Anda di halaman 1dari 11

Nama : Vidi Pangestu

Kelas : 1D
Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Politik
Darwinisme Sosial

Sejarah Darwinisme Sosial


Darwinisme Sosial adalah ideologi masyarakat yang berusaha untuk menerapkan
konsep biologis Darwinisme atau evolusi teori untuk sosiologi dan politik, seringkali
dengan asumsi bahwa konflik antara kelompok-kelompok dalam masyarakat
menyebabkan kemajuan sosial sebagai kelompok superior outcompete yang rendah.
Darwinisme Sosial umumnya dipahami untuk menggunakan konsep perjuangan untuk
eksistensi dan survival of the fittest untuk membenarkan kebijakan sosial yang tidak
membeda-bedakan mereka mampu menghidupi diri sendiri dan orang-orang tidak
mampu menghidupi diri sendiri. Banyak seperti dilihat stres kompetisi antar individu
dalam laissez-faire kapitalisme , tetapi ideologi juga telah memotivasi gagasan eugenika
, rasisme ilmiah , imperialisme , fasisme , Nazisme . dan perjuangan antara kelompok
nasional atau ras.
Para penentang evolusi teori sering menyatakan bahwa Darwinisme sosial adalah
entailment logis dari kepercayaan pada teori evolusi, sementara ahli biologi dan
sejarawan berpendapat bahwa itu lebih merupakan penyimpangan dari Charles Darwin
ide ‘s. Sementara kebanyakan ahli mengakui hubungan sejarah antara Darwin teori dan
bentuk Darwinisme sosial, mereka juga mempertahankan bahwa Darwinisme sosial
tidak perlu konsekuensi dari prinsip-prinsip evolusi biologi dan yang menggunakan
evolusi biologis sebagai pembenaran untuk kebijakan jumlah ketidaksetaraan untuk
melakukan dengan kesalahan naturalistik.
The Istilah Darwinisme telah diciptakan oleh Thomas Henry Huxley pada tahun 1860
tinjauan April nya On the Origin of Species, dan pada 1870-an itu digunakan untuk
menggambarkan berbagai konsep evolusionisme atau pengembangan, tanpa ada
komitmen khusus untuk Charles Darwin Teori sendiri ‘s.
Penggunaan pertama dari frase “Darwinisme sosial” berada di Joseph Fisher ‘s 1.877
artikel tentang Sejarah pemilikan tanah di Irlandia yang diterbitkan dalam Transaksi dari
Historical Society Ulasan Royal. Fisher mengomentari bagaimana sistem untuk
pinjaman ternak yang telah disebut “masa” telah menyebabkan kesan palsu bahwa
Irlandia awal telah berevolusi atau mengembangkan kepemilikan lahan
Kaum kreasionis berpendapat bahwa Darwinisme sosial-yang menghasilkan kebijakan
-kebijakan yang menindas kaum lemah-adalah konsekuensi logis dari "Darwinisme"
(teori seleksi alam dalam biologi). Para ahli biologi dan sejarawan menyatakan bahwa
kesesatan berpikir ini merupakan pendasaran alam (appeal to nature), karena teori
seleksi alam hanya bertujuan menjelaskan fenomena biologi dan bukan untuk dinilai
atau dijadikan panduan moral umat manusia. Meski sejumlah pengamat melihat adanya
kaitan sejarah antara ketenaran teori Darwin dan bentuk-bentuk Darwinisme sosial,
mereka juga menegaskan bahwa Darwinisme sosial merupakan konsekuensi nyata dari
prinsip-prinsip evolusi biologi.
Para ahli mempersoalkan bagaimana ideologi Darwinis sosial mencerminkan pandangan
Charles Darwin terhadap permasalahan sosial dan ekonomi manusia. Tulisan-tulisan
Darwin mengandung kalimat yang dapat ditafsirkan sebagai penolakan terhadap
individualisme agresif, sedangkan kalimat lainnya seolah mendukung individualisme
agresif. Sejumlah pengamat berpendapat bahwa pandangan Darwin perlahan berubah
dan ikut menyertakan pandangan sejumlah penafsir teorinya dalam ilmu sosial seperti
Herbert Spencer, tetapi ide evolusi masyarakat Lamarckian yang dipegang Spencer
diterbitkan sebelum Darwin menerbitkan teorinya untuk pertama kali, dan kedua tokoh
ini memiliki definisi nilai moralnya masing-masing. Spencer mendukung
kapitalismelaissez-faire berdasarkan kepercayaan Lamarckiannya bahwa perjuangan
bertahan hidup mendorong terbentuknya sikapmemperbaiki diri sendiri yang dapat
diwariskan.
