STARBUCKS
Dosen Pengampu:
Oleh:
8135160065
FAKULTAS EKONOMI
2018/2019
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL....................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................................4
C. TUJUAN PENELITIAN..............................................................................................5
D. KEBARUAN PENELITIAN.......................................................................................5
B. PENELITIAN TERDAHULU..................................................................................16
B. PENDEKATAN PENELITIAN................................................................................29
ii
D. PENGEMBANGAN INSTRUMEN.........................................................................32
A. Analisis Deskripsi.......................................................................................................40
BAB V PENUTUP..................................................................................................................72
KESIMPULAN...................................................................................................................72
SARAN................................................................................................................................73
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................74
iii
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hal ini dapat dilihat dari perkembangan produk siap saji sebagai makanan dan
pengganti air putih untuk menghilangkan dahaga salah satunya adalah kopi. Awalnya
kopi merupakan minuman untuk disediakan pada orang dewasa sebagai teman dalam
menyantap kue, saat membaca koran, minuman yang disajikan untuk tamu dan
sebagai penahan kantuk. Menurut Wikipedia, kafein sebenarnya adalah zat dari
senyawa alkaloid xantina yang bisa ditemukan dalam banyak jenis tumbuhan seperti
biji kopi, biji coklat atau kakao dan daun teh. Kafein yang memiliki kandungan
zat perangsang psikoaktif juga diuretic kadar ringan yang mampu merangsang
produksi hormon adrenalin menjadi lebih banyak sehingga hal ini dapat membuat
keseharian yang tidak lagi tabuh di masyarakat. Minuman kopi yang disajikan tidak
lagi menggunakan cakir dan dengan rasa yang pahit dan panas. Inovasi minuman kopi
kopi global asal Amerika Serikat yang berkantor pusat di Seattle, Washington.
negara, termasuk 13.123 di Amerika Serikat, 1.299 di Kanada, 977 di Jepang, 793 di
1
Britania Raya, 732 di Cina, 473 di Korea Selatan, 363 di Meksiko, 282 di Taiwan, 204
Starbucks menjual minuman panas dan dingin, biji kopi, salad, sandwich
panas dan dingin, kue kering manis, camilan, dan barang-barang seperti gelas
dan tumbler. Sejak didirikan tahun 1971 di Seattle sebagai pemanggang dan
pengecer biji kopi setempat, Starbucks meluas dengan cepat. Pada tahun 1990-an,
Starbucks membuka kedai baru setiap hari kerja, satu tahap yang terus dilanjutkan
sampai tahun 2000-an. Ketua Starbucks, Howard Schultz, berbicara tentang bagaimana
perusahaan ini adalah bertindak seperti sebuah perusahaan kecil. Pada bulan Januari
2008, Schultz kembali menjabat sebagai Presiden dan CEO setelah delapan tahun jadi
Ketua, menggantikan Jim Donald, yang menjabat pada tahun 2005 dan diminta
mengundurkan diri setelah penjualan perusahaan menurun tahun 2007. Schultz ingin
yang cepat.
mendukung kesetaraan kaum Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT). pun
Pemerintah Indonesia diminta mencabut izin operasional gerai kedai kopi asal
Amerika Serikat tersebut di Indonesia. Menanggapi itu, para netizen di media sosial
Howard Mark Schultz mendukung kesetaraan kaum Lesbian, Gay, Biseksual dan
2
di Indonesia uangnya sebagian dipergunakan untuk melegalisasikan LGBT dan
Indonesia untuk memboikot Starbucks sebagai konsekuensi atas pilihan ideologi dari
kedai kopi asal Amerika Serikat (AS) tersebut yang dinilai bertentangan dengan
Pancasila. Hal ini mendapatkan dukungan dari Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI,
Sodik Mujahid, yang menilai pandangan asing yang tidak sesuai dengan Pancasila
harus dilawan. Seperti diketahui, CEO Starbucks, Schultz, saat bertemu dengan para
pemegang saham Starbucks menegaskan bahwa para pemegang saham yang tidak
setuju dengan pernikahan sejenis bisa angkat kaki dari Starbucks. Pihak manajemen
Starbucks Indonesia sendiri memilih untuk sejalan dengan induk perusahaannya yang
memberikan dukungan pernikahan sejenis atau lesbian, gay, biseksual dan transgender
(LGBT). Rakyat Indonesia semakin maklum bahwa Starbucks bukan murni bisnis tapi
ada misi lain yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip hidup mayoritas masyarakat
Boga Adiperkasa Tbk, selaku pemegang lisensi Starbucks Indonesia, Yuti Resani telah
secara independent. Pihaknya juga akan menghargai hukum dan budaya yang berlaku
Indonesia juga memegang lisensi gerai makanan ternama lainnya seperti Pizza
Express, Krispy Kreme, Cold Stone dan GODIVA Chocolates. Fetty menegaskan
bahwa pihaknya menjalankan bisnisnya tanpa ada pengaruh dari pihak manapun.
3
Menurut Handayani (2017) Peneliti dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia Yusianto mengatakan boikot produk Starbucks tak akan berdampak kepada
petani lokal, terutama di Sumatra Utara dan Aceh Tengah . Yusi menjelaskan,
sebagian besar kopi yang diambil Starbucks dari Indonesia berjenis Arabika.
Starbucks membelinya dari para eksportir lokal. Starbucks membeli kopi spesialti
menguntungkan para petani kopi. Kopi petani yang diambil Starbucks, punya
tambahan keuntungan, sebagai kompensasi atau CSR dari Starbucks. Hal ini
tercantum dalam standar Coffe Practice, standar Starbuck. Aspek sosial sangat
B. RUMUSAN MASALAH
4
C. TUJUAN PENELITIAN
participation
membeli/purchase willingness
membeli/purchase willingness
D. KEBARUAN PENELITIAN
Sementara itu, peneliti lain fokus pada boikot konsumen terhadap produk asing,
penelitian tersebut diantaranya dilakukan oleh (Rose, Rose, & Shoham, 2009; Selli &
Penelitian yang dilakukan oleh Suhud (2017), Suhud (2018), Rose et al. (2009),
kebencian terhadap aksi pembelian, motivasi diri, sikap, dan kesediaan membeli.
kesediaan membeli dan kesediaan tidak membeli untuk mengukur faktor-faktor yang
5
mempengaruhi kemauan pembelian dan keengganan pembelian pada produk-produk
kelompok masyarakat tertentu terhadap produk yang didukung oleh suatu kelompok
dalam memboikot. Namun, hal itu dipengaruhi secara negatif oleh permusuhan pada
signifikan dan positif oleh ketidaksediaan membeli dalam kasus produk Sari Roti.
pembelian.
6
BAB II
TELAAH PUSTAKA
enmity that tends to display itself in action: a deep-seated animosity between two
sisters, animosity against one's neighbor. Kata animosity merupakan kata benda,
jamakan dari kata an-i-mos-i-ties. Yang jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia
memiliki arti perasaan ketidaksukaan yang kuat, niat jahat, atau permusuhan yang
7
11 Rancor Dendam
12 Resentment Kebencian
13 Displeasure Ketidaksenangan
14 Malevolence Kedengkian
15 Malignity Keganasan
16 Virulence Keracunan
17 Enmity Permusuhan
Animosity is a strong dislike or unfriendly feeling. Yang berarti perasaan tidak suka
1. This contradicts the stories of animosity towards the men returning from war, an
animosity that army officers did indeed experience time and again. (Permusuhan
terhadap orang-orang yang telah kembali dari perang, permusuhan antara para
2. Even though conflicts between pastoralists and farmers abound and appear
membeli dan ketidak inginan membeli konsumen Indonesia terhadap produk Israel.
Penelitian yang dilakukan oleh Abosag dan Farah (2014) mereka menggunakan
Partisipasi boikot dipengaruhi secara positif oleh etnosentrisme dan kebencian agama.
8
Sementara itu, dalam penelitian Rose et al. (2009) berfokus pada ketidakmauan
pembelian dari konsumen Arab Israel dan Yahudi Israel terhadap pembelian produk
luar negeri yang diproduksi orang Italia dan Inggris. Mereka menghubungkan
permusuhan pada penilaian dan pembelian produk keengganan, penilaian produk, dan
secara negatif oleh etnosentrisme dan produk penilaian atas produk hasil negara Italia
dan Inggris. Mereka juga menemukan bahwa penilaian produk secara signifikan dan
dipengaruhi secara negatif oleh permusuhan dalam kasus ini produk-produk Inggris.
Kemudian, itu tidak signifikan dipengaruhi oleh permusuhan dalam produk Italia.
Animosity diambil dari kata bahasa Inggris yang jika diterjemahkan kedalam
bahasa Indonesia, animosity memiliki arti kebencian. Rasa benci ini terhadap sesuatu
hal. Cultural animosity adalah suatu kebencian budaya yang bersumber dari
perbedaan ciri budaya tetapi juga perbedaan nasib yang diberikan oleh sejarah masa
lalu, sehingga terkandung unsur keinginan balas dendam. Konflik tersembunyi ini
9
A.2 Teori Boycott Participation
sebagai akibat kurangnya kesadaran dan pemahaman anggota tentang seluk beluk
koperasi. Dalam penelitian ini, maka rendahnya tingkat partisipasi konsumen dalam
coercion: to boycott a store. Kata boycott merupakan kata kerja, jamakan dari kata
boi-kot. Yang jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti menggabungkan
dalam berpantang, atau mencegah suatu transaksi, sebagai alat intimidasi atau
were urged to boycott the country's products. Yang jika diartikan ke dalam bahasa
Indonesia memiliki arti menolak untuk membeli sebuah produk atau mengambil
yang kuat terhadap sesuatu seperti contoh pemboikotan adalah orang-orang didesak
Menurut Suhud (2017) Boikot atau pemulauan adalah tindakan untuk tidak
suatu organisasi sebagai wujud protes atau sebagai suatu bentuk pemaksaan. Kata ini
10
berasal dari serapan bahasa Inggris boycott yang mulai digunakan sejak "Perang
Tanah" di Irlandia pada sekitar 1880 dan berasal dari nama Charles Boycott, seorang
suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut
keterlibatan mental dan emosi. Sebenarnya partisipasi adalah suatu gejala demokrasi
dimana orang diikutsertakan dalam suatu perencanaan serta dalam pelaksanaan dan
juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat
kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik dalam bidang-bidang fisik maupun bidang
warga Negara dalam memboikot sebuah produk dilakukan dengan berbagai cara.
Diantaranya:
a. Menghindari berbisnis dengan atau di Negara yang menjadi objek boikot atau
ini salah satu cara berpartisipasi warga dalam memboikot sebuah produk
b. Menahan diri dari pembelian maupun pengiriman barang menjadi objek boikot ke
yang dimiliki, disewakan, atau dioperasikan oleh orang yang tidak ikut serta
suatu objek.
11
Boycott participation atau partisipasi boikot dalam varibel penelitian ini kaitannya
memboikot sebuah perusahaan kedai kopi Starbuck karena kedai kopi asal Amerika
Serikat (AS) tersebut mendukung kaum LGBT. Partisipasi pemboikotan bisa berupa
Menurut Suhud (2017) Peneliti lain menguji dampak motivasi boikot pada
variabel lain, seperti partisipasi boikot dan niat membeli (Suhud, 2016; Tian, 2010).
Sementara itu, Tian (2010) menunjukkan dampak negatif motivasi boikot terhadap
niat beli. Ada kekurangan penelitian yang menguji dampak motivasi boikot pada
ketidaksediaan pembelian. Namun, belajar dari penelitian yang dilakukan oleh Klein,
Smith, dan John (2004) dan Smith dan Li (2010), itu menunjukkan dampak positif
dari partisipasi boikot pada keengganan membeli. Dampak motivasi boikot terhadap
membeli, dan penilaian produk (Albrecht et al., 2013; Shah & Ibrahim, 2016). Dalam
penelitian ini, partisipasi boikot terkait dengan keengganan membeli. Albrecht dkk.
pengaruh yang signifikan dari niat dalam memboikot partisipasi pada penolakan untuk
membeli merek yang diboikot. Dalam model penelitian yang diusulkan ini,
membeli, dan partisipasi boikot. Selain itu, penilaian produk terkait dengan keinginan
12
membeli dan ketidakinginan membeli. Terakhir, partisipasi boikot terkait dengan
ketidakmauan pembelian.
