dan KEWARGANEGARAAN
Penyunting:
Taufiq Rohman, S.Pd.I, M.Pd.
Kata Pengantar:
Dr. Sumarto, M.Pd.I
(Founder Yayasan Literasi Kita Indonesia)
Penyunting :
Taufiq Rohman, S.Pd.I, M.Pd.
ISBN : 978-623-90212-8-3
Desain Sampul:
Dharma Setyawan, M.A
Penerbit :
Penerbit Buku Literasiologi
Redaksi :
Jl. Ness Simpang Sungai Duren Kecamatan Jaluko Muara Jambi –
Jambi Indonesia
Cp/WA. 082136949568
Email : info@literasikitaindonesia.com
www : http://literasikitaindonesia.com
1
Bahrul Hayat, Mengelola Kemajemukan Umat Beragama (Jakarta: PT Saadah Pustaka
Mandiri, 2013), hal. 25.
2
Wawan Gunawan, Abdul Wahid, Fikih Kebinekaan (Bandung: Mizan dan Maarif
Institute, 2015), hal. 144.
3
Bahrul Hayat, Op. Cit., hal. 10.
4
Moh. Mahfud MD dalam Prosiding Kongres Pancasila IV, Strategi Pelembagaan Nilai-nilai
Pancasila dalam Menegakkan Konstitusionalitas Indonesia (Yogyakarta: PSP UGM, 2012), hal. 2.
DEMOKRASI PANCASILA
Nama : Amrin
A. Demokrasi Pancasila
1. Pengertian Demokrasi Pancasila
Adalah demokrasi yang menjamin keseimbangan antara
kepentingan individu dan kepentingan umum (bersama)
dalam proses bermasyarakat untuk mencapai mufakat.
Hal-hal ppkok yang menjadi perhatian adalah sebagai
berikut.
a. Musyawarah untuk mufakat yang bersumber kepada
paham kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan
perwakilan
b. Setiap keputusan yang diambil harus selalu dapat di
pertanggung jawabkan dan sama sekali tidak boleh
bertentangan dengan sila-sila pancasila dan undang-
undang dasar tahun 1945
c. Setiap peserta musyawarah mempunyai hak dan
kesempatan dalam mengluarkan pendapat
d. Apabila cara musyawarah untuk mufakat tidak dapat
dipertemukan pendapat yang berbeda dan sudah
diupayakan berkali-kali maka dapat dipergunakan
cara lain dngan keputusan (vouting).
e. Hasil musyawarah atas setiap keputusan baik sebagai
hasil mufakat maupun berdasarkan suara terbanyak,
5
Drs. H. Wirman Burhan .Pendidikan kewarganegaraan, pancasila, Undang-Undang
Dasar1945/Wirman Burhan,-Ed. 1-Cet. 1-Jakarta:Rajawali Pers,2014
6
Drs . H. Wirman Burhan, Op. Cit., 200.
7
Drs .H. Wirman Burhan, Op. Cit., hlm. 203.
8
Drs .H. Wirman Burhan, Op. Cit., hlm. 203.
9
Drs .H. Wirman Burhan, Op. Cit., hlm. 203 - 208
10
Abdulgani, Roeslan.1964. Hukum Dalam Revolusi dan Revolusi Dalam Hukum.B.P. Prapantja.
Djakarta.
11
Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Pancasila, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), hlm. 48.
12
Ibid., hlm. 49-50.
15
Ibid., hlm. 27-29.
16
Winarno, Op. Cit., hlm. 55-56.
2. Nilai Kemanusiaan
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab terletak pada alasan
dan pokok permohonan pengujian Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2004 tentang Sumber Daya Air. Para pemohon beranggapan bahwa
undang-undang a quo merupakan undang-undang yang
diskriminatif, hal tersebut tertuang pada pasal 91 undang-undang a
quo menyatakan bahwa instansi pemerintah yang membidangi
Sumber Daya Air bertindak untuk kepentingan masayarakat apabila
terdapat indikasi masyarakat menderita akibat pencemaran air dan
atau kerusakan sumber air yang memengaruhi kehidupan
masyarakat.
Semestinya norma pasal 91 undang-undang a quo sejalan
dengan postulat kedua “Setiap undang-undang harus
mencerminkan nilai kemanusiaan dan menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia”. Mengandung arti bahwa setiap undang-undang
yang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan
bersama presiden harus:
a. Melindungi masyarakat dari segala perbudakan. Perbudakan
yang dimaksud ialah segala bentuk yang dapat merendahkan
harkat dan martabat manusia.
b. Menjamin rasa keadilan masyarakat dalam pemenuhan
kewajiban. Karena apabila semua telah memenuhi
kewajibannya, maka hak pun akan diperolah dengan
sendirinya.18
3. Nilai Persatuan
Dalam undang-undang a quo mengandung muatan yang
memicu konflik horizontal. Yang tercermin pada pasal 29 ayat (2)
dan pasal 48 ayat (1). Pasal-pasal tersebut dapat memicu konflik
antar wilayah sungai khusunya antar wilayah sungai yang identik
17
Backy Krisnayuda, Pancasila Dan Undang-Undang, (Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2016),
hlm. 239-240.
18
Ibid., hlm. 241-242.
19
Ibid., hlm. 244-247.
20
Ibid., hlm. 247-249.
21
Ibid., hlm. 250-251.
1. Nilai Ketuhanan
Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa Mengandung arti adanya
pengakuan dan keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai
22
Darji Darmodiharjo dan Shidartya, Pokok-pokok Filsafat Hukum (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2006) hal. 208-209
23
Ibid., hal. 209
24
Mohamad Sinal, Pancasila Konsensus Negara-Bangsa Indonesia ( Jawa Timur: Madani, 2017) hal.
10-11
25
Ibid.
26
Suwarno, Pancasila Budaya Bangsa Indonesia (Yograkarta: Penerbit Kanisius, 1993) hal 125-126
27
Sulis W.H, Pancasila Dan Wawasan Nusantara (Yogyakarta: indoeduka, 2017), hlm.13.
28
Ibid.
29
Tim Bina Karya Smk, Wawasan Kebangsaan Dalam Kerangka Nkri, (Yogyakarta: Indoeduka, 2017),
hlm. 140.
30
Dr.Winaro, Paradigm Baru Pedidikan Pancasila (Jakarta: Aksara, 2016), hlm. 148.
31
Sulis W.H, Op.Cit.,hlm. 20.
32
Dr. Mohamad sinal, Konsensus Negara-bangsa Indonesia, (Malang: Madani, 2017), Hal. 46.
33
Dr. H. Kabul Budiyono, Pendidikan pancasila, (Bandung: Alfabeta, 2017), hal. 108.
34
Ibid, Hal. 109.
35
Umar, N, Islam Fungsional, (Jakarta: Gramedia, 2014), Hal. 261.
36
Dr. Mohamad sinal, Konsensus Negara-bangsa Indonesia, (Malang: Madani, 2017), Hal. 46.
37
Eddie Siregar, EMPAT Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara., Jakarta,2014., Hlm.214
38
Eddie Siregar. Op.,Cit
39
Ilmu Negara dan Teori Negara – Beni Ahmad Aebani dkk
40
Beni Ahmad Aebani dkk., Op. cit., hlm 86-104
41
Alimin Siregar, “ Ilmu Pengetahuan Dan Isinya”, bahan kuliah umum Hubungan Internasional
Universitas Riau. Disampaikan pada tanggal 18 September 2011
B. Tujuan Negara
Di bentuknya suatu organisasi atau lembaga pasti memiliki
tujuan yang hendak dicapai,begitu pula dengan Negara memiliki
tujuan yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan masyarakat
bangsanya serta pandangan hidup yang melandasinya. Biasanya
tujuan Negara di tetapkan dalam konstitusi Negara yang
bersangkutan. Tujuan dibentuknya sebuah Negara di maksudkan
untuk mengarahkan segala kegiatanya.
Beberapa ahli telah menyampaikan pandanganya mengenai
tujuan negara. Terdapatnya perbedaan antara ahli yang satu dengan
lainya di pengaruhi oleh latar belakang dan situasi lingkungan
tempat dia berbeda.43 Beberapa ahli tersebut diantarnya adalah:
1. Roger H. Soltau
Tujuan Negara adalah memungkinkan rakyatnya berkembang
sebebas- bebasnya.
2. Harold J. Laski
Menurutnya Negara di bentuk untuk menciptakan
keadaan yang baik agar rakyat dapat menginginkan
secara maksimal.
