Anda di halaman 1dari 95

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan suatu bangsa dan negara tidak hanya ditentukan oleh

kekayaan sumber daya alam yang dimilikinya, namun juga sangat ditentukan

oleh sumber daya manusia (SDM). Pengembangan SDM merupakan salah

satu tujuan utama pembangunan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah

melalui pendidikan karena pendidikan dan pembangunan merupakan satu

kesatuan yang tidak terpisahkan dan berkaitan langsung secara bersama-sama.

Pendidikan dapat diartikan sebagai perolehan pengetahuan,

pembentukan sikap, penguasaan keterampilan sebelum memasuki dunia kerja

sesuai kemampuan yang dimiliki. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Bab 1 Pasal 1, yaitu :

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk


mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Dari uraian diatas dikatakan, bahwa pendidikan diselenggarakan

dengan tujuan untuk mewujudkan manusia yang berakhlak mulia, cerdas,

memiliki keterampilan dan berkeinginan untuk memajukan bangsa dan

negara seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 Pasal 3, yaitu :

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan


dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

1
2

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk


mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Upaya mewujudkan tujuan pendidikan dimulai dari keberhasilan

dalam proses pembelajaran pada setiap lembaga pendidikan.

dalam proses pembelajaran pada setiap lembaga pendidikan. Efektif tidaknya

suatu proses pembelajaran dapat tercemin dari pencapaian prestasi belajar

sebagai tolak ukurnya. Masalah klasik yang sering dialami oleh guru adalah

ketuntasan belajar. Tidak sedikit siswa yang memiliki kompetensi di bawah

standar yang telah ditetapkan. Standar yang dimaksud di sini adalah Kritertia

Ketuntasan Minimal (KKM).

KKM ini telah ditetapkan oleh sekolah dengan dirumuskan secara

bersama antara kepala sekolah, pendidik dan tenaga pendidik sejak awal tahun

pelajaran. Guru akan berusaha semaksimal mungkin agar semua siswa

memiliki kompetensi di atas atau setara dengan KKM yang telah ditentukan.

Kompetensi siswa terlihat pada hasil akhir dalam setiap tes baik ulangan

harian maupun ulangan semester. Jika nilai siswa tidak memenuhi standar

KKM, maka langkah yang harus ditempuh yaitu pemberian pembelajaran

remedial. Pembelajaran remedial merupakan kegitan pembelajaran sebagai

layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki

prestasi belajarnya sehinga mencapai KKM yang ditetapkan.

Hakikat pembelajaran remedial ini sangat membantu peserta didik

untuk meningkatkan kemampuannya untuk mencapai standar tertentu. Tetapi,


3

akan menjadi persoalan ketika seorang pendidik tidak mampu menerapkan

kegiatan ini sesuai dengan konsep yang ada bahkan akan menjadi lebih parah

lagi ketika seorang pendidik tidak memahami tentang hakikat pembelajaran

remedial. Dalam pelaksanan pembelajaran remedial guru sangat dituntut demi

perbaikan yang diharapkan, karena pembelajaran remedial dilakukan di luar

jam belajar. Guru harus bersedia meluangkan waktu untuk melakukan waktu

tambahan.

Berdasarkan wawancara dengan beberapa orang siswa pada tanggal

24 Februari 2017 diketahui bahwa guru PPKn dalam pelaksanaan

pembelajaran remedial hanya memberikan soal yang sama pada waktu PH

(Penilaian Harian) dan disamping itu guru tidak dapat meluangkan waktunya

untuk remedial. Oleh sebab itu, guru meminta siswa mengerjakan soal PH

yang sama di rumah. Pembelajaran remedial yang dilakukan terkadang tidak

melalui proses pembelajaran kembali”.

Cenderung pembelajaran remedial dilakukan dengan memberikan

kembali soal yang sama kepada peserta didik yang tidak mencapai standar

ketuntasan tanpa dilakukannya terlebih dahulu pembelajaran ulang. Bahkan

ada juga dilakukan dengan pemberian tugas yang berbeda dari materi yang

seharusnya dilakukan pembelajaran remedial. Seharusnya pelaksanaan

pembelajaran remedial menurut kurikulum 2013 dilakukan dengan

memberikan soal yang berbeda dengan ulangan harian dengan KD tertentu

yang akan dilaksanakan pembelajaran remedial. Pelaksanaan pembelajaran

remedial dengan memberikan soal dimana peserta didik kurang paham tentang
4

materi ujian atau KD tertentu itulah yang akan dilaksanakan pembelajaran

remedial lagi. Waktu pelaksanaan pembelajaran remedial itu di luar jam

pelajaran wajib sekolah.

Kerancuan ini bahkan semakin nyata dengan diberikan soal yang

sama seperti sebelumnya tanpa ada proses pembelajaran atu pemahaman

materi sedikitpun. Apabila dipahami dan dimaknai lebih lanjut bahwasannya

kegiatan praktik seperti ini tentu sangat mengacaukan sistem belajar tuntas

yang selama ini sudah tertara di masyarakat. Sebab, jika praktik seperti ini

digunakan atau bahkan dianggap benar, maka tujuan pendidikan nasional

untuk mencerdakan kehidupan bangsa bisa menjadi kabur dan tidak jelas.

Bahkan lebih dari itu, pembelajaran remedial yang salah kaprah ini akan

menajadi pintu pembodohan generasi muda yang nantinya lambat laun akan

menjadi kehancuran sebuah negara. Dapat dikatakan pemahaman guru dalam

melaksanakan pembelajaran remedial masih berupa perbaikan nilai dengan

pemberian kembali soal yang sama, padahal pembelajaran remedial lebih dari

itu.

Berdasarkan data yang peneliti dapatkan diwaktu proses observasi

pada tanggal 22 Januari 2018 di SMP Negeri 1 Painan, di peroleh informasi

masih adanya siswa SMP Negeri 1 Painan yang nilai PPKnnya di bawah

standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dengan batas nilai KKM 78.

Berikut jumlah siswa SMP Negeri 1 Painan pada mata pelajaran PPKn yang

mengikuti pembelajaran remedial tahun ajaran 2017-2018 yaitu :


5

Tabel 1.
Jumlah Siswa yang Mengikuti Pembelajaran Remedial Mata Pelajaran
PPKn SMP Negeri 1 Painan
Kelas Jumlah Siswa Siswa yang Mengikuti
Remedial
7
VII 32 orang 13 orang
VIII5 30 orang 11 orang
VIII7 31 orang 12 orang
IX6 30 orang 12 orang
(Sumber: Guru PPKn SMPN 1 Painan)

Berdasarkan tabel 1. Terlihat bahwa jumlah siswa yang mengikuti

pembelajaran remedial Mata Pelajaran PPKn SMP Negeri 1 Painan masih

tinggi dan masih belum mencapai target KKM (Kriteria Ketuntasan

Minimum) yang telah ditetapkan oleh guru PPKn SMP Negeri 1 Painan yaitu

angka 78 untuk mata pelajaran. Untuk itu perlu adanya suatu tahapan

pelaksanaan pembelajaran remedial bagi siswa yang belum mencapai KKM

(Kriteria Ketuntasan Minimum). Akan tetapi, pada pelaksanaan

implementasinya belum maksimal dan belum sesuai dengan panduan

pelaksanaan pembelajaran remedial yang sebenarnya. Dimana guru PPKn

cenderung hanya memberikan soal yang sama pada waktu ulangan harian

untuk pelaksanaan pembelajaran remedial.

Pemahaman yang seperti ini perlu ditindaklanjuti untuk dapat

mengembalikan tujuan dan fungsi dari pembelajaran remedial itu sendiri. Oleh

sebab itu, penulis merasa sangat ingin untuk mendalami pembelajaran remedial

yang dilakukan guru PPKn sehingga penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pelaksanaan Pembelajaran Remedial menurut


6

Kurikulum 2013 di SMP Negeri 1 Painan Kabupaten Pesisir Selatan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi identifikasi

masalanhya adalah :

1. Masih banyak siswa yang mengikuti pembelajaran remedial.

2. Kurangnya pemahaman guru tentang pelaksanaan pembelajaran remedial.

3. Belum semua siswa berpartisipasi secara maksimal dalam pembelajaran

remedial.

4. Masih banyak terdapat kendala-kendala dalam pelaksanaan pembelajaran

remedial.

5. Kurangnya daya dukung dalam pelaksanaan pembelajaran remedial.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka penulis membatasi masalah

sebagai berikut “pelaksanaan pembelajaraan remedial menurut kurikulum

2013 pada mata pelajaran PPKn”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka

yang menjadi rumusaan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran remedial menurut kurikulum 2013

mata pelajaran PPKn di SMP Negeri 1 Painan Kabupaten Pesisir Selatan ?

2. Faktor-faktor apa yang menghambat dalam pelaksanaan pembelajaran

remedial menurut kurikulum 2013 pada mata pelajaran PPKn di SMP


7

Negeri 1 Painan Kabupaten Pesisir Selatan ?

3. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan pelaksanaan

pembelajaran remedial menurut kurikulum 2013 pada mata pelajaran PPKn

di SMP Negeri 1 Painan Kabupaten Pesisir Selatan ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, penelitian

ini bertujuan:

1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran remedial menurut

kurikulum 2013 pada mata pelajaran PPKn di SMP Negeri 1 Painan

Kabupaten Pesisir Selatan.

2. Untuk Mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan

pembelajaran remedial menurut kurikulum 2013 pada mata pelajaran PPKn

di SMP Negeri 1 Painan Kabupaten Pesisir Selatan.

3. Untuk mengidentifikasi upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan

pelaksanaan pembelajaran remedial menurut kurikulum 2013 pada mata

pelajaran PPKn di SMP Negeri 1 Painan Kabupaten Pesisir Selatan.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai :

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsep teori

dan prosedur ilmu pendidikan khususnya kajian Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan (PPKn) serta dalam mata kuliah Penilaian Hasil Belajar.


8

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini berguna untuk:

a. Bagi siswa dapat digunakan sebagai tolak ukur hasil prestasi dalam

belajar sehingga siswa dapat melihat hasil yang telah diraihnya dan

untuk dapat lebih meningkatkan prestasi belajar yang lebih baik.

b. Bagi guru agar dapat memahami dan menerapkan pembelajaran

remedial sesuai dengan panduan pelaksanaan pembelajaran remedial

yang sebenarnya dan sebagai bahan pedoman dalam melaksanakan

pembelajaran remedial
9

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kajian Teoritis

1. Pengertian Kurikulum 2013

Istilah kurikulum (curriculum) berasal dari kata curir (pelari) dan

curere (tempat berpacu), dan pada awalnya digunakan dalam dunia

olahraga. Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus

ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk

memperoleh medali/penghargaan. Kemudian, pengertian tersebut

diterapkan dalam dunia pendidikan menjadi sejumlah mata pelajaran

(subject) yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai akhir

program pelajaran untuk memperoleh penghargaan dalam bentuk ijazah

(Tim Pengembang MKDP, 2011: 2).

Pengertian kurikulum dalam perspektif yuridis formal, yaitu

menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu (Bab I pasal 1 ayat19).

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi.

Hal yang harus diperhatikan ketika melaksanakan penilaian dalam

kurikulum 2013 adalah KKM, remedial dan pengayaan.

9
10

2. Pengertian Pembelajaran Remedial

Menurut oleh Prayitno (2008:284) Remedial diartikan sebagai

pengobatan, penawaran, serta penyembuhan yang berhubungan dengan

perbaikan.

Menurut Pius dan Dahlan (1994:667) remedial berarti yang

berhubungan dengan perbaikan. Dengan demikian yang dimaksud dengan

remedial adalah suatu bentuk perbaikan, atau suatu bentuk pengajaran

yang membuat menjadi baik. Remedial berarti hal-hal yang berhubungan

dengan perbaikan dalam pembelajaran dan membuatnya menjadi baik

dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang maksimal dan yang

terpenting adalah dapat mencapai KKM yang telah ditetapkan.

Remedial menurut kurikulum 2013 adalah program pembelajaran

yang diperuntukan bagi peserta didik yang belum mencapai KKM dalam

satu KD (Kompetensi Dasar) tertentu. Pembelajaran remedial kurikulum

2013 diberikan segera setelah peserta didik diketahui belum mencapai

KKM. Pembelajaran remedial kurikulum 2013 dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan atau hak peserta didik. Dalam pembelajaran remedial, pendidik

membantu peserta didik untuk memahami kesulitan belajar yang dihadapi

secara mandiri, mengatasi kesulitan dengan memperbaiki sendiri cara

belajar dan sikap belajranya yang digunakan pendidi untuk mendorong

tercapainya hasil pelajaran yang optimal.


11

Jika peserta didik mencapai KKM maka peserta didik dinyatakan

telah mencapai ketuntasaan. Jika peserta didik tidak mencapai KKM maka

peserta didik mengikuti remedial. Remedial merupakan bentuk pengajaran

yang bersifat penyembuhan (kuratif) atau perbaikan (korektif). Menurut

Usman Uzer Dan Lilis Setiawan (2010:103) bahwa:

“Pembelajaran remedial adalah pembelajaran yang


ditujukan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan
dalam menguasi materipembelajaran”.

Menurut Panduan Remedial dan Pengayaan Kurikulum 2013

SMA (2015) bahwa :

“Pembelajaran remedial atau perbaikan adalah


pembelajaran yang diperlukan bagi peserta didik yang
belum mencapai kemampuan minimal yang ditetapkan
dalam rencana pelaksanaan pembelajaran”.

Hal itu senada dengan Mardia Hayati (2010: 85) bahwa :

Pembelajaran remedial merupakan suatu bentuk


pembelajaran yang bersiat mengobati, menyembuhkan atau
membetulkan pembelajaran dan membuatnya menjadi lebih
baik dalam rangka pencapaina tuuan pembelajaran yang
maksimal”.

Pembelajaran remedial diakhiri dengan penilain untuk melihat

pencapaian dan kemampuan peserta didik pada kompetensi dasar yang

akan diremedialkan. Pembelajaran remedial pada dasarnya difokuskan

kepada kompetensi dasar yang belum tuntas dan dapat diberikan secara

berulang-ulang sampai mencapai KKM, apabila akhir semester

pembelajaran remedial belum tercapai membantu peserta didik mencapai

KKM, pembelajaran remedial bagi peserta didik tersebut dapat dihentikan.


12

Guru tidak dianjurkan untuk mememaksakan memberi nilai

tuntas sesuai dengan KKM kepada peserta didik jika belum mencapai

KKM.

Jadi dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran remedial merupakan bentuk khusus pembelajaran yang

bertujuan untuk memperbaiki, menyembuhkan dan membetulkan proses

pembelajaran yang menjadi penghambat atau menimbulkan masalah

kesulitan belajar bagi siswa atau peserta didik.

3. Fungsi Pembelajaran Remedial

Menurut Ahmadi dan Supriyono (2013:154-156), fungsi pembelajaran

remedial tersebut bila dirinci adalah sebagai berikut

a. Fungsi korektif, berarti bahwa melalui pembelajaran remedial dapat

dilakukan pembetulan atau perbaikan terhadap hal-hal yang dipandang

belum memenuhi apa yang diharapkan dalam keseluruhan proses

pembelajaran.

b. Fungsi pemahaman, dengan pembelajaran remedial memungkinkan

guru, siswa, atau pihak-pihak lainnya akan dapat memperoleh

pemahaman yang lebih baik dan komprehensif mengenai pribadi

siswa.

c. Fungsi penyesuaian, pembelajaran remedial dapat membentuk siswa

untuk bisa beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungannya

(proses belajarnya). Artinya, siswa dapat belajar sesuai dengan


13

kemampuannya sehingga peluang untuk mencapai hasil yang lebih

baik semakin besar.

d. Fungsi pengayaan, pembelajaran remedial akan dapat memperkaya

proses pembelajaran, sehingga materi yang tidak disampaikan dalam

pengajaran regular, akan dapat diperoleh melalui pengajaran remedial.

e. Fungsi akselerasi, dengan pembelajaran remedial akan dapat diperoleh

hasil belajar yang lebih baik dengan menggunakan waktu yang efektif

dan efisien.

f. Fungsi Trapiutik, ini berarti bahwa secara langsung atau tidak,

pembelajaran remedial akan dapat membantu menyembuhkan atau

memperbaiki kondisi-kondisi kepribadian siswa yang diperkirakan

menunjukkan adanya penyimpangan.