Menurut Akdogan et al. (2012) Boikot atau pemulauan adalah tindakan untuk
suatu organisasi sebagai wujud protes atau sebagai suatu bentuk pemaksaan. Kata ini
berasal dari serapan bahasa Inggris boycott yang mulai digunakan sejak "Perang
Tanah" di Irlandia pada sekitar 1880 dan berasal dari nama Charles Boycott, seorang
Menurut Crouse (2005) Akar kata itu adalah motif. Motif berasal dari kata
Latin motivus, yang berarti bergerak: atau motivum, yang berarti bergerak. Kamus
dorongan hati, atau niat yang menyebabkan seseorang melakukan sesuatu atau
dorongan."
Menurut Rose et al. (2009) Motivasi adalah Motivasi adalah proses yang
tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini diantaranya adalah intensitas, arah,
dan ketekunan. Arti motivasi adalah 'alasan' yang mendasari sebuah perbuatan yang
dilakukan oleh seorang individu. Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat
diartikan orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang
13
Boycott motivation atau motivasi boikot dalam varibel penelitian ini kaitannya
kopi Starbuck karena kedai kopi asal Amerika Serikat (AS) tersebut mendukung kaum
LGBT. Partisipasi pemboikotan bisa berupa tidak ikut serta mengkonsumsi objek
pembelian keengganan, dan penilaian produk (Albrecht et al., 2013; Shah & Ibrahim,
membeli. Albrecht dkk. (2013) memilih soft internasional minum merek yang dituduh
menemukan bahwa ada pengaruh niat yang signifikan dalam partisipasi boikot pada
penolakan untuk membeli boikot merek. Demikian pula, Nijssen dkk. (1999)
asing perjalanan, dan ketersediaan produk domestik yang dipersepsikan. Salah satu
partisipasi, dan aksi pembelian. Dalam penelitian ini penilaian produk terkait dengan
pembelian adalah dilakukan oleh Shoham et al. (2006). Mereka fokus Reaksi Yahudi
14
Israel terhadap intifada Israel Israel (pemberontakan) aksi. Permusuhan dikaitkan
dengan produk penilaian dan keinginan membeli. Sementara itu, penilaian produk
harga tertinggi pada individu yang bersedia menerima untuk membayar barang atau
jasa.
pembeli untuk membeli sejumlah barang tertentu pada suatu tingkat harga tertentu.
consume)
Menurut Akdogan et al. (2012) purchase is to buy something. Yang jika diartikan
ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti membeli sesuatu. Seperti contoh kegiatan
ikutserta memboikot sebuah perusahaan kedai kopi Starbuck karena kedai kopi asal
Amerika Serikat (AS) tersebut mendukung kaum LGBT. Apakah masyarakat yang
sudah ikut serta dalam memboikot perusahaan Starbuck masih mempunyai keinginan
15
B. PENELITIAN TERDAHULU
mereka tidak ada kaitannya dengan peristiwa politik pada tahun 2016. Penelitian ini
kesediaan membeli, ketidakinginan membeli, dan partisipasi boikot. Secara total, 266
analisis faktor eksplorasi dan Persamaan Struktural Model (SEM). Penelitian ini
menemukan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari permusuhan pada penilaian
produk, pembelian kesediaan, membeli keengganan, dan partisipasi boikot. Selain itu,
ada juga dampak yang signifikan penilaian produk pada kemauan pembelian dan
Sari Roti, merek roti nasional, telah diboikot oleh sekelompok Muslim
Indonesia. Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, gerakan boikot
oleh konsumen Muslim harus dianggap sebagai ancaman serius. Itu juga seharusnya
(Luluk, 2016). Boikot dipicu oleh pengungkapan yang dikeluarkan oleh produsen
merek roti ini dengan mengatakan bahwa perusahaan tidak ada hubungannya dengan
itu setiap peristiwa politik. Sebelum acara boikot gerakan menuju perusahaan roti, ada
tiga peristiwa demonstrasi yang dilakukan oleh umat Islam di Jakarta pada tahun
2016.
16
Penelitian ini mengangkat kasus Sari Roti diboikot oleh konsumennya.
Perusahaan tidak pernah berpikir bahwa dengan mengatakan bahwa itu tidak memiliki
bagian apa pun kegiatan politik akan berdampak buruk bagi bisnis. Di Di sisi lain,
Sari Roti adalah roti pertama dan satu-satunya perusahaan merek untuk dipasarkan
secara besar-besaran secara nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur faktor-
faktor yang mempengaruhi keinginan dan keengganan konsumen untuk membeli Sari
Roti, roti merek nasional. Untuk menguji ini variabel dependen, peneliti
memprediksi variabel.
keinginan dan keengganan membeli dari merek roti (Sari Roti) yang diboikot oleh
oleh perusahaan yang menyebutkan bahwa itu tidak ada hubungan dengan beberapa
demonstrasi politik terjadi di Jakarta pada tahun 2016. Penelitian ini termasuk
memang sangat berbahaya itu, langsung dan tidak langsung, mempengaruhi membeli
kesediaan.
17
Suhud (2017). Purchase unwillingness and willingness of Indonesian consumers
keinginan pembelian dan ketidakinginan membeli pada produk Israel. Empat variabel
motivasi boikot digunakan. Data dikumpulkan oleh survei online, dan itu menarik 337
peserta. Tiga tahap analisis data diterapkan, yaitu analisis eksplorasi, analisis faktor
konfirmatori, dan Structural Equation Model (SEM). Secara total, ada tujuh hipotesis
yang diuji. Penelitian ini menemukan dampak signifikan dari permusuhan pada
Sementara itu, partisipasi boikot dan motivasi boikot berpengaruh signifikan terhadap
keengganan membeli.
komunikasi pribadi melalui email dan pesan langsung dari platform media sosial.
Mereka ditanya apakah mereka memiliki kesediaan untuk berpartisipasi dalam survei
analisis faktor eksploratori. Analisis ini mengeksplorasi dimensi dan indikator. Kedua,
indikator. Terakhir, Structural Equation Model (SEM). Analisis ini menguji hipotesis.
18
Banyak peneliti telah mengumpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi
partisipasi boikot konsumen dan kemauan pembelian. Namun, ada beberapa bagian
dari bidang studi ini yang kurang mendapat perhatian, terutama pada dampak
penilaian produk, motivasi boikot, dan partisipasi boikot, dan dampaknya terhadap
Israel. Dalam hal ini pembelian Produk Israel kurang menarik minat bagi konsumen.
