Anda di halaman 1dari 10

Dosen Pengampu : Dr. Syahril, S.Si, M.

Si

MAKALAH PENDIDIKAN LINGKUNGAN

DISUSUN OLEH:

Atika Friska Lumban Gaol 1805111010


KELOMPOK 2
Deasy Wulandari 1805111203
Isni Syahadah 1805124446
Jumira Annisa. Y 1805112721
Nindy Rachma Angeli 1805110995
Roma Ismi 1805124455

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS ILMU DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena ytelah
menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan- Nya mungkin
penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini memuat tentang “Teori Lingkungan Hidup Biosentrisme”, mulai dari
pengertian serta lainnya.Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan.Baik itu
yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar.Namun dengan penuh kesabaran
dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Syahril, S.Si, M.Si selaku
dosen pembimbing yang telah membimbing kami dalam mata kuliah Pendidikan Lingkungan
Hidup.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi saya penulis dan bagi pembaca, tentu saya selaku
penulis banyak melakukan kesalahan dalam pengetikan atau dalam membahas, karna itu saya
selaku penulis menerima saran dari pembaca.

Pekanbaru, 11 September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI…………………………………………...…………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………………...1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………………..1
1.3 Tujuan Makalah……………………………………………………………………………….1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori Biosentrisme ……..……………….………………………………………..2
2.2 Pilar Utama Teori Biosentrisme………………………………………………………………4

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan………………………………………………………………..……………….6
3.2 Saran……………………………………………..………………………..…………………6

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di Indonesia sendiri sebenarnya etika lingkungan bukanlah merupakan hal yang baru,
etika lingkungan sebenarnya telah ada sejak dahulu kala, karena leluhur kita sebenarnya telah
menyebarkan hal ini melalui tembang, legenda ataupun mitos.Seharusnya etika lingkungan yang
penuh warna kearifan dan kebenaran tradisional ini dapat dikembangkan untuk penyelamatan
lingkungan yang lebih luas di negara kita.
ETIKA: “ Sebuah refleksi kritis tentang norma dan nilai, atau prinsip moral yg dikenal
umum selama ini, dalam kaitan dg lingkungan, cara pandang manusia dg manusia, hubungan
antara manusia dg alam, serta perilaku yg bersumber dari cara pandang ini” (Sonny keraf, 2002)
Etika lingkungan disini tidak hanya membicarakan mengenai perilaku manusia terhadap
alam, namun berbicara mengenai relasi diantara semua kehidupan alam semesta, antara manusia
dengan manusia yang mempunyai dampak terhadap alam, dan antara manusia dengan
makhluk lain atau dengan alam secara keseluruhan, termasuk dengan kebijakan politik
dan ekonomi yang berhubungan atau berdampak langsung atau tidak dengan alam. Etika
lingkungan dapat diartikan sebagai dasar moralitas yang memberikan pedoman bagi individu
atau masyarakat dalam berperilaku atau memilih tindakan yang baik dalam menghadapi dan
menyikapi segala sesuatu sekaitan dengan lingkungan sebagai kesatuan pendukung kelang-
sungan perikehidupan dan kesejahteraan umat manusia serta makhluk hidup lainnya.
Dalam etika lingkungan terdapat beberapa teori, salah satunya adalah teori biosentrisme.
Teori biosentrisme berpendapat bahwa tidak benar apabila hanya manusia yang mempunyai
nilai, akan tetapi alam juga mempunyai nilai pada dirinya sendiri yang terlepas dari kepentingan
manusia.Tiap kehidupan dan makluk hidup mempunyai nilai dan berharga pada dirinya sendiri,
sehingga semua makluk pantas mendapat pertimbangan dan kepedulian moral. Alam perlu
diperlakukan secara moral, terlepas dari apakah ia bernilai bagi manusia atau tidak.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu Teori Biosentrisme?


