Format Laporan Kimia Analisis11
Format Laporan Kimia Analisis11
PRAKTIKUM IV
PENETAPAN KADAR THIAMIN HCl DENGAN METODE
ARGENTOMETRI
Disusun Oleh:
Dina Hardiyanti
J1E115031
Kelompok IV
2016
LABORATORIUM KIMIA FARMASI
PROGRAM STUDI S-1 FARMASI F-MIPA
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
PRAKTIKUM IV
PENETAPAN KADAR THIAMIN HCL DENGAN METODE
ARGENTOMETRI
2016
PERCOBAAN IV
PENETAPAN KADAR THIAMIN HCL DENGAN METODE
ARGENTOMETRI
I. TUJUAN
Tujuan dari percobaan kali ini adalah mahasiswa dapat memahami prinsip-
prinsip metode analisis argentometri dan dapat menetapkan kadar thiamin HCl
secara argentometri.
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. DASAR TEORI
Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar
halogenida dan senyawa-senyawa lain yang dengan perak nitrat (AgNO3)
yang akan membentuk endapan pada suasana tertentu (Antara et al., 2008).
Metode argentometri disebut juga dengan metode pengendapan karena
pada argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang relatif tidak
larut atau endapan. Reaksi yang mendasari titrasi argentometri adalah:
AgNO3 + Cl- AgCl(s) + NO3-
Sebagai indikator, dapat digunakan kalium kromat yang menghasilkan
warna merah dengan adanya kelebihan ion Ag+ (Gandjar & Rohman,
2007). AgNO3 merupakan sumber bagi pembentukan senyawa Ag yang
lain. Ag digunakan pada pembuatan baterai, kimia obat-obatan, katalis,
dan bibit awan
(Petrucci & Suminar, 1987).
Perak nitrat merupakan senyawa perak yang penting secara
komersil dan juga merupakan zat pereaksi yang penting di laboratorium
untuk pengendapan anion (kebanyakan anion membentuk garam perak
yang tidak larut). Reaksi pengendapan ini dapat digunakan untuk
penentuan kuantitatif anion (Petrucci & Suminar, 1987). Metode
argentometri yang lebih luas lagi digunakan adalah metode titrasi kembali
yang dapat dipergunakan untuk menentukan logam-logam dalam
pengendapan, seperti timbal dalam timbal sulfat dan kalsium dalam
kalsium oksalat (Day & Underwood, 1999) . Ada beberapa metode dalam
titrasi argentrometri yaitu metode Mohr, metode Volhard, metode K.
Fajans, dan metode leibig (Gandjar & Rohman, 2007). Karakteristik
kinerja dari metode argentometri penentuan sianida diselidiki dengan
menggunakan metode kurva kalibrasi (Attahdaniel et al., 2013)
1. Metode Mohr
Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan
bromida dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan
penambahan larutan kalium kromat sebagai indikator. Pada permulaan
titrasi akan terjadi endapan perak klorida dan setelah tercapai titik
ekivalen, maka penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi dengan
kromat yang akan membentuk endapan perak kromat yang berwarna
merah.
Cara yang mudah untuk membuat larutan netral dari larutan yang
asam adalah dengan menambahkan CaCO3 atau NaHCO3 secara
berlebihan. Untuk larutan yang alkalis, diasamkan dulu dengan asam asetat
kemudian ditambahkan sedikit berlebihan CaCO3. Kerugian metode Mohr
adalah:
a. Kadar bromida dan klorida dapat ditetapkan tetapi untuk iodida dan
tiosianat tidak memberikan hasil yang memuaskan, karena endapan
perak iodida atau perak tiosianat akan mengadsorbsi ion kromat,
sehingga memberikan titik akhir yang kacau.
b. Adanya ion-ion seperti sulfida, fosfat, dan arsenat juga akan
mengendap.
c. Titik akhir kurang sensitif jika menggunakan larutan yang encer.
d. Ion-ion yang diadsorbsi dari sampel menjadi terjebak dan
mengakibatkan hasil yang rendah sehingga penggojongan yang kuat
mendekati titik akhir titrasi diperlukan untuk membebaskan ion yang
terjebak tadi.