42
Alimin Siregar. Op. Cit
43
Ibid
C. Fungsi Negara
Berdasarkan teori bernegara,pada dasarnya Negara di bentuk
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia baik sebagai
pribadi perseseorangan maupun kelompok. Namun untuk
Indonesia,Negara sebagai lembaga pemerintah yang berdaulat tidak
berfungsi untuk memenuhi kepentingan individu atau golongan
tertentu,tetapi untuk mengutamakan kepentingan umum44. Fungsi
Negara yaitu:
1. Fungsi pertahanan,yaitu Negara memiliki kemampuan untuk
menanggulangi timbulnya serangan dan ancaman baik dari
dalam maupun dari luar.
2. Fungsi keamanan dan ketertiban,yaitu menciptakan suasana
aman dan tentram demi keharmonisan hidup bernegara bagi
warga negaranya,bisa dengan melakukan pengertiban dan
melakukan pencegahan bentrokan-bentrokan dalam
masyarakat. Dalam hal ini, Negara bertindak sebagai
stabilisator.
44
Budiyanto. 1997. Dasar-dasar Ilmu Tata negar.LAN
D. Sifat Negara
Miriam budiardjo berpendapat bahwa setiap Negara mempunyai
sifat-sifat:
1. Memaksa, Negara memiliki kewenang untuk memaksa dengan
menggunakan kekerasan fisik secara sah. Tujuan adanya
pemaksaan ,adalah agar peraturan perundang-undang ditaati
sehingga dapat mewujudkan ketertiban dalam masyarakat. Alat
pemaksaanya antara lain, polisi,tentara,dan berbagai senjata
lainya.45
2. Monopoli,Yaitu Negara mempunyai hak untuk melaksankan
sesuatu sesuai dengan tujuan bersama dari masyarakat.
Misalnya saja menjatuhkan hukuman kepada setiap warga
Negara yang melanggar peraturan, memungut pajak, dan
melarang aliran kepercayaan atau politik tertentu yang dinilai
bertentangan dengan tujuan masyarakat.
3. semua,artinya setiap peraturan perundang-undang dengan
berlaku untuk semua orang tanpa kecuali.46
45
Budiyanto. 1997. Op., Cit
46
Ilmu Negara dan Teori Negara – Beni Ahmad Aebani dkk
47
Prof Dr.Azumardi Azara, MA, Demokrasi Masyarakat Madani, Tim Penyusun ICCE UIN, Jakarta,
2003.hlm.141-145.
48
Menurut Joseph A. Schmeter dan Henry B. Mayo, loc. Cit. hlm. 151
49
Tim Penyusun. Pendidikan Kewarganegaraan.Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah JAKARTA.
2003, hlm. 110-115.
50
Menurut Nurcholish Madjid, op. Cit. hlm. 120
4. Model-Model Demokrasi
Dalam demokrasi Banyak model demokrasi yang hadir, dan
menjadkan demokrasi berkembang ke dalam banyak model, antara
lain karena terkait dengan kreativitas para aktor politik diberbagai
tempat dalam mendesain praktik demokrasi prosedural sesuai
dengan kultur, sejarah, dan kepentingan mereka.51
Dalam sejarah teori deemokrasi terletak suatu konflik yang
sangat tajam mengenai apakah demokrasi harus berarti suatu jenis
kekuasaan rakyat atau suatu bantuan bagi pembuatan keputusan.
Konflik ini telah memunculkan tiga jenis atau model demokrasi52
a) Pertama, demokrasi partisipatif atau demokrasi langsung, suatu
sistem dimana pengambilan keputusan tentang permasalahan
umum melibatkan warga negara secara langsung .
51
Tim Penyusun. Pendidikan Kewarganegaraan.Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah JAKARTA.
2003, hlm. 110-118.
52
Ibid.
53
Menurut Inu Kencana, op. Cit. hlm. 130.
54
https://jumatunnikmah.wordpress.com/2012/05/19/perkembangan-demokrasi-di-barat-dan-di-
indonesia.
55
Madani, Malik. “Syura, Sebagai Elemen Penting Demokrasi” dalam Jurnal Khazanah, UNISMA
Malang, 1999. hlm. 12-17.
56
Menurut Joseph A. Schumpeter dan Aswab Mahasin, loc. Cit. hlm. 20
A. Sejarah Pancasila
1. Pengertian Pancasila
Pancasila adalah ideologi dasar bagi Negara Indonesia. Nama
ini terdiri dari dua kata dari bahasa sansekerta. Panca berarti lima
dan sila berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan
pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, dan yang tercantum pada paragraph ke-4 pembukaan
UUD 1945.57
Dalam upaya merumuskan pancasila sebagai dasar Negara
yang resmi, terdapat usulan-usulan pribadi yang dikemukakan
dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia,
yaitu:
1. Lima dasar oleh Muhammad Yamin, yang berpidato pada
tanggal 29 Mei 1945. Yamin merumuskan lima dasar sebagai
berikut: Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri KeTuhanan,
Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan rakyat. Beliau menyatakan
bahwa kelima sila yang dirumuskan itu berakar pada sejarah,
peradaban, agama, dan hidup ketatanegaraan yang telah lama
57
Haspari Ratna, Syukur Abdul, Sejarah Pancasila, (Jakarta: Penerbit Erlangga). hlm. 44.
58
Ibid., hlm. 45.
1. Ir. Soekarno
Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno mendapat kesempatan untuk
mengemukakan dasar Negara Indonesia merdeka. Pemikirannya
terdiri atas lima asas berikut ini :
a. Kebangsaan Indonesia
b. Internasionalisme atau perikemanusiaan
c. Mufakat atau demokrasi
d. Kesejahteraan sosial
e. Ketuhanan Yang Maha Esa59
Kelima asas tersebut diberinya nama Pancasila sesuai saran
teman yang ahli bahasa. Untuk selanjutnya tanggal 1 Juni diperingati
sebagai hari Lahir Istilah Pancasila.
2. Moh. Yamin
Mohammad Yamin menyatakan pemikirannya tentang dasar
Negara Indonesia di hadapan sidang BPUPKI pada tanggal 29 Mei
1945. Pemikirannya diberi judul “ Asas dan Dasar Negara Kebangsaan
59
Srijanto Djarot, Tata Negara, (Surakrta: Pabelan). hlm. 66.
3. Mr. Soepomo
Mr. Soepomo mendapat giliran mengemukakan pemikirannya
di hadapan sidang BPUPKI pada tanggal 31 Mei 1945. Pemikirannya
berupa penjelasan tentang masalah-masalah yang berhubungan
dengan dasar Negara Indonesia merdeka. Negara yang akan
dibentuk hendaklah Negara integralistik yang berdasarkan pada hal-
hal berikut ini :
a. Persatuan
b. Kekeluargaan
c. Keseimbangan lahir dan batin
d. Musyawarah
e. Keadilan sosial60
Sebelum Indonesia merdeka, ada beberapa Negara yang
pernah menjajah Indonesia. Diantaranya bangsa Belanda, Portugis,
Inggris, dan Jepang. Terhadap penjajahan tersebut, bangsa
Indonesia selalu melakukan perlawanan dalam bentuk perjuangan
bersenjata maupun politik.
Penjajahan Belanda berakhir pada tanggal 8 Maret 1942. Sejak
saat itu Indonesia diduduki oleh bangsa Jepang. Mulai tahun 1944,
tentara Jepang mulai kalah dalam melawan tentara Sekutu. Untuk
menarik simpati bangsa Indonesia agar bersedia membantu tentara
Jepang dalam melawan Sekutu, Jepang memberikan janji
kemerdekaan dikelak kemudian hari. Janji itu diucapkan oleh
Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 07 September 1994. Sebagai
kelanjutan dari janji Jepang tentang kemerdekaan Indonesia, maka
pada tanggal 29 april 1945 dibentuk Badan Penyelidik Usaha-Usaha
60
Ibid., hlm. 67-68.
61
Ibid., hlm. 69.
62
Pangeran Alhaj dan Surya Partia Usman, Pendekatan pancasila, (Jakarta : bumi akrasa, 1995). hlm.
120.
63
Ibid. hlm. 121.
64
Pangeran Alhaj dan Surya Partia Usman. Drs., Op. Cit.
B. Dasar Negara
Dasar Negara berasal dari dua kata, yaitu “Dasar” yang berarti
landasan atau pondasi utama dan “Negara” yang berarti suatu
wilayah yang ditempati oleh sekumpulan orang dan wilayah tersebut
memilik aturan atau sistem yang berlaku ditempat tersebut, kita
dapat mengartikan bahwa Dasar Negara adalah landasan pokok atau
pedoman yang diapakai oleh suatu Negara untuk mengatur dan
menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara agar dapat
teroragnisir dengan baik.