2. Apa saja pilar utama teori biosentrisme?

C. TUJUAN PENULISAN
Memahami lebih lanjut tentang Teori Biosentrisme dalam etika lingkungan hidup serta
memenuhi tugas pendidikan lingkungan.
1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Biosentrisme

Biosentrisme berasal dari gabungan kata Yunani “bios” (hidup) dan kata latin “centrum”
(pusat). Secara harfiah biosentrisme diartikan sebagai suatu keyakinan bahwa kehidupan
manusia erat hubungannya dengan kehidupan seluruh kosmos.Manusia dipandang sebagai salah
satu organisme hidup dari alam semesta yang mempunyai rasa saling ketergantungan dengan
penghuni alam semesta lainnya.
Etika lingkungan Biosentrisme adalah etika lingkungan yang lebih menekankan kehidupan
sebagai standar moral.Salah satu tokoh penganutnya adalah Kenneth Goodpaster. Menurut
Kenneth rasa senang atau menderita bukanlah tujuan pada dirinya sendiri.Bukan senang atau
menderita, akhirnya, melainkan kemampuan untuk hidup atau kepentingan untuk
hidup.Kepentingan untuk hidup yang harus dijadikan standar moral.Sehingga bukan hanya
manusia dan binatang saja yang harus dihargai secara moral tetapi juga tumbuhan. Menurut Paul
Taylor, karenanya tumbuhan dan binatang secara moral dapat dirugikan dan atau diuntungkan
dalam proses perjuangan untuk hidup mereka sendiri, seperti bertumbuh dan bereproduksi.
Biosentrisme adalah suatu pandangan yang menempatkan alam sebagai yang mem-punyai
nilai dalam dirinya sendiri, lepas dari kepentingan manusia.Dengan demikian biosentrisme
menolak antroposentrisme yang menyatakan bahwa manusialah yang mempunyai nilai dalam
dirinya sendiri.Teori biosentrisme berpandangan bahwa mahluk hidup bukan hanya manusia
saja.Ada banyak hal dan jenis mahluk hidup yang memiliki kehidupan. Hanya saja, hal yang
rumit dari biosentrisme, atau yang disebut juga life-centered ethic, terletak pada cara manusia
menanggapi pertanyaan: ”Apakah hidup itu?” . Pandangan biosentrisme mendasarkan moralitas
pada keluhuran kehidupan, entah pada manusia atau pada mahluk hidupnya. Karena yang
menjadi pusat perhatian dan ingin dibela dalam teori ini adalah kehidupan, maka secara moral
berlaku prisip bahwa setiap kehidupan dimuka bumi ini mempunyai nilai moral yang sama,
sehingga harus dilindungi dan diselamatkan. Oleh karena itu, kehidupan setiap mahluk hidup
pantas diperhitungkan secara serius dalam setiap keputusan dan tindakan moral, bahkan lepas
dari pertimbangan untung rugi bagi kepentingan manusia .

Tinjauan kritis atas teori biosentrisme:


• Biosentrisme menekankan kewajiban terhadap alam bersumber dari pertimbangan
bahwa kehidupan adalah sesuatu yang bernilai, baik kehidupan manusia maupun spesies
lain dimuka bumi ini. Prinsip atau perintah moral yang berlaku disini dapat dituliskan
sebagai berikut: ” adalah hal yang baik secara moral bahwa kita mempertahankan dan
memacu kehidupan, sebaliknya, buruk kalau kita menghancurkan kehidupan”.
• Biosentrisme melihat alam dan seluruh isinya mempunyai harkat dan nilai dalam
dirinya sendiri. Alam mempunyai nilai justru karena ada kehidupan yang terkandung
didalamnya.
2
Kewajiban terhadap alam tidak harus dikaitkan dengan kewajiban terhadap sesama
manusia.
Kewajiban dan tanggung jawab terhadap alam semata-mata didasarkan pada
pertimbangan moral bahwa segala spesies di alam semesta mempunyai nilai atas dasar
bahwa mereka mempunyai kehidupan sendiri, yang harus dihargai dan dilindungi.
• Biosentrisme memandang manusia sebagai mahluk biologis yang sama dengan mahluk
biologis yang lain. Manusia dilihat sebagai salah satu bagian saja dari keseluruhan
kehidupan yang ada dimuka bumi, dan bukan merupakan pusat dari seluruh alam
semesta.Maka secara biologis manusia tidak ada bedanya dengan mahluk hidup
lainnya.Salah satu tokoh yang menghindari penyamaan begitu saja antara manusia
dengan mahluk hidup lainnya adalah Leopold. Menurut dirinya, manusia tidak memiliki
kedudukan yang sama begitu saja dengan mahluk hidup lainnya. Kelangsungan hidup
manusia mendapat tempat yang penting dalam pertimbangan moral yang serius. Ahanya
saja, dalam rangka menjamin kelangsungan hidupnya, manusia tidak harus
melakukannya dengan cara mengorbankan kelangsungan dan kelestarian komunitas
ekologis. Manusia dapat menggunakan alam untuk kepentingannya, namun dia tetap
terikat tanggung jawab untuk tidak mengorbankan integrity, stability dan beauty dari
mahluk hidup lainnya.unjtuk mengatasi berbagai kritikan atas klaim pertanyaan antara
manusia dengan mahluk biologis lainnya, salah seorang tokoh biosentrisme, Taylor,
membuat pembedaan antara pelaku moral (moral agents) dan subyek moral (moral
subjects). Pelaku moral adalah manusia karena dia memiliki kemampuan untuk bertindak
secara moral, berupa kemampuan akal budi dan kebebasan.Maka hanya manusialah yang
memikul kewajiban dan tanggung jawab moral atas pilihan-pilihan, dan
tindakannya.Sebaliknya, subyk moral adalah mahluk yang bisa diperlakukan secara baik
atau buruk, dan itu berarti menyangkut semua mahluk hidup, termasuk manusia. Dengan
demikian semua pelaku moral adalah juga subyek moral, namun tidak semua subyek
moral adalah pelaku moral, di mana pelaku moral memiliki kewajiban dan tanggung
jawab terhadap mereka.

• Teori biosentrisme, yang disebut juga intermediate environmental ethic, harus


dimengerti dengan baik, khususnya menyangkut kehidupan manusia dan mahluk-mahluk
hidup yang lain di bumi ini. Teori ini memberi bobot dan pertimbangan moral yang sama
kepada semua mahluk hidup. Disini dituntut bahwa alam dan segala kehidupan yang
terkandung didalamnya haruslah masuk dalam pertimbangan dan kepedulian moral.
Manusia tidak mengorbankan kehidupan lainnya begitu saja atas dasar pemahaman
bahwa alam dan segala isinya tidak bernilai dalam dirinya sendiri.

3
B.Pilar Utama Teori Biosentrisme

1. Teori Lingkungan yang Berpusat pada Kehidupan

Albert Schweitzer seorang dokter dan filsuf, pemenang Nobel tahun 1952 mengajukan teori etika
lingkungan yang berpusat pada kehidupan.Inti teorinya menyatakan hormat yang sedalam-dalamnya
terhadap kehidupan (reverence for life). Menurut Albert, etika lingkungan bersumber pada kesadaran
bahwa kehidupan adalah hal

sakral, dan katanya ”Saya menjalani kehidupan yang menginginkan tetap hidup,
di tengah kehidupan yang menginginkan untuk tetap hidup”. Prinsip atau perintah moral
yang berlaku di sini berbunyi ”adalah hal yang baik secara moral bahwa kita
mempertahankan dan memacu kehidupan, sebaliknya buruk secara moral kalau kita
menghancurkan kehidupan”.

