Anda di halaman 1dari 11

Pengertian Biosentrisme

Biosentrisme jika di artikan secara kata perkata berasal dari gabungan kata Yunani “bio”
yang berarti hidup dan kata latin “centrum” yang berarti pusat. tetapi jika di artikan secara
harfiah biosentrisme adalah suatu keyakinan bahwa kehidupan manusia memiliki hubungan
yang sangat erat dengan kehidupan seluruh kosmos. Dalam Biosentrisme manusia dianggap
sebagai salah satu makhluk hidup dari alam semesta yang mempunyai rasa saling
ketergantungan dengan makhluk hidup lainnya di alam semesta. Biosentrisme merupakan
teori yang memiliki suatu pandangan yang menempatkan alam sebagai yang memiliki nilai
tertinggi yang lepas dari kepentingan manusia. Jadi biosentrisme bertolak belakang dengan
teori antroposentrisme yang menyatakan bahwa hanya manusia dan kepentingannya lah yang
mempunyai nilai tertinggi. Teori biosentrisme juga dapat di katakan teori yang memiliki
pandangan bahwa makhluk hidup bukan hanya manusia saja.

http://www.bapaknaga.com/2016/05/pengertian-antroposentrisme-biosentrisme-dan-
kosentrisme.html

2. Biosentrisme (Intermedite Environtmental Ethics)

Biosentrisme berasal dari gabungan kata Yunani “bios” (hidup) dan kata latin
“centrum” (pusat). Secara harfiah, biosentrisme diartikan sebagai suatu keyakinan
bahwa kehidupan manusia erat hubungannya dengan kehidupan seluruh kosmos.
Manusia dipandang sebagai salah satu organisme hidup dari alam semesta yang
mempunyai rasa saling ketergantungan dengan penghuni alam semesta lainnya.
Biosentrisme merupakan suatu pandangan yang menempatkan alam sebagai yang
mempunyai nilai dalam dirinya sendiri, lepas dari kepentingan manusia. Dengan
demikian biosentrisme menolak teori antroposentrisme yang menyatakan bahwa hanya
manusialah yang mempunyai nilai dalam dirinya sendiri. Teori biosentrisme
berpandangan bahwa makhluk hidup bukan hanya manusia saja. Ada banyak hal dan
jenis mahluk hidup yang memiliki kehidupan. Hanya saja, hal yang rumit dari
biosentrisme, atau yang disebut juga life-centered ethic, terletak pada cara manusia
menanggapi pertanyaan: ”Apakah hidup itu?” . Pandangan biosentrisme mendasarkan
moralitas pada keluhuran kehidupan, entah pada manusia atau pada mahluk hidupnya.
Karena yang menjadi pusat perhatian dan ingin dibela dalam teori ini adalah kehidupan,
maka secara moral berlaku prisip bahwa setiap kehidupan dimuka bumi ini mempunyai
nilai moral yang sama, sehingga harus dilindungi dan diselamatkan. Oleh karena itu,
kehidupan setiap mahluk hidup pantas diperhitungkan secara serius dalam setiap
keputusan dan tindakan moral, bahkan lepas dari pertimbangan untung rugi bagi
kepentingan manusia.
Etika lingkungan Biosentrisme adalah etika lingkungan yang lebih menekankan
kehidupan sebagai standar moral. Salah satu tokoh penganutnya adalah Kenneth
Goodpaster. Menurut Kenneth rasa senang atau menderita bukanlah tujuan pada
dirinya sendiri. Bukan senang atau menderita, akhirnya, melainkan kemampuan untuk
hidup atau kepentingan untuk hidup. Kepentingan untuk hidup yang harus dijadikan
standar moral. Sehingga bukan hanya manusia dan binatang saja yang harus dihargai
secara moral tetapi juga tumbuhan. Menurut Paul Taylor, karenanya tumbuhan dan
binatang secara moral dapat dirugikan dan atau diuntungkan dalam proses perjuangan
untuk hidup mereka sendiri, seperti bertumbuh dan bereproduksi.
Biosentrisme menekankan kewajiban terhadap alam bersumber dari pertimbangan
bahwa kehidupan adalah sesuatu yang bernilai, baik kehidupan manusia maupun
spesies lain dimuka bumi ini. Prinsip atau perintah moral yang berlaku disini dapat
dituliskan sebagai berikut: ”adalah hal yang baik secara moral bahwa kita
mempertahankan dan memacu kehidupan, sebaliknya, buruk kalau kita menghancurkan
kehidupan”.
Biosentrisme melihat alam dan seluruh isinya mempunyai harkat dan nilai dalam
dirinya sendiri. Alam mempunyai nilai justru karena ada kehidupan yang terkandung
didalamnya. Kewajiban terhadap alam tidak harus dikaitkan dengan kewajiban
terhadap sesama manusia. Kewajiban dan tanggung jawab terhadap alam semata-mata
didasarkan pada pertimbangan moral bahwa segala spesies di alam semesta
