Oleh:
Rifqoh Trikurnia, S.Ked
04084821921029
Pembimbing:
dr. Yulianto Kusnadi, SpPD,KEMD
Judul Referat
Oleh:
Rifqoh Trikurnia, S.Ked
040848219210029
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
kepaniteraan klinik senior di Bagian/Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
referat yang berjudul “Hipoglikemia: Konsekuensi Klinis dan
Penatalaksanaannya”. Laporan ini merupakan salah satu syarat Kepaniteraan
Klinik Senior (KKS) di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSMH Palembang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Yulianto Kusnadi SpPD,
KEMD selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan
dan penyusunan referat ini, serta semua pihak yang telah membantu hingga
selesainya referat ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan referat ini
disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan di
masa yang akan datang. Semoga laporan kasus ini dapat memberi manfaat bagi
yang membacanya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
Klasifikasi Hipoglikemia,
1. Hipoglikemi ringan: pasien masih mengenali tanda dan gejala
hipoglikemia dan bisa menolong dirinya sendiri. Bisa melakukan tindakan
preventif untuk mengembalikan glukosa darah menjadi normal kembali.
2. Hipoglikemia berat: didapatkan gangguan kesadaran sampai terjadi koma.
Pasien memerlukan bantuan orang lain untuk terapinya. Mempunyai risiko
terjadu episode hipoglikemia asimptomatik.3
2
- Keringat berlebihan
- Rasa lapar
- Mudah rangsang
- Penglihatan kabur
Gejala klinis biasanya muncul pada kadar glukosa darah (GD) < 60
mg/dL, meskipun pada orang tertentu sudah dirasakan di atas kadar tersebut (<70
mg/dL). Tapi pada umunya pada kadar < 50 mg/dL, telah memberi dampak pada
fungsi serebral.
Pada tahap lanjut, hipoglikemia akan memberikan gejala defisiensi
glukosa pada jaringan serebral (gejala neuroglikopenik) yakni:
- Sulit berpikir
- Bingung
- Sakit kepala
- Kejang –kejang
- Koma
Bila keadaan hipoglikea tidak cepat teratasi, maka dapat menimbulkan
kecacatan bahkan kematian.
3
gejala hipoglikemik yang khas, dan hipoglikemia simptomatik ketika gejala khas
muncul. Hipoglikemia didefiniskan sebagai ringan atau berat tergantung pada
pengobatan mandiri. Dikatakan “ringan” jika masih bisa diatasi sendiri.
Hipoglikemia berat didefinisikan ketika glukosa plasma tidak tersedia kehilangan
kesadaran, dan harus membutuhkan bantuan indiviu lain, namun tetap terjadi
perbaikan neurologis karena restorasi plasma kadar glukosa menjadi normal. 4
2.4. Patogenesis
Tubuh mengeluarkan kadar GD yagng normal melalui regulasi GD yang
fisiologis untuk memenuhi kebutuhan energi jaringan. Pada kejadian hipoglikemi,
mekanisme pertahanan tubuh yang berfungsi akan mengkaktivasi beberapa sistem
neuroendokrin, tidak berlangsung secara adekuat atau mengalami gangguan.
Gangguan mekanisme tersebut menyebabkan keadaan hipoglikemi karena tubuh
4
gagal mempertahankan kadar normal GD baik oleh penyebab dari luar maupun
dalam tubuh sendiri. Kemampuan regulasi glukosa secara normal diatur melalui
beberapa rangkaian proses diantaranya absorbsi glukosa di salura cerna,
uptakeglukosa oleh jaringan, glikogenolisis. Glukoneogenesis, yang secara
keseluruhan dipengaruhi oleh seperangkat hormon.3
Beberapa hormon utama yang berperan dalam mengatur keseimbangan
tersebut diantaranya insulin, glukagon, epinefrin (adrenalin), kortisol dan growth
hormone. Ada tiga sistem neuroendokrin penting yang berperan dalam mengatasi
hipoglikemi, yang bekerja secara simultan:3
1. Sel alfa pp. Langerhans: memberi efek penekanan sekresi insulin (sel beta)
serta meningkatkan sekresi glukagon, yang akan meningkatkan kadar GD
melalui mekanisme glikegenolisis dan glukoneogenesis di hepar.
2. Hypothalamic glucose sensor di otak: mengaktivasi sistem saraf simpatis
untuk menghasilkan adrenalin yang aksinya di hepar akan meningkatkan
kadar glukosa darah melalui mekanisme yang sama dengan glukagon.