2. Etika Bumi

Etika bumi merupakan pilar teori etika biosentrisme yang diajukan oleh Aldo
Leopold.Inti dari Land Ethic Theory atau Teori
Etika Bumi ini terdiri dari dua prinsip. Prinsip pertama dari teori ini adalah perlunya
perubahan cara pandang manusia yang hanya melihat bumi dan segala isinya sekadar alat
dan obyek dalam relasi ekonomis dan hanya mempunyai nilai dan fungsi ekonomis bagi
kepentingan manusia. Atas dasar prinsip ini, Leopold mengklaim bahwa segala sesuatu di
alam semesta ini semacam suatu komunitas biotis yang mempunyai nilai terhadap dirinya
sendiri, terlepas dari apakah berkaitan dengan dan menunjang kepentingan manusia atau
tidak. Bumi dan segala isinya adalah subyek moral yang sama seperti manusia.

Prinsip kedua dari etika bumi adalah perluasan pemberlakuan etika agar
mencakup seluruh makhluk yang ada di bumi ini.Dengan demikian, komunitas moral
yang dikenal dalam kehidupan manusia diperluas mencakup pula alam semesta
seluruhnya.Apa yang dilakukan oleh Lepold ini, merupakan perluasan ketiga dari etika
moral. Sebelumnya etika moral hanya berlaku antara manusia besa dengan manusia
bebas, tidak untuk budak atau hamba sahaya.Dari sini etika diperluas sehingga mencakup
seluruh manusia tanpa kecuali yang puncaknya adalah Deklarasi Universal Hak-Hak
Asasi Manusia.

4
3. Anti Spesiesisme

Anti spesiesisme merupakan salah satu versi lain dari biosentrisme, adalah teori
etika yang menuntut perlakuan sama bagi semua makhluk hidup, dengan alasan bahwa
semuanya memiliki kehidupan. Teori ini antara lain dilontarkan oleh Peter Singer dan
James Rachels.

Antispesiesisme adalah sikap yang membela kepentingan dan kelangsungan hidup semua
spesies di muka bumi ini karena mempunyai hak hidup yang sama dan pantas mendapatkan
perhatian dan perlindungan yang sama sama seperti spesies manusia.

Termasuk perlakuan yang sama terutama pada kemampuan merasa sakit, menurut
Singer, tidak ada justifikasi moral apa pun kalau sampai kita tidak mempertimbangkan secara
serius perasaan sakit yang dialami oleh spesies lain di luar manusia.
Rachels juga membela anti spesiesisme, argumennya adalah bahwa aturan moral bersifat netral,
tidak membeda-bedakan spesies dan aturan yang sama yang menjadi pedoman bagi perlakukan
kita terhadap manusia juga menjadi pedoman bagi perlakukan kita terhadap spesies bukan
manusia.

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, inti teori biosentrisme pada
umumnya adalah komunitas biotis, dan seluruh kehidupan di dalamnya diberi bobot
dan pertimbangan moral yang sama. Bahkan dalam kenyataan kita harus memilih dan
terpaksa mengorbankan kepentingan yang satu dan mengutamakan kepentingan yang
lain. Hal ini merupakan konsekuensi dari pilihan moral.Yang utama adalah alam
semesta dan seluruh kehidupan yang ada di dalamnya masuk dalam pertimbangan dan
kepedulian moral manusia, dan tidak serta merta dikorbankan begitu saja karena
alasan bahwa alam dan segala isinya tidak bernilai.

B. Saran

Manusia perlu mengambil kebijakan-kebijakan terhadap lingkungan sebagai


usaha untuk memperoleh efisiensi pemanfaatan sumber alam dan lingkungan. Kita
sebagai manusia wajib menyadari bahwa kita saling terkait dengan lingkungan yang
mengitari kita. Kemampuan kita untuk menyadari hal tersebut akan menentukan
bagaimana hubungan kita sebagai manusia dan lingkungan kita.

6
DAFTAR PUSTAKA

Sutoyo.Tanpa Tahun.Paradigma Perlindungan Lingkungan Hidup.Jurnal Hukum, 14(1),


200-202.
Sonny, K. 2010. Etika Lingkungan Hidup. PT. Kompas Media Nusantara: Jakarta.
AriaGustinDarusin.2011.Biosentrisme.https://ariagusti.wordpress.com/2011/05/14/biosen
tisme/.Tanggal Akses 11 september 2019.19:29

Anda mungkin juga menyukai