mempunyai nilai atas dasar bahwa mereka mempunyai kehidupan sendiri, yang harus
dihargai dan dilindungi.
Biosentrisme memandang manusia sebagai mahluk biologis yang sama dengan
mahluk biologis yang lain. Manusia dilihat sebagai salah satu bagian saja dari
keseluruhan kehidupan yang ada dimuka bumi, dan bukan merupakan pusat dari
seluruh alam semesta. Maka secara biologis manusia tidak ada bedanya dengan mahluk
hidup lainnya. Salah satu tokoh yang menghindari penyamaan begitu saja antara
manusia dengan mahluk hidup lainnya adalah Leopold. Menurut dirinya, manusia tidak
memiliki kedudukan yang sama begitu saja dengan mahluk hidup lainnya.
Kelangsungan hidup manusia mendapat tempat yang penting dalam pertimbangan
moral yang serius. Ahanya saja, dalam rangka menjamin kelangsungan hidupnya,
manusia tidak harus melakukannya dengan cara mengorbankan kelangsungan dan
kelestarian komunitas ekologis. Manusia dapat menggunakan alam untuk
kepentingannya, namun dia tetap terikat tanggung jawab untuk tidak mengorbankan
integrity, stability dan beauty dari mahluk hidup lainnya. unjtuk mengatasi berbagai
kritikan atas klaim pertanyaan antara manusia dengan mahluk biologis lainnya, salah
seorang tokoh biosentrisme, Taylor, membuat pembedaan antara pelaku moral (moral
agents) dan subyek moral (moral subjects). Pelaku moral adalah manusia karena dia
memiliki kemampuan untuk bertindak secara moral, berupa kemampuan akal budi dan
kebebasan. Maka hanya manusialah yang memikul kewajiban dan tanggung jawab
moral atas pilihan-pilihan, dan tindakannya. Sebaliknya, subyek moral adalah mahluk
yang bisa diperlakukan secara baik atau buruk, dan itu berarti menyangkut semua
mahluk hidup, termasuk manusia. Dengan demikian semua pelaku moral adalah juga
subyek moral, namun tidak semua subyek moral adalah pelaku moral, di mana pelaku
moral memiliki kewajiban dan tanggung jawab terhadap mereka .
Teori biosentrisme, yang disebut juga intermediate environmental ethic, harus
dimengerti dengan baik, khususnya menyangkut kehidupan manusia dan mahluk-
mahluk hidup yang lain di bumi ini. Teori ini memberi bobot dan pertimbangan moral
yang sama kepada semua mahluk hidup. Disini dituntut bahwa alam dan segala
kehidupan yang terkandung didalamnya haruslah masuk dalam pertimbangan dan
kepedulian moral. Manusia tidak mengorbankan kehidupan lainnya begitu saja atas
dasar pemahaman bahwa alam dan segala isinya tidak bernilai dalam dirinya sendiri.
Biosentrisme mengagungkan nilai kehidupan yang ada pada ciptaan, sehingga
komunitas moral tidak lagi dapat dibatasi hanya pada ruang lingkup manusia.
Mencakup alam sebagai ciptaan sebagai satu kesatuan komunitas hidup
(biotic community).
Inti pemikiran biosentrisme adalah bahwa setiap ciptaan mempunyai nilai intrinsik
dan keberadaannya memiliki relevansi moral. Setiap ciptaan (makhluk hidup) pantas
mendapatkan keprihatinan dan tanggung jawab moral karena kehidupan merupakan
inti pokok dari konsern moral. Prinsip moral yang berlaku adalah “mempertahankan
serta memlihara kehidupan adalah baik secara moral, sedangkan merusak dan
menghancurkan kehidupan adalah jahat secara moral”
Biosentrisme memiliki tiga varian, yakni the life centered theory (hidup sebagai
pusat), yang dikemukakan oleh Albert Schweizer dan Paul Taylor ; land ethic (etika
bumi), dikemukakan oleh Aldo Leopold ; dan equal treatment (perlakuan setara),
dikemukakan oleh Peter Singer dan James Rachel.
a. The Life Centered Theory
The life centered theory adalah teori lingkungan yang berpusat pada lingkungan. Teori
yang dikemukakan oleh Albert Schweizer, mengajukan empat prinsip etis pokok, yaitu :
manusia adalah anggota dari komunitas hidup yang ada di bumi ini, bumi adalah suatu
sistem organik dimana manusia dan ciptaan lain saling berkaitan dan bergantung,
setiap ciptaan dipersatukan oleh tujuan bersama demi kebaikan dan keutuhan
keseluruhan, dan menolak superioritas manusia dihadapan makhluk ciptaan lain .
Semua makhluk hidup dalam bionsentrisme adalah anggota dari komunitas hidup,
dalam arti bahwa setiap ciptaan berhak diperlakukan dengan baik secara moral.
Manusia sebagai pelaku atau subjek moral harus memperlakukan dengan baik dan
tangging jawab moral terhadap makhluk lainnya.