Tujuan dari dibentuknya Dasar Negara yaitu untuk mengatur
penyelenggaraan kehidupan suatu bangsa atau Negara agar
mempunyai pegangan dalam setiap tindakan yang dilakukan,dan
juga sebagai pandangan hidup.
65
Kabul Budianto, Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi, Alfabeta, 2009, hlm.13.
66
Dr. Suratman, SH., M. Hum, dkk, Pendidikan Pancasila, (Malang: Madani Media, 2016), hlm.53
2. Karakteristik Ideologi
Hidayat menjelaskan ideologi sebagai pandangan masyarakat
memiiki karakteristik yaitu sebagai berikut:
a. Ideologi sering muncul dan berkembang dalam situasi kritis.
b. Ideologi biasanya terjalin dalam kegiatan politik.
c. Ideologi mencakup beberapa pemikiran dan panutan.67
B. Fungsi ideologi
Berikut beberapa pendapatmenurut para ahli:
Hidayat menjelaskanfungsi ideologi bagi manusia adalah:
a. Sebagaipedoman bagi individu, masyarakat, atau bangsa
untuk berpikir, melangkah dan bertindak.
b. Sebagai upaya menghadapi berbagai persoalan masyarakat
dan bangsa disegala aspek kehidupan masyarakat.
c. Sebagai kekuatan ang mampu memberi semangat dan
memberi motivasi individu, masyarakatdan bangsa untuk
mencapai tujuan.
Cahyono dan Al Hakim juga menjelaskan fungsi ideologi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu sebagai berikut:
a. Membantu manusia dalam upaya untuk melibatkan diri di
kehidupan masyarakat.
b. Menyajikan suatu formulasi yang berisi panduan unuk
mengarahkan berbagai pertimbangan dan tindakan manusia,
baik sebagai individu maupun sebagai anggota masysarakat.
c. Sebagai sarana untuk mengendalikan konflik
d. Sebagai lensa dan cermin bagi idividu untuk melihat dunia
dan dirinya, serta sebagai jendela agar orang lain bisa melihat
dirinya68
67
Suparlan Al Hakim, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Konteks Indonesia, (Malang: Madani,
2016), hlm 282.
68
Ibid., 285
69
Dr. Suratman, SH., M. Hum, dkk. Op. Cit., hlm. 54.
A. Pendahuluan
Indonesia diproklamasikan kemerdekaannya dari penjajahan
pada 17 Agustus 1945. Kemerdekaan yang diproklamasikan itu
berangkat dari perjalanan sejarah peperangan yang panjang,
berabad-abad lamanya melawan penjajah dalam suasana
perpecahan tidak adanya semangat persatuan dan kesatuan
menyebabkan lamanya penjajahan di bumi nusantara.
Penjajahan itu menyebabkan kebodohan dan penderitaan yang
pada abad ke XX mendorong tumbuhnya semangat kebangsaan.
Kebangkitan nasional ini ditandai dengan lahirnya gerakan Budi
Utomo pada tahun 1908. Peristiwa Sumpah Pemuda yang diikrarkan
pada 28 Oktober 1928 merupakan tonggak sejarah yang sangat
penting, yang merupakan perwujudan sikap dan tekad bangsa
Indonesia untuk bersatu dalam wadah Negara, bangsa dan bahasa
Indonesia. Tekad ini mewujudkan perjuangan yang akhirnya
melahirkan proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia pada tanggal
17 Agustus 1945.70
Keberagaman yang dimiliki Indonesia dari sabang sampai
merauke merupakan satu kesatuan bangsa Indonesia yang telah
diikrarkan pemuda Indonesia melalui Sumpah Pemuda, dan dinaungi
oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Bendera Negara Indonesia ialah sang merah putih, Bahasa
Indonesia yaitu Bahasa Indonesia, serta lambang Negara Indonesia
ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika, dan
70
Zainul Ittihad Amin, Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), hlm. 1.
71
Tim Bina Karya, Wawasan Kebangsaan Dalam Kerangka NKRI, (Yogyakarta: Indoeduka, 2017),
hlm. 4.
72
Ibid., hlm. 6.
73
Zainul Ittihad Amin, Op. Cit. hlm. 2.
74
Ibid., hlm. 3.
A. Konsep Demokrasi
Demokrasi berasal dari kata Yunani demos dan kratos. Demos
artinya rakyat. kata kratos berarti pemerintahan. Jadi, demokrasi
berarti pemerintahan rakyat,yaitu pemerintahan yang rakyatnya
memegang peranan yang sangat menenentukan.
Kata demokrasi merujuk kepada konsep kehidupan negara
atau masyarakat, dimana warga negara dewasa turut berpartisipasi
dalam pemerintahan melalui wakilnya yang diplih melalui pemilu.
Pemerintahan di Negara demokrasi juga mendorong dan menjamin
kemerdekaan berbicara, beragarna, berpendapat, berserikat setiap
warga Negara, menegakan rule of law, adanya pemerintahan
menghormati hak-hak kelompok minoritas; dan masyarakat warga
Negara memberi peluang yang sama untuk mendapatkan kehidupan
yang layak.
Dapat disimpulkan bahwa pengertian demokrasi adalah
bentuk pemerintahan yang berasal dari rakyat, dilakukan oleh
rakyat, dan dipergunakan untuk kepentingan rakyat.
Dalam Negara demokrasi, kata demokrasi pada hakekatnya
mengandung makna (Mas’oed, 1997) adalah partisipasi rakyat dalam
penyelenggaraan . (partisipasi politik), yaitu;
1. Penduduk ikut pemilu;
2. Penduduk hadir dalam rapat selama 5 tahun terakhir;
3. Penduduk ikut kampanye pemilu;
4. Penduduk jadi anggota parpol dan ormas;
5. Penduduk komunikasi langsung dengan pejabat pemerintah.
75
Rogaiyah, Alfitri. 2009. Jurnal PPKn dan Hukum: Demokrasi Kesetaraan atau Kesenjangan.
Universitas Sriwijaya. Sumatera Selatan
C. Nilai-Nilai Demokrasi
Untuk menumbuhkan keyakinan akan baiknya system
demokrasi, maka harus ada pola perilaku yang menjadi tuntunan
atau norma nilai-nilai demokrasi yang diyakini masyarakat. Nilai-
nilai dan demokrasi membutuhkan hal-hal sebagai berikut:
1. Kesadaran akan puralisme.
2. Sikap yang jujur dan pikiran yang sehat.
3. Demokrasi membutuhkan kerjasama antarwarga masyarakat dan
sikap serta itikad baik.
4. Demokrasi membutuhkan sikap kedewasaan.
5. Demokrasi membutuhkan pertimbangan moral..
76
Sulfa, 2006. Pendidikan Kewarganegaraan. Universitas Halu Oleo.
Kendari
A. Pengertian Pancasila
Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta (bahasa Brahmana
India) yang artinya Panca = Lima, Sila/syila = batu sendi, ulas atau
dasar. Pancasila adalah lima batu sendi atau Panca = lima Sila/syila
= tingkah laku yang baik. Sehingga yang dimaskud dengan Pancasila
bila dilihat dari segi Etimologi adalah lima tingkah laku yang baik.
Istilah “Pancasila” di dalam “Falsafah Negara Indonesia”
mempunyai pengertian sebagai nama dari 5 dasar negara RI, yang
pernah diusulkan oleh Bung Karno atas petunjuk Mr. Moh. Yamin
pada tanggal 1 Juni 1945, yaitu pada saat bangsa Indonesia sedang
mencari jawaban atas pertanyaan apakah yang akan dijadikan
sebagai dasar negara bangsa Indonesia kedepannya nanti. Lima
dasar negara yang diberikan nama Pancasila oleh Bung Karno, ialah:
1. Kebangsaan
2. Prikemanusiaan
3. Mufakat
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan YME
Setelah bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan
pada tanggal 17 Agustus1945, disusunlah suatu UUD pada 18 Agustus
1945 yang di dalam pembukaannya tercantum lima dasar Negara R.I.