Jadi pembelajaran remedial berfungsi sebagai peningkatan hasil

belajar agar siswa menjadi tuntas dalam belajar. Ini berguna untuk

menyesuaikan kemampuan belajar dengan tuntunan dalam proses belajar

mengajar. Pembelajaran remedial memperkaya proses belajar mengajar

dengan ditemukannya metode-metode pembelajaran yang lebih sesuai.

Selain itu pemahaman terhadap siswa secara individual memungkinkan

guru menolong secara dini yang mempunyai kondisi pribadi yang

menyimpang. Pada akhirnya bila telah banyak terjadi perbaikan bisa

memperlancar dan mempercepat proses belajar mengajar.


14

4. Tujuan Pembelajaran Remedial

Tujuan dari pembelajaran remedial menurut Dirman dan Juarsih

(2014:125) yaitu

“Agar setiap peserta didik dapat mencapai prestasi belajar


sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan”.

Remedial merupakan fungsi yang sangat penting bagi

keseluruhan proses pembelajaran. Sedangkan menurut User Usman dan

lilis Setiawan (2010:45-46) tujuan adanya pembelajaran remedial ini

adalah agar siswa :

a. Siswa memahami dirinya khususnya yang menyangkut


ketuntasan belajar yang meliputi kelebihan dan
kelemahannya, jenis dan sifat kesulitan yang dihadapi.
b. Siswa dapat mengubah atau memperbaiki cara belajar
kearah yang lebih baik sesuai dengan kesulitan belajar
yang dihadapi.
c. Siswa dapat mengatasi hambatan belajar yang menjadi
latar belakang kesulitannya.
d. Siswa dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara
tepat untuk mencapai ketuntasan belajar
e. Siswa dapat mengembangkan sifat dan kebiasaan baru
yang dapat mendorong tercapainya ketuntasan belajar
yang lebih baik.
f. Siswa dapat mengerjakan tugas yang lebih baik.

Menurut Panduan dan Penilian Remedial dan Pengayaan SMA

Kurikulum 2013 (2015) tujuan pelaksanaan pembelajaran remedial

sebagai berikut:

a. Meningkatkan pencapaian kompetensi sikap,


pengetahuan dan keterampilan peserta didik yang belum
mencapai ketuntasan belajar.
b. Meningkatkandan mengembangkan kompetensi sikap,
pengatuan dan keterampilam peserta didik yang sudah
mencapai ketuntasan belajar.
15

c. Menetapkan program remedial berdasarkan pencapaian


ketuntasan belajar.

Secara umum pembelajaran remedial bertujuan membantu siswa

mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah

ditetapkan dalam kurikulum. Secara khusus, pengajaran remedial bertujuan

membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar agar mencapai prestasi

yang diharapkan melalui proses penyembuhan dalam aspek kepribadian

atau dalam proses belajar mengajar dan pengajaran remedial bertujuan agar

murid yang mengalami kesulitan belajar dapat mencapai prestasi belajar

yang diharapkan melalui prosoes penyembuhan atau perbaikan baik segi

proses belajar mengajar maupun kepribadian murid.

Dari uraian diatas maka jelaslah bahwa tujuan pembelajaran

remedial adalah agar siswa memahami kesulitan-kesulitan yang dihadapi

sehingga ia dapat memperbaiki cara belajarnya ke arah yang lebih baik.

Dengan demikian siswa mampu mengatasi hambatan belajarnya yang akan

memberi motivasi kepada dirinya untuk mencapai prestasi belajar yang

diharapkan

5. Waktu Penerapan Pembelajaran Remedial

Terdapat beberapa alternatif berkenaan dengan waktu

pembelajaran remedial dilaksanakan. Pertanyaan yang timbul, apakah

pembelajaran remedial diberikan pada setiap akhir ulangan harian,


16

mingguan, akhir bulan, tengah semester atau akhir semester. Ataukah

pembelajaran remedial itu diberikan setelah peserta didik mempelajari

standar kompetensi atau kompetensi dasar tertentu.

Pembelajaran remedial dapat diberikan setelah peserta didik

mempelajari kompetensi dasar tertentu. Namun karena dalam setiap

standar kompetensi terdapat beberapa kompetensi dasar, maka terlalu sulit

bagi pendidik untuk melaksanakan pembelajaran remedial setiap selesai

mempelajari kompetensi dasar tertentu. Mengingat indikator keberhasilan

belajar peserta didik adalah tingkat ketuntasan dalam mencapai standar

kompetensi yang terdiri dari beberapa kompetensi dasar,maka

pembelajaran remedial dapat juga diberikan setelah peserta didik

menempuh tes standar kompetensi yang terdiri dari beberapa

kompetensi dasar.

Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa standar komptensi

merupakan satu kebulatan kemampuan yang terdiri dari beberapa

kompetensi dasar. Mereka yang belum mencapai penguasaan standar

kompetensi tertentu perlu mengikuti remedial, pelaksanaan remedial

dilakukan dikelas yang dikhususkan bagi siswa-siswi yang tidak mencapai

nilai KKM yang ditetapkan disekolah, karena dikatakan seseorang itu

berhasil didalam belajar memiliki norma tersendiri lulus menempuh ujian

diselenggarakan atau menguasai bahan yang disajikan kepada anak didik.


17

6. Bentuk-Bentuk Pelaksanaan Pembelajran Remedial

Menurut M. Sobry, Sutikno (2013:165) pembelajaran remedial

biasanya mengandung kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a. Mengulang pokok bahasan seluruhnya.


b. Mengulang bagian dari pokok bahasan yang hendak
dikuasai.
c. Memecahkan masalah atau menyelesaikan soal
bersama-sama
d. Memberikan tuga-tugas khusus.

Pembelajaran remedial menurut Prayitno (2008:285) bersifat

lebih khusus karena bahan, metode dan pelaksanaannya disesuaikan

dengan jenis, sifat dan latar belakang kesulitan belajar yang dihadapi

siswa. Pemberian remedial didasarkan atas latar belakang bahwa pendidik

perlu memperhatikan perbedaan individual peserta didik. Dengan

diberikannya pembelajaran remedial bagi peserta didik yang belum

mencapai tingkat ketuntasan belajar, maka peserta didik ini memerlukan

waktu lebih lama dari peserta didik yang telah mencapai tingkat

penguasaan. Setelah diketahui kesulitan belajar yang dihadapi siswa,

langkah berikutnya adalah memberikan perlakuan berupa pembelajaran

remedial.

Menurut Panduan Penilaian oleh pendidik dan Satuan Pendidikan

untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) tahun 2017, pelaksanaan

pembelajaran remedial disesuaikan dengan jenis dan tingkat kesulitan

peserta didik yang dapat dilakukan dengan cara :


18

a. Pembelajaran bimbingan secara individu. Hal ini dilakukan apabila ada

beberapa anak yang mengalami kesulitan yang berbeda-beda, sehingga

memerlukan bimbingan secara individual. Bimbingan yang diberikan

disesuaikan dengan tingkta kesulitan yang dialami oleh peserta didik.

b. Pemberian bimbingan secara kelompok. Hal ini dilakukan apabila

dalam pembelajaran klasikal ada beberapa peserta didik yang

mengalami kesulitan sama.

c. Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang

berbeda. Pembelajaran ulang dilakukan apabila semua peserta didik

mengalami kesulitan. Pembelajaran ulang dilakukan dengan cara

penyederhanaan materi, variasi cara penyajian dan penyederhanaan tes

atau pertanyaan.

d. Pemanfaatan tutor sebaya yaitu peserta didik dibantu oleh teman

sekelas yang telah mencapai KKM, baik secara individu maupun

kelompok.

7. Pendekatan dalam Pembelajaran Remedial

Menurut Ahmadi dan Supriyono (2013:179-181) ada tiga

pendekatan dalam pembelajaran remedial yaitu :

a. Pendekatan kuratif, dilakukan setelah program pembelajaran yang

pokok selesai dilaksanakan dan dievaluasi, guru akan menjumpai

beberapa bagian di peserta didik yang tidak mampu menguasai seluruh

bahan yang telah disampaikan. Dalam hal ini guru harus mengambil
19

sikap yang tepat dalam memberikan layanan bimbingan belajar yang

disebut dengan pembelajaran remedial. Sedangkan peserta didik yang

hampir berhasil dan yang berhasil diberikan pengayaan yang diarahkan

ke program pembelajaran lebih tinggi.

b. Pendekatan preventif, diberikan kepada peserta didik yang diduga akan

mengalami kesulitan belajar dalam menyelesaikan program yang akan

ditempuh. Pendekatan preventif ini ini bertolak darihasil pretes atau

evaluative reflektif. Berdasarkan hasil pre-tes ini guru dapat

mengklasifikasikan kemampuan peserta didik menjadi tiga golongan,

yaitu peserta didik yang diperkirakan mampu menyelesaikan program

sesuai dengan waktu yang disediakan, peserta didik yangdiperkirakan

akan mampu menyelesaikan program lebih cepat dari waktu yang

ditetapkan, dan peserta didik diperkirakan akan terlambat atau tidak

dapat menyelesaikan program sesuai waktu yang telah ditetapkan.

c. Pendekatan pengembangan, pendekatan ini merupakan upaya

diagnostik yang dilakuakan guru selama berlangsungya pembelajaran.

Sasarannya agar peserta didik dapat segera mengatasi hambatan-

hambatan yang dialami selama mengikuti pembelajaran.

Senada dengan hal itu Sugihartono dkk (2012:175-178) juga

mengatakan pendekatan dalam pembelajaran remedial adalah pendekatan

kuratif, yang dilakukan setelah pembelajaran pokok selesai maka

dilaksanakan evaluasi. Pendekatan preventif, dilakukan untuk peserta


20

didik yang diduga mengalami kesulitan belajar. Pendekatan

pengembangan, yaitu upaya diagnostik yang dilakukan guru selama

berlangsung pembelajaran.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan-

pendekatan dalam pembelajaran remedial ada tiga yaitu pendekatan

pendekatan kuratif, pendekatan preventif, dan pendekatang

pengembangan yang mempunyai fungsi masing-masing dalam

pelaksanaan pembelajaran remedial.

8. Langkah-langkah Pembelajaran Remedial

Langkah-langkah pembelajaran remedial menurut Dirman dan Juarsih

(2014:132), yaitu :

a. Diagnosis kesulitan belajar

Tujuan diagnosis kesulitan belajar dimaksudkan untuk mengetahui

tingkat kesulitan belajar peserta didik. Kesulitan belajar dapat

dibedakan menjadi tiga yaitu :

1) Kesulitan belajar ringan biasanya dijumpai pada peserta didik yang

kurang perhatian di saat mengikuti pembelajaran.

2) Kesulitan belajar sedang dijumpai pada peserta didik yang

mengalami gangguan belajar yang berasal dari luar dirinya,

misalnya faktor keluarga, lingkungan tempat tinggal, pergaulan,

dsb.

3) Kesulitan belajar berat dijumpai pada peserta didik yang


21

mengalami ketunaan pada diri mereka, misalnya tuna rungu, tuna

netra, tuna daksa, dsb. (Panduan Remedial dan Pengayaan SMA

Kurikulum 2013, 2015)

Diagnosis kesulitan belajar ini dapat dilakukan dengan menggunakan

beberapa teknik yaitu

1) Tes prasyarat adalah tes yang digunakan untuk mengetahui

apakah prasyarat yang diperlukan untuk mencapai

penguasaan kompetensi tertentu terpenuhi atau belum. Prasyarat

ini meliputi prasyarat pengetahuan dan prasyarat keterampilan.

2) Tes diagnostik digunakan untuk mengetahui kesulitan peserta

didik dalam menguasai kompetensi tertentu. Misalnya dalam

mempelajari operasi bilangan, apakah peserta didik mengalami

kesulitan pada kompetensi penambahan, pengurangan, pembagian,

atau perkalian.

3) Wawancara dilakukan dengan mengadakan interaksi lisan dengan

peserta didik untuk menggali lebih dalam mengenai kesulitan

belajar yang dijumpai peserta didik.

4) Pengamatan (observasi) dilakukan dengan jalan melihat secara

cermat perilaku belajar peserta didik. Dari pengamatan tersebut

diharapkan dapat diketahui jenis maupun penyebab kesulitan

belajar peserta didik.

b. Menemukan Penyebab Kesulitan Belajar.


22

c. Menyusun Rencana Pembelajaran Remedial.

d. Melaksanakan Pembelajaran Remedial.

e. Menilai Pembelajaran Remedial

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah

pelaksanaan pembelajaran remedial ada lima yaitu diagnosis kesulitan

belajar, menemukan penyebab kesulitan belajar, menyusun rencana

pembelajaran remedial, melaksanakan pembelajaran remedial dan menilai

pembelajaran remedial.

9. Faktor-Faktor yang Penghambat Pelaksanaan Pembelajaran

Remedial

Menurut Slameto (2003:54-71) ada beberapa faktor yang mempengaruhi

pembelajaran remedial antara lain:

a. Faktor Internal

1) Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh.

2) Faktor psikologis meliputi faktor intelegensi, perhatian, minat,

bakat, motif, kematangan dan kesiapan.

3) Faktor kelelahan meliputi, kelelahan jasmani, kelelahan rohani

(bersifat psikis) yaitu kelelahan jasmani terlihat dengan lemah

lunglainya tubuh dan kecenderungan membaringkan tubuh,

kelelahan rohani terlihat dengan adanya kebosanan sehingga minat

belajar kurang.
23

b. Faktor Eksternal

1) Faktor keluarga meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar

anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,

pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.

2) Faktor sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru

dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat

pelajaran, waktu sekolah, standart pelajaran diatas ukuran, keadaan

gedung, metode belajar dan tugas rumah.

3) Faktor masyarakat meliputi, kegiatan siswa dalam masyarakat,

media massa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.

B. Mata Pelajaran PPKn

1. Karakteristik Mata Pelajaran PPKn

Mata pelajaran PPKn merupakan mata pelajaran yang sangat

berbeda dengan mata pelajaran lain. Hal ini dikarenakan mata pelajaran

PPKn menjadi satu-satunya mata pelajaran yang sangat diharapkan

mampu memberikan kontribusi dan solusi atas berbagai krisis yang

melanda negeri ini, terutama krisis multidimensional. PPKn sebagai mata

pelajaran wajib di sekolah memiliki misi mengembangkan keadaban

Pancasila, diharapkan mampu membudayakan dan memberdayakan

peserta didik agar menjadi warga negara yang cerdas dan baik serta

menjadi pemimpin bangsa dan negara Indonesia di masa depan yang

amanah, jujur, cerdas, dan bertanggung jawab. Oleh sebab itu, mata
24

pelajaran PPKn memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk

membentuk akhlak, moral, karakter, nilai dan sikap setiap warga negara

sesuai dengan sila-sila Pancasila untuk diimplementasikan dalam

kehidupan sehari-hari bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Menurut Muhammad, Erwin (2011:8) dalam pembelajaran mata

pelajaran PPKn terdapat 3 (tiga) kemampuan untuk membekali setiap

warga negara, yaitu, 1) pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge),

2) keterampilan kewarganegaran (civic skill), dan 3) karakter

kewarganegaraan (civic disposition) berdasarkan Pancasila dan UUD 1945

dan ketiga aspek ini hanya dipelajari khusus dalam pembelajaran PPKn.

Maka dari itu, melalui karakteristik pembelajaran PPKn ini diharapkan

setiap warga negara dapat memahami dan mampu melaksanakan hak-hak

dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang baik,

cerdas, objektif, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh

Pancasila dan UUD 1945.

2. Kompetensi yang diharapkan

Kompetensi yang diharapkan setelah mempelajari materi belajar

PPKn adalah suatu tindakan cerdas dan penuh rasa tanggung jawab

seorang warga negara dalam berhubungan dengan negara dan

memecahkan berbagai masalah hidup masyarakat, berbangsa dan

bernegara.
25

Pendidikan PPKn yang berhasil akan membuahkan sikap mental

yang cerdas dan penuh rasa tanggung jawab pada siswa. Sikap ini disertai

dengan prilaku yang dapat ditunjukkan dalam aktivitas sehari-hari yaitu :

a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan menghayati

nilai-nilai falsafah bangsa.

b. Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam masyarakat, berbangsa dan

bernegara.

c. Bersifat profesional, yang dih jiwai oleh kesadaran bela negara.

d. Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni untuk

kepentingan kemanusiaan, bangsa dan negara (Azwar Ananda, 2012).