b. The Land Ethic (Etika Bumi)


The Land Ethic (etika bumi) Teori etika bumi yang dikemukakan oleh Aldo Leopold
menjadi teori etika lingkungan klasik pada abad ini. Etika bumi menekankan pentingnya
keutuhan ciptaan dan bahwa setiap ciptaan merupakan bagian integral dari komunitas
kehidupan (Light-Holmes III, 2003:39/BASIS:2007:edisi 05-06:12-13). Bumi dan segala
isinya adalah subjek moral yang harus dihargai, tidak hanya alat dan objek yang bisa
dimanfaatkan manusia sesuka hati karena bumi bernilai pada dirinya sendiri.
Teori etika bumi menekankan bahwa keutuhan seluruh makhluk ciptaan tidak
bertentangan dengan kepentingan masing-masing ciptaan. Aldo Leopold mengatakakan
bahwa tugas manusia untuk menata dan memelihara sehingga kepentingan manusia
sebagai bagian dari komunitas kehidupan bisa sejalan dan tidak bertentangan dengan
kebaikan seluruh kebaikan komunitas kehidupan. Prinsip moral menurut Leopold
adalah bahwa setiap tindakan akan banar secara moral jika melindungi dan
mengupayakan keutuhan, keindahan, dan stabilitas seluruh komunitas kehidupan
(Palmer dalam Light, 2003:24, BASIS : 12-14). Manusia harus berhenti mengeksploitasi,
merusak makhluk ciptaan lain karena tindakan ini akan merusak keutuhan, stabilitas,
keindahan ciptaan alam.

c. Equal Treatment (perlakuan yang setara)


Equal treatment (perlakuan setara/sama) Equal treatment dikenal sebagai anti
spesiesisme yang dikemukakan oleh Peter Singer dan James Rachel. Anti spesiesme
adalah sikap membela kepentingan dan kelangsungan hidup semua spesies di bumi
karena didasarkan pada mempunyai hak hidup yang sama dan pantas mendapatkan
perlindungan dan perhatian yang sama.
Peter Singer mendasarkan teorinya kepada prinsip moral perlakuan yang sama dalam
kepentingan. Perlakuan yang sama dalam relasi anta manusia didasarkan pada
pertimbangan bahwa manusia mempunyai kepentingan yang sama. Kesadaran dan
tanggung jawab moral sangat penting terhadap makhluk ciptaan bukan manusia.
Tanggung jawab dan pertimbangan moral berlaku bagi seluruh komunitas kehidupan.
Prinsip moral harus konsisten diterapkan dalam seluruh komunitas kehidupan demi
kebaikan keseluruhan komunitas kehidupan.
Dalam pandangan filsafat timur yang diwakili hinduisme alam menjadi sesuatu yang
makrokosmos, dimana manusia hidup didalamnya sebagai mikrokosmos. Sedangkan
pandangan Konfuisme, mengajak manusia kembali kepada alam semesta demi
memperoleh kebahagiaan. Dalam aliran Zen di Jepang manusia berusaha mencari
keheningan dalam alam dan menyatu dengan dirinya sendiri.
Dalam pandangan filsafat Islam meletakkan pada etika / moral manusia terhadap
alam, yakni mengajak manusia hidup dalam keseimbangan dengan alam dan sebagai
makhluk bumi yang diberi mandat oleh Sang Pencipta untuk tetap memelihara dan
menjaga bumi dari segala ancaman. Sikap memelihara dan menjaga bumi merupakan
penerapan tanggung jawab manusia kepada Sang Pencipta alam dengan segala isinya.

