Anda di halaman 1dari 16

TELAAH KRITIS JURNAL

Clinical study of acupuncture treatment on


motor aphasia after stroke

Qian Wu, Xiaoqing Hu, XiuyunWen, Fuming Li, and Wenbin Fu

Pembimbing:

Eko Wahono, dr., Sp. S(K), MSc, PhD

Peserta Pendidikan Dokter Spesialis I

FAKULTAS KEDOKTERAN UNAIR


RSUD Dr. SOETOMO

2019
Peserta Pendidikan Dokter Spesialis I

NO NAMA NIM PROGRAM STUDI


1. Dwiki Novendrianto 011828026304 Ilmu Penyakit Dalam

2. Mike Christanti 011828026310 Ilmu Penyakit Dalam

3. Alifatul Maslachah 011828026317 Ilmu Penyakit Dalam

4. Rianda Azarina 011828116301 Ilmu Kesehatan Anak

5. M. Ali Syahrun Mubarok 011828116307 Ilmu Kesehatan Anak

6. Irma Irawati Soelistiyo Adaptasi Ilmu Kesehatan Anak

7. Dendy Dwi Kurniaputra 011828086306 Obstetri & Gynekologi

8. Santi 011828076306 Bedah Umum

9. M. Husni Thamrin 011828056304 THT-KL

10. Andityo Sidohutomo 011828016303 Ilmu Kesehatan Mata

11. Frizka Eliza 011828046301 Dermatology & Venereology

12. Soni Azhar Pribadi 011828036301 Neurologi

13. Wulandari 011828036307 Neurologi

14. Triningsih Setiawati 011828186304 Psikiatri

15. Eka Rahayu Utami 011828136304 Kardiologi

16. Ruth Irena Gunadi 011828136310 Kardiologi

17. Vicky Reinold Christofel R. 011828096305 Pulmonologi

18. Sidharta Suwanto 011828176403 Radiologi

19. Dian Maharani 011828176309 Radiologi

20. Pricilia Desiree 011828066303 Anestesiologi & Reanimasi

21. Afi Adi Kirana 011828066309 Anestesiologi & Reanimasi

22. M. Bintang Maulana 011828156301 Patologi Klinik

23. Sigit Indra Galih 011828146302 Patologi Anatomi

2
24. Michael Prayogo 011828166304 Rehabilitasi Medik

25. Noerwanti Yustitiana R. 011828166310 Rehabilitasi Medik

26. Ghazian Adli 011828196306 Urologi

27. Yohanes Apriyanto S. W 011828126306 Orthopaedi & Traumatologi

28. Ahmad Zakisukma I. 011828206305 Bedah Saraf

29. Eko Budi Siswidiyanto 011828216304 Andrologi

30. Tiara Amanna Amandita 011828246301 Bedah Plastik

31. Erizka Rivani 011828226301 Mikrobiologi Klinik

32. Widhi Satrio Nugroho 021718016301 Bedah Mulut

3
I. Pendahuluan

Indonesia sebagai negara berkembang, yang awalnya didominasi dengan tingginya


prevalensi penyakitmenular, saat ini mulai mengalami peningkatan prevalensi penyakit tidak
menular. Hasil laporan WHO menyatakan bahwa di Indonesia diestimasikan sekitar 73%
penyebab kematian disebabkan oleh penyakit tidak menular (WHO, 2018). Salah satu penyakit
tidak menular yang menyumbangkan angka kematian di Indonesia adalah stroke. Meskipun
stroke bukan penyebab utama kematian akibat penyakit tidak menular di Indonesia, tetapi data
Riskesdas tahun 2018 menyatakan terjadi peningkatan prevalensi stroke yaitu 10,9% (Riskesdas,
2018). Stroke merupakan penyebab kecacatan nomor satu dan penyebab kematian nomor tiga di
dunia setelah penyakit jantung dan kanker, baik di negara maju maupun berkembang
(Khairatunnisa dan Sari, 2017).

