Anda di halaman 1dari 17

Referat

HIPOGLIKEMIA: KONSEKUENSI KLINIS DAN


PENATALAKSANAANYA

Oleh:
Rifqoh Trikurnia, S.Ked
04084821921029

Pembimbing:
dr. Yulianto Kusnadi, SpPD,KEMD

BAGIAN/DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Referat

HIPOGLIKEMIA: KONSEKUENSI KLINIS DAN


PENATALAKSANAANNYA

Oleh:
Rifqoh Trikurnia, S.Ked
040848219210029

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
kepaniteraan klinik senior di Bagian/Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.

Palembang, April 2019

dr. Yulianto Kusnadi SpPD, KEMD

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
referat yang berjudul “Hipoglikemia: Konsekuensi Klinis dan
Penatalaksanaannya”. Laporan ini merupakan salah satu syarat Kepaniteraan
Klinik Senior (KKS) di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSMH Palembang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Yulianto Kusnadi SpPD,
KEMD selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan
dan penyusunan referat ini, serta semua pihak yang telah membantu hingga
selesainya referat ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan referat ini
disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan di
masa yang akan datang. Semoga laporan kasus ini dapat memberi manfaat bagi
yang membacanya.

Palembang, Juli 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
BAB II ASPEK KLINIS HIPOGLIKEMIA ................................................................. 2

2.1 Klasifikasi Hipoglikemia .........................................................................2


2.2 Gejala – gejala Hipoglikemia ..................................................................2
2.3 Etiologi Hipoglikemia .............................................................................4
2.4 Patogenesis .............................................................................................4
2.5 Penyulit Hipoglikemia ............................................................................6
2.6 Hubungan Hipoglikemia Pada Beberapa Organ ....................................14
2.7 Prognosis ...............................................................................................15
BAB III PENATALAKSANAAN HIPOGLIKEMIA ...........................................9
BAB IV RINGKASAN ........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................11

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Hipoglikemia adalah episode ketidaknormalan konsentrasi glukosa dalam


plasma darah yang menunjukkan nilai kurang dari 3,9 mmol/ l (70 mg/dl) dan
merupakan komplikasi akut DM yang seringkali terjadi secara berulang.1
Berdasarkan American Diabetes Association Workgroup on Hypoglycemia,
(2005) sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan banyak riset tentang
hipoglikemia, nilai <= 70 mg/dl adalah nilai rujukan yang sekarang digunakan
untuk mendefinisikan hipoglikemia.2
Hipoglikemia diklasifikasikan sebagai ringan, sedang dan berat
berdasarkan tanda dan gejala serta kebutuhan bantuan dari luar. Hipoglikemi
ringan dan sedang menimbulkan gejala keringat dingin, tubuh terasa gemetar,
jantung berdebar, kecemasan, sulit berkonsentrasi, dan rasa lapar. Hipoglikemia
berat sering muncul tanpa dirasakan, menimbulkan gejala keletihan fisik,
kebingungan, perubahan perilaku, koma, kejang sampai terjadi kematian. Kondisi
ini membutuhkan bantuan penatalaksanaan medis secara cepat. 1
Berdasarkan penelitian, terjadi peningkatan insidensi hipoglikemi pada
penderita yang diobati dengan obat – obatan diabetes, sejalan dengan kebijakan
pengendalian kadar glukosa darah secara intensif (Diabetes Control and
Complication Trial dan United Kingdom Prospective Diabetes Study). Terjadi
peningkatan angka kejdian/episode hipoglikemia berat dari 20 episode per 100
penderita/ tahun (dengan pengobatan “konvensional” menjadi 60 episode per
penderita/ per tahun) dengan pengobatan “intensif” pada diabetestipe 1 yang
diobati dengan insulin. Angka kejadian hipoglikemi pada DMT1 lebih tinggi dari
DM tipe 2, tapi dampak yang ditimbulkannya justru lebih serius bila ini terjadi
pada DMT2. Pada DMT2, apalagi dengan usia lanjut, hipoglikemia tidak jarang
mencetuskan gejala serius seperti stroke, infark miokard, gagal jantung akut, dan
aritmia ventrikular. 3

1
BAB II

ASPEK KLINIS HIPOGLIKEMIA

2.1 Klasifikasi Hipoglikemia


Hipoglikemia didefinisikan sebagai eisode konsenterasi plasma glukosa
rendah yang abnormal yang dapat membahayakan pasien.tidak ada nilai ambang
tunggal untuk konsentrasi glukosa plasma yang dapat menentukan hipoglikemia.
Suatu tanda untuk hipoglikemia diakui ketika kadar glukosa plasma sama atau
dibawah 70 mg/dl (3,9 mmol/1 karena ini adalah tingkat kontraregulasi hormon
diaktifkan pada pasien tanpa diabetes. 2
Hipoglikemia merupakan suatu terminologi klinis yang digunakan untuk
keadaan yang disebabkan oleh menurunnyakadar glukosa dalam darah sampai
pada tingkat tertentu sehingga memberikan keluhan (symptom) dan gejala (sign). 3

Klasifikasi Hipoglikemia,
1. Hipoglikemi ringan: pasien masih mengenali tanda dan gejala
hipoglikemia dan bisa menolong dirinya sendiri. Bisa melakukan tindakan
preventif untuk mengembalikan glukosa darah menjadi normal kembali.
2. Hipoglikemia berat: didapatkan gangguan kesadaran sampai terjadi koma.
Pasien memerlukan bantuan orang lain untuk terapinya. Mempunyai risiko
terjadu episode hipoglikemia asimptomatik.3

2.2. Gejala Hipoglikemia


Pada dasarnya, keluhan maupun gejala klinis hipoglikemi, terjadi oleh
karena dua penyebab utama yakni:3
1. Terpacunya aktivitas sistem saraf otonom, terutama simpatis,
2. Tidak adekuatnya suplai glukosa ke jaringan serebral (neuroglikopenia).
Cukup banyak kejadian hipoglikemi lupu dari pengamatan pasien terhadap
hipoglikemi tersebut. Pada tahap awal hipoglikemia, respon pertama dari
tubuh adalah peningkata hormon adrenalin/epinefrin, sehingga
menimbulkan gejala neurogenik seperti:

2
- Keringat berlebihan
- Rasa lapar
- Mudah rangsang
- Penglihatan kabur
Gejala klinis biasanya muncul pada kadar glukosa darah (GD) < 60
mg/dL, meskipun pada orang tertentu sudah dirasakan di atas kadar tersebut (<70
mg/dL). Tapi pada umunya pada kadar < 50 mg/dL, telah memberi dampak pada
fungsi serebral.
Pada tahap lanjut, hipoglikemia akan memberikan gejala defisiensi
glukosa pada jaringan serebral (gejala neuroglikopenik) yakni:
- Sulit berpikir
- Bingung
- Sakit kepala
- Kejang –kejang
- Koma
Bila keadaan hipoglikea tidak cepat teratasi, maka dapat menimbulkan
kecacatan bahkan kematian.

Gejala – gejala hipoglikemia meliputi aktivasi sistem saraf pusat otonom


(gejala otonom) dan gejala neuroglikopenik yang disebabkan oleh berkurangnya
penyerapan glukosa di otak. Gejala otonom adalah hasil presepsi perubahan
fisiologis dipicu oleh hipoglikemia, termasuk takikardia, jantung berdebar,
gemetar, berkeringat, diaforesis, kecemasan, kelaparan, ketangkasan, pucat, dan
mual. Gejala neuroglikopenik termasuk brkurangnya konsentrasi, penglihatan
kabur, dan pusing, sakit kepala, kelemahan, kelelahan, kebingungan, amnesia,
defisit neurologis fokal, kejang, dan koma akibat kadar glukosa rendah di dalam
otak. 4
Hipoglikemia diklasifikasikan sebagai asimptomatik, dan hipoglikemia
simptomatik, dan hipoglikemia berat. Dikatakan hipoglikemia asimptomatik
ketika konsentrasi glukosa plasma diukur adalah 70 mg/dl atau lebih rendah tanpa