http://soskita.blogspot.co.id/2015/09/etikalingkungan-antroposentrisme.html
3.2.Biosentrisme

Paham biosentrisme memiliki pandangan sebagai berikut :


 Alam memilki nilai pada dirinya sendiri (intrinsik) lepas dari kepentingan manusia,ini
berarti bahwa setiap kehidupan dan makhluk hidup nilai yang berharga pada dirinya
sendiri.tanpa harus dihubungkan dengan persoalan bagaimana hubungan makhluk hidup dan
kubutuhan manusia.
 Alam yang diperlukan sebagai moral,terlepas bagi manusia bermanfaat atau tidak,sebab alam
adalah komunitas moral.dalam kaitan ini biosentrisme menganjurkan bahwa kehidupan
dialam semesta ini akan dihormati.paham ini mengajarkan pula (Transformasi) etika yang
selama ini baik secara sadar maupun tidak telah kita yakini.Biosentrisme juga mengajak dan
memperluas etika manusia yang dihubungkan dengan keadaan alam semesta.
Sony Keraf mengatakan bahwa paham ini berpegangan pada pilar-pilar teori sebagai
berikut :
 Teori lingkungan yang berpusat pada kehidupan
Teori ini mengatakan bahwa manusia memilikikewajiban moral terhadap
alam.pertama,kewajiban untuk tidak melakukan sesuatu yang merugikan alam dan
segalanya.kedua,kewajiban untuk tidan menghambat kebebasan organism lain untuk
berkembang sesuai dengan hakikatnya.ketiga,kesedian untuk tidak
menjebak,memperdaya,atau menjerat binatang liar.
 Etika Bumi
Bumi dan segala isinya adalah subjek moral.oleh karena itu,ia bukan objek dan alat yang bisa
digunakan sesuka hati sebab bumi banyak memiliki keterbatasan seperihalnya manusia.Etika
ini memperluas keluar batas komunitas agar mencakup pula
tanah,air,tumbuhan,binatang/secara kolektif di bumi.

 Anti Spesiesime
Peter singer dan James Racles mengkritik antroposentrisme,sebagai paham yang bersifat
rasisme dan spesiesme.rasisme menganggap dan menjustifikasi ras tertentu sebagai ras yang
lebih unggul dibandingkan ras lain.

http://jabidabooy.student.unidar.ac.id/2013/06/etika-lingkungan.html

BIOSENTRISME
Etika lingkungan Biosentrisme adalah etika lingkungan yang lebih menekankan kehidupan
sebagai standar moral. Salah satu tokoh penganutnya adalah Kenneth Goodpaster. Menurut
Kenneth rasa senang atau menderita bukanlah tujuan pada dirinya sendiri. Bukan senang atau
menderita, akhirnya, melainkan kemampuan untuk hidup atau kepentingan untuk hidup.
Kepentingan untuk hidup yang harus dijadikan standar moral. Sehingga bukan hanya manusia
dan binatang saja yang harus dihargai secara moral tetapi juga tumbuhan. Menurut Paul
Taylor, karenanya tumbuhan dan binatang secara moral dapat dirugikan dan atau diuntungkan
dalam proses perjuangan untuk hidup mereka sendiri, seperti bertumbuh dan bereproduksi.