Para sarjana memperdebatkan sejauh mana berbagai ideologi mencerminkan pandangan
Charles Darwin sendiri pada isu-isu sosial dan ekonomi manusia. Tulisannya memiliki
bagian-bagian yang dapat diartikan sebagai lawan individualisme agresif, sementara
bagian-bagian lain muncul untuk mempromosikannya. Beberapa sarjana berpendapat
bahwa pandangan Darwin bertahap berubah dan datang untuk memasukkan pandangan
dari penafsir sosial terkemuka teorinya seperti Spencer, tetapi ide-ide evolusi Lamarck
Spencer tentang masyarakat diterbitkan sebelum Darwin pertama kali diterbitkan
teorinya, dan keduanya dipromosikan nilai-nilai moral. Spencer didukung laissez faire
usaha bebas atas dasar keyakinan Lamarck bahwa perjuangan untuk bertahan hidup
memacu perbaikan diri yang bisa diwariskan.
Darwinisme ortodoks, yang setia pada pendapat Darwin paling awal, menyatakan
bahwa Seleksi Alam terjadi pada jenjang individu dan berlangsung lambat-laun sebagai
akibat tidak langsung perubahan dan persaingan mutasi di aras genetik. Biologi sosial
menolak gagasan itu. Mereka berpendapat bahwa Seleksi Alam bertarung di jenjang
kelompok sosial. Kelompok sosial terdiri atas individu yang mewarisi kepentingan
genetik dan sosial yang bertarung memenangkan Seleksi Alam. Kelompok sosial
tersusun atas individu. Individu tersusun atas materi genetik yang mengarahkan secara
langsung perilaku individu. Karena individu bagian masyarakat, maka gen berpengaruh
pulalah pada kelompok sosial itu. Biasanya perdebatan ilmiah terjadi pada forum ilmiah
dan dilangsungkan dengan saling unjuk hasil penelitian. Namun perseteruan dua kubu
ini meluas dan memanas sampai di luar forum ilmiah sehingga lantas sarat emosi.
Penggagas biologi sosial ialah Edward O. Wilson. Ia ilmuwan di Universitas Harvard.
Gagasan biologi sosial dikumandangkan lewat buku Sociobiology: The New Synthesis
yang terbit pada 1975. Dalam buku ini ia berpendapat bahwa perilaku sosial hanya bisa
dipahami dengan menarik hubungan sebab-akibat langsung dengan gen. Secara analogi,
kubu biologi sosial memandang hubungan gen seperti tali kekang kuda dengan kusir.
Sejumlah ilmuwan menganggap biologi sosial adalah perpanjangan darwinisme sosial.
Darwinisme sosial punya reputasi buruk karena membela rasialisme dan menganggap
hirarki sosial benar-benar ada akibat faktor keturunan. Bagi biolog sosial, ada ras
unggul dan pecundang. Ada juga orang yang lahir sampai mati khusus untuk jadi korban
dan sebaliknya ada yang terlahir sebagai penguasa. Harold Bloom dalam Lucifer
Principle memaparkan dengan bersemangat bagaimana proses-proses sejarahmanusia-
peperangan, agama, etnisitas- bisa disebabkan oleh faktor genetik.
Darwinis yang secara terbuka memerangi biologi sosial adalah Stephen Jay Gould,
Richard Lewontin, dan Daniel Dennet. Dennet dalam buku Darwin's Dangerous Idea:
Evolution and The Meaning of Life, memaki gagasan biologi sosial sebagai bualan
ngawur ketika diterapkan pada manusia. “Kita memang berasal dari ikan, tapi bukan
berarti perilaku kita bisa disamakan dengan ikan”, tulis Dennet dalam buku ini. Pada
manusia, evolusi sudah sedemikian rumit sehingga memungkinkan kehadiran otak
serumit yang dimiliki manusia. Otak yang sedemikian kompleks punya kemampuan
membuat keputusan yang bertanggung jawab. Manusia bertindak-apalagi yang
berdampak sosial-terutama karena telah melewati pertimbangan di otak. Sejauh ini tidak
ada bukti gen mempengaruhi langsung keputusan -keputusan sosial.
Banyak rujukan yang memakai pendapat Richard Dawkins (termasuk Wilson) dalam
The Selfish Gene (1976), sebagai landasan biologi sosial. Tapi setelah menyimak
dengan hati-hati buku itu, rujukan itu meleset. Dawkins berpendapat bahwa panggung
Seleksi Alam ada di tingkat gen, bukan individu apalagi sosial. Pada satu masa, memang
kebudayaan adalah perpanjangan langsung gen (extended phenotype). Kepingan
penyusun kebudayaan itu dinamakan oleh Dawkins meme. Meme lantas berevolusi
seperti gen, tanpa maksud, tanpa tujuan, melulu memperbanyak diri. Kalau perlu meme
akan membuat individu menderita, demi upaya memperbanyak diri.
Dawkins memberi banyak contoh sarang burung untuk memberi ilustrasi bagaimana gen
dan meme saling terkait. Pembuatan sarang burung terutama melindungi telur dan anak
burung, dan samasekali bukan untuk kenyamanan induk. Ia memberi contoh bagaimana
susah-payah dan derita induk selama mengerami dan membesarkan anak. Kebudayaan,
sebagai perluasan fenotip, lahir pada awalnya melulu untuk kemaslahatan gen dan
samasekali tidak untuk kejayaan individu apalagi kelompok sosial.