Kebencian konsumen mengacu pada emosi negatif yang kuat untuk membeli
produk dari negara atau kelompok yang tidak disukai. Mayoritas studi permusuhan
konsumen telah diperiksa sikap para anggota satu bangsa terhadap produk dari bangsa
lain.
ada memeriksa keseluruhan sikap individu dari satu Negara terhadap produk negara
lain atau sikap satu Negara sub kelompok dalam suatu bangsa tertentu menuju
domestic menghasilkan produk dari sub kelompok lain di negara itu. Namun,
daerah, etnis, dan lainnya sub kelompok (seperti kohor usia) ke arah produk bangsa
atau kumpulan bangsa lain. Penelitian hingga saat ini, bagaimanapun, belum
19
memeriksa pengaruh sikap subkelompok terhadap produk asing atau dampak dari
ini menguji permusuhan konsumen etnis sub kelompok terhadap produk asing. Ini
berkontribusi pada sastra dengan memeriksa sikap dua berbeda subkultur, menyoroti
subkelompok sikap pada penilaian produk dan keinginan untuk membeli produk dari
dua negara.
budaya ketika menilai permusuhan individu dari satu bangsa menuju produk negara
lain. Konteks yang dipilih, sikap Israel Arab dan Yahudi terhadap Inggris dan Italia,
penilaian produk dan kesediaan untuk membeli produk dari negara-negara ini. Sikap
pusat komunitas di lingkungan kelas menengah di Israel Utara. Sebanyak 112 orang
Arab Israel dan 111 orang Yahudi Konsumen Israel diambil sampelnya.
representasi yang cukup tinggi dari kedua Arab dan konsumen Yahudi Israel.
menengah lingkungan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji efeknya gambar negara asal,
etnosentrisme konsumen dan permusuhan pada pembelian produk domestik dan asing
20
di China. Perangkat lunak AMOS digunakan untuk menganalisis data dari survei
penting dalam kasus produk domestik dan asing di Cina, dan hipotesis gambar negara
asal-negara pada niat pembelian domestik produk, permusuhan pada kualitas yang
dirasakan dari kedua domestik dan produk asing tidak didukung. Implikasi untuk
Alpha untuk variabel indikator yang mewakili lima variabel laten masing-masing
seperti yang ditunjukkan pada Tabel I, yang dilaporkan secara terpisah untuk
domestik dan asing produk dievaluasi. Semua nilai lebih besar dari 0,8, membenarkan
sisa-sisa antipasti terkait dengan militer, politik, atau politik sebelumnya atau yang
produk luar negeri secara umum, sedangkan permusuhan adalah konstruksi negara
orde pertama: perang permusuhan dan permusuhan ekonomi, dan akan terkait negatif
Amos adalah perangkat lunak analisis jalur yang dapat memberikan lebih
banyak SEM tingkat lanjut (dikenal sebagai pemodelan persamaan struktural) opsi
21
analisis. Sama seperti LISREL, ia memiliki hambatan intuitif dan menjatuhkan alat
menggambar yang dapat digunakan untuk menggambar grafik jalur dan untuk
menganalisis struktur kovarian. Sementara itu, dengan Amos, model hubungan yang
akurat. Karena itu, lebih banyak lagi model komprehensif dapat diatur untuk membuat
pemerintah, penelitian ilmu sosial, bisnis rencana dan seterusnya dengan bantuan
memutuskan untuk melihat secara khusus buah segar, karena ini sehari-hari item
konsumsi untuk sebagian besar (jika tidak semua) individu dan rumah tangga di
China. Menurut kami, ini akan memberi lebih banyak hasil yang bermakna dan valid
yang sebagian mungkin bisa terjadi berlaku untuk jenis produk segar lainnya,
terutama sayuran. Temuan penelitian ini akan bermanfaat bagi praktisi dan pembuat
kebijakan untuk merumuskan yang efektif strategi yang dirancang untuk memasarkan
produk segar di China. Tujuan dari penelitian ini adalah tiga kali lipat. Pertama, ia
memeriksa dampak dari faktor gaya hidup pada perilaku pembelian buah domestik
domestik dan buah impor. Akhirnya, ini memeriksa bagaimana pembelian konsumen
22
perilaku buah dimoderasi oleh variabel demografi seperti jenis kelamin, usia,
pendidikan dan tingkat pendapatan. Makalah ini disusun menjadi beberapa bagian
konseptual dan hipotesis yang terkait. Ini adalah diikuti oleh rincian tentang
metodologi, setelah itu temuan disajikan. Akhirnya, kami menyoroti yang relevan
satu lain dalam beberapa karakteristik demografi. Selain itu, kelompok gaya hidup
internet. Karena tidak ada yang divalidasi belajar dalam literatur yang berkaitan
dengan segmen gaya hidup terkait dengan perilaku pembelian makanan konsumen
produk, kami memutuskan untuk menggunakan variabel gaya hidup dari di atas
penelitian Taiwan untuk penelitian kami tentang pembelian konsumen perilaku buah-
buahan segar di Cina. Apalagi konsumen di Taiwan dan di daerah perkotaan Republik
Rakyat Tiongkok (RRC) memiliki beberapa faktor kepribadian umum, maka itu tiga
kategori segmen gaya hidup di kedua negara ini harus sangat mirip di alam.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki hubungan ketiga
kelompok gaya hidup yang dapat diidentifikasi pada membeli sikap dan niat membeli
dari dalam negeri (Cina) dan buah segar impor (AS). Ketiga gaya hidup ini kelompok
memanjakan diri dan yang berusaha sukses), Experiencers (mereka yang mencari
variasi dan kebaruan, mengambil risiko dan menghadapi tantangan baru) dan akhirnya
dan lebih tradisional) (Yang, 2004). Temuan kami terungkap bahwa ketiga kelompok
gaya hidup ini tidak berdampak apa pun pada sikap pembelian sensorik dan non-
23
indera dari keduanya buah domestik dan impor. Atribut sensoris termasuk rasa, aroma,
keamanan dan kesegaran buah, sedangkan atribut non-indera pada dasarnya adalah
harga dan merek buah. Konsistensi temuan ini di kedua domestik dan buah impor
terhadap keinginan pembelian konsumen pada produk impor; dan menguji apakah
antara:
Sebuah survei dilakukan pada 209 responden yang telah membeli produk
Malaysia dalam tiga bulan terakhir dan tinggal di Jabodetabek (Jakarta, Bogor,
hubungan antara permusuhan dan keinginan konsumen untuk membeli; sementara itu
tidak berfungsi sebagai mediator dalam hubungan antara allocentrism dan keinginan
24
Selain itu, perbandingan kualitas produk tidak memoderasi hubungan antara
memberikan peluang dan tantangan yang menarik bagi para ahli strategi dan manajer
pemasaran. Mereka termasuk lokasi gaya penetrasi pasar produksi, iklan, dan strategi
cenderung membeli barang dan jasa impor (misalnya, produk dari Malaysia) karena
kualitas yang lebih baik. Hal ini terjadi karena keberadaan etnosentrisme konsumen
kurang penting daripada kualitas barang dan jasa yang diimpor. Konsumen yang tidak
dari kuesioner awal (41 indikator) termasuk lima variabel: Perbandingan Kualitas
Teman. Kuesioner akhir menggunakan 36 item valid yang terbukti reliabel dan valid.