3. Hipofise anterior: mensekresikan hormon ACTH ysng menstimulasi
kelenjar adrenal melepaskan kortisol kedalam sirkulasi darah, yang
menimbulkan efek yang sama seperti glukagon. Demikan pula growth
hormone, disekresikan oleh hipofise anterior yang juga berdampak pada
peningkatan produksi glukosa di hepar. Patut dicatat bahwa khusus untuk
kortisol dan growth hormone, dapat memberikan efek sebaliknya yakni
menurunkan kadar glukosa melalui mekanisme deposit glukosa di jaringan
prerifer. Namun efek ini baru timbul setelah beberapa jam setelah
pemberian sehingga pada prolonged hipoglikemia, fenomena ini harus
dipikirkan.
Regulasi GD yang normal diperlukan tubuh untuk memenuhi kebutuhan
energi di jaringan. Pada keadaan normal, terjadi keseimbangan antara proses
absorbsi glukosa di saluran cerna, uptake glukosa oleh jaringan, glikogeesis,
glikegenolisis, glukoneogenesis, yang dipengaruhi oleh seperangkat hormon.
Hipoglikemi terjadi ketika tubuh gagal mempertahankan kadar normal glukosa
darah (GD) oleh penyebab dari luar ataupun dalam tubuh. Keadaan ini disebabkan
5
oleh ketidakmapuan tubuh dalam mengatur regulasi glukosa mellui rangkaian
beberapa proses yang terjadi secara seimbang. Keseimbangan tersebut
dipengaruhi oleh beberapa hormon yang penting, diantaranya insulin, glukagon,
epinefrin (adrenalin), kortisol, dan growth hormone.
6
2. Usia dan Jenis Kelamin
Faktor usia berpengaruh terhadap batasan kadar glukosa darah yang
normal. Kadar glukosa darah puasa anak – anak ternyata, lebih rendah daripada
dewasa. Sekitar 5%dari orang dewasa memiliki kadar glukosa darah puasa di
bawah 60 mg/dL.13
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lin dkk. Dinyaakan bahwa
bahwa jenis kelamin perempuan lebih banyak mengalami kejadian hipoglikemia
karena pada perempuan menopause akan terjadi penurunan jumlah estrogen dan
progesteron, seperti yang diketahui bahwa hormon tersebut dibentuk dari steroid
yang diambil dari jaringan adipose. 14
Pada hubungan antara hipoglikemia berat dan dimensia dapat mengakibatkan
penurunan kognisi. Hipoglikemia pada anak – anak dikaitkan dengan gangguan
ringan pada bayi, fungsi kognitif. Hipoglikemia dapat mempengaruhi fungsi
kognitif penderita diabetes dan berisko pada orang –orang diabetes , durasi,
tingkat kedalaman hipoglikemik.
7
dewasa yang lebih tua dengan diabetes tipe 2 menunjukkan bahwa riwayat
hipoglikemia berat terkait dengan resiko demensia yang lebih besar.8
Dalam penelitian prospektif diantara kelompok pasien yang lebih tua ( usia
rata- rata, dengan diabetes tipe 1 dan tipe 2 dengan hipoglikemia berat
memiliki resiko terjadinya demensia.9
Hipoglikemia menyebabkan perubahan patofisiologis yang berakibat
penekanan tanggapan hormonal dan simptomatik yang melawan regulasi
terhadap episode hipoglikemia yang terjadi 12 hingga 24 jam.10 Ukuran yang
memperberat terkait dengan kedalaman, durasi, dan frekuensi episode
hipoglikemia sebelumnya. Hipoglikemia terkait kegagalan otonom yaitu suatu
bentuk kegagalan sympathoadrenal fungsional meningkatkan risiko terjadinya
hipoglikemia berat. Istilah ini menggambarkan hubungan antara 3 fenomena
yang terkit dengan hipoglikemia, yaitu regulasi homon yang rusak, perubahan
pelepasan hormon, dan gangguan kesadaran.11
Pada hubungan antara hipoglikemia berat dan dimensia dapat
mengakibatkan penurunan kognisi. Hipoglikemia pada anak – anak dikaittkan
dengan gangguan ringan pada bayi, fungsi kognitif. Hipoglikemia dapat
mempengaruhi fungsi kognitif penderita diabetes dan berisko pada orang –
orang diabetes , durasi, tingkat kedalaman hipoglikemik. 12
8
BAB III
PENATALAKSANAAN HIPOGLIKEMIA
Tujuan pengobatan pada prinsipnya untuk mengembalikan kadar glukosa
darah kembali normal, sesegera mungkin.3
A. Pada penderita hipoglikemia dengan gambaran klinis ringan sadaar, dan
kooperatif, penanggulangan biasanya akan cukup efektif dengan
memberikan makanan atau minuman yang manis mengandung gula seperti
di bawah ini:
- 2- 3 tablet glukosa, atau 2-3 sendok teh gula atau madu
- 120 -175 jus jeruk
- Segelas (200 cc) susu “non fat’ (lemak dan coklat akan memperlambat
absorbsi glukosa di usus)
- Setengah kaleng ‘soft drink’ misalnya cola – cola, dll.