Stroke termasuk dalam cerebrovascular disease yaitu gangguan fungsi otak yang
berhubungan dengan penyakit pembuluhdarah yang mensuplai ke otak. Stroke disebut juga brain
attack atau serangan otak yang selalu terjadi secara tiba-tiba dengan gejala yang beragam
(Wardhani dan Martini, 2015). Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Sekitar 85% dari stroke merupakan stroke iskemik dan sisanya adalah stroke
hemoragik (Mozaffarian et al, 2016). Etiologi dari stroke iskemik dibagi menjadi embolik,
trombotik dan lakunar. Pada umumnya, factor risiko yang terjadi pada stroke terdiri
darihipertensi, diabetes, merokok, obesitas, fibrilasi atrial, dan penggunaanobat (Khaku et al,
2019).

Stroke merupakan masalah kesehatan global dan penyebab utama kecacatan


(Khairatunnisa dan Sari, 2017). Pasien pasca stroke mengalami gangguan fisik yang bervariasi,
tergantung bagian otak yang terkena. Pasien stroke kemungkinan akan mengalami kelumpuhan
separuh badan, sulit untuk berbicara dengan orang lain (aphasia), mulut mencong (facial drop),
lengan dan kaki yang lemah, gangguan koordinasi tubuh, perubahan mental, gangguan
emosional, gangguan komunikasi, serta kehilangan indera rasa (Wardhani dan Martini, 2015).

Salah satu gejala sisa yang paling sering didapatkan adalah gangguan bahasa. Bahasa
adalah metode komunikasi manusia, baik lisan atau tertulis, yang terdiri dari penggunaan kata-
kata dalam cara yang terstruktur dan konvensional. Penelitian menunjukkan 21% hingga 38%
pasien stroke menderita afasia (Berthier, 2005). Afasia adalah gangguan komunikasi yang
disebabkan oleh kerusakan pada bagian otak yang mengandung bahasa.

Afasia motorik adalah jenis aphasia yang disebabkan oleh kerusakan lesi pada gyrus
frontal posterior inferior posterior kiri dan daerah yang berdekatan. Pasien-pasien ini
mempertahankan kemampuan mereka untuk memahami dan mengideasikan, tetapi aplikasi
bahasa menurun secara signifikan. Gejala afasia motorik ini dapat menyebabkan terjadinya
depresi bagi penderita stroke. Ditambah lagi pengobatan terhadap afasia motorik ini sangat
terbatas. Beberapa sumber menyebutkan bahwa terapi wicara merupakan salah satu terapi untuk
pasien afasia.

4
Akhir-akhir ini muncul beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa akupuntur
memiliki potensi sebagai modalitas tambahan terapi afasia motorik. Teknik akupunktur
umumnya digunakan di Tiongkok untuk rehabilitasi pasca stroke, termasuk aphasia (Michael,
2014). Oleh karena itu journal yang kami pilih akan membahas lebih lanjut mengenai studi klinis
terapi akupuntur pada pasien dengan afasia motorik.

II. Pertanyaan Klinis

Pada pasien pasca stroke, apakah terapi akupuntur metode heart-gallbladder bisa memberikan
hasil lebih baik dalam menurunkan derajat afasia motorik dibandingkan dengan terapi akupuntur
konvensional?

III. Formulasi Pertanyaan Klinis dalam PICO dan Penelusuran Bukti

Pasien / Intervensi / Komparasi / Outcome


Problem / Indikator / Index
Populasi

Pasien afasia Akupuntur metode Akupuntur Penurunan derajat


motorik pasca heart-gallbladder metode afasia motorik
stroke konvensional pasca stroke

IV. Penelusuran Struktur Umum PICO untuk Penelusuran Bukti

Struktur umum PICO:

(treatment) AND (motor aphasia) AND (conventional OR heart gall bladder) AND
(acupuncture)

5
Penelusuran Bukti :

V. Bukti (Jurnal) Terbaik yang Diperoleh

Penulis: Qian Wu, Xiaoqing Hu, Xiuyun Wen, Fuming Li, and Wenbin Fu.

Judul: Clinical study of acupuncture treatment on motor aphasia after stroke.