Biosentrisme adalah suatu pandangan yang menempatkan alam sebagai yang mem-
punyai nilai dalam dirinya sendiri, lepas dari kepentingan manusia. Dengan demikian
biosentrisme menolak antroposentrisme yang menyatakan bahwa manusialah yang
mempunyai nilai dalam dirinya sendiri. Teori biosentrisme berpandangan bahwa mahluk
hidup bukan hanya manusia saja. Ada banyak hal dan jenis mahluk hidup yang memiliki
kehidupan. Hanya saja, hal yang rumit dari biosentrisme, atau yang disebut juga life-centered
ethic, terletak pada cara manusia menanggapi pertanyaan: ”Apakah hidup itu?” . Pandangan
biosentrisme mendasarkan moralitas pada keluhuran kehidupan, entah pada manusia atau
pada mahluk hidupnya. Karena yang menjadi pusat perhatian dan ingin dibela dalam teori ini
adalah kehidupan, maka secara moral berlaku prisip bahwa setiap kehidupan dimuka bumi ini
mempunyai nilai moral yang sama, sehingga harus dilindungi dan diselamatkan. Oleh karena
itu, kehidupan setiap mahluk hidup pantas diperhitungkan secara serius dalam setiap
keputusan dan tindakan moral, bahkan lepas dari pertimbangan untung rugi bagi kepentingan
manusia .

Tinjauan kritis atas teori biosentrisme:


• Biosentrisme menekankan kewajiban terhadap alam bersumber dari pertimbangan bahwa
kehidupan adalah sesuatu yang bernilai, baik kehidupan manusia maupun spesies lain dimuka
bumi ini. Prinsip atau perintah moral yang berlaku disini dapat dituliskan sebagai berikut: ”
adalah hal yang baik secara moral bahwa kita mempertahankan dan memacu kehidupan,
sebaliknya, buruk kalau kita menghancurkan kehidupan”.
• Biosentrisme melihat alam dan seluruh isinya mempunyai harkat dan nilai dalam dirinya
sendiri. Alam mempunyai nilai justru karena ada kehidupan yang terkandung didalamnya.
Kewajiban terhadap alam tidak harus dikaitkan dengan kewajiban terhadap sesama manusia.
Kewajiban dan tanggung jawab terhadap alam semata-mata didasarkan pada pertimbangan
moral bahwa segala spesies di alam semesta mempunyai nilai atas dasar bahwa mereka
mempunyai kehidupan sendiri, yang harus dihargai dan dilindungi.
• Biosentrisme memandang manusia sebagai mahluk biologis yang sama dengan mahluk
biologis yang lain. Manusia dilihat sebagai salah satu bagian saja dari keseluruhan kehidupan
yang ada dimuka bumi, dan bukan merupakan pusat dari seluruh alam semesta. Maka secara
biologis manusia tidak ada bedanya dengan mahluk hidup lainnya. Salah satu tokoh yang
menghindari penyamaan begitu saja antara manusia dengan mahluk hidup lainnya adalah
Leopold. Menurut dirinya, manusia tidak memiliki kedudukan yang sama begitu saja dengan
mahluk hidup lainnya. Kelangsungan hidup manusia mendapat tempat yang penting dalam
pertimbangan moral yang serius. Ahanya saja, dalam rangka menjamin kelangsungan
hidupnya, manusia tidak harus melakukannya dengan cara mengorbankan kelangsungan dan
kelestarian komunitas ekologis. Manusia dapat menggunakan alam untuk kepentingannya,
namun dia tetap terikat tanggung jawab untuk tidak mengorbankan integrity, stability dan
beauty dari mahluk hidup lainnya. unjtuk mengatasi berbagai kritikan atas klaim pertanyaan
antara manusia dengan mahluk biologis lainnya, salah seorang tokoh biosentrisme, Taylor,
membuat pembedaan antara pelaku moral (moral agents) dan subyek moral (moral subjects).
Pelaku moral adalah manusia karena dia memiliki kemampuan untuk bertindak secara moral,
berupa kemampuan akal budi dan kebebasan. Maka hanya manusialah yang memikul
kewajiban dan tanggung jawab moral atas pilihan-pilihan, dan tindakannya. Sebaliknya,
subyk moral adalah mahluk yang bisa diperlakukan secara baik atau buruk, dan itu berarti
menyangkut semua mahluk hidup, termasuk manusia. Dengan demikian semua pelaku moral
adalah juga subyek moral, namun tidak semua subyek moral adalah pelaku moral, di mana
pelaku moral memiliki kewajiban dan tanggung jawab terhadap mereka .
• Teori biosentrisme, yang disebut juga intermediate environmental ethic, harus dimengerti
dengan baik, khususnya menyangkut kehidupan manusia dan mahluk-mahluk hidup yang lain
di bumi ini. Teori ini memberi bobot dan pertimbangan moral yang sama kepada semua
mahluk hidup. Disini dituntut bahwa alam dan segala kehidupan yang terkandung didalamnya
haruslah masuk dalam pertimbangan dan kepedulian moral. Manusia tidak mengorbankan
kehidupan lainnya begitu saja atas dasar pemahaman bahwa alam dan segala isinya tidak
bernilai dalam dirinya sendiri.

