Pembimbing:
2019
Peserta Pendidikan Dokter Spesialis I
2
24. Michael Prayogo 011828166304 Rehabilitasi Medik
3
I. Pendahuluan
Stroke termasuk dalam cerebrovascular disease yaitu gangguan fungsi otak yang
berhubungan dengan penyakit pembuluhdarah yang mensuplai ke otak. Stroke disebut juga brain
attack atau serangan otak yang selalu terjadi secara tiba-tiba dengan gejala yang beragam
(Wardhani dan Martini, 2015). Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Sekitar 85% dari stroke merupakan stroke iskemik dan sisanya adalah stroke
hemoragik (Mozaffarian et al, 2016). Etiologi dari stroke iskemik dibagi menjadi embolik,
trombotik dan lakunar. Pada umumnya, factor risiko yang terjadi pada stroke terdiri
darihipertensi, diabetes, merokok, obesitas, fibrilasi atrial, dan penggunaanobat (Khaku et al,
2019).
Salah satu gejala sisa yang paling sering didapatkan adalah gangguan bahasa. Bahasa
adalah metode komunikasi manusia, baik lisan atau tertulis, yang terdiri dari penggunaan kata-
kata dalam cara yang terstruktur dan konvensional. Penelitian menunjukkan 21% hingga 38%
pasien stroke menderita afasia (Berthier, 2005). Afasia adalah gangguan komunikasi yang
disebabkan oleh kerusakan pada bagian otak yang mengandung bahasa.
Afasia motorik adalah jenis aphasia yang disebabkan oleh kerusakan lesi pada gyrus
frontal posterior inferior posterior kiri dan daerah yang berdekatan. Pasien-pasien ini
mempertahankan kemampuan mereka untuk memahami dan mengideasikan, tetapi aplikasi
bahasa menurun secara signifikan. Gejala afasia motorik ini dapat menyebabkan terjadinya
depresi bagi penderita stroke. Ditambah lagi pengobatan terhadap afasia motorik ini sangat
terbatas. Beberapa sumber menyebutkan bahwa terapi wicara merupakan salah satu terapi untuk
pasien afasia.
4
Akhir-akhir ini muncul beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa akupuntur
memiliki potensi sebagai modalitas tambahan terapi afasia motorik. Teknik akupunktur
umumnya digunakan di Tiongkok untuk rehabilitasi pasca stroke, termasuk aphasia (Michael,
2014). Oleh karena itu journal yang kami pilih akan membahas lebih lanjut mengenai studi klinis
terapi akupuntur pada pasien dengan afasia motorik.
Pada pasien pasca stroke, apakah terapi akupuntur metode heart-gallbladder bisa memberikan
hasil lebih baik dalam menurunkan derajat afasia motorik dibandingkan dengan terapi akupuntur
konvensional?
(treatment) AND (motor aphasia) AND (conventional OR heart gall bladder) AND
(acupuncture)
5
Penelusuran Bukti :
Penulis: Qian Wu, Xiaoqing Hu, Xiuyun Wen, Fuming Li, and Wenbin Fu.
Nama & Tahun Jurnal: Technology and Health care 2016, vol. 24, no. s2, pp. S691-S696.
6
VI. Relevansi PICO Pertanyaan Klinis dengan PICO Jurnal
PIC Pertanyaa
Jurnal yang Diperoleh
O n Klinis
Method, hal. s692
Pasien
motor
P
afasia pasca
stroke
VII. Desain Penelitian, Fokus dan Worksheet yang digunakan untuk telaah kritis dari Jurnal
yang diperoleh.
7
VIII. Telaah Kritis Jurnal yang Diperoleh
Telaah
Validity
RAMMbo Jawaban Sesuai Worksheet Bukti
Worksheet
Terapi
Recruitment Apakah Kurang Jelas
subjek Komentar: Asal perekrutan subjek:
mewakili? Subjek studi cukup The study was conducted at the Department of
sebanding dengan Acupuncture and Moxibustion, Guangdong
jenis kelamin, usia, Provincial
jenis stroke dan
tingkat keparahan Hospital of Traditional Chinese Medicine (TCM).
yang disesuaikan. Sixty participants were diagnosed with motor
Tetapi, recruitment
aphasia by the Department of Acupuncture and
ini kurang jelas
recruitmentnya Moxibustion and the Department of
karena pada jurnal Encephalopathy. Participants were recruited from
ini, subjek January 2012 to October 2013. Characteristics
penelitian such as gender, age, education level, staging of
mengikutsertakan course of disease, lesion nature, (cerebral
total hanya 55 hemorrhage or cerebral infarction), and stroke
pasien (5 drop out
frequency, were analyzed using Aphasia Battery
dari 60 pasien) dan
hanya diambil dari of Chinese (ABC), Chinese functional
1 center. communication profile (CFCP), and Boston
diagnostic aphasia examination (BDAE) before
and after treatment.