Nama & Tahun Jurnal: Technology and Health care 2016, vol. 24, no. s2, pp. S691-S696.

6
VI. Relevansi PICO Pertanyaan Klinis dengan PICO Jurnal

PIC Pertanyaa
Jurnal yang Diperoleh
O n Klinis
Method, hal. s692
Pasien
motor
P
afasia pasca
stroke

Akupuntur Abstract, hal. s691


metode
I Heart-
Gallbladde
r
Abstract, hal. s691
Akupuntur
C konvensio-
nal
Penurunan Conclusion, hal. s696
derajat
afasia
O
motorik
pasca
stroke

VII. Desain Penelitian, Fokus dan Worksheet yang digunakan untuk telaah kritis dari Jurnal
yang diperoleh.

Desain Penelitian : Randomized Controlled Trial (RCT)


Fokus Jurnal : Terapi
Worksheet yang digunakan : Terapi

7
VIII. Telaah Kritis Jurnal yang Diperoleh

Telaah
Validity
RAMMbo Jawaban Sesuai Worksheet Bukti
Worksheet
Terapi
Recruitment Apakah Kurang Jelas
subjek Komentar: Asal perekrutan subjek:
mewakili? Subjek studi cukup The study was conducted at the Department of
sebanding dengan Acupuncture and Moxibustion, Guangdong
jenis kelamin, usia, Provincial
jenis stroke dan
tingkat keparahan Hospital of Traditional Chinese Medicine (TCM).
yang disesuaikan. Sixty participants were diagnosed with motor
Tetapi, recruitment
aphasia by the Department of Acupuncture and
ini kurang jelas
recruitmentnya Moxibustion and the Department of
karena pada jurnal Encephalopathy. Participants were recruited from
ini, subjek January 2012 to October 2013. Characteristics
penelitian such as gender, age, education level, staging of
mengikutsertakan course of disease, lesion nature, (cerebral
total hanya 55 hemorrhage or cerebral infarction), and stroke
pasien (5 drop out
frequency, were analyzed using Aphasia Battery
dari 60 pasien) dan
hanya diambil dari of Chinese (ABC), Chinese functional
1 center. communication profile (CFCP), and Boston
diagnostic aphasia examination (BDAE) before
and after treatment.

Standar penegakan Penegakan Diagnosis:


diagnosis studi ini Diagnostic criterion for stroke was in accordance
menggunakan suatu with The Fourth National Conference of Cerebral
basis yang cukup Vascular Disease by China Medical Association
lama, bersumber
(CMA) in 1995. The TCM diagnostic criteria
dari tahun 1995 dan
1996, yang sudah standard for the diagnosis and therapeutic effects
melewati batas 10 of stroke in traditional Chinese medicine was by
tahun referensi SATCM in 1996. The diagnostic criteria for motor
terakhir. aphasia based on the Aphasia Battery of Chinese
(ABC) was also used.

Meskipun Kriteria Inklusi:


demikian, kriteria 1. Ages 35–80 years old, stable diseases, no
inklusi dan eksklusi severe complications observed
subjek penelitian 2. Corresponding to the diagnosis standards of
tergambar jelas stroke above
dalam jurnal. 3. Having a normal IQ, language function and