Berdasarkan hasil penelitian ini, ada empat hal yang perlu diperhatikan.
antara permusuhan konsumen dan minat beli konsumen. Dalam konteks studi saat ini
25
produk Indonesia. Ini akan membuat mereka menghindari pembelian produk dari
Malaysia.
C.2 Hipotesis
Suhud (2018)
Participatin
HIPOTESIS
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada bulan Januari 2019.
digunakan dalam penelitian ini ialah mahasiswa yang pernah mengunjungi Starbucks
B. PENDEKATAN PENELITIAN
jenis penelitian yang lebih sistematis, spesifik, terstruktur dan juga terencana dengan
baik dari awal hingga mendapatkan sebuah kesimpulan. Penelitian kuantitatif lebih
mendetail dan lebih jelas. Selain itu penggunaan tabel, grafik, dan juga diagram
beberapa jenis penelitian, yaitu penelitian survei, penelitian eksperimen, serta analisis
isi.
Substansi proses penelitian kuantitatif menurut Bungin terdiri dari aktivitas yang
28
1. Mengeksplorasi, perumusan, dan penentuan masalah yang akan diteliti.
2. Mendesain model penelitian dan parameter penelitian yang akan dilakukan
3. Mendesain instrumen pengumpulan data penelitian.
4. Melakukan pengumpulan data penelitian yang terkait.
5. Mengolah dan menganalisis data dari hasil penelitian.
6. Mendesain laporan hasil penelitian.
Menurut Martono (2014) untuk menyusun sebuah rancangan penelitian, pada
yang dilakukan
5. Menentukan teknik pengambilan sampel dan kemudian teknik tersebut diterapkan
C.1 Sampel:
Starbucks.
Teknik convenience sample ini merupakan bentuk sampel non-random atau non-
29
terhadap peneliti. Metode sampling ini adalah metode yang paling lemah dalam
digunakan oleh peneliti pada saat orang tersebut atau responden tersedia atau
sampling peneliti memilih responden yang bersedia, hal ini bertujuan agar peneliti
responden dari sisi kenyamanan dari suatu populasi. Dalam convenience sampel
terdapat 2 hal. Yang pertama tidak semua orang dalam suatu populasi yang
memiliki peluang untuk menjadi atau dimasukkan dalam sampel. Yang kedua,
memperoleh sampel
D. PENGEMBANGAN INSTRUMEN
Indikator Penelitian:
Variable : Animosity
Mavondo (2007)
30
yang telah mereka lakukan terhadap
have done to Muslims mendukungnya kasus LGBT yang dapat
merusak moral bangsa Indonesia
AN1: Saya merasa marah dengan
4 AN1: I do not like Sari Roti
Starbucks
31
saya untuk memboikot produk-produk
boycott Israeli products
Starbuck
B4: Saya marah, dan saya ingin Starbuck
5 B4: I am angry, and I want Israel to know
tahu
M5: I would feel guilty if I bought an Israeli menggunakan keputusan boikot saya untuk
1
product menyuarakan pendapat saya terhadap
Starbucks
M2: I want to punish Israel. That is why I do
M2: Saya ingin menghukum Starbucks, itu
2
sebabnya saya tidak membeli produk mereka
not buy their products
M1: I want to express my anger at Israel by M1: Saya akan merasa bersalah jika saya
3
avoiding purchasing Israeli products. membeli produk Starbucks
POLICY MOTIVATION
M4: Boikot tidak akan memberikan tekanan
M4: Boycott will not put pressure on Israel
4 pada Starbuck untuk mengubah
to change its policies over Palestine
kebijakannya
32
M3: I do not think that I should use my M3: Saya ingin mengungkapkan kemarahan
Menurut Nan Lin dalam Gulo (2010) teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini ialah melalui survei. Metode survei adalah metode
mengumpulkan data. Metode ini adalah yang paling sering dipakai di kalangan
33
sembrono, temuan survei ini cenderung superficial (dangkal) meskipun dalam
bantuan media sosial. Yang dimana, calon responden harus mengisi pertanyaan dan
akan disebarkan oleh peneliti dan harus diisi oleh calon responden.
Menurut Notoadmodjo (2002), Uji asumsi klasik perlu dilakukan karena untuk
mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari
Dengan adanya autokorelasi mengakibatkan penaksir masih tetap bias dan masih
tetap konsisten hanya saja menjadi tidak efisien dengan hasil yang diperolehnya.
Hal itulah yang menyebabkan perlu dilakukannya uji asumsi klasik. Pengujian
apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
menurut Ghozali dalam jurnal yang ditulis oleh Majid (2016), Uji
antar sesama variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak
34
terjadi kolerasi diantara variabel independen. Deteksi ada atau tidaknya
jika besar nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,10.
model regresi terdapat persamaan atau perbedaan varians dari residual satu
dengan ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scaterplot. Jika ada pola
tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka
dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu
ganguan dari pengamatan yang berbeda (e,e). Dengan kata lain, uji
35
autokorelasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi linier terdapat korelasi yang kuat secara positif maupun negatif.
Apabila hasil perhitungan ditemukan adanya korelasi pada data, maka hal
d. Uji Normalitas
bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar
maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara
untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan
analisis grafik dan uji statistik. Untuk menguji apakah data berdistribusi normal
statistic mensyaratkan adanya: Hipotesis nol (Ho) yaitu suatu dugaan awal
terhadap pernyataan tertentu yang belum diketahui benar atau salah Hipotesis
alternative (H2).