yang disebut dengan Pancasila. Pancasila adalah lima dasar negara
yang tercantum dalam pembukaan UUD N 1945, yaitu dasar :
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab
77
Mahfud MD, “Ceramah Kunci Ketua Mahkamah Konstitusi Pada Kongres Pancasila Pada Tanggal
30 Mei 2009”, dalam Agus Wahyudi, Rofiqul Umam Ahmad, Saldi Isra, Sindung Tjahyadi,
dan Yudi Latif (ed), Proceeding Kongres Pancasila: Pancasila Dalam Berbagai Perspektif,
Jakarta: Sekjend dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2009, hlm.12-13
78
Suteki, Rekonstruksi Politik Hukum Hak Atas Air Pro Rakyat, Jawa Timur: Surya Pena Gemilang,
2010, hlm.19
A. Susunanan Negara
1. Negara Kesatuan
Negara kesatuan disebut juga Negara unitaris, Negara ini
ditinjau darisegi susunannya, memanglah susunannya bersifat
tunggal, maksudnya Negara kesatuan ini adalah Negara yang tidak
tersusun dari beberapa Negara. Melainkan hanya terdiri dari satu
Negara, sehingga tidak ada didalam Negara kesatuan hanya ada satu
Negara. Sehinnga tidak ada Negara didalam Negara. Dengan
demikian dalam Negara kesatuan hanya ada satu pemerintahan,
yaitu pemerintahan pusat yang mempunyai kekuasaan serta
wewenang tertinggidalam bidang pemerintahan Negara,
menetapkan kebijakasanaan pemerintahan dan melaksanakan
pemerintahan Negara baik dipusat maupun di daerah-daerah.79
Dengan demikian dalam negara kesatuan hanya ada satu
pemerintah, yaitu pemerintah pusat yang mempunyai kekuasaan
serta wewenang tertinggi dalam bidang pemerintahan negara,
menetapkan kebijakan-kebijakan pemerintah dan melaksanakan
pemerintahan negara baik di pusat maupun di daerah serta di dalam
atau di luar negeri. Negara kesatuan mewujudkan kebulatan tunggal,
kesatuan (unity) dan monosentris (berpusat pada satu). Macam-
macam negara kesatuan :
a. Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi
Dalam negara kesatuan dengan sistem sentralisasi maka semua
urusan diurus oleh pemerintah pusat. Pemerintah daerah tidak
79
Soehino,Ilmu Negara (Yogyakarta: Liberty,1998), hlm.226
2. Negara Federasi
Federasi berasal dari kata feodus yang berari perjanjian atau
persetujuan. Dalam negara federasi atau negara serikat
(bondstaat/bundesstaat) merupakan dua atau lebih kesatuan politik
yang sudah atau belum berstatus negara berjanji untuk bersatu
dalam suatu ikatan politik, dimana ikatan tersebut akan mewakili
mereka secara keseluruhan. Jadi merupakan suatu negara bagian
yang masing-masing tidak berdaulat, karena yang berdaulat adalah
persatuan dari negara-negara tersebut yaitu negara serikat
(pemerintah federal).
Jadi, awalnya masing-masing negara bagian tersebut
merupakan negara yang merdeka, berdaulat serta berdiri sendiri.
Dengan menggabungkan dalam suatu negara serikat maka negara
yang tadinya berdiri sendiri, sekarang menjadi negara bagian dan
melepaskan sebagian kekuasaan yang dimilikinya dan
menyerahkannya kepada negara serikat. Kekuasaan yang diserahkan
disebutkan satu demi satu sehingga hanya kekuasaan yang
disebutkan saja yang diserahkan kepada negara serikat (delegated
powers). Umumnya, kekuaaan yang diserahkan adalah hal-hal yang
berhubungan dengan luar negeri, pertahanan negara, keuangan dan
pos. Dengan demikian kekuasaan yang diberikan bersifat terbatas
karena kekuasaan yang asli tetap ada pada negara bagian.
Anggota-anggota federasi tidak berdaulat dalam arti yang
sesungguhnya karena federasilah yang berdaulat. Anggota suatu
federasi disebut negara bagian (deelstaat, state, anton,
lander). Bentuk negara federasi tidak dikenal pada zaman kuno
maupun abad pertengahan, namun baru dikenal sekitar tahun 1787
2. Negara Serikat
Negara serikat merupakan negara bersusun jamak, terdiri
atas beberapa negara bagian yang masing-masing tidak berdaulat.
Kendati negara-negara bagian boleh memiliki konstitusi sendiri,
kepala negara sendiri, parlemen sendiri dan kabiner sendiri yang
berdaulat dalam negara serikat ialah gabungan negara-negara
bagian yang disebut negara federal. Setiap negara bagian bebas
melakukan tindakan ke dalam, asal bertentangan dengan konstitusi
federal. Tindakan ke luar “hubungan dengan negara lain” hanya
dapat dilakukan oleh pemerintah federal.
Ciri-ciri Negara serikat yaitu:
a. Tiap negara begian memiliki kepala negara, parlemen, dewan
menteri “kabinet” demi kepentingan negara bagian.
b. Tiap negara bagian boleh membuat konstitusi sendiri, tetapi
tidak boleh bertentangan dengan konstitusi negara serikat.
c. Hubungan antara pemerintah federal “pusat” dengan rakyat
diatur melalui negara bagian, kecuali dalam hal tertentu yang
kewenangannya telah diserahkan secara langsung kepada
pemerintah federal.
Yang dalam pratik kenegaraan jarang dijumpai sebutan jabatan
kepala negara bagian “lazimnya disebut gubernur negara bagian”,
4. Perserikatan Bangsa-Bangsa
PBB adalah sebuah organisasi internasional yang anggotanya
mencakup hampir seluruh negara di dunia. Lembaga PBB ini
dibentuk untuk memfasilitasi persoalan hukum internasional,
pengamanan internasional, lembaga ekonomi, dan perlindungan
sosial bangsa-bangsa di seluruh dunia. Sejarah PBB dimulai ketika
pertamakali dilahirkan pada tanggal 24 Oktober 1945, yaitu saat
ketika piagam PBB telah diratifikasi oleh sebagian besar dari 51
negara anggota mula-mula. Sejak didirikan sampai sekarang PBB
telah banyak berperan aktif dalam memelihara serta meningkatkan
perdamaian, keamanan dunia, dan memajukan kesejahteraan hidup
bangsa-bangsa dunia.
Markas PBB terletak di kota New York, Amerika Serikat namun
tanah dan bangunannya merupakan wilayah internasional. PBB
memiliki bendera, kantor pos, dan perangko sendiri. Dalam
persidangan PBB digunakan enam bahasa resmi, yaitu Arab, Inggris,
Mandarin, Perancis, Rusia, dan Spanyol. Tujuan PBB adalah:
a. Menjaga perdamaian dunia.
80
Prof . Dr. H Maswardi Muhammad Amin, M.Pd, “MORAL PANCASILA JATI DIRI BANGSA”
(Jakarta: GORGA MEDIA, 2013), 53-54.
81
Dr. H. Kabul Budiyono, M.Si, ”Pendidikan Pancasila” (Jakarta: ALFABETA, 2017), 165-161.
82
Drs. Jarmanto,”Pancsila Suatu Tinjauan Aspek Historis Dan Sosip-Politis” (Yogyakara:Liberti), 125
83
Budiyono, Op. Cit., 161.
84
Amien, Loc. Cit
85
Ibid
86
Jarmanto, Loc. Cit
87
Id. at121.
88
Id. at125.
89
Id. at126.
90
Winarmo, Pendidikan kewarganegaraan,(Jakarta: Pt Bumi Aksara, 2008), hlm. 47.
91
Ibid., hlm. 49.
92
Sigit pristiyanto, Pendidikan kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi,(Yogyakarta: Pustaka baru
press, 2008), hlm. 105-107.
93
Dede rosyada dan A. Ubaidillah, Demokrasi Hak Asasi Manusia Dan Masyarakat Madani, ( Jakarta:
Prenada Media, 2000), hlm,84.
94
Sigit Prasitiyanto, Op. Cip., hlm. 107-109.
95
Kaelan, Pendidikan Kewarganegaraan, (Yogyakarta: Paradigma, 2016), hlm. 141.
A. Eksistensi Pancasila
Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Panca yang
berarti lima dan Sila yang berarti dasar. Pancasila adalah dasar yang
menopang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengalaman
pancasila berasal dari nilai-nilai yang terkandung dalam kehidupan
masyarakat Indonesia yang telah di ekstrak sedemikian rupa oleh
orang-orang hebat pendiri bangsa Indonesia. Pancasila juga dapat
dikatakan sebagai jiwa dari bangsa Indonesia.96
Pancasila merupakan fondasi bangsa yang harus yang harus
dihidupi oleh seluruh masyarakat Indonesia. Namun sayangnya,
sekarang ini penanaman mengenai Pancasila terhadap generasi
milenial tidak utuh dan kurang menyeluruh. Ini menyebabkan
ketidakpedulian generasi milenial yang semakin menjadi-jadi dan
tidak mengindahkan nilai-nilai Pancasila. Tidak heran jika sebagian
besar generasi milenial sangat mudah untuk terpegaruh oleh
ideologi dan budaya luar dan bahkan ideologi-ideologi tersebut
mengatakan bahwa bertentangan dengan Pancasila.97
Nilai-nilai pancasila kini sedikit demi sedikit mulai tergerus
oleh globalisasi yang selalu membawa karakter individualistik.
