Anda di halaman 1dari 20

Definisi Pertanian

A.T Mosher (1968;19).

mengartikan, pertanian adalah sejenis proses produksi khas yang didasarkan


atas proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Kegiatan-kegiatan produksi
didalam setiap usaha tani merupakan suatu bagian usaha, dimana biaya dan
penerimaan adalah penting. Tumbuhan merupakan pabrik pertanian yang primer.
Ia mengambil gas karbondioksida dari udara melalui daunnya. Diambilnya air dan
hara kimia dari dalam tanah melalui akarnya. Dari bahan-bahan ini, dengan
menggunakan sinar matahari, ia membuat biji, buah, serat dan minyak yang dapat
digunakan oleh manusia. Pertumbuhan tumbuhan dan hewan liar berlangsung di
alam tanpa campur tangan manusia. Beribu-ribu macam tumbuhan di berbagai
bagian dunia telah mengalami evolusi sepanjang masa sebagai reaksi terhadap
adanya perbedaan dalam penyinaran matahari, suhu, jumlah air atau kelembaban
yang tersedia serta sifat tanah. Tiap jenis tumbuhan menghendaki syarat-syarat
tersendiri terutama tumbuhnya pada musim tertentu. Tumbuhan yang tumbuh di
suatu daerah menentukan jenis-jenis hewan apakah yang hidup di daerah tersebut,
karena beberapa di antara hewan itu memakan tumbuhan yang terdapat di daerah
tersebut, sedangkan lainnya memakan hewan lain. Sebagai akibatnya terdapatlah
kombinasi tumbuhan dan hewan di berbagai dunia.

Pertanian terbagi ke dalam pertanian dalam arti luas dan pertanian dalam arti
sempit (Mubyarto, 1989;16-17). Pertanian dalam arti luas mencakup :
1. Pertanian rakyat atau disebut sebagai pertanian dalam arti sempit.
2. Perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan rakyat atau perkebunan besar).
3. Kehutanan.
4. Peternakan.
5. Perikanan (dalam perikanan dikenal pembagian lebih lanjut yaitu perikanan
darat dan perikanan laut).
Sebagaimana telah disebutkan di atas, dalam arti sempit pertanian diartikan
sebagai pertanian rakyat yaitu usaha pertanian keluarga di mana diproduksinya
bahan makanan utama seperti beras, palawija (jagung, kacang-kacangan dan ubi-
ubian) dan tanaman-tanaman hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan.
Pertanian rakyat yang merupakan usaha tani adalah sebagai istilah lawan dari
perkataan “farm” dalam Bahasa Inggris.
Pertanian akan selalu memerlukan bidang permukaan bumi yang luas yang
terbuka terhadap sorotan sinar matahari. Pertanian rakyat diusahakan di tanah-
tanah sawah, ladang dan pekarangan. Di dalam pertanian rakyat hampir tidak ada
usaha tani yang memproduksi hanya satu macam hasil saja. Dalam satu tahun
petani dapat memutuskan untuk menanam tanaman bahan makanan atau tanaman
perdagangan. Alasan petani untuk menanam bahan makanan terutama didasarkan
atas kebutuhan makan untuk seluruh keluarga petani, sedangkan alasan menanam
tanaman perdagangan didasarkan atas iklim, ada tidaknya modal, tujuan
penggunaan hasil penjualan tanaman tersebut dan harapan harga.
Definisi Pertanian Padi
Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan ketahanan tubuhnya. Nasi
merupakan salah satu bahan makanan pokok yang mudah diolah, mudah
disajikan, enak, lagi pula nilai energi yang terkandung di dalamnya cukup tinggi,
sehingga berpengaruh besar terhadap aktivitas tubuh atau kesehatan. Padi
merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras.
Menurut cara tanamnya, padi dapat dibagi menjadi padi sawah dan padi gogo.
Padi sawah adalah padi yang ditanam di sawah dengan pengairannya sepanjang
musim atau setiap saat. Sedangkan padi gogo adalah padi yang diusahakan di
tanah tegalan kering secara menetap. Padi gogo diusahakan dengan menerapkan
teknik budidaya seperti pengolahan tanah, pemupukan, dan pergiliran tanaman
(AAK, 1990).
Definisi Usaha Tani
A.T Mosher (Mubyarto, 1989;66) memberikan definisi farm sebagai suatu tempat
atau bagian dari permukaan bumi di mana pertanian diselenggarakan oleh seorang
petani tertentu apakah ia seorang pemilik, penyakap atau manajer yang digaji.
Sedangkan usaha tani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat
tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air,
perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan di atas tanah itu, sinar matahari,
bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah dan sebagainya. Usaha tani dapat
berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak.
Ciri yang sangat menonjol dalam sistem usaha tani khususnya tanaman pangan
adalah jaringan irigasi. Sedangkan ciri umum yang spesifik pada suatu wilayah
antara lain adanya lahan yang selalu tergenang, lahan dataran tinggi dengan suhu
yang sangat rendah, kondisi iklim yang kering atau basah. Bentuk umum sistem
usaha tani di Indonesia dapat dibedakan (Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Pertanian, 1990) antara lain :
1. Sistem usaha tani lahan sawah dengan tanaman padi sebagai tanaman utama,
diselingi palawija, sayur-syuran atau tebu.
2. Sistem usaha tani lahan kering atau tegalan di mana padi gogo dan berbagai
jenis tanaman palawija dan hortikultura sebagai komoditas pokok.
3. Sistem usaha tani lahan dataran tinggi banyak ditanami dengan sayur-sayuran
dan beberapa jenis palwija dan sebagian varietas padi.Usaha tani perkebunan yang
umumnya menanam berbagai jenis tanaman ekspor dan industri sebagai
komoditas yang diusahakan
Definisi Pembangunan Pertanian
Pembangunan sering diartikan pada pertumbuhan dan perubahan. Jadi
pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan kalau terjadi pertumbuhan
sektor pertanian yang tinggi dan sekaligus terjadi perubahan masyarakat tani dari
yang kurang baik menjadi lebih baik (Dr. Soekartawi, 1994;1).
Sektor pertanian di Indonesia dianggap penting terlebih dari peranan sektor
pertanian terhadap penyediaan lapangan kerja, penyediaan pangan, penyumbang
devisa negara melalui ekspor dan sebagainya. Dalam pertanian tanaman pangan di
Indonesia terdapat urutan komoditas menurut kepentingannya (Badan Penelitian
dan Pengembangan Departemen Pertanian, 1990;8). Tanaman padi adalah
tanaman utama. Meskipun secara ekonomis tanaman padi bukan yang paling
menguntungkan, kebanyakan petani mengutamakan padi dalam usaha taninya.
Syarat-syarat dalam Pembangunan Pertanian
A.T Mosher telah menganalisa syarat-syarat pembangunan pertanian di banyak
negara dan menggolong-golongkannya menjadi syarat-syarat mutlak dan syarat-
syarat pelancar. Terdapat lima syarat yang tidak boleh tidak harus ada untuk
adanya pembangunan pertanian. Kalau satu saja syarat-syarat tersebut tidak ada,
maka terhentilah pembangunan pertanian, pertanian dapat berjalan terus tetapi
sifatnya statis.
Syarat-syarat mutlak yang harus ada dalam pembangunan pertanian (A.T Mosher,
1965;77) adalah :
1. Adanya pasar untuk hasil-hasil usaha tani.
2. Teknologi yang senantiasa berkembang.
3. Tesedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal.
4. Adanya perangsang produksi bagi petani
5. Tersedianya perangkutan yang lancar dan kontinyu.
Untuk lebih jelasnya, syarat-syarat mutlak yang diperlukan dalam pembangunan
pertanian tersebut akan dijabarkan sebagai berikut :

Pasaran untuk Hasil Usaha Tani


Tidak ada yang lebih menggembirakan petani produsen daripada diperolehnya
harga yang tinggi pada waktu ia menjual produksinya. Harga baik atau buruk
(tinggi atau rendah) pada umumnya dilihat petani dalam hubungan dengan harga-
harga saat panen sebelumnya.
Pembangunan pertanian meningkatkan produksi hasil pertanian. Untuk hasil-hasil
itu perlu ada pasaran serta harga yang cukup tinggi guna membayar kembali
biaya-biaya tunai dan daya upaya yang telah dikeluarkan petani sewaktu
memproduksikannya. Diperlukan tiga hal dalam pasaran untuk hasil usaha tani
(A.T Mosher, 1965;78), yaitu :
a) Seseorang di suatu tempat yang membeli hasil usaha tani, perlu ada permintaan
(demand) terhadap hasil usaha tani ini.
b) Seseorang yang menjadi penyalur dalam penjualan hasil usaha tani, sistem
tataniaga.
c) Kepercayaan petani pada kelancaran sistem tataniaga itu.Kebanyakan petani
harus menjual hasil-hasil usaha taninya sendiri atau di pasar setempat. Karena itu,
perangsang bagi mereka untuk memproduksi barang-barang jualan, bukan sekedar
untuk dimakan keluarganya sendiri, lebih banyak tergantung pada harga setempat.
Harga ini untuk sebagian tergantung pada efisiensi sistem tataniaga yang
menghubungkan pasar setempat dengan pasar di kota-kota.
Teknologi dalam Pembangunan Pertanian yang Senantiasa Berkembang
Kemajuan dan pembangunan dalam bidang apapun tidak dapat dilepaskan dari
kemajuan teknologi. Revolusi pertanian didorong oleh penemuan mesin-mesin
dan cara-cara baru dalam bidang pertanian. A.T Mosher (Mubyarto, 1989;235)
menganggap teknologi yang senantiasa berubah itu sebagai syarat mutlak adanya
pembangunan pertanian.
Apabila tidak ada perubahan dalam teknologi maka pembangunan pertanian pun
terhenti. Produksi terhenti kenaikannya, bahkan dapat menurun karena
merosotnya kesuburan tanah atau karena kerusakan yang makin meningkat oleh
hama penyakit yang semakin merajalela.
Teknologi sering diartikan sebagai ilmu yang berhubungan dengan keterampilan
di bidang industri. Tetapi A.T Mosher (1965;93) mengartikan teknologi pertanian
sebagai cara-cara untuk melakukan pekerjaan usaha tani. Didalamnya termasuk
cara-cara bagaimana petani menyebarkan benih, memelihara tanaman dan
memungut hasil serta memelihara ternak. Termasuk pula didalamnya benih,
pupuk, pestisida, obat-obatan serta makanan ternak yang dipergunakan, perkakas,
alat dan sumber tenaga. Termasuk juga didalamnya berbagai kombinasi cabang
usaha, agar tenaga petani dan tanahnya dapat digunakan sebaik mungkin.
Yang perlu disadari adalah pengaruh dari suatu teknologi baru pada produktivitas
pertanian. Teknologi baru yang diterapkan dalam bidang pertanian selalu
dimaksudkan untuk menaikkan produktivitas, apakah ia produktivitas tanah,
modal atau tenaga kerja. Seperti halnya traktor lebih produktif daripada cangkul,
pupuk buatan lebih produktif daripada pupuk hijau dan pupuk kandang, menanam
padi dengan baris lebih produktif daripada menanamnya tidak teratur.
Demikianlah masih banyak lagi cara-cara bertani baru, di mana petani setiap
waktu dapat meningkatkan produktivitas pertanian. Dalam menganalisa peranan
teknologi baru dalam pembangunan pertanian, digunakan dua istilah lain yang
sebenarnya berbeda namun dapat dianggap sama yaitu perubahan teknik
(technical change) dan inovasi (inovation) menurut Mubyarto (1989;235). Istilah
perubahan teknik jelas menunjukkan unsur perubahan suatu cara baik dalam
produksi maupun dalam distribusi barang-barang dan jasa-jasa yang menjurus ke
arah perbaikan dan peningkatan produktivitas. Misalnya ada petani yang berhasil
mendapatkan hasil yang lebih tinggi daripada rekan-rekannya karena ia
menggunakan sistem pengairan yang lebih teratur. Caranya hanya dengan
menggenangi sawah pada saat-saat tertentu pada waktu menyebarkan pupuk dan
sesudah itu mengeringkannya untuk memberikan kesempatan kepada tanaman
untuk mengisapnya. Sedangkan inovasi berarti pula suatu penemuan baru yang
berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya, artinya selalu
bersifat baru. Sebagai contoh, penerapan bibit karet yang unggul dalam
penanaman baru adalah inovasi.
Tersedianya Bahan-bahan dan Alat Produksi secara Lokal
Bila petani telah terangsang untuk membangun dan menaikkan produksi maka ia
tidak boleh dikecewakan. Kalau pada suatu daerah petani telah diyakinkan akan
kebaikan mutu suatu jenis bibit unggul atau oleh efektivitas penggunaan pupuk
tertentu atau oleh mujarabnya obat pemberantas hama dan penyakit, maka bibit
unggul, pupuk dan obat-obatan yang telah didemonstrasikan itu harus benar-benar
tersedia secara lokal di dekat petani, di mana petani dapat membelinya.
Kebanyakan metode baru yang dapat meningkatkan produksi pertanian,
memerlukan penggunaan bahan-bahan dan alat-alat produksi khusus oleh petani.
Diantaranya termasuk bibit, pupuk, pestisida, makanan dan obat ternak serta
perkakas. Pembangunan pertanian menghendaki kesemuanya itu tersedia di atau
dekat pedesaan (lokasi usaha tani), dalam jumlah yang cukup banyak untuk
memenuhi keperluan tiap petani yang membutuhkan dan menggunakannya dalam
usaha taninya.
Perangsang Produksi bagi Pertanian
Cara-cara kerja usaha tani yang lebih baik, pasar yang mudah dijangkau dan
tersedianya sarana dan alat produksi memberi kesempatan kepada petani untuk
menaikkan produksi. Begitu pula dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang
dikeluarkan oleh pemerintah menjadi perangsang produksi bagi petani.
Pemerintah menciptakan kebijaksanaan-kebijaksanaan khusus yang dapat
merangsang pembangunan pertanian. Misalnya kebijaksanaan harga beras
minimum, subsidi harga pupuk, kegiatan-kegiatan penyuluhan pertanian yang
intensif, perlombaan-perlombaan dengan hadiah menarik pada petani-petani
teladan dan lain-lain. Pendidikan pembangunan pada petani-petani di desa, baik
mengenai teknik-teknik baru dalam pertanian maupun mengenai keterampilan-
keterampilan lainnya juga sangat membantu menciptakan iklim yang menggiatkan
usaha pembangunan.
Akhirnya kebijaksanaan harga pada umumnya yang menjamin stabilitas harga-
harga hasil pertanian merupakan contoh yang dapat meningkatkan rangsangan
pada petani untuk bekerja lebih giat dan mereka akan lebih pasti dalam usaha
untuk meningkatkan produksi.
Jadi perangsang yang dapat secara efektif mendorong petani untuk menaikkan
produksinya adalah terutama bersifat ekonomis (A.T Mosher, 1965;124), yaitu :
a) Perbandingan harga yang menguntungkan.
b) Bagi hasil yang wajar.Tersedianya barang dan jasa yang ingin dibeli oleh
petani untuk keluarganya.
Unsur Perangkutan
Dalam pembangunan pertanian terdapat unsur perangkutan. Tanpa perangkutan
yang efisien dan murah maka pembangunan pertanian tidak dapat diadakan secara
efektif. Pentingnya perangkutan adalah bahwa produksi pertanian harus tersebar
meluas, sehingga diperlukan jaringan perangkutan yang menyebar luas, untuk
membawa sarana dan alat produksi ke tiap usaha tani dan membawa hasil usaha
tani ke pasaran konsumen baik di kota besar dan/atau kota kecil.
Selanjutnya, perangkutan haruslah diusahakan semurah mungkin. Bagi petani,
harga suatu input seperti pupuk adalah harga pabrik ditambah biaya angkut ke
usaha taninya. Uang yang diterimanya dari penjualan hasil pertanian adalah harga
di pasar pusat dikurangi dengan biaya angkut hasil pertanian tersebut dari usaha
tani ke pasar. Jika biaya angkut terlalu tinggi, maka pupuk akan menjadi terlalu
mahal bagi petani dan uang yang diterimanya dari penjualan hasil pertanian
tersebut akan menjadi terlalu sedikit. Sebaliknya, jika biaya angkut rendah, maka
uang yang diterima oleh petani akan menjadi tinggi.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi biaya perangkutan (A.T. Mosher,
1965;138) antara lain :
a) Sifat barang yang harus diangkut, berapa berat atau besarnya barang itu
b) Jarak pengangkutan barang-barang itu
c) Banyaknya barang yang diangkut
d) Jenis alat perangkutan
Berbagai sarana perangkutan dan jarak jauh bersama-sama harus membentuk
sistem perangkuan yang merupakan satu kesatuan yang harmonis. Tidak hanya
jalan raya yang diaspal, jalan setapak, jalan tanah, saluran air, jalan raya, sungai
dan jalan kereta api semuanya ikut memperlancar perangkutan. Beberapa
diantaranya dapat dibuat dan dipelihara oleh usaha setempat, termasuk pemerintah
setempat. Beberapa lagi perlu dibangun dan dipelihara oleh pemerintah propinsi
dan pusat.
Kesemuanya harus dihubungkan dan diintegrasikan satu dengan yang lainnya,
sehingga hasil pertanian dapat diangkut dengan lancar dari usaha tani ke pasar-
pasar pusat. Demikian pula sarana dan alat produksi serta berbagai jasa tidak
hanya perlu sampai ke kota kecil dan desa, melainkan juga sampai ke usaha tani
itu sendiri.
Di samping syarat-syarat mutlak di atas, terdapat lima syarat lagi yang adanya
tidak mutlak tetapi kalau ada benar-benar akan memperlancar pembangunan
pertanian. Yang termasuk dalam syarat-syarat pelancar (A.T Mosher, 1965;149)
adalah :
1. Pendidikan pembangunan
2. Kredit produksi
3. Kegiatan gotong-royong petani
4. Perbaikan dan perluasan tanah pertanianPerencanaan Nasional pembangunan
pertanian
Pertumbuhan Wilayah
Dalam sejarah perkembangan disiplin pengembangan wilayah terlihat bahwa pada
awalnya pengembangan wilayah lebih ditekankan pada alasan fisik-alamiah dan
pertimbangan-pertimbangan lingkungan. Tetapi pada perkembangan selanjutnya
pengembangan wilayah lebih diwarnai oleh alasan-alasan sosial-ekonomi
(Nurjaman, 1979 :15). Hal ini terutama disebabkan oleh pengaruh pembagian
negara dalam negara belum berkembang, negara berkembang dan negara maju, di
mana ukuran-ukuran ekonomi menjadi indikatornya.
Teori Pertumbuhan Wilayah
Perencanaan wilayah diperlukan karena tiap-tiap daerah memiliki potensi sumber
daya yang berbeda sehingga pertumbuhannya tidak pernah seragam. Dalam
pertumbuhan wilayah, ada yang pesat dan ada yang lambat. Adanya perbedaan
perkembangan tersebut menyebabkan perlunya strategi tertentu untuk
mengembangkan suatu wilayah. Dalam upaya pengembangan wilayah, masalah
terpenting yang menjadi perhatian para ahli ekonomi dan perencana wilayah
adalah menyangkut proses pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pertumbuhan.
Teori pertumbuhan wilayah merupakan teori pertumbuhan ekonomi nasional yang
disesuaikan pada skala wilayah dengan anggapan dasar bahwa suatu wilayah
adalah mini nation (Tommy Firman, 1985), sehingga konsep-konsep wilayah
umumnya merujuk pada konsep-konsep pengembangan negara yang disesuaikan
dengan kondisi wilayah yang bersangkutan dengan pertumbuhan ekonomi sebagai
landasan. Perbedaan teori pertumbuhan ekonomi wilayah dengan teori
pertumbuhan ekonomi nasional terletak pada sifat keterbukaan dalam proses input
output barang dan jasa maupun orang. Dalam sistem wilayah keluar masuk orang
atau barang dan jasa relatif bersifat lebih terbuka, sedangkan pada skala nasional
bersifat lebih tertutup (closed region).
Proses terjadinya pertumbuhan wilayah dipengaruhi berbagai faktor baik yang
bersifat internal maupun yang bersifat eksternal. Belum adanya teori yang
menyeluruh menyebabkan pertumbuhan wilayah dapat dipandang dari berbagai
sudut. Profesor Kuznets (Jhinghan, 1990) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi
sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk
menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduk.
Berbagai permasalahan timbul dalam kaitan dengan pertumbuhan ekonomi
wilayah, dan terus mendorong perkembangan konsep-konsep pertumbuhan
ekonomi wilayah. Kesenjangan wilayah dan pemerataan pembangunan menjadi
permasalahan utama dalam pertumbuhan wilayah, bahkan beberapa ahli
berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi wilayah tidak akan bermanfaat dalam
pemecahan masalah kemiskinan.
Salah satu teori yang mengemukakan pentingnya pertumbuhan ekonomi adalah
teori basis ekspor. Teori ini berintikan bahwa pertumbuhan wilayah bergantung
pada permintaan yang datang dari luar wilayah tersebut. Dengan demikian
peningkatan atau penurunan ekonomi ditentukan oleh kinerja kegiatan ekspor,
yang berupa produksi barang dan jasa yang dijual ke luar wilayah. Pentingnya
teori ini terletak pada kenyataan bahwa ia memberikan kerangka teoritik bagi
banyak studi multiplier regional empiris. Asumsinya adalah bahwa ekspor adalah
satu-satunya unsur otonom dalam pengeluaran, pendapatan regional adalah
kelipatan dari ekspor jika hasrat merginal untuk membelanjakan secara lokal lebih
kecil daripada satunya (Harry Richardson, 1991). North dalam teori Export Base-
nya menyebutkan bahwa masuknya pertambahan penduduk dan modal yang
sangat besar dalam suatu wilayah dapat memberikan sumbangan besar dalam
pengembangan wilayah.
Teori Resource Base yang dikemukakan oleh Perloff dan Wingo merupakan
pendalaman dari teori Export Base, berpendapat bahwa investasi dan
perkembangan sektor ekspor di suatu wilayah memegang peranan penting dalam
pembangunan ekonomi karena selain menghasilkan pendapatan juga menciptakan
efek penggandaan pada keseluruhan perekonomian di wilayah tersebut. Teori
Perloff dang Wingo ini menekankan analisis dalam dua aspek pokok, yaitu :
a. Pentingnya peranan kekayaan alam suatu wilayah pada berbagai tingkat
pembangunan ekonomi
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya multiplier effect dari sektor ekspor
terhadap keseluruhan perekonomian wilayah.

Teori pertumbuhan wilayah dari Perroux (Jhingan, 1990) menyatakan bahwa tidak
dapat disangkal lagi pertumbuhan ekonomi terjadi tidak disemua tempat secara
merata pada waktu yang bersamaan. Teori tersebut yang melatar belakangi
Hirschman untuk mengemukakan teori pertumbuhan tidak berimbang dan
mekanisme penjalaran pertumbuhan dari suatu wilayah ke wilayah lain. Dalam
konsep tentang penjalaran pertumbuhan, Hirschman membagi dua wilayah yaitu
wilayah utara sebagai wilayah berkembang sedangkan wilayah selatan sebagai
wilayah terbelakang. Pertumbuhan ekonomi di utara memberikan pengaruh pada
selatan. Pengaruh yang menguntungkan disebut efek penetasan (trickling down
effect) yang berarti kemajuan sektor unggulan terhadap sektor yang tidak
diunggulkan sehingga kedua-duanya maju, sedangkan pengaruh yang tidak
menguntungkan disebut efek pengutuban atau polarization effect yaitu
pengambilan produk-produk unggulan dari sektor yang tidak diunggulkan
sehingga hanya sektor unggulan yang maju sedangkan sektor yang tidak
diunggulkan dirugikan (Hirschman, dalam Freidman dan Alonso, 1967).
Dalam upaya pengembangan wilayah di negara-negara berkembang ternyata
proses penjalaran tidak berjalan sebagaimana mestinya bahkan cenderung lambat.
Contohnya perkembangan ekonomi perdesaan di Kabupaten Karawang
berlangsung lebih lambat dari pada wilayah yang menjadi basis industri. Hal ini
disebabkan oleh berkembangnya jenis industri yang tidak saling substitusi atau
tidak menggunakan bahan baku lokal sendiri sebagai inputnya, sehingga wilayah-
wilayah industri kurang dapat memberikan pengaruh dalam pengembangan
ekonomi wilayah terbelakang (Saeful, 1997).
Agribisnis dan Agroindustri
Peran Agribisnis menurut Dr. Soekartowi (1994;63) adalah :
1. Mampu meningkatkan pendapatan petani.
2. Mampu meningkatkan penyerapan tenaga kerja.
3. Mampu meningkatkan ekspor.
4. Mampu meningkatkan tumbuhnya industri yang lain.
5. Mampu meningkatkan nilai tambah.
Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau
keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada
hubungannya dengan pertanian dalam arti luas (Dr. Soekartawi, 1991;2).
1. Aspek Produksi
Rendahnya produktivitas tanaman pangan per ha ini disebabkan karena sulitnya
petani mengadopsi teknologi baru. Penguasaan teknologi yang terbatas ini
sebagian besar disebabkan karena lemahnya permodalan dan terbatasnya
keterampilan berusahatani. Beberapa kebijaksanaan yang dapat ditempuh untuk
meningkatkan produktivitas antara lain adalah :
a. Meningkatkan penyuluhan pertanian dalam upaya mengaktifkan sapta usaha
tani.
b. Meningkatkan koordinasi antar-Dinas yang terkait dalam kegiatan penyuluhan
pertanian.
c. Meningkatkan pelaksanaan pencetakan sawah baru untuk menunjang
pengembangan daerah yang terisolir.
2. Aspek Pengolahan Hasil
Petani umumnya memproses sendiri hasil pertanian dan sebagian lagi dijual di
sekitar tempat tinggalnya. Lambannya pengembangan industri pengolahan ini
akan terus berlangsung bila tidak diikuti dengan upaya-upaya untuk memperluas
pasar.
3. Aspek Pemasaran
Mekanisme pasar yang belum sempurna cenderung petani menerima harga yang
ditetapkan oleh pihak lain dengan harga yang relatif rendah. Sehingga diperlukan
suatu lembaga yang membantu petani memasarkan hasil pertaniannya pada
tingkat harga yang memadai, misalnya KUD. Lemahnya pemasaran ini akan terus
berkelanjutan bila tidak diadakan upaya-upaya terobosan yang dilakukan dengan :
a. Pengembangan komoditi pertanian berdasarkan atas konsep keunggulan
komprehensif dan konsep perwilayahan komoditi. Misalnya di daerah itu
dikembangkan produksi hortikultura tertentu, dilakukan pengolahnnya dan
dilanjutkan dengan kegiatan ekspor.
b. Perbaikan fasilitas pemasaran.
c. Penyediaan fasilitas perbankan.