3
gejala hipoglikemik yang khas, dan hipoglikemia simptomatik ketika gejala khas
muncul. Hipoglikemia didefiniskan sebagai ringan atau berat tergantung pada
pengobatan mandiri. Dikatakan “ringan” jika masih bisa diatasi sendiri.
Hipoglikemia berat didefinisikan ketika glukosa plasma tidak tersedia kehilangan
kesadaran, dan harus membutuhkan bantuan indiviu lain, namun tetap terjadi
perbaikan neurologis karena restorasi plasma kadar glukosa menjadi normal. 4

2.3. Etiologi hipoglikemia


Secara etiologi hipoglikemi disebabkan oleh:3
1. Penggunaan obat –obatan diabetes seperti insulin, sulfonilurea yang
berlebihan. Penyebab terbanyak hipoglikemia umumnya terkait dengan
diabetes.
2. Obat –obatan lain meskipun jarang terjadi namun dapat menyebabkan
hipoglikemia adalah betablockers, pentmidine, kombinasi sulfometoksazol
dan trimethoprim.
3. Sehabis minum alkohol terutama bila telah lama berpuasa dalam keadaan
lama.
4. Intake kalori yang sangat kurang.
5. Hipoglikemia reaktif.
6. Insufisiensi adrenal.
7. Kelainan kongenital yang menyebabkan sekresi insulin berlebihan (pada
bayi).
8. Hepatoma, mesothelioma, fibrosarkoma.
9. insulinoma

2.4. Patogenesis
Tubuh mengeluarkan kadar GD yagng normal melalui regulasi GD yang
fisiologis untuk memenuhi kebutuhan energi jaringan. Pada kejadian hipoglikemi,
mekanisme pertahanan tubuh yang berfungsi akan mengkaktivasi beberapa sistem
neuroendokrin, tidak berlangsung secara adekuat atau mengalami gangguan.
Gangguan mekanisme tersebut menyebabkan keadaan hipoglikemi karena tubuh

4
gagal mempertahankan kadar normal GD baik oleh penyebab dari luar maupun
dalam tubuh sendiri. Kemampuan regulasi glukosa secara normal diatur melalui
beberapa rangkaian proses diantaranya absorbsi glukosa di salura cerna,
uptakeglukosa oleh jaringan, glikogenolisis. Glukoneogenesis, yang secara
keseluruhan dipengaruhi oleh seperangkat hormon.3
Beberapa hormon utama yang berperan dalam mengatur keseimbangan
tersebut diantaranya insulin, glukagon, epinefrin (adrenalin), kortisol dan growth
hormone. Ada tiga sistem neuroendokrin penting yang berperan dalam mengatasi
hipoglikemi, yang bekerja secara simultan:3
1. Sel alfa pp. Langerhans: memberi efek penekanan sekresi insulin (sel beta)
serta meningkatkan sekresi glukagon, yang akan meningkatkan kadar GD
melalui mekanisme glikegenolisis dan glukoneogenesis di hepar.
2. Hypothalamic glucose sensor di otak: mengaktivasi sistem saraf simpatis
untuk menghasilkan adrenalin yang aksinya di hepar akan meningkatkan
kadar glukosa darah melalui mekanisme yang sama dengan glukagon.
3. Hipofise anterior: mensekresikan hormon ACTH ysng menstimulasi
kelenjar adrenal melepaskan kortisol kedalam sirkulasi darah, yang
menimbulkan efek yang sama seperti glukagon. Demikan pula growth
hormone, disekresikan oleh hipofise anterior yang juga berdampak pada
peningkatan produksi glukosa di hepar. Patut dicatat bahwa khusus untuk
kortisol dan growth hormone, dapat memberikan efek sebaliknya yakni
menurunkan kadar glukosa melalui mekanisme deposit glukosa di jaringan
prerifer. Namun efek ini baru timbul setelah beberapa jam setelah
pemberian sehingga pada prolonged hipoglikemia, fenomena ini harus
dipikirkan.
Regulasi GD yang normal diperlukan tubuh untuk memenuhi kebutuhan
energi di jaringan. Pada keadaan normal, terjadi keseimbangan antara proses
absorbsi glukosa di saluran cerna, uptake glukosa oleh jaringan, glikogeesis,
glikegenolisis, glukoneogenesis, yang dipengaruhi oleh seperangkat hormon.
Hipoglikemi terjadi ketika tubuh gagal mempertahankan kadar normal glukosa
darah (GD) oleh penyebab dari luar ataupun dalam tubuh. Keadaan ini disebabkan