http://developmentcountry.blogspot.co.id/2009/08/biosentrisme.html

TIKA lingkungan Biosentrisme


adalah etika lingkungan yang lebih menekankan kehidupan sebagai standar moral. Salah satu
tokoh penganutnya adalah Kenneth Goodpaster. Menurut Kenneth kepentingan untuk hidup
yang harus dijadikan standar moral. Rasa senang atau menderita bukanlah tujuan melainkan
kemampuan untuk hidup atau kepentingan untuk hidup. Sehingga bukan hanya manusia dan
binatang saja yang harus dihargai secara moral tetapi juga tumbuhan.

Alam semesta adalah sebuah komunitas moral, dimana setiap kehidupan dalam alam semesta
ini, baik manusia maupun yang bukan manusia, sama-sama mempunyai nilai moral. Seluruh
kehidupan di alam semesta sesungguhnya membentuk sebuah komunitas moral. Oleh karena
itu, kehidupan makhluk apapun pantas dipertimbangkan secara serius dalam setiap keputusan
dan tindakan moral, bahkan lepas dari perhitungan untung-rugi bagi kepentingan manusia.
Oleh karena itu menjadi etis ketika etika berlaku bagi seluruh komunitas biotis, termasuk
komunitas manusia dan komunitas makhluk hidup lain.

Pusat perhatian yang dibela oleh teori ini adalah kehidupan secara moral. Dalam hal ini
berlaku prinsip bahwa setiap kehidupan di muka bumi ini mempunyai nilai moral yang sama
sehingga harus dilindungi dan diselamatkan. Teori etika biosentrisme mendasarkan moralitas
pada keseluruhan kehidupan, entah pada manusia atau pada makhluk hidup lainnya.
Kehidupan bernilai pada dirinya sendiri sehingga harus dilindungi.

Biosentrisme juga dikenal sebagai teori life-centered theory of environment. Teori ini
memandang lingkungan hidup sebagai pusat pada kehidupan. Inti dari teori ini adalah
manusia mempunyai kewajiban moral terhadap alam. Kewajiban ini bersumber pada
pertimbangan bahwa kehidupan adalah suatu proses bernilai..

Salah satu tokoh besar yang mendukung teori biosentrisme adalah Albert Schweitzer. Inti
dari teori lingkungan hidup Albert Schweitzer adalah reverence for life atau hormat sedalam-
dalamnya terhadap lingkungan. Menurut Albert Schweitzer, etika biosentrisme bersumber
pada kesadaran bahwa kehidupan adalah hal yang sakral. Hal ini mendorong manusia untuk
berusaha mempertahankan kehidupan dan memperlakukan kehidupan dengan hormat yang
sedalam-dalamnya. Albert Schweitzer memegang prinsip “adalah hal yang baik secara moral
kita memacu dan mempertahankan kehidupan, sebaiknya buruk bagi kita untuk
menghancurkan kehidupan”.

Paul Taylor dalam buku Respect For Nature: A Theory of Environmental Etnics menjelaskan
bahwa biosentrisme didasarkan kepada empat hal. Pertama, manusia adalah anggota
komunitas kehidupan di bumi. Kedua, spesies manusia bersama dengan semua spesies
lainnya adalah bagian dari sistem yang saling bergantung satu sama lain. Ketiga, semua
organisme adalah pusat kehidupan yang mempunyai tujuan sendiri. Keempat, manusia pada
dirinya sendiri tidak lebih unggul dari makhluk lainnya.