Kebetulan, dua dari kubu anti-biologi sosial-Lewontin dan Gould-adalah penulis sains
populer yang kondang. Mereka memperluas medan perang ini ke tingkat publik. Meski
kedua ilmuwan dan Wilson bekerja di universitas yang sama, bahkan di gedung yang
sama, silang-pendapat dilakukan lewat media massa. Apabila mau, bisa saja Gould dan
Lewontin turun ke lantai tempat Wilson berkantor dan membahas perdebatan pendapat
mereka secara tertutup. Gould sangat sadar bahwa dampak biologi sosial sangat luas. Ia
ingin masyarakat menyadari dampak itu dan ikut serta dengan pemahaman yang jernih
mengenai duduk-perkara ini. Gould sengaja menulis buku yang bagus, Mismeasure of
Man untuk menghantam Wilson dkk. Tapi rupanya tidak cukup. Gould juga memperluas
perang dengan menyerang biologi sosial lewat media elektronik dan cetak. Dampak
kampanye Gould segera terasa. Dalam satu seminar, Wilson pernah dilempari telur
busuk oleh demonstran yang marah dan mengumpat “enyahlah kau rasis!”.
Perang antara Darwinisme melawan biologi sosial memang belum berhenti. Tapi bagi
ilmu-ilmu sosial, biologi sosial menyediakan sarana analisis bergengsi yang
mendudukkan ilmu sosial sejajar Sains-kendati bagi ilmuwan biologi dianggap sebagai
ilmu yang ngawur. Dalam sejarah Indonesia pernah terjadi peristiwa agung yang
membantah biologi sosial. Pada 28 Oktober 1928, perwakilan etnik se-Hindia Belanda
sepakat menghimpun diri dalam satu satu tanahair, satu bangsa, dan satu bahasa.
Bahkan etnik mayoritas di Hindia -Belanda, yakni Jawa tidak ngotot menjadi mayoritas
dalam kesepakatan ini.
Contoh Kejadian Darwinisme Sosisal Saat Ini
Dalam perkembangannya seiring waktu teori Evolusi sosial Charles Darwin telah
berkembang semakin jauh dan menyentuh kedalam pola pikir dan bahkan merubah
pandangan para aristorkrat Eropa yang kemudian menjadi pembenaran atas dominasi
bangsa-bangsa Eropa terhadap bangsa-bangsa di luar Eropa. Teori ini di artikan lebih
jauh dengan pandangan yang sangat sarat diskriminasi dan penuh kebencian kepada
Bangsa-bangsa di luar Eropa sehingga “Semakin jauh dari Eropa, maka Orang-orang
semakin bukan manusia” inilah salah satu hasil dari penerapan prinsip-prinsip teori
evolusi kepada kehidupan sosial. Dalam perkembangannya faham ini di sebut “
Darwinisme Sosial” yang mengacu pada gagasan bahwa persaingan memacu
pertumbuhan dalam kelompok, masyarakat, dan budaya¹. Sebagai contohnya adalah “
Survival of the fittest”, yang di aplikasikan oleh kolonialisme dengan berbagai perilaku
diskriminasi dan dominasi atas masyarakat koloninya. Dalam penerapanya yang paling
gampang di pahami adalah: kolonialisme menganggap orang-orang koloninya sebagai
orang yang terbelakang, tidak berbudaya,tidak beragama, primitif dan
anggapananggapan lain yang secara umum menganggap orang-orang di tanah koloni
lebih rendah kedudukannya dari para kolonial itu sendiri. Sehingga mereka perlu di
angkat dari situasinya, sehingga mereka perlu dimajukan, perlu di samakan dalam cara
berpakaian, berperilaku, berbahasa, berbudaya dan bahkan sampai beragama seperti
kolonial itu.
Setelah masa-masa suram Kolonialisme, dan perubahan tatanan Dunia yang begitu
cepat dan menuju kepada jalur baru atas apa yang di namakan Egalitarianisme atau
prinsipprinsip kesetaraan atas bangsa-bangsa, ternyata penerapan teori-teori Charles
Darwin masih berkembang dengan subur dan menjadi alat dominasi terutama dominasi
atas kaum yang lemah. Darwinisme sosial telah berkembang dan masuk kedalam
berbagai disiplin ilmu, dan di rekonstruksi dengan substansi yang hampir tidak berubah.
Bahkan para pemeluk agama yang merupakan penentang teori evolusi Darwin pun
menerapkan prinsip-prinsip ini dalam pergaulanya.