5
oleh ketidakmapuan tubuh dalam mengatur regulasi glukosa mellui rangkaian
beberapa proses yang terjadi secara seimbang. Keseimbangan tersebut
dipengaruhi oleh beberapa hormon yang penting, diantaranya insulin, glukagon,
epinefrin (adrenalin), kortisol, dan growth hormone.

2.5. Penegakan Diagnosis


Untuk membuat diagnosis hipoglikemi, berdasarkan definisi diperlukan
adanya trias dari Whipple (Whipple triad) yang terdiri atas:3
1. Adanya gejala klinis hipoglikemi, berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
jasmani.
2. Kadar glukosa dalam plasma yang rendah pada saat yang bersamaan,
berdasarkan pemeriksaan penunjang/ laboratorium
3. Keadaan klinis segera membaik segera setelah kadar glukosa plasma
menjadi normal setelah diberi pengobatan dengan pemberian glukosa.

2.6. Penyulit Hipoglikemia

1. Ketidaksadaran Hipoglikemia Pada Pasien Diabetes Melitus


Kesadaran hipoglikemia akan menimbulkan pertahanan perilaku (rasa
lapar) terutama merupakan hasil dari presepsi gejala neurogenik, yang dipicu
melalui aktivitas saraf otonom oleh hipoglikemia. Hipoglikemia jika tidak
ditatalaksana dengan baik akan menyebabkan sindrom ketidaksadaran
hipoglikemia: suatu kondisi di mana neuroglikopenia hadir sebelum gejala
otonom muncul. Atau ketika terjadi penurunan glukosa darah yang signifikan
tingkat di bawah normal tidak dirasakan.6 Pada pasien diabetes melitus terjadi
ketidaktahuan pasien dengan hipoglikemia 10% hingga 15% pasien
meningkatkan resiko hipoglikemia berat sebanyak 6 kali lipat untuk pasien
diabetes tipe 1 dan 17 kali lipat untuk pasien yang menderita diabetes tipe 2.
5,6

6
2. Usia dan Jenis Kelamin
Faktor usia berpengaruh terhadap batasan kadar glukosa darah yang
normal. Kadar glukosa darah puasa anak – anak ternyata, lebih rendah daripada
dewasa. Sekitar 5%dari orang dewasa memiliki kadar glukosa darah puasa di
bawah 60 mg/dL.13
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lin dkk. Dinyaakan bahwa
bahwa jenis kelamin perempuan lebih banyak mengalami kejadian hipoglikemia
karena pada perempuan menopause akan terjadi penurunan jumlah estrogen dan
progesteron, seperti yang diketahui bahwa hormon tersebut dibentuk dari steroid
yang diambil dari jaringan adipose. 14
Pada hubungan antara hipoglikemia berat dan dimensia dapat mengakibatkan
penurunan kognisi. Hipoglikemia pada anak – anak dikaitkan dengan gangguan
ringan pada bayi, fungsi kognitif. Hipoglikemia dapat mempengaruhi fungsi
kognitif penderita diabetes dan berisko pada orang –orang diabetes , durasi,
tingkat kedalaman hipoglikemik.