Melalui pendidikan PPKn, setiap warga negara diharapkan

mampu berpikir kritis, rasional, cerdas dan bertanggung jawab dalam

memahami, menganalisis, dan menjawab setiap masalah-masalah yang

dihadapi oleh masyarakat, bangsa dan negaranya secara berkesinambungan

dan konsisten dengan mengedepankan cita-cita dan tujuan nasional seperti

digariskan dalam pembukaan UUD 1945, yang pada akhirnya diharapkan

dapat terbentuknya warga negara yang baik.

C. Penelitian Relevan

1. Hasil Penelitian Anna Rifa’atul Mahmudah (2014) yang berjudul

“Pelaksanaan Program Remedial dan Pengayaan dalam Meningkatkan

Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas VII SMPN 5 Yogyakarta” dari hasil

penelitiannya bahwa program remedial dan pengayaan memiliki hambatan


26

dalam pelaksanaannya sehingga terkadang belum bisa terlaksanan secara

maksimal. Hambatan dalam pelaksanaan remedial disebabkan karena

masih adanya beberapa siswa yang menyepelekan remedial sehingga guru

harus memanggil siswa tersebut. Dalam hambatan pengayaan guru

mengalami berupa kekurangan waktu untuk memberikan jam tambahan

bagi siswa yang sudah tuntas.

2. Hasil Penelitian Christiana. (2011) yang berjudul “Pengaruh Pembelajran

Remedial terhadap Prestasi Belajar Matematika pada Anak Berkesulitan

Belajar Kelas IVA di SD Negeri Petoran Surakarta” dari hasil

penelitiannya bahwa pembelajaran remedial berpengaruh untuk

meningkatkan prestasi belajar matematika anak kesulitan belajar kelas

IVA di SDN Petoran Surakarta.

3. Hasil penelitian Putri Sulistyani. (2014) yang berjudul “Pelaksanaan

Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika (SD Negeri Delegan

2 Prambanan Sleman)” dari hasil penelitiannya bahwa pelaksanaan

remedial pada mata pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2

Prambanan Sleman pelaksanaan remedial tidak sesuai dengan hakikat

remedial yang ada.

4. Hasil penelitian Sri Wahyuningsih. (2017) yang berjudul “Pelaksanaan

Program Remedial dan Pengayaan dalam Pembelajaraan PPKn di SMPN 1

Rao Selatan” dari hasil penelitiannya bahwa pelaksanaan pogram remedial

dan pengayaan dalam pembelajaran PPKn diketahui bahwa program

remedial dan pengayaan sudah dilaksanakan walaupun kurang efektif.


27

D. Kerangka Konseptual

Penelitian ini mengkaji tentang pelaksanaan pembelajaran remedial

menurut kurikulum 2013 pada mata pelajaran PPKn di SMP Negeri 1 Painan

Kabupaten Pesisir Selatan. Pembelajaran remedial dimaksudkan sebgai

pemberian bantuan terhadap seseorang yang mengalami masalah atau

kesulitan belajar dalam mata pelajaran PPKn.

Adapun kerangka konseptualnya seperti dibawah ini :

Pelaksanaan Pembelajaran Remedial


menurut Kurikulum 2013

Pelaksanaan Pembelajaran Faktor-Faktor yang Menghambat :


Remedial menurut 1. Faktor Internal
Kurikulum 2013 2. Faktor Eksternal
Upaya-Upaya yang dilakukan :
1. Sekolah
2. Guru
3. Siswa
4. Orang Tua

Gambar 1. Kerangka Konseptual


28

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif

dengan metode deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor (1975) dalam

(Moleong, 2013:4), juga menjelaskan metode kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Dalam penelitian ini

penulis ingin mendeskripsikan tentang pelaksanaan pembelajaran remedial

dalam kurikulum 2013 di tingkat pendidikan SMP pada SMP Negeri 1 Painan

Kabupaten Pesisir Selatan.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini bertempat di SMP Negeri 1 Painan Kabupaten Pesisir

Selatan. Pemilihan SMP Negeri 1 Painan sebagai objek penelitian karena

sekolah ini merupakan salah satu sekolah terbaik di Kabupaten Pesisir Selatan

yang memiliki siswa yang berprestasi yang menerapkan kurikulum 2013 dan

pembelajaraan remedial. Pada pelaksanaan pembelajaran remedial masih

banyak siswa yang mengikuti. Selain itu, sekolah ini telah menerapkan

pembelajaraan remedial secara berkala pada setiap Penilaian Harian (PH) dan

Penilaian Tengah Semester (PTS). Waktu penelitian dilaksanakan sejak

penelitian pendahuluan.

28
29

C. Informan Penelitian

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian yang dimanfaatkan, jadi

ia terus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian (Moleong,

2013:132). Teknik penentuan informan dalam pengumpulan data penelitian

ini secara purposive (purposive sampling).Purposive sampling adalah metode

pengambilan sampel yang ditentukan dengan pertimbangan tertentu sehingga

relevan dengan struktur penelitian, dimana pengambilan sampel orang-orang

yang dipilih oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik dan karakteristik tertentu

(Arikunto, 2010: 33).

Informan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, guru PPKn Kelas

VII, VIII dan IX serta orang tua.

2. Beberapa peserta didik kelas VII yaitu 14 orang, VIII yaitu 8 orang dan IX

yaitu 12 orang yang pernah mengikuti pembelajaran remedial

Tabel 2.
Daftar Informan Penelitian
No Nama Keterangan
1 Mardalena M, S.Pd Kepala Sekolah
2 Sumini, S.Pd Wakil Kurikulum Bidang Kesiswaan
3 Gusneli, A.Md Guru PPKn kelas VII1-VII7 dan VIII8
4 Adri Yulisman, S.E Guru PPKn kelas VIII4 dan VIII5
5 Afdilla Wahyuni, S.Pd Guru PPKn kelas VIII6 dan VIII7
6 Uwin, S.PdI Guru PPKn kelas IX1 – IX8
7 Hotriana Sinaga Orang Tua Siswa
8 Ros Diana Orang Tua Siswa
9 Faqra Riani Sukarda Siswa Kelas VII7
10 Virzina Maherni Saputri Siswa Kelas VII7
11 Nauval Assadel Rafif Siswa Kelas VIII5
30

12 Abdi Anza Alhamdi Siswa Kelas VIII6


13 Rudi Kurnia Al Amin Siswa Kelas VIII6
14 M. Hanafi Mahardika Siswa Kelas VIII6
15 Chika Al Gracia Vanesa Siswa Kelas VIII7
16 Siti Ainun Siswa Kelas VIII7
17 Rahmi Zahara Siswa Kelas IX6
18 Thassya Permata Siswa Kelas IX6

D. Jenis, Sumber, Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data Primer

Menurut Arikunto (2010:22) data primer adalah data dalam

bentuk kata-kata yang diucapkan secara lisan dan perilaku yang

dilakukan oleh subjek penelitian (informan) yang berkenaan dengan

variabel yang diteliti. Adapun yang menjadi data primer dalam

penelitian ini yaitu data yang diperoleh secara langsung melalui

wawancara dan observasi terhadap informan.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data pendukung atau penunjang, seperti

dokumen. Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak

langsung dari sumbernya (Moleong, 2013:57). Dengan demikian dapat

diketahuai bahwa, data sekunder ini digunakan untuk mendukung

informasi dari data primer yang diperoleh. Adapun yang menjadi data

sekunder pada penelitian ini yaitu data yang diperoleh sebagai data

pendukung berupa buku-buku, dokumen serta sumber lain mengenai

pelaksanaan pembelajaran remedial.


31

2. Sumber data

Menurut Lofland dalam Moleong (2013:157) sumber data utama

dalam penelitian kualitatif adalah pengamatan dan tindakan, selebihnya

adalah data tambahan, dengan menggunakan bentuk data kualitatif. Data

yang diambil dalam penelitian ini bersumber dari informan yaitu kepala

sekolah, wakil kurikulum guru PPKn, orang tua dan siswa-siswa yang

mengikuti pembelajaran remedial.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalaui

wawancara, observasi dan studi dokumentasi.

a. Wawancara (interview)

Menurut Moleong (2013: 186) wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,

yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan

yang diwawancarai (interviewer) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu.

Wawancara dalam penelitian ini untuk mendapatkan

informasi secara umum tentang bagaimana pelaksanaan pembelajaran

remedial, hambatan, upaya-upaya yang dilakukan serta hal terkait

lainnya, maka peneliti telah mewawancarai kepala sekolah, wakil

kepala sekolah bidang kurikulum, guru mata pelajaran PPKn, siswa

kelas VII, VIII dan IX yang mengikuti pembelajaran remedial di SMP


32

Negeri 1 Painan Kabupaten Pesisir Selatan dan orang tua siswa.

b. Observasi

Menurut Patton (dalam Sugiyono, 2012:174), observasi

merupakan suatu bentuk kegiatan dalam mengamati dan melihat

sendiri atau dengan secara langsung terhadap subjek dimana mereka

berada dan melakukan kegiatan aktivitas sehari-hari. Dalam penelitian

ini, peneliti melakukan observasi secara langsung yang dilakukan guru

PPKn tentang pelaksanaan pembelajaran remedial dalam pembelajaran

PPKn di SMP Negeri 1 Painan Kabupaten Pesisir Selatan. Observasi

peneliti lakukan selama bulan Febuari-Mei 2018.

c. Studi dokumentasi

Menurut Sugiyono (2012: 329) studi dokumentasi adalah

studi tentang mengumpulkan catatan peristiwa yang sudah berlalu, bisa

berbentuk dalam tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari

seseorang. Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk

memperkuat data-data yang diperoleh dari wawancara dengan mencari,

menemukan dan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan

permasalahan yang peneliti teliti.

Studi dokumentasi yang digunakan dalam penelitian yaitu

hasil pembelajaran remedial peserta didik. Studi dokumentasi dalam

hal ini peneliti menggali data tentang jumlah siswa yang mengikuti

pembelajaran remedial, dan arsip-arsip yang berkaitan dengan

pembelajaran remedial khususnya pada pembelajaran PPKn.


33

4. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

peneliti sendiri dan ditambah dengan daftar pedoman wawancara

(interview guide), pedoman observasi, alat perekam, buku catatan dan alat

dokumentasi.

E. Teknik Penjamin Keabsahan Data

Teknik yang digunakan untuk penjamin keabsahan data dalam

penelitian ini adalah teknik triangulasi. Teknik triangulasi yang digunakan

adalah triangulasi sumber dan metode.

Triangulasi sumber untuk menguji keabsahan dan kebenaran suatu

data dengan membandingkan data yang diperoleh dari beberapa sumber

tentang data yang sama, dimana data yang akan dianalisis tidak data primer

saja, tetapi juga data sekunder yang bersumber dari dokumentasi dan arsip-

arsip. Dengan triangulasi sumber, memungkinkan diperolehnya variasi

informasi seluas-luasnya atau selengkap-lengkapnya. Seperti dari kepala

sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, guru PPKn, orang tua dan

siswa-siswi yang mengikuti pembelajaran remedial. Triangulasi metode

digunakan dengan cara membandingkan data hasil wawancara dengan data

hasil observasi.

F. Teknik Analisis Data


34

Teknik analisis atau pengolahan data dikemukakan oleh Miles dan Huberman

dalam Sugiyono (2012:338-342) dilakukan dengan beberapa tahap, sebagai

berikut:

1. Reduksi Data

Berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan

pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang

tidak perlu. Sehingga memberikan gambaran yang lebih jelas dan

memudahkan peneliti untuk pengumpulan data selanjutnya.

2. Display Data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun dengan

memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Hasil dari penyajian data inilah yang akan ditarik suatu

kesimpulan sementara, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan verifikasi

(pembuktian).

3. Penarikan kesimpulan

Langkah terakhir dalam menganalisis data adalah menarik

kesimpulan dengan melakukan verifikasi (pembuktian kebenaran) selama

melaksanakan penelitian. Dalam kegiatan ini peneliti akan selalu

memelihara sikap keterbukaan agar kesimpulan yang diambil dapat lebih

rinci, mendalam, jelas dan beralasan.


35

BAB IV
TEMUAN PENELITIAN dan PEMBAHASAN

A. Temuan Umum

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini yaitu sekolah SMP Negeri 1 Painan adalah

salah satu lembaga pendidikan negeri tingkat menengah pertama yang

terletak di Kabupaten Pesisir Selatan terletak di Provinsi Sumatera Barat

Jalan H. Ilyas Yacub Painan Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir

Selatan.

2. Sejarah Sekolah

SMP Negeri 1 Painan merupakan salah satu sekolah tertua di

Kabupaten Pesisir Selatan. SMP Negeri 1 Painan didirikan sebelum tahun

1945. Pada tahun sebelum 1945 atau pada zaman Belanda, SMP Negeri 1

Painan bernama Meses School yaitu Sekolah Kepandaian Putri yang

disingkat (SKP). Sekolah Kepandaian Putri ini, para siswa diajarkan cara

memasak, menjahit dan pekerjaan rumah tangga lainnya, yang

berhubungan dengan keputrian. Sedangkan untuk para laki-laki diberi

nama Gapernomen. Pada umumnya siswa-siswanya berasal dari

Kabupaten Pesisir Selatan. Para siswa lebih banyak orang-orang yang

mempunyai keturunan raja-raja atau normal school disebut sekolah raja-

raja. Setelah tamat dari Meses School ini mereka melanjutkan sekolah ke

Padang dan ke Padang Panjang.

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, sekolah ini diberi


35
36

nama SMP Negeri Painan. Kepala sekolahnya yang pada saat ini bernama

Angku Abdul Muluk dan salah satu gurunya bernama Uni Radiah. Pada

saat itu sebutan nama untuk kepala sekolah yaitu Angku, sedangkan untuk

wanita adalah Uni.

SMP Negeri 1 Painan telah banyak melahirkan insan-insan

cendikia yang intlektual dan pemimpin-pemimpin daerah serta pejabat-

pejabat tinggi yang telah menyebar di seluruh Indonesia.

SMP Negeri 1 Painan pada tahun 2004 sampai 2009 pernah

merupakan SSN (Sekolah Standar Nasional) dan sekolah RSBI (Rintisan

Sekolah Bertaraf Internasional) dari tahun 2009 - 2011. SMP telah

melahirkan berbagai prestasi di bidang akademik dan non akademik. Pada

tahun 2008 SMP Negeri 1 Painan mewakili Indonesia sebagai Duta Seni

dalam kegiatan Matta Travel di Malaysia.

Sejak tahun 2014 sampai sekarang SMP Negeri 1 Painan sedang

mejalani sekolah SBSNP (Sekolah Berbasis Standar Nasional Pendidikan).

Tahun 2016 SMP Negeri 1 Painan sampai sekarang telah di tetapkan oleh

Direktorat Pembinaan SMP, Kemendikbud RI sebagai Sekolah Rujukan

dengan SK nomor 1686/D3/KP/2016 tentang Penetapan Sekolah Rujukan

Tingkat Sekolah Menengah Pertama Tahun 2016. SMP Negeri 1 Painan

yang memiliki jenjang akreditasi A dan sekarang dipimpin oleh

Mardalena. M, S.Pd. (Sumber : www.smp1painan.sch.id)


37

3. Profil Sekolah

a. Identitas Sekolah

Nama Sekolah : SMP Negeri 1 Painan

No. Pokok Sekolah Nasional : 10301932

Alamat Sekolah : Jl.H.ILYAS YACUB PAINAN

Kecamatan : IV Jurai

Kelurahan : Painan Utara

Kabupaten : Pesisir Selatan

Provinsi : Sumatera Barat

Telepon : 0756 -21345

Website : www.smpn1painan.sch.id

E-Mail : smpn01painan@gmail.com

Nilai Akreditasi Sekolah : 91 (A)

Ketinggian : 258

Luas Tanah : 6635

b. Visi SMP Negeri 1 Painan

Menjadikan Sumber Daya Manusia:

“Beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, kreatif, berprestasi nasional, dan

berwawasan lingkungan”.

c. Misi SMP Negeri 1 Painan

1) Mengembangkan sumber daya optimal dalam rangka

mempersiapkan siswa berkompetensi di era global.


38

2) Menciptakan lingkungan sekolah yang asri, bersih, indah hijau, dan

nyaman berwawasan adywiyata.

