SURAT BERHARGA PASAR UANG (SBPU), SERTIFIKAT WADIAH BANK INDONESIA (SWBI) DAN
VALUTA ASING PADA AKD SHARF
Surat Berharga Pasar Uang
Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Umum dan dibeli oleh Bank
Indonesia dengan nilai nominal yang cukup besar. Tujuannya untuk meningkatkan likuiditas Bank Umum dan menekan
laju inflasi. Likuiditas adalah kemampuan Bank untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. SBPU sama halnya dengan
SBI merupakan instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka ekspansi moneter oleh BI dengan menetapkan tingkat
diskonto SBPU.
Ditinjau dari jenis transaksi dan warkatnya, SBPU dapat dibedakan sbb:
a. Surat Sanggup (aksep/promes), dapat berupa:
● Surat sanggup yang diterbitkan oleh nasabah dalam rangka penerimaan kredit dari bank untuk membiayai
kegiatan tertentu.
● Surat sanggup yang diterbitkan oleh bank dalam rangka pinjaman antar bank.
b. Surat wesel, dapat berupa:
● Surat wesel yang ditarik oleh suatu pihak dan diaksep oleh pihak lain dalam rangka transaksi tertentu. Penarik
dan atau tertarik adalah nasabah bank.
● Surat wesel yang ditarik oleh nasabah bank dan diaksep oleh bank dalam rangka pemberian kredit untuk
membiayai kegiatan tertentu.
Mekanisme perdagangan SBPU adalah dunia usaha atau masyarakat yang merupakan nasabah berbentuk badan usaha
maupun perorangan meneluarkan surat aksep atau wesel (sebagai surat utang) untuk mendapatkan dana dari Bank
atau LKBB (Lembaga Keuangan bukan Bank). Kemudian SBPU dijualbelikan oleh Bank dan LKBB melalui
security house (perantara) maupun melalui pasar sekunder, yaitu diperjualbelikan antara lembaga-lembaga
keuangan itu sendiri serta dunia usaha atau masyarakat. SBPU ini melalui security house juga bisa dijualbelikan
ke Bank Sentral Indonesia.
Tujuannya untuk meningkatkan likuiditas Bank umum dan menekan laju inflasi.
Masing-masing dari ke-enam bentuk kegiatan di atas dapat diklasifikasi menjadi dua macam kegiatan, yaitu jual beli
dan pertukaran. Sehingga untuk masing-masing kegiatan tersebut dapat diberlakukan hukum jual beli dan pertukaran.
Penjualan mata uang dengan mata uang yang serupa atau penjualan mata uang dengan mata uang asing dalam Islam
inilah yang kemudian disebut sebagai al-sharf.
Apa yang diperdagangkan dalam penjualan valuta asing? Jawabannya tentu saja uang, mata uang diperdagangkan
secara berpasangan melalui broker atau dealer. Valas bersifat interbank karena waktu perdagangannya yang secara
kontinyu mengikuti waktu perdagangan masing-masing negara dan bisa diasumsikan bahwa pasar valas buka 24 jam.
Kemudian siapa saja yang dikatakan sebagai pelaku atau subjek dari kegiatan valuta asing?. Ada beberapa golongan
yang aktif melakukan transaksi jual beli valas, yang dapat digolongkan kepada 7 golongan berikut contohnya, yaitu:
1. Perusahaan. Perusahaan menggunakan pasar valuta asing untuk mempermudah pelaksanaan transfer investasi atau
komersil. Kelompok ini terdiri dari para importir, investor internasional dan perusahan-perusahaan multinasional.
Mereka menggunakan pasar valuta asing untuk tujuan investasi.
2. Masyarakat atau Perorangan. Masyarakat dan perorangan dapat melakukan transaksi valas untuk memenuhi
kebutuhannya. Contohnya yaitu, Ayah mengirimkan uang untuk anaknya yang sedang sekolah di Amerika, maka
terlebih dahulu Ayah harus membeli dolar atau menukar rupiah dengan dolar Amerika.