2.7. Hubungan Hipoglikemia Pada Otak dan Jantung


Hipoglikemia dan Otak
Otak adalah organ yang paling terpapar pada efek buruk hipoglikemia,
karena sangat bergantung pada pasokan glukosa yang terus –menerus. Otak
tidak dapat mensintesis glukosa, dan cadangan disimpan sebagai glikogen
terbatas dan cukup hanya untuk beberapa menit.7
Berbagai teknik neuroimaging telah dilakukan untuk lebih memahami cara
glukosa dimetabolisme di dalam otak. Hipoglikemia berulang telah terbukti
menyebabkan adaptasi otak pada berbagai tingkatan. Termasuk perubahan
aliran darah dan transportasi glukosa ke otak serta pemberian glukosa di
dalam otak. Termasuk aktivasi atau penonaktifan area otak yang terlibat dalam
respons perilaku. Kekhawatiran muncul apakah paparan hipoglikemia berat
yang berulang akan menyebakan penurunan intelektual prematur , dan
beberapa kontroversi telah muncul.8 Hasil studi kohort dilakukan antara orang

7
dewasa yang lebih tua dengan diabetes tipe 2 menunjukkan bahwa riwayat
hipoglikemia berat terkait dengan resiko demensia yang lebih besar.8
Dalam penelitian prospektif diantara kelompok pasien yang lebih tua ( usia
rata- rata, dengan diabetes tipe 1 dan tipe 2 dengan hipoglikemia berat
memiliki resiko terjadinya demensia.9
Hipoglikemia menyebabkan perubahan patofisiologis yang berakibat
penekanan tanggapan hormonal dan simptomatik yang melawan regulasi
terhadap episode hipoglikemia yang terjadi 12 hingga 24 jam.10 Ukuran yang
memperberat terkait dengan kedalaman, durasi, dan frekuensi episode
hipoglikemia sebelumnya. Hipoglikemia terkait kegagalan otonom yaitu suatu
bentuk kegagalan sympathoadrenal fungsional meningkatkan risiko terjadinya
hipoglikemia berat. Istilah ini menggambarkan hubungan antara 3 fenomena
yang terkit dengan hipoglikemia, yaitu regulasi homon yang rusak, perubahan
pelepasan hormon, dan gangguan kesadaran.11
Pada hubungan antara hipoglikemia berat dan dimensia dapat
mengakibatkan penurunan kognisi. Hipoglikemia pada anak – anak dikaittkan
dengan gangguan ringan pada bayi, fungsi kognitif. Hipoglikemia dapat
mempengaruhi fungsi kognitif penderita diabetes dan berisko pada orang –
orang diabetes , durasi, tingkat kedalaman hipoglikemik. 12

Hipoglikemia dan Jantung


Hipoglikemia dapat menyebabkan aktivasi simpatoadrenal dan sekresi
hormon yang dapat mempengaruhi sistem kardiovaskular dan terjadi
disfungsional sistem jantung yang konduktif. 13

8
BAB III
PENATALAKSANAAN HIPOGLIKEMIA
Tujuan pengobatan pada prinsipnya untuk mengembalikan kadar glukosa
darah kembali normal, sesegera mungkin.3
A. Pada penderita hipoglikemia dengan gambaran klinis ringan sadaar, dan
kooperatif, penanggulangan biasanya akan cukup efektif dengan
memberikan makanan atau minuman yang manis mengandung gula seperti
di bawah ini:
- 2- 3 tablet glukosa, atau 2-3 sendok teh gula atau madu
- 120 -175 jus jeruk
- Segelas (200 cc) susu “non fat’ (lemak dan coklat akan memperlambat
absorbsi glukosa di usus)
- Setengah kaleng ‘soft drink’ misalnya cola – cola, dll.
Pada umumnya dalam 20 menit keadaan hipoglikemia telah teratasi,
kadar glukosa kembali normal. Bila dengan cara diatas tidak teratasi,
maka dilanjutkan ke pengobatan lebih lanjut.
B. Pada hipoglikemia tahap lanjut, terutama yang telah memperlihatkan
gejala neuroglikopeni, memerlukan pengobatan lebih intensif.14
- Infus larutan dextrosa, dianggap sebagai first line treatment karena
paling efektif dalam waktu cepat.
- Bila tidak berhasil, ditambahkan suntikan glukagon intravena atau
intramuskuler. Biasanya dalam 10 menit akan mengembalikan
kesadaran penderita. Glukagon akan lebih efektif apabila sebelumnya
pada penderita masih tersedia cadangan glikogen dan kurang atau tidak
efektif pada mereka yang sebelumnya telah dalam jangka waktu lama.
- Untuk insufisisensi adrenal, suntikan hidrokortison intramuskuler
berperan dalam memacu proses glukoneogenesis.
- Erutama pada anak – anak: suntikan growth hormone
- Jika masih gagal, diaxozide (Proglycem), atau streptozotocin (Zanosar)
yang berkhasiat menekan sekresi insulin oleh sel beta. Diazoxide

