Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B.. Rumusan Masalah........................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN
1. PASAR UANG
1.1 Pengertian pasar uang..................................................................... 3
1.2 Pandangan islam terhadap uang..................................................... 3
1.3 Prinsip syariah dalam pasar uang................................................... 4
2. PASAR PALUTA ASING
2.1 Pengertian jual beli valas ...............................................................7
2.2 Dasar hukum jual beli valas............................................................7
2.3 Fungsi pokok pasar valas................................................................7
2.4 Syarat sahnya transaksi jual beli valas .......................................... 8
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 10
B. Saran ....................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................12

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan 1997 telah mengakibatkan
penurunan tajam kegiatan ekonomi serta melemahnya daya beli masyarakat. Sebagian besar
bank di Indonesia harus mengalami negative spread serta menanggung kredit macet dalam
jumlah besar.

Akibat penarikan dana dalam jumlah besar, untuk menghindarkan diri dari likuiditas
yang makin buruk, tidak sedikit bank konvensional yang tidak punya pilihan lain selain
menawarkan bunga simpanan tinggi pada tingkat 50 % hingga 70 % Akibatnya, puluhan
bank menjadi sekarat dan banyak usaha gulung tikar karena tidak mampu membayar
kewajibannya. Kondisi ini tidak terjadi dengan bank syariah yang menerapkan sistem bagi
hasil dan terbebas dari pengaruh fluktuasi bunga yang terjadi.

Sejak saat itu, jumlah bank syariah berkembang pesat karena sistem bagi hasil yang
ditawarkan dan dalam kenyataannya tak kalah menguntungkan dibandingkan sistem bank
konvensional yang menerapkan bunga. Sehingga tidak mengherankan jika sampai saat
sekarang ini banyak di antara bank-bank konvensional juga membuka unit-unit atau window
syariah-nya melihat prospek yang cukup menjanjikan dari sistem perbankan alternatif ini.
Karenanya pembentukan infrastruktur yang sesuai mulai dari perangkat hukum yang
mengaturnya, kelengkapan instrumen moneter dan pasar keuangan hingga pada
pembentukan ketentuan-ketentuan lain yang terkait dengannya mutlak diperlukan.

B. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini saya mencoba memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan Bughat, antara lain:
1. Pengertian pasar uang
2. Pandangan islam terhadap uang
3. Prinsip syariah dalam pasar uang
4. Pengertian jual beli valas
5. Dasar hukum jual beli valas
6. Fungsi pokok pasar valas
7. Syarat sahnya transaksi jual beli valas

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. PASAR UANG
1.1Pengertian Pasar uang dan tujuannya
(money market) adalah pasar di mana di dalamnya diperdagangkan surat-surat
berharga jangka pendek. Artikel-artikel yang diperdagangkan di pasar uang adalah
uang (money) dan uang kuasi (near money). Uang dan uang kuasi tersebut yang
dimaksud tidak lain adalah adalah surat-surat berharga (financial paper) yang
mewakili uang dimana seseorang (atau perusahaan) mempunyai kewajiban kepada
orang (atau perusahaan) lain. Dalam hal pasar uang ini, yang ditransaksikan adalah
hak untuk menggunakan uang dalam jangka waktu tertentu. Jadi di pasar tersebut
terjadi transaksi pinjam-meminjam dana, yang selanjutnya menimbulkan hutang-
piutang. Adapun barang yang ditransaksikan dalam pasar ini adalah secarik kertas
berupa surat hutang atau janji untuk membayar sejumlah uang tertentu pada waktu
tertentu pula. Surat-surat berharga yang diperdagangkan di dalam pasar uang dapat
bervariasi, bisa surat berharga yang berjangka kurang dari satu tahun sampai dengan
surat berharga yang berjangka lima tahun, akan tetapi pada kenyataanya sebagian
besar aktiva keuangan yang diperdagangkan di pasar uang adalah surat berharga yang
berjangka kurang dari satu tahun. Hal ini dikarenakan surat berharga yang berjangka
lebih panjang biasanya lebih banyak dimiliki oleh investor di pasar modal.
Tujuan pasar uang adalah untuk memberikan alternatif, baik bagi lembaga
keuangan bank maupun bukan bank untuk memperoleh sumber dana atau
menanamkan dananya.
1.2 Pandangan Islam Terhadap Uang
Islam memandang uang hanyalah sebagai alat tukar, bukan sebagai komoditas
atau barang dagangan. Maka motif permintaan terhadap uang adalah untuk memenuhi
kebutuhan transaksi (money demad for transaction), bukan untuk spekulasi atau
trading. Islam tidak mengenal spekulasi (money demand for speculation). Karena
pada hakikatnya uang adalah milik Allah SWT yang diamanahkan kepada manusia
untuk dipergunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat. Dalam
pandangan Islam uang adalah flow concept, karenanya harus selalu berputar dalam
perekonomian, sebab semakin cepat uang itu berputar dalam perekonomian, akan
semakin tinggi tingkat pendapatan masyarakat dan akan semakin baik perekonomian.

3
1.3 Prinsip Syariah Dalam Pasar Uang
Sebagaimana telah disinggung di atas, bahwa tugas utama manejemen bank,
adalah memaksimalkan laba, meminimalkan resiko dan menjamin selalu tersedianya
likuiditas yang cukup, tidak kurang dan tidak lebih. Dengan adanya fasilitas pasar
uang antar bank, maka bank-bank syari’ah, akan mendapatkan kemudahan-
kemudahan, untuk memanfaatkan dana yang sementara idle (nganggur), bank dapat
melakukan investasi jangka pendek di Pasar Uang, dan begitu sebaliknya, untuk
memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek, bank juga dapat memperolehnya dari
Pasar Uang. Namun, karena surat-surat berharga yang beredar di pasar uang
konvensional merupakan surat-sura berharga yang berbasis bunga, maka bank-bank
syari’ah tidak dapat memanfaatkan pasar uang yang ada, karena perbankkan syari’ah
tidak diperbolehkan menjadi bagian dari aktiva maupun pasiva yang berbasis bunga,
dan hal ini merupakan kendala bagi kalangan perbankkan syari’ah dalam melakukan
pengelolaan likuiditas.
Oleh karena itu untuk mendukung kelancaran perbankkan syari’ah dalam
mengelola likuiditasnya, maka perlu adanya instrumen-instrumen pasar uang yang
berbasis syari’ah, sehingga perbankkan syariah dapat melakukan fungsinya secara
penuh, tidak saja dalam memfasilitasi kegiatan perdagangan jangka pendek akan
tetapi juga berperan dalam mendukung Investasi jangka panjang. Adapun landasan
atau dalil yang dijadikan dasar atas diperbolehkanya pelaksanaan pasar uang antar
bank dengan prinsip syari’ah adalah:
1. Adanya firman Allah SWT dalam Q.S. al-Baqarah ayat 275, yang artinya:
“orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu(sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”
2. Hadits Nabi riwayat Tirmidzi dari 'Amr bin 'Auf yakni: "Kaum muslimin terikat
dengan syarat-syarat yang mereka buat kecuali syarat mengharamkan yang halal
atau menghalalkan yang haram" 3. Hadits Nabi riwayat Muslim, Tirmidzi, an-

4
Nasa'i, Abu Daud, dan Ibnu Majah dari abu Hurairah "Rasulullah SAW melarang
jual beli yang mengandung gharar"
3. Hadits Nabi riwayat Ibnu Majah dari 'Ubadah bin Shamit, riwayat Ahmad dari
Ibnu 'Abbas dan riwayat Imam Malik dari Yahya "Tidak boleh membahayakan
orang lain dan menolak bahaya dengan bahaya"
4. Adanya kaidah ushul fiqih yang menyatakan bahwa adalah mubah hukumnya
segala sesuatu selama tidak ada ketentuan hukum yang melarangnya. Dari
ketentuan ini dapat dikatakan bahwa penyelenggaraan pasar uang antar bank yang
berlandaskan prinsip syariah ini adalah boleh hukumnya selama tidak
bertentangan dengan prinsip hukum Islam.
5. Adanya hadis Nabi yang menyatakan pembolehan melakukan kegiatan investasi
melalui mekanisme mudharabah.
6. Adanya kaidah ushul yang menyatakan bahwa jika salah seorang dari mereka
yang melakukan kerjasama membeli bagian dalam kemitraan tersebut, hukumnya
adalah boleh karena ia membeli hak milik orang lain. Dengan demikian kaidah ini
dapat dijadikan rujukan untuk diperkenankannya penerbitan sertifikat IMA
sebagai salah satu instrument dalam pasar uang yang berlandaskan prinsip syariah
ini.
7. Adanya kaidah ushul yang menyatakan bahwa tindakan seorang pemegang
ooritas harus mengikuti perkembangan maslahat yang berlaku, ataupun kaidah
yang menyatakan pencegahan dari kerusakan lebih diutamakan dari menolak
suatu mafsadah. Karenanya Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas perbankan
di Indonesia memiliki kewenangan untuk membatasi jual beli instrumen sertifikat
IMA di pasar skunder untuk mencegah kesan terjadinya jual beli yang dapat
mengarah pada tindakan spekulatif.
8. Fatwa Dewan Syariah Nasional Tentang Pasar Uang Berdasarkan Prinsip Syariah
Latar belakang dikeluarkannya fatwa Dewan Syariah Nasional No: 37/DSN-
MUI/X/2002, tentang pasar uang antar bank berdasar prinsip syariah adalah atas
pertimbangan sebagai berikut:
a. Bahwa bank syariah dapat mengalami kekurangan likuiditas disebabkan oleh
perbedaan jangka waktu antara penerimaan dan penanaman dana atau
kelebihan likuiditas yang dapat terjadi karena dana yang terhimpun belum
dapat disalurkan kepada pihak yang memerlukan;

5
b. Bahwa dalam rangka peningkatan efisiensi pengelolaan dana, bank yang
melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah memerlukan adanya
pasar uang antar bank;
c. Bahwa untuk memenuhi keperluan itu, maka dipandang perlu penetapan
fatwa tentang pasar uang antar bank berdasarkan prinsip syariah. Diantara
keputusan fatwa Dewan Syariah Nasional No: 37/DSN-MUI/X/2002, tentang
pasar uang antar bank berdasar prinsip syariah adalah sebagai berikut:
Pertama : Ketentuan Umum
1. Pasar uang antar bank yang tidak dibenarkan menurut syariah yaitu pasar
uang antar bank yang berdasarkan bunga.
2. Pasar uang antar bank yang dibenarkan menurut syariah yaitu pasar uang
antar bank yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
3. Pasar uang antar bank berdasarkan prinsip syariah adalah kegiatan
transaksi keuangan jangka pendek antar peserta pasar berdasarkan
prinsip-prinsip syariah.
4. Peserta pasar uang sebagaimana tersebut dalam butir 3 adalah:
a. bank syariah sebagai pemilik atau penerima dana.
b. bank konvensional hanya sabagai pemilik dana.
Ketentuan Khusus:
1) Akad yang dapat digunakan dalam pasar uang antar bank
berdasarkan prinsip syariah adalah: mudharabah
(muqadharah)/Qiradh; musyarakah; qard; wadi'ah; al-Sharaf.
2) Pemindahan kepemilikan instrumen pasar uang (sebagaimana
tersebut dalam butir, menggunakan akad-akad syariah yang
digunakan dan hanya boleh dipindahtangankan sekali. Kelebihan
dan kekurangannya:
a. Kelebihan
a) Sarana untuk mencari pinjaman dana jangka pendek bagi
perusahaan yang mengalami kesulitan likuiditas
b) Sarana untuk menempatkan kelebihan dana yang dimiliki
oleh badan usaha

b. Kelemahan

6
a) Risiko pasar. Risiko ini terjadi karena turunnya harga
suatu instrumen pasar uang dikarenakan tingkat suku
bunga naik sehingga investor mengalami kerugian.
b) Risiko gagal bayat. Risiko ini terjadi karena debitur tidak
dapat memenuhi kewajiban bayar pada kreditor.
c) Risiko inflas. Risiko ini terjadi karena naiknya harga
barang atau jasa sehingga daya beli menurun atas
pendapatan yang diterima dari pinjaman yang diberikan.
d) Risiko nilai tukar. Risiko ini terjadi karena adanya
perubahan tidak menguntungkan terhadap kurs mata uang
asing.
2. PASAR VALUTA ASING
2.1 Pengertian jual beli Valas
Dalam bahasa Arab, jual beli valas disebut sharf (Arab, ‫)الصرف‬.
Sedang tempat jual beli valas atau money changer/exchange disebut dengan sharraf
(bahasa Arab, ‫)الصراف‬. Dalam definisi syariah ulama salaf (klasik) sharf atau jual beli
valas adalah (Jual beli emas dengan emas, perak dengan perak atau menjual salah
satunya dengan yang lain).[Lihat Al-Jaziri, Al-Fiqh alal Madzahib Al-Arba'ah].
Definisi fiqih klasik di atas dipakai juga untuk jual beli valas oleh ulama fiqih
kontemporer. Dr. Husain Syahatah penasihat ekonomi syariah Al-Azhar Mesir
mengatakan dalam Tasaulat Muashirah Haula al-Ittijar fi an-Naqd, demikian: Sharf
adalah bagian dari transaksi jual beli yang dibolehkan syariah Islam. Dalam bursa
mata uang sharf adalah tukar menukar antar satu mata uang dengan mata uang lain.
Hal itu dilakukan karena kebutuhan orang dalam berbisnis antar negara.
2.2 Dasar hukum jual beli Valas
Hadits sahih riwayat Bukhari Muslim (muttafaq alaih): Artinya: Jangan
menjual emas dengan emas kecuali sama nilainya. - Hadits sahih riwayat Muslim
Artinya: Apabila jenisnya berbeda, maka juallah sesukamu asalkan serima terima
langsung (kontan).
2.3 Fungsi pokok Pasar Valas
Nopirin (1987:165-166) menyebutkan beberapa fungsi pokok pasar valuta asing
dalam membantu lalu-lintas pembayaran internasional yaitu:

7
a. Mempermudah pertukaran valuta asing serta pemindahan dana dari satu negara ke
negara lain. Proses penukaran atau pemindahan dana ini dapat dilakukan dengan
sistem clearing seperti halnya yang dilakukan oleh bank-bank serta pedagang.
b. Karena sering terdapat transaksi internasional yang tidak perlu segera
diselesaikan pembayaran atau penyerahan barangnya, maka pasar valuta asing
memberikan kemudahan untuk dilaksanakannya perjanjian atau kontrak jual beli
dengan kredit.
c. Memungkinkan dilakukannya hedging. Seorang pedagang melakukan hedging
apabila dia pada saat yang sama melakukan transaksi jual beli valuta asing yang
berbeda, untuk menghilangkan/mengurangi resiko kerugian akibat perubahan
kurs.

2.4 Syarat sahnya transaksi jual beli valas

Ada syarat-syarat khusus yang harus dipenuhi dalam melakukan jual beli valas
antara dua mata uang yang berbeda sbb (lihat Al-Jaziri, II/505):
1. Kontan. Hukumnya tidak sah jual beli valas yang tidak kontan (tertunda).
2. Transaksi dilakukan dengan serah terima di tempat akad , Yakni serah terima
valas dilakukan secara langsung pada saat transaksi terjadi . Apabila kedua pihak
berpisah sebelum menerima barang atau valas yang dijual, maka transaksi
dianggap batal.
3. Apabila valuta atau mata uang yang dijual berasal dari mata uang yang sama,
seperti rupiah dengan rupiah, maka nilainya harus sama. Maka tidak boleh jual
beli 50.000 rupiah dengan 55.000 rupiah Indonesia.
4. Valuta Asing Menurut Perspektif Islam Perdagangan valuta asing dapat
dianalogikan dengan pertukaran antara emas dan perak (sharf).
Harga atau pertukaran itu dapat ditentukan berdasarkan kesepakatan antara
penjual dan pembeli. Diriwayatkan oleh Abu Ubadah ibnush-Shamid bahwa
Rasullah Saw. telah bersabda, “Emas (hendaklah dibayar) dengan emas, perak
dengan perak, gandum dengan gandum, sya’ir dengan sya’ir, kurma dengan
kurma, dan garam dengan garam, sama dan sejenis haruslah dari tangan ke tangan
(cash). Maka apabila berbeda jenisnya, juallah sekehendak kalian dengan syarat
kontan.” (HR Muslim, dalam kitab al-Musaqah) Arahan Rasulullah Saw. dalam
hadits ini mengindikasikan:

8
a. Emas dan perak sebagai mata uang tidak boleh ditukarkan dengan sejenisnya
(Rupiah dengan rupiah atau dollar dengan dollar) kecuali sama jumlahnya.
b. Bila berbeda jenisnya, rupiah dengan yen, dapat ditukarkan (exchange) sesuai
dengan market rate dengan catatan harus naqdan atau spot.
5. Norma-Norma Syariah Dalam Valuta Asing Aktivitas perdagangan valuta asing
harus terbebas dari unsur riba, maisir, gharar. Dalam pelaksanaannya haruslah
memperhatikan beberapa batasan sebagai berikut:
a. Pertukaran tersebut harus dilakukan secara tunai (spot), artinya masing-
masing pihak harus menerima/menyerahkan masing-masing mata uang
pada saat yang bersamaan.
b. Motif pertukaran adalah untuk kegiatan bisnis sektor riil, yaitu transaksi
barang dan jasa, bukan dalam rangka spekulasi.
c. Harus dihindari jual beli bersyarat. Misalnya, si A setuju membeli barang
dari B hari ini dengan syarat B harus membelinya kembali pada tanggal
tertentu di masa mendatang.
d. Transaksi berjangka harus dilakukan dengan pihak-pihakyang diyakini
mampu menyediakan valuta asing yang dipertukarkan.
e. Tidak dibenarkan menjual barang yang belum dikuasai atau dengan kata
lain tidak dibenarkan jual beli tanpa hak kepemilikan (ba’i al-fudhuli).
Dengan memperhatikan beberapa batasan tersebut, terdapat beberapa
tingkah laku perdagangan yang dewasa ini biasa dilakukan di pasar valuta
asing konvensional harus dihindari, antara lain:
1. Perdagangan tanpa penyerahan (future non-delivery trading atau
margin trading)
2. Jual beli valas bukan transaksi komersial (arbitrage), baik spot
maupun forward
3. Melakukan penjualan melebihi jumlah yang dimiliki atau dibeli
(oversold)
4. Melakukan transaksi swap.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pasar uang (money market) adalah keseluruhan permintaan dan penawaran
dana-dana, surat-surat berharga, atau instrumen finansial jangka pendekyang
mempunyai jangka waktu satu tahun atau kurang dari satu tahun dan dapat disalurkan
melalui lembaga-lembaga perbankan. Peserta pasar uang antara lain Bank-bank,
perusahaan-perusahan umum, lembaga pemerintah, individu, dan lembaga keuangan
lainnya. Terdapat jenis-jenis resiko investasi, yaitu resiko pasar, resiko reinvestment,
resiko gagal bayar, resiko inflasi, resiko valuta, dan resiko politik. Instrument pasar
uang antara lain SBI, SBPU, Sertifikat deposito, comersial paper, call money,
repurchase agreement, banker’s acceptance, treasury bills, dan promissory notes.
Pasar Valuta Asing menyediakan pasar sarana fisik maupun dalam pasar
kelembagaan untuk melakukan perdagangan mata uang asing, menentukan nilai tukar
mata uang asing, dan menerapkan managemen mata uang asing. Pelaku pasar uang
antara lain dealer, perusahaan/perorangan, spekulan, bank sentral, dan pialang. Jenis-
jenis pasar valuta asing yaitu pasar spot, pasar forward, currency futures, dan currency
options.
Pemilihan dana dalam pasar uang selalu berkaitan dengan pasar uang. Artinya
jika kita hendak menginvestasikan uang kita dalam pasar uang maka, kita akan selalu
mempertimbangkan kegiatan yang terjadi di pasar valas, demikian pula sebaliknya.
1. Valuta asing dalam istilah bahasa Inggris dikenal dengan money changer atau foreign
exchange, sedangkan dalam istilah Arab disebut al-sharf.
2. Jenis-jenis transaksi valuta asing dan hukumnya menurut islam :
a. Transaksi tunai (spot transaction) : boleh
b. Transaksi berjangka (forward transaction) : haram
c. Transaksi barter (swap transaction) : haram
d. Transaksi option : haram
e. Transaksi jual beli mata uang pada prinsipnya boleh dengan ketentuan sebagai
berikut:
a) Tidak untuk spekulasi (untung-untungan)
b) Ada kebutuhan transaksi atau untuk berjaga-jaga (simpanan)

10
c) Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis maka nilainya
harus sama dan secara tunai (at-taqabudh).
d) Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs)
yang berlaku pada saat transaksi dilakukan dan secara tunai.
f. Jual beli valas apabila motifnya untuk spekulas hukumnya haram.
B. Saran
Dalam pembahasan materi di atas mengenai pasar uang mngkin masih banyak
kekurangan, baik di segi penulisan ataupun di dari penyusunan kalimat dan kata-
katamya,oleh sebap itu kami selaku penulis minta maaf sebesar-besarnya kepada
dosen dan mahasiswa semua, sebagai penyempurna kami mengharap kritik dan saran
yang positif dari teman-teman semua.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://hermaninbismillah.blogspot.com/2010/06/pasar-uang-syariah.html
http://www.alkhoirot.net/2012/10/hukum-jual-beli-valas.html

http://www.erepublik.com/en/article/kebijakan-pasar-uang-641851/1/20

http://www.gudangmateri.com/2010/11/pengertian-pasar-uang.html

sulastri.staff.gunadarma.ac.id/.../PASAR+UANG+_Februari+2006 pdf

repository.binus.ac.id/content/MG234/MG23419162.ppt

12

Anda mungkin juga menyukai