36
F.3 Uji Coba Instrumen (Pilot Study)
terhadap responden. Uji coba ini merupakan keharusan apabila peneliti ingin
menghindari kegagalan total dalam pengumpulan data. Hal ini mengingat biasanya
sebuah istrumen penelitian yang telah dinyatakan siap dipakat tetapi belum diuji
yang akan berdampak pada penelitian maka uji coba merupakan rangkaian
kegiatan yang tidak boleh dihindari. Pelaksanaan uji coba instrument sama saja
dengan pelaksanaan penelitian sebenarnya. Hanya saja uji coba instrument lebih
bersifat simulasi. Oleh karena itu, “sampel” uji coba instrument adalah orang-
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Analisis Deskripsi
untuk mengetahui keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variable atau
lebih (variabel yang berdiri sendiri) tanpa membuat perbandingan dan mencari
responden yang pernah mengunjungi Starbucks yang berada di Jakarta. Terakhir kali
responden yang mengunjungi Starbucks < 3 bulan yang lalu sebanyak 80 responden
(37,2%), 3-6 bulan yang lalu sebanyak 63 responden (29,3%) dan > 6 bulan yang lalu
Terakhir_kali_mengunjungi_Starbucks
38
Gambar 2 Grafik terakhir kali mengunjungi Starbucks
Komposisi jenis kelamin responden lebih didominasi oleh perempuan yaitu sebanyak
142 responden (66%), sedangkan laki-laki hanya 73 responden (34%) dari total
Jenis_kelamin
39
Gambar 3 Grafik jenis kelamin
Komposisi usia responden yang pernah mengunjungi Starbucks ini terdiri dari
usia < 20 tahun sebanyak 40 responden (18,6%), usia 20-24 tahun sebanyak 126
responden (58,6%), usia 25-29 tahun sebanyak 24 responden (11,2%), usia 30-34
tahun sebanyak 11 responden (5,1%), usia 35-39 tahun sebanyak 6 responden (2,8%),
usia 40-44 tahun sebanyak 7 responden (7%), dan usia 50 tahun dan lebih sebanyak 1
responden (5%) dari total responden sebanyak 215 responden. Pada grafik yang
terdapat di gambar 4 dapat terlihat jelas bahwa usia responden yang mendominasi
Tabel 9 Usia
Usia
40
30-34 tahun 11 5.1 5.1 93.5
tingkat pendidikan SLTA. Tingkat pendidikan < SLTA sebanyak 5 responden (2,3%),
Tingkat_pendidikan
41
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Status_pekerjaan
Pensiun 2 .9 .9 100.0
Untuk status pernikahan dari responden yang terdapat dalam penelitian ini
43
Tabel 12 Status pernikahan
Status_pernikahan
penelitian. Berikut tabulasi silang dari data responden yang digunakan dalam
penelitian ini.
Pada tabel 13 menunjukkan data tabulasi silang antara jenis kelamin dengan
terakhir kali mengunjungi Starbucks. Terakhir kali mengunjungi Starbucks untuk laki-
laki didominasi pada 3-6 bulan dengan komposisi responden berjenis kelamin laki-
laki sebanyak 28 responden dan untuk perempuan didominasi pada < 3 bulan dengan
44
Tabel 13 Tabulasi silang antara jenis kelamin dengan terakhir kali mengunjungi Starbucks
Terakhir_kali_mengunjungi_Starbucks Total
Laki-laki 24 28 21 73
Jenis_kelamin
Perempuan 56 35 51 142
Total 80 63 72 215
Pada tabel 14 sampai dengan tabel 17 menunjukkan data tabulasi silang antara
jenis kelamin dengan usia, jenis kelamin dengan tingkat pendidikan, jenis kelamin
dengan status pekerjaan dan jenis kelamin dengan status pernikahan. Untuk reponden
berjenis kelamin laki-laki dan perempuan sama-sama didominasi oleh usia 20-24
Sedangkan untuk status pernikahan didominasi oleh responden yang belum menikah
responden.
Usia Total
Laki-laki 10 38 15 4 3 3 0 73
Jenis_kelamin
Perempuan 30 88 9 7 3 4 1 142
Total 40 126 24 11 6 7 1 215
45
Tabel 15 Tabulasi silang antara jenis kelamin dengan tingkat pendidikan
Tingkat_pendidikan Total
Laki-laki 1 35 9 24 4 73
Jenis_kelamin
Perempuan 4 103 14 16 5 142
Total 5 138 23 40 9 215
Status_pekerjaan Total
Laki-laki 26 40 6 1 73
Jenis_kelamin
Perempuan 96 35 10 1 142
Total 122 75 16 2 215
Status_pernikahan Total
Pada tabel 18 sampai dengan tabel 21 menunjukkan data tabulasi silang antara
usia dengan terakhir kali mengunjungi Starbucks, usia dengan tingkat pendidikan,
usia dengan status pekerjaan dan usia dengan status pernikahan. Tabulasi silang antara
reponden yang berusia 20-24 tahun. Tabulasi silang antara usia dengan tingkat
pendidikan sama-sama didominasi oleh responden yang berusia 20-24 tahun. Tabulasi
silang antara usia dengan status pekerjaan sama-sama didominasi oleh responden
46
yang berusia 20-24 tahun. Dan tabulasi silang antara usia dengan status pernikahaan
sama-sama didominasi oleh responden yang berusia 20-24 tahun. Dapat disimpulkan
bahwa semua tabulasi silang antara usia dengan terakhir kali mengunjungi Starbucks,
usia dengan tingkat pendidikan, usia dengan status pekerjaan dan usia dengan status
Tabel 18 Tabulasi silang antara usia dengan terakhir kali mengunjungi Starbucks
Terakhir_kali_mengunjungi_Starbucks Total
<20 tahun 21 10 9 40
25-29 tahun 1 14 9 24
35-39 tahun 1 3 2 6
40-44 tahun 0 4 3 7
Tingkat_pendidikan Total
<20 tahun 0 31 4 5 0 40
25-29 tahun 0 4 5 15 0 24
35-39 tahun 1 1 0 3 1 6
40-44 tahun 0 1 2 1 3 7
47
Status_pekerjaan Total
<20 tahun 33 4 3 0 40
25-29 tahun 1 20 3 0 24
35-39 tahun 2 3 1 0 6
40-44 tahun 0 5 1 1 7
Status_pernikahan Total
<20 tahun 39 1 0 0 40
25-29 tahun 13 11 0 0 24
35-39 tahun 0 4 1 1 6
40-44 tahun 0 3 3 1 7
Pada tabel 22 sampai dengan tabel 24 menunjukkan bahwa semua tabulasi silang
pendidikan dengan status pekerjaan dan tingkat pendidikan dengan status pernikahan
Tabel 22 Tabulasi silang antara tingkat pendidikan dengan terakhir kali mengunjungi Starbucks
Terakhir_kali_mengunjungi_Starbucks Total
Tingkat_pendidikan <SLTA 2 2 1 5
48
SLTA 59 36 43 138
Diploma 9 5 9 23
Sarjana/D-4 9 14 17 40
Magister/Doktor 1 6 2 9
Total 80 63 72 215
Status_pekerjaan Total
<SLTA 4 1 0 0 5
Tingkat_pendidikan Diploma 4 13 6 0 23
Sarjana/D-4 10 23 6 1 40
Magister/Doktor 0 6 3 0 9
Total 122 75 16 2 215
Status_pernikahan Total
<SLTA 3 2 0 0 5
Tingkat_pendidikan Diploma 15 6 1 1 23
Sarjana/D-4 23 14 2 1 40
Magister/Doktor 0 7 1 1 9
Total 174 33 5 3 215
Pada tabel 25 sampai dengan tabel 26 menunjukkan bahwa semua tabulasi silang
antara status pekerjaan dengan terakhir kali mengunjungi Starbucks dan status
pekerjaan dengan status pernikahan didominasi oleh status pekerjaan belum bekerja.