9
efektif untuk pengobatan hipoglikemia akibat sekresi insulin
berlebihan oleh tumor
- Tindakan operatif untyk penyebab tumor (insulinoma) atau non islet
cell tumor hypoglycemia (NCTH)
Tatalaksana Hipoglikemia Ringan 3
1. Glukosa 15 -20 g (2-3 sendok makan) yang dilarutkan dalam air
2. Jika pada pemantauan gula darah mandiri setelah 15 menit pengobatan,
hipoglikemi masi ada maka pengobatan dilanjutkan.
3. Jika pada pemantauan gula darah mandiri kadar gula darah sudah normal,
pasien diminta untuk makan – makanan berat atau snack untuk mencegah
berulangnya hipoglikemia.
Hipoglikemia Berat 3
Jika ada gejala neuroglikopeni, maka diperlukan terapi parental
1. Dekstrose 40% 25 ml, diikuti dengan infus D5% atau D10%, dengan
menggunakan rumus 3-2-1-1.
2. Pemantauan glukosa 1 -2 jam, kalau terjadi hipoglikemia berulang,
pemberian dekstrosa 40%.
3. Lakukan evaluasi terhadap pemicu hipoglikemia.

Rumus 3-2-1-13
Dekstrose 40% 25 ml mengandung 10 g glukosa.
Rumus 3 : diberikan 3 flakon bila kadar gula darah < 30 mg/dL.
Rumus 2 : diberikan 2 flakon bila kadar gula darah 30 – 50 mg/dL.
Rumus 1 : diberikan 1 flakon bila kadar gula darah 50 -70 mg/dL.
Rumus 1 : diberikan 1 flakon bila kadar gula darah 70 – 90 mg/dL. Namun
dsertai dengan tanda klinis (hipoglikemia reaktif).

10
BAB IV
RINGKASAN

Hipoglikemia merupakan suatu terminologi klinis yang digunakan untuk


keadaan yang disebabkan oleh menurunnya kadar glukosa dalam darah sampai
pada tingkat tertentu sehingga memberikan keluhan (symptom) dan gejala (sign). 3
Hipoglikemia diklasifikasikan sebagai ringan, sedang dan berat
berdasarkan tanda dan gejala serta kebutuhan bantuan dari luar. Hipoglikemi
ringan dan sedang menimbulkan gejala keringat dingin, tubuh terasa gemetar,
jantung berdebar, kecemasan, sulit berkonsentrasi, dan rasa lapar. Hipoglikemia
berat sering muncul tanpa dirasakan, menimbulkan gejala keletihan fisik,
kebingungan, perubahan perilaku, koma, kejang sampai terjadi kematian. Kondisi
ini membutuhkan bantuan penatalaksanaan medis secara cepat. 1 Untuk membuat
diagnosis hipoglikemi, berdasarkan definisi diperlukan adanya trias dari Whipple
(Whipple triad) , Hipoglikemia dapat juga mempengaruhi berbagai organ yang
ada di dalam tubuh seperti jantung dan otak. Beberapa faktor resiko dapat
memperberat hipoglikemia dan memberikan dampak yang buruk dari keadaan ini
yaitu usia anak, dan pada wanita. Pada penderita hipoglikemia dengan gambaran
klinis ringan sadaar, dan kooperatif, penanggulangan biasanya akan cukup efektif
dengan memberikan makanan atau minuman yang manis mengandung gula. Pada
hipoglikemia tahap lanjut, terutama yang telah memperlihatkan gejala
neuroglikopeni, memerlukan pengobatan lebih intensif.14 Infus larutan dextrosa,
dianggap sebagai first line treatment karena paling efektif dalam waktu cepat.
Bila tidak berhasil, ditambahkan suntikan glukagon intravena atau
intramuskuler. Biasanya dalam 10 menit akan mengembalikan kesadaran
penderita.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Cryer PE. Glucose homeostasis and hypoglyceia. In Konberg HM,