3. Bank Umum dan Non Bank. Bank Umum dan non bank beroperasi di kedua pasar antar bank dan nasabah. Mereka
melayani nasabah yang ingin bertransaksi valas. Mereka ini memperoleh keuntungan dengan membeli valuta asing
pada harga permintaan (bid) dan menjualnya kembali pada harga yang sedikit lebih tinggi dari pada harga
penawaran (offer).
4. Broker atau Perantara. Broker atau perantara adalah orang atau persahaan yang tugasnya adalah menjadi perantara
aktifitas transaksi valas.
5. Pemerintah. Pemerintah melakukan valas untuk berbagai tujuan antara lain membayar cicilan hutang ke luar
negeri, penerimaan hutang dari luar negeri yang harus ditukar ke valuta sendiri.
6. Bank Sentral. Di banyak negara, Bank sentral tidak berada di bawah kendali pemerintah, dia merupakan lembaga
independen yang bertugas menstabilkan perekonomian. Bank-bank sentral menggunakan pasar valas ini untuk
memperoleh cadangan devisa dan juga mempengaruhi harga di mana mata uangnya diperdagangkan. Bank sentral
mungkin melakukan langkah-langkah yang semata-mata dimaksudkan untuk mendukung atau mendongkrak nilai
mata uang sendiri. Kebijakan atau strategi seperti ini banyak dilakukan oleh bank-bank sentral.
7. Spekulator dan arbitrase. Mereka ini melakukan transaksi dalam pasar valuta asing untuk memperoleh keuntungan.
Arbitrase pada prinsipnya merupakan suatu bentuk spekulasi yang terdapat dalam valuta asing, di mana mereka
membeli suatu valuta asing di suatu pusat keuangan kemudian menjualnya kembali di pusat keuangan lain untuk
memperoleh keuntungan. Kegiatan arbitrase ini dimungkinkan mudah dan cepat dilakukan transfer dengan
menggunakan alat telegrafik antara pusat keuangan satu dengan pusat keuangan dunia lainnya. Motif mereka ini
berbeda dengan dealer, karena spekulator dan arbitrase beroperasi hanya untuk kepentingan mereka sediri tanpa
suatu kebutuhan atau kewajiban untuk melayani klien atau untuk memastikan kontinuitas pasar. Sedangkan dealer
mencari keuntungan dari spread antara permintaan dan penawaran dan hanya secara insedentil mencari keuntungan
dari perubahan-perubahan harga. Sementara spekulator mencari seluruh keuntungan dari perubahan-perubahan
harga secara simultan. Spekulasi dan arbitrase dalam jumlah besar biasanya dilakukan oleh trader. Bank-bank
dalam hal ini dapat bertindak sebagai dealer, spekulator dan arbitrase.
Dari beberapa Hadis di atas dipahami bahwa hadis pertama dan kedua merupakan dalil tentang diperbolehkannya
al-sharf serta tidak boleh adanya penambahan antara suatu barang yang sejenis (emas dengan emas atau perak dengan
perak), karena kelebihan antara dua barang yang sejenis tersebut merupakan riba fadl yang jelas-jelas dilarang oleh
Islam. Sedangkan hadis ketiga, selain bisa dijadikan dasar diperbolehkannya al-sharf, juga mengisyaratkan bahwa
kegiatan jual beli tersebut harus dalam bentuk tunai, yaitu untuk menghindari terjadinya riba nasi’ah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jual beli mata uang (valuta asing) dibatasi oleh beberapa syarat, dan
syarat-syarat itu telah disebutkan oleh para ulama dalam penukaran emas dan perak yang mana berlaku juga dalam
penukaran mata uang yang ada pada zaman setelahnya.
Kartu Kredit
1. Pengertian Kartu Kredit
Kartu kredit merupakan alat pembayaran pengganti uang tunai yang dapat digunakan oleh konsumen untuk ditukarkan
dengan barang dan jasa yang diinginkannya di tempat-tempat yang dapat menerima pembayaran dengan
menggunakan kartu kredit (merchant). Kartu kredit juga dapat diartikan sebagai salah satu fasilitas dari perbankan
yang memudahkan transaksi nasabah. Anda tinggal menggesek credit card dan kita tinggal membayarnya saat
tagihan tiba. Baik tagihan lembaran fisik yang dikirmkan ke rumah ataupun e-statement yang dikirimkan via
email.
Dibandingkan dengan jenis kredit konsumsi lain yang ditawarkan oleh bank, kartu kredit merupakan jenis kredit yang
mudah disetujui jika anda memenuhi syarat diterima kartu kredit yaitu fotocopi KTP, slip gaji atau surat
keterangan penghasilan, dan foto dan surat keterangan lain yang dianggap perlu. Sebelum mengajukan aplikasi
kartu kredit, anda terlebih dahulu harus paham apa pengertian kartu kredit, jenis-jenis, dan ciri-cirinya.
Bahkan pada perkembangan saat ini, jika calon pemegang kartu kredit mengajukan permohonan kartu kredit telah memiliki
kartu kredit sebelumnya, maka calon pemegang kartu kredit yang bersangkutan hanya perlu menyerahkan
fotokopi tagihan kartu kredit tersebut. Selain kemudahan dalam mengajukan permohonan, kelebihan kartu
kredit adalah lingkup penggunaannya yang sangat luas, dari transaksi kecil sampai transaksi besar. Hal ini sangat
bermanfaat bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang mobile sangat membutuhkan alat transaksi ini.
Masyarakat biasanya memakai kartu kredit untuk pembayaran transaksi yang dilakukan melalui internet, toko online,
maupun toko-toko yang menyediakan alat gesek. Pada transaksi yang dilakukan melalui internet, pihak card
holder memiliki kewajiban untuk membayar barang yang dibelinya dan mempunyai hak untuk menerima barang
yang telah dibelinya dari merchant, dan sebaliknya merchant memiliki kewajiban untuk mengirim barang itu
dalam keadaan baik dan spesifikasinya sesuai dengan apa yang dipesan oleh card holder dan berhak untuk
menerima pembayaran. Perkembangan penggunaan kartu kredit yang begitu pesat ini disebabkan karena
masyarakat merasakan semakin pentingnya penggunaan kartu kredit sebagai alat pembayaran dan mengambil
uang tunai mengingat kepraktisan, rasa nyaman dan aman yang ditimbulkan. Kegiatan itu juga tidak terlepas dari
pembebanan pajak sebagai kewajiban masyarakat untuk membebankan pajak pada setiap transaksi atau fasilitas
atau biaya yang harus dibayar atas penggunaan fasilitas atau kepimilikan suatu barang.
Ciri-ciri tersebut diatas bukanlah merupakan ciri-ciri yang hanya terdapat pada kartu kredit, karena sebagaian dari ciri-ciri
tersebut dapat ditemukan pada beberapa macam kartu yang diterbitkan oleh bank atau lembaga keuangan lain,
misalnya: kartu ATM, Discount Card, dan lain-lain. Namun karena penggunaan kartu kredit didasarkan perjanjian
antara pihak-pihak terkait, maka yang membedakan kartu kredit dengan kartu lain yang mempunyai ciri-ciri yang
sama, adalah bahwa hanya pemegang kartu kredit yang akan memperoleh fasilitas kredit sesuai dengan perjanjian
dimaksud.
Keterangan ganbar
1. Nasabah Bank mengajukan permohonan untuk dapat memiliki credit card/kartu kredit kepada bank.
2. Bank yang telah mempunyai kerjasama dengan perusahaan penerbit kartu kredit (mis. Mastercard/Visa) menilai
kelayakan dari nasabah tersebut. Dan jika memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan maka bank (issuer)
meminta persetujuan kepada lembaga penerbit tentang data-data atau fasilitas-fasilitas yang diberikan kepada
nasabah yang bersangkutan.