3) Melaksanakan proses pendidikan yang menghasilkan lulusan yang

beriman, berakhlak, kreatif, berprestasi, berwawasan iptek dan

lingkungan.

4) Mengembangkan pembelajaran berbudaya hidup sehat.

5) Mengadakan layanan publik berupa informasi kegiatan di sekolah

yang berbasis IT.

6) Mengembangkan warga sekolah yang cinta lingkungan.

7) Melaksanakan Penguatan Pendidikan Karakter dan Gerakan

Literasi Sekolah.

4. Keadaan Sekolah

a. Keadaan Fisik Sekolah

SMP Negeri 1 Painan terletak di lokasi yang sangat strategis

dan sangat kondusif sehingga peserta didik dapat belajar dengan aman

dan nyaman.

Adapun keadaan fisik sekolah ini antara lain sebagai berikut.


39

Tabel 3.
Keadaan Fisik SMP Negeri 1 Painan
Keadaan Fisik Jumlah Kondisi Keterangan
Ruang Belajar 23 Baik -
Ruang Perpustakaan 1 Baik -
Ruang Kepala Sekolah 1 Baik -
Ruang Wakil Kepala Sekolah 1 Baik -
Ruang Tata Usaha 1 Baik -
Ruang majelis guru 1 Baik -
Ruang Komputer 1 Baik -
Ruang Koperasi 1 Baik -
Ruang Osis 1 Baik -
Ruang UKS 1 Baik -
Kantin sekolah 2 Baik -
Ruang Musholla 1 Baik -
Ruang Pos Satpam 1 Baik -
Lapangan Sekolah 1 Baik -
Internet 1 Baik -
LCD Proyektor 3 Baik -
Ruang tamu 1 Baik -
Ruang BK 1 Baik -
Ruang Aula 1 Baik -
Pojok Baca 1 Baik -
(Sumber : Tata Usaha SMP Negeri 1 Painan)

b. Keadaan Lingkungan Sekolah

Keadaan lingkungan SMP Negeri 1 Painan Jalan H. Ilyas

Yacub Painan Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan sangatlah

strategis, terletak di dekat jalan raya Padang-Painan di sebelah RSUD

M. Zein Painan. SMP Negeri 1 Painan sekolah baik dan nyaman.

Bangunannya tertata dengan rapi dan bersih. Letak sekolah dekat

keramaian namun proses belajar mengajar tetap kondusif karena semua

pintu dan gerbang bisa di tutup ketika proses pembelajaran

berlangsung.
40

5. Keadaan Guru dan Peserta Didik

a. Keadaan Guru

Di SMP Negeri 1 Painan, peserta didiknya sangat aktif dalam

kegiatan pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan sangat

kreatif, sehingga guru yang mengajar lebih semangat dalam

menyajikan. Guru-guru di SMP Negeri 1 Painan melaksanakan

pembelajaran yang menarik minat peserta didik. Para guru juga

dituntut untuk berseragam rapi. Disiplin guru juga dituntut dalam

mengajar.

Tabel 4.
Jumlah Guru berdasarkan Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis
Kelamin dan Jumlah di SMP Negeri 1 Painan

Jumlah dan Status Guru


Tingkat Guru Jumlah
No GT/PNS GTT
Pendidikan Honor/Kontrak
L P L P L P L P J
1 S3/ S2 4 7 5 8 13
2 S1/ D4 2 22 1 3 4 5 26 31
3 D3/ Sarmud 2 2 2
4 D2
5 D1
SMA
6
Sederajat
Jumlah 6 31 1 - 3 4 10 36 46
(Sumber : Tata Usaha SMP Negeri 1 Painan)

b. Keadaan Peserta Didik

Peseta didik adalah faktor utama status sekolah yang

merupakan objek yang akan dikembangkan dan di didik. Keadaan

peserta didik SMP Negeri 1 Painan sebagai berikut:


41

Tabel 5.
Jumlah Peserta Didik SMP Negeri 1 Painan 5 Tahun Terakhir
Tahun Kelas Kelas Kelas Jumlah (Kelas
Ajaran VII VIII IX VII+VIII+IX)
2013/2014 221 216 193 630
2014/2015 247 221 209 667
2015/2016 248 240 218 706
2016/2017 246 245 240 731
2017/2018 224 239 232 695
(Sumber : Tata Usaha SMP Negeri 1 Painan)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah peserta didik

yang saat ini terdaftar di SMP Negeri 1 Painan tahun pelajaran

2017/2018 seluruhnya berjumlah 695 siswa. Dengan rincian siswa

kelas VII sebanyak 224 orang, siswa kelas VIII sebanyak 239 orang

dan siswa kelas IX sebanyak 232 orang.

Tabel 6.
Jumlah Peserta didik Mengikuti Pembelajaran Remedial pada
Mata Pelajaran PPKn di SMP Negeri 1 Painan
Kelas Jumlah Peserta Siswa yang Mengikuti
Didik Pembelajaran Remedial
VII7 32 orang 12 orang
VIII5 30 orang 11 orang
7
VIII 31 orang 12 orang
6
IX 30 orang 12 orang
(Sumber : Guru PPKn SMP Negeri 1 Painan)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa peserta didik yang

mengikuti pembelajaran remedial pada kelas VII, VIII dan IX yang

penulis teliti terdiri dari 1 sampai 12 orang peserta didik. Hal ini

menunjukkan bahwa setiap kelas selalu ada siswa yang mempunyai


42

kesulitan belajar masing-masing dan mempunyai masalah belajar yang

berbeda-beda.

B. Temuan Khusus

Hasil penelitian yang telah peneliti yang diperoleh dari lapangan dan

disajikan sesuai dengan rumusan masalah tentang pelaksanaan pembelajaran

remedial menurut kurikulum 2013 pada mata pelajaran PPKn di SMP Negeri 1

Painan, faktor-faktor yang menghambat dalam pelaksanaan pembelajaran

remedial menurut kurikulum 2013 pada mata pelajaran PPKn di SMP Negeri 1

Painan dan upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan pelaksanaan

pembelajaran remedial menurut kurikulum 2013 pada mata pelajaran PPKn di

SMP Negeri 1 Painan.

Setiap data yang peneliti peroleh dan ungkapkan berdasarkan hasil

pengamatan, wawancara dan informasi yang diperoleh dari masing- masing

guru PPKn kelas VII, VIII dan IX, kepala sekolah, wakil kurikulum, peserta

didik yang mengikuti pembelajaran remedial dan orang tua. Temuan tersebut

dipaparkan seperti dibawah ini.

1. Pelaksanaan Pembelajaran Remedial menurut Kurikulum 2013 pada

Mata Pelajaran PPKN di SMP Negeri 1 Painan

a. Proses Pelaksanaan Pembelajaran Remedial menurut Kurikulum

2013 pada Mata Pelajaran PPKN di SMP Negeri 1 Painan

Sebelum peneliti melakukan penelitian, pada tanggal 23Maret


43

2018 Ibuk Gusneli, A.Md memberikan informasi kepada peneliti

bahwa pada tanggal 26 Maret 2018 pukul 10.15 WIB di kelas VII7.

Pada kelas VIII5 Bapak Adri Yulisman memberikan informasi akan

melaksanakan pembelajaran remedial pada tanggal 14 Maret 2018

pukul 10.15 WIB di kelas VIII5. Diadakan pelaksanaan pembelajaran

remedial pada mata pelajaran PPKn kelas VII7, VIII5, VIII7 dan IX6

peneliti dapat mengamati dan melihat langsung bagaimana pelaksanaan

pembelajaraan remedial yang dilakukan. Selama penelitian peneliti

dapat melihat langsung bagaimana pelaksanaan pembelajaran remedial

di SMP Negeri 1 Painan, karena peneliti melaksanakan PPLK

(Program Pengalaman Lapangan Kependidikan) di SMP Negeri 1

Painan sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian dan

observasi.

Pelaksanaan pembelajaran remedial dilakukan setelah

mengetahui Penilaian Harian (PH) dan PTS (Penilaian Tengah

Semester) peserta didik. tujuan pelaksanaan pembelajaran remedial

adalah untuk memperbaiki dan menyembuhkan nilai peserta didik,

agar mencapai nilai standar KKM.

Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan pada kelas

VII7 pada tanggal 26 Maret 2018 pada jam 10.15-10.40 WIB Ibuk

Gusneli, A.Md membagikan hasil dari Penilaian Harian (PH) peserta

didik, setelah diberikan PH kepada peserta didik dibagi menjadi dua

kelompok yaitu peserta didik yang nilai dibawah KKM dan nilai yang
44

di atas KKM. Selanjutnya Ibuk Gusneli, A.Md menjelaskan kembali

materi yang akan dilaksanakan pembelajaran remedial, materi yang

dijelaskan oleh guru materi yang dirasa sulit bagi peserta didik yaitu

materi mengenai kerja sama dalam berbagai bidang kehidupan. Peserta

didik yang mengikuti pembelajaran remedial di kelas VII7 terdiri dari

12 orang peserta didik., akan dilanjutkan dengan pembelajaran

remedial pukul 10.45-11.30 WIB bagi peserta yang nilainya dibawah

KKM.

Berdasarakan pengamatan peneliti lakukan pada kelas VIII5

tanggal 14 Maret 2016 pukul 10.15 WIB-10.40 WIB guru mata

pelajaran PPKn membagi hasil PH peserta didik. setelah dibagikan

peserta didik melaksanakan pembelajaran remedial. Guru menjelaskan

materi yang sebelumnya dilakukan PH dengan tanya jawab dengan

peserta didik. Peserta didik dibagi menjadi dua kelompok yang nilai

dibawah KKM dan nilai yang diatas KKM. Peserta didik yang nilainya

di bawah KKM melaksanakan pembelajaran remedial sedagkan peserta

didik yang nilainya diatas KKM hanya melihat temannya yang

mengikuti pembelajaran remedial. Peserta didik yang mengikuti

pembelajaran remedial di kelas VIII5 terdiri 10 orang peserta didik.

Setelah itu akan dilanjutkan dengan pembelajaran remedial pukul

10.45-11.30 WIB bagi peserta yang nilainya dibawah KKM.


45

KKM (Kritertia Ketuntasan Minimal) yang ditentukan SMP

Negeri 1 Painan pada mata pelajaran sama yaitu 78. Berdasarkan yang

disampaikan oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum Ibuk Sumini,

S.Pd bahwa:

“KKM pada setiap mata pelajaran di SMP Negeri 1


Painan tahun ajaran 2017/2018 ditetapkan KKM 78
pada semua mata pelajaran sama. Tetapi, tidak tertutup
oleh gurunya. Guru tetap memacu kepada KKM di
sekolah”.

Pada mata pelajaran PPKn sekolah menetapkan KKM

(Kritertia Ketuntasan Minimal) yaitu 78. Informasi peneliti peroleh

dari hasil wawancara dengan Faqra Riani Sukardi peserta didik kelas

VII7 yang mengatakan bahwa :

“Faqra mengikuti pembelajaran remedial, karena


mendapatkan nilai 75 pada penilaian harian mata
pelajaran PPKn, sedangkan KKM pada mata pelajaran
PPKn yaitu 78 dan karena Faqra tidak memahami
materi pembelajaran”. (Hasil wawancara 2 April 2018)

Senada dengan hal itu Muhammad Aditya Saputra kelas VIII5

juga menyampaikan bahwa:

“Mengikuti pelaksanaan pembelajaran remedial, karena


mendapatkan nilai 60 pada Penilaian Harian PPKn
sedangkan KKM mata pelajaran PPKn yaitu 78 (hasil
wawancara 31 Maret 2018)”.

Selanjutnya berdasarkan wawancara dengan Reyhan

Afrizanda siswa kelas VII7 juga menyampaikan bahwa :


46

“Saya mengikuti pembelajaran remedial, karena


mendapatkan nilai 40 pada Penilaian Harian PPKn
sedangkan KKM mata pelajaran PPKn yaitu 78 (hasil
wawancara 13 Maret 2018)”.

Berikut data peserta mengikuti pembelajaran remedial pada

mata pelajaran PPKn dikelas VII7 danVIII5

Tabel 7.
Data Peserta Didik Kelas VII7 danVIII5 yang Mengikuti
Pembelajaran Remedial
No Nama Kelas Nilai KKM
1 Aldhano Dzikra VII7 75 78
7
2 Chio Satria Orlanky VII 70 78
3 Faqra Riani Sukardi VII7 75 78
7
4 Ikhwan Nashir VII 65 78
7
5 M. Zaki Madani VII 65 78
6 Rama Supia VII7 60 78
7
7 Reyhan Afrizanda VII 40 78
8 M. Zaki Madani VII7 65 78
7
9 Nabilla Syahrani VII 60 78
10 Rendi Saputra Mareti VII7 65 78
7
11 Rian Efriandi VII 75 78
7
12 Virzina Marheni Saputri VII 60 78
13 WenggaYunanda Putra VII7 60 78
5
14 Arahman Alif VIII 70 78
15 Denisa Rahmalia Jufrizi VIII5 70 78
5
16 Habib Alfari Zamza VIII 70 78
5
17 Habib Hidayatul Syarif VIII 70 78
18 Lara Afri Dahlia VIII5 60 78
5
19 Muhammad Aditya Saputra VIII 60 78
20 Muhammad Al Fath Shaqura VIII5 70 78
5
21 Muhammad Arfadrian VIII 70 78
22 Nauval Assadel Rafif VIII5 70 78
5
23 Weni Nila Sari VIII 70 78
5
24 Zhari Aulia Rahmi VIII 70 78
(Sumber: Guru PPKn SMP Negeri 1 Painan)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa peserta didik yang


47

mengikuti pembelajaran remedial pada kelas VII7 dan VIII5 yang

peneliti teliti terdiri dari 1 sampai 12 orang peserta didik. Hal ini

menunjukkan bahwa setiap kelas selalu ada peserta didik yang

mempunyai kesulitan belajar masing-masing dan mempunyai masalah

belajar yang berbeda-beda. Peserta didik yang nilainya tidak mencapai

KKM setelah PH (Penilaian Harian) dan PTS (Penilaian Tengah

Semester) akan mengikuti pembelajaran remedial. Seperti yang

disampaikan oleh guru PPKn kelas VII Ibuk Gusnelli, A.Md yang

mengatakan bahwa:

“Pelaksanaan pembelajaran remedial dilakukan setelah


mengetahui PH (Penilaian Harian) dan PTS (Penilaian
Tengah Semester).Peserta didik yang nilainya di bawah
KKM akan dilaksanakan pembelajaran remedial”.
(Hasil wawancara pada tanggal 31 Maret 2018).

Senada dengan Bapak Adri Yulisman, S.E menyampaikan

bahwa:

“Jika PH dan PTS peserta didik di bawah 78 atau


dibawah KKM, peserta didik tersebut akan mengikuti
pembelajaran remedial. (Hasil wawancara tanggan 22
Maret 2018)
Selanjutnya berdasarkan wawancara dengan Bapak

Uwin, S.PdI menyatakan bahwa :

“Pembelajaran remedial dilakukan setelah mengetahui


nilai PH dan PTS peserta didik, jika terdapat nilai
peserta didik dibawah KKM (Kritertia Ketuntasan
Minimal) maka akan dilaksanakan pembelajaran
remedial dan pada tiap kelas terdapat 1 sampai 12
peserta didik yang mengikuti remedial pada mata
48

pelajaran PPKn”. (Hasil wawancara 29 Maret 2018).

Dalam pelaksanaan pembelajaran remedial menurut

kurikulum 2013 pada mata pelajaran PPKn di SMP Negeri 1 Painan

dimulai dengan menjelaskan materi oleh bapak/ibu guru, dilakukan

metode tanya jawab mengenai materi yang akan dilakukan

pembelajaran remedial kemudian nantinya akan dilanjutkan dengan

pembelajaran remedial bagi peserta didik yang nilainya dibawah KKM

(Kritertia Ketuntasan Minimal). Pembelajaran remedial ini

dilaksanakan setelah mengetahui nilai PH (Penilaian Harian) dan PTS

(Penilaian Tengah Semester) peserta didik.

