BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Humas merupakan bidang atau fungsi tertentu yang diperlukan oleh setiap
organisasi, baik yang bersifat komersial maupun yang non komersial. Mulai dari
pemerintahan yang konsep dan penggunaanya berkembang dari masa ke masa.
Keberadaan Humas di suatu perusahaan juga semakin dibutuhkan, hal ini disebabkan
dalam menyampaikan segala bentuk informasi tentang perusahaan kepada masyarakat
semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya lembaga atau
perusahaan yang menempatkan bidang Humas pada struktur organisasinya. Ini berarti
keberadaan humas semakin diakui dan mendapat tempat dalam suatu organisasi,
lembaga atau perusahaan. ( Ruslan,1995:13)
Bahkan setiap orang, pada dasarnya juga selalu mengalami apa yang disebut Humas
atau kegiatan kehumasan, selama ia masih menjalin hubungan atau berinteraksi
dengan baik.
2
Sesuai dengan tujuan utamanya, Humas atau Public Relation dituntut untuk
eksternal. Hal ini berarti humas merupakan fungsi yang melekat pada manajemen
atau organisasi. Tujuannya tidak lain adalah untuk membentuk good will, toleransi,
saling kerjasama, saling menghargai, saling mempercayai dan saling pengertian serta
untuk meperoleh opini publik yang menguntungkan dan juga image yang tepat
berdasarkan prinsipprinsip hubungan yang harmonis.
lembaga itu sendiri maupun kepentingan di luar lembaga itu. Dengan kata lain setiap
rumah sakit jiwa / lembaga kesehatan selalu memerlukan tenaga Humas, Humas
dengan khalayak atau stakeholder, baik internal maupun eksternal.
hormat (respect), kesan yang baik dan menguntungkan terhadap suatu citra lembaga
yang diwakili oleh pihak Humas atau Public Relation secara individual atau
yang diberikan oleh individuindividu tersebut mengalami proses cepat atau lambat
untuk membentuk suatu opini publik yang lebih kuat dan abstrak yang dinamakan
citra (image). Rumah Sakit Jiwa yang selanjutnya bisa juga disingkat menjadi RSJ
pada dasarnya adalah adalah tempat rehabilitasi bagi para pasien yang menderita
gangguan kejiwaan, RSJ mempunyai tugas untuk melaksanakan upaya kesehatan jiwa
3
secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengupayakan pelayanan kesehatan
jiwa bagi masyarakat.
mempengaruhi wajah lembaga tersebut apakah baik atau buruk. Dengan demikian
diharapkan lembaga akan semakin kokoh dan terpercaya yang muncul karena citra
yang muncul dari masyarakat.
pelayanan kesehatan jiwa yang unggul di Jawa Timur yang beralamatkan di Jl.
Jend.Achmad Yani, Lawang, Malang, Jawa Timur. Rumah Sakit Jiwa Lawang dibuka
secara resmi pada tanggal 23 Juni 1902. Pengerjaan mendirikan rumah sakit ini
dimulai tahun 1884 berdasarkan Surat Keputusan Kerajaan Belanda tertanggal 20
bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jendral Pelayanan Medik. Tugas dan
publik itu, dalam kegiatannya humas perlu bekerja keras dengan mencari dan
memberikan informasi kepada masyarakat untuk membentuk citra lembaga kesehatan
sehingga lembaga tersebut mendapat dukungan dan kepercayaan publik.
4
Suatu lembaga pasti akan menghendaki suatu citra yang didambakan bagi
bisnisnya. Opini masyarakat selama ini tentang RSJ mungkin adalah tempat yang
kotor dan menakutkan, citra yang melekat pada lembaga ini cenderung negatif. Kalau
kita mendengar RSJ pasti kita mempersepsikan bahwa disana adalah hanya tempat
orangorang gila tinggal. “Kalau tidak gila, ngapain kita pergi kesana?”. Ini adalah
katakata klise yang sering kita dengar. Padahal pada masa sekarang, layanan RSJ Dr.