3. Lembaga penerbit kartu kredit memberikan persetujuan kepada bank (issuing bank)
4. Atas persetujuan yang telah diperoleh, maka issuing bank membuatkan kartu kredit untuk nasabahnya (cardholder)
5. Nasabah yang sudah memiliki kartu kredit (cardholder) dapat menggunakan kartu kredit tersebut sesuai
fasilitas-fasilitas yang diberikan untuk membayar transaksi kepada merchant (toko, restaurant, hotel, travel, dll)
6. Sebelum merchant menerima pembayaran dari pemebeli dengan menggunakan kartu kredit, maka merchant terlebih
dahulu melakukan otorisasi (apabila transaksi melebihi limit yang telah ditentukan) atas kartu kredit yang
digunakan kepada bank (acquirer) yang mempunyai kerja sama dengan merchant dengan menggunakan alat yang
diberikan oleh bank (acquirer) kepada merchant berupa POS (Point Of Sale) dan EDC (Electronic Data Capture)
7. Kemudian acquirer akan melakukan otorisasi pula kepada INET untuk melihat apakah kartu kredit yang digunakan
dapat disetujui untuk melakukan transaksi sesuai dengan jumlah nominal transaksi
8. Berdasarkan data yang diberikan oleh issuing bank, INET memberikan persetujuan kepada acquirer
9. Bank (acquirer) memberikan persetujuan kepada merchant untuk dapat menerima kartu kredit tersebut sebagai alat
pembayaran transaksi yang dilakukan antara pembeli dengan merchant.
10. Merchant menyerahkan barang/jasa kepada pembeli (card holder)
Travelling Cheque
1. Pengertian Travelling Cheque
Cek perjalanan merupakan surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah bank, yang mengandung nilai, dimana bank
penerbit sanggup membayar sejumlah uang sebesar nilai nominalnya kepada orang yang tanda tangannya
tertera pada cek perjalanan itu.
Adapun istilah yang dipakai untuk cek perjalanan ini bermacam-macam tergantung dari bank penerbitnya. Cek
perjalanan biasanya mempunyai dua bentuk kata CB Drover dan RWB Bosley. Bentuk yang pertama ialah
dengan dinyatakan diterbitkan oleh orang yang berpergian dan bank yang mengeluarkannya ikut serta
menanda tangani. Kedua diterbitkan oleh bank atas dirinya sendiri dan ikut serta ditanda tangani oleh orang
yang berpergian.
Cek Perjalanan dalam valuta asing yang diterbitkan oleh Bank atau Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) yang
dapat diuangkan di bank/ agen pembayar setelah pemilik menandatangani cek dengan lengkap di hadapan
Bank/ Agen.
Agen penjualan yaitu bank devisa mengajukan Travellers Cheque, setelah terbit Travellers Cheque menggunakan mata
uang asing dakam setiap transaksi menggunakan (kurs) yang berupa Valuta Asing sebagai kurs perjalanan.
Jenis cek ini dapat dibeli dan ditukar kembali dengan mata uang yang kita inginkan dimana kita berada.
Travellers Cheque ini sendiri terbagi dua. Pertama, cek perjalanan atas unjuk. Dengan cek ini, siapa pun pembawanya
bisa langsung mencairkannya ke bank maupun yang ditunjuk. Kedua, cek perjalanan atas nama. Cek ini yang
mencantumkan nama Anda, sehingga hanya Anda yang bisa mencairkannya dengan menunjukkan kartu
identitas dan tandatangan Anda.
Keterangan gambar
1. Penerbit mengadakan kerjasama dengan bank/perusahaan yang bertindak sebagai agen penjual dalam
penjualan Travellers Cheque dalam mata uang asing (negara penerbit, mis. US$) yang diterbitkan oleh
perusahaan penerbit
2. Agen penjual menyerahkan Travellers Cheque kepada perorangan/perusahaan yang membeli Travellers
Cheque (end user) yang biasa disebut pembeli/ pemegang/ cardholder. Agen penjual dapat juga melakukan
kerjasama dengan money changer sebagai perantara/penghubung antara agen penjual dengan pembeli
3. Agen penjual menerima pembayaran dalam mata uang rupiah dari pembeli atas travellers cheque yang dijualny
4. Agen penjual melakukan pembayaran secara periodik kepada penerbit atas travellers cheque yang telah terjual
dalam valuta asing
5. Pembeli/card holder melakukan pembayaran dengan menggunakan travellers cheque (US$) atas transaksi yang
dilakukannya pada merchant, yaitu perusahaan/toko/hotel/restauran dan badan usaha lainnya yang menerima
pembayaran dengan menggunakan travellers cheque akibat adanya kerjasama antara badan usaha tersebut
dengan agen penjual mapun dengan penerbit
6. Merchant akan menukarkan atau menagihkan travellers cheque (US$) yang diterimanya kepada bank yang
bertindak sebagai pengumpul, atau dapat juga melalui jasa perantara money changer
7. Bank pengumpul menyerahkan pembayaran sebagai ganti atas nilai travellers cheque yang diterimanya dari
merchant. Pembayaran dapat dilakukan dalam mata uang asing atau dalam mata uang rupiah