8
Seluruh peserta hearing before the onset, being conscious, and
studi ini memenuhi willing to cooperate after the onset
kriteria inklusi: 4. Informed consent.
- Usia 35-80 tahun,
dengan kondisi Kriteria Ekslusi:
penyakit stabil 1. Not corresponding to the diagnosis standards
dan tidak and inclusion standards
memiliki 2. Severe hearing disorders and visual
komplikasi yang disturbance
berat 3. Patients with cerebrovascular disease after
- Sesuai dengan imaging examination
standar diagnosis 4. Combined with severe primary diseases of
stroke liver, kidney, hematopoietic system and
- Memiliki IQ, endocrine system
fungsi bahasa 5. Exclusion of aphasia caused by lesions of
dan pendengaran phonation organs
normal sebelum
onset, kesadaran Flow penelitian
penuh, dan dapat Tidak digambarkan secara jelas dalam jurnal
bekerja sama
setelah onset Informed consent dan
penyakit persetujuan komite etik penelitian
- Seluruh pasien - Seluruh pasien yang mengikuti percobaan
yang mengikuti mengisi informed consent.
percobaan - Tidak ada pernyataan persetujuan dari komite
mengisi informed etik penelitian.
consent.
Allocation Apakah Kurang Jelas
penempatan Komentar: Randomisasi
I & C Kelompok METHODS: Sixty valid patients were divided
diacak dan intervensi dan into two groups randomly with a ratio of 1:1. The
kontrol ditentukan treatment group was the
disembunyi-
dengan secara
kan random berdasarkan Heart-Gallbladder acupuncture group and the
sehingga abstrak yang control group was the conventional acupuncture
kelompok- ditampilkan di
group. The two groups underwent testing before
kelompok I Abstrak tulisan ini.
Namun di dalam and after treatments, which included: the Aphasia
& C
full-text studi ini, Battery of Chinese (ABC), the Chinese functional
sebanding
tidak terdapat lagi communication profile (CFCP), and the Boston
pada awal keterangan lebih diagnostic aphasia examination (BDAE).
percobaan? lanjut mengenai
randomisasi seperti
apa yang dilakukan
terhadap pemilihan
sampel dan
pengerjaan terapi.
Selain itu, juga
tidak terdapat
indikasi bahwa
sampel dan peneliti
9
tersamar/
tersembunyi, dapat
disimpulkan secara
kasar bahwa
kemungkinan studi
ini dilakukan secara
single-blind saja,
hanya pasien yang
dibuat tidak aware
jenis akupuntur apa
yang mereka
dapatkan.
Maintenance Apakah Ya
kelompok- Komentar: Perlakuan kelompok
kelompok Semua pasien di Patients from the two groups received treatment
memperoleh kedua kelompok once a day, 5 times a week, totaling 3 weeks.
ko- menerima terapi
intervensi Patient assigned to the control group were
sesuai dengan
yang sama? needled at the following points: JinJin, YuYe, and
Apakah ada desain studi. TongLi (HT-5, bilateral). Acupoints were
kecukupan determined using the “Meridian and
Mengenai tindak
tindak Acupuncture” textbook of the
lanjut? lanjut terhadap eleventh five-year plan. Selection of the control
pasien, peneliti group was based on Eleven-Five programming
telah menulis teaching material of meridians acupoints. The
bahwa follow up operation method and course of treatment were
yang akan the same as the treatment groups.
dilakukan terhadap
Patients assigned to the treatment group were
pasien adalah pasca
needled at the following points: NeiGuan (PC-6,
terapi 3 minggu,
10
baik pada kelompok bilateral), Yang Lingquan (GB-34, bilateral), heart
terapi dan juga (tongue acupuncture), gallbladder (tongue
kelompok kontrol. acupuncture). NeiGuan (PC-6, bilateral) and
YangLingquan (GB-34, bilateral) were
Semua pasien yang determined using the “Meridian and
telah ditugaskan ke Acupuncture” textbook of the eleventh five-year
kelompok plan. Tongue acupuncture was determined by the
perlakuan 2002 “Collection of Master Guan’s Acupuncture
dimasukkan dalam Experience”.
intention to treat
analysis. Follow Up :
Characteristics such as gender, age, education
level, staging of course of disease, lesion nature,
(cerebral hemorrhage or cerebral infarction), and
stroke frequency, were analyzed using Aphasia
Battery of Chinese (ABC), Chinese functional
communication profile (CFCP), and Boston
diagnostic aphasia examination (BDAE) before
and after treatment.