Dalam realitanya saat ini telah terjadi di Republik ini, orang yang berbeda dalam pola
hidup, sistem hukum, dan perilaku dianggap sebagai orang terbelakang, primitif dan
sebutan lain yang diskriminatif. “Liyan” dianggap sebagai gangguan. Sistem hidup tidak
boleh menyalahi prinsip-prinsip umum kaum dominan. Nah apabila perbedaan tidak
diperbolehkan, yang kuat mendominasi yang lemah, yang berkuasa semena-mena
terhadap rakyat, perbedaan pendapat dilarang, maka sudah dipastikan mereka itulah
para pembaharu faham Darwinisme Sosial era ini.
Situasi saat ini dimana perbedaan dianggap sebagai sesuatu yang harus ditiadakan,
sesuatu yang harus di seragamkan, sudah masuk kedalam Konstitusi Republik
Indonesia. Contoh nyata adalah gagasan-gagasan modernisasi kepada Masyarakat adat,
penyeragaman pola kehidupan, melalui program-program pembangunan dan investasi
yang pada penerapanya telah memberangus banyak pengetahuan-pengetahuan
masyarakat adat, kehidupan sosial, Ekonomi, politik, budaya, dan penyingkiran
orangorang adat dari akar sejarah, budaya bahkan tanah kelahirannya. Situasi ini masih
terjadi pada Masyarakat Adat di Nusantara.
Pertanyaannya bagaimana mungkin teori evolusi sosial ini berkembang tanpa disadari
dan terekonstruksi dengan kuat di ingatan para orang-orang sampai sekarang?
Memaksakan Masyarakat adat untuk selaras dengan perkembangan zaman telah terbukti
menghancurkan ikatan sosial dan sejarah antara warga adat dengan tanahnya, antara
warga adat dengan identitas budaya dan sistem sosialnya. Program modernisasi ini telah
banyak menyingkirkan Masyarakat adat dari tanah leluhurnya: seperti Suku Sakai di
Riau, Talang Mamak di Riau, Suku Punan di Kalimantan Utara, di Papua banyak lagi
lainnya.
Konstitusi sebagai pondasi yang sangat dasar dari berdirinya suatu Negara adalah suatu
konsep dan wujud “Bangunan Kokoh” yang bisa menampung, melindungi dan menjaga
semua warga Negara Republik Indonesia. Sehingga sebagai suatu Negara maka tujuan
untuk tetap berdaulat, mandiri dan bermartabat, akan ditopang oleh perasaan yang sama
senasib dalam bentuk kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi warganya tanpa rasa
keberatan dan pembangkangan. Karena itu hal-hal yang diskriminatif sudah selayaknya
untuk segera di buang jauh-jauh dari segala pola pikir dan kebijakan, agar Republik ini
menjadi Negara besar yang didukung oleh segenap warga negaranya tanpa terkecuali.
Abad 20 yang baru saja kita lewati adalah masa yang dipenuhi dengan peperangan,
konflik, bencana, kesengsaraan, pembantaian, kemelaratan dan kehancuran yang luar
biasa. Jutaan manusia dibantai, dibunuh dan dibiarkan mati, hidup tanpa rumah dan
tempat berlindung. Maka semua dikorbankan demi membela berbagai ideologi
menyesatkan. Di setiap peristiwa tampak selalu terpampang nama-nama mereka yang
bertanggung jawab : Stalin, Lenin, Trosky, Mao, Pol Pot, Hitler,Mussolini, Franco.
Selanjutnya teori evolusi atau Darwinisme tidak terbatas hanya pada bidang biologi dan
paleontologi, tetapi merambah pada bidang-bidang sosial, sejarah, politik dan
mempengaruhi berbagai sisi kehidupan.
Oleh karena sejumlah pernyataan-pernyataan khusus Darwinisme mendukung sejumlah
aliran pemikiran yang di masa itu sedang tumbuh dan berkembang, Darwinisme
mendapat dukungan luas dari kalangan ini. Orang-orang berusaha menerapkan
keyakinan bahwa terdapat “peperangan (perjuangan) untuk mempertahankan hidup”
pada mahluk hidup di alam. Oleh sebab itu, ide bahwa “yang kuat tetap hidup dan yang
lemah akan musnah” mulai diterapkan juga pada manusia dan kehidupan manusia
dalam bermasyarakat. Justifikasi ilmiah Darwinisme inilah yang kemudian digunakan
oleh :
a. Hitler untuk membangun rassuper
b. Karl marx untuk mengatakan bahwa “sejarah manusia adalah sejarah
peperangan antar kelas masyarakat”
c. Kaum kapitalis yang percaya bahwa “yang kuat tumbuh menjadi semakin kuat
dengan mengorbankan yang lemah”.
d. Bangsa kolonial untuk menjajah dunia ketiga dan perlakuan biadab mereka.
e. Tindakan rasisme dan diskriminasi.