Tabel 25 Tabulasi silang antara status pekerjaan dengan terakhir kali mengunjungi Starbucks
49
Count
Terakhir_kali_mengunjungi_Starbucks Total
Bekerja 24 25 26 75
Status_pekerjaan
Memiliki usaha sendiri 4 8 4 16
Pensiun 0 1 1 2
Total 80 63 72 215
Status_pernikahan Total
Bekerja 48 23 3 1 75
Status_pekerjaan Memiliki usaha 7 7 0 2 16
sendiri
Pensiun 0 0 2 0 2
Total 174 33 5 3 215
dengan terakhir kali mengunjungi Starbucks didominasi oleh status pernikahan belum
menikah.
Tabel 27 Tabulasi silang antara status pernikahan dengan terakhir kali mengunjungi Starbucks
Terakhir_kali_mengunjungi_Starbucks Total
Menikah 6 16 11 33
50
Pasangan meninggal 1 2 2 5
Berpisah/bercerai 0 0 3 3
Total 80 63 72 215
A. Uji validitas
Menurut Azwar (1997) menyatakan bahwa validitas berasal dari kata validity
yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen
Menurut Umar (2002) validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat
mengukur apa yang ingin diukur oleh periset. Jika periset menggunakan kuisioner
dalam pengumpulan data, kuisioner yang disusunnya harus mengukur apa yang
ingin diukur oleh/periset. Itulah yang disebut dengan validitas. Setelah kuisioner
tersebut teruji validitasnya, pada kenyataan dalam praktek belum tentu data yang
Berikut pattern matrix dalam mengukur validitas data yang digunakan dalam
penelitian ini.
Pattern Matrixa
Component
1 2
BM3 .923
BM1 .917
BP2 .912
BP4 .907
BM2 .902
AN2 .892
AN1 .892
51
BP5 .891
BP3 .885
BP1 .849
AN5 .847
AN4 .838
AN3 .806
BM4 .700
BM5 .676
PW5 .953
PW3 .953
PW4 .943
PW1 .933
PW2 .929
B. Uji realibilitas
sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Dari segi bahasa, reliabilitas
merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan
pemahaman tentang kemampuan alat ukur untuk dapat dipercaya dan menjadi
Menurut Z. Arifin (2012) menyatakan bahwa suatu tes dikatakan reliabel jika
selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada
53
BM2 Saya ingin menghukum Starbucks, itu 0.899 0.926
sebabnya saya tidak membeli produk
mereka
BM4 Boikot tidak akan memberikan 0.836 0.926
tekanan pada Starbucks untuk
mengubah kebijakannya
BM5 Saya tidak berpikir bahwa saya harus 0.823 0.926
menggunakan keputusan boikot saya
untuk menyuarakan pendapat saya
terhadap Starbucks
54
RMR, GFI
Tabel 34 RMR, GFI Variabel Animosity
Baseline Comparisons
Tabel 35 Baseline Comparisons Variabel Animosity
Parsimony-Adjusted Measures
55
Tabel 36 Parsimony-Adjusted Measures Variabel Animosity
NCP
Tabel 37 NCP Variabel Animosity
Model NCP LO 90 HI 90
FMIN
Tabel 38 FMIN Variabel Animosity
Model FMIN F0 LO 90 HI 90
RMSEA
Tabel 39 RMSEA Variabel Animosity
AIC
Tabel 40 AIC Variabel Animosity
56
Model AIC BCC BIC CAIC
Saturated model 20,000 20,478 53,706 63,706
Independence model 918,494 918,685 931,977 935,977
ECVI
Tabel 41 ECVI Variabel Animosity
HOELTER
Tabel 42 Hoelter Variabel Animosity
HOELTER HOELTER
Model
.05 .01
57
Gambar 9 CFA Boycott Participation
CMIN
Tabel 43 CMIN Variabel Boycott Participation
RMR, GFI
Tabel 44 RMR, GFI Variabel Boycott Participation
58
Baseline Comparisons
Tabel 45 Baseline Comparisons Variabel Boycott Participation
Parsimony-Adjusted Measures
Tabel 46 Parsimony-Adjusted Measures Variabel Boycott Participation
NCP
Tabel 47 NCP Variabel Boycott Participation
Model NCP LO 90 HI 90
FMIN
Tabel 48 FMIN Variabel Boycott Participation
Model FMIN F0 LO 90 HI 90
RMSEA
59
Tabel 49 RMSEA Variabel Boycott Participation
AIC
Tabel 50 AIC Variabel Boycott Participation
ECVI
Tabel 51 ECVI Variabel Boycott Participation
HOELTER
Tabel 52 Hoelter Variabel Boycott Participation
HOELTER HOELTER
Model
.05 .01
60
Gambar 10 CFA Variabel Boycott Motivation
CMIN
Tabel 53 CMIN Variabel Boycott Motivation
RMR, GFI
Tabel 54 RMR, GFI Variabel Boycott Motivation
Baseline Comparisons
Tabel 55 Baseline Comparisons Variabel Boycott Motivation
61
NFI RFI IFI TLI
Model CFI
Delta1 rho1 Delta2 rho2
Saturated model 1,000 1,000 1,000
Independence model ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
Parsimony-Adjusted Measures
Tabel 56 Parsimony-Adjusted Measures Variabel Boycott Motivation
NCP
Tabel 57 NCP Variabel Boycott Motivation
Model NCP LO 90 HI 90
FMIN
Tabel 58 FMIN Variabel Boycott Motivation
Model FMIN F0 LO 90 HI 90
RMSEA
Tabel 59 RMSEA Variabel Boycott Motivation
AIC