Selain itu, menurut Taylor untuk memahami teori biosentrisme, kita perlu membuat
perbedaan antara pelaku moral (moral agent) dan subyek (moral subjects). Pelaku moral
adalah makhluk yang memiliki kemampuan yang dapat digunakan untuk bertindak secara
moral, sehingga memiliki tanggung jawab dan bisa dituntut untuk bertanggung jawab
terhadap tindakannya (accountable beings). Berbeda dengan pelaku moral, subyek moral
adalah makhluk yang bisa dieprlakukan secara baik atau buruk,

Bagi Taylor, kewajiban utama manusia sebagai pelaku moral terhadap alam sebagai subyek
moral adalah menghargai dan menghormati alam (respect for nature). Sikap hormat terhadap
alam ini ditunjukkan dalam empat kewajiban:

1. Kewajiban untuk tidak melakukan suatu tindakan yang merugikan alam dan segala
isinya (nonmaleficience atau no harm), kewajiban ini berbentuk negatif, dalam artian
manusia secara moral dituntut untuk dapat menagan diri untuk tidak melakukan
sesuatu yang negatif dan dekstruktif merugikan dan merusak alam semesta.
2. Kewajiban untuk tidak mencampuri (non-interference), ada dua kewajiban yang
terkait. Pertama, kewajiban untuk membatasi dan menghambat kebebasan organisme
untuk berkembang dan hidup secara leluasa dialam sesuai dengan hakikatnya. Kedua,
kewajiban untuk membiarkan organisme berkembang sesuai dengan hakikatnya.
3. Kesetiaan, kesetian disini yang dimaksud oleh Taylor adalah janji untuk menjaga dan
menghargai alam.
4. Kewajiban restitutif atau keadilan retributif. Kewajiban ini menuntut agar manusia
memulihkan kembali kesalahan yang pernah diperbuatnya dalam bentuk kerusakan
ataupun pencemaran lingkungan. Manusia diwajibkan untuk mengembalikan alam
yang telah dirusaknya ke kondisi semula.

Sebagai penutup tulisan ini, penulis mengutip sebuah ayat dalam Al-Qur’an Al A’raf ayat
56-58 yang artinya “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepadanya rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan
(akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik. Dan dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum
kedatangan rahma Nya (hujan) hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung,
kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu kami turunkan hujan di daerah itu. Maka kami
keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah kami
membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.
Dan tanah yang baik, tanam-tanamannya tumbuh dengan seizin Allah, dan tanah yang tidak
subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-
tanda kebesaran (Kami)bagi orang-orang yang bersyukur.”

http://www.lintasgayo.com/21069/biosentrisme-untuk-menyelamatkan-lingkungan.html
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.
ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
sesame manusia.Bukan merupakan perwujudan kewajiban dan
tanggung jawab moral manusia terhadap alam itu sendiri.
16
b
.
Teori Biosentrisme
Menurut Albert Schweitzer dalam buku A. Sonny Keraf, etika
biosentrisme bersumber pada kesadaran bahwa kehidupan adalah
hal
sacral.Kesadaran ini mendorong manusia untuk selalu berusaha
mempertahankan kehidupan dan memperlakukan kehidupan
dengan
sikap hormat. Bagi Albert Szhweitzer, orang yang benar
-
benar
bermoral adalah orang yang tunduk pada dorongan untuk
membantu
semua kehidupan, ketika ia sendiri mampu membantu dan
menghindari apapun yang membahayakan kehidupan.
17
Etika biosentrisme did
asarkan pada hubungan yang khas antara
manusia dan alam, dan nilai yang ada pada alam itu sendiri.Alam
dan
seluruh isinya mempunyai harkat dan nilai di tengah dan dalam
komunitas kehidupan di bumi.Alam mempunyai nilai karena ada
kehidupan di dalamnya.Terle
pas dari apapun kewajiban dan tanggung
jawab moral yang manusia miliki terhadap sesama manusia,
manusia
mempunyai kewajiban dan tanggung jawab moral terhadap semua
makhluk di bumi ini demi kepentingan manusia

Anda mungkin juga menyukai