mudah karena dekat (± 2km) dari pusat Kota Semarapura,
Klungkung.

4.5 Pembagian Wilayah Desa Kamasan


Desa Wisata Budaya Kamasan merupakan salah satu tujuan wisata yang
terdapat di Kabupaten Klungkung. Desa Wisata ini terdiri atas tiga wilayah desa
Dinas yaitu Gelgel, Tojan dan Kamasan yang tergabung dalam satu desa adat.
Didesa Kamasan terdapat beberapa banjar yaitu Banjar Sangging, Banjar Geria,
Banjar Pande Mas, Banjar Tabanan, Banjar Peken, Banjar Jelantik Kori Batu,
Banjar Kacang Dawa, Banjar Siku.

4.6 Profil Desa Kamasan


Desa Wisata Kamasan dikenal dalam dunia seni lukis tradisional Bali,
karena berbagai lukisan tradisional Bali diilhami dari corak Kamasan, yang
terinspirasi dari budaya Jawa. Hingga abad ke-18, sejumlah raja Bali
memanfaatkan tenaga seniman Kamasan. Di samping seni lukis, kesenian lain
yang berkembang di Kamasan adalah tari, 14usic, wayang, kerajinan emas dan
perak. Apabila para pelukis banyak tinggal di Banjar Sangging, para pengrajin
banyak tinggal di Banjar Pandemas.

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai