Anda di halaman 1dari 2

Hal ini disebabkan karena Rendahnya tingkat literasi di Indonesia juga dalam penggunaan

teknologi yang kurang bijaksana. Masyarakat Indonesia banyak yang terlena akan kecanggihan
teknologi masa kini. Padahal sebenarnya kegiatan membaca juga bisa dilaksanakan
melalui gadget dengan adanya teknologi e-book. Dapat dilihat bahwa masyarakat cenderung
untuk menikmati hal lain seperti game, sosial media, musik, atau fotografi dibanding dengan
membaca. Namun lain halnya yang terjadi di daerah terpencil. Minimnya akses terhadap buku
masih menjadi polemik. Tidak adanya akses perpustakaan yang memadahi pun jadi masalahnya.
Selain itu peran keluarga juga sangan penting dalam menangani kasus ini, karena Keluarga
merupakan lembaga sosial pertama yang diperoleh seorang anak ketika ia dilahirkan ke dunia
atau keluarga merupakan lembaga sosial pertama yang terbentuk sejak adanya terjadinya suatu
pernikahan. Didalam suatu keluarga lah seorang anak melakukan interaksi sosial sekaligus
merasakan hidup dalam suatu kelompok untuk pertama kalinya. Di dalam suatu keluarga terjadi
interaksi antara seorang ayah dengan anaknya, seorang ibu dengan anaknya, interaksi antara ayah
dan ibu ataupun interaksi antara kakak dan adik. Di dalam keluarga ini pula mulai dijalankan
beberapa fungsi seperti fungsi ekonomi, fungsi sosialisasi, fungsi edukasi, fungsi proteksi, fungsi
reproduksi, fungsi pengawasan sosial, serta fungsi pemberian status.
Karena itu keluarga memiliki peran penting dalam pertumbuhan anak yang merupakan sarana
pembelajaran primer bagi anak. Orang tua memiliki peran utama dalam pembentukan
kepribadian dan perilaku anak. Komunikasi dan interaksi orang tua dengan anak menjadi paling
krusial.
Kepada siapa anak belajar jika tidak dari lingkungan terdekat, yakni keluarga terutama orang tua.
Dari orang tua lah anak mendapatkan contoh utama dalam berperilaku. Seperti kata peribahasa,
‘buah jatuh tidak jauh dari pohonnya’. Jika orang tua memberikan contoh berperilaku yang
sopan, hangat, dan perilaku baik lainnya, maka kemungkinan besar anak pun akan memiliki
perilaku yang sama.
Untuk itu, sangat diperlukan pendidikan karakter di dalam maupun luar sekolah terutama di
keluarga. Pendidikan karakter dapat dimulai perlahan-lahan bahkan dalam wajib belajar 12
tahun. Berhubung membahas sekolah, anak zaman sekarang sering menyebut “nilai lebih
dihargai daripada proses”. Pernyataan itu seakan menyebutkan bahwa hasil akhir adalah segala-
galanya. Padahal bila tidak mendalami prosesnya, bila tidak mendapat ilmunya, itu akan sia-sia
saja untuk ke depannya dan hanya menimbulkan niat untuk menyontek. Hal itu bisa menjadi
salah satu penyebab gagalnya pendidikan berkarakter dari dalam diri sendiri.
Terkait dalam hal ini, di era sekarang banyak anak menjadi pelaku dan harus berhadapan dengan
hukum, berbagai faktor berkontribusi terhadap terjadinya hal tersebut. Diantaranya media social
dan pergaulan yang terlalu bebas. Sedangkan Media sosial itu mengarah ke pencabulan dan
pemerkosaan, kemudian kurangnya dasar agama dan tontontan pornografi tersebut.
Sementara itu, jenis perbuatan melanggar hukum yang banyak dilakukan anak-anak lainnya
adalah mencuri, kekerasan fisik, penganiayaan, tawuran, hingga berkembang menjadi
pembacokan. Dengan beragamnya faktor yang menyebabkan anak melakukan kejahatan
beragam, penanganan atau cara mengatasinya juga harus dilakukan bersama-sama. Lingkungan
masyarakat tempat si anak tumbuh dan berkembang juga perlu berkontribusi mengatasi dan
mencegah anak-anak terjerumus dalam perbuatan melanggar hukum.
Dan semoga dengan adanya program patriot desa ini bias memberikan kontribusi dibidang
pendidikan kepada masyarakat selain dalam bidang ekonomi, karena perekonomian yang stabil
akan tercipta juga dari karakter yang baik.

Anda mungkin juga menyukai