11
perlakuan yang examination (BDAE).
diterimanya. Tetapi
jelas Outcome
peneliti/pemberi RESULTS: All the BDAE, CFCP and ABC results
terapi mengetahui showed a significant difference between the two
jenis terapi yang groups after treatment (P <0.05), indicating that
diberikan karena the Heart-Gallbladder acupuncture treatment for
terapi akupunktur motor aphasia after stroke can reduce the degree
tidak dapat of aphasia and improve patients’ daily
disamarkan dari communication skills more than the conventional
pemberi terapinya. acupuncture treatment. The Heart- Gallbladder
acupuncture treatment is better than the
conventional acupuncture treatments for motor
aphasia after stroke, with significantly improved
scores for fluency, repetition, naming, and
reading.
Importancy
Jawaban
Telaah Bukti Pada Jurnal
Sesuai Worksheet
Importancy
Apakah
kemaknaan
statistik dan Ya
kemaknaan
klinis dari
hasil
Komentar :
penelitian
Kemaknaan statistik
tergambar
dengan baik? berdasarkan BDAE, CFCP
dan ABC menunjukan
adanya perbedaan signifikan
antara dua grup setelah
diberikan terapi akupuntur
Heart- Gallbladder
dibandingkan akupuntur
konvesional dengan nilai
P<0,05.
12
naming ( p=0, p <0.05), dan
kemampuan membaca (p=
0, p <0.05)setelah serangan
stroke.
Pengukuran RR = 0,37
apa yang
digunakan dan EER = 0,1
seberapa
dampak CER = 0,26
perlakuannya?
(EER, CER, RRR = 0,6
RRR, ARR,
NNT) ARR = 0,166
NNT = 6
Interpretasi :
NNT : 6 Dibutuhkan 6
sampel yang mendapatkan
terapi acupunture gall
bladder untuk mencegah
13
terjadinya 1 sampel yang
gagal terapi afasia motorik
Mungkinkah
dampak terjadi
karena
P <0.005 sehingga disimpulkan dampak tidak terjadi karena
kebetulan? TIDAK
P Value? kebetulan
Interval
kepercayaan/C
I?
Applicability
No Telaah Applicability Jawaban
Ya
2. Apakah pasien anda cukup mirip dengan pasien dalam penelitian?
Karena pasien sama yaitu pasien stroke dengan jenis ischemic dan hemmorhagic
Karena terapi yang digunakan dalam interversi belum ada di Indonesia sehingga belum
bisa diterapkan
Karena tidak diapatkan nilai yang jelas mengenai risiko akibat akupuntur tersebut
14
IX. Kesimpulan
1. Penelitian yang dilaporkan dalam jurnal tersebut TIDAK VALID.
2. IMPORTANCY dalam penelitian tersebut tergambar dalam jurnal
3. Hasil penelitian yang dilaporkan dalam jurnal tersebut bersifat TIDAK
APPLICABLE untuk pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Berthier, ML. (2005). Post stroke aphasia: epidemiology, pathophysiology and treatment. Drugs
Aging, 22(1), pp.163–82.
Khaku, A., Hegazy, M. and Tadi, P. (2019). Cerebrovascular Disease (Stroke). [online]
ncbi.nlm.nih.gov. Available at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430927/ [Accessed 27
Apr. 2019].
Michael T, Greenwood. (2014). How Do You Treat Poststroke Aphasia with Acupuncture in Your
Practice? Med Acupunct, 26(5), pp. 298–301.
Mozaffarian, D., Benjamin, E., Go, A., Arnett, D., Blaha, M., Cushman, M., Das, S., de Ferranti,
S., Després, J., Fullerton, H., Howard, V., Huffman, M., Isasi, C., Jiménez, M., Judd, S., Kissela,
B., Lichtman, J., Lisabeth, L., Liu, S., Mackey, R., Magid, D., McGuire, D., Mohler, E., Moy, C.,
Muntner, P., Mussolino, M., Nasir, K., Neumar, R., Nichol, G., Palaniappan, L., Pandey, D.,
Reeves, M., Rodriguez, C., Rosamond, W., Sorlie, P., Stein, J., Towfighi, A., Turan, T., Virani, S.,
Woo, D., Yeh, R. and Turner, M. (2016). Heart Disease and Stroke Statistics—2016
Update. Circulation, 133(4).
Riskesdas (2018). HASIL UTAMA RISKESDAS 2018. [online] depkes.go.id. Available at:
http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_2018/Hasil
%20Riskesdas%202018.pdf [Accessed 27 Apr. 2019].
15
WHO (2018). Noncommunicable diseases country profiles 2018. Switzerland: World Health
Organization.
16