Tabel 60 AIC Variabel Boycott Motivation
ECVI
Tabel 61 ECVI Variabel Boycott Motivation
HOELTER
Tabel 62 Hoelter Variabel Boycott Motivation
HOELTER HOELTER
Model
.05 .01
63
Gambar 11 CFA Variabel Purchase Willingness
CMIN
Tabel 63 CMIN Variabel Purchase Willingness
RMR, GFI
Tabel 64 RMR, GFI Variabel Purchase Willingness
64
Baseline Comparisons
Tabel 65 Baseline Comparisons Variabel Purchase Willingness
Parsimony-Adjusted Measures
Tabel 66 Parsimony-Adjusted Measures Variabel Purchase Willingness
NCP
Tabel 67 NCP Variabel Purchase Willingness
Model NCP LO 90 HI 90
FMIN
Tabel 68 FMIN Variabel Purchase Willingness
Model FMIN F0 LO 90 HI 90
RMSEA
65
Tabel 69 RMSEA Variabel Purchase Willingness
AIC
Tabel 70 AIC Variabel Purchase Willingness
ECVI
Tabel 71 ECVI Variabel Purchase Willingness
HOELTER
Tabel 72 Hoelter Variabel Purchase Willingness
HOELTER HOELTER
Model
.05 .01
66
E. Structural Equation Model (SEM)
C.R. P Hasil
H1 Animosity Boycott Participation 17,407 *** Diterima
H2 Animosity Boycott Motivation 19,785 *** Diterima
H3 Boycott Participation Purchase Willingness 1,208 ,227 Ditolak
H4 Boycott Motivation Purchase Willingness -,750 ,453 Ditolak
Tabel 73 menampilkan hasil ringkasan dari Structural Equation Model (SEM). Dua
dari empat hipotesis yang diujikan diterima. Yaitu H1 dan H2 terdapat adanya pengaruh
positif antara kebencian terhadap partisipasi boikot dan motivasi boikot. Skor pada C.R.
harus lebih besar dari 1,96. Menurut Suhud (2018), kebencian/animosity memiliki pengaruh
67
positif terhadap partisipasi boikot/boycott participation. Dilihat dari perolehan hasilnya, pada
H1 memperoleh skor C.R. 17,407. Hal ini, menyatakan bahwa H1 diterima. Diwaktu yang
Selanjutnya, pada hipotesis kedua H2 memperoleh skor C.R. 19,785. Hal ini,
menyatakan bahwa H2 diterima karena skor C.R. pada H2 positif dan lebih dari 1,96.
Hipotesis ketiga, hal ini ditemukan secara signifikan oleh Suhud (2018) bahwa
C.R. 1,208. Hal ini, menyatakan bahwa H3 ditolak karena skor C.R. pada H3 positif dan
Yang terakhir adalah hipotesis keempat H4, yaitu motivasi boikot/boycott motivation
ditemukan secara signifikan oleh Suhud (2017) bahwa motivasi boikot memiliki pengaruh
positif terhadap ketidaksediaan membeli, hipotesis tersebut merupakan lawan dari hipotesis
keempat. Pada tabel dinyatakan bahwa H4 memperoleh skor C.R. -,750. Hal ini, menyatakan
bahwa H4 ditolak karena skor C.R. kurang dari 1,96 walaupun hasilnya sudah negatif.
68
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
pembelian dan keengganan pembelian terhadap merek Starbucks yang diboikot oleh
bisnisnya tanpa ada pengaruh dari pihak manapun dan pihak Starbucks menyebutkan bahwa
ia tidak mendukung salah satu kelompok masyarakat tertentu. Yang dimana CEO Starbucks,
yakni Howard Mark Schultz telah mendukung kesetaraan kaum Lesbian, Gay, Biseksual dan
terhadap partisipasi boikot dan motivasi boikot. Selanjutnya, partisipasi boikot memiliki
berbahaya sehingga secara langsung dan tidak langsung akan memengaruhi terhadap
kesediaan pembelian.
Penelitian ini memiliki implikasi yang signifikan bagi bisnis. Komunitas atau
kelompok masyarakat tertentu dan Agama merupakan dua elemen yang tidak terpisahkan.
Bermain dengan dua elemen ini secara sengaja atau tidak sengaja akan memberikan efek
bumerang bagi perusahaan. Banyak hal akan terjadi secara tidak rasional. Tergantung pada
penilaian produk, merek akan memperoleh stabilitas setelah beberapa waktu. Melihat kasus
69
bahwa terjadi penurunan saham pada PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) yang dimana
perusahaan tersebutlah yang menaungi Starbucks didalamnya. Penurunan saham yang terjadi
akibat dari adanya seruan boikot kelompok agama tertentu terhadap Starbucks yang
perusahaan. Pengungkapan itu dianggap merangsang boikot. Selain itu, penting untuk
melibatkan mereka yang berpartisipasi dalam demonstrasi sebagai ssampel untuk penelitian
ini. Selain itu, akan menarik untuk melihat kesetiaan pelanggan Starbucks yang melakukan
SARAN
membeli dalam boikot Starbucks”, berikut saran pada pihak-pihak yang terkait berdasarkan
1. Terjadinya boikot terhadap perusahaan Starbucks tidak lepas dari adanya dukungan
2. Mayoritas pelaku pemboikotan Starbucks adalah kelompok agama yang tidak mendukung
70
DAFTAR PUSTAKA
71