Hasil wawancara informan diatas didukung dengan

dokumentasi peneliti seperti gambar dibawah ini:

Gambar 2.
Guru PPKn Kelas VII7 Mengulangi Materi Pembelajaran yang
akan Dilaksanakan Pembelajaran Remedial

Sumber : dokumentasi 26 Maret 2018

Gambar diatas menunjukkan guru PPKn kelas VII7


49

mengulangi kembali materi mengenai kerja sama dalam berbagai

bidang kehidupan yang akan dilaksanakan pembelajaran remedial.

Peserta didik memperhatiakan guru yang menjelaskan materi untuk

pembelajaran remedial. Selanjutnya dokumetasi peneliti pada kelas

VIII5 guru mengulangi materi pembelajaran sebelum melaksanakan

pembelajaran remedial seperti di bawah ini :

Gambar 3.
Guru PPKn Kelas VIII5 Menjelakan
Kembali Materi yang akan
Dilaksanakan Pembelajaran Remedial

Sumber : dokumentasi 14 Maret 2018

Setelah guru menjelaskan materi yang dirasa sulit oleh

peserta didik dengan metode tanya jawab dan ceramah. Guru

melaksanakan pembelajaaran remedial dengan membagi dua kelompok

yaitu peserta didik yang mengikuti pembelajaran remedial dan peserta

didik yang itdak mnegikuti pembelajaran remedial. Berikut adalah

potret-potret peserta didik yang mengikuti pembelajaran remedial pada

mata pelajaran PPKn kelas VII7 dan VIII5.


50

Gambar 4.
Peserta Didik Kelas VII7 yang Mengikuti Pelaksanaan
Pembelajaran Remedial

Sumber : dokumentasi 26 Maret 2018

Gambar 5.
Peserta Didik Kelas VIII5yang Mengikuti Pelaksanaan
Pembelajaran Remedial

Sumber : dokumentasi 14 Maret 2018

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan

pembelajaran remedial menurut kurikulum 2013 dimulai dengan

menjelaskan materi oleh bapak/ibu guru, dilakukan metode tanya

jawab mengenai materi yang akan dilakukan pembelajaran remedial

kemudian nantinya akan dilanjutkan dengan pembelajaran remedial

bagi peserta didik yang nilainya dibawah KKM (Kritertia Ketuntasan


51

Minimal). Pembelajaran remedial ini dilaksanakan setelah mengetahui

nilai PH (Penilaian Harian) dan PTS (Penilaian Tengah Semester)

peserta didik.

b. Bentuk-Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Remedial menurut

Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran PPKn di SMP Negeri 1

Painan

Bentuk pembelajaran remedial pelaksanaannya disesuaikan

dengan jenis, sifat dan latar belakang masalah belajar yang dihadapi

peserta didik. Berdasarkan observasi peneliti lakukan pada saat Ibuk

Afdilla Wahyuni, SP.d melaksanakan pembelajaran remedial di kelas

VIII7 yang terdiri 13 peserta didik dan bapak Uwin, S.PdI

melaksanakan pembelajaran remedial untuk kelas IX6 yang terdiri

dari11 orang.

Berikut data peserta didik yang mengikuti pembelajaran

remedial pada mata pelajaran PPKn kelas VIII7 dan IX6.

Tabel 8.
Data Peserta Didik Kelas VIII7 dan IX6 yang Mengikuti
Pembelajaran Remedial

No Nama Kelas NIlai KKM


1 Chika Algracia Vanesa VIII7 72 78
2 Dirja Miftah Tasnim VIII7 75 78
3 Givan Firnando VIII7 75 78
4 Khazel Valentricho Venra VIII7 65 78
5 M. Hanafi Mahardika VIII7 67 78
6 Michelle Valencia Herdini VIII7 70 78
7 Rada Oktafiana VIII7 65 78
8 Revo Putra Kurniawan VIII7 67 78
9 Reyhan Martha Prasetya VIII7 65 78
10 Ririn Desikha VIII7 67 78
52

11 Shendy Yogasatrio VIII7 60 78


12 Siti Ainun VIII7 65 78
13 Virza Warisatul Ummi VIII7 60 78
14 Audia Ramadhani IX6 50 78
15 Dion Fernando Regio IX6 60 78
16 Muhammad Kiran IX6 60 78
17 Mutya Veza Rahmadhani IX6 60 78
18 Rahmi Zahara IX6 60 78
19 Roja Valentino Edward IX6 60 78
20 Syahrur Ramadhan IX6 40 78
21 Thassya Permata IX6 40 78
22 Widya Fransisca IX6 50 78
23 Wulan Cahyani Rahmadiah IX6 60 78
24 Zhahira Hidayah IX6 70 78
(Sumber : Guru PPKn SMP Negeri 1 Painan)

Selanjutnya bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajaran

remedial yang dilaksanakan dengan menjelaskan terlebih dahulu materi

yang akan dilakukan pembelajaran remedial kepada peserta didik dan

melakukan tanya jawab kepada peserta didik dimana kesulitan yang

dialami dalam materi yang akan diremedialkan. Setelah itu,

melaksanakan pembelajaran remedial dengan memberikan soal yang

sama kepada peserta didik pada PH (Penilaian Harian) sebelumnya

(Pengamatan pada tanggal 2 April 2018).

Seharusnya, guru menjelaskan materi yang akan dilakukan

pembelajaran remedial dengan metode dan media yang berbeda

sehingga peserta didik lebih tertarik dengan pembelajaran remedial,

pembelajaran remedial dibimbing secara individu, pembelajaran

remedial dibimbing secara kelompok dan pemanfaatan tutor sebaya.


53

Bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial menurut kurikulum 2013

dengan pembelajaran remedial dibimbing secara individu, secara

kelompok, pembelajaran remedial dengan media dan metode yang

berbeda serta pemanfaatan tutor sebaya akan membuat pembelajaran

remedial terlaksana dengan baik.

Berdasarkan informasi peneliti dapat pada wawancara dengan

peserta didik Chika Algracia Vanesa Kelas VIIi7mengatakan bahwa:

“Bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial yang


dilaksanakan guru mata pelajaran PPKn dengan
pembelajaran remedial yang dilaksanakan guru PPKn
dengan memberikan soal yang sama pada soal PH
(Penilaian Harian) dan dilaksanakan pada PBM (Proses
Belajar Mengajar)”. (Hasil wawancara 31 Maret 2018)

Senada dengan hal itu peserta didik Audia Ramadhani IX6

mengatakan bahwa:

“Bentuk pelaksananaan pembelajaran remedial yang


dilakukan guru PPKn di kelas VIII7 dengan
mengerjakan soal yang sama dengan soal PH di
kerjakan pada PBM (Proses Belajar Mengajar) dan
memberikan tugas di rumah di kumpulkan seminggu ke
depan”. (Hasil wawancara 31 Maret 2018)

Selanjutnya berdasarkan wawancara dengan peserta didik

Syahrur Ramadhan IX6 juga menyampaikan bahwa:

“Bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial dengan


memberikan soal yang sama dengan PH (Penilaian
Harian) dan menjawab dengan melihat buku catatan
54

dan buku paket serta dibantu dengan teman yang


tuntas”. (Hasil wawancara 12 Maret 2018)

Seharusnya guru harus memberikan soal yang berbeda

dengan PH (Penilaian Harian) sebelumnya, agar peserta didik lebih

memahami materi tersebut. Walaupun soal yang diberikan berbeda,

tetapi KD (Kompetensi Dasar) yang diberikan sama dan indikatornya

juga sama serta yang akan dilakukan pembelajaran remedial materi

yang di anggap sulit oleh peserta didik.

Hasil wawancara informan diatas didukung dengan

dokumentasi peneliti seperti dibawah ini:

Gambar 6.
Bentuk Pembelajaran Remedial di Kelas IX6

Sumber : dokumentasi 6 Febuari 2018


55

Gambar 7.
Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Remedial Kelas VIII7

Sumber : dokumentasi 9 Maret 2018

Gambar diatas meunjukkan peserta didik melaksanakan

pembelajaran remedial dengan mengerjakannya secara bersama-sama

dengan teman dan peserta didik bisa melihat buku paket dan buku

catatan mata pelajaran PPKn. Peserta didik diberikan soal yang sama

pada PH kepada peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran

remedial.

Bentuk pelaksanaan remedial yang lainnya yaitu dengan

memberikan tugas latihan kepada peserta didik, tugas latihan yang

diberikan guru seperti membuat makalah menhenai materi yang

dilakanakan pembelajaran remedial. Jika masih ada peserta didik yang

nilainya remedial lagi setelah diadakan pembelajaran remedial

pertama. Peserta didik yang mengikuti pembelajaran remedial kembali


56

biasanya tidak ada, karena pada pembelajaran remedial yang diadakan

pertama kali peserta didik sudah tuntas. Berdasarakan wawancara yang

dilakukan dengan Ibuk Afdilla Wahyuni, SP.d bahwa :

“Jika masih ada peserta didik yang belum tuntas setelah


mengikuti pembelajaran remedial diberikan tugas
seperti makalah kepada peserta didik tersebut”. (Hasil
wawancara tanggal 22 Maret 2018)

Senada dengan Bapak Uwin, S.PdI guru kelas IX


menyatakan bahwa :
“Jika masih ada peserta didik yang belum tuntas setelah
mengikuti ujian remedial diberikan tugas seperti kliping
dan memperbaiki hasil pembelajarab remedial yang
salah kepada peserta didik tersebut”. (Hasil wawancara
29 Maret 2018)

Sejalan dengan hal itu peserta didik Thassya Permata kelas

IX6 juga menyampaikan bahwa :

“Jika masih ada teman atau saya tidak tuntas dalam


pembelajaran remedial yang pertama, maka guru PPKn
akan memebrikan tugas seperti tugas makalah dan
latihan yang diberikan oleh guru PPKn”. (Hasil
wawancara tanggal 6 Maret 2018)

Selanjutnya berdasarkan wwancara dengan peserta didik Siti

Ainun kelas VIII7 mengatakan bahwa :

“Setelah diadakan pembelajaran remedial pertama, jika


masih ada yang belum tuntas, maka akan diberikan
tugas makalah mengenai KD (Kompetensi Dasar) yang
dilaksanakan pembelajaran remedial oleh guru PPKn
kepada peserta didik”. (Hasil wawancara 10 Maret
2018)

Biasanya peserta didik mengikuti pembelajaran remedial


57

kembali tidak ada, peserta didik sudah tuntas dalam pembelajaran

remedial yang pertama. Seharusnya guru PPKn menjelaskan materi

yang akan dilakukan pembelajaran remedial, setelah itu memberikan

pembelajaran remedial dibimbing secara individu, secara kelompok,

pemanfaatan tutor sebaya dan pembelajaran diremedial dengan metode

dan media yang berbeda dengan pembelajaran biasa.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk

pelaksanaan pembelajaran remedial menurut kurikulum 2013 pada

mata pelajaran PPKn di SMP Negeri 1 Painan dilaksanakan setelah

mengetahui nilai PH (Penilaian Harian) dan PTS (Penilaian Tengah

Semester) peserta didik, bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial

yaitu menjelaskan materi pembelajaran remedial dan memberikan soal

yang sama dengan soal PH kepada peserta didik pada mata pelajaran

PPKn.

Seharusnya bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial

menurut kurikulum 2013 dengan menjelaskan terlebih dahulu materi

pembelajaran remedial, setelah itu pembelajaran remedial bimbingan

secara indidvidu, secara kelompok, pemanfaatan tutor sebaya dan

pembelajaran remedial dijelasakan dengan media dan metode yang

berbeda, agar didik lebih tertarik dalam pembelajaran remedial serta

memberikan soal yang berbeda kepada peserta didik dengan soal PH

(Penilaian Harian) sebelumnya, tetapi dengan KD (Kompetensi

Dasar), indikator dan kesulitan yang dialami oleh peserta didik.


58

Akan tetapi, guru tidak ada melaksanakan bentuk

pembelajaran remedial tersebut. Benruk pelaksanaan pembelajaran

remedial yang dilaksanakan guru PPKn dengan menjelaskan secara

bersama-sama kepada peserta didik yang mengikuti pembelajaran

remedial dan dengan media dan metode yang sama tidak ada bedanya.

c. Waktu Pelaksanaan Pembelajaran Remedial Menurut Kurikulum

2013 pada Mata Pelajaran PPKn di SMP Negeri 1 Painan

Pelaksanaan pembelajaran remedial dilakukan setelah PH

(Penilaian Harian) dan PTS (Penilaian Tengah Semester), jika ada hasil

peserta didik yang belum mencapai KKM (Kritertia Ketuntasan

Minimal), maka dilaksanakan pembelajaran remedial. Berdasarkan

pengamatan peneliti pada kelas VII3 dilaksanakan oleh Ibuk Gusneli,

A.Md peserta didik yang mengikuti pembelajaran remedial 10 orang.

(Hasil pengamatan tanggal 02 April 2018 pada pukul 10.15 WIB).

pelaksanaan pembelajaran remedial dilaksanakan pada saat proses

pembelajaran. Waktu pelaksanaan pembelajaan remedial pada mata

pelajaran PPKn di SMP Negeri 1 Painan keempat guru PPKn sama

yaitu 40 menit atau satu jam pelajaran, seharusnya pelaksanaan

pembelajaran remedial dilakukan diluar proses pembelajaran atau

sepulang sekolah.

Pelaksanaan pembelajaran remedial yang dilaksanakan pada

saat proses pembelajaran dapat menganggu pembelajaran yang


59

selanjutnya dan dapat menganggu konsentarasi peserta didik yang

mengikuti pelaksanaan pembelajaran remedial, karena peserta didik

yang tidak mengikuti pembelajaran remedial tetap berada pada

pelaknaan pembelajaran remedial dan peserta didik yang tidak

mengikuti pembelajaran remedial karena peserta didik tersebut

diberikan tugas oleg guru mengenai materi yang elanjutnya. Bahkan

guru tidak melaksanakan pembelajaran sesuiai RPP yang ada, karena

pembelajaran remedial dilakukan pada proses pembelajaran. Maka

proses pembelajaran dan pembelajaran remedial tidak berjalan dengan

maksimal dan efektif.

Berdasarkan wawancara Ibuk Mardalena. M, S.Pd selaku

Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Painan menyatakan bahwa:

“Pelaksanaan pembelajaran remedial sudah diberikan


waktu khusus oleh pihak sekolah. Tidak mungkin
pelaksanaan pembelajaran remedial itu dilaksanakan di
dalam kelas pada saat proses pembelajaran. Jadi ada
waktu khusus yang diberikan oleh sekolah. (Hasil
wawancara 02 Maret 2018)
Senada dengan hal itu Ibuk Sumini, S.Pd. selaku wakil kepala

sekolah bidang kurikulum mengatakan bahwa:

“Ada waktu khusus yang diberikan sekolah untuk


pelaksanaan pembelajaran remedial yaitu setelah proses
PBM atau setelah pulang sekolah. Agar tidak
menganggu proses belajar mengajar dan guru bisa

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa sekolah

telah menyediakan waktu khusus untuk pelaksanaan pembelajaran

remedial, agar pelaksanaannya lebih efektif dan efisien. Namun, pada


60

implementasinya belum sesuai dengan apa yang diharapkan,

kebanyakan guru melaksanakan pembelajaran remedial pada saat

proses pembelajaran berlangsung. Dilakukan pembelajaran remedial

pada proses pembelajaran, karena guru dan peserta didik merasa capek

dan lelah jika dilakukan pulang sekolah. Berdasarkan wawancara

dengan Bapak Adri Yulisman, S.E juga menyampaikan bahwa :

“Pelaksanaan pembelajaran remediala yang dilakukan


pada proses pembelajaran memang kurang efektif dan
efisien, jika pembelajaran remedial dilakukan pada saat
PBM sedang berlangsung. Waktu yang terbatas,
terganggu konstrentasi peseta didik. tetapi, jika
dilaksanakan di luar jam proses pembelajaran atau
pulang sekolah peserta didik banyak yang tidak mau,
karena capek, lelah, dan jarak rumah peserta didik yang
jauh dari sekolah”. (Hasil wawancara 27 Maret 2018)

Sejalan dengan itu berdasarkan hasil wawancara dengan

Mardhiyah Hayatunnisa peserta didik jelas VII4 mengatakan bahwa:

“Pembelajaran remedial pada mata pelajaran PPKn


dilakukan pada saat jam pelajaran PPKn tersebut
biasanya dikelas”. (Hasil wawancara tanggal 31 Maret
2018)

Senada dengan hal itu Nauval Assadel Rafif peserta didik

kelas VIII5 mengatakan bahwa:

“Pembelajaran remedial PPKn dilaksanakan saat jam


pelajaran PPKn tersebut, biasanya dikelas saya belajar
PPkn pada jam ke 5,6 dan 7”. (Hasil wawancara tanggal
31 Maret 2018)

Selanjutnya berdasarkan wawancara dengan peserta didik

kelas IX2 Ridho Dwijaya Zamri mengatakan bahwa:


61

“Pelaksanaan pembelajaran remedial dilakukan pada


saat jam pelajaran itu kurang efektif dan efisien, karena
waktu yang begitu terbatas diberikan oleh guru dan
menganggu pembelajaran serta menganggu konsentrasi
dalam pembelajaran remedial”. (Hasil wawancara 6
Maret 2018).