Teman dekat Darwin, Profesor Adam Sedgwick adalah satu di antara sekian banyak
orang yang melihat bahaya yang akan ditimbulkan oleh teori evolusi di masa
mendatang. Sejarah mencatat bahwa abad 20 adalah periode gelap dimana manusia
melakukan pembantaian hanya karena ras atau suku bangsa mereka. Darwin
mengibaratkan hal ini dengan mereka yang memelihara hewan-hewan untuk
dikembangbiakan : “Pada manusia-manusia primitif, kelemahan pada tubuh dan akal
akan segera dieliminir dan mereka yang tetap hidup biasanya memperlihatkan kondisi
kesehatan yang prima. Sekalipun kita manusia-manusia beradab berusaha secara
maksimal untuk mengawasi proses eliminasi ini, kita bangun rumah-rumah perawatan
bagi orang-orang yang sakit jiwa, cacat dan sakit, kita terapkan undang-undang bagi
kaum miskin. Ada alasan yang bisa dipercaya bahwa vaksinasi telah menyehatkan
ribuan orang, yang sebelumnya orang-orang yang lemah fisiknya akan mati karena
cacar. Dengan demikian orang-orang yang lemah dari masyarakat beradab
melangsungkan keturunannya. Tidak ada seorang pun yang pernah mempelajari
pembiakan hewan-hewan piaraan akan ragu bahwa tindakan ini akan sangat merugikan
bagi ras manusia.”
Teori Darwin yang menolak eksistensi Tuhan telah menyebabkan sebagian orang tidak
melihat manusia sebagai sosok yang diciptakan Tuhan dan bahwa semua manusia
diciptakan setara. Ini adalah salah satu fakta di balik munculnya rasisme dan
penerimaannya secara cepat di seluruh dunia.
Kolonialisme erat kaitannya dengan Darwinisme; dan negara yang sangat diuntungkan
oleh pandangan rasis Darwin adalah negeri Darwin sendiri: Inggris. Di masa ketika
Darwin mengemukakan teorinya, Inggris sedang mendirikan imperium kolonial nomor
1 di dunia. Semua sumber daya alam di negeri-negeri yang dijajahnya dari India hingga
Amerika Latin dirampok oleh imperium Inggris. Sudah barang tentu negeri-negeri
penjajah tersebut tidak ingin dituliskan dalam sejarah sebagai negeri perampok dan
untuk menutupi kebiadaban ini mereka mencari alasan pembenaran tindakan tersebut.
Salah satunya adalah dengan menganggap bangsa jajahan sebagai “ orang primitif” atau
“makhluk mirip binatang”. Dengan pandangan ini mereka dibantai dan disiksa secara
biadab karena bukanlah manusia, akan tetapi makhluk separuh manusia separuh
binatang, dan tindakan penjajah tersebut tidak bisa dikatagorikan sebagai kriminal.
Aliansi Fasisme dan Darwinisme Nazisme lahir di tengah-tengah kekacauan di Jerman
yang kalah dalam perang dunia I. Rasisme adalah cara pandang Hitler, dan ia percaya
bahwa ras Arya, komponen utama bangsa Jerman, lebih tinggi dibanding ras-ras lain
dan wajib memimpin mereka. Landasan berpijak ilmiah teori rasis Hitler adalah teori
evolusi Darwin. Tokoh yang sangat mempengaruhi pemikiran Hitler adalah seorang
sejarawan rasis Jerman Heinrich von Treitschke, sosok yang sangat terpengaruhi oleh
teori evolusi Darwin dan mendasarkan pandangan rasisnya pada Darwinisme.
Kapitalisme dan Seleksi Alam di Bidang Ekonomi. Istilah kapitalisme berarti
kedaulatan kapital, sistem ekonomi bebas tanpa kendala yang didasarkan pada
keuntungan, di mana masyarakat berkompetisi dalam batasan-batasan. Terdapat tiga
elemen penting dalam kapitalisme: individualisme, kompetisi dan mengeruk kuntungan.
Individualisme penting dalam kapitalisme, sebab manusia melihat diri mereka sendiri
bukanlah sebagai bagian dari masyarakat, akan tetapi sebagai “ individu-individu” yang
sendirian dan harus berjuang sendirian untuk memenuhi dirinya sendiri. “Masyarakat
kapitalis” adalah arena dimana para individu berkompetisi satu sama lain dalam kondisi
yang sangat keras dan kasar. Ini adalah arena sebagaimana yang dijelaskan Darwin,
dimana yang kuat akan tetap hidup, sedangkan yang lemah dan tak berdaya akan
terinjak dan musnah, dan tempat dimana kompetisi yang sengit mendominasi. Mental
kapitalis tidak merasakan adanya tanggung jawab etis atau hati nurani atas orang-orang
yang terinjak-injak di bawah kaki mereka. Ini adalah Darwinisme yang dipraktekkan
dalam masyarakat di bidang ekonomi.
Pendapat Tentang Darwinisme Sosial

Darwinisme Sosial adalah sebuah paham baru yang muncul di tahun 1870-an di wilayah
Amerika Utara, Britania Raya, dan sebagian negara negara di Eropa Barat lainnya.