8. Bank pengumpul kemudian menginkasokan/menagih travellers cheque yang diterimanya kepada penerbit.
Dalam melaksanakan tugas ini maka bank pengumpul berubah fungsinya menjadi bank penagih
9. Penerbit melakukan pembayaran kepada bank penagih atas tagihan nilai travellers cheque yang diterimanya
Kotak pengaman memiliki dua anak kunci, yang satu lagi berupa kunci cadangan yang disimpan oleh bank dan yang satu
lagi kunci kontak pengaman disimpan oleh nasabah.
Pembayaran sewa harus dilakukan dimuka dalam jangka waktu 1 tahun penuh dan dihitung dari tanggal penyerahan kepada
bank.
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan adalah :
1. Nasabah dilarang menyerahkan simpanan tertutup kepada Bank berupa benda barang yang berbahaya
(mudah rusak, terbakar, narkotika)
2. Untuk menjaga kemungkinan yang dapat merugiakan bank, semua bentuk simpanan tertentu harus dibuka
dihadapan pejabat bank.
3. Pengambilan simpanan tertutup sebelum waktunya diberikan retribusi biaya simpanan.
3. Biaya
Adapun biaya-biaya yang dikenakan pada nasabah penyewa Safe Deposit Box ada 2 macam yaitu :
1. Biaya sewa yang besarnya tergantung ukuran box yang di inginkan serta jangka waktu sewa. Biaya sewa
dibayar dimuka biasanya pertahun.
2. Setoran jaminan, merupakan biaya pengganti apa bila kunci dipegang nasabah hialng dan box harus dibongkar.
Akan tetapi jika tidak terjadi masalah, maka apabila Safe Deposit Box tidak diperpanjang setoran jaminan dapat di
ambil kembali.
4. Pengamanan Safe Deposit Box :
1. Kontrak Safe Deposit Box harus dilakukan secara selektif .
2. Perjanjian kontrak Safe Deposit Box harus jelas dan mengikat .
3. Penyimpanan dan pengambilan barang harus dalam ruang Safe Deposit Box.
4. Safe Deposit Box harus di desaign sedemikian rupa .
5. Master key dan kuci box harus yang bafus dan sulit dipalsukan.
6. Master key dipegang oleh karyawan bank sedangkan kunci dipegang oleh nasabah
7. Ruang deposit box hanya bias dimasuki oleh petugas bank dan nasabah yang berkepentingan
8. Master Key harus disimpan dengan baik dikantor bank yang bersangkutan.
Di samping jenis-jenis L/C, maka faktor-faktor lain yang mempunyai andil besar dalam proses penyelesaian L/C adalah
dokumen-dokumen yang dibutuhkan. Dokumen-dokumen L/C yang dibutuhkan meliputi:
- Bill of Lading (B/L) atau konosemen
B/L mempunyai fungsi sebagai bukti tanda pengiriman, bukti kontrak pengangkutan dan penyerahan barang, dan
bukti/dokumen pemilikan barang.
- Draft (wesel)
Draft merupakan perintah yang tidak bersyarat dalam bentuk tertulis yang ditujukan oleh seseorang yang menariknya
dan mengharuskan orang yang dialamatkan atau si tertarik untuk membayar pada saat diminta atau pada waktu
yang telah ditentukan untuk membayar sejumlah uang kepada orang yang ditunjuk atau kepada pemegang
wesel. Wesel dapat dipindahtangankan atau diperjual belikan kepada pihak lain.
- Faktur (invoice)
Faktur merupakan daftar perincian harga dari barang-barang yang dikeluarkan oleh penjual atas suatu transaksi sebagai
tanda bukti transaksi dan dapat juga dijadikan sebagai alat tagihan.
- Asuransi
Asuransi merupakan perusahaan yang akan menanggung dan mengganti terhadap kerugian yang akan dialami para
eksportir apabila terjadi kehilangan atau kerusakan barangnya.
- Daftar pengepakan (packing list)
erupakan daftar uraian barang-barang yang dimasukkan dalam peti (container).
Packing list m
- Certificate of origin
Dokumen ini merupakan surat keterangan asal barang yang diekspor.
- Certificate of inspection
Dokumen ini merupakan surat keterangan pemeriksaan tentang keadaan barang yang dibuat oleh independent surveyor.
Leasing syariah
a. Pengertian Leasing syariah
Leasing berasal dari bahasa inggris yaitu lease yang memeiliki arti menyewa, Dalam bahasa indonesia leasing sering di
istilahkan dengan sewa guna usaha. Secara khusus leasing adalah suatu akad untuk menyewa sesuatu barang
dalam kurun waktu tertentu. Secara umum leasing artinya Equinpment funding, yaitu pembiayaan peralatan
barang modal untuk digunakan pada proses produksi suatu perusahaan baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Pengertian leasing menurut surat Keputusan Bersama Mentri Keuangan dan Mentri Perdagangan dan Industri
Republik Indonesia No. KEP- 122/MK/IV/2/1974, Nomor 32/M/SK/2/1974, dan Nomor 30/Kpb/I/1974 tanggal 7
Februari 1974 adalah setiap kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk
digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara
berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang
bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang telah disepakati bersama.
Leasing terdapat dua kategori yaitu:
1. Operating Lease yaitu suatu proses menyewa suatu barang hanya untuk mendapatkan manfaat barang yang
disewanya, sedangkan barangnya itu sendiri tetap merupakan milik bagi pihak pemberi sewa. Sewa jenis
operating lease sama dengan konsep ijarah di dalam syariah islam.
2. Financial Lease yaitu suatu bentuk sewa dimana kepemilikan barang tersebut berpindah dari pihak pemberi
sewa kepada penyewa. Jika dimana akhir sewa pihak penyewa tidak dapat melunasi sewanya, barang tersebut
tetap menjadi milik pemberi sewa (perusahaan leasing). Akadnya dianggap sebagai akad sewa. Sedangkan
jika pada masa akhir sewa pihak penyewa dapat melunasi angsurannya maka barang tersebut menjadi milik
penyewa. Intinya dalam financial lease tersebut terdapat dua proses akad sewa dan akad beli (sewa-beli) atau
Ijarah muntahiyah bit tamlik (IMBT). Ijarah Muntahiyah bittamlik adalah akad sewa menyewa antara pemilik
obyek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang disewakannya dengan opsi
perpindahan hak milik obyek sewa pada saat tertentu sesuai dengan akad sewa. Perpindahan hak milik obyek
sewa kepada penyewa dalam ijarah muntahiyah bit tamlik dapat dilakukan dengan:
a. Hibah
b. Penjualan sebelum akad berakhir sebesar harga yang sebanding dengan sisa cicilan sewa
c. Penjualan pada akhir masa sewa dengan pembayaran tertentu yang disepakati pada awal akad
d. Penjualan secara bertahap sebesar harga tertentu yang disepakati dalam akad.
Bila dilihat dari objek yang disewakan, leasing hanya berlaku untuk sewa menyewa barang saja. Jadi yang disewakan
dalam leasing terbatas pada manfaat barang saja. Dalam ijarah objek yang disewakan bisa berupa barang
maupun jasa/tenaga kerja. Ijarah bila diterapkan dalam mendapatkan manfaat barang disebut
sewa-menyewa, sedangkan dalam mendapatkan manfaat tenaga kerja/jasa disebut upah-mengupah.
2) Metode Pembayaran
Leasing hanya mempunyai satu metode pembayaran, yakni yang bersifat Not Contingent to Performance. Artinya :
pembayaran sewa pada leasing tidak teerganttung pada kinerja objek yang disewa.
Dari segi metode pembaayaran ijarah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ijarah yang pembayarannya tergantung pada
kinerja objek yang disewa dan ijarah yang pembayarannya tidak tergantung pada kinerja objek yang
disewa. Ijarah yang pembayaraanya tergantung pada kinerja objek yang disewa disebut ijarah, gaji dan
atau sewa. Sedangkan, ijarah yang pembayaraannya tidak tergantung pada kinerja objek yang disewa
disebut ju’alah, atau succes fee.
3) Perpindahan Kepemilikan (Transfer of Title)
Dari aspek perpindahan kepemilikan, dalam leasing kita kenal ada dua jenis: operating lease dan financial lease. Dalam
operating lease, tidak terjadi pemindahan kepemilikan aset, baik awal maupun di akhir periode.
Dalam financial lease, di akhir periode sewa si penyewa diberikan pilihan untuk membeli atau tidak membeli barang
yang disewa tersebut. Jadi transfer of title masih berupa pilihan, dan dilakukan di akhir periode.
4) Lease Purchase
Lease Purchase yakni kontrak sewa sekaligus beli. Dalam kontrak sewa beli ini, perpindahan kepemilikan terjadi selama
periode sewa secara bertahap. Bila kontrak sewa-beli ini dibatalkan, hak milik barang terbagi antara milik
penyewa dengan milk
5) Sale and Lease-Back
Sale and lease-back terjadi bila, misalnya A menjual barang X ke B, tetapi karena A tetap ingin memiliki barang X
tersebut, B menyewakannya kembali kepada A dengan kontrak financial lease, sehingga A mempunyai
pilihan untuk membeli barang X tersebut di akhir periode.
c. Bank Garansi
a. Pengertian Bank Garansi
Kata Bank Garansi berasal dari bahasa Belanda “garantie” yang artinya jaminan. Bank garansi adalah jaminan
pembayaran dari bank yang diberikan kepada pihak penerima jaminan (bisa perorangan maupun perusahaan dan
biasa disebut beneficiary) apabila pihak yang dijamin (biasanya nasabah bank penerbit dan biasa disebut
applicant) tidak dapat memenuhi kewajiban atau cidera janji (wanprestasi). Jadi, artinya bank menjamin
nasabahnya (si terjamin/applicant) memenuhi suatu kewajiban kepada pihak lain sesuai dengan persetujuan atau
berdasarkan suatu kontrak perjanjian yang disepakati.
Dalam hal bank mengeluarkan garansi bank artinya bank membuat suatu pengakuan tertulis, yang isinya bank penerbit
mengikat diri kepada penerimajaminan (beneficiary) dalam jangka waktu dan syarat-syarat tertentu apabila di
kemudian hari ternyata nasabahnya (si terjamin/applicant) tidak memenuhi kewajibannya kepada si penerima
jaminan (beneficiary).
Dasar hukum bank garansi adalah perjanjian penanggungan (borgtocht) yang diatur dalam KUH Perdata pasal 1820
sampai dengan 1850. Untuk menjamin kelangsungan bank garansi, maka penanggung mempunyai hak istimewa
yang diberikan undang-undang, yaitu untuk memilih salah satu pasal; menggunakan pasal 1831 KUH
Perdata atau pasal 1832 KUH Perdata.
Pasal 1831 KUH Perdata berbunyi: si penanggung tidaklah diwajibkan membayar kepada si berpiutang, selain jika si
berutang lalai, sedangkan benda-benda si berutang ini harus lebih dulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya.
Adapun pasal 1832 KUH Perdata berbunyi: si penanggung tdiak bisa menuntut supaya benda-benda si berutang lebih
dulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya.
Perbedaan dari kedua pasal tersebut adlaah bahwa jika bank menggunkana pasal 1831 KUH Perdata, apabila timbul
cidera janji, si penjamin dapat meminta benda-benda si berutang disita dan dijual terlebih dahulu, sedangkan
jika menggunakan pasal 1832 KUH Perdata, bank wajib membayar garansi bank yang bersangkutan ssegera
setelah timbul cidera janji dan menerima tuntutan pemenuhan kewajiban (klaim).
Bunyi narasi (wording) atau suatu pengikatan tertulis bank dalam bank garansi, bank wajib mencantumkan ketentuan
yang dipilihnya dalam bank garansi yang bersangkutan, agar pihak yang dijamin maupun pihak yang menerima
garansi (beneficiary) mengetahui dengan jelas ketentuan mana yang dipergunakan.
Jadi, dalam pemberian bank garansi ada 3 pihak yang terlibat, yaitu:
- Bank sebagai pemberi jaminan disebut penjamin (bank penerbit/issuing bank).
- Nasabah sebagai pemohon (applicant) pihak yang dijamin disebut terjamin.
- Pihak ketiga yang menerima jaminan disebut penerima jaminan
(beneficiary).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bank garansi merupakan jaminan bank yang diberikan kepada
nasabah dalam rangka membiayai suatu usaha. Dengan jaminan bank ini si pengusaha memeproleh fasilitas
unutk melaksanakan kegiatannnya dengan pihak lain. Tentu sebelum jaminan bank dikeluarkan, bank terlebih
dahulu mempelajari kredibilitas nasabahnya.
b. Jenis Bank Garansi
Kepercayaan masyarakat terhadap bank adalah modal utama bank, bank yang menerbitkan bank garansi harus bank
yang mempunyai reputasi yang baik di mata masyarakat, sehingga si penerima jaminan percaya bahwa bank akan
mengganti kedudukan si terjamin (applicant) untuk memenuhi kewajibannya. Dengan demikian, maka si penerima
jaminan (beneficiary) akan terhindar dari resiko yang timbul akibat kelalaian si terjamin (applicant). Beberapa jenis
bank garansi yang ada, antara lain:
- Bank garansi untuk penangguhan bea masuk
Bank garansi ini merupakan bank garansi yang diberikan kepada kantor bea cukai untuk kepentingan pemilik barang
guna penangguhan pembayaran bea masuk atau barang yang dikeluarkan oleh pelabuhan.
- Bank garansi untuk pita cukai tembakau
Bank garansi ini yaitu bea cukai yang diberikan kepada kantor bea cukai untuk kepentingan yang dijamin (pengusaha
pabrik rokok) guna penangguhan pembayaran pita cukai tembakau atas rokok-rokok yang akan dikeluarkan dari
pabrik untuk peredaran.
- Bank garansi untuk tender dalam negeri
Bank garansi ini yaitu bank garansi yang diberikan kepada bouwheer (yang memberi pekerjaan) untuk kepentingan
kontraktor (leveransir) yang akan mengikuti tender dalam negeri.
- Bank garansi untuk pelaksanaan pekerjaan
Bank garansi ini yaitu bank garansi yang diberikan kepada bouwheer untuk kepentingan kontraktor guna menjamin
pelaksanaan pekerjaan yang diterima dari bouwheer.
- Bank garansi untuk uang muka pekerjaan
Bank garansi ini yaitu bank garansi yang diberikan kepada bouwheer untuk kepentingan kontraktor untuk menerima
pembayaran uang muka dari yang memberikan pekerjaan.
- Bank garansi untuk tender luar negeri
Bank garansi ini yaitu bank garansi yang diebrikan untuk kepentingan kontraktor yang akan mengikuti tender
pemborong yang mana bouwheer a dalah pihak luar negeri. Bank garansi untuk menjamin kontraktor/eksportir
Indonesia yang turut tender/melaksanakan kontrak.
- Bank garansi untuk perdagangan
Bank garansi ini yaitu bank garansi yang diberikan kepada agen atau dealer perdagangan/depot-depot perdagangan.
- Bank garansi untuk penyerahan barang
Bank garansi ini yaitu bank garansi yang diberikan kepada nasabah yang akan melakukan penyerahan barang, baik yang
dibiayai oleh bank ataupun tidak.
- Bank garansi untuk mendapatkan keterangan pemasukan barang
Bank garansi ini yaitu bank garansi yang diberikan untuk pengeluaran barang yang L/C nya belum dibayar penuh oleh
importer