8
Seluruh peserta hearing before the onset, being conscious, and
studi ini memenuhi willing to cooperate after the onset
kriteria inklusi: 4. Informed consent.
- Usia 35-80 tahun,
dengan kondisi Kriteria Ekslusi:
penyakit stabil 1. Not corresponding to the diagnosis standards
dan tidak and inclusion standards
memiliki 2. Severe hearing disorders and visual
komplikasi yang disturbance
berat 3. Patients with cerebrovascular disease after
- Sesuai dengan imaging examination
standar diagnosis 4. Combined with severe primary diseases of
stroke liver, kidney, hematopoietic system and
- Memiliki IQ, endocrine system
fungsi bahasa 5. Exclusion of aphasia caused by lesions of
dan pendengaran phonation organs
normal sebelum
onset, kesadaran Flow penelitian
penuh, dan dapat Tidak digambarkan secara jelas dalam jurnal
bekerja sama
setelah onset Informed consent dan
penyakit persetujuan komite etik penelitian
- Seluruh pasien - Seluruh pasien yang mengikuti percobaan
yang mengikuti mengisi informed consent.
percobaan - Tidak ada pernyataan persetujuan dari komite
mengisi informed etik penelitian.
consent.
Allocation Apakah Kurang Jelas
penempatan Komentar: Randomisasi
I & C Kelompok METHODS: Sixty valid patients were divided
diacak dan intervensi dan into two groups randomly with a ratio of 1:1. The
kontrol ditentukan treatment group was the
disembunyi-
dengan secara
kan random berdasarkan Heart-Gallbladder acupuncture group and the
sehingga abstrak yang control group was the conventional acupuncture
kelompok- ditampilkan di
group. The two groups underwent testing before
kelompok I Abstrak tulisan ini.
Namun di dalam and after treatments, which included: the Aphasia
& C
full-text studi ini, Battery of Chinese (ABC), the Chinese functional
sebanding
tidak terdapat lagi communication profile (CFCP), and the Boston
pada awal keterangan lebih diagnostic aphasia examination (BDAE).
percobaan? lanjut mengenai
randomisasi seperti
apa yang dilakukan
terhadap pemilihan
sampel dan
pengerjaan terapi.
Selain itu, juga
tidak terdapat
indikasi bahwa
sampel dan peneliti

9
tersamar/
tersembunyi, dapat
disimpulkan secara
kasar bahwa
kemungkinan studi
ini dilakukan secara
single-blind saja,
hanya pasien yang
dibuat tidak aware
jenis akupuntur apa
yang mereka
dapatkan.

Dari studi ini :


Karakteristik kelompok
Kedua kelompok
perlakuan pada
Five of the 60 participants withdrew during study
awal percobaan
seimbang dengan period, two of whom were from the treatment
memperhatikan group, and three from the standard group. The
tabel karakteristik dropout rate between the two groups had no
dasar. significant difference. The two groups of the
demographic characteristics base line were
balanced (Table 1).

Maintenance Apakah Ya
kelompok- Komentar: Perlakuan kelompok
kelompok Semua pasien di Patients from the two groups received treatment
memperoleh kedua kelompok once a day, 5 times a week, totaling 3 weeks.
ko- menerima terapi
intervensi Patient assigned to the control group were
sesuai dengan
yang sama? needled at the following points: JinJin, YuYe, and
Apakah ada desain studi. TongLi (HT-5, bilateral). Acupoints were
kecukupan determined using the “Meridian and
Mengenai tindak
tindak Acupuncture” textbook of the
lanjut? lanjut terhadap eleventh five-year plan. Selection of the control
pasien, peneliti group was based on Eleven-Five programming
telah menulis teaching material of meridians acupoints. The
bahwa follow up operation method and course of treatment were
yang akan the same as the treatment groups.
dilakukan terhadap
Patients assigned to the treatment group were
pasien adalah pasca
needled at the following points: NeiGuan (PC-6,
terapi 3 minggu,

10
baik pada kelompok bilateral), Yang Lingquan (GB-34, bilateral), heart
terapi dan juga (tongue acupuncture), gallbladder (tongue
kelompok kontrol. acupuncture). NeiGuan (PC-6, bilateral) and
YangLingquan (GB-34, bilateral) were
Semua pasien yang determined using the “Meridian and
telah ditugaskan ke Acupuncture” textbook of the eleventh five-year
kelompok plan. Tongue acupuncture was determined by the
perlakuan 2002 “Collection of Master Guan’s Acupuncture
dimasukkan dalam Experience”.
intention to treat
analysis. Follow Up :
Characteristics such as gender, age, education
level, staging of course of disease, lesion nature,
(cerebral hemorrhage or cerebral infarction), and
stroke frequency, were analyzed using Aphasia
Battery of Chinese (ABC), Chinese functional
communication profile (CFCP), and Boston
diagnostic aphasia examination (BDAE) before
and after treatment.