Titrasi langsung iodida dengan perak nitrat dapat dilakukan dengan
penambahan amilum dan sejumlah kecil senyawa pengoksida. Warna biru
akan hilang pada saat titik akhir dan warna putih-kuning dari endapan
perak iodida (AgI) akan muncul
(Gandjar & Rohman, 2007).
2. Metode Volhard
Titrasi ini harus dilakukan dalam suasana asam, sebab ion besi (III)
akan diendapkan menjadi Fe(OH)3. Jika suasananya basa, sehingga titik
akhir tidak dapat ditunjukkan. pH larutan harus dibawah 3. Pada titrasi ini
terjadi perubahan warna 0,7 – 1% sebelum titik ekivalen. Metode Volhard
dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida, bromida, dan iodida
dalam suasana asam. Caranya dengan menambahkan larutan baku perak
nitrat berlebihan, kemudian kelebihan larutan baku perak nitrat dititrasi
kembali dengan larutan baku tiosianat (Gandjar & Rohman, 2007). Seperti
pada pembuatan tes kit tiosianat berdasarkan pembentukan kompleks
merah besi (III) tiosianat menggunakan metode argentometri (metode
Volhard) yang mana ion Fe3+ sebagai indikator (Dini et al., 2013).
3. Metode K. Fajans
Pada metode ini digunakan indikator adsorbsi,yang mana pada titik
ekivalen, indikator teradsorbsi oleh endapan. Indikator ini tidak
memberikan perubahan warna kepada larutan, tetapi pada permukaan
endapan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini ialah endapan
harus dijaga sedapat mungkin dalam bentuk koloid.
Garam netral dalam jumlah besar dan ion bervalensi banyak harus
dihindarkan karena mempunyai daya mengkoagulasi. Larutan tidak boleh
terlalu encer karena endapan yang terbentuk sedikit sekali sehingga
mengakibatkan perubahan warna indikator tidak jelas. Ion indikator harus
bermuatan berlawanan dengan ion pengendap. Ion indikator harus tidak
teradsorbsi sebelum tercapai titik ekivalen, tetapi harus segera teradsorbsi
kuat setelah tercapai titik ekivalen
(Gandjar & Rohman, 2007).
4. Metode Leibig
Pada metode ini, titik akhir titrasinya tidak ditentukan dengan
indikator, akan tetapi ditunjukkan dengan terjadi kekeruhan. Dasar dari
metode ini adalah pembentukan ion kompleks (AgCN)2- yang sangat
stabil:
2CN- + Ag+ Ag(CN)2-
Mulanya, titik akhir didasarkan pada munculnya kekeruhan akibat dari
pengendapan perak sianida, yang dapat ditulis sebagai berikut.
Ag+ + Ag(CN)2- 2AgCN
Atau
Ag+ + Ag(CN)2- Ag[Ag(CN)2]
(Day & Underwood, 1986).
Ketika larutan perak nitrat ditambahkan kepada larutan alkali sianida akan
terbentuk endapan putih, tetapi pada penggojogan akan larut kembali
karena terbentuk kompleks sianida yang stabil dan larut.
Cara leibig hanya menghasilkan titik akhir yang memuaskan apabila
pemberian pereaksi pada saat mendekati titik akhir dilakukan secara
perlahan-lahan. Cara leibig tidak dapat dilakukan pada keadaan larutan
amoni-akalis karena ion perak akan membentuk kompleks Ag(NH3)2+
yang larut. Hal ini dapat diatasi dengan menambahkan sedikit larutan
kalium iodida. Dalam farmakope indonesia, titrasi argentometri digunakan
untuk penentuan kadar: amonium klorida, fenoterol hidrobromida, kalium
klorida, melfalan, metenamin mandelat dan sediaan tabletnya
(Gandjar & Rohman, 2007).