Paham ini sejatinya sudah ada jauh sebelum teori Darwin berkembang. Akan tetapi teori
ini baru berkembang ketika Teori Darwin juga sedang berkembang.
Darwinisme Sosial sudah kita rasakan sejak dulu, dimana banyak negara di dunia ini
menggunakan paham Darwinisme Sosial untuk kepentingan negara mereka sendiri. Para
Darwinis Sosial menanggap bahwa mereka adalah kaum - kaum yang kuat. Banyak
paham paham yang muncul akibat dari Darwinisme Sosial. Diantara paham tersebut
semua paham kebanyakan mengandung dampak negatif. Contohnya paham Rasisme,
Fasisme, Nazisme, Kolonialisme, Komunisme, dan Kapitalisme. Paham paham tersebut
adalah paham yang merugikan dan mampu merubah dunia. Darwinisme Sosial pada
dasarnya berbasis pada kenyataan yang menunjukkan bahwa seleksi alam juga
berpengaruh pada keberlangsungan hidup umat manusia. Banyak negara yang sudah
memakai paham ini diantaranya Inggris, Amerika Utara, Jerman dengan Nazismenya
dan negara negara lainnya.
Darwinisme Sosial masih dapat kita temukan dibeberapa negara saat ini seperti halnya
di Korea Utara dengan rezimnya, kaum Muslim Rohingnya di Myanmar, dan beberapa
Nagara berbasis Kapitalisme dan Liberalisme. Merupakan contoh dari masih berlakunya
tatanan dunia yang menggunakan sistem Darwinisme Sosial.
Indonesia sendiri sedang merasakan Darwinisme Sosial biarpun tidak secara langsung
namun apabila ditelusuri banyak paham Darwinis yang tersirat. Misalnya saja pada
pemerintahan dimana pemerintahan Indonesia selalu menekan rakyat di bawahnya
sementara yang di atas selalu makin makmur. Hal ini sejalan dengan konsep
Darwinisme Sosial dimana Darwinisme Sosial sendiri berbunyi “Yang kaya dan kuatlah
yang akan menang, sementara yang lemah akan tertindas dan akan punah dengan
sendirinya”.
Menurut analisa dan apa yang telah saya baca tentang Teori Darwinisme Sosial teori ini
berisikan tentang paham dalam paham dimana dari satu teori dapat memunculkan
paham - paham baru yang berkembang. Namun paham ini berkembang dengan tidak
tepat dimana paham - paham ini muncul dibeberapa negara untuk menjajah negara lain.
Seperti paham yang dianut oleh Hitler yang menganut paham Rasisme dan Fasisme.
Hitler juga bertindak otoriter dimana ia menganggap bahwa ia adalah orang terkuat dan
menganggap yang lain hanyalah binatang yang lemah.
Adapula paham Kolonialisme yang kemudian digunakan banyak negara untuk menjajah
negara - negara yang lemah salah satunya adalah Indonesia yang turut dijajah oleh
bangsa lain. Itu karena teori ini berkembang dengan istilah berdasarkan teori Darwin
dimana ia menyebut teorinya dengan “Seleksi Alam”. Jadi Darwin mendefinisikan dan
mematenkan apa yang telah ia pelajari secara Ilmiah.
Teori Darwinisme Sosial ini sendiri pada mulanya tidak dapat diterimadan dianggap
khayalan Darwin saja tapi pada abad ke-19 teori ini mulai diterima oleh kalangan
kalangan bangsawan Eropa dan Amerika. Namun akhir - akhir ini terdapat pernyataan
bahwa Teori ini tidak bisa diterima akal sehat manusia.
Setiap teori yang dikeluarkan oleh seseorang pastilah memiliki dampak bagi kehidupan.
Darwinisme Sosial telah memberikan dampak yang cukup besar dan berikut ini adalah
beberapa dampak dari Darwinisme bagi kehidupan.
1. Bertumbuhnya Atheisme.
Dengan adanya teori evolusi maka atheisme memiliki dasar berpijiak dan alasan untuk
membela pandangannya. Oleh karena Tuhan tidak lagi diperlukan untuk menerangkan
soal penciptaan serta asal mula terjadinya alam semesta ini, maka manusiapun merasa
tidak perlu lagi percaya kepada-Nya.
2. Bertumbuhnya Rasisme
Apapun itu teori ini jelas akan menimbulkan rasisme karena berdasarkan teori apa yang
telah dipelajari oleh para darwinis sosial tentang teori ini mereka akan menganggap
semua kehidupan ini berdasarkan seleksi alam. Dimana mereka akan menganggap yang
lemah adalah kaum yang harus dimusnahkan dan tidak bisa hidup berdampingan dengan
mereka.