Hasil wawancara informan diatas didukung dengan

dokumentasi peneliti seperti dibawah ini :

Gambar 8.
Pembelajaran remedial dilaksanaka pada proses pembelajaran
pada Kelas VII3

Sumber : dokumentasi 02 April 2018


62

Gambar 9.
Pembelajaran Remedial Dilaksanakan pada Proses Pembelajaran
Kelas IX6

Sumber : dokumentasi 6 Febuari 2018

Gambar diatas menunjukkan peserta didik sedang mengikuti

pembelajaran remedial pada proses pembelajaran. Terlihat pelaksanaan

pembelaaran remedial mengganggu peserta didik yang tidak mengikuti

pembelajaran remedial, karena prsoses pembelajaran tidak efektif dan

maksimal. Sebaliknya, pembelajaran remedial yang dilakukan guru

tida efektidak dan maksimal, karena pembelajaran remedial

dilksanakan pada proses pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran

remedial dengan waktu 40 menit

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa waktu

pelaksanaan pembelajaran remedial yaitu pada saat jam mata pelajaran

satu jam pembelajaran (40 menit) atau proses pembelajaran PPKn,

walaupun sekolah sudah menyediakan waktu khusus untuk

pelaksanaan pembelajaran remedial, tetapi guru tetap melaksanakan

padaproses pemelajaran. Seharusnya pembelajaran remedial


63

dilaksanakan pada pulang sekolah atau setelah prroses pembelajaran

selesai, agar pelaksanaan pembelajaran remedial efektif serta tidak

menganggu proses pembelajaran di dalam kelas dan tidak menganggu

konsentrasi peserta didik.

d. Nilai Hasil Pembelajaran Remedial pada kelas VII, VIII dan IX

Pembelajaran remedial yang dilakukan peserta didik akan

mendapatkan nilai standar atau nilai KKM yaitu 78. Peserta didik yang

bisa menjawab seluruh soal yang diberikan oleh guru PPKn saat

pembelajaran remedial akan diberikan nilai sesuai dengan batas KKM

(Kriteria Ketuntasan Minimum). Pembelajaran remedial tidak melebih

nilai batas KKM, karena pembelajaran remedial nilai yang diberikan

maksimal yaitu 78. Pembelajaran remedial itu memperbaiki nilai

peserta didik agar lebih baik bagi peserta didik yang belum tuntas atau

belum mencapai KKM). Berdasarkan yang diungkapkan Ibuk Gusneli,

A.Md guru PPKn kelas VII yang menyatakan bahwa :

“Pembelajaran remedial yang diikuti peserta didik


diberikan nilai batas tuntas atau KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimum) yaitu 78. Peserta didik
mendapatkan nilai tidak melebih KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimum)”. (Hasil wawancara 27 Maret
2018)

Senada dengan hal itu Bapak Aldri Yulisman, S.E guru PPKn

kelas VIII yang menyatakan bahwa :

“Peserta didik yang mengikut pembelajaran remedial


64

akan diberikan nilai batas tuntas atau KKM (Kriteria


Ketuntasan Minimum) yaitu 78. Peserta didik
mendapatkan nilai tidak melebih KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimum). Jika diberikan nilai yang
melebihi KKM, karena tidak adil bagi peserta didik
yang lain yang tidak ikut pembelajaran remedial”.
(Hasil wawancara 27 Maret 2018)

Selanjutnya berdasarkan wawancara dengan Bapak Uwin,

S.PdI guru PPKn kelas IX yang menyatakan bahwa:

“Peserta didik yang mengikut pembelajaran remedial


akan diberikan nilai batas KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimum) yaitu 78. Jika peserta didik bisa menjawab
soal pembelajaran remedial, tetapi peserta didik
mendapatkan nilai tidak melebih KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimum). Jika diberikan nilai yang
melebihi KKM, karena tidak adil bagi peserta didik
yang lain yang tidak ikut pembelajaran remedial”.
(Hasil wawancara 29 Maret 2018)

Diadakan pembelajaran remedial mempunyai manfaat bagi

peserta didik dalam mengatasi masalah dalam pembelajaran yang akan

memberikan dorongan dan motivasi kepada peserta didik dalam

memperbaiki nilai dan memahami materi pembelajaran serta

meningkatkan nilai pembelajaran agar tidak tertinggal materi oleh

teman yang lain yang sudah tuntas dalam pembelajaran.

Berdasarkan informasi peneliti peroleh dari wawancara

dengan peserta didik M. Farhan Habibullah kelas VII6 mengatakan

bahwa :
65

“Manfaat pelaksanaan pembelajaran remedial lebih


paham memngenai materi pelajaran PPKn yang di
remedialkan serta memperbaiki nilai agar lebih baik”.
(Hasil wawancara 03 April 2018)

Hal senada juga disampaikan oleh peserta didik Siti Ainun

kelas VIII7 mengatakan bahwa:

“Setelah pelaksanaan pembelajaran remedial saya lebih


mengerti tentang materi pelajaran PPKn yang
diremedialkan serta memperbaiki nilai agar lebih baik
dan mendapatkan nilai batas tuntas”. (Hasil wawancara
31 Maret 2018)

Selanjutnya berdasarkan wawancara dengan Radya Ananda

Widhistira kelas IX5 mengatakan bahwa:

“Setelah pembelajaran remedial saya lebih paham dan


lebih mengerti tentang materi pelajaran PPKn serta
memeprbaiki nilai agar lebih baik”. (Hasil wawancara
08 Maret 2018)

Dari penjelasan diatas dapat peneliti simpulkan bahwa nilai

atau hasil yang didapat peserta didik setelah mengikuti pembelajaran

remedial adalah sesuai dengan KKM yaitu 78 untuk kelas VII, kelas

VIII dan kelas IX, karena nilai pesertta didik yang mengikuti

pembelajaran remedial tidak melebihi KKM dan pembelajaran

remedial mempunyai manfaat bagi peserta didik untuk mengatasi

kesulitan belajar yang akan memberi motivasi kepada peserta didik

untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik, untuk memperbaiki dan
66

meningkatan hasil belajar agar peserta didik yang tidak tuntas dalam

materi tersebut menjadi tuntas dalam belajar serta tidak tertinggal

materi oleh teman yang lain yang sudah tuntas dalam pembelajaran.

Bagi peserta didik yang telah tuntas atau mencapai KKM (Kriteria

Ketuntasan Minimum) pada pembelajaran remedial (peserta didik bisa

melanjutkan materi pelajaran selanjutnya.

2. Faktor-Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Pembelajaran

Remedial menurut Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran PPKn

Berdasarkan hasil penelitian terdapat faktor-faktor penghambat

dalam Pelaksanaan Pembelajaran Remedial menurut Kurikulum 2013 pada

Mata Pelajaran PPKn sebagai berikut :

a. Waktu pelaksanakan pembelajaran remedial tidak sesuai dengan

ketentuan sekolah.

Waktu adalah salah satu faktor penentu keberhasilan

pelaksanaan pembelajaran remedial. Dengan mempunyai waktu yang

cukup tentu pelaksanaannya akan lebih efektif dan efisien. Berdasarkan

wawancara dengan Kepala sekolah Ibuk Mardalena, S.Pd mengatakan

bahwa:

“Sudah diberikan waktu khusus yang diberikan oleh


pihak sekolah. Tidak mungkin pelaksanaan
pembelajaran remedial itu dilaksanakan di dalam kelas
pada saat proses pembelajaran. Jadi ada waktu khusus
yang diberikn oleh sekolah”. (Hasil wawancara 2 Maret
2018)
67

Senada dengan hal itu Wakil Kepala Sekolah Bidang

Kurikulum Ibuk Sumini, S.Pd menyampaikan bahwa:

“Ada waktu khusus yang diberikan sekolah untuk


pelaksanaan pembelajaran remedial yaitu setelah proses
PBM atau setelah pulang sekolah. Agar tidak
menganggu proses pembelajaran dan guru bisa
melanjutkan materi selanjutnya”. (Hasil wawancara 6
Maret 2018)
Namun berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan

selama penelitian, peneliti tidak menemukan bahwa pembelajaran

remedial dilakukan diluar proses pembelajaran atau pulang sekolah.

Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan tanggal 6 Febuari-2

April 2018, peneliti melihat bahwa pelaksanaan pembelajaran remedial

ini dilakukan pada saat proses pembelajaran masih berlangsung.

Berdasarkan hasil wawancara dengan hal itu Bapak Adri

Yulisman, S.E juga menyampaikan bahwa:

“Di rasa memang kurang efektif dan efisien, jika


pembelajaran remedial dilakukan pada saat proses
pembelajaran sedang berlangsung. Waktu yang
terbatas, terganggu konstrentasi peseta didik. tetapi, jika
dilaksanakan di luar jam proses pembelajaran atau
pulang sekolah peserta didik banyak yang tidak mau,
karena capek, lelah, dan jarak rumah peserta didik yang
jauh dari sekolah”. (Hasil wawancara 27 Maret 2018)

Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Uwin, S.PdI yang

mengatakan bahwa:

“Saya pernah melakukan pembelajaran remedial setelah


pulang sekolah, tetapi masih banyak peserta didik yang
tidak hadir, akibatnya saya harus melaksanakan
pembelajaran remedial sekali lagi”. (Hasil wawancara
68

tanggal 29 Maret 2018)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan

pembelajaran remedial menurut kurikulum 2013 kelas VII, VIII dan IX

di SMP Negeri 1 Painan dilakukan pada saat proses pembelajaran

masih berlangsung dan pembelajaran remedial dilakukan di rumah

dengan memberikan tugas kepada peserta didik oleh guru mata

pelajaran PPKn, jika pembelajaran remedial dilakukan setelah proses

pembelajaran selesai maka siswa yang hadir sedikit dan harus

melaksanakan remedial serta peserta didik memberi alasan lelah dan

capek jika pembelajaran remedial dilakukan pada saat di luar proses

pembelajaran atau pulang sekolah. Pelaksanaan pembelajaran remedial

yang dilakukan di rumah dengan memberikan soal atau latihan bahkan

makalah kepada peserta didik itu tidaklah efektif, karena pembelajaran

remdial seharusnya dilakukan di sekolah setelah selesai proses

pembelajaran.

b. Kurangnya pengetahuan guru tentang pelaksanaan pembelajaran

remedial menurut Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran PPKn

Guru adalah salah satu penentu keberhasilan pelaksanaan

pembelajaran, karena guru yang akan mengarahkan bagaimana

pelaksanaan pembelajaran remedial akan dilaksanakan. Oleh karena

itu, guru dituntut agar mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang

cukup sehingga pelaksanaan pembelajaran remedial akan lebih efektif

dan efisien.
69

Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan pada tanggal

6 Febuari 2018 dikelas IX6, peneliti melihat bahwa masih kurangnya

keterampilan guru dalam memberikan pembelajaran remedial. Hal ini

terbukti dengan metode yang digunakan dalam pembelajaran remedial

yang masih monoton, buktinya bagi pembelajaran remedial guru hanya

menyuruh peserta didik mengerjakan soal yang sama dengan ujian

formatif awal sebelumnya, bahkan memberikan tugas seperti tugas

makalah, kliping dan latihan kepada peserta didik.

Selain dikelas IX6 dikelas lain seperti di kelas VII3, VII7,

VIII5, VIII7, VIII8 juga melakukan hal yang sama, guru memberikan

metode yang sama padahal guru juga bisa memberikan variasi terhadap

pembelajaran remedial yang diberikan, seperti metode tutor sebaya dan

memberikan bimbingan secara khusus bagi peserta didik yang

mengalami kesulitan atau masalah dalam belajar agar peserta didik

tidak bosan dalam pembelajaran, karena mengulangi materi.

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Afdilla Wahyuni. S.Pd

yang mengatakan bahwa:

“Cara melaksanakan pembelajaran remedial


berdasarkan buku yang bersumber dari internet yang
berkaitan dengan materi yang akan dilakuakan
pembelajaran remedial, karena tidak ada sosialisasi
yang diberikan sekolah berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran remedial”. (Hasil wawancara tanggal 22
Maret 2018)
70

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kurangnya

variasi dan metode guru dalam memberikan pembelajaran remedial

yang disebakan karena kurangnya pengetahuan guru tentang

pelaksanaan pembelajaran remedial, karena tidak ada sosialisasi yang

diberikan oleh sekolah mengenai pelaksanakaan pembelajaran tersebut

dan tidak ada kerja sama antara guru yang satu dengan yang lainnya

untuk saling bertukar pikiran.

c. Orang Tua Kurang Memperhatikan Anaknya di Rumah Maupun

di Sekolah tentang Pembelajaran Remedial

Pendidikan merupakan hal terbesar yang selalu diutamakan

oleh para orang tua. Untuk itu orang tua memegang peran yang sangat

penting dalam membimbing dan mendampingi anaknya dalam

pendidikan anak. Oleh karena itu, orang tua dituntut agar mengetahui

pembelajaran dan mendampingi anaknya di rumah. Tetapi, orang tua

tidak mendampingi anaknya dan tidak mengetahui pembelajaran

anaknya.

Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan Ibuk

Hotriana Sinaga mengungkapkan bahwa :

“Saya tidak ada mendampingi anak saat belajar, karena


pelajaran sekarang dengan dulu berbeda dan saat
ditanya anakpun menjawab bisa dalam belajar”. (Hasil
wawancara 14 April 2018 pukul 16.30-17.00 WIB)

Hal ini senada dengan yang di sampaikan oleh Ros Diana

mengatakan bahwa :
71

“Anak saya tidak pernah membicarakan


pembelajarannya kepada saya dan setiap ditanya
anakpun menjawab bisa menjawab dalam
pembelajaran”. (Hasil wawancara 14 April 2018 pukul
17.00-17.30)
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan

pembelajaran remedial yang dilakukan peserta didik di sekolah

maupun di rumah orang tua tidak mengetahui mengenai hal itu, karena

peserta didik tidak pernah membicarakan kepada orang tuanya jika

melaksanakan pembelajaran remedial. Orang tuapun beranggapan

bahwasannya pembelajaran sekarang dengan dulu sangatlah berbeda.

3. Upaya-Upaya Meningkatkan Pelaksanaan Pembelajaran Remedial

menurut Kurikulum 2013

a. Menyediakan Sumber Belajar bagi Peserta Didik

Untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan pembelajaran

remedial guru menyediakan sumber belajar bagi peserta didik, agar

peserta didik dapat belajar dan lebih paham terhadap materi pelajaran

yang diajarkan, sumber belajar tersebut berupa bahan ajar, buku paket,

sumber dari internet dan catatan-catatan materi pelajaran yang

diperoleh peserta didik melalui penjelasan guru.

Seperti yang disampaikan oleh peserta didik kelas VIII6 Rudi

Kurnia Al Amin bahwa:

“Biasanya sumber belajar yang disediakan guru pada


mata pelajaran PPKn ada buku paket catatan-catatan
72

materi pelajaran yang diperoleh peserta didik melalui


penjelasan guru. Ada juga bahan yang di fotocopy yang
diberikan guru kepada peserta didik sesuai dengan
materi pelajaran yang akan dipelajari”.(Hasil
wawancara tanggal 31 Maret 2018)

Senada dengan hal itu siswa kelas IX2 Cindy Oktaviani

Sinaga juga menyampaikan bahwa:

“Guru biasanya menyediakan sumber belajar seperti


buku paket, bahan ajar dan catatan diberikan guru
mengenai materi. Kadang guru menyuruh peserta didik
untuk mencari bahan di internet sebagai tugas di
rumah”. (Hasil wawancara tanggal 6 Maret 2018)

Selanjutnya berdasarkan wawancara dengan Virzinia Marheni

Saputri VII7 juga menyampaikan bahwa :

“Guru menyediakan sumber belajar pada kelas VII7


seperti buku paket dan catatan yang diberikan guru
dalam menjelaskan materi”. (Hasil wawancara tanggal
02 April 2018)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa guru dan sekolah

sudah menyediakan sumber belajar bagi peserta didik seperti buku

paket agar peserta didik bisa lebih mudah dan memahami materi

pelajaran yang akan dibahas atau yang akan dipelajari. Guru juga

sudah menyediakan bahan ajar dan bahan yang didapatkan di internet

oleh guru serta peserta didik mencatat yang dijelaskan oleh guru.

b. Menyediakan Sarana dan Prasana yang Lebih Baik.

Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam proses pendidikan bahwa

kualitas pendidikan tersebut juga didukung dengan sarana dan


73

prasarana yang menjadi standar sekolah terkait. Sarana dan prasarana

sanagat mempengaruhi kemampuan peserta didik dalam proses

pembelajaran. Hal ini menunjukan bahwa peranan sarana dan

prasarana sangat penting dalam menunjang kualaita belajar peserta

didik. Misalanya kelas yang memilki kipas angin, maka peserta didik

lebih nyaman dalam proses pembelajaran dan pembelajaran remedial.

Berdasarkan wawancara dengan Ibuk Dra. Suspa Driwanti,

M.Pd mengatakan bahwa:

“Sarana dan Prasarana di SMP Negeri 1 Painan sudah


lengakap, tetapi masih ada kursi dan bangku yang
rusak dan kelas masih ada yang tidak memiliki kipas
angin. Karena dengan masih ada sarana prasarana
yang kurang peserta didik belum nyaman dalam
pembelajaran remedial”

Senada dengan peserta didik Mutiara Kelas VII3 mengatakan

bahwa :

“Sarana dan prasarana masih kurang karena kelas


masih belum nyaman, karena masih ada kursi yang
goyang dan kipas angin yang tidak ada. Jika siang
kami di kelas tidak konsentrasi dalam belajar”

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sarana dan

parasana sangat dibutuhkan dalam kenyamanan dalam proses

pembelajaran. Dengan lebih baiknya sarana dan prasana dalam

penunjang proses pembelajaran akan menghasilkan proses

pembelajaran yang lebih baik juga. Karena dengan sarana dan

prasarana yang lebih baik peserta ddik lebih fokus dan berkonsentrasi
74

pembelajarannya.

c. Mengevaluasi Pemahaman Guru tentang Pelaksanaan

Pembelajaran Remedial

Guru tidak dapat melaksanakan pembelajaran remedial sesuai

dengan prosedur pelaksanakan pembelajaran remedial menurut

kurikulum 2013, walaupun demikian guru tetap mengupayakan agar

pembelajaran remedial dapat dilaksanakan yaitu dengan cara

melaksanakannya di dalam kelas pada saat proses pembelajaran

ataupun di berikan tugas kepada peserta didiknya dan menjelaskan

materi yang akan dilakukan pembelajaran remedial dengan

menggunakan metode yang sama dengan pembelajaran baiasanya.

Mengevaluasi pemahaman guru tentang pelaksanaan

pembelajaran remedial harus dilakuakn oleh sekolah dengan

mengadakan peninjau kembali kepada guru tentang pembelajaran

remedial. Mengevaluasi pembelajaran remedial dilakukan sekali

sebulan, agar guru khsususnya mata pelajaran PPKn mengerti dan

lebih paham mengenai pembelajaran remedial dan diadakan sosialisasi

khisus mengenai pembelajaran remedial kurikulum 2013.

Guru beranggapan bahwasannya pembelajaran remedial

hanya memperbaiki nilai atau menyembuhkan kesulitan belajar oleh

peserta didik. Bukan memperbaiki dan menyembuhkan kesulitan

belajar oleh peserta didik, agar pembelajaran tercapai tujuannya secara


75

maksimal. Hal ini dilakukan agar peserta didik tetap mempunyai

kesempatan untuk memperbaiki nilai dan memperoleh pengetahuan

yang lebih bagi peserta didik yang kurang mengerti tentang pelajaran

yang telah di ajarkan.

Berdasarkan wawancara dengan guru PPKn kelas VII Ibu

Gusneli, A.Md mengatakan bahwa:

“Walaupun pelaksanaan pembelajaran remedial tidak


dapat dilaksanakan sesuai dengan prosedur tentang
pelaksanaan pembelajaran remedial tetap
mengupayakan agar pembelajaran remedial dapat
dilaksanakan”. (Hasil wawancara tanggal 31 Maret
2018)

Hal ini senada dengan yang di sampaikan oleh Ibuk Afdilla

Wahyuni, S.Pd yang mengatakan bahwa:

“Peserta didik harus melakasanakan pembelajaran


remedial untuk memperbaiki nilai agar nilai peserta
didik lebih baik. Bagaimanapun peserta didik harus
melaksanakan pembelajaran remedial”.
(Hasil wawancara tanggal 22 Maret 2018)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan

pembelajaran remedial menurut kurikulum 2013 tidak dapat

dilaksanakan sesuai dengan panduan pelaksanaan pembelajaran

remedial menurut kurikulum 2013, tetapi pelaksanaan pembelajaran

remedial terlaksana walaupun pada proses pembelajaran. Pelaksanakan

pembelajaran remedial menurut kurikulum 2013 bisa memperbaiki dan

menyembuhkan nilai peserta didik yang tidak tuntas menjadi tuntas

dan mengasah keterampilannya serta menambah pengetahuan yang


76

lebih kepada peserta didik mengenai materi pembelajaran. Maka

sekolah haru mngevaluasi guru tentang pemahaman pembelajaran

remedial, agar pembelajaran remedial itu berjalan secara efektif,

efesien dan maksimal.

Keefektifan pelakaksanaan pembelajaran remedial dilihat dati

kesiapan gru dan peerta didiknya untuk pembelajaran remedial. Bentuk

pembelajaran remedia harus diterapkan oleh guru seperti pembelajaran

remedai dengan bimbngan individual. Dimana porses pembelajaran

hanya melibatkan seorang guru dan seorang peserta didikyang

menagalami kesulitan belajar. Bimbingan secara individual snaga

intensif karena pelayanaan yang diberikan disesuakan dengan kesulitan

dan kemampuan peserta didik.

d. Menyediakan Sumber Belajar bagi Guru tentang Pembelajaran

remedial

Guru harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan

terhadap pelaksanaaan pembelajaran remedial. Oleh karena itu,

walaupun tidak ada sosialiasi khusus yang diberikan sekolah terkait

dengan pelaksanaan pembelajaran remedial guru tetap mempelajari

bagaimana cara dan teknik dalam pelaksanaan pembelajaran remedial.

Seperti yang disampaikan Bapak Adri Yulisman, S.E

menyatakan bahwa:

“Saya berusaha mempelajari langkah melaksanakan


77

pembelajaran remedial dari sumber buku bacaan dan


internet yang berhubungan dengan pelaksanaan
pembelajaran remedial agar dapat dilaksanakan lebih
maksimal dan memperoleh hasil yang memuaskan.
(Hasil wawancara tanggal 27 Maret 2018)

Senada dengan hal itu Ibuk Gusneli, A.Md juga

menyampaikan bahwa:

“Saya berusaha mempelajari langkah melaksanakan


pembelajaran remedial berdasarkan buku atau sumber-
sumber bacaan yang berkaiatan dengan hal tersebut,
karena tidak ada sosialisasi khusus yang diberikan
sekolah”. (Hasil wawancara tanggal 31 Maret 2018)

Selanjutnya berdasarkan infromasi yang penulis peroleh dari

Bapak Uwin, S.PdI mneyampaikan bahwa:

“Mempelajari langkah pembelajaran remedial


berdasarkan buku bacaan dan internet yang berkaitan
dengan pembelajaran remedial, agar lebih memahami
langkag pelaksanaan pembelajaran remedial”. (Hasil
wawancara 29 Maret 2018)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa guru

mempelajari langkah pelaksanakan pembelajaran remedial

berdasarkan buku-buku, sumber bacaan, internet dan hal yang

berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran remedial. Langkah

pelaksanaan pembelajaran remedial menurut kurikulum 2013 harus

adanya sosialisasai dari pihak sekolah langkah pelaksanaan

pembelajaran remedial, dengan adanya sosialisasi guru akan

memahami dan mengetahui langkah pelaksanaan pembelajaran


78

remedial menurut kurikulum 2013. Seharusnya langkah pelaksanaan

pembelajaran remedial menurut kurikulum 2013 yaitu dengan

mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik antara lain dengan pre-

test, wawancara dan pengamatan, dengan menemukan penyebab

kesulitan belajar, menyusun rencana pembelajaran remedial,

melaksanakan pembelajaran remedial dan menilai pembelajaran

remedial.

d. Pembahasan

Berdasarkan deskripsi temuan penelitian yang telah dijelaskan

sebelumnya, peneliti akan menjelaskan dan menganalisis data yang telah

diperoleh mengenai Pelaksanaan Pembelajaran Remedial menurut Kurikulum

2013 pada Mata Pelajaran PPKn di SMP Negeri 1 Painan Kabupaten Pesisir

Selatan sebagai berikut :

a. Pelaksanaan Pembelajaran Remedial menurut Kurikulum 2013 pada

Mata Pelajaran PPKn

Pembelajaran remedial merupakan bentuk khusus pembelajaran

yang bertujuan untuk memperbaiki atau menyembuhkan proses

pembelajaran yang menjadi penghambat atau menimbulkan masalah

kesulitan belajar bagi siswa atau peserta didik. Seperti yang diungkapkan

oleh Usman Uzer Dan Lilis Setiawan (2010:103) “Pembelajaran remedial

adalah pembelajaran yang ditujukan untuk membantu siswa yang


79

mengalami kesulitan dalam menguasi materi pembelajaran”. Sebagaimana

yang dijelaskan oleh Panduan Remedial dan Pengayaan Kurikulum 2013

SMA (2015) “Pembelajaran remedial atau perbaikan adalah pembelajaran

yang diperlukan bagi peserta didik yang belum mencapai kemampuan

minimal yang ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran”.

Dengan hal ini berarti pembelajaran remedial dilakukan agar

peserta didik dapat memperbaiki nilai yang belum tuntas atau belum

mencapai KKM dan lebih memahami materi yang akan di remedialkan

telah dimilikinya dalam kegiatan pembelajaran sebelumnya. Menurut

Masbur (2012:355) mengungkapkan “Pelaksanaan pembelajaran remedial

merupakan suatu program yang diberikan gutu untuk memeperbaiki

prestasi belajar siswa yang dibawah KKM. Pembelajaran remedial sebagai

upaya guru untuk menciptakan suatu situasi yang memungkinkan individu

atau kelompok siswa dengan karakter tertentu lebih mampu meningkatkan

prestasi seoptimal mungkin, sehingga dapat memenuhi kriteria

keberhasilan minimal yang diharapakn”.

Pelaksanaan pembelajaran remedial yang bermacam-macam akan

meningkatkan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran remedial. Seperti

yang diungkapankan Prayitno (2008: 285) “Pembelajaran remedial

menurut bersifat lebih khusus karena bahan, metode dan pelaksanaannya

disesuaikan dengan jenis, sifat dan latar belakang kesulitan belajar yang

dihadapi siswa”.
80

Pelaksanaan pembelajaran remedial didasarkan atas latar

belakang bahwa pendidik perlu memperhatikan perbedaan individual

peserta didik. Dengan diberikannya pembelajaran remedial bagi peserta

didik yang belum mencapai tingkat ketuntasan belajar, maka peserta didik

ini memerlukan waktu lebih lama dari peserta didik yang telah mencapai

tingkat penguasaan. Setelah diketahui kesulitan belajar yang dihadapi

siswa, langkah berikutnya adalah memberikan pembelajaran remedial.

Menurut Panduan Penilaian oleh pendidik dan Satuan

Pendidikan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) tahun 2017,

pelaksanaan pembelajaran remedial disesuaikan dengan jenis dan tingkat

kesulitan peserta didik yang dapat dilakukan dengan cara :

a. Pembelajaran bimbingan secara individu. Hal ini dilakukan apabila ada

beberapa anak yang mengalami kesulitan yang berbeda-beda, sehingga

memerlukan bimbingan secara individual. Bimbingan yang diberikan

disesuaikan dengan tingkat kesulitan yang dialami oleh peserta didik.

b. Pemberian bimbingan secara kelompok. Hal ini dilakukan apabila

dalam pembelajaran klasikal ada beberapa peserta didik yang

mengalami kesulitan sama.

c. Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang

berbeda. Pembelajaran ulang dilakukan apabila semua peserta didik

mengalami kesulitan. Pembelajaran ulang dilakukan dengan cara

penyederhanaan materi, variasi cara penyajian dan penyederhanaan tes

atau pertanyaan.
81

d. Pemanfaatan tutor sebaya yaitu peserta didik dibantu oleh teman

sekelas yang telah mencapai KKM, baik secara individu maupun

kelompok.

Akan tetapi, bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial yang

dilakukan di SMP Negeri 1 Painan pada mata pelajaran PPKn ada dua

yaitu pertama pemberian pembelajaran ulang dengan mengadakan

pembelajaran remedial dengan soal yang sama dengan soal Penilaian

Harian (PH) sebelumnya, tidak ada perbedaaan sama sekali dengan soal

Penilaian Harian (PH) dan yang kedua memberikan tugas latihan individu

dengan mengisi soal latihan yang diberikan oleh guru PPKn, tugas

makalah dan tugas kliping bagi peserta didik yang nilainya masih dibawah

KKM setelah peserta didik mengikuti pembelajaran remedial pertama.

Pembelajaran remedial yang dilaksanakan pada proses

pembelajaran akan menganggu peserta didik dalam pem elajarannya. Guru

yang melaksanakan pembelajaran remedial pada proses pembelajaran

maka RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang dibuat guru untuk

tidak berjalan dengan maksimal, karena guru melaksanakan pembelajaran

remedial pada saat proses pembelajaran dan waktu untuk pengajaran efektf

terapakai.

Setiap proses pasti akan berdampak terhadap hasil peserta didik,

jika proses yang baik pasti akan menghasilkan yang baik juga. Seperti

pembelajaran remedial yang dilakukan peserta didik tentu, akan ada hasil

dari usaha peserta didik tersebut seperti nilai yang diperoleh peserta didik
82

setelah pembelajaran remedial. Sebagaimana informasi yang peneliti

peroleh saat melakukan penelitian nilai yang didapat siswa untuk

pembelajaran remedial pada mata pelajaran PPKn yang dilakukan di SMP

Negeri 1 Painan adalah batas KKM (Kritertia Ketuntasan Minimal) yaitu

78, walaupun peserta didik bisa menjawab seluruh soal pada saat

pembelajaran remedial, karena pembelajaran remedial untuk memperbaiki

hasil agar lebih baik dan nilai yang diberikan maksimal batas tuntas.

Berhubungan dengan waktu pembelajaran remedial dilaksanakan

di SMP Negeri 1 Painan pada mata pembelajaran PPKn, pembelajaran

remedial dilaksanakan setelah mengetahui nilai PH dan PTS pada mata

pelajaran yang bersangkutan. Selain itu berdasarkan informasi yang

peneliti peroleh sekolah juga sudah menyediakan waktu khusus dalam

pelaksanaannya yaitu setelah proses pembelajaran atau sepulang sekolah,

namun selama peneliti melakukan penelitian hal itu tidak dilakukan oleh

guru. Guru melaksanakan pembelajaran remedial pada saat jam PBM

masih berlangsung, akibatnya guru sering tidak mempunyai cukup waktu

untuk melaksanakan pembelajaran remedial ini.

Pembelajaran remedial itu diberikan setelah peserta didik

mempelajari standar kompetensi atau kompetensi dasar tertentu. Seperti

yang diungkapkan Sugihartono (2012:188-189) “Faktor waktu dalam

pelaksanaan pembelajaran remedial sangat penting, guru harus memilih

pembelajaran remedial yang tepat sesuai dengan waktu yang telah tersedia
83

bagi setiap peserta didik. Kenyataannya ini menuntut kemampuan dan

kreatifitas guru dalam mempersiapkan pembelajaran remedial”.