Pertimbangan pengembangan agribisnis di Indonesia (Dr. Soekartowi,1994;76)


adalah sebagai berikut :
1. Letak geografis Indonesia yang dekat dengan pasar dunia.
2. Tujuan ekspor mendukung.
3. Masih banyak sumber daya alam untuk kegiatan di sektor pertanian.
4. Semakin banyak nilai tambah dan kualitas produksi pertanian yang mampu
menerobos pasar dunia.
5. Masih besarnya tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian.
Menurut Dr. Soekartawi (2000,10-11) agroindustri dapat diartikan dua hal, yaitu
pertama, agroindustri adalah industri yang berbahan baku utama dari produk
pertanian. Arti yang kedua adalah bahwa agroindustri diartikan sebagai suatu
tahapan pembangunan sebagai kelanjutan dari pembangunan pertanian, tetapi
sebelum tahapan pembangunan tersebut mencapai tahapan pembangunan industri.
Ada empat proposisi utama dalam pembangunan agroindustri yang berkelanjutan,
yaitu :
1. Ketersediaan bahan baku
Bahwa ketersediaan bahan baku perusahaan agroindustri yang tersedia secara
tepat waktu, kuantitas dan kualitas serta tersedia secara berkelanjutan akan
menjamin penampilan perusahaan dalam waktu yang relatif lama, maka produk
pertanian yang dijadikan bahan baku tersebut perlu diusahakan melalui
pendekatan pembangunan pertanian yang berkelanjutan (di mana sumber daya
alam tersebut tidak boleh dieksploitasi).
2. Antisipasi terhadap perubahan preferensi konsumen
Bahwa perusahaan industri yang selalu menyesuaikan diri dengan perkembangan
dinamika pasar adalah akan berusia relatif panjang. Ini artinya bahwa produk
agroindustri, baik kuantitasnya maupun kualitasnya perlu disesuaikan dengan
berkembangnya permintaan (preferensi) konsumen yang berjalan begitu cepat
dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada proses produksi.
3. Memahami karakter pesaing
Bila perusahaan agroindustri memperhatikan dan memahami para pesaingnya,
maka perusahaan tersebut akan relatif lebih mudah melakukan penyesuaian-
penyesuaian, sehingga dengan demikian perusahaan tersebut dapat bersaing secara
kompetitif dengan para pesaing tersebut.
Dari berbagai literatur pemasaran, maka beberapa variabel yang perlu diketahui
dari para pesaing antara lain adalah :
a. Macam produk yang dihasilkan
b. Strategi penentuan harga
c. Volume produksi yang dihasilkan dan yang dijual
d. Pasar dan pangsa (share) yang dikuasai
e. Strategi product mix
f. Cara pemasarannya
g. Cara distribusi produk dan strategi promosinya
4. Kualitas Sumber Daya Manusia
Kemampuan perusahaan dalam mengantisipasi perubahan pasar, yaitu bahwa
kondisi internal perusahaan, khususnya kualitas menajerial sumber daya
manusianya, yang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan dinamika pasar
dan pesaing sehingga mampu pula menghasilkan produk yang didasarkan pada
keinginan dan kebutuhan konsumen adalah mendukung penampilan perusahaan
yang lebih kompetitif. Pengertian kompepetitif di sini adalah kemampuan untuk
mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar (market share) secara lebih
menguntungkan dan berkelanjutan. Dengan definisi seperti ini maka di dalam
keunggulan kompetitif tersebut sudah termasuk keunggulan komparatif yaitu
keunggulan yang hanya mendasarkan diri pada faktor harga yang relatif lebih
murah tetapi menjamin adanya perolehan peningkatan pangsa pasar.
Pembangunan Ekonomi Pertanian
Ilmu ekonomi pertanian merupakan cabang ilmu yang masih sangat muda. Kalau
ilmu ekonomi modern dianggap lahir dengan penerbitan buku Adam Smith yang
berjudul Wealth of Nations pada tahun 1776 di Inggris, maka ilmu ekonomi
pertanian baru dilahirkan pada awal abad ke-20 atau akhir abad ke-19 dengan
terjadinya depresi pertanian pada tahun 1890.
Ilmu ekonomi pertanian di Indonesia berkembang dari dua segi pandangan
(Mubyarto, 1989;2-3) adalah sebagai berikut :
1. Merupakan salah satu bagian atau cabang dari ilmu pertanian, yaitu bagian atau
aspek-aspek sosial ekonomi dari persoalan-persoalan yang dipelajari oleh ilmu
pertanian. Bagian ini berkembang menjadi dua bagian, terdiri dari :
(a) Ilmu ekonomi pertanian, dengan cabang-cabangnya tataniaga, ekonomi
produksi pertanian dan lain-lain.
(b) Ilmu sosiologi pedesaan.
2. Bagi para mahasiswa Fakultas Ekonomi, ilmu ekonomi pertanian tidak lain
daripada ilmu ekonomi, yaitu ilmu ekonomi yang diterapkan pada bidang
pertanian. Dengan dasar-dasar teori ekonomi mikro dan teori ekonomi makro, tata
buku, statistik dan lain-lain, maka para mahasiswa mempelajari penerapan segala
teori ekonomi dan perusahaan ini pada persoalan-persoalan pertanian, hubungan-
hubungan ekonominya satu sama lain dan implikasinya bagi perekonomian
nasional.
Berdasarkan perkembangan dan manfaat penerapannya, maka ilmu ekonomi
pertanian di Indonesia dikembangkan dengan mengambil manfaat dari kedua
aspek pandangan di atas. Ilmu ekonomi pertanian akan berkembang dan perlu
dikembangkan sebagai suatu cabang ilmu kemasyarakatan yang penting yang
akan merupakan suatu alat analisa ilmiah untuk membahas dan mendalami
berbagai persoalan yang timbul dalam bidang pertanian, pembangunan pertanian
dan pembangunan ekonomi di Indonesia pada umumnya.
Ilmu ekonomi pertanian termasuk dalam kelompok ilmu-ilmu kemasyarakatan
(social science), yaitu ilmu yang mempelajari perilaku dan upaya serta hubungan
antar manusia. Perilaku yang dipelajari bukanlah hanya mengenai perilaku
manusia secara sempit, misalnya perilaku petani dalam kehidupan pertaniannya,
tetapi mencakup persoalan ekonomi lainnya yang langsung maupun tidak
langsung berhubungan dengan produksi, pemasaran dan konsumsi petani atau
kelompok-kelompok petani.Jadi ilmu ekonomi pertanian dapat didefinisikan
sebagai bagian dari ilmu ekonomi umum yang mempelajari fenomena-fenomena
dan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan pertanian, baik mikro maupun
makro (Mubyarto, 1989;4).
Faktor-Faktor Produksi Pertanian
Pengertian produksi secara teknis (Ir. AG Kartasapoetra, 1987;17) adalah proses
pendayagunaan sumber-sumber yang telah tersedia, dengan mana diharapkan
terwujudnya hasil yang lebih dari segala pengorbanan yang telah diberikan
(pengertian sempit). Sedangkan secara ekonomi adalah proses pendayagunaan
segala sumber yang telah tersedia untuk mewujudkan hasil yang terjamin kualitas
dan kuantitasnya, terkelola dengan baik sehingga merupakan komoditi yang dapat
diperdagangkan.
Yang termasuk dalam faktor-faktor produksi pertanian adalah : tanah, tenaga
kerja, modal, pengelolaan (management) (Yovita Hetty Indriani, 1992;62).

1. Tanah Pertanian
Faktor yang tidak kalah pentingnya dalam pertanian adalah tanah. Tanah sebagai
modal dasar pembangunan memerlukan optimasi dalam pemanfaatannya dengan
melihat kesesuaian lahan antara aspek fisik dasar yang ada dengan kegiatan yang
dapat dikembangkan yaitu pertanian. Hal ini dikarenakan lahan merupakan salah
satu syarat untuk dapat berlangsungnya proses produksi di bidang pertanian.
Definisi tanah yang sederhana yaitu sebagai suatu benda tempat tumbuhnya
tanaman. Sedangkan pengertian tanah yang lebih luas adalah suatu benda alami
yang terdapat di permukaan kulit bumi, yang tersusun dari bahan-bahan mineral
sebagai hasil pelapukan batuan dan bahan organik sebagai hasil pelapukan
tumbuhan dan hewan, yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan
sifat-sifat tertentu yang terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor iklim, bahan
induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu pembentukan (Dr. Ir. E.
Saifuddin Sarief, 1985; 6-7).
Tanah adalah alat atau faktor produksi yang dapat menghasilkan berbagai produk
pertanian. Peranan tanah sebagai alat produksi pertanian adalah sebagai berikut :
1. Tanah sebagai tempat berdirinya tanaman.
2. Tanah sebagai gudang tempat unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman.
3. Tanah sebagai tempat persediaan air bagi tanaman.
4. Tanah dengan tata udara yang baik merupakan lingkungan yang baik bagi
pertumbuhan tanaman.

2. Tenaga Kerja Sektor Pertanian


Yang termasuk dalam tenaga kerja sektor pertanian adalah tenaga kerja manusia,
tenaga kerja ternak dan tenaga kerja manusia (Fadholi Hernanto, 1989;64).
Tenaga kerja manusia tediri tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak. Tenaga kerja
hewan digunakan untuk pengolahan tanah dan angkutan. Sedangkan tenaga kerja
mekanik digunakan untuk pengolahan tanah, pemupukan, pengobatan, penanaman
serta panen. Tenaga kerja mekanik bersifat substitusi sebagai pengganti tenaga
kerja manusia atau tenaga kerja ternak. Banyak dari penduduk Indonesia
merupakan tenaga kerja pada sektor pertanian. Oleh karena itu petani sebagai
sumber daya manusia, memegang peranan inti di dalam pembangunan pertanian.
Peranan petani adalah memelihara tanaman dan hewan guna mendapatkan hasil-
hasilnya yang bermanfaat serta mempelajari dan menerapkan metode baru yang
diperlukan agar usaha taninya lebih produktif (A.T. Mosher, 1968;34).
Dalam usaha tani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri
yang terdiri atas ayah sebagai kepala keluarga, isteri dan anak-anak petani. Anak-
anak berumur 12 tahun misalnya sudah dapat merupakan tenaga kerja yang
produktif bagi usaha tani. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani ini
merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan
tidak pernah dinilai dalam uang. Memang usaha tani dapat membayar tenaga kerja
tambahan misalnya dalam tahap penggarapan tanah baik dalam bentuk pekerjaan
ternak maupun tenaga kerja langsung.
Sedangkan tenaga kerja usaha tani di luar keluarganya diperoleh dengan cara
(Fadholi Hernanto, 1989;65) sebagai berikut :
1. Upahan
Cara ini bervariasi setiap tempatnya, upah umumnya tidak rasional hal ini
disebabkan daya mampu tidak diukur secara jelas, tetapi dihitung sama untuk
setiap tenaga kerja. Upah pria berbeda dengan wanita maupun anak-anak. Begitu
juga berbeda upah untuk satu dan lain pekerjaan. Untuk tenaga ternak dan
operatornya berdasarkan hari kerja untuk satu tahapan pekerjaan. Untuk upah
tenaga mekanik hampi sama dengan tenaga ternak. Pembayaran upah tersebut
dapat harian atau mingguan sesuai dengan hasil kerjanya bahkan borongan.
2. Sambatan
Sistem tolong-menolong antar petani tanpa dasar pertimbangan ekonomi.
3. Ansun tenaga kerja
Peserta arisan akan mengembalikan dalam bentuk tenaga kerja pada anggota lain.
Petani sebagai petani pemilik, petani penggarap dan petani buruh. Pada umumnya
petani pemilik sebagai majikan yang tanahnya digarap oleh orang lain (petai
penggarap), sehingga ia berperan sebagai pengelola dalam usaha taninya.
Sedangkan petani buruh mempunyai keterampilan bercocok tanam sebagai juru
tani adalah keterampilan tangan, otot dan mata. Salah satu faktor yang menjadi
lingkaran setan adalah faktor kemiskinan. Dari data yang dikumpulkan jelas
bahwa mereka yang mempunyai pendidikan rendah adalah golongan buruh tani
yang tidak bertanah. Demikian pula daerah yang tingkat kemiskinannya tinggi,
maka tingkat pendidikan masyarakat daerah itu sangat rendah.
Dalam hubungan kerja antara majikan atau penggarap dengan buruh, ditentukan
sistem upah yang akan dipakai, besar dan bentuk upah, jam kerja per hari kerja,
satuan kegiatan, upah per hari kerja dan upah per satuan kegiatan. Kesepakatan
bersama antara majikan dan buruh tani cukup dilakukan secara lisan saja.
Menurut cara pembayarannya kepada buruh tani, di desa-desa penelitian di Jawa
dan Sulawesi Selatan ada dua macam upah, yaitu upah borongan dan upah harian.
Pembayaran upah borongan didasarkan pada satuan hasil kerja. Sedangkan
pembayaran upah harian didasarkan pada jumlah hari buruh tani bekerja. Tingkat
upah di pedesaan diduga dipengaruhi oleh kebutuhan dasar minimum (subsistence
needs) atau oleh mekanisme pasar tenaga kerja (Squire,1981).
Di negara-negara yang sudah maju, kemajuan pertanian diukur dengan tingginya
produktivitas tenaga kerja dan semua usaha diarahkan untuk meningkatkan
produktivitas itu. Sedangkan di Indonesia, prinsip yang demikian tidak selalu
cocok dengan keperluan. Kalau di negara-negara maju tersebut faktor tenaga kerja
sangat terbatas, di Indonesia banyak penduduk sebagai tenaga kerja pada sektor
pertanian. Dalam mengatasi terbatasnya tenaga kerja, di negara-negara maju
ditemukan mesin-mesin “penghemat tenaga kerja” untuk meningkatkan
produktivitas tenaga kerja dan produktivitas pertanian pada umumnya. Intensitas
penyerapan tenaga kerja berhubungan positif dengan produktivitas tanah
pertanian. Di samping itu, untuk periode satu tahun penyerapan tenaga kerja
pertanian dipengaruhi oleh pola dan intensitas tanam.
Masalah ketenagakerjaan pedesaan di Indonesia sering menemui kesulitan karena
kerumitannya. Pekerja di pedesaan pada umumnya melakukan jenis pekerjaan
lebih dari satu sehingga tidak dapat dipisahkan secara tegas. Sebagai contoh,
seorang yang bekerja sebagai petani juga bekerja sebagai tukang, kuli dan
pedagang. Sering sekali dua pekerjaan dikerjakan pada saat yang hampir
bersamaan, misalnya pedagang barang kebutuhan sehari-hari, sambil menunggu
pembeli mereka melakukan pekerjaan menjahit atau pekerjaan lainnya.
Sebagai langkah pertama dalam menelusuri keterlibatan seseorang dalam suatu
pekerjaan, secara bertahap dibuat pembedaan antara sektor pertanian, sektor non
pertanian, dan campuran antara sektor pertanian dan non pertanian. Dengan
melihat proporsi tersebut dicoba untuk melihat besarnya keterlibatan tenaga kerja
pada masing-masing sektor.

4. Modal
Modal merupakan unsur pokok usaha tani yang sangat penting. Dalam pengertian
ekonomi, modal adalah barang atau uang yang bersama-sama dengan faktor
produksi lain dan tenaga kerja serta pengelolaan menghasilkan barang-barang
baru, yaitu produksi pertanian. Pada usaha tani yang dimaksud dengan modal
(Fadholi Hernanto, 1989;80) adalah :
a. Tanah
b. Bangunan-bangunan (gudang, kandang, lantai jemur, pabrik, dll)
c. Alat-alat pertanian (traktor, luku, garu, sprayer, cangkul, parang, dll)
d. Tanaman, ternak dan ikan di kolam
e. Bahan-bahan pertanian (pupuk, bibit dan obat-obatan)
f. Piutang di Bank
g. Uang tunai
Sedangkan menurut sifatnya modal dibedakan menjadi dua, yaitu :
1) Modal tetap artinya modal yang tidak habis pada satu periode produksi, seperti
tanah bangunan.
2) Modal bergerak meliputi alat-alat, bahan, uang tunai, piutang di bank, tanaman,
ternak dan ikan. Jenis modal ini habis atau dianggap habis dalam satu periode
proses produksi.
Besarnya modal bergerak, biasanya dapat digunakan sebagai petunjuk majunya
tingkat usaha tani. Modal dapat mengahasilkan barang baru, dengan demikian
akan mendorong minta tumbuhnya pembentukan modal. Pembentukan modal ini
menjadi keharusan untuk ditumbuhkan di kalangan petani. Sumber pembentukan
modal antara lain :
a. Milik sendiri
b. Pinjaman atau kredit, baik berasal dari bank maupun dari pelepas uang
c. Hadiah warisan
d. Dari usaha lain
e. Kontrak sewa
Dalam hal kredit petani umumnya lebih banyak lari kepada pelepas uang, hal ini
disebabkan (Sujono Irian, 1978) :
a. Dapat diambil sewaktu-waktu
b. Prosedur setahun
c. Jamuan formal biasanya tidak diperlukan
d. Kepastian bagian berperan penting
e. Kelestarian hubungan usaha
f. Sering dikaitkan dengan jaminan pemasaran hasil
Untuk membantu pembentukan modal, pemerintah dan swasta telah cukup banyak
membuka kesempatan melalui berbagai kegiatan perbankan dalam bentuk kredit.
Dengan surat bukti pemilikan tanah petani dapat berurusan dengan bank untuk
mendapat kredit, namun masih langka. Bank yang banyak membantu petani
adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Bumi Daya. Macam kredit yang
diberikan dan direalisir oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) antara lain :
1) Kredit Investasi Besar
2) Kredit Investasi Kecil
3) Kredit Bantuan Proyek

5. Pengelolaan (Management)
Pengelolaan usaha tani adalah kemampuan petani menentukan, mengorganisir dan
mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasainya sebaik-baiknya dan
mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. Ukuran
dari keberhasilan pengelolaan itu adalah produktivitas dari setiap sektor maupun
produktivitas dari usahanya. Dengan demikian pengenalan secara utuh faktor yang
dimiliki dan faktor-faktor yang dapat dikuasai akan sangat menentukan
keberhasilan pengelolaan.
Usaha tani di Indonesia umumnya dikelola oleh petani sendiri. Ia sebagai
pengelola, ia sebagai tenaga kerja dan dia pula sebagai salah satu dari konsumen
produksi usahataninya. Manusia petani, demikian citra yang ada, terbatas
pendidikan dan pengalamannya, lemah dalam posisi bersaing, lemah dalam
penguasaan faktor produksi, terutam lemah dalam modal dan pengelolaan itu
sendiri. Dalam hal prasaana dan sarana untuk pengelolaan, rumahnya sebagai
kantornya, faktor produksi yang dimilikinya adalah sarana terbesar yang dimiliki.
Posisi lingkungan, status sosial dan kepercayaan lingkungan adalah sarana
pendukung yang cukup menentukan. Dalam situasi demikian petani mulai
melangkahkan kaki menjadi pengelola faktor-faktor produksi usaha taninya.
Ekonomi Produksi Pertanian
Ekonomi produksi pertanian adalah suatu aplikasi bidang ilmu yang dalam mana
keputusan yang telah diambil dengan berdasarkan prinsip-prinsip pilihan
diterapkan pada modal (tanah dan investasi), tenaga kerja dan manajemen
produksi atau industri pertanian jika produk-produk pertanian ini mendapat
pengolahan lanjutan guna mewujudkan komoditi yang lebih tinggi kualitasnya (Ir.
AG Kartasapoetra, 1987; 7).
Tujuan ekonomi produksi pertanian (Ir. AG Kartasapoetra, 1987;11) terdiri dari:
a. Ekonomi produksi pertanian menentukan persyaratan-persyaratan bagi
pendayagunaan tanah, tanaman, modal kerja dan manajemen dalam pelaksanaan
usaha tani secara optimal.
b. Ekonomi produksi pertanian menentukan syarat-syarat agar penggunaan
sumber yang tersedia tidak mubadzir atau berada dalam penyimpangan-
penyimpangan.
c. Ekonomi produksi pertanian menganalisa kemampuan-kemampuan pola
produksi dalam penggunaannya dengan sumber-sumber yang tersedia daripadanya
ditunjukkan pola-pola yang baik yang dapat mencapai optimum.
d. Ekonomi produksi pertanian mengemukakan secara gamblang tentang metode
dan sarana pendukung yang sebaiknya digunakan sehingga dapat mencapai
optimum.
Pemasaran Hasil Pertanian
Menurut Kotler (1980) ada lima faktor yang menyebabkan mengapa pemasaran
itu penting, yakni :
1. Jumlah produk yang dijual menurun
2. Pertumbuhan penampilan perusahaan juga menurun
3. Terjadinya perubahan yang diinginkagn konsumen
4. Kompetisi yang semakin tajam
5. Terlalu besarnya pengeluaran untuk penjualan
Namun untuk komoditi pertanian, pemasaran terjadi bukan saja ditentukan oleh
lima aspek seperti yang dikemukakan oleh Kotler tersebut, tetapi oleh aspek yang
lain (Dr Soekartawi, 1991;120) yaitu :
1. Kebutuhan yang mendesak
2. Tingkat komersialisasi produsen (petani)
3. Keadaan harga yang menguntungkan, dan
4. Karena peraturan
Menurut W David Downey & Steven P Erickson (1992;278), pemasaran secara
umum adalah suatu proses yang mengakibatkan aliran produk melalui sistem dari
produsen ke konsumen. Sedangkan pemasaran secara khusus adalah telaah
terhadap produk secara fisis dan ekonomik dari produsen melalui pedagang
perantara ke konsumen.
Terdapat tiga tipe fungsi pemasaran (W David Downey & Steven Perickson,
1992;282) yang terdiri dari :
1. Fungsi pertukaran (exchange function) dimana produk harus dijual dan dibeli
sekurang-kurangnya sekali selama proses pemasaran.
2. Fungsi fisis tertentu harus dilaksanakan, seperti pengangkutan, penggudangan
dan pemprosesan produk.
3. Berbagai fungsi penyediaan sarana harus dilakukan dalam proses pemasaran.
Bagaimanapun sekurang-kurangnya harus ada informasi pasar yang tersedia;
seseorang harus menerima resiko kerugian yang mungkin terjadi; seringkali
produk harus distandarisasi atau dikelompokkan menurut mutunya untuk
mempermudah penjualan produk tersebut; dan akhirnya seseorang harus memiliki
produk yang bersangkutan dan menyediakan pembiayaan selama proses
pemasaran berlangsung.
Salah satu kesalahpahaman yang sering dilakukan terhadap pemasaran dalam
perusahaan agribisnis adalah pembatasannya pada fungsi penjualannya saja
padahal pada kenyataannya pemasaran di dalam suatu perusahaan meliputi
berbagai aspek keputusan dan kegiatan yang ditujukan untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginan pelanggan guna menghasilkan laba. Proses pemasaran
yang sesungguhnya mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, mengembangkan
produk dan jasa untuk memenuhi kebutuhan ini, menetapkan program promosi
dan kebijaksanaan harga, serta menetapkan sistem distribusi untuk menyampaikan
barang dan jasa kepada pelanggan.
Penetapan harga berdasarkan daya serap pasar merupakan metode lain untuk
menentukan harga produk dan jasa sangat unik. Berbagai harga dicoba ditawarkan
untuk menentukan serta membebankan harga maksimal yang dapat disanggupi
oleh para pelanggan. Metode ini seringkali digunakan dalam menetapkan harga
jasa yang sangat terspesialisasi dan bervariasi pada setiap pekerjaan, dimana
setiap pekerjaan dirundingkan secara terpisah dan komunikasi antar pelanggan
tidak demikian lancar.
Sistem ini akan sangat berhasil jika manfaat produk atau jasa tersebut jauh diatas
harganya, sehingga harga tidak merupakan faktor pertimbangan yang penting.
Jasa teknis perorangan yang diberikan kepada pengusaha tani dan agribisnis
termasuk ke dalam kategori ini.
Keputusan mengenai distribusi pasar berkaitan dengan pemilik dan pengendali
produk dalam proses pemindahannya kepada pelanggan. Hal ini mempunyai
implikasi penting terhadap cara pelaksanaan fungsi pemasaran. Saluran pasar
yang dipilih sangat erat kaitannya dengan masalah distribusi fisis. Tetapi
permasalahan sehubungan dengan pemilik produk pelaksana berbagai fungsi pasar
guna memindahkan produk tersebut dari pabrik kepada pelanggan jauh lebih luas.
Pengelolaan program pemasaran dalam agribisnis dapat merupakan tugas yang
rumit khususnya pada perusahaan besar yang menangani banyak produk. Hampir
semua agribisnis menghadapi permintaan yang sangat musiman, yang mungkin
akan menyebkan ketersendatan dalam melayani pelanggan. Pola cuaca yang tidak
dapat diramalkan makin memperumit perencanaan pemasaran dan harga komoditi
pertanian yang berfluktuasi sering mengakibatkan permintaan atas bekalan dan
jasa usaha tani ikut berfluktuasi. Karena kerumitan tersebut maka program
pemasaran agribisnis perlu direncanakan secara hati-hati.
Prakiraan penjualan merupakan alat pemasaran yang sangat berguna khususnya
dalam agribisnis karena ketidakstabilan pasar pertanian. Hal tersebut biasanya
dimulai dengan prakiraan keadaan umum perekonomian dan berkembang makin
spesifik pada saat prakiraan masih diarahkan pada penjualan masing-masing
produk atau jasa.
Prospek pasar dapat dideteksi dengan mengetahui keadaan pasar. Pasar itu sendiri
berarti sekumpulan pembeli yang potensial atau pembeli yang sesungguhnya.
Pasar terdiri dari :
a. Pasar konsumen (dari petani ke ibu rumah tangga)
b. Pasar industri
c. Pasar penjualan kembali (misalnya pasar swalayan dan pasar induk)
d. Pasar pemerintah (yang dikendalikan oleh pemerintah)
e. Pasar Internasional

Besarnya kebutuhan konsumen terhadap barang tidak sama. Selain itu, waktu,
bentuk dan harganyapun berlainan. Perbedaan tersebut disebabkan oleh tingkat
sosial, fisiologis dan psikologis tiap konsumen yang berbeda (Yovita Hety
Indriani,1992;55).
Menurut Direktorat Jendral Pertanian Tanaman Pangan Direktorat Bina Usaha
Pertanian Tanaman Pangan, terdapat pelayanan informasi pasar yaitu usaha
kegiatan yang mengumumkan harga-harga sayur-mayur setiap hari di mana
sasaran utamanya adalah para petani. Tingkat harga produsen adalah harga
penjualan petani kepada pedagang borongan di daerah produksi dimana harga
borongan adalah harga penjualan pedagang besar di daerah konsumsi (bukan
tingkat harga eceran).
Pendapatan Sektor Pertanian
Sejauh petani memproduksi untuk dijual, maka perangsang baginya untuk
menaikkan produksi tergantung kepada perbandingan harga yang akan
diterimanya untuk hasil-hasil usaha taninya dan biaya untuk memproduksikannya.
Ia harus benar-benar memperhitungkan pengeluaran dan penerimaan. Ia harus
menjual hasil panennya di pasar dengan harga yang lebih tinggi daripada biaya
produksi usaha taninya, sehingga pendapatan bersih usaha tani dapat
meningkatkan taraf hidup keluarganya.
Nilai tukar pertanian adalah perbandingan antara indeks harga yang diterima oleh
petani dibagi dengan indeks yang dibayar oleh petani dikalikan dengan 100
(Indikator Pertanian, 1998;xxii). Dugaan bahwa besarnya surplus pendapatan dari
sektor pertanian mempunyai pengaruh terhadap distribusi pendapatan tidak selalu
benar. Hal ini berarti keberhasilan dalam produksi pertanian ternyata tidak selalu
diikuti dengan peningkatan pendapatan atau kesejahteraan petani. Indikator lain
yang menunjukkan hal yang sama adalah perbandingan kenaikan upah buruh
dalam pertanian tanaman pangan.
Karena pada desa-desa dengan kesempatan kerja di luar sektor pertanian sangat
terbatas, distribusi pemilikan tanah berpengaruh terhadap pendapatan dari luar
sektor pertanian terbuka, distribusi pemilikan tanah tidak berpengaruh terhadap
pendapatan dari luar sektor pertanian.
Pengaruh harga hasil usaha tani dan harga input terhadap kuatnya daya dorong
petani untuk menaikkan produksi (A.T Mosher, 1965;131-132) dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Petani hanya akan menaikkan komoditi tertentu yang akan dijualnya, apabila
harga komoditi itu cukup menarik baginya.
2. Petani akan memberikan respons terhadap perubahan harga relatif dari
tanaman-tanaman yang sedang diusahakan dengan jalan menaikkan produksi
tanaman yang harganya di pasar lebih tinggi, kecuali hal tersebut akan
membahayakan persediaan makanan keluarganya sendiri.
3. Petani akan memberikan respons terhadap kenaikan harga hasil tanaman
tertentu dengan menggunakan teknologi yang lebih maju untuk menaikkan
produksi tanaman tersebut, jika (1) barang-barang input yang disediakan tersedia
secara lokal, (2) mengetahui bagaimana menggunakan input secara selektif, (3)
jika harga input tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan harga yang diharapkan
dari hasilnya.
4. Meningkatkan efisiensi tata niaga untuk menurunkan biaya berbagai mata
rantai tataniaga seperti pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan hasil-hasil
usata tani, dapat menaikkan harga setempat yang sampai ke tangan petani atau
menurunkan harga bagi konsumen terakhir atau kedua-duanya.
Distribusi pendapatan petani adalah biaya hidup petani yang diperoleh dari
berbagai sumber (Fadholi Hernanto, 1989;222) antara lain :
1. Dari sumber usaha tani itu sendiri.
2. Dari sumber usaha tani lain di bidang pertanian seperti halnya upah tenaga
kerja pada usaha tani lain.
3. Pendapatan dari luar usaha tani dimana alokasinya digunakan untuk :
Kegiatan produktif antara lain untuk membiayai kegiatan usaha taninya.
Kegiatan konsumtif antara lain untuk pangan, papan, kesehatan, pendidikan,
rekreasi dan pajak-pajak.
Pemeliharaan investasi.
Investasi dan tabungan.