Radjiman Wediodiningrat Lawang sudah sangat luas dan canggih. Pada tahun 1998 –
2005 telah dibangun 3 gedung utama berlantai tiga untuk mendukung terwujudnya
kebutuhan pasien dan masyarakat terhadap pelayanan serta akses informasi dapat
lebih cepat dan efisien. Disamping peningkatan sarana fisik, juga diikuti dengan
kesehatan jiwa.
perawatan pasien jiwa dibeberapa pelayanan antara lain : Unit rawat jalan, Unit
yang mengacu pada SK Menteri Kesehatan RI pada tanggal 28 April 1978 dengan
Sakit Jiwa. Bertepatan dengan HUT RSJ Lawang yang ke100 (satu abad) pada
tanggal 23 Juni 2002, Menteri Kesehatan, Dr. Ahmad Sujudi, MPA telah meresmikan
5
pergantian nama, yang semula RSJP (Rumah Sakit Jiwa Pusat) menjadi RSJ Dr.
tidak hanya menangani gangguan mental, tetapi juga melayani kasus umum
layanan lainnya antara lain mencakup ke semua masalah kejiwaan mulai dari
remaja, dewasa, usia lanjut, termasuk masalah kejiwaan yang ringan sampai yang
berat. Ada juga poli umum serta poli kulit dan kecantikan. Orang menjadi sering
salah pengertian tentang konotasi tempat dan nama RSJ.
Pada masa sekarang ini, peningkatan gejala stress di masyarakat sudah mulai
banyak. Tidak sedikit pemberitaan di media tentang orang yang akhirnya terganggu
jiwanya karena berbagai faktor, antara lain faktor ekonomi, faktor psikologi, faktor
lingkungan dan lainnya. Masyarakat sudah mulai sadar akan kesehatan jiwa, sehingga
Dengan pelayanan di RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang yang telah maju dan
berkembang, diharapkan masyarakat tidak malu lagi untuk datang berobat ke RSJ,
tidak hanya untuk penyakit kejiwaan saja tetapi juga untuk penyakit umum lainnya
yang pelayanannya telah tersedia disana seperti yang telah dipaparkan diatas.
Dari sini peneliti ingin meneliti bagaimana strategi Humas di RSJ Dr.
para praktisi Humasnya, karena peran dan fungsi Humas tidak dapat dipisahkan dari
kesadaran akan kebutuhan bersama, dan merupakan tugas praktisi humas untuk
mengelola opini publik agar kesan masyarakat terhadap lembaga kesehatan jiwa ini
menjadi positif.
Karena itu peneliti mempunyai fokus yang tersimpul dalam keyword yaitu
Strategi Humas dan Citra Rumah Sakit Jiwa. Peneliti berusaha menguraikan masalah
tentang Strategi Humas di RSJ Radjiman Wediodiningrat Lawang dalam mengubah
citra lembaga yang dinaunginya. Dan diharapkan hasil penelitian ini nantinya dapat
sebuah Rumah Sakit Jiwa.
B. Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang yang telah diuraikan diatas maka permasalahan yang
Wediodiningrat Lawang dalam Mengubah Citra lembaganya? “.
C. Tujuan Penelitian
Strategi Humas RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang dalam mengubah citra
RSJ khususnya di RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang.
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara teoritis diharapkan hasil penelitian nantinya dapat menambah wawasan
Mengubah Citra Rumah Sakit Jiwa di RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat
Lawang.
2. Secara praktis, hasil penelitian dapat digunakan oleh RSJ Dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang secara khusus atau lembaga kesehatan / rumah sakit
Wediodiningrat Lawang.
E. Tinjauan Pustaka
E.1. Humas
1. Pengertian Humas
Masyarakat) yang sekarang ini juga dikenal dengan nama Public Relation.
Scott M.Cutlip dan Allen H.Center dalam buku Efektif Public Relation, (New
merupakan fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasikan
meraih pengertian,pemahaman, dan dukungan dari publiknya.”
humas dapat diartikan sebagai fungsi manajemen dari sikap budi yang
yang bersifat umum dan pribadi berupaya membina pengertian, simpati dan
dukungan dari mereka yang ada kaitannya atau yang mungkin ada
mengkorelasikan, sedapat mungkin, kebijaksanaan dan tata cara mereka, yang
dengan informasi yang berencana dan tersebar luas mencapai kerjasama yang
(Onong, 2002:20)
Relation adalah komunikasi dua arah dan timbal balik, antara organisasi
dengan publiknya secara timbal balik dalam rangka meningkatkan pembinaan
dalam bukunya Public Relation diartikan fungsi manajemen yang membentuk
publiknya, dimana yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu perusahaan.