3. Pertumbuhan Komunisme, Nazisme & Fasisme
Baik Nietzsche maupun Marx sangat terpengaruh oleh teori evolusi serta paham yang
menganggap makhluk yang kuat saja yang dapat bertahan hidup. Marx telah
memperkenalkan paham Sosialisme, Komunisme dan paham anarki. Nietzsche
mempengaruhi pikiran bangsa Jerman yang menyebabkan timbulnya Nazisme, dan
filsafatnya itu juga sangat mempengaruhi Mussolini sehingga membangkitkan gerakan
Fasisme di Itali.
4. Bertumbuhnya pahan tidak bermoral
Revolusi pikiran yang dicetuskan oleh Freud, Russel dan sarjana-sarjana lainnya
dipengaruhi oleh Darwinisme. Oleh karena manusia telah mulai menyadari tentang
dirinya sebagai makhluk “binatang” yang paling tinggi derajatnya setelah mengalami
proses evolusi dan bahwa kesempurnaan diri seseorang itu tergantung pada kepuasan
diri sendiri, maka paham ini telah menimbulkan gejala suburnya hubungan seks bebas,
gay-revolution, kesenjangan generasi, kehancuran kehidupan rumah tangga, dan
banyaknya orang-orang yang kecanduan narkoba.
5. Bertumbuhnya liberalisme dalam sistem pengajaran.
Paham evolusi telah merasuk jauh sampai ke dalam bidang filsafat pendidikan melalui
filsafat pendidikan John Dewey. Paham Dewey telah memainkan peranan dalam sistem
pengajaran di seluruh dunia. Sikap pendidikan dan kebebasan untuk menyelesaikan
persoalan diri sendiri, dan sikap menentukan tujuan hidup diri sendiri merupakan
konsekwensi logis dari paham Dewey. Seseorang dapat menentukan pilihannya dalam
belajar dan bekerja menurut kehendaknya sendiri. “Biarlah alam mencari jalannya
sendiri.” Biarkan anak-anak menemukan dirinya sendiri. Be your self! Berbagai bentuk
aturan hanya menghambat proses pertumbuhan anak. Toh, tujuan terakhir dari segala
sesuatunya adalah kepuasan dalam diri sendiri – kehendak daging!” konsep seperti ini
yang menjadi cikal bakal kehidupan masyarakat dunia yang menumbuhkan sifat
Individualisme dalam tatanan hidup masyarakat.
6. Bertumbuhnya paham humanisme
Oleh karena manusia menanggap mereka adalah makhluk paling kuat dan paling
berakal. Akhirnya munculah paham dimana paham ini bernama pagm Humanisme.
Paham ini sendiri muncul akibat sikap umat manusia yang bertindak semaunya karena
mereka menganggap merekalah makhluk paling sempurna.
7. Keraguan terhadap Firman Tuhan
Dengan adanya teori ini para Ulama pun sebetulnya tidak menerima bahkan terkesan
membuang pemikiran pemikiran ini. Ini disebabkan karena apa yang telah diajarkan dan
dianut oleh Darwin tidak sejalan dengan kitab yang telah diturunkan dan dipelajari.
Teori ini dianggap menyalahi kodrat Tuhan karena membuat penganutnya anarkis.
Mekipun demikian, seorang pendukung teori evolusi dalambukunya The Moral Animal,
Robert Wright, mengulas secara singkat tentang bencana kemanusiaan akibat
munculnya teori evolusi, bahwa:
“Tidak dapat dipungkiri, teori evolusi memiliki sejarah panjang yang kelam dalam
penerapannya pada hubungan antar manusia. Setelah bercampur dengan filsafat politik
di sekitar peralihan abad ini, untuk membentuk ideologi yang tidak jelas, yang dikenal
dengan “Darwinisme Sosial”, ideologi ini digunakan oleh kaum rasis, fasis dan kapitalis
yang tidak memiliki hati nurani”
Darwin mengklaim bahwa ”fight for survival (perjuangan untuk mempertahankan
hidup)” juga terjadi antar ras-ras manusia. “Ras pilihan” muncul sebagai pemenang
dalam peperangan ini. Menurut Darwin ras pilihan adalah bangsa kulit putih Eropa.
Sedangkan ras-ras Asia dan Afrika, mereka telah kalah dalam peperangan
mempertahankan hidup.
Darwin berkata lebih jauh bahwa ras-ras ini akan segera kalah dalam peperangan
mempertahankan hidup di seluruh dunia dan akhirnya punah : “Di masa mendatang
tidak sampai berabad-abad lagi, ras-ras menusia beradab hampir dipastikan akan
memusnahkan dan menggantikan ras-ras biadab di seluruh dunia.
Darwin mengklaim bahwa bagi ras-ras inferior perlu untuk punah dan tidak ada
perlunya bagi ras-ras yang telah maju untuk melindungi mereka dan menjaga mereka
agar tetap hidup.