Melmed S, Polonsky KS, Larsen PR Kronberg: Williams Texbook of
Endocrinology: 1th ed Philadphia, Pa:Saunders Elsvier; 2008: chap 33.
2. American Diabetes Association.Standards of medical care in diabetes
2011. Diabetes car. 2011; 34 Supl 1s11- s61
3. Asman Manaf. Hipoglikemi: Pendekatan Klinis dan Penatalaksanaannya.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keeam Jilid I. 2014. Jakarta:
Interna Publishing
4. HepburnDA, Deary IJ, Frier BM, et al. Symptoms of acute insulin-
iinduced hypoglicemia in humans with and without IDDM. Factor-
analysis approach. Diabetes Care. 1991; 14: 949 -957
5. Towler DA, Havlin CE, Craft S, et al. Mechanism of awareness oh
hypoglycemia. Preception of neurogenic (predominantly cholinergic)
rather than neuroglycopenic symptoms. Diabetes. 1993; 42: 1791 – 1798.
6. Galan BE, Schowenberg BJ, TaCJ, et al. Pathophysiology and
management of recurrent hypoglycemia and hypoglycemia unawarness in
diabetes. Neth J Med. 2006; 64:269-279.
7. McCrimmon R. Glucose sensing during hypoglycemia: lessons from the
lab. Diabetes care.2009; 32:1357-1363.
8. Mc Crimmon RJ, Sherwin RS. Hypoglicemia in type 1 diabetes.
Diabetes.2010; 59: 2333 – 2339.
9. Amiel SA, latrogenic hypoglycemia in:Joslin’s Diaabetes Mellitus, 14th
ed. Philadelphia: Lippincot William& wilkins:2005:chap 40.
10. Cryer PE, Axelrod L, Grossman AB, Heller SR, Montor VM, Seaquist ER,
Service FJ (March 2009) ‘ Evaluation and management of adult
hypoglycemic disorderss: an Endocrine Society Clinical Practice
Guidline” J. Clin. Endocrine. Metab: 94 (3): 709 – 28

12
11. Holt P Hypoglicemia. In Diabetes in Hospuital: A Practical Approach for
Healthcare Proffesionals, 1sted. Hong Kong SNP Best Typesetter, 2009:pp
61-70
12. Bonds DE, Miler ME, Bergenstal RM et al. The association between
Symptomatic, Severe hypoglicemia and mortality in type 2 diabetes:
retrospective epidemiological analysiss of the accord study.BMJ
2010;340:b4909
13. Schtamm TK, Gislasson GH, Kober L et al. Diabetes patients requiring
glucose- lowering therapy and nondiabeticss with a prior myocardial
infraction carry the same cardivaskular risk: a population study of 3.3
milion people. Circulaion. 2008; 117: 1945- 1954.
14. Juutialeinen A, Letho S, Ronnemaa T, et al. Similarity of the impact of
type 1 and type 2 diabetes on cardiovaskular mortality in middle – aged
subjects. Diabetes Care. 2008; 31: 714-719.
15. Yaffe K, Falvey CM, Hamilton N, et al. Association between
hypoglicemia and dementia in viracial cohort of older adults with diabetes
mellitus. Jama Intern Med. 2013; 173:1300-1306

13

Anda mungkin juga menyukai