Pancasila tidak lagi mampu dijadikan sarana untuk menahan dampak
globalisai yang hadir. Dalam ranah ini , Pancasila dapat diartikan
sebagai tubuh tanpa jiwa. Pancasila hanya dianggap sebagai simbol
dan garnis saja. Pelengkap dan pemais, Tidak kurang dan tidak lebih.
Hal ini terlihat dari begitu pesat masuknya dampak globalisasi yang
masuk begitu saja ke Indonesia tanpa tedeng aling-aling dan filter.
96
Surono, Internalisasi Nilai-Nilai Pancasil Masyarakat Ekonomi ASEAN,(MEA 2015), hlm. 5.
97
Fokky Fuad Wasitaatmadja Dan Jumanta Hamdayama, Spiritual Pancasila, (Prenadamedia Grup,
2018), hlm. 5.
98
Surono. Loc. Cit., hlm. 5.
99
Inggar saputra, Pancasila dan generasi milenial, (www.politik.rmol.co, 2018), hlm. 2.
100
Hariansyah, milenial bukan generasi micin, (medan: guepedia, 2018), hlm. 36.
101
Ibid., hlm. 37.
102
Ibid., hlm. 39.
103
Penjaga Rumah, Siapa itu generasi milenial, (www.rumahmillennials.com, 2018), hlm. 1.
104
Ibid.,hlm. 1.
105
Ibid., hlm. 2.
106
Hariansyah, loc. Cit., hlm. 14.
107
Maria Asti, Kembangkan Pancasilla Di Era Milenial, (www.kompasmania.com, 2018), hlm. 2.
108
Inggar Saputra, Op. Cit., hlm. 3.
109
Ibid., hlm. 3.
110
Maria Asti, Loc. Cit., hlm. 2.
111
Inggar Saputra, Op. Cit., hlm. 4.
112
Maria Asti, Loc Cit., hlm.2.
113
Agus Sarwo Prayogi, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi: Membangun Bangsa
Melalui Koridor Nilai-Nilai Pendidikan Dasar, (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2018),
hlm. 111.
1. Kesatuan Politik
Kesatuan didasari dari adanya kebutuhan untuk mewujudkan
pulau-pulau di wilayah nusantara menjadi satu entitas yang utuh
sebagai tanah air. Ini berarti bahwa tidak ada lagi laut bebas di
antara pulau-puau tersebut, sehingga laut di antara pulau-pulau itu
114
Ibid., hlm. 112.
115
Kaelan. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi, (Yoyakarta: Paradigma, 2016),
hlm. 145.
2. Kesatuan Ekonomi
Kegiatan ekonomi memerlukan ruang gerak dan ini dapat
disediakan melalui proses demokratisasi. Sistem politik yang
menganut asas desentralisasi, secara otomatis segala perizinan pun
harus didesentralisir. Pendapatan dari kekayaan alam harus dibagi
secara adil antara pusat dan daerah. Selain itu, pemerintah daerah
juga diberikan peranan secara proporsional. Timbulnya rasa
ketidakberdayaan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat
merupakan benih awal munculnya disintegrasi.
Salah satu tantangan bagi asas kesatuan ekonomi adalah
globalisasi. Hal-hal yang semula bisa diputuskan oleh pemerintah,
kini bergantung pada perputaran pasar global. Pemerintah memang
berdaulat atas mata uang rupiah, tetapi tidak bisa mengendalikan
nilai tukarnya. Di sinilah kesatuan ekonomi sangat dibutuhkan untuk
menjaga kestabilan negara.117
116
Agus Sarwo Prayogi, Loc. Cit.
117
Ibid., hlm. 113-114.
4. Kesatuan Hankam
Makna utama dari kesatuan hukum adalah bahwa masalah
bidang hankam (pertahanan keamanan), khususnya keamanan dan
pembelaan negara adalah tanggung jawab bersama.
Atas dasar itulah sistem Hankam memiliki 3 ciri utama yaitu:
a. Orientasinya pada rakyat, karena memang diperuntukkan
terciptanya rasa aman dan keamanan rakyat.
b. Pelibatannya secara semesta, yang maknanya adalah bahwa
setiap warga dan setiap fasilitas dapat dilibatkan di dalam upaya
hankam.
c. Digelarnya di wilayah nusantara secara kewilayahan, yang
maknanya tiap unit wilayah harus diupayakan agar dapat
menggalang ketahanan masing-masing.118
B. TEORI-TEORI GEOPOLITIK
1. Teori Geopolitik Frederich Ratzel (1844-1904)
Frederich Ratzel pada akhir abad ke-19 mengembangkan
kajian geografi politik dengan dasar pandangan bahwa negara adalah
mirip organisme (makhluk hidup). Dia memandang negara dari sudut
konsep ruang. Negara adalah ruang yang ditempati oleh kelompok
masyarakat politik (bangsa). Bangsa dan negara terikat oleh hukum
alam. Jika bangsa dan negara ingin tetap eksis dan berkembang,
maka harus diberlakukan hukum ekspansi (pemekaran wilayah).119
Secara rinci pandangan Frederich Ratzel tentang geopolitik adalah
sebagai berikut.
a. Negara itu seperti organisme yang hidup.
118
Ibid., hlm. 115.
119
Kaelan, Op. Cit., hlm. 150.
120
Agus Sarwo Prayogi, Op.Cit., hlm. 116-117.
121
Ibid., hlm. 117.
122
Kaelan, Op. Cit., hlm 151-152.
123
Agus Sarwo Prayogi, Op. Cit., hlm 118-119.
A. KONSTITUSIONALISME
1. Gagasan tentang Konstitusionalisme
Negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang terdiri atas
unsur rakyat (penduduk), wilayah dan pemerintah, pemerintah
adalah suatu unsur negara. Pemerintahan yang menyelenggarakan
dan melaksanakan tugas-tugas demi terwujudnya tujuan
bernegara.124 Dan rakyat juga harus bekerja sama dalam
mewujudkan tujuan bersama.
Di negara demokrasi, pemerintah yang baik adalah pemerintah
yang menjamin sepenuhnya kepentingan rakyat serta hak-hak dasar
124
Wandhi Pratama Putra dan Ruslan Rauf, Pendidikan Kewarganegaraan Bingkai NKRI, (Jakarta:
Mitra Wacana Media, 2016), hlm. 96.
125
Ibid.
126
Ibid., hlm. 96-97.
127
Kaelan. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi, (Yoyakarta: Paradigma, 2016),
hlm. 103.
2. Negara Konstitusional
Setiap negara memiliki konstitusi sebagai hukum dasar.
Namun tidak setiap negara memiliki Undang-Undang Dasar.
Konstitusi dalam kaitan ini memiliki pengertian yang lebih luas dari
undang-undang dasar. Negara konstitusional tidak cukup hanya
memiliki konstitusi, tetapi negara tersebut juga harus menganut
gagasan tentang konstitusionalisme. Konstitualisme merupakan
gagasan bahwa konstitusi suatu negara harus mampu memberi
batasan kekuasaan pemerintahan serta memberi perlindungan pada
hak-hak dasar warga negara. Suatu negara yang memiliki konstitusi
tetapi isinya mengabaikan dua hal pokok di atas maka bukan negara
konstitusional.
Negara konstitusional bukan sekedar konsep formal, tetapi
juga memiliki makna normatif. Di dalam gagasan konstitualismenya,
konstitusi tidak hanya merupakan suatu dokumen yang
menggambarkan pembagian dan tugas-tugas kekuasaan tetapi juga
menentukan dan membatasi kekuasaan agar tidak disalahgunakan.
Sementara itu di lain pihak konstitusi juga berisi jaminan akan hak-
hak asasi dan hak dasar warga negara. Negara yang menganut
gagasan konstitualisme inilah yang disebut Negara Konstitusional
(Constitutional State).
Adnan Buyung Nasution menyatakan negara konstitusional
adalah negara yang mengakui dan menjamin hak-hak warga negara
serta membatasi dan mengatur kekuasaannya secara hukum.
Jaminan dan pembatasan yang dimaksud harus tertuang dalam
konstitusi. Jadi, negara konstitusional bukanlah semata-mata negara
yang telah memiliki konstitusi.129
128
Wandhi Pratama Putra dan Ruslan Rauf, Op. Cit., hlm. 98.
129
Ibid., hlm. 98-99.
130
Agus Sarwo Prayogi, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi: Membangun Bangsa
Melalui Koridor Nilai-Nilai Pendidikan Dasar, (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2018),
hlm. 183.