Pasien drop out


Five of the 60 participants withdrew during study
period, two of whom were from the treatment
group, and three from the standard group. The
dropout rate between the two groups had no
significant difference.

Intention to treat analysis


We used SPSS version17.0 to perform all the
statistical analyses. Intention-to treat was applied
to deal with the data. Baseline differences
between participants in the treatment group and
control group were examined using chi-square
test or Mann-Whitney Test.

Measurement Apakah Kurang Jelas


Blinding subjek dan Komentar: Blinding dan objektif
Outcome penilai Studi ini tidak METHODS: Sixty valid patients were divided
"disamar- memaparkan secara into two groups randomly with a ratio of 1:1. The
kan" jelas apakah ada treatment group was the Heart-Gallbladder
terhadap
metode blinding acupuncture group and the control group was the
perlakuan
yang dalam bentuk conventional acupuncture group. The two groups
diterima apapun. Tetapi ada underwent testing before and after treatments,
dan/atau kemungkinan which included: the Aphasia Battery of Chinese
pengukuran seluruh pasien tidak (ABC), the Chinese functional communication
ya objektif? diberitahukan profile (CFCP), and the Boston diagnostic aphasia
mengenai jenis

11
perlakuan yang examination (BDAE).
diterimanya. Tetapi
jelas Outcome
peneliti/pemberi RESULTS: All the BDAE, CFCP and ABC results
terapi mengetahui showed a significant difference between the two
jenis terapi yang groups after treatment (P <0.05), indicating that
diberikan karena the Heart-Gallbladder acupuncture treatment for
terapi akupunktur motor aphasia after stroke can reduce the degree
tidak dapat of aphasia and improve patients’ daily
disamarkan dari communication skills more than the conventional
pemberi terapinya. acupuncture treatment. The Heart- Gallbladder
acupuncture treatment is better than the
conventional acupuncture treatments for motor
aphasia after stroke, with significantly improved
scores for fluency, repetition, naming, and
reading.

Importancy
Jawaban
Telaah Bukti Pada Jurnal
Sesuai Worksheet
Importancy
Apakah
kemaknaan
statistik dan Ya
kemaknaan
klinis dari
hasil
Komentar :
penelitian
Kemaknaan statistik
tergambar
dengan baik? berdasarkan BDAE, CFCP
dan ABC menunjukan
adanya perbedaan signifikan
antara dua grup setelah
diberikan terapi akupuntur
Heart- Gallbladder
dibandingkan akupuntur
konvesional dengan nilai
P<0,05.

Pemberian terapi akupuntur


Heart- Gallbladder
menunjukkan penurunan
derajat afasia, peningkatan
kemampuan komunikasi,
yaitu peningkatan skor
fluensi(p = 0, p <0.05),
repetisi( p= 0, p <0.05),

12
naming ( p=0, p <0.05), dan
kemampuan membaca (p=
0, p <0.05)setelah serangan
stroke.

Kemaknaan klinis primary


end point (kematian atau
komplikasi akibat
akupuntur Heart-
Gallbladder dibandingkan
akupuntur konvesional)
tidak tergambar jelas pada
jurnal.

Pengukuran RR = 0,37
apa yang
digunakan dan EER = 0,1
seberapa
dampak CER = 0,26
perlakuannya?
(EER, CER, RRR = 0,6
RRR, ARR,
NNT) ARR = 0,166

NNT = 6

Interpretasi :

RR : 0,37 Kelompok pasien


dg acupunture gall bladder
memiliki kemungkinan
untuk menurunkan afasia
motorik 0,37 kali
dibandingkan dg kelompok
acupunture konvensional

RRR: 60% Acupunture gall


bladder menurunkan efek
afasia motorik sebesar 60%.

ARR: 0,166 Acupunture gall


bladder memberikan
keuntungan 16%
dibandingkan Acupunture
konvensional

NNT : 6 Dibutuhkan 6
sampel yang mendapatkan
terapi acupunture gall
bladder untuk mencegah

13
terjadinya 1 sampel yang
gagal terapi afasia motorik

Mungkinkah
dampak terjadi
karena
P <0.005 sehingga disimpulkan dampak tidak terjadi karena
kebetulan? TIDAK
P Value? kebetulan
Interval
kepercayaan/C
I?