Relations, dalam buku yang ditulis Ruslan (2005:8), para pakar menarik
kepercayaan publik secara lebih baik atau pemberdayaan lebih tinggi terhadap
9
good will dan pengertian dari pelanggan, konsumen, publik pada umumnya,
mempertahankan citra produknya ( product and brand image ).
sekarang ini, memang tidak dapat dipungkiri lagi bahwa fungsi humas sangat
sebagai sebuah lini bisnis yang sangat menjanjikan dewasa ini. Setidaknya
ada beberapa aspek yang tidak dapat dipisahkan ketika kesehatan masuk pada
perbaikan ke dalam dan keluar lembaga tentunya hal ini merupakan kegiatan
humas yang sangat mendasar. Semua kegiatan ini nantinya akan membuat
lembaga tetap eksis di tengah persaingan lembaga kesehatan yang semakin
ketat.
2. Fungsi Humas
10
humas sendiri tidak sekedar aktivitas yang memiliki tujuan. Namun untuk
1) Adanya upaya komunikasi yang bersifat dua arah
2) Sifatnya yang terencana
3) Berorientasi pada organisasi/lembaga
4) Sasarannya adalah publik (Frida, 2004:15)
Dalam konsepnya, fungsi Public Relations saat menjalankan tugas dan
Masyarakat Suatu Komunikologis adalah sebagai berikut :
a) Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi
b) Membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publik internal dan
publik eksternal
organisasi
11
umum
pihak organisasi maupun dari pihak publiknya.
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang peran utama
Public Relations yang pada intinya adalah sebagai berikut :
yang diwakilinya dengan publiknya.
saling menguntungkan dengan pihak publiknya.
c) Peranan back up management, yaitu sebagai pendukung dalam fungsi
manajemen organisasi atau perusahaan.
menciptakan citra bagi organisasi atau lembaganya.
3. Tugas Humas
erat dengan tujuan dan fungsi humas. Ketiga tugas tersebut adalah sebagai
berikut :
perilaku publik.
12
kepentingan publik.
berkaitan dengan publik. (Frida 2004:25).
Sementara pendapat Cutlip & Center dalam Frida menyatakan tugas PR
sebagai berikut :
menggunakan barang/jasa instansinya.
dengan publik.
c. Meningkatkan penjualan barang/jasa
masyarakat seharihari.
akan barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.
perusahaan oleh konsumen.
4. Kegiatan Humas
(Ruslan, 2007:23) :
1) Membangun identitas dan citra perusahaan ( building corporate identity and
image )
13
kegiatan komunikasi timbal balik dua arah dengan berbagai pihak.
2) Menghadapi krisis ( facing of crisis )
membentuk manajemen krisis dan PR recovery of image yang bertugas
memperbaiki lost of image and damage.
3) Mempromosikan aspek kemasyarakatan ( promotion public causes )
menghindari obatobatan terlarang dan sebagainya).
5. Tujuan Humas
Berikut adalah tujuan humas ( Frida, 2004:21 ) :
publiknya.
2) Menjaga dan membentuk saling percaya ( aspek afeksi ), antara
perusahaan dengan publiknya.
3) Memelihara dan menciptakan kerjasama ( aspek psikomotoris ).
digolongkan 4 langkah pokok kegiatan PR yaitu :
a. Research – listening (penelitian) / fact finding.
14
tindakan.
b. Planning – decision making (perencanaan)
dalam melaksanakan tugasnya dan memperoleh hasil yang diharapkan,
komunikator (encoder), message (pesan), media dan komunikan.
telah dikumpulkannya, humas/PR kemudian melakukan “operasinya”.
d. Evaluation (penilaian)
menilai apakah tujuan itu sudah tercapai, apakah perlu diadakan lagi
hasil yang lebih baik. Tiap “operasi” yang dilakukan oleh suatu badan
secara periodik.
E.2. Strategi Humas / Public Relations
1. Definisi Strategi Humas
operasionalnya. Para praktisi juga menyepakati bahwa strategi adalah sebuah
cara atau proses yang digunakan organisasi untuk mencapai misinya.
yaitu sebagai cara untuk mencapai sebuah hasil akhir : ” Hasil akhir
menyangkut tujuan dan sasaran organisasi. Ada strategi yang luas untuk
keseluruhan organisasi dan strategi kompetitif untuk masingmasing aktivitas.
dipilih organisasi untuk diikuti dalam mencapai misinya”.
Mintzberg menawarkan lima kegunaan dari kata strategi, yaitu :
1) Sebuah rencana, suatu arah tindakan yang diinginkan secara sadar.
lawan atau kompetitor.
3) Sebuah pola, dalam suatu rangkaian kegiatan.
lingkungan.
16
(Sandra Oliver, 2007:2).
adalah “Alternatif optimal yang dipilih untuk ditempuh guna mencapai tujuan
relations plan).”
terkait erat, yakni sebagai berikut :
a. Komponen sasaran ( Satuan atau segmen yang akan digarap ).