131
Kaelan, Op. Cit., hlm. 110-111.
132
Wandhi Pratama Putra Sisman dan Ruslan Rauf, Op. Cit., hlm. 100.
133
Ibid., hlm. 102-103.
C. Penegakan Hukum
Asas penegakan hukum adalah pengelolaan pemerintahan
yang profesional harus didukung oleh penegakan hukum yang
berwibawa. Sehubungan dengan hal tersebut, realisasi wujud good
and clean governance, harus diimbangi dengan komitmen
pemerintah untuk menegakkan hukum yang mengandung unsur-
unsur sebagai berikut:
a. Supremasi hukum
b. Kepastian hukum
c. Hukum yang
d. Penegakan hukum yang konsisten dan nondiskriminatif
e. Independensi peradilan
D. Pengertian HAM
Hak asasi manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung
oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai sesuatu yang bersifat
kodrati, maka tidak ada kekuasaan apa pun di dunia yang dapat
mencabut hak asasi setiap manusia. HAM adalah hak dasar setiap
manusia yang dibawa sejak lahir sebagai anugerah Tuhan, Atau pun
hak-hak dasar yang dimiliki setiap pribadi manusia sebagai anugrah
134
Rosyada Dede, Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakarta: Prenada Media,
2005), hlm. 34.
135
R. Kunjana Ahmad, Pancasila Sebagai Demokrasi, (Yogyakarta: Indah, 2008), hlm. 13.
136
Rosyada Dede, Op. Cit., hlm. 20.
137
Ronto Kusumo, Pancasila sebagai ideologi dasar, (Jakarta: Pt Balai Pustaka, 2012), hlm. 7-8
138
Ibid., hlm. 10-12.
139
Dr. H. Kabul Budiyono.2017. Pendidikan Pancasila. Alfabeta
140
Prof. Dr. H. Tukiran, Dkk. 2011. Pendidikan Pancasila untuk Mahasiswa. Alfabeta
a. Filsafat Pancasila
Menurut Ruslan Abdulgani, bahwa Pancasila merupakan filsafat
negara yang lahir sebagai collectieve Ideologie (cita-cita
bersama) dari seluruh bangsa Indonesia. Dikatakan sebagai
filsafat, karena Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang
mendalam yang dilakukan oleh the founding father kita, kemudian
dituangkan dalam suatu “sistem” yang tepat. Sedangkan menurut
Notonagoro, Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan
pengertian ilmiah yaitu tentang hakekat dari Pancasila.
b. Karakteristik Sistem Filsafat Pancasila
Sebagai filsafat, Pancasila memiliki karakteristik sistem filsafat
tersendiri yang berbeda dengan filsafat lainnya, yaitu antara lain :
1. Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang
bulat dan utuh (sebagai suatu totalitas). Dengan
pengertian lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu
sila dengan sila lainnya terpisah-pisah, maka itu bukan
Pancasila.
2. Pancasila sebagai suatu substansi, artinya unsur
asli/permanen/primer Pancasilasebagai suatu yang ada
mandiri, yang unsur-unsurnya berasal dari dirinya
sendiri.
3. Pancasila sebagai suatu realita, artinya ada dalam diri
manusia Indonesia dan masyarakatnya, sebagai suatu
kenyataan hidup bangsa, yang tumbuh, hidup dan
berkembang dalam kehidupan sehari-hari.
141
Wandhi Pratama Putra Sisman dan Ruslan rauf, Pendidikan Kewarganegaraan Bingkai NKRI,
(Jakarta: Mitra Wacana Media, 2016), hlm. 69.
142
Ibid., hlm. 69-70.
143
Ibid., hlm. 70-71.
2. Kewarganegaraan
Istilah kewarganegaraan (citizenship) memiliki arti keangotaan
yang menunjukkan hubungan atau ikatan antara negara dengan
warga negara. Menurut memori penjelasan dari pasal II peraturan
penutup Undang-Undang No. 62 Tahun 1958 tentang
kewarganegaraan Republik Indonesia, kewarganegaraan diartikan
segala jenis hubungan dengan suatu negara yang mengakibatkan
144
Zainul Ittihad Amin, Pendidikan Kewarganegaraan, (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka,
2016), hlm. 18-21.
145
Wandhi Pratama Putra Sisman dan Ruslan rauf, Op. Cit., hlm. 71.
146
Ibid., hlm. 72.
147
Ibid., hlm. 73.
A. Pengertian Filsafat
Sebelum dibahas pengertian filsafat secara material maka
dipandang perlu untuk membahas terlebih dahulu makna dan arti
istilah “filsafat”. Secara etimologi “filsafat” berasal dari bahasa
Yunani “philein” yang artinya “cinta” dan “sophos” yang artinya
“Hikmah” atau “kebijaksanaan” atau “wisdom”. Sehingga menurut
asal katanya: filsafat (philo-shopia) berarti “mencintai kebijaksanaan”
148
atau “mencintai hikmah/pengetahuan.
Cinta dalam hal ini mempunyai arti yang seluas-luasnya yaitu
ingin dan berusaha untuk mencapai yang diinginkan. Sedangkan
kebijaksanaan lebih lanjut berarti “pandai”, tahu dengan mendalam
dan seluas-luasnya, baik secara teoretis sampai dengan keputusan
untuk bertindak.149
Beberapa ahli mengartikan filsafat sebagai berikut:150
1. Menurut R.Beerling, filsafat adalah pemikiran-pemikiran bebas,
diilhami oleh rasio, mengenai segala sesuatu yang timbul dari
pengalaman-pengalaman.
2. Menurut Corn. Verhoeven, filsafat meradikalkan keheranan
kesegala jurusan.
3. Menurut, Arne Naess filsafat terdiri dari pandangan-pandangan
yang menyeluruh, yang diungkapkan dalam pengertian-
pengertian.
148
Kaelan, 2010, Pendidikan Kewarganegaraan, (Yogyakarta: Paradigma), hlm.7
149
Paulus Wahana, 1993, Filsafat Pancasilais, (Yogyakarta: Kanisius), hlm.18-
19
150
Ibid
151
Kaelan, 2002, Filsafat Pancasila, (Yogyakarta:Paradigma), hlm.6
152
Ibid, hlm.7-9
B. Filsafat Pancasila
Filsafat pancasila adalah hasil berpikir atau pemikiran yang
sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang oleh bangsa
Indonesia yang di anggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu
(kenyataan, norma-norma,nilai-nilai) yang paling benar, paling adil,
paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi bangsa
Indonesia.153
Bentuk filsafat Pancasila digolongkan menjadi:154
1. Falsafah Pancasila bersifat religius, ini berarti bahwa filsafat
pancasila dalam hal kebijaksanaan dan kebenaran mengenal
adanya kebenaran mutlak yang berasal dari tuhan yang maha esa
dan sekaligus mengakui keterbatasan kemampuan manusia,
termasuk kemampuan berpikir.
2. Falsafah pancasila dalam arti praktis, ini berarti bahwa filsafat
pancasila di dalam mengadakan pemikiran yang sedalam-
dalamnya, tidak hanya bertujuan mencari kebenaran dan
kebijaksanaan, tidak sekadar untuk memenuhi hasrat ingin tahu
dari manusia yang tidak habis-habisnya, tetapi juga dan
terutama hasil pemikiran yang berwujud filsafat pancasila
tersebut digunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari, agar
hidupnya dapat mencapai kebahagiaan lahir dan batin, baik
dunia maupun akhirat.
153
Burhanuddin Salam, 1996, Filsafat Pancasilaisme, (Jakarta: Rineka Cipta),
hlm.25
154
Ibid, hlm.25-26
155
Kabul Budiyono,2009, Pendidikan Pancasila,(Bandung: Alfabeta), hlm 126-
127
156
Burhanuddin Salam, Op. cit, hlm.25-26
157
Junaidi. 2013. Pendidikan Kewarganegaraan.( Yogyakarta: Graha Ilmu).
158
Yamin Muhammad, 1959, Naskah persiapan Undang-Undang Dasar 1945, Vol. II, (Siguntang,
Jakarta).
159
Winarno, S. pd., M. Si.Surakarta, Mei 2007, paradigm baru pendidikan kewarganegaraan, Jakarta
13220, PT Bumi Aksara, jl. Sawo Raya No.18.
160
Ibid, 28
161
Fuad hasan, 1989, Renungan budaya, Jakarta, perum balai pustaka.
162
Ibid.
163
Ibid. , 15
164
Sunardi H,S,dkk., Pengetahuan Sosial Kewarganegaraan,Perpustakaan Nasional, (Surakarta:
Putaka Mandiri, 2004), hlm 2.