Applicability
No Telaah Applicability Jawaban

1. Apakah PICO jurnal yang diperoleh sesuai PICO pertanyaan klinis? Ya

Ya
2. Apakah pasien anda cukup mirip dengan pasien dalam penelitian?

Karena pasien sama yaitu pasien stroke dengan jenis ischemic dan hemmorhagic

Apakah intervensi / indikator / indeks dalam penelitian ini dapat


3. Tidak
diterapkan untuk manajemen pasien di lingkungan anda?

Karena terapi yang digunakan dalam interversi belum ada di Indonesia sehingga belum
bisa diterapkan

4. Apakah outcomes penelitian ini penting bagi pasien anda? Ya

Karena dapat menurunkan derajat afasia, peningkatan kemampuan komunikasi pada


pasien stroke

Akankah potensi manfaat lebih besar/ indikator / potensi merugikan


5. Tidak
bila intervensi / indikator / indeks ini diaplikasikan pada pasien anda?

Karena tidak diapatkan nilai yang jelas mengenai risiko akibat akupuntur tersebut

Apakah hasil penelitian ini dapat diintegrasikan dengan nilai – nilai


6. Ya
serta harapan pasien anda?

Karena dapat menurunkan derajat afasia dan peningkatan kemampuan


komunikasi pasien stroke

14
IX. Kesimpulan
1. Penelitian yang dilaporkan dalam jurnal tersebut TIDAK VALID.
2. IMPORTANCY dalam penelitian tersebut tergambar dalam jurnal
3. Hasil penelitian yang dilaporkan dalam jurnal tersebut bersifat TIDAK
APPLICABLE untuk pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Berthier, ML. (2005). Post stroke aphasia: epidemiology, pathophysiology and treatment. Drugs
Aging, 22(1), pp.163–82.

Khairatunnisa, K. and Sari, D. (2017). FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEJADIAN STROKE PADA PASIEN DI RSU H. SAHUDIN KUTACANE KABUPATEN
ACEH TENGGARA. Jurnal JUMANTIK, 2(1), pp.60-70.

Khaku, A., Hegazy, M. and Tadi, P. (2019). Cerebrovascular Disease (Stroke). [online]
ncbi.nlm.nih.gov. Available at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430927/ [Accessed 27
Apr. 2019].

Michael T, Greenwood. (2014). How Do You Treat Poststroke Aphasia with Acupuncture in Your
Practice? Med Acupunct, 26(5), pp. 298–301.

Mozaffarian, D., Benjamin, E., Go, A., Arnett, D., Blaha, M., Cushman, M., Das, S., de Ferranti,
S., Després, J., Fullerton, H., Howard, V., Huffman, M., Isasi, C., Jiménez, M., Judd, S., Kissela,
B., Lichtman, J., Lisabeth, L., Liu, S., Mackey, R., Magid, D., McGuire, D., Mohler, E., Moy, C.,
Muntner, P., Mussolino, M., Nasir, K., Neumar, R., Nichol, G., Palaniappan, L., Pandey, D.,
Reeves, M., Rodriguez, C., Rosamond, W., Sorlie, P., Stein, J., Towfighi, A., Turan, T., Virani, S.,
Woo, D., Yeh, R. and Turner, M. (2016). Heart Disease and Stroke Statistics—2016
Update. Circulation, 133(4).

Riskesdas (2018). HASIL UTAMA RISKESDAS 2018. [online] depkes.go.id. Available at:
http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_2018/Hasil
%20Riskesdas%202018.pdf [Accessed 27 Apr. 2019].

Wardhani, I. and Martini, S. (2015). HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PASIEN


STROKE DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MENJALANI
REHABILITASI. JurnalBerkalaEpidemiologi, 3(1), pp.24–34.

15
WHO (2018). Noncommunicable diseases country profiles 2018. Switzerland: World Health
Organization.

16

Anda mungkin juga menyukai