Menurut Mosher yang menjadi tujuan utama dalam pembangunan perdesaan


bukanlah pertumbuhan pertanian, tetapi peningkatan kualitas hidup para petani,
yang sebagian bergantung kepada pendapatan keluarga dan sebagian lagi
tergantung pada hal-hal lain. Selanjutnya Friedman mengemukakan bahwa
maksud pembangunan desa adalah:
Mengusahakan kemungkinan bertahan hidupnya secara ekonomi dan politik suatu
masyarakat desa berdasarkan prinsip berdikari.
Mengingkatkan kesempatan kerja yang produktif dalam bidang ekstraktif dan
pengelolaan di wilayah perdesaan, terutama bagi pemuda dan wanita.
Meningkatkan dan memperbaiki kualitas lingkungan alam di perdesaan
Mengusahakan penyediaan bahan pokok yang sesuai bagi penduduk sebagai suatu
prioritas penting
Mengusahakan tercapainya keseimbangan perkembangan desa dan kota

Pada hakekatnya pembangunan perdesaan mengikuti prinsip “Community


Development” yang diprakarsai oleh PBB. “Community Development” terdiri
atas dua unsur, yaitu : pembinaan prakarsa penduduk untuk meningkatkan taraf
hidup mereka sendiri, dan bantuan pemerintah untuk lebih merangsang prakarsa
tersebut.Pembangunan desa merupakan suatu metoda untuk menyelenggarakan
usaha-usaha yang hasilnya dapat dinikmati oleh penduduk secara langsung,
merata dan meningkat, yang di dalam prosesnya masyarakat berkedudukan
sebagai pelaku (subyek) pembangunan dan pemerintah memberikan pengarahan,
koordinasi, pengendalian, pengusahaan dan penggairahan.
David Richardo (dalam Thoman SR, 1968) mengemukakan doktrin keuntungan
komparatif bahwa satu kawasan cenderung menspesialisasikan diri memproduksi
barang, dimana ia mempunyai keuntungan komparatif yaitu barang, dimana
keuntungan absolutnya paling besar. Dua syarat untuk mendapatkan keuntungan
komparatif adalah :
Barang yang dispesialisasikan dapat ditransfer (eksport) antar wilayah.
Adanya surplus output untuk dieksport dan demand barang dagang tersebut di
daerah lain.

Dengan adanya interaksi (import dan eksport), tiap wilayah akan saling mengisi
dan spesialisasi akan menimbulkan dominasi kegiatan ekonomi. Dikaji dari
pertumbuhan, Internal Combution theory (Tweeten L, 1976 – Shafer, 1989)
menyebutkan bahwa pertumbuhan dalam satu komunitas/desa disebabkan oleh
apa yang ada dan terjadi di dalamnya. Jadi apa yang terjadi dalam satu wilayah
dapat dilihat dari potensi strategis yang bisa dikembangkan untuk memicu
pertumbuhan dan bagaimana peran pemerintah dalam memelihara dan melengkapi
infrastruktur atau pelayanan masyarakat. Pada umumnya investasi di bidang
pelayanan umum (sekolah, jalan, perumahan, drainase, air bersih) membutuhkan
biaya tinggi. Jarang swasta yang mau menanam modal di sektor ini. Maka untuk
menunjang pusat pertumbuhan pemerintah perlu ikut serta.

Beberapa Bibliografi (Heilburn, 1987; Tweeten, 1976; Shaffer, 1989)


menyebutkan bahwa tiga faktor yaitu : lokasi, sumber alam dan manusia sangat
berperan saling mempengaruhi potensi suatu aktifitas ekonomi untuk menjadi satu
sektor strategis. Dalam teori lokasi (industri), disebutkan bahwa industri akan
ditempatkan di lokasi dimana ia memperoleh keuntungan terbesar dari investasi
yang dilakukan (Tweeten, 1976). Industri minyak kelapa sawit cenderung
memilih dekat dengan bahan mentah (kebun) karena menjamin suplai dan
menurunkan biaya produksi dan dengan biaya produksi yang rendah, mata
dagangan ini akan kompetitif di pasar. Satu contoh lain adalah daerah yang
memiliki keunikan budaya dan terletak di jalur lalu lintas turis akan bisa
berkembang menjadi pusat kunjungan turis dan kunjungan turis ini berarti
pemasukan/income bagi daerah itu dan selanjutnya menimbulkan jenis usaha lain.
Di contoh pertama, agro-industri merupakan sektor strategis daerah/desa
perkebunan sedangkan budaya lokal merupakan sektor strategis bagi contoh
kedua.

Dalam teori sumber daya alam untuk pengembangan ekonomi perdesaan


(Tweeten, 1976) disebut kunci pengembangan ekonomi perdesaan adalah
pemanfaatan sumber daya alam dalam jumlah dan kualitas yang cukup. Sebagai
contoh industri gerabah hanya memanfaatkan tanah (yang kualitasnya sesuai)
yang diolah oleh penduduk dengan cara sederhana. Tetapi karena hasil industri ini
cukup memberikan income yang lumayan bagi penduduk lokal, ia bisa menjadi
satu sektor ekonomi yang bisa menjadi sektor strategis.
Manusia yang berkeahlian merupakan faktor pemicu penting pertumbuhan
ekonomi. Ekonomi perdesaan tidak akan berkembang tanpa ditunjang sumber
daya manusia yang terampil. Kerajinan perak di Yogyakarta sebagai contoh
menjadi satu industri rumah tangga yang punya pasar luas, bahkan untuk
dieksport, karena produk berkualitas tinggi itu dihasilkan oleh tenaga terampil,
padahal bahan mentah (perak) tidak dihasilkan di Yogyakarta.
Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa suatu potensi ekonomi akan menjadi
sektor untuk pertumbuhan ekonomi perdesaan apabila sektor tersebut didukung
oleh potensi alam, manusia dan lokasi yang tepat.

Manfaat teori pusat pertumbuhan sebagai instrumen kebijaksanaan dalam


pengembangan wilayah sudah lama disadari, dan banyak negara yang sudah
menerapkan konsep pusat pertumbuhan dalam pengembangan daerahnya.
Beberapa sebab mengapa konsep pusat pertumbuhan ini menarik sebagai sarana
kebijaksanaan adalah :
Konsep ini merupakan satu cara yang sangat efisien untuk menimbulkan
perkembangan, karena berbagai keuntungan aglomerasi yang ditimbulkannya.
Pemusatan investasi pada titik-titik pertumbuhan tertentu adalah lebih murah
daripada pemberian bantuan besar-besaran kepada wilayah yang luas.
Spread effect yang ditimbulkan oleh pusat-pusat pertumbuhan akan membantu
persoalan-persoalan yang dialami oleh daerah-daerah yang belum berkembang.
4. Dalam lingkup perdesaan pengertian Pusat Pertumbuhan dapat didefinisikan
sebagai suatu kawasan atau desa-desa didalam suatu wilayah (kecamatan) yang
mempunyai peranan sebagai Pusat
5. Pertumbuhan (fungsi sentral) bagi desa-desa di sekitarnya, baik yang terletak di
dalam satu kecamatan maupun wilayah kecamatan lain yang merupakan satu
kesatuan wilayah pengembangan kawasan, serta peranannya dalam hal
pemerintahan, pembangunan, pendidikan dan lain-lain.
Lembaga sosial ekonomi secara umum diartikan sebagai pola-pola perikelakuan
yang diwujudkan melalui aktivitas-aktivitas sosial dan hasil-hasilnya (Gillin and
Gillin dalam Soekanto, 1990). Wujud dari suatu lembaga sosial adalah berupa
norma dan wadah atau assosiasi yang berkaitan dengan masalah sosial dan
ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai