Anda di halaman 1dari 50

MATERI LAYANAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

SURAT BERHARGA PASAR UANG (SBPU), SERTIFIKAT WADIAH BANK INDONESIA (SWBI) DAN
VALUTA ASING PADA AKD SHARF
Surat Berharga Pasar Uang
Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)​, adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Umum dan dibeli oleh Bank
Indonesia dengan nilai nominal yang cukup besar. ​Tujuannya untuk meningkatkan likuiditas Bank Umum dan menekan
laju inflasi. Likuiditas adalah kemampuan Bank untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. SBPU sama halnya dengan
SBI merupakan instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka ekspansi moneter oleh BI dengan menetapkan tingkat
diskonto SBPU.
Ditinjau dari jenis transaksi dan warkatnya, SBPU dapat dibedakan sbb:
a. Surat Sanggup (aksep/promes), dapat berupa:
● Surat sanggup yang diterbitkan oleh nasabah dalam rangka penerimaan kredit dari bank untuk membiayai
kegiatan tertentu.
● Surat sanggup yang diterbitkan oleh bank dalam rangka pinjaman antar bank.
b. Surat wesel, dapat berupa:
● Surat wesel yang ditarik oleh suatu pihak dan diaksep oleh pihak lain dalam rangka transaksi tertentu. Penarik
dan atau tertarik adalah nasabah bank.
● Surat wesel yang ditarik oleh nasabah bank dan diaksep oleh bank dalam rangka pemberian kredit untuk
membiayai kegiatan tertentu.
Mekanisme perdagangan SBPU adalah dunia usaha atau masyarakat yang merupakan nasabah berbentuk badan usaha
maupun perorangan meneluarkan surat aksep atau wesel (sebagai surat utang) untuk mendapatkan dana dari Bank
atau LKBB (Lembaga Keuangan bukan Bank). Kemudian SBPU dijualbelikan oleh Bank dan LKBB melalui
security house ​(perantara) maupun melalui pasar sekunder, yaitu diperjualbelikan antara lembaga-lembaga
keuangan itu sendiri serta dunia usaha atau masyarakat. SBPU ini melalui ​security house ​ juga bisa dijualbelikan
ke Bank Sentral Indonesia.
Tujuannya untuk meningkatkan likuiditas Bank umum dan menekan laju inflasi.

Sertifikat Wadiah Bank Indonesia


Menurut Fatwa DSN-MUI dijelaskan pengertian dari Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) yaitu merupakan
instrumen kebijakan moneter yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan kelebihan likuiditas pada bank yang beroperasi
dengan prinsip syariah.
Dalam Peraturan Bank Indonesia 2/9 /PBI tahun 2000, di jelaskan pula bahwa Sertifikat Wadiah Bank Indonesia
(SWBI) adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan
prinsip wadiah.
Jadi, SWBI dapat kita katakan sebagai instrumen perbankan pengendali moneter yang dikeluarkan Bank Indonesia
yang bebas riba sebagai bukti dari penitipan dana oleh Bank – bank Syariah atau Unit Usaha Syariah.
Karena SWBI merupakan acuan bank-bank Syari’ah yang ada di Indonesia, SWBI pasti memiliki karakteristik
tersendiri. Adapun Menurut Fatwa DSN-MUI No.36/X/2002 karakteristik dari SWBI adalah:
1. Bank Indonesia selaku bank sentral boleh menerbitkan instrumen moneter berdasarkan prinsip syariah yang
dinamakan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) yang dapat dimanfaatkan oleh bank syariah untuk mengatasi
kelebihan likuiditasnya.
2. Akad yang digunakan untuk instrumen SWBI adalah akad wadi’ah sebagaimana diatur dalam fatwa DSN No.
01/DSN-MUI/IV/2000 tentang Giro dan Fatwa DSN No. 02/DSN-MUI/2000 tentang Tabungan.
3. Dalam SWBI tidak boleh ada imabalan yang diisyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian ​(athayah) yang bersifat
sukarela dari pihak bank Indonesia.
4. SWBI tidak boleh diperjualbelikan
Akan tetapi, Menurut pasal 6 Peraturan Bank Indonesia No.6/7/2004, yang termasuk karakteristik dari SWBI
adalah:
1) SWBI diterbitkan dan ditatausahakan tanpa warkat (scripless).
2) SWBI tidak dapat diperjualbelikan (non negotiable).
Walau pun dari segi kedua uraian kerakteristik tersebut nampaknya berbeda, tapi jika di telaah lebih lanjut.
Keduanya memiliki persamaan maksud yaitu di katakan bahwa Sertifikat Wadiah Bank Indonesia tidak boleh di perjual
belikan dan tanpa adanya imbalan. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia harus dibuat secara sukarela.
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia sebagai acuan Bank-bank Syariah di Indonesia sudah tentu memiliki
landasan hukum yang jelas, yaitu :
1) PBI No. 2/9/PBI/2000 tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia.
2) PBI No.6/7/PBI/2004 tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia.
3) SEBI No.6/6/DPM/2004 tentang tatacara pelaksanaan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia.
4) SEBI No.7/37/DPM/2005 tatacara Pelaksanaan dan Penyelesaian Sertifikat Wadiah Bank Indonesia.
Skema pencairan dana dan pennitipan dana SWBI

Ket: bonus digunakan sebagai acuan tingakt idikasi imbalan


Bank Indonesia dapat memberikan bonus atas penitipan dana tersebut, yang diperhitungkan pada saat jatuh
waktu. Jumlah dana yang dapat dititipkan oleh bank kepada bank Indonesia adalah Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) ke atas dengan kelipatan Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Valuta Asing pada Akad Sharf


A. Pengertian Valuta Asing
Valuta asing dalam istilah bahasa Inggris dikenal dengan ​money changer atau ​foreign exchange,​ sedangkan dalam
istilah Arab disebut ​al-sharf.​ Dalam kamus al-Munjid fi al-Lughah disebutkan bahwa ​al-sharf berarti menjual uang
dengan uang lainnya. ​Al-Sharf y​ ang secara harfiyah berarti penambahan, penukaran, penghindaran, atau transaksi jual
beli. Dengan demikian ​al-Sharf ​adalah perjanjian jual beli satu valuta dengan valuta lainnya.Valas atau al-sharf secara
bebas diartikan sebagai mata uang yang dikeluarkan dan digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain.
Muhammad al-Adnani mendefinisikan ​al-sharf dengan tukar menukar uang. Taqiyyudin an-Nabhani mendefinisikan
al-sharf dengan pemerolehan harta dengan harta lain, dalam bentuk emas dan perak, yang sejenis dengan saling
menyamakan antara emas yang satu dengan emas yang lain, atau antara perak yang satu dengan perak yang lain atau
berbeda jenisnya semisal emas dengan perak, dengan menyamakan atau melebihkan antara jenis yang satu dengan jenis
yang lain. Beliau juga menyatakan bahwa jual beli mata uang merupakan transaksi jual beli dalam bentuk finansial yang
menurutnya mencakup beberapa hal sebagai berikut:
1. Pembelian mata uang dengan mata uang yang serupa seperti pertukaran uang kertas dinar baru Irak dengan dinar
lama.
2. Pertukaran mata uang dengan mata uang asing seperti pertukaran dolar dengan pound Mesir
3. Pembelian barang dengan uang tertentu serta pembelian mata uang tersebut dengan mata uang asing seperti membeli
pesawat dengan dolar, serta pertukaran dolar dengan dinar Irak dalam suatu kesepakatan.
4. Penjualan barang dengan mata uang, misalnya dolar Amerika dengan dolar Australia.
5. Penjulan promis (surat perjanjian untuk membeayar sejumlah uang) dengan mata uang tertentu.
6. Penjualan saham dalam perseroan tertentu dengan mata uang tertentu.

Masing-masing dari ke-enam bentuk kegiatan di atas dapat diklasifikasi menjadi dua macam kegiatan, yaitu jual beli
dan pertukaran. Sehingga untuk masing-masing kegiatan tersebut dapat diberlakukan hukum jual beli dan pertukaran.
Penjualan mata uang dengan mata uang yang serupa atau penjualan mata uang dengan mata uang asing dalam Islam
inilah yang kemudian disebut sebagai ​al-sharf.​
Apa yang diperdagangkan dalam penjualan valuta asing? Jawabannya tentu saja uang, mata uang diperdagangkan
secara berpasangan melalui broker atau dealer. Valas bersifat interbank karena waktu perdagangannya yang secara
kontinyu mengikuti waktu perdagangan masing-masing negara dan bisa diasumsikan bahwa pasar valas buka 24 jam.
Kemudian siapa saja yang dikatakan sebagai pelaku atau subjek dari kegiatan valuta asing?. Ada beberapa golongan
yang aktif melakukan transaksi jual beli valas, yang dapat digolongkan kepada 7 golongan berikut contohnya, yaitu:
1. Perusahaan. Perusahaan menggunakan pasar valuta asing untuk mempermudah pelaksanaan transfer investasi atau
komersil. Kelompok ini terdiri dari para importir, investor internasional dan perusahan-perusahaan multinasional.
Mereka menggunakan pasar valuta asing untuk tujuan investasi.
2. Masyarakat atau Perorangan. Masyarakat dan perorangan dapat melakukan transaksi valas untuk memenuhi
kebutuhannya. Contohnya yaitu, Ayah mengirimkan uang untuk anaknya yang sedang sekolah di Amerika, maka
terlebih dahulu Ayah harus membeli dolar atau menukar rupiah dengan dolar Amerika.
3. Bank Umum dan Non Bank. Bank Umum dan non bank beroperasi di kedua pasar antar bank dan nasabah. Mereka
melayani nasabah yang ingin bertransaksi valas. Mereka ini memperoleh keuntungan dengan membeli valuta asing
pada harga permintaan (bid) dan menjualnya kembali pada harga yang sedikit lebih tinggi dari pada harga
penawaran (offer).
4. Broker atau Perantara. Broker atau perantara adalah orang atau persahaan yang tugasnya adalah menjadi perantara
aktifitas transaksi valas.
5. Pemerintah. Pemerintah melakukan valas untuk berbagai tujuan antara lain membayar cicilan hutang ke luar
negeri, penerimaan hutang dari luar negeri yang harus ditukar ke valuta sendiri.
6. Bank Sentral. Di banyak negara, Bank sentral tidak berada di bawah kendali pemerintah, dia merupakan lembaga
independen yang bertugas menstabilkan perekonomian. Bank-bank sentral menggunakan pasar valas ini untuk
memperoleh cadangan devisa dan juga mempengaruhi harga di mana mata uangnya diperdagangkan. Bank sentral
mungkin melakukan langkah-langkah yang semata-mata dimaksudkan untuk mendukung atau mendongkrak nilai
mata uang sendiri. Kebijakan atau strategi seperti ini banyak dilakukan oleh bank-bank sentral.
7. Spekulator dan arbitrase. Mereka ini melakukan transaksi dalam pasar valuta asing untuk memperoleh keuntungan.
Arbitrase pada prinsipnya merupakan suatu bentuk spekulasi yang terdapat dalam valuta asing, di mana mereka
membeli suatu valuta asing di suatu pusat keuangan kemudian menjualnya kembali di pusat keuangan lain untuk
memperoleh keuntungan. Kegiatan arbitrase ini dimungkinkan mudah dan cepat dilakukan transfer dengan
menggunakan alat telegrafik antara pusat keuangan satu dengan pusat keuangan dunia lainnya. Motif mereka ini
berbeda dengan dealer, karena spekulator dan arbitrase beroperasi hanya untuk kepentingan mereka sediri tanpa
suatu kebutuhan atau kewajiban untuk melayani klien atau untuk memastikan kontinuitas pasar. Sedangkan dealer
mencari keuntungan dari spread antara permintaan dan penawaran dan hanya secara insedentil mencari keuntungan
dari perubahan-perubahan harga. Sementara spekulator mencari seluruh keuntungan dari perubahan-perubahan
harga secara simultan. Spekulasi dan arbitrase dalam jumlah besar biasanya dilakukan oleh trader. Bank-bank
dalam hal ini dapat bertindak sebagai dealer, spekulator dan arbitrase.

B. Jenis-Jenis Valuta Asing


1. Transaksi Spot
Transaksi spot adalah pembelian dan penjualan valuta asing untuk penyerahan pada saat itu (over the counter) atau
penyelesaiannya paling lambat dalam jangka waktu dua hari. Misalnya kontrak jual beli suatu mata uang spot dilakukan
atau ditutup pada tanggal 12 juni 2002, penyerahan dan penyelesaian kontrak tersebut dilakukan pada tanggal 14 juni
2002. Apabila tanggal 14 juni 2002 tersebut kebetulan hari libur atau hari sabtu, maka penyelesaiannya adalah pada hari
kerja berikutnya. Tanggal penyelesaian transaksi seperti ini disebut value date. Penyerahan dana dalam transaksi spot
pada dasarnya dapat dilakukan dalam beberapa cara berikut ini:
a) Value today, yaitu penyerahan dana dilakukan pada tanggal (hari) yang sama dengan tanggal (hari) diadakannya
transaksi (kontrak).
b) Value tomorrow, yaitu penyerahan dana dilakukan pada hari kerja berikutnya atau hari keja setelah diadakannya
kontrak.
c) Value spot, yaitu penyerahan dilakukan dua hari kerja setelah tanggal transaksi.
2. Transaksi Forward
Transaksi forward isebut juga dengan transaksi berjangka yang pada prinsipnya adalah transaksi sejumlah mata uang
tertentu dengan sejumlah mata uang lainnya dengan penyerahan pada waktu yang akan datang. Kurs ditetapkan pada
waktu kontrak dilakukan, tetapi pembayaran dan penyerahan baru dilakukan pada saat kontrak jatuh tempo. Transaksi
forward ini biasanya sering digunakan untuk tujuan hedging dan spekulasi. Hedging atau pemagaran resiko yaitu
transaksi yang dilakukan semata-mata untuk menghindari resiko kerugian akibat terjadinya perubahan kurs.
3. Transaksi Swap
Transaksi swap adalah transaksi pembelian dan penjualan bersamaan sejumlah tertentu mata uang dengan 2 tanggal
valuta (penyerahan) yang berbeda. Pembelian dan penjualan mata uang tersebut dilakukan pada bank lain yang sama.
Jenis transaksi swap yang umum adalah spot terhadap forward. Dealer membeli suatu mata uang dengan transaksi spot
dan secara simultan menjual kembali jumlah yang sama kepada bank lain yang sama dengan kontrak forward. Karena
itu dilakukan sebagai suatu transaksi tunggal dengan bank lain yang sama, dealer tidak akan menghadapi resiko valas
yang tidak diperkirakan. Seperti dijelaskan di atas bahwa pada prinsipnya transaksi swap merupakan transaksi tukar
pakai suatu mata uang untuk jangka waktu tertentu. Transaksi swap berbeda dengan transaksi spot atau forward. Dalam
mekanisme swap, terjadi dua transaksi sekaligus dalam waktu yang bersamaan yaitu menjual dan membeli atau menjual
dan membeli suatu mata uang yang sama. Sementara pada spot dan forward, transaksi terjadi hanya sekali saja yaitu
membeli dan menjual. Penggunaan transaksi swap sebanarnya dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan timbulnya
kerugian yang disebabkan oleh perubahan kurs suatu mata uang. Swap dapat dilakukan antara nasabah dengan banknya
dan antara bank dengan bank Indonesia (disebut reswap). Pemberian fasilitas reswap tersebut dilakukan atas dasar swap
point yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.Transaksi swap antara bank dengan BI:
a. Swap likuiditas, yaitu swap yang dilakukan atas inisiatif BI untuk dana yang berasal dari pinjaman luar negeri. Posisi
likuiditas ini untuk setiap bank maksimum 20 % dari modal bank tersebut.
b. Swap investasi, yaitu swap yang dilakukan atas inisiatif bank berdasarkan swap bank dengan nasabah yang dananya
berasal dari pinjaman luar negeri untuk keperluan ivestasi di Indonesia.
Sebelum disebutkan jenis valuta asing selanjutnya, maka perlu diketahui dulu perbedaan dari ketiga jenis transaksi di
atas, yaitu bahwa transaksi swap terjadi dua transaksi pada saat yang sama (double transaction), yaitu jual beli atau beli
dan jual. Sedangkan pada spot dan forward hanya terjadi satu kali transaksin saja (one single transaction), yaitu jual saja
beli saja.
4. Transaksi Option
Transaksi option yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli atau hak untuk menjual yang tidak harus
dilakukan atas sejumlah unit valuta asing pada harga dan jangka waktu atau tanggal akhir tertentu.
Dari beberapa macam jenis dari valuta asing di atas, tidak semua dipandang sesuai dengan syari’at Islam, dalam
arti ada jenis yang dihukumi haram, dan ada pula yang hukumnya sah menurut Islam. Adapun hukum-hukumnya bisa
dilihat dalam fatwa yang dikeluarkan fatwa Dewan Syari’ah yang dituliskan dalam pembahasan terakhir.

C. Jual Beli Valuta Asing Dalam Perspektif Fiqh


Secara normative hukum Isalam, jual beli valuta asing yang dilakukan saat sekarang tidaklah berubah fungsi uang
dalam Islam. Karena al-sharf yang dijadikan sebagai salah satu jasa perbankan tidaklah sama dengan perdagangan uang
atau memperjual belikan uang yang dalam banyak hal telah merugikan masyarakat banyak, terutama dalam kasus
Indonesia.
Perbedaan antara al-sharf dengan perdagangan uang atau jual beli uang, terletak pada hukum yang diterapkan pada
al-sharf. Walaupun ​al-sharf itu merupakan salah satu variasi dari jual beli, akan tetapi ia tidak dihukumi dengan konsep
jual beli secara umum, karena dalam konsep jual beli boleh untuk di tangguhkan. Sedangkan dalam variasi jual beli
uang dengan uang memakai hukum khusus yang tidak terdapat dalam bai’ mutlak (jual beli barang dengan uang) dan
bai’ muqayyadah (jual beli barang dengan barang) yaitu dalam hal time settlement-nya. Artinya dalam aqad al-Sharf ini
harus dilakukan secara tunai (tidak boleh ditangguhkan).
Sebagaimana diketahui, bahwa jual beli itu bisa berupa ayn (goods dan service) yang berarti barang dan jasa, atau juga
berupa dayn (financial obligation). Objek jual beli yang berupa dayn dengan dayn, hukumnya adalah tidak sah karena
hal tersebut telah menjadikan dayn sebagai ayn. Akan tetapi ketika kedua bentuk dayn itu adalah berupa mata uang,
maka ia adalah al-sharf yang hukumnya boleh (mubah) dengan syarat kedua mata uang tersebut harus diserahkan secara
langsung (tunai) sebelum para pihak berpisah. Sehingga akad al-sharf ini bisa disebut sebagai pengecualian dari aqad
lain yang obyeknya berupa dayn.
Tujuan dari keharusan tunai dalam aqad al-sharf ini adalah untuk menghindari adanya gharar yang terdapat dalam riba
fadl. Gharar dalam aqad ​al-sharf ini akan lenyap karena time of settlement-nya dilaksanakan secara tunai. Sedangkan
dalam aqad yang obyeknya berupa barang, maka selain masa penyerahannya yang harus tunai, juga harus sama dalam
hal kualitas dan kuantitasnya. Justru merupakan satu hal yang tepat, ketika Ibn Taimiyah mensyaratkan harus dilakukan
secara simultan (taqabud) dalam transaksi perdagangan uang.
Sebagai salah satu variasi jual beli, al-sharf juga tentu saja harus memenuhi persyaratan sebagaimana halnya variasi jual
beli yang lain seperti bai’ mutlak dan muqayyadah. Karena agar jual beli itu terbentuk dan sah diperlukan sejumlah
syarat, yaitu syarat adanya aqad jual beli dan syarat sahnya jual beli. Sehingga aqad jual beli itu tidak saja ada dan
terbentuk, akan tetapi juga sah secara hukum. Dengan demikian hukum tentang al-sharf yang biasa diartikan dengan
jual beli valuta asing tidak diragukan lagi kebolehannya dari sudut fiqh Islam.

D. Dasar Hukum al-Sharf


Seperti yang telah diterangkan dalam pendahuluan bahwa setelah beberapa jenis mata uang telah dibuat, maka mata
uang kertas wajib menggantikan fungsi emas dan perak, yang mana emas dan perak inilah yang dulu dipakai sebagai
alat tukar. Dengan demikian mata uang kertas menjadi satu-satunya satuan hitung dan sarana perantara dalam tukar
menukar. Mata uang kertas menjadi nilai harga sebagaimana halnya emas dan perak. Oleh sebab itu hukum tukar
menukar mata uang kertas tunduk kepada peraturan ​al-sharf​ sebagaimana halnya emas dan perak.
Praktek ​al-sharf hanya terjadi dalam transaksi jual beli, di mana praktek ini diperbolehkan dalam Islam berdasarkan
firman Allah QS. al-Baqarah ayat 275
Kemudian dalam hadis Rasulullah juga disebutkan bahwa
“Janganlah engkau menjual emas dengan emas, kecuali seimbang,dan jangan pula menjual perak dengan perak kecuali
seimbang. Juallah emas dengan perak atau perak dengan emas sesuka kalian.” (HR. Bukhari).
“Nabi melarang menjual perak dengan perak, emas dengan emas, kecuali seimbang. Dan Nabi memerintahkan untuk
menjual emas dengann perak sesuka kami, dan menjual perak dengan emas sesuka kami”.
“Kami telah diperintahkan untuk membeli perak dengan emas sesuka kami dan membeli emas dengan perak sesuka
kami. Abu Bakrah berkata: beliau (Rasulullah) ditanya oleh seorang laki-laki, lalu beliau menjawab, Harus tunai (cash).
Kemudian Abi Bakrah berkata, Demikianlah yang aku dengar.” (HR. Abu Hurairah)

Dari beberapa Hadis di atas dipahami bahwa hadis pertama dan kedua merupakan dalil tentang diperbolehkannya
al-sharf serta tidak boleh adanya penambahan antara suatu barang yang sejenis (emas dengan emas atau perak dengan
perak), karena kelebihan antara dua barang yang sejenis tersebut merupakan riba fadl yang jelas-jelas dilarang oleh
Islam. Sedangkan hadis ketiga, selain bisa dijadikan dasar diperbolehkannya al-sharf, juga mengisyaratkan bahwa
kegiatan jual beli tersebut harus dalam bentuk tunai, yaitu untuk menghindari terjadinya riba nasi’ah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jual beli mata uang (valuta asing) dibatasi oleh beberapa syarat, dan
syarat-syarat itu telah disebutkan oleh para ulama dalam penukaran emas dan perak yang mana berlaku juga dalam
penukaran mata uang yang ada pada zaman setelahnya.

E. Syarat-Syarat Dan Batasan-Batasan Al-sharf


a. Serah terima sebelum iftirak (berpisah)
Maksudnya yaitu transaksi tukar menukar dilakukan sebelum kedua belah pihak berpisah. Hal ini berlaku pada
penukaran mata uang yang berjenis sama maupun yang berbeda, oleh karena itu kedua belah pihak harus melakukan
serah terima sebelum keduanya berpisah meninggalkan tempat transaksi dan tidak boleh menunda pembayaran salah
satu antara keduanya. Apabila persyaratan ini tidak dipenuhi, maka jelas hukumnya tidak sah.
Hal ini sesuai dengan dalil yang bersumber dari hadis nabi seperti yang telah disebutkan terakhir di atas yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Begitu pula dengan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Sa’ad al-Khudhri,
bahwasannya Rasulullah bersabda: ”janganlah kalian menjual emas dengan emas, kecuali sama rata, dan janganlah
melebihkan salah satu diantara keduanya. Dan janganlah kalian menjual perak dengan perak, kecuali sama rata, dan
janganlah kalian melebihkan salah satu antara keduanya. Dan janganlah kalian menjual -emas dan perak- yang telah ada
dengan yang belum ada.”
Namun terdapat beberapa interpretasi yang berbeda di kalangan ulama mengenai istilah iftirak, yaitu:
Jumhur ulama seperti ulama Hanafi, Syafi’i dan Hambali sepakat bahwa yang dimaksud iftirak adalah
apabila kedua belah pihak telah meninggalkan tempat transaksi. Apabila kedua belah pihak belum beranjak
dari tempat maka tidak dikatakan iftirak meski dalam waktu yang lama. Pengertian ini didasari kepada Umar
bin Khatab ketika meriwayatkan sebuah hadis, lalu beliau berkata kepada thalhah: ”demi Tuhan, jangna
kamu tinggalkan orang itu sebelum menerima sesuatu darinya.” dalil ini menunjukkan bahwa yang dijadikan
standar iftirak adalah pisah badan.
Ulama Maliki berpendapat bahwa iftirak badan bukan merupakan ukuran sah atau tidaknya suatu transaksi.
Yang jadi ukuran yaitu serah terima harus dilakukan ketika pengucapan ijab dan kabul berlangsung.
Maksudnya, jika serah terima dilakukan setelah ijab kabul, maka transaksi tersebut dianggap tidak sah,
sekalipun kedua belah pihak belum berpisah badan. Hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah saw.: ” emas
dengan emas adalah riba, kecuali ha wa ha (ucapan ambil dan bayar).” hal ini menunjukkan bahwa serah
terima harus dilakukan seketika bersamaan dengan ijab kabul.
b. Al-Tamatsul (sama rata)
Pertukaran uang yang nilainya tidak sama rata maka hukumnya haram, syarat ini berlaku pada pertukaran uang yang
satu atau sama jenis. Sedangkan pertukaran uang yang jenisnya berbeda, maka dibolehkan al-tafadhul. Misalnya yaitu
menukar mata uang dolar Amerika dengan dolar Amerika, maka nilainya harus sama. Namun apabila menukar mata
uang dolar Amerika dengan rupiah, maka tidak disyaratkan al-tamatsul. hal ini praktis diperbolehkan mengingat nilai
tukar mata uang dimasing-masing negara di dunia ini berbeda. Dan apabila diteliti, hanya ada beberapa mata uang
tertentu yang populer dan menjadi mata uang penggerak di perekonomian dunia, dan tentunya masing-masing nilai mata
uang itu sangat tinggi nilainya.
c. Pembayaran Dengan Tunai
Tidak sah huukmnya apabila di dalam transaksi pertukaran uang terdapat penundaan pembayaran, baik penundaan
tersebut berasal dari satu pihak atau disepakati oleh kedua belah pihak. Syarat ini terlepas dari apakah pertukaran itu
antara mata uang yang sejenis maupun mata uang yang berbeda.
d. Tidak Mengandung Akad Khiyar Syarat
Apabila terdapat khiyar syarat pada akad ​al-sharf baik syarat tersebut dari sebelah pihak maupun dari kedua belah
pihak, maka menurut jumhur ulama hukumnya tidak sah. Sebab salah satu syarat sah transaksi adalah serah terima,
sementara khiyar syarat menjadi kendala untuk kepemilikan sempurna. Hal ini tentunya dapat mengurangi makna
kesempurnaan serah terima. Menurut ulama Hambali, ​al-sharf dianggap tetap sah, sedangkan khiyar syaratnya menjadi
sia-sia.
Selain beberapa syarat di atas, disebutkan pula batasan-batasan pelaksanaan valuta asing yang juga didasarkan dari
hadis-hadis yang dijadikan dasar bolehnya jual beli valuta asing. Batasan-batasan tersebut adalah:
1. Motif pertukaran adalah rangka mendukung transaksi komersil, yaitu transaksi perdagangan barang dan jasa antar
bangsa, bukan dalam rangka spekulasi.
2. Transaksi berjangka harus dilakukan dengan pihak-pihak yang diyakini mampu menyediakan valuta asing yang
dipertukarkan.
3. Tidak dibenarkan menjual barang yang belum dikuasai, atau dengan kata lain tidak dibenarkan jual beli tanpa hak
kepemilikan (bai’ ainiah).
Seseorang yang melakukan perdagangan valuta asing wajib memperhatikan batasan tersebut dan wajib menjauhkan diri
dari pasar gelap. Tidaklah dibenarkan pedagang valas berpendapat bahwa “agama membenarkan penukaran mata uang
dengan syarat dilakukan secara tunai, tetapi mereka mengabaikan kepentingan masyarakat banyak.” Jika mereka
melakukan penyimpangan karena melakukan pemerasan, maka yang semula halal akan menjadi terlarang karena dapat
merugikan.
Dalam hal perdagangan mata uang asing ini, Imam al-Subki sebagaimana dikutip Sura’i mengatakan bahwa pendapat
yang populer pada mazhab Syafi’I adalah boleh hukumnya melakukan transaksi dengan mata uang dirham yang tengah
berlaku walaupun ditukar dengan dirham biasa, sedangkan dirham sebagai mata uang negara yang mempunyai cap,
maka transaksi semacam ini dibolehkan. Kemudian ia berkata berlakunya transaksi dengan mempertukarkan mata uang
yang tidak sejenis tidaklah ada halangannya, asalkan secara tunai, Namun demikian apakah diperbolehkan
mempertukarkan mata uang yang sama namanya tetapi berbeda negara yang memilikinya seperti dinar Marokko dengan
dinar Maghribi. Dalam hal ini Imam al-Subki tidak menemukan adanya riwayat yang melarang tetapi pendapat yang
terkuat adalah membolehkannya.
Dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa tukar menukar uang yang satu dengan uang yang lain diperbolehkan.
Begitu pula memperdagangkan mata uang asalkan nama dan mata uangnya berlainan atau nilainya saja yang berlainan,
namun harus dilakukan secara tunai.
Dalam hal memperjualbelikan mata valuta asing yang tidak dilakukan secara tunai, Yusuf al-Qardhawi mengatakan
tidak diperbolehkan. Oleh karena itu tidak sah jual beli uang dengan sistem penangguhan, bahkan harus dilakukan
secara tunai ketika di tempat transaksi. Hanya saja yang menjadi kriteria tunainya sesuatu itu menurut ukurannya
sendiri-diri. Dalam hal ni menurut Yusuf al-Qardhawi syara’ telah menyerahkan ukuran tersebut kepada adat kebiasaan
yang berlaku di suatu masyarakat. Walaupun demikian, realita tunai ini juga mengikuti hukum darurat yang diukur
sesuai dengan ukurannya. Justru itu umat Islam tidak diperkenankan untuk menjual apa yang dibelinya kecuali setelah
diterimanya terlebih dahulu barang itu menurut adat kebiasaan yang berlaku.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli hukum Islam di atas, dapatlah disimpulkan bahwa pada dasarnya mereka
sepakat tentang bolehnya memperjual belikan valuta asing dari jenis mata uang apapun dan dari negara manapun.
Tetapi juga mereka sepakat bahwa transaksi valuta asing harus dilakukan secara tunai dan bertangguh. Hal ini
didasarkan pada ketentuan syari’ah seperti yang dijelaskan oleh hadis hadis Nabi di atas.
Ada hal penting yang tersirat dari hadis hadis Nabi maupun penafsiran para ahli hukum Islam tentang perdagangan
valuta asing ini, yaitu bertujuan agar tidak ada pihak-pihak yang di rugikan dan dizalimi, dan tidak mendatangkan
mudharat bagi masyarakat banyak. Persoalan yang merupakan masalah yang berkaitan dengan hajat orang banyak
terhadap kebutuhan ekonomi. Oleh sebab itu, dapat dimengerti mafhum mukhalafah dari hikmah yang terkandung dari
ketentuan di atas. Di satu sisi pertukaran dan perdagangan valuta asing merupakan suatu kebutuhan untuk perdagangan
internasional dan kegiatan ekonomi yang berhubungan dengan negara lain. Akan tetapi di sisi lain, harus dapat pula
menghindarkan diri dari hal-hal yang dilarang syari’ah dan perilaku yang mendatangkan kemudharatan.
Sesuai dengan maqashid syari’ah yang salah satu prinsipnya mengenai aspek hajjiyah dalam pengertian segala yang
menyulitkan dan menjadi beban bagi kehidupan harus dihindari, maka sesungguhnya elastisitas hukum Islam mengenai
perdagangan valuta asing dapat dilihat dari sisi lain. Pada kasus perdagangan valuta asing saat sekarang, yang notabene
tidak secara tunai dan tidak simultan penyerahan dana ketika transaksi disepakati, merupakan fenomena yang tidak
sesuai dengan ketentuan syari’ah. Ada baiknya ketentuan harus tunai dan simultan itu untuk ditinjau kembali secara
mendalam, karena perkembangan dunia modern saat ini dengan kemajuan teknologi yang sudah sedemikian pesatnya,
yang seandainya ketentuan tersebut tidak memiliki sifat elastisitas sesuai dengan perubahan waktu, tempat, situasi dan
kondisi, maka justru akan mendatangkankesulitan, sedangkan nafyul haraj dalam istilah ushul fiqh merupakan suatu
keniscayaan.
Persoalan perdagangan valuta asing telah menjadi sangat populer, umum dan hampir dilakukan serta diterima sebagai
suatu transaksi yang dipraktekkan di seluruh dunia. Tidak ada sistem ekonomi suatu negara mengalami kemajuan tanpa
behubungan dengan perdagangan valuta asing. Oleh sebab itu selayaknya perdagangan valuta asing diterima dan
diadopsi sebagai suatu kebutuhan di bidang akonomi dan bermanfaat serta sulit sekali dipisahkan dari dunia modern.
Afzalur Rahman mengutip pendapat Imam Hanafi, bahwa jika suatu bisnis secara umum diterima dan dilakukan oleh
orang banyak, maka bisnis tersebut menjadi halal, karena merupakan kebutuhan. Akan tetapi jika perdagangan valuta
asing tersebut dilakukan dengan tujuan untuk spekulasi, dan merusak sistem prekonomian suatu negara, maka hal inilah
yang sangat bertentangan dengan tujuan syari’ah. Solusi yang terbaik untuk hal itu adalah mengadopsi dan
menyesuaikan sistem perdagangan valuta asing yang ada dengan prinsip-prinsip yuridis syar’i (hukum Islam), dan
penulis sepakat dengan pendapat Yusuf al- Qardhawi dan Imam Malik batasan tunai dan tangguh diserahkan kepada
adat kebiasaan masyarakat sesuai dengan kaedah ushul fiqh al adatu muhakamah.
F​. Contoh-Contoh Pelaksanaan Valuta Asing
Berikut ini adalah contoh-contoh yang diambil dari salah satu literatur yang khusus membahas masalah-masalah jual
beli yang dipertanyakan oleh orang-orang yang ingin mendapatkan hukum yang benar sesuai dengan syari’at Islam, dan
jawaban yang diberikan merupakan hasil dari musyawarah yang dilakukan oleh kelompok ​bahstul masail​ terkenal.
1. Seorang dokter berkebangsaan Mesir bekerja si Saudi menabung sebagian uang dari gajinya disalah satu Bank di
Saudi. Saat dia akan pulang, dia berniat untuk menukar mata uang Saudi ke pound Mesir. Di mesir dia akan
mendapat dua hal yaitu menukarkannya di bank atau di money changer. Di Mesir nilai tukar satu dolar mencapai 80
qirsy mesir. Jika dia menukarkannya kepada pedagang mata uang maka harga satu dolar bisa mencapai 120 qirasy
mesir. Apakah hal tersebut haram?. Jawabannya adalah apabila dia menukarkan uang kepada pedagang valas dengan
harga 120 qirsy dari jenis yang berlainan, maka hukumnya halal.
2. Ada beberapa orang al-Jazair yang pergi ke prancis. Lalu mereka mengambil mata uang Perancis dari para pekerja
al-Jazair di sana, 1000 franc Prancis ditukar dengan 2000 dinar aljazair dan terkadang bisa lebih. Ketika mereka
kembali ke aljazair, mereka menyerahkan uang tersebut kepada keluarga para pekerja dengan mata uang aljazair.
Artinya penukaran matauang tersebut tidak berlangsung secara tunai. Dan perlu diketahui bahwa mata uang aljazair
lebih mahal daripada prancis. Jika masalahnya seperti ini maka hukumnya tidak diperbolehkan menjual sebagiannya
dengan sebagian lainnya kecuali secara tunai.
3. Sesorang menerima gaji dengan riyal Saudi, lalu dia menukarnya dengan riyal Sudan. Sedangkan satu riyal Saudi
sama dengan 3 riyal Sudan. Maka hal ini dinilai boleh yaitu menukar uang kertas suatu Negara ke uang kertas
Negara lain meskipun objek penukaran berbeda nilainya. Namun dengan syarat bahwa serah terima dilaksanakan di
tempat transaksi.

PENGGUNAAN KARTU ATM, KARTU KREDIT DAN ​TRAVELLING CHEQUE


Kartu ATM
1. Pengertian kartu ATM
ATM adalah kepanjangan dari ​Automatic Teller Machine​. Secara harfiah: ​automatic berbicara otomatis, ​teller adalah
petugas perbankan yang berada di lini depan melayani nasabah dalam urusan setor uang ​(deposit) dan tarik dana
(withdraw),​ sedangkan ​machine adalah mesin. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ATM adalah sebuah
mesin yang secara otomatis dapat bekerja menggantikan peran dari ​teller yang sering kita jumpai di bank. Dengan
adanya mesin-mesin ATM seperti ini, kita tidak perlu lagi antri di depan ​teller setiap membutuhkan jasa
perbankan. Cukup datang ke sebuah loket yang menyediakan mesin ATM dan biasanya lokasinya ada di setiap
cabang bank itu sendiri atau di tempat-tempat yang ramai dan strategis seperti lobby hotel, mal, perkantoran, dst.
Dapat disimpulkan kartu ATM adalah kartu-kartu yang diterbitkan bank untuk dapat dipergunakan di mesin-mesin
ATM yang ada.
Pada awalnya mesin ATM hanya memiliki fasilitas menarik uang tunai. Jadi kartu ATM adalah kartu yang dipergunakan
untuk menarik uang tunai lewat mesin ATM. Seiring kemajuan zaman, perkembangan teknologi dan kebutuhan
manusia, menu-menu ATM pun semakin diperbanyak sehingga bisa membayar tagihan, transfer uang, membeli
produk dan jasa (pulsa, token listrik, reksadana, dsb.). Perkembangan lebih lanjut adalah hadirnya mesin-mesin
ATM yang juga bisa setor uang secara langsung. Biasanya bisa kita jumpai di mesin-mesin ATM milik Bank BCA.
Pada saat Bank Mandiri mulai beroperasi di Indonesia (hasil penggabungan beberapa bank milik pemerintah akibat efek
carut marut dunia perbankan dan kasus korupsi), Bank Mandiri mempopulerkan sebuah istilah baru yakni
"​Anjungan Tunai Mandiri​" yang memang pas dengan kepanjangan dari ATM. Kata "mandiri" itu sendiri diambil
dari nama Bank Mandiri. Dengan demikian ada penambahan arti kartu ATM yang bisa menjadi ​kartu anjungan
tunai mandiri​. Fungsinya memang bisa menarik tunai oleh diri kita sendiri. Sedangkan anjungan itu berarti
semacam lokasi, tempat atau sarana.
2. Fungsi Kartu ATM
Fungsi kartu ATM yaitu:
1. Menarik Uang Tunai 24 Jam
Fungsi utama dan paling sering digunakan nasabah dari ATM adalah untuk menarik uang tunai kapanpun
dibutuhkan. Fungsi ATM yang satu ini sangat memudahkan ketika kita sedang membutuhkan uang tunai dengan
segera, karena ATM sudah banyak tersebar dimana-mana. Kita juga tidak perlu datang ke bank yang jumlahnya
tidak sebanyak ATM dan memiliki batasan jam operasional.
Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya jumlah maksimal atau limit penarikan uang tunai melalui ATM yang
berbeda-beda sesuai dengan kebijakan bank terkait. Namun meski begitu, ATM tetap menjadi pilihan terbaik untuk
menarik uang tunai dalam jumlah yang tidak terlalu banyak, atau saat keadaan darurat. Banyak orang yang memilih
untuk mengambil uang tunai di ATM dibandingkan melalui teller bank karena tidak perlu mengantri panjang dan
lama.
2. Menyetor Uang ke Rekening Tabungan
Selain menarik uang tunai, ATM juga bisa digunakan untuk menyetor uang ke dalam rekening tabungan milik kita
atau mengirimkannya ke rekening orang lain. Meskipun tidak semua mesin ATM memiliki fasilitas yang bisa
menyetorkan uang, tapi sudah banyak ditemukan di tempat-tempat umum. Hal ini tentunya memudahkan kita dan
menghemat waktu dibanding harus menyetorkan uang melalui teller bank.
3. Melakukan Pengiriman Uang
Fungsi selanjutnya dari mesin ATM adalah memudahkan kita dalam proses mengirim uang atau transfer, baik ke
sesama nasabah dari bank yang sama atau bank lain. Fungsi yang satu ini tentu bukan sesuatu yang asing lagi,
terutama bagi masyarakat jaman sekarang yang sering berbelanja melalui online shop. Belanja melalui online
memang menuntut kita untuk melakukan transaksi tanpa bertatap muka, yang hal in berarti kita harus membayar
dengan cara transfer.
4. Membayar Tagihan Rutin
Jika dulu kita harus mendatangi loket pembayaran resmi dari perusahaan air (PAM) atau listrik (PLN) untuk
membayar tagihan bulanan, kini kita sudah bisa membayarnya melalui ATM. ATM memang memiliki fitur yang
memudahkan kita untuk membayar tagihan rutin yang digunakan dalam sebulan, jadi kita tidak perlu repot-repot
datang ke loket pembayaran.
Ada banyak jenis tagihan yang bisa dibayar melalui ATM, tergantung dengan apakah penyedia jasa tersebut
bekerjasama dengan bank yang kita gunakan atau tidak. Jadi bukan hanya tagihan air dan listrik, kita juga bisa
membayar tagihan telepon, internet, TV kabel, bahkan hingga asuransi dan bayaran sekolah. Selain itu, bagi Anda
yang senang menyumbang untuk kegiatan sosial juga bisa menyalurkan donasi melalui fitur dalam ATM ke
lembaga kepercayaan Anda.
5. Membeli Produk Lainnya
Bukan hanya produk perbankan yang bisa dibayar atau dibeli melalui ATM, namun juga berbagai produk lain yang
tidak berhubungan dengan langsung dengan perbankan. Jadi tidak aneh ketika orang membeli pulsa telepon
melalui ATM, atau bahkan membayar tiket pesawat. Ada berbagai penyedia produk yang bekerjasama dengan
bank, sehingga kita dapat membeli produknya melalui ATM. Mulai dari pulsa dan paket internet, tiket pesawat dan
kereta, tiket bioskop, dan lain sebagainya.
3. Cara Memperoleh Kartu ATM
Jika anda saat ini belum memiliki kartu ATM , maka kita bisa pergi ke Bank dimana anda membuka rekening
tabungan. dengan membawa persyaratan berupa ​Buku Tabungan dan KTP yang masih berlaku sesuai dengan pada
saat pembukaan rekening. Tapi jika anda belum memiliki rekening tabungan maka bisa membuka rekening baru
terlebih dahulu.Berikut langkah-langkah membuat rekening tabungan dan Kartu ATM;
● Siapkan kartu identitas diri sebagai persyaratan administratif, dalam hal ini bisa KTP / SIM / kartu pelajar/
kartu mahasiswa. Pada bank tertentu seperti BCA malah mewajibkan NPWP dan kartu kelurga. Jika ingin
membuka tabungannya di kantor cabang kecil seperti di unit BRI, atau BPR, lebih baik karti identitas diri itu di
foto copy untuk menghindari bolak-balik karena tidak tersedianya mesin foto copy pada bank tersebut.
● Persiapkan uang tunai untuk setoran awal sedikitnya sesuai dengan ketentuan minimum masing-masing produk
dari masing-masing bank.
● Setelah persyaratan siap, silahkan datang ke bank yang di inginkan pada kantor cabang terdekat sesuai dengan
domisili.
● Ambil atau minta sama pak satpam nomor antrian untuk tujuan ke Customer Service ( CS)
● Tunggu panggilan.
● Ketika di panggil, jangan lupa perkenalkan diri dulu (lebih baik kan dari pada nanti juga pasti di tanya nama)
Lalu sampaikan pada CS kalau ingin membuka rekening tabungan, kalo mau lengkap bilang aja tabungan
harian untuk perorangan. Tabungan harian adalah tabungan yang tidak terikat jangka waktu jumlah penyetoran
dan waktu penarikannya. Karena disini kan niatnya mau bikin ATM.
● CS Bank akan menerangkan produk tabungan yang tersedia. Silahkan dengarkan dan beri kesempatan yang
bersangkutan menjalankan prodesurnya sebagai Customer service officer.
● Jika sudah, silahkan tanyakan jika ada yang kurang jelas, terutama soal fitur dan layanan. Kalau perlu tanyakan
juga threshold saldo. Di nominal saldo berapa terjadi titik impas, bunga bank dapat menutup biaya
administrasi bulanan, supaya nantinya saldo pokok tabungan tidak terpotong oleh biaya admin itu.
● Jika sudah jelas, silahkan pilih produk mana yang ingin di buat, maka cs bank akan memberikan formulir
aplikasi pembukaan rekening yang harus diisi. Syukur-syukur cs nya mau isi jadi kita tinggal tanda tangan saja.
● Selanjutnya ikutin saja apa kata CS, pada tahapan ini CS akan mencetak buku tabungan, menyiapkan kartu
ATM, dsb. Jika telah selesai kartu ATM dan buku tabungan akan diserahkan pada nasbah.

Kartu Kredit
1. Pengertian Kartu Kredit
Kartu kredit merupakan alat pembayaran pengganti uang tunai yang dapat digunakan oleh konsumen untuk ditukarkan
dengan barang dan jasa yang diinginkannya di tempat-tempat yang dapat menerima pembayaran dengan
menggunakan kartu kredit (merchant). Kartu kredit juga dapat diartikan sebagai salah satu fasilitas dari perbankan
yang memudahkan transaksi nasabah. Anda tinggal menggesek credit card dan kita tinggal membayarnya saat
tagihan tiba. Baik tagihan lembaran fisik yang dikirmkan ke rumah ataupun e-statement yang dikirimkan via
 
email.
Dibandingkan dengan jenis kredit konsumsi lain yang ditawarkan oleh bank, kartu kredit merupakan jenis kredit yang
mudah disetujui jika anda memenuhi syarat diterima kartu kredit yaitu fotocopi KTP, slip gaji atau surat
keterangan penghasilan, dan foto dan surat keterangan lain yang dianggap perlu. Sebelum mengajukan aplikasi
kartu kredit, anda terlebih dahulu harus paham apa pengertian kartu kredit, jenis-jenis, dan ciri-cirinya.
Bahkan pada perkembangan saat ini, jika calon pemegang kartu kredit mengajukan permohonan kartu kredit telah memiliki
kartu kredit sebelumnya, maka calon pemegang kartu kredit yang bersangkutan hanya perlu menyerahkan
fotokopi tagihan kartu kredit tersebut. Selain kemudahan dalam mengajukan permohonan, ​kelebihan kartu
kredit adalah lingkup penggunaannya yang sangat luas, dari transaksi kecil sampai transaksi besar. Hal ini sangat
bermanfaat bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang mobile sangat membutuhkan alat transaksi ini.
Masyarakat biasanya memakai kartu kredit untuk pembayaran transaksi yang dilakukan melalui internet, toko online,
maupun toko-toko yang menyediakan alat gesek. Pada transaksi yang dilakukan melalui internet, pihak card
holder memiliki kewajiban untuk membayar barang yang dibelinya dan mempunyai hak untuk menerima barang
yang telah dibelinya dari merchant, dan sebaliknya merchant memiliki kewajiban untuk mengirim barang itu
dalam keadaan baik dan spesifikasinya sesuai dengan apa yang dipesan oleh card holder dan berhak untuk
menerima pembayaran. Perkembangan penggunaan kartu kredit yang begitu pesat ini disebabkan karena
masyarakat merasakan semakin pentingnya penggunaan kartu kredit sebagai alat pembayaran dan mengambil
uang tunai mengingat kepraktisan, rasa nyaman dan aman yang ditimbulkan. Kegiatan itu juga tidak terlepas dari
pembebanan pajak sebagai kewajiban masyarakat untuk membebankan pajak pada setiap transaksi atau fasilitas
atau biaya yang harus dibayar atas penggunaan fasilitas atau kepimilikan suatu barang.

2. Pelaku-pelaku kartu Kredit


1. Penerbit/Issuer : Perusahaan/bank yang menerbitkan credit card. Misalnya: Visa, Dinners International Club,
Master Card, Euro Card, dan lain-lain.
2. Pemegang/ Card Holder : Perorangan atau perusahaan yang memiliki credit card, setelah terlebih dahulu
mengajukan permohonan kepada penerbit.
3. Acquirer : Bank yang bertindak sebagai agen untuk melakukan auotorisasi atas transaksi yang dilakukan
kepada merchant.
4. Merchant : Pedagang eceran, pero-rangan, firma atau perusa-haan dan lain-lain yang bersedia untuk menerima
pembayaran dengan credit card sesuai perjanjian dengan penerbit atau acquirer

3. Jenis-jenis Kartu Kredit


Adapun jenis-jenis kartu kredit dapat digolongkan berdasarkan fungsi dan wilayah berlakunya.
a. Berdasarkan Fungsinya
1. Credit Card
Kartu kredit atau ​credit card ​adalah jenis kartu yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran transaksi jual beli barang
atau jasa dimana pelunasan atau pembayarannya kembali dapat dilakukan dengan sekaligus atau dengan cara
mencicil sejumlah minimum tertentu. Jumlah cicilan tersebut dihitung dari nilai saldo tagihan ditambah bunga
bulanan.
Tagihan pada bulan yang lalu termasuk bunga ​(retail interest) ​merupakan pokok pinjaman pada bulan berikutnya. Misalnya
tagihan bulan sebelumnya adalah Rp. 1.000.000,00. Pembayaran minimum d​ itetapkan misalnya 10% dari total
tagihan dengan pembayaran minimum s​ ebesar Rp.50.000,00. Dari angka tersebut maka pemegang kartu harus
membayar cicilan sebesar 10 % x Rp. 1.000.000,00 = Rp. 100.000,00. ​Sekiranya hasil perkalian dari tagihan
tersebut kurang dari Rp. 50.000,00,​ ​maka jumlah cicilan bulan yang bersangkutan minimum Rp. 50.000,00.
Misalnya jumlah tagihan sebesar Rp.200.000,00, maka jumlah cicilan adalah 10 % x Rp. 200.000,00 = Rp. 20.000,00.
Karena jumlah tersebut kurang dari RP. 50.000,00, maka pemegang kartu harus mencicil minimal Rp. 50.000,00.
Apabila ​card holder m ​ elakukan melampaui kredit limit, smaka pembayaran minimum adalah sebanyak kelebihan
dari kredit limit ditambah 10 % dari total kredit limit. Pembayaran tersebut sudah harus dilakukan paling lambat
pada tanggal jatuh tempo setiap bulan yang ditetapkan oleh ​issuer ​untuk setiap pemegang kartu. Keterlambatan
pembayaran akan mengakibatkan kena denda keterlambatan atau ​late ​charge. K ​ artu kredit dapat digunakan pula
untuk melakukan penarikan uang tunai baik langsung melalui ​teller p​ ada kantor bank yang bersangkutan maupun
ATM ​(automated teller maschine) ​di mana ada tertera logo atau nama kartu yang dimiliki, baik di dalam maupun
di luar negeri. Kartu kredit yang umum digunakan dalam transaksi ini adalah ​Visa​ dan ​Master Card​.
2. Charge Card
Charge Card a​ dalah kartu yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran suatu transaksi jual beli barang atau jasa dimana
nasabah harus membayar kembali seluruh tagihan secara penuh pada akhir bulan atau bulan berikutnya dengan
atau tanpa biaya tambahan. Misalnya, total nilai transaksi pada bulan sebelumnya adalah Rp. 1.000.000,00, maka
pada saat tagihan diterima dari perusahaan kartu maka jumlah tagihan tersebut (atau ditambah biaya lainnya bila
ada) harus dibayar seluruhnya paling lambat pada tanggal jatuh tempo pembayaran setiap bulan yang sebelumnya
telah ditetapkan oleh ​issuer.​
3. Debit Card
Debit Card b​ erbeda dengan kedua kartu plastik yang telah disebutkan di atas. Pembayaran atas transaksi jual beli barang
atau jasa dengan menggunakan kartu debit ini pada prinsipnya merupakan transaksi tunai dengan tidak
menggunakan uang tunai akan tetapi pelunasannya atau pembayarannya dilakukan dengan cara mendebit
(mengurangi) secara langsung saldo rekening simpanan pemegang kartu yang bersangkutan dan dalam waktu yang
sama mengkredit rekening penjual (​merchant​) sebesar jumlah nilai transaksi pada bank penerbit (pengelola).
Mekanisme pembayaran dengan ​debit card ​yang sedang dikembangkan saat ini adalah pemegang kartu
menyerahkan kartu debitnya pada kasir di ​counter p​ enjualan ​(at the point of sales). K ​ emudian dengan
menggunakan alat elektronik yang ​on line ​dengan bank, saldo rekening pemegang kartu akan langsung terlihat
pada monitor yang selanjutnya akan didebit sebesar jumlah nilai transaksinya dengan mengkredit rekening
merchant. ​Seperti halnya dengan kartu kredit, jenis kartu debit ini dapat digunakan pula untuk menarik uang tunai
baik melalui ​counter ​bank maupun melalui mesin kas otomatis atau ATM yang berfungsi sebagai ​cash card.
4. Cash Card
Cash Card p​ ada dasarnya adalah kartu yang memungkinkan pemegang kartu untuk menarik uang tunai baik langsung pada
kasir bank maupun melalui ATM bank tertentu yang biasanya tersebar di tempattempat strategis, misalnya di
hotel, ,pusat-pusat perbelanjaan dan wilayah perkantoran. Dengan melakukan perjanjian kerja sama terlebih
dahulu, pemegang ​cash card ​salah satu bank dapat pula menggunakannya pada bank lainnya. Jadi berbeda dengan
tiga kartu plastik yang telah dijelaskan terdahulu, cash card tidak dapat digunakan sebagai alat pembayaran dalam
melakukan transaksi jual beli barang atau jasa sebagaimana dengan ​credit card, debit card, a​ tau ​charge card​.
Penerbitan kartu khusus untuk tujuan penarikan uang tunai dari bank ini pada dasarnya hanya untuk
mempermudah dan mempercepat pelayanan kepada nasabah yang sebelumnya telah memiliki simpanan di bank
yang bersangkutan. Beberapa bank telah memberikan pelayanan ATM 24 jam. Bank biasanya menentukan limit
uang tunai yang dapat ditarik atau ditransfer melalui ATM misalnya, secara harian atau mingguan. Tergantung
bagaimana perjanjian bank dengan nasabah pemegang kartu. Untuk melakukan penarikan melalui ATM tersebut
pemegang kartu diberikan nomor identifikasi pribadi ​(personal identification number) ​PIN dan untuk demi
keamanan, pemegang kartu harus menjaga kerahasiaan PIN tersebut. Kartu ini memungkinkan pemegangnya
menarik uang tunai dengan cara yang sangat cepat, mudah, dan praktis tanpa komunikasi sama sekali dengan
petugas bank, cukup dengan memasukkan kartu pada ATM dan memasukkan PIN melalui tombol-tombol pada
keyboard ​ATM. Di samping pelayanan penarikan uang tunai, maka ​cash card ​dengan melalui ATM beberapa
fungsi bank dapat pula dilakukan antara lain meminta informasi saldo rekening. Informasi tersebut lengkap
dengan tanggaltanggal mutasi debit-kredit bisa dilihat langsung melalui monitor atau atas instruksi, informasi
tersebut dapat langsung di-​print out​. Dengan semakin canggihnya perkembangan teknologi, pemegang kartu dapat
pula melakukan transfer antar rekening secara global dengan electronic fund transfer, EFT. ​Cash card s​ aat ini di
Jakarta telah banyak dikeluarkan oleh bank yang telah memiliki fasilitas ATM. Semakin banyak jumlah dan luas
jaringan ​on line ​ATM ini akan semakin memudahkan pelayanan nasabah. Misalnya seorang nasabah pemegang
cash card y​ ang memiliki rekening tabungan di suatu Bank di Blok M Kebayoran Baru, Jakarta Selatan dengan
menggunakan ​cash card, ​pemegang kartu tersebut dapat melakukan penarikan langsung uang tunai mellalui ATM
di Ujung Pandang atau kotakota lain di mana memungkinkan penggunaan kartunya pada ATM bank yang
bersangkutan.
5. Check Guarante Card
Kartu ini pada prinsipnya dapat digunakan sebagai jaminan dalam penarikan cek oleh pemegang kartu. Kartu jenis ini
sangat populer di Eropa terutama Inggris. Di samping itu, kartu tersebut dapat juga digunakan dalam melakukan
penarikan uang melalui ATM.
b. Berdasarkan Wilayah Berlakunya
Dilihat dari wilayah berlakunya, kartu plastik ini dapat dibedakan antara kartu plastik yang berlaku secara domestik (lokal)
dan Internasional.
1. Kartu Kredit Nasioanl
Kartu Kredit Nasioanl merupakan kartu plastik yang hanya berlaku dan dapat digunakan di suatu wilayah tertentu saja,
misalnya Indonesia. Dengan semakin pesatnya penggunaan kartu plastik ini menyebabkan beberapa perusahaan
pengecer dan perusahaan jasa penerbit kartu plastik sendiri (umumnya ​charge card​) guna memberikan pelayanan
yang lebih mudah dan praktis bagi nasabahnya, misalnya Hero, Astra Card, Golden Truly, Garuda Executive
Card.
2. Kartu Kredit Internasional
Kartu Kredit Internasional adalah kartu yang dapat digunakan dan berlaku sebagai alat pembayaran Internasioanl. Pasar
kartu kredit internasional dewasa ini didominasi oleh dua merek kartu yang telah memiliki jaringan antar benua,
yaitu ​Visa ​dan ​Master Card. ​Kedua merek kartu tersebut masing-masing telah memiliki lebih dari 100 juta
pemegang kartu yang tersebar di kota-kota seluruh dunia dan dapat digunakan untuk melakukan transaksi hampir
di semua kota. Pemegang kedua kartu tersebut lebih dari separuhnya dipegang oleh penduduk Amerika Serikat.
Selebihnya Jepang, Inggris, Kanada, dan sebagian kecil negara-negara lainnya. Kartu kredit Internasional yang
dapat dipergunakan untuk melakukan transaksi di berbagai tempat di dunia adalah sebagai berikut:
a) Visa
Visa adalah kartu kredit Internasional yang dimiliki oleh perusahaan kartu Visa International. Pelaksanaan operasionalnya
berdasarkan lisensi dari Visa Internasional dengan sistem ​franchise.
b) Master Card
Kartu kredit ini dimiliki oleh Master Card Internasional dan beroperasi berdasarakan lisensi dari ​Master Card
International.
c) Dinners Club
Diners Club dimiliki oleh Citicorp. Cara operasinya dilakukan dengan cara mendirikan ​subsidiary a​ tau dengan cara
franchise.
d) Carte Blanc
Kartu ini juga dimiliki oleh Citicorp dan beroperasi persis sama dengan Dinners Club yaitu dengan membentuk ​subsidiary
atau dengan ​franchise.​
e) American Express
Kartu kredit ini dimiliki oleh ​American Express Travel Related ServicesIncorporated d​ an beroperasi dengan
mendirikan ​subsidiary. American Express ​ini pada prinsipnya adalah ​charge card n​ amun ​dapat memberikan
fasilitas credit line kepada pemegang kartu.
c. Berdasarkan Affiliasinya
1) ​Co-Branding Card, ​yaitu kartu plastik yang dikeluarkan atas kerjasama antara institusi pengelola kartu kredit dengan
satu atau beberapa bank,
contoh : Visa dan Masdter Card.
2) ​Affinity Card, y​ aitu kartu plastik yang digunakan oleh sekelompok atau golongan tertentu, misalnya kelompok profesi,
kelompok mahasiswa dan lain-lain, contoh : Ladies Card, IMA Card, Bankers Card dan lain-lain.
C.​ ​Ciri-Ciri Kartu Kredit
Dari berbagai macam kartu kredit yang diterbitkan oleh pengelola kartu kredit di Indonesia, terdapat ciri-ciri umum yang
sama antar satu dengan yang lain, yaitu :
a. Tampak Muka :
1) Nomor kartu
2) Masa berlaku
3) Nama pemegang kartu
4) Logo dan nama dari bank penerbit
5) Nomor identifikasi dari bank penerbit.
6) Hologram (gambar tiga dimensi) khususnya untuk : Master Card, Visa, Astra Card, BCA Card.
b. Tampak Belakang
1) ​Signature Panel (​ Panel tanda tangan)
2) ​Magnetic Stripe
3) ​Debosing number (​ nomor yang dicetak tenggelam) yang sama dengan tercetak di depan.

Ciri-ciri tersebut diatas bukanlah merupakan ciri-ciri yang hanya terdapat pada kartu kredit, karena sebagaian dari ciri-ciri
tersebut dapat ditemukan pada beberapa macam kartu yang diterbitkan oleh bank atau lembaga keuangan lain,
misalnya: kartu ATM, Discount Card, dan lain-lain. Namun karena penggunaan kartu kredit didasarkan perjanjian
antara pihak-pihak terkait, maka yang membedakan kartu kredit dengan kartu lain yang mempunyai ciri-ciri yang
sama, adalah bahwa hanya pemegang kartu kredit yang akan memperoleh fasilitas kredit sesuai dengan perjanjian
dimaksud.

4. Fungsi Kartu Kredit


Kegunaan kartu kredit cukup banyak dan cukup lengkap. Beberapa fasilitas dan kegunaan yang diberikan oleh pihak bank
yang mengeluarkan kartu kredit biasanya berbeda. Mulai dari limit transaksi, besar bunga. Berikut fungsi utama
kartu kredit :
1. Sebagai Alat Pembayaran : Kartu kredit secara umum digunakan sebagai alat pembayaran baik itu untuk
belanja di mal, membayar biaya rumah sakit dan bisa juga digunakan untuk menarik uang tunai di mesin ATM
karena kartu kredit juga dilengkapi fasilitas untuk tarik tunai ATM. Kartu kredit juga memiliki fasilitas untuk
membayar tagigan-tagihan dari rekening rumah tangga seperti PDAM, Telkom Indonesia, Listrik dan lain
sebagainya. Namun, anda harus mengkonfirmasi kepada instansi terkait (pihak yang mengeluarkan tagihan
seperti pihak PLN, PDAM dan Telkom) agar tidak terjadi masalah dikemudian hari.
2. Persiapan / Cadangan Keuangan : Bila terjadi keperluan uang secara mendadak dan harus segera dipenuhi
kartu kredit bisa dimanfaatkan. Atau mungkin ketika anda sedang bepergian atau berbelanja dengan keluarga
namun membawa uang tunai sedikit, bisa juga menggunakan kartu kredit sebagai alat transaksi untuk menutupi
kekurangan tersebut.

5. Cara Penggunaan Kartu Kredit yang benar


Sudah bukan rahasia lagi jika ada banyak sekali orang yang memiliki kartu kredit dalam jumlah yang banyak,
artinya lebih dari 2 atau 3 buah kartu kredit sekaligus. Hal ini bisa terjadi karena bank memberikan kemudahan
dalam mengakses uang plastik yang semakin hari semakin populer ini. Dengan begitu, orang-orang bisa memiliki
dan menggunakannya dengan lebih mudah jika dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya.
Menggunakan kartu kredit dalam jumlah yang banyak tentu tidak ada salahnya, terutama jika kartu-kartu tersebut
memang memiliki manfaat yang baik di dalam kehidupan kita, di mana kartu kredit tersebut bisa membuat
berbagai urusan keuangan kita menjadi mudah dan lancar. Selama pemakaian kita bagus dan pembayaran yang
kita lakukan berjalan dengan lancar, maka memiliki sejumlah kartu kredit bukanlah sebuah masalah dalam
keuangan.
1. Hindari Utang
Ketika kita memiliki kartu kredit untuk pertama kalinya, maka kita wajib memiliki kesadaran penuh mengenai
sejumlah dana yang terdapat di dalamnya. Kartu kredit bukan fasilitas pinjaman atau dana lebih yang diberikan
oleh bank secara cuma-cuma. Pahami dengan baik bahwa semua transaksi yang kita lakukan dengan kartu kredit
adalah utang yang harus kita bayarkan jika tagihan telah datang. Gunakan kartu kredit yang memberi manfaat
maksimal dan diterbitkan oleh bank yang bisa dipercaya.
2. Hindari Menggunakan Banyak Kartu Kredit
Tidak ada gunanya memiliki banyak kartu kredit. Hal ini justru bisa memicu kita melakukan sejumlah
pembelanjaan yang tidak perlu dan menimbulkan sejumlah utang di masa yang akan datang. Pikirkan untuk
menggunakan hanya 1 atau 2 kartu kredit terbaik yang memberikan banyak keuntungan. Hindari pembelanjaan
yang tidak penting dengan menggunakan kartu kredit yang kita miliki. Jangan berbelanja dengan kartu kredit,
jika tidak mendapatkan sejumlah keuntungan.
3. Sesuaikan Limit Kredit dengan Pendapatan
Akan sangat bijak jika kita hanya menggunakan kartu kredit dengan limit yang tepat. Artinya, limit tersebut
sesuai dengan pendapatan kita. Jangan sampai kita memiliki sejumlan kartu kredit yang limitnya sangat jauh
atau puluhan kali lipat jumlahnya dari pendapatan tetap kita setiap bulannya. Hal ini sangat berbahaya bagi
keuangan kita, terutama jika kita memiliki kesulitan dalam mengontrol pembelanjaan.
4. Tutup yang Tidak Perlu
Ada kalanya bank memberikan fasilitas kartu kredit dengan sangat mudah, bahkan ketika kita hanya melakukan
pengajuan yang asal-asalan (tidak begitu berharap). Hal seperti ini bisa membuat kita memiliki sejumlah kartu
kredit yang tidak dimanfaatkan dengan maksimal, dan ini tidak baik bagi keuangan Anda. Lakukan penutupan
pada kartu kredit yang memang tidak/jarang digunakan, kemudian pilih kartu kredit yang paling banyak
memberikan keuntungan bagi kita. Penutupan ini bisa dilakukan dengan cara mempertimbangkan beberapa hal
seperti: besaran bunga yang dikenakan bank, penawaran dan fitur yang diberikan oleh bank, berbagai macam
biaya yang harus kita bayarkan, dan juga berbagai macam keuntungan yang bisa kita dapatkan.
5. Lakukan Penutupan Secara Bertahap
Jika kita memiliki rencana untuk menutup beberapa kartu kredit yang kita miliki, maka jangan melakukan hal
tersebut sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Hal ini akan mempengaruhi ​BI Checking kita​. Lakukan
penutupan secara bertahap, buat jeda beberapa pekan antara penutupan satu kartu dengan kartu yang lainnya.
6. Gunakan Secara Bergantian
Saat memiliki beberapa jenis kartu kredit, maka bisa dipastikan jika kita akan memiliki satu kartu kredit favorit.
Biasanya kartu kredit inilah yang akan paling sering kita gunakan dalam berbagai transaksi keuangan yang kita
lakukan. Hal ini kurang baik, karena secara otomatis kita akan sangat jarang menggunakan kartu kredit lainnya
yang kita miliki. Lakukan rotasi pada penggunaan kartu kredit yang kita miliki, gunakan kartu-kartu tersebut
secara berkala dan bergantian agar semua kartu bisa digunakan.
7. Pilih Kartu dengan Suku Bunga Terendah
Setiap bank tentu akan menerapkan berbagai kebijakan dalam kartu kredit yang mereka terbitkan, termasuk
dalam menentukan besaran suku bunga yang mereka kenakan ​pada kartu kredit​ tersebut. Ada banyak bank yang
menawarkan suku bunga yang cukup rendah bagi nasabahnya, dan kita bisa mempertimbangkan hal tersebut
terutama jika kita memiliki kebiasaan tidak melunasi seluruh tagihan setiap bulannya.
8. Minta Kenaikan Limit
Limit kecil dan tidak pernah naik selama beberapa waktu. Ini adalah salah satu alasan bagi banyak orang
untuk menggunakan kartu kredit lebih dari satu di dalam hidup mereka. Intinya hanya satu, limit kredit yang
diberikan oleh pihak bank tidak mencukupi untuk berbagai transaksi keuangan yang dilakukan. Hal ini tentu
menjadi sebuah masalah, terutama bagi kita yang memiliki sejumlah aktivitas padat dalam keuangan.
Jangan sungkan untuk meminta kenaikan limit pada bank penerbit kartu kredit yang kita gunakan, terutama jika
kita telah cukup lama menjadi nasabah mereka. Namun jika bank tersebut menolak kenaikan limit yang kita
minta, maka tidak ada salahnya untuk mengganti kartu kredit tersebut dengan kartu kredit dari bank lain yang
bersedia memberikan limit lebih besar.
9. Hindari Penggunaan Melebihi Limit
Jangan menggunakan kartu kredit hingga mencapai batas kredit maksimal, hal seperti ini hanya akan membuat
skor kredit kita menjadi buruk. Gunakan kartu kredit pada batas limit yang wajar, sekitar 40% dari limit yang
diberikan oleh bank.
10. Lunasi Semua Tagihan
Lakukan pelunasan terhadap semua pembelanjaan dan juga berbagai biaya yang timbul di dalam kartu kredit
kita, terutama iuran tahunan. Jangan sampai sejumlah hutang dan tunggakan membuat skor kredit kita menjadi
buruk di mata bank.
11. Penuhi Kewajiban Sebagai Pemegang Kartu
Berhasil atau tidaknya kita dalam mengelola kartu kredit yang kita miliki, tentu akan sangat bergantung pada
pola pikir dan juga gaya hidup yang kita jalani. Kartu kredit adalah fasilitas perbankan yang diberikan dengan
tujuan memudahkan berbagai transaksi keuangan, jangan sampai hal ini justru menyulitkan kita di masa yang
akan datang. Gunakan dengan bijak dan bayar dengan disiplin.

6. Cara memperoleh Kartu Kredit


Cara memperoleh kartu kredit yaitu:
1. Siapkan persyaratan yang dibutuhkan oleh bank penerbit kartu kredit tempat kita akan membuat kartu kredit,
biaasanya persyaratan yang dibituhkan. Biasanya persayratan yang dibuthkan seperti identitas pemohon,
fotokopu penghasilan/slip gaji, NPWP, fotokopi buku tabungan 3 bulan terakhir, usia pemohon minimal 21
tahun dan memiliki penghasilan minimal Rp 3.0000.000/bulan, melampirkan tagihan kartu kredit 3 bulan
terakhir bagi yang sudah memiliki kartu kredit sebelumnya.
2. Datang kebank penetbit kartu kredit dan sampaikan kepada CS bahwa akan membuat kartu kredit, kemudian
isi formulir pengajuan kartu kredit
3. Serahkan dokumen persyaratan yang diminta
4. Ikuti proses verivikasi, Proses verifikasi ini bertujuan buat memastikan bahwa benar kamu sendiri yang
memasukkan data tersebut.
5. Dari proses verifikasi hingga pemberitahuan kartu kredit disetujui pihak penerbit kartu kredit membutyuhkan
waktu beberapa minggu
6. Setelah menerima pemberitahuan persetujuan kartu kredit , maka kartu kredit akan dikirimkan ke alamat
yang tertera di identitas pemohon.

7. Mekanisme transaksi Kartu Kredit


Mekanisme kartu kredit tergambar pada gambar berikut:

Keterangan ganbar
1. Nasabah Bank mengajukan permohonan untuk dapat memiliki credit card/kartu kredit kepada bank.
2. Bank yang telah mempunyai kerjasama dengan perusahaan penerbit kartu kredit (mis. Mastercard/Visa) menilai
kelayakan dari nasabah tersebut. Dan jika memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan maka bank (issuer)
meminta persetujuan kepada lembaga penerbit tentang data-data atau fasilitas-fasilitas yang diberikan kepada
nasabah yang bersangkutan.
3. Lembaga penerbit kartu kredit memberikan persetujuan kepada bank (issuing bank)
4. Atas persetujuan yang telah diperoleh, maka issuing bank membuatkan kartu kredit untuk nasabahnya (cardholder)
5. Nasabah yang sudah memiliki kartu kredit (cardholder) dapat menggunakan kartu kredit tersebut sesuai
fasilitas-fasilitas yang diberikan untuk membayar transaksi kepada merchant (toko, restaurant, hotel, travel, dll)
6. Sebelum merchant menerima pembayaran dari pemebeli dengan menggunakan kartu kredit, maka merchant terlebih
dahulu melakukan otorisasi (apabila transaksi melebihi limit yang telah ditentukan) atas kartu kredit yang
digunakan kepada bank (acquirer) yang mempunyai kerja sama dengan merchant dengan menggunakan alat yang
diberikan oleh bank (acquirer) kepada merchant berupa POS (Point Of Sale) dan EDC (Electronic Data Capture)
7. Kemudian acquirer akan melakukan otorisasi pula kepada INET untuk melihat apakah kartu kredit yang digunakan
dapat disetujui untuk melakukan transaksi sesuai dengan jumlah nominal transaksi
8. Berdasarkan data yang diberikan oleh issuing bank, INET memberikan persetujuan kepada acquirer
9. Bank (acquirer) memberikan persetujuan kepada merchant untuk dapat menerima kartu kredit tersebut sebagai alat
pembayaran transaksi yang dilakukan antara pembeli dengan merchant.
10. Merchant menyerahkan barang/jasa kepada pembeli (card holder)

Travelling Cheque
1. Pengertian Travelling Cheque
Cek perjalanan merupakan surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah bank, yang mengandung nilai, dimana bank
penerbit sanggup membayar sejumlah uang sebesar nilai nominalnya kepada orang yang tanda tangannya
tertera pada cek perjalanan itu.
Adapun istilah yang dipakai untuk cek perjalanan ini bermacam-macam tergantung dari bank penerbitnya. Cek
perjalanan biasanya mempunyai dua bentuk kata CB Drover dan RWB Bosley. Bentuk yang pertama ialah
dengan dinyatakan diterbitkan oleh orang yang berpergian dan bank yang mengeluarkannya ikut serta
menanda tangani. Kedua diterbitkan oleh bank atas dirinya sendiri dan ikut serta ditanda tangani oleh orang
yang berpergian.
Cek Perjalanan dalam valuta asing yang diterbitkan oleh Bank atau Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) yang
dapat diuangkan di bank/ agen pembayar setelah pemilik menandatangani cek dengan lengkap di hadapan
Bank/ Agen.
Agen penjualan yaitu bank devisa mengajukan Travellers Cheque, setelah terbit Travellers Cheque menggunakan mata
uang asing dakam setiap transaksi menggunakan (kurs) yang berupa Valuta Asing sebagai kurs perjalanan.
Jenis cek ini dapat dibeli dan ditukar kembali dengan mata uang yang kita inginkan dimana kita berada.
Travellers Cheque ini sendiri terbagi dua. Pertama, cek perjalanan atas unjuk. Dengan cek ini, siapa pun pembawanya
bisa langsung mencairkannya ke bank maupun yang ditunjuk. Kedua, cek perjalanan atas nama. Cek ini yang
mencantumkan nama Anda, sehingga hanya Anda yang bisa mencairkannya dengan menunjukkan kartu
identitas dan tandatangan Anda.

2. Ciri-ciri Travelling Cheque


1. Umurnya tidak dibatasi waktu atau tergant ung dari ketentuan bank yang menerbitkan
2. Dapat diuamgkan di hotel, restoran besar, bank, dan sebagainya yang ada hubungan dengan bank yang
mengeluarkan travel cek tersebut
3. Besar travel cek telah tercetak diatasnya antara lain dalam bentuk pecahan 10; 20; 50; 100; an 500 US$
4. Tidak dikenakan bea materai
5. Tanda tangan dibubuhkan 2 kali, yaitu sekali pada saat membeli travel cek dan menguangkannya. Keduanya
dilakukan di depan petugas yang dihubungi
6. Hanya ditandatangani oleh yang berhak, seorang saja
7. Travel cek pada hakikatnya adalah bukan berasal dari dana yang disimpan di bank

3. Jenis-jenis Travelling Cheque


Jenis-jenis travellers cheque yang beredar dapat dilihat dari segi mata uang antara lain :
● Travellers cheque mata uang rupiah.
● Travellers cheque dalam valuta asing yang diterbitkan oleh bank yang berstatus bank devisa.

4. Fungsi dan Peranan Travelling Cheque


Fungsi Traveller Cheque
Praktis, Pengganti uang tunai dan dapat di terima/di uangkan di hampir seluruh bank/agen di seluruh dunia.
Aman, dikatakan aman karena :
1. TC yang hilang akan mendapatkan penggantian dari issuer.
2. Tidak dapat di cairkan selain oleh pemilik langsung.
Peranan Traveller Cheque
1. Untuk keamanan uang dalam perjalanan. Misal perjalanan dinas, bisnis, perjalananwisata dan lain-lain, apabila
hilang dapat minta penggantinya di cabang di mana pemegang berada, TC tidak dapat dicairkan oleh orang lain
kecuali pemilik.
2. Dapat digunakan sebagai alat bayar.
3. Dapat dicairkan tunai/non tunai (giral).

5. Manfaat Travelling Cheque


Bagi penerbit
Memperoleh dana mengendap tanpa bunga yaitu sejak menerima pembayaran dari agen penjual sampai dengan ditagih
oleh bank penagih
Bagi Agen Penjual :
pertama,​ memperoleh dana mengendap sejak menerima pembayaran dari pembeli hingga melakukan pembayaran
kepada penerbit, karena pembayaran dilakukan secara periodik sesuai perjanjian yang telah disepakati;
kedua​, menerima komisi dari penerbit atas sejumlah travellers cheque yang berhasil dijualnya;
ketiga,​ mendapatkan keuntungan dari selisih kurs atas transaksi penjualan travellers cheque yang dalam mata uang asing
(US$) sedangkan pembeli melakukan pembayaran dengan menggunakan mata uang rupiah
Bagi Pembeli/pemegang
a. Praktis dibawa dalam perjalanan wisata
b. Dengan menggunakan non blank travellers cheque pembeli akan merasa aman karena apabila terjadi kehilangan
maka travellers cheque tidak bisa digunakan oleh orang lain dan
c. Pembeli akan mendapat penggantian travellers cheque yang baru atas sejumlah non blank travellers chequenya
yang hilang.
d. Bisa dipindahtangankan (blank TC)
Bagi Merchant
a. Lebih banyak pelanggan yang dapat dilayaninya apapun bentuk pembayarannya
b. Meningkatkan omzet penjualannya
Bagi Bank Pengumpul/Penagih
a. Mendapatkan hasil administrasi atas biaya penagihan/inkaso travellers cheque dari merchant,
b. Mendapatkan keuntungan dari selisih kurs

6. Mekanisme atau prosedur travelling cheque


Mekanisme travelling cheque dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Keterangan gambar
1. Penerbit mengadakan kerjasama dengan bank/perusahaan yang bertindak sebagai agen penjual dalam
penjualan Travellers Cheque dalam mata uang asing (negara penerbit, mis. US$) yang diterbitkan oleh
perusahaan penerbit
2. Agen penjual menyerahkan Travellers Cheque kepada perorangan/perusahaan yang membeli Travellers
Cheque (end user) yang biasa disebut pembeli/ pemegang/ cardholder. Agen penjual dapat juga melakukan
kerjasama dengan money changer sebagai perantara/penghubung antara agen penjual dengan pembeli
3. Agen penjual menerima pembayaran dalam mata uang rupiah dari pembeli atas travellers cheque yang dijualny
4. Agen penjual melakukan pembayaran secara periodik kepada penerbit atas travellers cheque yang telah terjual
dalam valuta asing
5. Pembeli/card holder melakukan pembayaran dengan menggunakan travellers cheque (US$) atas transaksi yang
dilakukannya pada merchant, yaitu perusahaan/toko/hotel/restauran dan badan usaha lainnya yang menerima
pembayaran dengan menggunakan travellers cheque akibat adanya kerjasama antara badan usaha tersebut
dengan agen penjual mapun dengan penerbit
6. Merchant akan menukarkan atau menagihkan travellers cheque (US$) yang diterimanya kepada bank yang
bertindak sebagai pengumpul, atau dapat juga melalui jasa perantara money changer
7. Bank pengumpul menyerahkan pembayaran sebagai ganti atas nilai travellers cheque yang diterimanya dari
merchant. Pembayaran dapat dilakukan dalam mata uang asing atau dalam mata uang rupiah
8. Bank pengumpul kemudian menginkasokan/menagih travellers cheque yang diterimanya kepada penerbit.
Dalam melaksanakan tugas ini maka bank pengumpul berubah fungsinya menjadi bank penagih
9. Penerbit melakukan pembayaran kepada bank penagih atas tagihan nilai travellers cheque yang diterimanya

7. Keuntungan Travelling Cheque


● Lebih aman daripada uang tunai karena pada saat pencairan, pemilik TC harus melakukan tandatangan di depan
counter kembali dan harus sama seperti tandatangan yang pertama pada saat pembelian TC tersebut dan dapat
diberikan refund (penggantian ) kepada pemilik kalau terjadi kehilangan / tercuri / rusak.
● Masa berlakunya tidak terbatas.
● Dapat dicairkan / ditukarkan langsung ke dalam mata uang negara yang bersangkutan (yang ada hubungannya
dengan Bank yang mengeluarkan TC tersebut ).
● Sebagai pengganti uang tunai untuk melakukan pembayaran-pembayaran dalam travel / perjalanan anda.

8. Cara Mendapatkan Travelling Cheque


Untuk membeli cek perjalanan pe,beli dapat membeli pada bank penerbit atau agen-agennya dengan harga nominal
ditambah dengan ongkos administrasi. Pada waktu membeli cek perjalanan pembeli harus membutuhkan tanda
tangan dalam cek itu di hadapan penjual, dan saat menguangkan, pemegang cek tidak perlu membayar apa-apalagi,
cukup bubuhkan tanda tanqan lagi. Syarat membeli TC :
● Menghubungi agen-agen yang menyediakan TC
● Mengisi formulir sebagai bukti pembelian. Bukti pembelian harus disimpan, karena jika bukti hilang akan
mendapat kesulitan memperoleh pengganti saat TC hilang atau dicuri
● Menyerahkan dana pembelian
● Pada saat membeli, pembeli harus membubuhi tanda tangan dihadapan petugas bank atau money changer.
● Nama Travels Cheque secara Tersendiri,
● Nilai nominal dari Travels Cheque,
● Nama bank yang mengeluarkan,
● Nomor seri dari tanggal pengeluaran cek perjalanan,
● Tanda tangan orang yang berpergian pada waktu pembelian TC, tanda tangan pada waktu penguangan cek
perjalanan,
● Perintah membayar tanpa syarat,
● Dapat dibayarkan sebagai alat pembayaran yang sah

Contoh Travel Cek yang dijual oleh bank di Indonesia adalah :


Cek perjalanan Bank Mandiri untuk valuta asing adalah TC American Express Travel Related Services Co, Inc. Tanpa
batas kedaluwarsa, cek perjalanan ini akan diganti jika hilang dan tidak dapat dicairkan selain oleh pemilik
langsung. Jenis TC yang dijual Bank Mandiri adalah TC American Express Travel Related Services Co, Inc.
(Valuta USD, GBP, DEM, CHF, CAD, FFR, NLG, JPY).
BII juga memiliki cek perjalanan. Pecahannya, untuk rupiah mulai dari Rp 100.000 hingga Rp 50 juta. Sementara, untuk
cek perjalanan valas terbitan American Express Travel Related Services Co Inc bilangannya US$ 20 hingga
US$500. Bank BNI punya cek perjalanan juga, Bank berlogo 46 ini menggandeng Citibank (Citicorp) dan Thomas
Cook.

SAFE DEPOSIT BOX


1. Pengertian
Yang dimaksud dengan save deposit box atau kotak pengaman adalah salah satu pelayanan bank kepada masyarakat dalam
bentuk bank menyewakan box dangan ukuran tertentu untuk menyimpan barang-barang berharga dalam jangka
waktu tertentu dan nasabah menyimpan sendiri kunci kotak aman tertentu. Safe Deposit Box adalah simpanan
dalam bentuk tertentu, dalam arti pejabat bank tidak boleh memeriksa/menyaksikan wujud/ bentuk barang yang
disimpan.
Barang-Barang yang diijinkan untuk disimpan dalam kotak pengaman terbats pada :
Mata Uang, barang-barang berharga, Logam mulia,
Kertas-kertas Berharga,Sertifikat dan dokumen-dokumen penting lainnya.
Barang-barang lain yang disetujui bank secara tertulis.

Kotak pengaman memiliki dua anak kunci, yang satu lagi berupa kunci cadangan yang disimpan oleh bank dan yang satu
lagi kunci kontak pengaman disimpan oleh nasabah.
Pembayaran sewa harus dilakukan dimuka dalam jangka waktu 1 tahun penuh dan dihitung dari tanggal penyerahan kepada
bank.
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan adalah :
1. Nasabah dilarang menyerahkan simpanan tertutup kepada Bank berupa benda barang yang berbahaya
(mudah rusak, terbakar, narkotika)
2. Untuk menjaga kemungkinan yang dapat merugiakan bank, semua bentuk simpanan tertentu harus dibuka
dihadapan pejabat bank.
3. Pengambilan simpanan tertutup sebelum waktunya diberikan retribusi biaya simpanan.

2. Keuntungan Safe Deposit Box


Bagi Bank
● Biaya sewa
● Uang setoran jaminan yang mengendap sehingga dapat digunakan untuk hal-hal lain
● Pelayanan nasabah yaitu untuk memgenal nasabah akan pelayanan bank lainnya
Bagi Nasabah
● Menjamin kerahasihaan barang-barang yang disimpan, karena pihak bank tidak perlu tau isi Safe Deposit
Box selama tidak melanggar peraturan yang telah ditentukan sebelumnya.
● Keamanan dokumen juga terjamin, hal ini yang disebabkan :
1. Peralatan keamanan yang canggih
2. Safe Deposit Box terbuat dari baja dan api
3. Terdapat 2 buah anak kunci dimana Safe Deposit Box hanya dapat dibuka dengan kunci tersebut
4. Tidak dapat dibuka oleh bank

3. Biaya
Adapun biaya-biaya yang dikenakan pada nasabah penyewa Safe Deposit Box ada 2 macam yaitu :
1. Biaya sewa yang besarnya tergantung ukuran box yang di inginkan serta jangka waktu sewa. Biaya sewa
dibayar dimuka biasanya pertahun.
2. Setoran jaminan, merupakan biaya pengganti apa bila kunci dipegang nasabah hialng dan box harus dibongkar.
Akan tetapi jika tidak terjadi masalah, maka apabila Safe Deposit Box tidak diperpanjang setoran jaminan dapat di
ambil kembali.
4. Pengamanan Safe Deposit Box :
1. Kontrak Safe Deposit Box harus dilakukan secara selektif .
2. Perjanjian kontrak Safe Deposit Box harus jelas dan mengikat .
3. Penyimpanan dan pengambilan barang harus dalam ruang Safe Deposit Box.
4. Safe Deposit Box harus di desaign sedemikian rupa .
5. Master key dan kuci box harus yang bafus dan sulit dipalsukan.
6. Master key dipegang oleh karyawan bank sedangkan kunci dipegang oleh nasabah
7. Ruang deposit box hanya bias dimasuki oleh petugas bank dan nasabah yang berkepentingan
8. Master Key harus disimpan dengan baik dikantor bank yang bersangkutan.

5. Mekanisme membuka Safe Deposit Box :


Langkah yang harus dilakukan untuk menggunakan jasa safe deposit box yaitu:
1. Menjumpai teller dan mengutakaran niat dan maksud kedatangan kita
2. Mengisi permohonan penyewaan Safe Deposit Box
3. Mengisi surat-kuasa atas Safe Deposit Box tersebut
4. Mengisi perjanjian sewa menyewa Safe Deposit Box pada Bank Rakyat Indonesia
5. Dan menandatanganinya dengan arti setuju atas perjanjian tersebut
6. Mengisi kartu ijin masuk ruangan khazanah Safe Deposit Box pada PT Bank Rakyat Indonesia
7. Jika ingin berhenti buatlah atau mengisi permohonan penghentian Safe Deposit Box

LETTER OF CREDIT (L/C), LEASING SYARIAH (IMBT) DAN BANK GARANSI


Letter of Credit (L/C)
Letter of Credit ​(L/C) merupakan salah satu jasa bank yang diberikan kepada masyarakat untuk memperlancar arus
barang (ekspor-impor) termasuk barang dalam negeri (antar pulau). Kegunaan ​Letter of Credit ​untuk menampung dan
menyelesaikan kesulitan-kesulitan dari pihak pembeli (importir) maupun penjual (eksportir) dalam transaksi
dagangannya.
a. Pengertian ​Letter of Credit
Pengertian secara umum L/C merupakan suatu pernyataan dari bank atas permintaan nasabah (biasanya importir) untuk
menyediakan dan membayar sejumlah uang tertentu untuk kepentingan pihak ketiga (penerima L/C atau eksportir).
L/C sering disebut dengan kredit berdokumen atau ​documentary credit​.
Letter of Credit ​adalah surat atau pemberitahuan kredit yang diterbitkan oleh bank dengan segala macam sifat dan jenisnya.
Dalam transaksi jual beli antara eksportir dan importir, penggunaan L/C merupakan cara yang paling aman bagi
eksportir maupun importir karena adanya kepastian bahwa pembayaran akan dilakukan apabila syarat L/C
dipenuhi. Namun demikian, cara pembayaran ini biayanya relatif lebih besar dibanding dengan cara pembayaran
yang lain. Atas L/C yang dibuka oleh importir, eksportir/supplier di luar negeri diberi hak untuk menarik wesel
sebesar nilai harga barang yang dikirimnya atas nama importir. Wesel ini beserta dokumen-dokumen pengapalan
barangnya oleh eksportir diserahkan kepada bank koresponden yang menjadi penerima L/C untuk diambilalih.
Pembayaran yang dilakukan atas dasar L/C tersebut berarti bank koresponden membayar terlebih dahulu atas nama bank
pembuka L/C sehingga tampaknya ada unsur kredit. Jangka waktu antara pembayaran yang dilakukan bank
penerima L/C dengan pembayaran yang dilakukan oleh bank pembuka L/C dikenakan bunga.
Dilihat dari sifatnya, suatu hubungan koresponden antara bank-bank di Indonesia dengan bank-bank di luar negeri dapat
dilakukan dengan 3 macam cara:
- Depository correspondent​, yaitu suatu hubungan antara bank dengan bank di luar negeri dimana bank
yang bersangkutan memelihara rekening pada bank luar negeri tersebut.
- Non depository correspondent​, yaitu suatu hubungan antara bank dengan bank di luar negeri dimana bank
yang disebut pertama tidak memelihara rekening pada bank di luar negeri itu.
- One side correspondent​, yaitu suatu hubungan antara bank dengan bank di luar negeri tanpa pemeliharaan
suatu rekening.

b. Pihak-pihak dalam L/C


Dalam suatu mekanisme L/C terlibat secara langsung beberapa pihak, yaitu:
- Pembeli atau disebut juga ​buyer, importir​.
- Penjual atau disebut juga ​seller, eksportir.​
- Bank pembuka atau disebut juga ​opening bank, issuing bank​.
- Bank penerus atau disebut juga ​advising bank.​
- Bank pembayar atau ​paying bank.​
- Bank pengaksep atau ​accepting bank​.
- Bank penegosiasi atau ​negotiating bank.​
- Bank penjamin atau ​confirming bank.​
Dalam keadaan yang sederhana suatu L/C menyangkut tiga pihak utama, yaitu pembeli, penjual, dan bank pembuka.
c. Jenis-jenis L/C
Penyelesaian transaksi antara eksportir dengan importir sangat tergantung dari jenis L/C nya. Adapun jenis L/C antara lain
sebagai berikut:
- ​Revocable L/C
L/C yang dapat diubah atau dibatalkan sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada ​beneficiary​.
Dari ketentuan tersebut menunjukkan bahwa suatu L/C yang dapat ditarik kembali atau dibatalkan tidak
menciptakan suatu ikatan hukum antara pihak bank dan ​beneficiary.​
- ​Irrevocable L/C
L/C yang tidak dapat diubah atau dibatalkan tanpa persetujuan semua pihak baik pembeli, penjual, maupun pihak lain
yang bersangkutan. Selama jangka waktu berlakunya yang ditentukan dalam L/C, issuing bank tetap menjamin
untuk membayar, mengaksep, atau menegosiasi wesel-wesel yang ditarik atas L/C tersebut asalkan syarat-syarat
dan kondisi yang ditetapkan di dalamnya terpenuhi.
- ​Sight L/C
L/C yang syarat pembayarannya langsung pada saat dokumen diajukan oleh eksportir kepada advise bank.
- ​Usance L/C
L/C yang pembayarannya baru dilakukan dengan tenggang waktu tertentu, misalnya satu bulan dari pengapalan
barang atau satu bulan setelah penunjukan dokumen.
- ​Restricted L/C
L/C yang pembayarannya atau penerusan L/C hanya dibatasi kepada bank-bank tertentu saja yang namanya tercantum
dalam L/C.
- ​Unrestricted L/C
L/C yang membebaskan negosiasi dokumen di bank manapun.
- ​Red Clause L/C
L/C dimana bank pembuka L/C memberi kuasa kepada bank pembayar untuk membayar uang muka kepada ​beneficiary
sebagian tertentu atau seluruh nilai L/C sebelum ​beneficiary ​menyerahkan dokumen.
- ​Transferable L/C
L/C yang memberikan kepada ​beneficiary ​untuk memindahkan sebagian atau seluruh nilai L/C kepada satu atau
beberapa pihak lainnya.\
- ​Revolving L/C
Dalam suatu kegiatan perdagangan luar negeri antara penjual dan pembeli sering terjadi serentetan transaksi secara
kontinu dan teratur baik waktu maupun jumlah. Jenis L/C ini merupakan L/C yang penggunaannya dapat dilakukan
secara berulang-ulang.
- ​Stand by L/C
Suatu jaminan khusus yang biasanya dipakai sebagai “stand by” oleh pihak beneficiary atau bank atas nama
nasabahnya. Dalam hal ini, apabila pihak applicant gagal untuk melaksanakan suatu kontrak atau gagal untuk
membayar pinjaman atau memenuhi pinjaman lain, bank yang bersangkutan akan membayar kepada beneficiary
atas penyerahan selelmbar sight draft dan surat pernyataan dari beneficiary, yang menyatakan bahwa applicant atau
kontraktor tidak dapat melaksanakan kontrak yang disetujui, membayar pinjaman atau memenuhi kewajiban lain
itu.

Di samping jenis-jenis L/C, maka faktor-faktor lain yang mempunyai andil besar dalam proses penyelesaian L/C adalah
dokumen-dokumen yang dibutuhkan. Dokumen-dokumen L/C yang dibutuhkan meliputi:
- ​Bill of Lading (B/L) ​atau konosemen
B/L mempunyai fungsi sebagai bukti tanda pengiriman, bukti kontrak pengangkutan dan penyerahan barang, dan
bukti/dokumen pemilikan barang.
- ​Draft (wesel)
Draft merupakan perintah yang tidak bersyarat dalam bentuk tertulis yang ditujukan oleh seseorang yang menariknya
dan mengharuskan orang yang dialamatkan atau si tertarik untuk membayar pada saat diminta atau pada waktu
yang telah ditentukan untuk membayar sejumlah uang kepada orang yang ditunjuk atau kepada pemegang
wesel. Wesel dapat dipindahtangankan atau diperjual belikan kepada pihak lain.
- Faktur ​(invoice)
Faktur merupakan daftar perincian harga dari barang-barang yang dikeluarkan oleh penjual atas suatu transaksi sebagai
tanda bukti transaksi dan dapat juga dijadikan sebagai alat tagihan.
- Asuransi
Asuransi merupakan perusahaan yang akan menanggung dan mengganti terhadap kerugian yang akan dialami para
eksportir apabila terjadi kehilangan atau kerusakan barangnya.
- Daftar pengepakan ​(packing list)
​ erupakan daftar uraian barang-barang yang dimasukkan dalam peti ​(container).
Packing list m
- ​Certificate of origin
Dokumen ini ​merupakan ​surat keterangan asal barang yang diekspor.

- ​Certificate of inspection
Dokumen ini merupakan surat keterangan pemeriksaan tentang keadaan barang yang dibuat oleh ​independent surveyor.

d. Prosedur Transaksi L/C


Skema mekanisme proses penyelesaian L/C guna memperlancar kegiatan perdagangan antara eksportir dengan importir
dapat dilihat dalam gambar berikut.

Keterangan lebih lanjut mekanisme L/C tersebut adalah sebagai beikut:


1. Importir dan eksportir mengadakan perjanjian dan persetujuan penjualan barang yang tertuang dalam ​sales
contract​.
2. Importir melakukan pembukaan L/C di ​opening bank​.
3. Berdasarkan aplikasi importir, opening bank meneruskan L/C ke ​advising ​bank berikut syarat-syarat
yang harus dipenuhinya.
4. L/C berikut dokumen diserahkan oleh ​advising b​ ank kepada eksportir.
5. Setelah menerima dokumen dari advising bank, maka eksportir mengirim barang kepada importir
sesuai perjanjian
6. Bukti pengiriman barang berikut dokumen oleh eksportir diserahkan untuk memperoleh pembayaran
dari ​advising b​ ank.
7. ​Advising bank ​akan melakukan pembayaran setelah mempelajari dokumen yang diserahkan eksportir
memenuhi syarat.
8. ​Advising bank m ​ eneruskan dokumen pembayaran dan pengapalan barang kepada opening bank untuk
menerima pembayaran kembali.
9. ​Opening b​ ank akan mempelajari dokumen dari advising bank dan apabila sudah lengkap barulah akan
dikirim ke importir untuk menerima pembayaran.
10. Importir akan melunasi pembayaran L/C yang telah dibuatnya serta memperoleh dokumen yang
dikirim oleh advising bank.
11. Opening bank melakukan pembayaran kepada advising bank

Leasing syariah
a. Pengertian ​Leasing syariah
Leasing berasal dari bahasa inggris yaitu ​lease yang memeiliki arti menyewa, Dalam bahasa indonesia ​leasing sering di
istilahkan dengan sewa guna usaha. Secara khusus leasing adalah suatu akad untuk menyewa sesuatu barang
dalam kurun waktu tertentu. Secara umum leasing artinya Equinpment funding, yaitu pembiayaan peralatan
barang modal untuk digunakan pada proses produksi suatu perusahaan baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Pengertian leasing menurut surat Keputusan Bersama Mentri Keuangan dan Mentri Perdagangan dan Industri
Republik Indonesia ​No. KEP- 122/MK/IV/2/1974, Nomor 32/M/SK/2/1974, dan Nomor 30/Kpb/I/1974 tanggal 7
Februari 1974 adalah setiap kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk
digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara
berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang
bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang telah disepakati bersama.
Leasing terdapat dua kategori yaitu:
1. Operating Lease yaitu suatu proses menyewa suatu barang hanya untuk mendapatkan manfaat barang yang
disewanya, sedangkan barangnya itu sendiri tetap merupakan milik bagi pihak pemberi sewa. Sewa jenis
operating lease sama dengan konsep ijarah di dalam syariah islam.
2. Financial Lease yaitu suatu bentuk sewa dimana kepemilikan barang tersebut berpindah dari pihak pemberi
sewa kepada penyewa. Jika dimana akhir sewa pihak penyewa tidak dapat melunasi sewanya, barang tersebut
tetap menjadi milik pemberi sewa (perusahaan leasing). Akadnya dianggap sebagai akad sewa. Sedangkan
jika pada masa akhir sewa pihak penyewa dapat melunasi angsurannya maka barang tersebut menjadi milik
penyewa. Intinya dalam financial lease tersebut terdapat dua proses akad sewa dan akad beli (sewa-beli) atau
Ijarah muntahiyah bit tamlik (IMBT). ​Ijarah ​Muntahiyah bittamlik adalah akad sewa menyewa antara pemilik
obyek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang disewakannya dengan opsi
perpindahan hak milik obyek sewa pada saat tertentu sesuai dengan akad sewa. Perpindahan hak milik obyek
sewa kepada penyewa dalam ​ijarah​ muntahiyah bit tamlik dapat dilakukan dengan:
a. Hibah
b. Penjualan sebelum akad berakhir sebesar harga yang sebanding dengan sisa cicilan sewa
c. Penjualan pada akhir masa sewa dengan pembayaran tertentu yang disepakati pada awal akad
d. Penjualan secara bertahap sebesar harga tertentu yang disepakati dalam akad.

b. Dasar Hukum ​Leasing syariah


1. Al-Qur’an
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhan-Mu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka
dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa
derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan yang lain. Dan rahmat Tuhan-Mu lebih baik dari apa
yang mereka kumpulkan.” (QS.43:32)
“dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak dosa bagimu apabila kamu memberikan
pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketauhilah bahwa Allah Maha Melihat
apa yang kamu kerjakan.” (QS.2:233)
2. Hadist
​“berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu.”
“berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering.”
“Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya”
“dahulu kami menyewa tanah dengan (jalan membayar dari) tanaman yang tumbuh. Lalu Rasulullah melarang kami
cara itu dan memerintahkan kami agar membayarnya dengan uang emas atau perak.”
“Allah Ta’ala berfirman: Ada tiga golongan yang pada hari kiamat (kelak) Aku akan menjadi musuh mereka:
(pertama) seorang laki-laki yang mengucapkan sumpah karena Aku kemudian ia curang, (kedua) seorang
laki-laki yang menjual seorang merdeka lalu dimakan harganya, dan (ketiga) seorang laki-laki yang
mempekerjakan seorang buruh lalu sang buruh mengerjakan tugas dengan sempurna, namun ia tidak
memberinya upahnya.”
“Rasulullah melarang dua bentuk akad sekaligus dalam satu obyek”
3. Fatwa Dewan Syariah Nasional
· Fatwa DSN No:09/DSN-MUI/IV/2000 tentang ​IJARAH (​ Berisi tentang Rukun dan Syarat Ijarah, Ketentuan
Objek Ijarah, Kewajiban LKS dan Nasabah dalam Pembiayaan Ijarah).
· Fatwa DSN No: 27/DSN-MUI/III/2002 tentang AL-​IJARAH AL-MUNTAHIYAH BI AL-TAMLIK (Berisi
tentang Rukun dan Syarat akad Ijarah Muntahiyah Bittamlik, Ketentuan, dan Hal-hal yang dilakukan jika
terjadi perselisihan).
c. Rukun dan Syarat ​Leasing syariah
1. Kedua belah pihak​ ​yang berakad telah baligh dan berakal
2. Kedua belah pihak sepakat dan rela untuk melakukan akad leasing
3. Manfaat objek akad diketahui dua pihak secara sempurna
4. Objek akad dapat diserahkan, dipergunakan dan tidak cacat
5. Objek akad dihalalkan oleh syara’
6. Objek akad sesuatu yang biasa disewakan, seperti mobil, motor, rumah dan lain lain
7. Upah atau sewa dalam akad harus jelas tertentu dan sesuatu yang bernilai harta

d. Mekanisme Operasional ​Leasing syariah


Dilihat dari teknis pelaksanaannya, transaksi sewa guna usaha atau Leasing dapat dibedakan menjadi
1. Sewa guna usaha langsung (direct lease) : Penyewa belum pernah memiliki barang modal yang akan
disewakan,sehingga diperlukannya menghubungi supplier untuk pengadaan.
2. Penjualan dan penyewaan kembali (sale and leaseback) : Pihak penyewa biasanya terlebih dahulu menjual
kepada perusahaan leasing barang modal yang pernah dimilikinya, baru kemudian disewanya kembali.
Untuk mengetahui mekanisme oprasional lembaga sewa guna usaha atau leasing, secara garis besar dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Lesse bebas memilih dan menentukan peralatan yang dibutuhkan, mengadakan penawaran harga, dan
menunjuk supplier peralatan yang dimaksud
2. Setelah mengisi formulir permohonan, lesse mengirimkan kepada lessor disertai dokumen pelengkap.
3. Lessor mengevaluasi kelayakan kredit dan memutuskan untuk memberi fasilitas lease dengan syarat dan
kondisi yang disetujui lesse (lama kontrak pembayaran sewa), maka kontrak lease dapat ditandatangani.
4. Pada saat yang sama, lesse dapat menandatangani kontrak asuransi untuk peralatan yangdilease dengan
perusahaan asuransi yang disetujui lessor, seperti yang tercantum pada kontrak lease. Antara lessor dan
perusahaan asuransi terjalin perjanjian kontrak utama.
5. Kontrak pembelian peralatan akan ditandatangani lessor dengan supplier peralatan tersebut.
6. Supplier dapat mengirim peralatan yang dilease ke lokasi lesse. Untuk mempertahankan dan memelihara
kondisi peralatan tersebut, supplier akan menandatangani perjanjian pelayanan purna jual.
7. Leasse menandatangani tanda terima peralatan dan penyerahan kepada supplier.
8. Supplier menyerahkan tanda terima (dari lesse), bukti pemilikan dan pemindahan kepemilikan kepada lessor.
9. Lessor membayar harga peralatan yang dilease kepada supplier
10. Lesse membayar sewa lease secara periodik sesuai dengan jadwal pembayaran yang telah ditentukan lease.

Dari mekanisme tersebut praktik operasional pada ​leasing syariah​ yaitu:


1) Objek

Bila dilihat dari objek yang disewakan, leasing hanya berlaku untuk sewa menyewa barang saja. Jadi yang disewakan
dalam leasing terbatas pada manfaat barang saja. Dalam ijarah objek yang disewakan bisa berupa barang
maupun jasa/tenaga kerja. Ijarah bila diterapkan dalam mendapatkan manfaat barang disebut
sewa-menyewa, sedangkan dalam mendapatkan manfaat tenaga kerja/jasa disebut upah-mengupah.
2) Metode Pembayaran
Leasing hanya mempunyai satu metode pembayaran, yakni yang bersifat Not Contingent to Performance. Artinya :
pembayaran sewa pada leasing tidak teerganttung pada kinerja objek yang disewa.
Dari segi metode pembaayaran ijarah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ijarah yang pembayarannya tergantung pada
kinerja objek yang disewa dan ijarah yang pembayarannya tidak tergantung pada kinerja objek yang
disewa. Ijarah yang pembayaraanya tergantung pada kinerja objek yang disewa disebut ijarah, gaji dan
atau sewa. Sedangkan, ijarah yang pembayaraannya tidak tergantung pada kinerja objek yang disewa
disebut ju’alah, atau succes fee.
3) Perpindahan Kepemilikan (Transfer of Title)
Dari aspek perpindahan kepemilikan, dalam leasing kita kenal ada dua jenis: operating lease dan financial lease. Dalam
operating lease, tidak terjadi pemindahan kepemilikan aset, baik awal maupun di akhir periode.
Dalam financial lease, di akhir periode sewa si penyewa diberikan pilihan untuk membeli atau tidak membeli barang
yang disewa tersebut. Jadi transfer of title masih berupa pilihan, dan dilakukan di akhir periode.
4) Lease Purchase
Lease Purchase yakni kontrak sewa sekaligus beli. Dalam kontrak sewa beli ini, perpindahan kepemilikan terjadi selama
periode sewa secara bertahap. Bila kontrak sewa-beli ini dibatalkan, hak milik barang terbagi antara milik
penyewa dengan milk
5) Sale and Lease-Back
Sale and lease-back terjadi bila, misalnya A menjual barang X ke B, tetapi karena A tetap ingin memiliki barang X
tersebut, B menyewakannya kembali kepada A dengan kontrak financial lease, sehingga A mempunyai
pilihan untuk membeli barang X tersebut di akhir periode.

e. Pihak-Pihak yang Terlibat dalam ​Leasing syariah


Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam proses pemberian fasilitas leasing adalah sebagai berikut:
1. Lessor.
Merupakan perusahaan leasing yang membiayai keinginan para nasabahnya untuk memperoleh barang-barang
modal.
2. Lessee
Nasabah yang mengajukan permohonan leasing kepada lessor untuk memperoleh barang modal yang diinginkan.
3. Supplier
Pedagang yang menyediakan barang yang akan dileasing sesuai perjanjian antara lessors dengan lessee dan dalam
hal ini supplier juga dapat bertindak sebagai lessor.
4. Asuransi
Merupakan perusahaan yang akan menanggung resiko terhadap perjanjian antara lessor dengan lessee. Dalam hal
ini lessee dikenakan biaya asuransi dan apabila terjadi sesuatu, maka perusahaan akan menanggung resiko
sebesar sesuai dengan perjanjian terhadap barang yang dileasingkan.
5. Kreditur
Merupakan pihak loan participants dalam transaksi leasing. Pada umumnya yang bertindak sebagai kreditur adalah
lembaga keuangan seperti bank, perusahaan asuransi, dan lain-lain
f. Perbedaan ​leasing syariah​ dan Konvensional
No Aspek Leasing syariah Leasing Konvensional
1 Kerangka Mengacu pada hukum Syariah dan Mengacu pada hukum positif saja
Hukum hukum positif
2 Isi perjanjian Dijelaskan secara rinci biaya modal, Tidak dijelaskan secara rinci
margin, asuransi, administrasi dan
lain-lain
3 Tingkat Margin laba Bunga uang
keuntungan
4 Denda Menjadi dana sosial Menjadi pendapatan perusahaan
5 Jika ada Nasabah tidak dikenakan biaya Nasabah tetap dikenakan biaya
pelunasan lebih administrasi (Administrasi Nol) administrasi
awal
6 Jika pelunasan Tidak ada istilah bunga berjalan Dikenakan bunga berjalan
lewat jatuh
tempo
7 Bentuk IMBT dengan obyeknya barang Pinjam meminjam obyeknya uang
transaksi sehingga merupakan transaksi sewa beli dengan mekanisme bunga
atau BBA (Bai’ Bitsaman ajil) yaitu jual
beli dengan cicilan pembayaran
8 Discount Apabila ada discount unit, maka Apabila ada discount unit, maka
discount menjadi milik nasabah dengan discount bisa untuk dealer atau
mengulangi harga jual milik nasabah
9 Asuransi Memakai asuransi Syariah Memakai asuransi konvensional
10 Pengawasan Dewan Penasehat Syariah dan Otoritas Otoritas Jasa Keuangan
Jasa Keuangan
11 Sumber dana Bank Syariah Bank Konvensional

c. Bank Garansi
a. Pengertian Bank Garansi
Kata Bank Garansi berasal dari bahasa Belanda “garantie” yang artinya jaminan. Bank garansi adalah jaminan
pembayaran dari bank yang diberikan kepada pihak penerima jaminan (bisa perorangan maupun perusahaan dan
biasa disebut ​beneficiary​) apabila pihak yang dijamin (biasanya nasabah bank penerbit dan biasa disebut
applicant) tidak dapat memenuhi kewajiban atau cidera janji (wanprestasi). Jadi, artinya bank menjamin
nasabahnya (si terjamin/​applicant)​ memenuhi suatu kewajiban kepada pihak lain sesuai dengan persetujuan atau
berdasarkan suatu kontrak perjanjian yang disepakati.
Dalam hal bank mengeluarkan garansi bank artinya bank membuat suatu pengakuan tertulis, yang isinya bank penerbit
mengikat diri kepada penerimajaminan (​beneficiary​) dalam jangka waktu dan syarat-syarat tertentu apabila di
kemudian hari ternyata nasabahnya (si terjamin/​applicant​) tidak memenuhi kewajibannya kepada si penerima
jaminan (​beneficiary).
Dasar hukum bank garansi adalah perjanjian penanggungan (​borgtocht)​ yang diatur dalam KUH Perdata pasal 1820
sampai dengan 1850. Untuk menjamin kelangsungan bank garansi, maka penanggung mempunyai hak istimewa
yang diberikan undang-undang, yaitu untuk memilih salah satu pasal; menggunakan pasal 1831 KUH
Perdata atau pasal 1832 KUH Perdata.
Pasal 1831 KUH Perdata berbunyi: si penanggung tidaklah diwajibkan membayar kepada si berpiutang, selain jika si
berutang lalai, sedangkan benda-benda si berutang ini harus lebih dulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya.
Adapun pasal 1832 KUH Perdata berbunyi: si penanggung tdiak bisa menuntut supaya benda-benda si berutang lebih
dulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya.
Perbedaan dari kedua pasal tersebut adlaah bahwa jika bank menggunkana pasal 1831 KUH Perdata, apabila timbul
cidera janji, si penjamin dapat meminta benda-benda si berutang disita dan dijual terlebih dahulu, sedangkan
jika menggunakan pasal 1832 KUH Perdata, bank wajib membayar garansi bank yang bersangkutan ssegera
setelah timbul cidera janji dan menerima tuntutan pemenuhan kewajiban (klaim).
Bunyi narasi (​wording​) atau suatu pengikatan tertulis bank dalam bank garansi, bank wajib mencantumkan ketentuan
yang dipilihnya dalam bank garansi yang bersangkutan, agar pihak yang dijamin maupun pihak yang menerima
garansi (​beneficiary)​ mengetahui dengan jelas ketentuan mana yang dipergunakan.
Jadi, dalam pemberian bank garansi ada 3 pihak yang terlibat, yaitu:
- Bank sebagai pemberi jaminan disebut penjamin (bank penerbit/​issuing bank​).
- Nasabah sebagai pemohon (​applicant​) pihak yang dijamin disebut terjamin.
- Pihak ketiga yang menerima jaminan disebut penerima jaminan
(​beneficiary​).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bank garansi merupakan jaminan bank yang diberikan kepada
nasabah dalam rangka membiayai suatu usaha. Dengan jaminan bank ini si pengusaha memeproleh fasilitas
unutk melaksanakan kegiatannnya dengan pihak lain. Tentu sebelum jaminan bank dikeluarkan, bank terlebih
dahulu mempelajari kredibilitas nasabahnya.
b. Jenis Bank Garansi
Kepercayaan masyarakat terhadap bank adalah modal utama bank, bank yang menerbitkan bank garansi harus bank
yang mempunyai reputasi yang baik di mata masyarakat, sehingga si penerima jaminan percaya bahwa bank akan
mengganti kedudukan si terjamin (​applicant)​ untuk memenuhi kewajibannya. Dengan demikian, maka si penerima
jaminan (​beneficiary​) akan terhindar dari resiko yang timbul akibat kelalaian si terjamin (​applicant​). Beberapa jenis
bank garansi yang ada, antara lain:
- Bank garansi untuk penangguhan bea masuk
Bank garansi ini merupakan bank garansi yang diberikan kepada kantor bea cukai untuk kepentingan pemilik barang
guna penangguhan pembayaran bea masuk atau barang yang dikeluarkan oleh pelabuhan.
- Bank garansi untuk pita cukai tembakau
Bank garansi ini yaitu bea cukai yang diberikan kepada kantor bea cukai untuk kepentingan yang dijamin (pengusaha
pabrik rokok) guna penangguhan pembayaran pita cukai tembakau atas rokok-rokok yang akan dikeluarkan dari
pabrik untuk peredaran.
- Bank garansi untuk tender dalam negeri
Bank garansi ini yaitu bank garansi yang diberikan kepada ​bouwheer ​(yang memberi pekerjaan) untuk kepentingan
kontraktor (leveransir) yang akan mengikuti tender dalam negeri.
- Bank garansi untuk pelaksanaan pekerjaan
Bank garansi ini yaitu bank garansi yang diberikan kepada ​bouwheer ​untuk kepentingan kontraktor guna menjamin
pelaksanaan pekerjaan yang diterima dari bouwheer.
- Bank garansi untuk uang muka pekerjaan
Bank garansi ini yaitu bank garansi yang diberikan kepada ​bouwheer ​untuk kepentingan kontraktor untuk menerima
pembayaran uang muka dari yang memberikan pekerjaan.
- Bank garansi untuk tender luar negeri
Bank garansi ini yaitu bank garansi yang diebrikan untuk kepentingan kontraktor yang akan mengikuti tender
pemborong yang mana ​bouwheer a​ dalah pihak luar negeri. Bank garansi untuk menjamin kontraktor/eksportir
Indonesia yang turut tender/melaksanakan kontrak.
- Bank garansi untuk perdagangan
Bank garansi ini yaitu bank garansi yang diberikan kepada agen atau dealer perdagangan/depot-depot perdagangan.
- Bank garansi untuk penyerahan barang
Bank garansi ini yaitu bank garansi yang diberikan kepada nasabah yang akan melakukan penyerahan barang, baik yang
dibiayai oleh bank ataupun tidak.
- Bank garansi untuk mendapatkan keterangan pemasukan barang
Bank garansi ini yaitu bank garansi yang diberikan untuk pengeluaran barang yang L/C nya belum dibayar penuh oleh
importer

c. Tujuan Bank Garansi


Tujuan pemberian bank garansi oleh pihak bank kepada si penerima jaminan atau yang dijaminkan adalah sebagai
berikut:
- Memberikan bantuan fasilitas dan kemudahan dalam memperlancar transaksi nasabah.
- Bagi pemegang jaminan bank garansi adalah untuk memberikan keyakinan bahwa pemegang jaminan
tidak akan menderita kerugian bila pihak yang dijaminkan melalaikan kewajibannya, karena pemegang akan
mendapat ganti rugi dair pihak perbankan.
- Menumbuhkan rasa saling percaya antara pemberi jaminan, yang dijaminkan dan yang menerima jaminan.
- Memberikan rasa aman dan ketentraman dalam berusaha baik bagi bank maupun bagi pihak lainnya.
- Bagi bank, di samping keuntungan yang di atas juga akan memperoleh keuntungan dari biaya-biaya yang harus
dibayar nasabah (biaya provisi) serta jaminan lawan yang diberikan.
Di samping memiliki tujuan, bank garansi juga memiliki sifat-sifat tertentu. Adapun sifat bank garansi adalah hanya
berlaku untuk satu kali transaksi yaitu sampai dengan tanggal berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan sesuai
dengan klausa yang tercantum dalam surat bank garansi yang bersangkutan. Bank garansi tidak dapat
diperpanjang, tetapi dapat diajukan permohonan oleh nasabah untuk diperbaharui atas persetujuan tertulis dari
pemegang surat bank garansi.

d. Perjanjian Bank Garansi


Kesepakatan pemberian bank garansi oleh perbankan kepada terjamin dituangkan dalam suatu perjanjian yang disebut
perjanjian bank garansi. Perjanjian bank garansi tertuang dalam pasal 1824 KUH Perdata yang menentukan
bahwa penanggungan (jaminan) harus ditentukan secara tegas meski tidak harus secara tertulis. Namun
sebagaimana lazimnya, suatu perjanjian perbankan selalu dituangkan dalam bentuk akta tertulis untuk
menjamin kepentingan hukum para pihak. Berdasarkan surat perjanjian garansi bank tersebut, bank akan
memberikan surat garansi bank kepada terjamin untuk diserahkan kepada penerima jaminan.
Surat garansi yang diterbitkan oleh bank henddaknya memuat hal-hal minimal sebagai berikut:
- Judul garansi bank atas bank garansi
- Nama dan alamat bank pemberi bank garansi
- Nama dan alamat terjamin
- Nama dan alamat penerima jaminan
- Macam transaksi antara terjamin dan penerima jaminan
- Tanggal penerbitan surat bank garansi
- Jumlah uang yang dijaminkan oleh bank
- Batas waktu untuk mengajukan klaim kepada bank
- Pernyataan bahwa penjamin (bank) akan memenuhi pembayran hingga suatu jumlah tertentu dengan
terlebih dulu menyita dan menjual lebih dulu benda-benda milik terjamin yang dijadikan jaminan lawan.
- Jangka waktu pembayaran oleh bank kepada penerima jaminan terhitung saat bank menerima tuntutan.
- Tanda tangan pihak bank pemberi garansi.
Sedangkan, ketentuan dan syarat-syarat lainnya yang tidak boleh dimuat dalam surat garansi bank antara lain:
- Sebagai syarat berlaku bank garansi terjamin terlebih dulu harus memenuhi syarat-syarat tertentu;
- Keterangan yang menyatakan bahwa bank garansi dapat diubah atau dibatalkan secara sepihak.

e. Prosedur Bank Garansi


Mekanisme bank garansi dapat dilihat dalam skema berikut:
Adapun keterangan lebih lanjut dari skema di atas adalah sebagai berikut:
1. Kontraktor adalah nasabah yang mengajukan bank garansi ke bank. Hal ini dilakukan karena kontraktor
hendak melakukan pekerjaan milik obligee.
2. Bank akan menerbitkan bank garansi jika kontraktor memenuhi syarat termasuk telah menyetor jaminan
lawan.
3. Bank garansi asli diserahkan oleh kontraktor kepada pihak obligee.
4. Jika telah terjadi sesuatu yang tidak diinginkan atau yang dapat merugikan pihak obligee, misalnya
kontraktor ingkar janji (wanprestasi), maka pihak obligee dapat langsung membawa garansi asli yang
dipegangnya ke bank untuk dicairkan.
5. Pihak bank akan memberi ganti rugi dengan cara mencairkan jaminan lawan yang diserahkan oleh
kontraktor sebelumnya.
6. Jika tidak terjadi masalah dalam pekerjaannya, maka pihak obligee akan mengembalikan garansi asli ke
kontraktor sehingga kontraktor dapat mengembalikannya ke bank.
Bank dalam hal ini bertindak sebagai penjamin yang akan menbayar sejumlah uang kepada pihak ​obligee a​ pabila si
kontraktor ingkar janji tidak dapat memenuhi kewajibannya atau cedera janji.

f. Biaya dan Jaminan Lawan Bank Garansi


Setiap transaksi yang berkaitan dengan bank garansi akan dikenakan biaya. Biaya-biaya yang dikenakan kepada
nasabah yang mengajukan permohonan bank garansi merupakan balas jasa atau pendapatan bagi bank.
Biaya-biaya ini merupakan kompensasi dari resiko yang akan dihadapi bank yang mungkin akan terjadi di
kemudian hari.
Biaya-biaya yang dimaksud adalah:
- Biaya provisi
Biaya provisi merupakan sejumlah uang yang wajib dibayar oleh terjamin kepada bank sebagai balas jasa untuk
pemberian bank garansi. Biaya provisi biasanya dihitung atas dasar presentase tertentu dari jumlah nominal
bank garansi dan untuk jangka waktu tertentu, bisa triwulan, semester atau satu tahun dan sebagainya.
- Biaya adminsitrasi
Biaya ini merupakan biaya yang lazim dipungut berhubungan untuk pelaksanaan administrasi. Jumlah yang dikenakan
terhadap terjamin tergantung bank masing-masing.
- Bea materai
Bea materai merupakan biaya materai yang dilekatkan pada surat perjanjian bank garansi yang ditandatangani oleh
bank dan pihak terjamin.
Di samping biaya yang dikenakan terhadap nasabahnya, permohonan bank garansi juga harus disertai jaminan lawan
yang sepadan. Jaminan lawan yang akan diberikan oleh nasabah kepada bank sebagai jaminan terhadap resiko
yang mungkin timbul di kemudian hari. Dalam menentukan besarnya jaminan pihak bank selalu berpedoman
pada ketentuan Bank Sentral dan kelaziman yang berlaku di dunia perbankan, biasanya setara dengan nilai
jaminan yang tercantum dalam garansi bank.
Oleh karena bank garansi mengandung suatu tingkat resiko, maka pertimbangan tentang resiko ini perlu diperhatikan
dan pihak terjamin dituntut untuk menyediakan jaminan lawan atau disebut counter guarantee.
Adapun bentuk jaminan lawan yang diberikan antara lain dapat berupa uang tunai, giro yang dibekukan, sertifikat
deposito, surat-surat berharga seperti saham dan obligasi, sertifikat tanah, dan jaminan lawan lainnya yang
dianggap aman oleh bank.

Anda mungkin juga menyukai