Beberapa penelitian yang menggunakan metode argentometri seperti
pada pemurnian garam dapur melalui penambahan bahan pengikat
pengotor pada proses kristalisasi air tua dalam pembuatan garam dapur
dengan tujuan untuk memperoleh garam dapur yang berkadar tinggi.
Metode analisis argentometri itu digunakan pada saat menentukan kadar
NaCl. Sedangkan pengotor Mg2+, Ca2+, Fe3+ ditentukan menggunakan
SSA. (Sulistyaningsih et al., 2010)
Metode argentometri juga dapat digunakan dalam menganalisis
konsentrasi klor pada penelitian tentang kapasitas dan efektivitas resin
penukar anion untuk mengikat klor dan aplikasinya pada air (Antara et al.,
2008). Selain itu juga dapat digunakan untuk pemeriksaan konsentrasi HCl
lambung terhadap pengaruh air perasan daun cincau hijau. Prinsip metode
ini adalah dalam suasana netral atau basa lemah, ion klorida diendapkan
menjadi perak klorida (Djam’an, 2009).
II.2. URAIAN BAHAN
1. Aquades
Nama Resmi : Purified water.
Nama latin : Air murni.
Struktur Kimia : H2O
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau
dan tidak berasa.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan alkohol.
Indikasi : Sebagai pelarut.
BM : 18,02
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
(Depkes RI, 2014)
2. AgNO3
Nama Resmi : Silver Nitrate.
Nama latin : Perak Nitrat.
Struktur Kimia : AgNO3
Pemerian : Hablur; tidak berwarna atau putih, bila
dibiarkan terpapar cahaya dengan adanya
zat organik menjadi berwarna abu-abu atau
hitam keabu-abuan, pH larutan lebih
kurang 5,5.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, terlebih
dalam air mendidih; agak sukar larut dalam
etanol; mudah larut dalam etanol
mendidih; sukar larut dalam eter.
Indikasi : Sebagai titran.
BM : 169,87
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
(Depkes RI, 2014)
3. Besi (III) Amonium Sulfat
Nama Resmi : Ferri Amonii Sulfat.
Nama latin : Besi (III) Amonium Sulfat
.
Struktur Kimia : NH4Fe(SO4)
Pemerian : Hablur berwarna lembayung pucat atau
serbuk hablur praktis tidak berwarna.
Kelarutan : Larut dalam air.
Indikasi : Sebagai pereaksi.
BM : 482,18
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
(Depkes RI, 2014)
4. HNO3
Nama Resmi : Acidum Nitricum.
Nama latin : Asam Nitrat.
Struktur Kimia : HNO3
Pemerian : Cairan berasap, sangat korosif, bau khas,
sangat merangsang. Mendidih pada suhu
lebih kurang 120o.
Kelarutan : Larut dalam air.
Indikasi : Sebagai pereaksi.
BM : 63,01
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
(Depkes RI, 2014)
5. K2CrO4
Nama Resmi : Kalii Cromat.
Nama latin : Kalium Kromat.
Struktur Kimia : K2CrO2
HCl
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
sebanyak 10 ml
K2CrO4
AgNO3
NH4CNS
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
sebanyak 10 ml
K2CrO4
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
AgNO3
Thiamin HCl
Jurnal :
Nama penulis jurnal. Tahun terbit. Judul Jurnal. Nama Jurnal. Volume(Nomor):
Halaman
Sofiah. S., Faizatun &Y. Riyana. 2007. Formulasi Tablet Matriks Mukoadhesif
Diltiazem Hidroklorida Menggunakan Hidroksi Propil Metil Selulosa dan
Carbopol 940. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. 5(2): 53-58
Padhi, M. et al. 2013. Traditional Uses and Phytopharmacological Aspects of
Agrgyreia nervosa. Journal of Advanced Pharmaceutical Research. 4(1):
23-32