2. Pengertian Hukum
Negara kesatuan republik Indonesia adalah negara berdasar
atas hokum, tidak berdasar atas kekuasaan. Hal ini sesuai dengan
undang-undang Dasar 1995 pasal 1 ayat 3 yang menyatakan bahwa
negara Indonesia adalah negara hukum. Hal ini mengandung.
Pengertian bahwa negara dalam melaksanakan tindakan apapun
harus di landasi oleh hokum.
Suatu negara dapat di sebut dengan hokum apabila memiliki
syarat-syarat,antara lain
a. Memiliki undang-undang dan peraturan yang di gunakan untuk
mengatur hak dan kewajiban warga negaranya
b. Memiliki alat-alat negaraseperti kepolisian, kejaksaan, dan
pengadilan
c. Harus ada bantuan rakyat kepada alat-alat negara
Majelis permusyawaratan rakyat republik indonesia di dalam
bahan penjelasan undang-undang dasar republic Indonesia yang
dikeluarkan sekretaris jendral MPR RI tahun 2002 menyebutkan
bahwa persyaratan teoretis suatu negara adalah negara hokum.
Antara lain.
166
Ibid.
167
Saroji Dahlan, dkk., Pendidikan Kewarganegaraan Jilid 3, (Jakarta: Gelora Aksara Pratama, 2003),
hlm. 28.
168
Lukman Surya Saputra dkk.,Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, (Jakarta: Pustaka Setia
Bandung, 2017), hlm165.
A. Pengertian NKRI
Bangsa Indonesia dalam panggung sejarah berdirinya Negara
di dunia memiliki suatu ciri khas yaitu mengangkat nilai yang telah
dimilik sebelum membentuk suatu Negara modern. Nilai tersebut
berupa nilai adat kebudayaan, nilai religious yang beraneka ragam
sebagai suatu unsure Negara. Selain itu Indonesia tersusun atas
unsur- unsur wilayah yang terdiri dari beribu-ribu pulau, sehingga
membentuk Negara. Berdasarkan ciri khas proses dalam rangka
membentuk suatu Negara maka bangsa Indonesia harus memilik
karakteristik, ciri khas dari berbagai keanekaragaman, sifat, dan
karakter yang didasarkan pada filsafat pancasila yaitu suatu Negara
persatuan, suatu Negara kebangsaan serta suatu Negara
integralistik. Sebagaimana dirumuskan dalam pembukaan Undang-
undang 1945 alinea IV.
Bangsa dan Negara Indonesia terdiri dari berbagai macam
unsur yang bentuknya yaitu suku bangsa, kepulauan, kebudayaan,
golongan, serta agama yang secara keseluruhan merupakan suatu
kesatuan. Oleh karena itu Negara Indonesia adalah Negara yang
berdasarkan pancasila sebagai suatu Negara kesatuan yang termuat
dalam pembukaan UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat. Ditegaskan kembali dalam pokok pikiran
pertama bahwa Negara Indonesia adalah Negara persatuan yang
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.
Dalam UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal; 1 ayat 1
ditentukan bahwa Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang
berbentuk republic. Berdasarkan ketentuan pasal ini jelas bahwa
bentuk Negara Indonesia adalah Negara kesatuan, bentuk
169
Kaelan, Pendidikan Pancasila (Yogyakarta : Paradigma) Hal: 141-145
170
Kaelan, Pendidikan Pancasila (Yogyakarta : Paradigma) Hal: 147
171
Pimpinan MPR dan Badan Sosialisasi MPR RI Periode 2014-2019.Empat
Pilar MPR RI. Hal: 157-173
172
Prof . Dr. H Maswardi Muhammad Amin, M.Pd, “MORAL PANCASILA JATI DIRI BANGSA”
(Jakarta: GORGA MEDIA, 2013), 53-54.
173
Dr. H. Kabul Budiyono, M.Si, ”Pendidikan Pancasila” (Jakarta: ALFABETA, 2017), 165-161.
174
Drs. Jarmanto,”Pancsila Suatu Tinjauan Aspek Historis Dan Sosip-Politis” (Yogyakara:Liberti), 125
175
Budiyono, Op. Cit., 161.
176
Amien, Loc. Cit
177
Ibid
178
Jarmanto, Loc. Cit
179
Id. at121.
180
Id. at125.
181
Id. at126.
A. Pengertian ideologi
Istilah ideologi berasal dari kata idea berarti gagasan, konseo ,
dan logos yang beratri ilmu. Ideologi berarti ilmu tentang
pengertian dasar, idea atau cita-cita. cita-cita yang di maksud
adalah cita-cita sekaligus merupakan dasar pandangan dan
paham.182
Ideology pertama kali di lontarkan oleh Antoine Destutt de
Tracy pada tahun 1755 – 1836. Ketika bergejolaknya revolusi prancis
untuk mendefinisikan sains tentang ide. Jadi dapat di simpulkan
secara bahasa adalah pengucapan atau pengutaraan terhadap suatu
yang terumus di dalam pikiran ideologi nyata.183
1. Beberapa Pengertian Ideologi
Pengertian idiologi menurut para ahli, diantaranya:
a. Poespoewardjo mengatakan idiologi sebagai kompleksitas
pengetahuan dan nilai yang secara keseluruhan menjadi
landasan bagi seorang masyarakat untuk memahami sikap
dasar.
b. Thomposon mengatakan idiologi adalah seperangkat gagasan
atau pemikiran yang berorientasi pada tindakan yang di
organisasi menjadi suatu system yang teratur.184
2. Sifat ideologi
Ada tiga dimensi sifat idiologi, yaitu:
182
Fokky filad wasitaafmadia, dkk, spinitualisme pancasila, (Jakarta, 2018), hlm. 1.
183
Moh suardi , ideologi politik pendidikan kontemporer, (Yogyakarta:Deepublish, 2015), hlm.9.
184
Suparlan Al Hakim, dkk, pendidikan kewarganegaraan dalam konteks Indonesia, (malang:Madani,
2016),hlm.282.
3. Fungsi ideologi
Berikut beberapa pendapat menurut para ahli:
185
Ibid., hlm. 3.
186
Ibid., hlm. 4.
187
Ibid., hlm. 283.
188
Wirnano, paradigm baru pendidikan pancasila, (Jakarta: bumi medika, 2016), hlm.,82.
189
Ibid., hlm. 5.
A. Pengertian paradigma
Istilah paradigma dalam dunia ilmu pengetahuan
dikembangkan oleh Thomas S. Khun dalam bukunya the structure of
scientific revolution (1970) . secara testimologos paradigma adalah
asumsi-asumsi dasar dan asumsi teoristis yang merupakan sumber
nilai, Dengan demikian maka paradigma merupakan sumber hukum,
metode yang diterapkan dalam ilmu pengetahuan, yang menentukan
sifat ,ciri, dan karakter ilmu pengatahuanitu sendiri.
Dalam kamus besar paradigma adalah suatu kerangka pikir,
model yang diterapkan dalam ilmu pengetahuan. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa paradigma adalah “suatu kerangka pikir,
orientasi dasar dari suatu perubahan”. Pradigma berkembang
menjadi terminologi serta tujuan dari suatu perkembangan ,
perubahan, serta proses dari suatu bidang tertentu termasuk dalam
bidang pembangunan dan pendidikan.190
190
Dadang sundawa, dkk, pendidikan kewarganegaraan-study dan pengajaran (departemen pendidikan
nasional: 2008), hlm. 24.
191
Erika, dan dewa gede sudika mangku, politik hukum pancasila dalam pradigma nila-nilai kultural
mayarakat indonesia, hlm. 39.
192
Fokky Fuad Wasitaatmadja, dkk, spritualisme pancasila, (prenada media group, jakarta: 2018), hlm.
170.
193
Rowlan Bismark F.S, pancasila sebagai pradigma kehidupan, hlm. 128.
194
Fokky Fuad Wasitaatmadja, dkk, op. cit. hlm. 172.
195
Rubianto Siswosoermarto, intelijen ekonomi teori dan aplikasi, (gramedia pustaka utama, jakarta:
2012), hlm. 544-546.
196
Fokky Fuad Wasitaatmadja, dkk, Loc. Cit.
197
Erika, dan dewa gede sudika mangku, Loc. Cit.
A. PENGERTIAN PANCASILA
Istilah pancasila pertama kali dikenal di dalam pidato Ir.