Pada umumnya dalam 20 menit keadaan hipoglikemia telah teratasi,
kadar glukosa kembali normal. Bila dengan cara diatas tidak teratasi,
maka dilanjutkan ke pengobatan lebih lanjut.
B. Pada hipoglikemia tahap lanjut, terutama yang telah memperlihatkan
gejala neuroglikopeni, memerlukan pengobatan lebih intensif.14
- Infus larutan dextrosa, dianggap sebagai first line treatment karena
paling efektif dalam waktu cepat.
- Bila tidak berhasil, ditambahkan suntikan glukagon intravena atau
intramuskuler. Biasanya dalam 10 menit akan mengembalikan
kesadaran penderita. Glukagon akan lebih efektif apabila sebelumnya
pada penderita masih tersedia cadangan glikogen dan kurang atau tidak
efektif pada mereka yang sebelumnya telah dalam jangka waktu lama.
- Untuk insufisisensi adrenal, suntikan hidrokortison intramuskuler
berperan dalam memacu proses glukoneogenesis.
- Erutama pada anak – anak: suntikan growth hormone
- Jika masih gagal, diaxozide (Proglycem), atau streptozotocin (Zanosar)
yang berkhasiat menekan sekresi insulin oleh sel beta. Diazoxide
9
efektif untuk pengobatan hipoglikemia akibat sekresi insulin
berlebihan oleh tumor
- Tindakan operatif untyk penyebab tumor (insulinoma) atau non islet
cell tumor hypoglycemia (NCTH)
Tatalaksana Hipoglikemia Ringan 3
1. Glukosa 15 -20 g (2-3 sendok makan) yang dilarutkan dalam air
2. Jika pada pemantauan gula darah mandiri setelah 15 menit pengobatan,
hipoglikemi masi ada maka pengobatan dilanjutkan.
3. Jika pada pemantauan gula darah mandiri kadar gula darah sudah normal,
pasien diminta untuk makan – makanan berat atau snack untuk mencegah
berulangnya hipoglikemia.
Hipoglikemia Berat 3
Jika ada gejala neuroglikopeni, maka diperlukan terapi parental
1. Dekstrose 40% 25 ml, diikuti dengan infus D5% atau D10%, dengan
menggunakan rumus 3-2-1-1.
2. Pemantauan glukosa 1 -2 jam, kalau terjadi hipoglikemia berulang,
pemberian dekstrosa 40%.
3. Lakukan evaluasi terhadap pemicu hipoglikemia.
Rumus 3-2-1-13
Dekstrose 40% 25 ml mengandung 10 g glukosa.
Rumus 3 : diberikan 3 flakon bila kadar gula darah < 30 mg/dL.
Rumus 2 : diberikan 2 flakon bila kadar gula darah 30 – 50 mg/dL.
Rumus 1 : diberikan 1 flakon bila kadar gula darah 50 -70 mg/dL.
Rumus 1 : diberikan 1 flakon bila kadar gula darah 70 – 90 mg/dL. Namun
dsertai dengan tanda klinis (hipoglikemia reaktif).
10
BAB IV
RINGKASAN
11
DAFTAR PUSTAKA
12
11. Holt P Hypoglicemia. In Diabetes in Hospuital: A Practical Approach for
Healthcare Proffesionals, 1sted. Hong Kong SNP Best Typesetter, 2009:pp
61-70
12. Bonds DE, Miler ME, Bergenstal RM et al. The association between
Symptomatic, Severe hypoglicemia and mortality in type 2 diabetes:
retrospective epidemiological analysiss of the accord study.BMJ
2010;340:b4909
13. Schtamm TK, Gislasson GH, Kober L et al. Diabetes patients requiring
glucose- lowering therapy and nondiabeticss with a prior myocardial
infraction carry the same cardivaskular risk: a population study of 3.3
milion people. Circulaion. 2008; 117: 1945- 1954.
14. Juutialeinen A, Letho S, Ronnemaa T, et al. Similarity of the impact of
type 1 and type 2 diabetes on cardiovaskular mortality in middle – aged
subjects. Diabetes Care. 2008; 31: 714-719.
15. Yaffe K, Falvey CM, Hamilton N, et al. Association between
hypoglicemia and dementia in viracial cohort of older adults with diabetes
mellitus. Jama Intern Med. 2013; 173:1300-1306
13