Namun berdasarkan pengamatan peneliti bahwa waktu

pelaksanaan pembelajaran remedial di SMP Negeri 1 Painan dilakukan

pada saat proses pembelajaran dan di rumah, jika pembelajaran remedial

dilaksanakan berdasarkan waktu yang telah ditentukan oleh sekolah

terdapat banyak kendala dalam pelaksanaannya. Karena rumah

kebanyakan peserta didik dan sekolah jauh sehingga memerlukan

kendaraan untuk pulang, kebanyakan peserta didik tidak mau mengikuti

pelaksanaaan pembelajaran remedial ini, peserta didik beralasan tidak ada

transportasi untuk pulang kerumah masing-masing.

Selain hal diatas pelaksanaan pembelajaram remedial yang

peneliti amati dilaksanakan dalam satu kelas, dengan membagi kelas

menjadi dua bagian, satu bagian untuk pelaksanaan pembelajaran

remedial, dan satu bagian untuk pelaksanaan PBM. Hal ini juga

disebabkan karena guru tidak mempunyai cukup waktu untuk

melaksanakan pembelajaran remedial. Dengan digabungkan pelaksanaan

pembelajaran remedial dalam satu kelas tentunya akan mempunyai

dampak, salah satu dampaknya adalah siswa akan terganggu

konsentrasinya dalam pembelajaran remedial dan begitu juga sebaliknya

peserta didik yang megikuti proses pembelajaran akan terganggu

konsentrasi dalam pembelajaran.


84

b. Faktor-Faktor Pengahambat Pelaksanaan Pembelajaran Remedial

menurut Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran PPKn

Dalam pelaksanaan pembelajaran remedial tentu akan

menghadapi berbagai faktor penghambat, seperti halnya yang

dikemukakan oleh Slameto (2003:54-71) “kelelahan jasmani dengan

lemah lunglainya tubuh dan kecenderungan membaringkan tubuh. Jika

jasmani peserta didik dalam keadaan baik, hal ini akan berdampak positif

bagi pelaksanaan pembelajaran remedial begitu juga sebaliknya, peserta

didik akan bersemangat dalam belajar karena tubuhnya juga mendukung

untuk menerima pelajaran yang akan diikuti”.

Menurut Slameto (2003:54-71) ada beberapa faktor yang

mempengaruhi pembelajaran antara lain:

a. Faktor Internal

1) Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh.

2) Faktor psikologis meliputi faktor intelegensi, perhatian, minat,

bakat, motif, kematangan dan kesiapan.

3) Faktor kelelahan meliputi, kelelahan jasmani, kelelahan rohani

(bersifat psikis) yaitu kelelahan jasmani terlihat dengan lemah

lunglainya tubuh dan kecenderungan membaringkan tubuh,

kelelahan rohani terlihat dengan adanya kebosanan sehingga minat

belajar kurang.
85

b. Faktor Eksternal

1) Faktor keluarga meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar

anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,

pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.

2) Faktor sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru

dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat

pelajaran, waktu sekolah, standart pelajaran diatas ukuran, keadaan

gedung, metode belajar dan tugas rumah.

3) Faktor masyarakat meliputi, kegiatan siswa dalam masyarakat,

media massa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.

Sedangkan menurut Abu Ahmadi (1989:203) mengungkapkan

bahwa “faktor psikologis adalah salah satu faktor yang dapat menyebabkan

kegagalan belajar atau sebaliknya.

Selanjutnya, kendala atau hambatan lain yang peneliti temui

selama penelitian adalah waktu pelaksanaan pembelajaran remedial yang

tidak sesuai dengan bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial yang

seharusnya. Dimana sekolah sudah menyediakan waktu khusus untuk

pelaksanaan pembelajaran remedial yaitu setelah proses pembelajaran

selesai atau selama tidak mengganggu proses belajar mengajar. Namun,

pada kenyataannya guru melaksanakan pembelajaran remedial pada saat

proses pembelaaran masih berlangsung.

Selain itu kendala atau hambatan lainnya adalah berasal dari


86

guru, guru merupakan sumber belajar yang akan membimbing peserta

didik, jika seorang guru mempunyai pengetahuan yang cukup dan luas

tentang pelaksanaan pembelajaran remedial tentunya akan mempengaruhi

keberhasilan dalam pembelajaran remedial ini.

Namun, pada kenyataannya di SMP Negeri 1 Painan ditentukan

masih banyak guru yang belum memahami bagaimana pelaksanaan

pembelajaran remedial ini seharusnya. Kebanyakan guru melaksanakan

pembelajaran remedial hanya sebagai proses untuk memperbaika nilai

peserta didik saja dan untuk lebih memahami materi pembelajaran yang di

remedialkan. Hal ini disebabkan karena kurangnya sosialisasi sekolah

terhadap guru tentang pelaksanaan pembelajaran remedial ini, dan guru

mempelajari pelaksanaan pembelajaran remedial hanya berdasarkan buku

saja dan bahan dari internet yang berkaitan dengan pembelajaran remedial.

Faktor yang berasal dari luar diri peserta didik seperti faktor

keluarga, pergaulan siswa yang kurang baik juga mempengaruhi

pelaksanaan pembelajaran remedial menurut Kurikulum 2013 pada mata

pelajaran PPKn dan orang tua yang tidak mengetahui tentan pelaksanaan

pembelajarn remedial yang dilakasanakan anaknya, faktor luar diri pesera

didik yang peneliti temukan saat penelitian adalah kurangnya motivasi

dalam diri peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran remedial karena

kurangnya perhatian dari keluarga terhadap hasil belajar peserta didik dan

kurangnya motivasi peserta didik yang disebabkan karena nilai yang

didapat hanyalah sebatas KKM (Kritertia Ketuntasan Minimal) saja serta


87

ada keluarga yang tidak tahu bahwasannya anaknya mengikuti

pembelajaran remedial dan nilainya di bawah KKM (Kritertia Ketuntasan

Minimal).

3. Upaya yang dilakukan untuk Meningkatkan Pembelajaran Remedial

menurut Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran PPKn

Tugas guru adalah mempersiapkan generasi bangsa agar mampu

menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya. Secara umum guru berarti

orang yang dapat menjadi panutan dalam pembelajaran, peranan guru

sangat penting dalam pelaksanaan proses pembelajaran, selain sebagai

sumber belajar guru juga merupakan pembimbing dan pengayom bagi

peserta didik yang ada dalam kelompok belajar. Hal ini sesuai dengan

ungkapan T.Rustandy (1996:71) yang mengatakan bahwa “Guru

memegang peranan sentral dalam proses pembelajaran, setiap pola tingkah

laku guru dalam proses pembelajaran biasanya ditiru oleh siswa”.

Senada dengan hal itu, menurut Zuhairini (1983: 35)

mengungkapkan bahwa “Syarat utama menjadi guru selain ijazah dan

syarat lain mengenai kesehatan jasmani, rohani, ialah sifat-sifat yang perlu

untuk dapat memberikan pengajaran”.

Untuk mengatasi kesulitan belajar, upaya yang dapat dilakukan

dimulai dari diri guru itu sendiri seperti cara mengajar guru, pengetahuan

guru tentang suatu pembelajaran dan motivasi belajar yang diberikan guru

kepada peserta didik.


88

Guru merupakan ujung tombak dalam mengubah sikap peserta

didik dari malas belajar menjadi bergairah dalam mencapai tujuan belajar.

Para peserta didik yang mengalami kesulitan belajar harus diberi

pemahaman dalam bentuk program yang direncanakan dalam bentuk

pembelajarn remedial. Menurut M. Sukardi (2010:236) upaya-upaya untuk

mewujudkan efektifitas pelaksanaan pembelajaran remedial dalam

meningkatkan pemahaman siswa diantaranya:

a. Siswa yang mempunyai masalah diidentifikasi dan dipilih untuk

kemudia dibri penjelasan intensif.

b. Langkah berikutnya, materi belajar yang menjadikan problem

diungkap kembali dengan dibeikan sola dan latihan yang mendukung

terealisasinya pencapaian hasil belajar.

c. Para guru tetap secara intensif memotivasi para siswa untuk terus

belajar.

Berdasarakan penelitian yang peneliti lakukan, untuk mengatasi

hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran remedial SMP

Negeri 1 Painan dalam pembelajaran PPKn sekolah dan guru sudah

memberikan pembelajaran remedial. Upaya yang dilakukan adalah

menyediakan sumber belajara bagi peserta didik,menyediakn saran dan

prasarana yang lebih baik, mengevaluasi pemahaman guru tentang

pembelajaran remedial dan menyediakan sumber belajar bgai guru.


89

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian yang telah peneliti kemukakan

sebelumnya tentang Pelaksanaan Pembelajaran Remedial menurut Kurikulum

2013 pada mata pelajaran PPKn di SMP Negeri 1 Painan Kabupaten Pesisir

Selatan. Maka ditemukan kesimpulan sebagai berikut.

1. Pelaksanaan pembelajaran remedial menurut kurikulum 2013 pada mata

pelajaran PPKn di SMP Negeri 1 Painan masih belum efektif dan efesien,

karena pelaksanaan pembelajaran remedial belum sesuai dengan panduan

pembelajaran remedial kurikulum 2013. Bentuk pelaksanaan pembelajaran

remedial disesuaikan dengan jenis dan tingkat kesulitan peserta didik yang

dapat dilakukan dengan cara pembelajaran bimbingan secara individu,

pemberian bimbingan secara kelompok, pemberian pembelajaran ulang

dengan metode dan media yang berbeda dan pemanfaatan tutor sebaya.

Akan tetapi, bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial menurut

kurikulum 2013 yang dilakukan di SMP Negeri 1 Painan yaitu pemberian

pembelajaran ulang dengan mengadakan pembelajaran remedial dengan

soal yang sama dengan soal Penilaian Harian (PH) sebelumnya, tidak ada

perbedaaan sama sekali dengan soal PH dan memberikan tugas individu

seperti latihan, makalah dan kliping.

2. Faktor Penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran remedial adalah

waktu pelaksanaan pembelajaran remedial tidak sesuai dengan ketentuan

89
90

sekolah, orang tua kurang memperhatikan anaknya dalam pembelajaran

rmedial dan kurangnya pengetahuan dan wawasan guru terhadap

pelaksanaan pembelajaran remedial, karena guru hanya belajar sendiri dan

mencari pelaksanaan pembelajaran remedial melalui internet serta tidak

ada sosialisasi yang diberikan pihak sekolah.

3. Upaya dilakukan untuk mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran

remedial menurut kurikulum 2013 pada mata pelajaran PPKn di SMP

Negeri adalah menyediakan waktu khusus untuk pelaksanaan

pembelajaran remedial, mempelajari teknik dan cara melaksanakan

pembelajaran remedial, menyediakan sumber belajar bagi guru dan peserta

didik dan mengevaluasi guru tentang pembelajaran remedial serta

menyediakan sarana dan prasarana yang lebih baik.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka peneliti mengajukan beberapa saran

berikut ini :

1. Bagi Pihak Sekolah

Sebaiknya sekolah mengadakan sosialisasi khusus tentang pelaksanaan

pembelajaran remedial, sehingga guru lebih paham bagaimana

pelaksanaan pembelajaran remedial sesuai dengan prosedur yang

seharusnya.

2. Bagi guru

a. Pada proses pembelajaran guru memberikan perhatian yang lebih


91

kepada peserta didik yang kurang memperhatikan pelajaran dan

peserta didik yang cenderung sering mengikuti pembelajaran remedial.

Karena peserta didik yang sering tidak memperhatikan pelajaran dan

peserta didik yang sering mengikuti pembelajaran remedial pada mata

pelajaran PPKn disebabkan oleh berbagai faktor dan guru harus

mengetahui faktor tersebut dalam pembelajaran.

b. Sebaiknya guru memberikan penguatan terhadap materi pelajaran yang

akan diremedialkan sehingga peserta didik lebih siap dan hasilnya

akan maksimal.

c. Guru harus menggunakan metode yang bervariasi dalam

menyampaikan materi pembelajaran, tidak hanya menggunakan

metode seperti ceramah dan tanya jawab, mengakibatkan peserta didik

jenuh dalam pembelajaran tidak paham dalam pembelajaran. Guru

harus menggunakan metode yang bervariasi seperti diskusi,

pembelajaran berbasis masalah, numbered head together dan masih

banyak lagi yang mendorong peserta didik paham dalam pelajaran dan

tidak jenuh.

3. Bagi Orang Tua

a. Setiap orang tua untuk lebih peduli dan memperhatikan pola belajar

anak baik di sekolah maupun di rumah.

b. Orang tua lebih aktif dalam menanyakan seputar pembelajaran di

sekolah.
92

4. Bagi Siswa

a. Setiap siswa harus lebih berpartisispasi secara maksimal dalam

pembelajaran remedial, agar pembelajaran remedial berjalan efektif.

b. Setiap siswa untuk lebih peduli terhadap pelaksanaan pembelajaran

remedial.
93

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Acuan dari Buku :

Ahmadi dan Supriyono. (2013). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta

Azwar, Ananda. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) Pendidikan


Karakter Bangsa dan Strategi Pembelajaran Nilai. Padang: UNP Press.

Cece wijaya. (2010). Pendidikan Remedial Sarana Pengembangan Mutu


Sumber Daya Manusia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Dirman dan Juarsih, C. (2014). Penilaian dan Evaluasi. Jakarta: Rineka Cipta.

M. Sobry, Sutikno. (2013). Belajar dan Pembelajaran. Lombok: Holistica

M. Sukardi. (2010). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Mardia, Hayati. (2012). Desain Pembelajaran Berbasis Karakter. PekanBaru: Al


Mujtahadah Press

Muhammad, Erwin. (2011). Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Refika Ali


Utama

Moleong. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pembinaan Sekolah


Menengah Pertama. (2017). Panduan Penilain oleh Pendidik dan Satuan
Pendidikan Untuk SMP. Jakarta : Freepik.com

Pius dan Dahlan. (1994). Kamus Ilmiah Populer.Surabaya : Arkola

Prayitno. (2008). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta:


Rineka Cipta.

Sugihartono, dkk. 2012. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press

93
94

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.
Surya, M.& Amin, M. (1980). Pengajar Remedial untuk SPG. Jakarta: PD.
Andreola Jakarta.
Tim Pengembang MKDP. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:
Rajawali Press.
Usman Uzer dan Lilis Setiawan. (2010). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar
Mengajar.Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Acuan dari Perundang-Undangan :


Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Skripsi :
Anna Rifa’atul Mahmudah. (2014). Pelaksanaan Program Remedial dan
Pengayaan dalam Meningkatkan Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas VII
SMPN 5 Yogyakarta. FITP UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta.

Christiana. (2011). Pengaruh Pembelajran Remedial terhadap Prestasi Belajar


Matematika pada Anak Berkesulitan Belajar Kelas IVA di SD Negeri
Petoran Surakarta. FKIP UNS. Surakarta.

Putri Sulistyani. (2014). Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran


Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman. Skripsi. FIP
UNY. Yogyakarta.

Sri Wahyuningsih. (2017). Pelaksanaan Program Remedial dan Pengayaan


dalam Pembelajaran PPKn di SMPN 1 Rao Selatan. Skripsi. FIS UNP.
Padang.

Jurnal
Hidayati, Titiek Rohanah (2015). Implementasi Pengembangan Kurikulum 2013
dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMA
Negri 4 Jember. Jurnal Pascasarjana IAIN Jember Volume 14 Nomor 3,
April 2015.

Masbur. (2012). Remedial Teaching sebagai Suatu Solusi: Suatu Analis Teoritis.
Jurnal Ilmiah Didaktika Volume 12 Nomor 2, Febuari 2012 Halaman
348-367.
95

Nanang, Abdillah. (2010). Pengajaran Remedial sebuah Upaya Peningkatan


Pendidikan Non Formal. Jurnal Fikroh Volume 4 Nomor 1, Juli 2010
Halaman 60-70.

Sianipar, Mariska. (2013). Evaluasi Pelaksanaan Program Remedial kurikulum


2013 dengan menggunakan Model Formatif-Surmatif pada Pelajaran
Matematika Kelas V. Jurnal Tekno-Pedagogi Volume 3 Nomor 2,
September 2013 Halaman 64-76.

Internet
https://haedarrauf.wordpress.com/2016/04/30/remidi-dan-pengayaan-dalam-
kurikulum2013/amp/
http://smp1painan.sch.id/

Anda mungkin juga menyukai