Soekarno sebagai anggota Doktrit zu Tyunbi Tjosakai (Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) 1 juni 1945 di
Jakarta, badan ini kemudian setelah mengalami penambahan
anggota menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Dari uraian tersebut dinyatakan: Panca adalah Lima, Sila adalah Asas
atau Dasar. Untuk Lebih jelas dikutip bagian pidato beliau tersebut :
“ . . . . namanya bukan panca Dharma, tetapi nama ini dengan
petunjuk seorang teman kita ahli bahasa namanya adalah Pantja Sila,
Sila artinya asas atau dasar, dan diatas kelima dasar itu mendirikan
Negara Indonesia, kekal dan abadi.
Pancasila adalah dasar ideologi bangsa Indonesia, pandangan
hidup bangsa. Pancasila terdiri atas lima sila pada hakikatnya
merupakan sistem filsafat. Yang dimaksud dengan sistem adalah
suatu kesatuan bagian–bagian yang saling berhubungan, saling
bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Pancasila sebagai norma dasar negara merupakan norma
tertinggi dalam sistem norma hukum Indonesia dan sebagai norma
dasar yang merupakan gantungan bagi norma-norma yang berada di
bawahnya.198
198
A.Hamid. S. Attamimi, Disertasi “Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia Dalam
Menyelenggarakan Pemerintahan Negara, Suatu Studi Analisis Mengenai Keputusan
Presiden Yang Berfungsi Pengaturan Dalam Kurun Waktu Pelita I- Pelita IV, Jakarta:
Program Doktor Fakultas Pasca Sarjana, Universitas Indonesia, 1990, hlm.159
A. Pengertian HAM
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak yang melekat pada
setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup
sebagai manusia. Hak hidup, misalnya, adalah klaim untuk
memperoleh dan melakukan segala sesuatu yang dapat membuat
seseorang tetap hidup. Tanpa hak tersebut eksistensinya sebagai
manusia akan hilang.200
Istilah yang dikenal di Barat mengenai Hak-hak Asasi Manusia
ialah “right of man”, yang mengganti istilah “natural hight”. Karena
itu istilah “right of man” diganti dengan istilah “human rights” oleh
Eleanor Roosevelt karena dipandang lebih netral dan universal.
Sementara itu HAM dalam Islam dikenal dengan istilah huquq
al-insan ad-dhoruriyyah dan huquq Allah, yang tidak dapat
dipisahkan atau berjalan sendiri-sendiri tanpa adanya keterkaitan
satu dengan lainya. Inilah yag membedakan konsep Barat tentang
ham dengan konsep islam.201
200
A. Ubaedillah, Pancasila Demokrasi Hak Asasi Manusia Dan Masyarakat Madani, (Jakarta: Catalog
Dalam Terbitan, 2003), hlm. 148.
201
Dede Rasyada, Dkk, Pendidikan Kewarganegaraan Civic Education, (Jakarta: Icce Uin Syarif
Hidayatullah, 2002), hlm. 200.
202
Ibid., hlm. 199.
203
Ibid., hlm. 200-201.
204
H. Moh. Zahid, Agama Dan Hak Asasi Manusia, (Jakarta Timur: Balai Penelitian Dan Pengembang
Agama, 2007), Hlm. 27-28.
205
Ibid., hlm. 31-32.
206
Dede Rasyada, Dkk, Op,Cit., hlm. 218-219.
207
Ibid., hlm. 219
208
Ibid.
Dilihat dari tingkatanya, ada 3 (tiga) bentuk hak asasi manusia dalam
islam:
1. Hak Darury (Hak Dasar)
Sesuatu dianggap hak dasar apabila hak tersebut dilanggar, bukan
hanya membuat manusia sengsara, tetapi juga hilang
eksistensiya. Bahkan hilang harkat kemanusiaanya. Sebagai
missal; bila hak hidup sesorang dilanggar, maka berarti orang itu
mati.
2. Hak Hajy (Hak Sekunder)
Yakni hak-hak yang bila tidak dipenuhi akan berakibat pada
hilangnya hak-hak elementer. Misalnya; hak sesorang untuk
memperoleh sandang pangan yang layak, maka akan
mengakibatkan hilangnya hak hidup.
3. Hak Tahsiny (Hak Tersier)
Yakni hak yang tingkatnya lebih rendah dari hak primer dan
sekunder (Masdar F, Mas’udi, 2002).210
209
Ibid., hlm. 220-221.
210
Ibid., hlm. 221
211
Dr. Suratman, SH., M. Hum, dkk, Pendidikan Pancasila, (Malang: Madani Media, 2016), hlm.53
2. Karakteristik Ideologi
Hidayat menjelaskan ideologi sebagai pandangan masyarakat
memiiki karakteristik yaitu sebagai berikut:
a. Ideologi sering muncul dan berkembang dalam situasi kritis.
b. Ideologi biasanya terjalin dalam kegiatan politik.
c. Ideologi mencakup beberapa pemikiran dan panutan.212
B. Fungsi ideologi
Berikut beberapa pendapatmenurut para ahli:
Hidayat menjelaskanfungsi ideologi bagi manusia adalah:
a. Sebagaipedoman bagi individu, masyarakat, atau bangsa
untuk berpikir, melangkah dan bertindak
b. Sebagai upaya menghadapi berbagai persoalan masyarakat
dan bangsa disegala aspek kehidupan masyarakat.
c. Sebagai kekuatan ang mampu memberi semangat dan
memberi motivasi individu, masyarakatdan bangsa untuk
mencapai tujuan.
Cahyono dan Al Hakim juga menjelaskan fungsi ideologi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu sebagai berikut:
a. Membantu manusia dalam upaya untuk melibatkan diri di
kehidupan masyarakat.
b. Menyajikan suatu formulasi yang berisi panduan unuk
mengarahkan berbagai pertimbangan dan tindakan manusia,
baik sebagai individu maupun sebagai anggota masysarakat.
c. Sebagai sarana untuk mengendalikan konflik
d. Sebagai lensa dan cermin bagi idividu untuk melihat dunia
dan dirinya, serta sebagai jendela agar orang lain bisa melihat
dirinya213
212
Suparlan Al Hakim, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Konteks Indonesia, (Malang: Madani,
2016), hlm 282.
213
Ibid., 285
214
Dr. Suratman, SH., M. Hum, dkk. Op. Cit., hlm. 54.
215
Sulil W.H, pancasila dan wawasan nusantara, (Yogyakarta: indoeduka, 2007), hlm. 119
216
Drs. Paulus Wahana. Filsafat pancasila, (Yogyakarta:kanisius 1993), hlm. 99
217
Ibid., hlm. 101
218
Ibid.
219
Dwi winarn,. Paadigma baru pendidikan kewarganegaraan, (surabaya:bumi aksara 2010), hlm. 28
220
Darji darmodihargo dan m. mardojo, santiaaji panacasila, (Surabaya:usaha nasional 1991), hlm. 61
221
Ibid., hlm 61
222
Ibid.
223
Ibid., hlm. 62
224
Pendidikan Kewarganegaraan, Pancasila dan UUD 1945
225
Pancasila 179
226
Pendidikan Kewarganegaraan, Pancasila dan UUD 1945
227
Pancasila 183
4. Fungsi Pancasila
a. Pancasila Sebagai Dasar Negara
Prof. Dr. Soetomo sebagai salah satu seorang yang terlibat langsung
dalam sidang BPUPKI baik pada sidang yang pertama pada tanggal
29 Mei sampai 1 Juni 1945 maupun sidang yang kedua pada tanggal
10 sampai 17 Juli 1945, pada saat membicarakan dasar Indonesia
merdeka, mengemukakan sebagai berikut:228
1. Teori perorangan/individualistis sebagaimana diajarkakn
oleh”Thomas Hobbes” dan “John Locke” (abad ke 17, John
Ruessaw (abad ke-18). Menurut pikiran-pikiran ini negara
adalah masyarakat hukum (Legal Society)yang disusun atas
kontrak sosial. Yaitu kontrak antra seluruh orang dalam
masyarakat. Artinya masyrakat secara keseluruhan melakukan
persetujuan bersama memberikan kewenangan pemerintah
kepada penguasa tertentu, kemudian masyarakat bersama juga
mematuhi/menjalankan semua ketentuan yang sudah
dibuat/dikeluarkan oleh penguasa/pemerintah tersebut.229
2. Teori golongan/Class Theory, sebagaiman diajarkan oleh Krl
Mark, Hegel dan Lenin. Teori ini menjelaskan negara dianggap
228
Pendidikan Kewarganegaraan, Pancasila dan UUD 1945
229
Pancasila 188
230
Panacsila Kewarganegaraa, Pancasila dan UUD 1945
231
Pancasila Kewarganegaraan, Pancasila dan UUD 1945
232
Pancasila 203
233
Wahana, Paulus. 1993.Filsafat Pancasila. Kanius. Yogyakarta. Hal 20