Hitler adalah salah satu tokoh dunia yang menganut paham Darwinisme Sosial. Ia
berpendapat, “Bangsa-bangsa hanya akan maju melalui kompetisi sengit sebagaimana
[pendapat] Darwin [tentang kemampuan] individu yang kuat [untuk] tetap bertahan
hidup,” dan menyatakan bahwa ini berarti peperangan panjang yang tak terelakkan. Ia
berpandangan bahwa, “ Penaklukan dengan pedang adalah cara untuk membangun
peradaban dari kebiadaban dan ilmu pengetahuan dari kebodohan.” Ia berpandangan
Pula bahwa: “Ras-ras kuning tidak memahami seni dan kebebasan politik. Sudah
menjadi takdir ras-ras hitam untuk melayani [bangsa kulit] putih dan sebagai sasaran
kebencian [orang] kulit putih untuk selama-lamanya”
Ketika Hitler membangun teorinya, ia mendapatkan inspirasi dari Darwin, khususnya
pemikiran Darwin tentang pertarungan (perjuangan) untuk mempertahankan
kelangsungan hidup. Sebagaimana Darwin, Hitler memberikan status kera pada ras-ras
non-Eropa, dan mengatakan, “Hapuskan [ras] Jerman Nordik dan tidak ada yang tersisa
kecuali tarian para kera.” Sekutu Hitler di Eropa adalah Mussolini (Italia) dan Franco
(Spanyol). Mussolini adalah Darwinis tulen yang menjadikan kapak sebagai simbol
Fasisme dan Partai Fasis, sebab kapak adalah simbol peperangan, kekerasan, kematian
dan pembantaian. Mussolini berpendapat bahwa Ethiopia adalah bangsa inferior (kelas
rendah) sebab mereka adalah ras hitam; dan diperintah oleh ras superior seperti bangsa
Italia merupakan sebuah kehormatan bagi bangsa Ethiopia. Libia pun tidak lepas dari
kolonialisme Mussolini, dimana sekitar 1.5 juta kaum Muslimin terbunuh. Gerakan
Nazi dan Rasisme kini bangkit lagi dalam bentuk Neo-Nazi, dengan sumber inspirasi
yang tidak berbeda dengan pendahulunya, yakni Darwinisme.
Darwin mengatakan bahwa makhluk hidup muncul sebagai hasil dari proses
“perjuangan untuk mempertahankan hidup” atau “konflik dialektik”. Tambahan lagi,
Darwin adalah seorang yang menolak adanya penciptaan dan mengingkari kepercayaan
agama. Darwinisme memiliki kaitan yang sedemikian sangat penting dengan
Komunisme.
Lenin adalah pengagum Darwinisme dan mengatakan, “Darwin telah membungkam
kepercayaan bahwa spesies hewan dan tumbuhan tidak memiliki kaitan satu sama lain,
kecuali secara kebetulan, dan bahwa mereka diciptakan oleh Tuhan, dan oleh karenanya
tidak bisa mengalami perubahan.”
Stalin, yang dianggap sebagai diktator paling berdarah-darah dalam sejarah dunia,
menaiki tahta Partai Komunis. Di tangan Stalin, Komunisme tampak jelas sebagai
sistem ideologi yang paling sadis. Sekitar 20 juta manusia tak berdosa mati di masa
pemerintahan tangan besinya. Para sejarawan mengungkapkan bahwa kebrutalan ini
memberikan kebahagiaan tersendiri baginya. Ia sangat bahagia ketika duduk di mejanya
di Kremlin sambil membaca dengan seksama orang-orang yang mati di kamp-kamp
konsentrasi ataupun yang telah tewas dieksekusi. Hal yang menjadikannya jagal biadab
adalah filsafat materialis yang diyakininya. Dalam perkataan Stalin sendiri, dasar
berpijak utama filsafatnya adalah teori evolusi Darwin. Ia menjelaskan betapa
pentingnya ia memegang pemikiran Darwin: “Tiga hal yang kita lakukan untuk
menghormati akal para pelajar seminari kita. Kita harus ajarkan kepada mereka usia
bumi, asal-muasal bumi, dan ajaran-ajaran Darwin.”
Pada kesimpulannya Darwinisme Sosial adalah paham yang merugikan dan tidak sesuai
dengan hak asasi manusia yang berkembang saat ini. Paham Darwinisme Sosial
harusnya sudah tidak bisa diberlakukan lagi di masa globalisasi saat ini. Karena paham
Darwinisme Sosial tidak dapat diterima bagi masyarakat dunia saat imi karena sudah
melanggar hak - hak asasi manusia.
Halaman 1 https://truthofdarkworker.wordpress.com/2012/10/08/evolusi-sosial-oleh-
wikipedia/
http://miauimut.weebly.com/ilmu-pelet-ampuh/darwinisme-sosial
Halaman 2 http://miauimut.weebly.com/ilmu-pelet-ampuh/darwinisme-sosial
http://www.kompasiana.com/undix/biologi-sosial-sociobiology-vs-darwinisme-
darwinism_54ff3925a333112b4a50f9bf

Anda mungkin juga menyukai