(target public).
b. Komponen sarana ( Paduan atau bauran sarana untuk menggarap suatu
sasaran ).
17
yang menguntungkan. (Ruslan,2007:134)
2. Aspekaspek Strategi Humas
humas, yaitu :
a. Strategi operasional
dan nilainilai yang berlaku di masyarakat dari opini publik atau kehendak
masyarakat terekam pada setiap berita atau surat pembaca dan lain
sebagainya yang dimuat diberbagai media massa. Humas mutlak bersikap
mendengar (hear) tentang aspirasi yang ada dalam masyarakat.
b. Pendekatan persuasif dan edukatif
menghargai, pemahaman, toleransi dan lain sebagainya.
c. Pendekatan tanggung jawab sosial humas
memperoleh keuntungan bersama.
d. Pendekatan kerjasama
sasarannya). Hal ini dilakukan dalam rangka menyelenggarakan hubungan
baik dengan publiknya (community relation) dan untuk memperoleh opini
public serta perubahan sikap yang positif bagi kedua belah pihak (mutual
understanding).
e. Pendekatan koordinatif dan integratif
Tetapi peranannya yang lebih luas adalah berpartisipasi dalam menunjang
(Ruslan,1997:142)
langkahlangkah strategi sebagai berikut :
dan sasaran (goals).
perusahaan / lembaga dan kemampuan yang dimilikinya.
c) Penilaian terhadap lingkungan ekstern perusahaan / lembaga, baik dari
segi semangat kompetitif maupun secara umum.
melahirkan pilihanpilihan).
e) Identifikasi atas pilihan yang dikehendaki yang tidak dapat digenapi
untuk memenuhi tuntutan misi perusahaan/lembaga.
f) Pemilihan strategi atas obyektif jangka panjang dan garis besar strategi
yang dibutuhkan untuk mencapai obyektif tersebut.
yang selaras dengan obyektif jangka panjang dan garis besar strategi.
tersebut dengan SDM, struktur, tekhnologi dan sistem balas jasa yang
memungkinkan.
i) Review dan evaluasi atas halhal yang telah dicapai dalam setiap
dan sebagai input bagi pengambilan keputusan dimasa depan.
3. Macammacam Strategi
Para pelaku Humas (PR) dapat memilih strategi dengan memanfaatkan
macam strategi yaitu :
dampak tidak besar dan diperkirakan isu akan mereda dengan sendirinya.
situasi, membuat orang yang tidak tahu menjadi tahu. Jika terjadi suatu
tidak diberi wewenang penuh untuk mengatasinya.
2) Strategi Reaktif, dianjurkan jika gejala munculnya isu sudah mulai tampak
baik mengarah pada isu umum dan spesifik. Dampak perkiraan isunya
adalah dampak makin besar dan bila dibiarkan isu semakin tidak
membuat publik tenang dan menjernihkan masalah yang sebenarnya.
21
menyalahkan dan ketergantungan pada atasan sangat tinggi. Tidak mampu
muncul, apalagi upaya untuk menghadapinya (fight).
3) Strategi Aktif, dianjurkan isu sudah mengarah spesifik tentang individu,
yang cukup luas dan diperkirakan isu akan semakin membesar. Dan
diperkirakan dampak responnya adalah komentar akan meredakan suasana
menciptakan citra yang negatif.
4) Strategi Proaktif, dianjurkan jika isu masih laten namun potensial menjadi
isu sentral. Dampak perkiraan isunya adalah dampak isu laten berkembang
kearah yang agak sulit diduga. Dan dampak perkiraan responnya adalah
(Alifahmi, 1994:140).
penggunaannya, menurut Hari Lubis dalam Yosal Iriantara (2004:31) sebagai
berikut:
1) . Strategi Konsentrasi ( Concentration Strategy )
muncul akibat terlalu banyaknya jenis usaha yang dikelola.
2) . Strategi Stabilitas ( Stability Strategy )
Strategi ini pada dasarnya menjaga apa yang sudah ada, sehingga
dijalankan di bidang usaha yang poertumbuhannya rendah atau sama sekali
mendominasi pasar biasanya akan berupaya untuk menstabilkan pasar.
3) . Strategi Pertumbuhan ( Growth Strategy )
ingin dirinya menjadi besar. Dengan strategi ini, organisasi berupaya untuk
pasar. Strategi pertumbuhan dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
a. Integrasi Vertikal
pada jalur distribusi yang sama.
b. Integrasi Horizontal
23
memperbesar keuntungan,ukuran perusahaan dan pangsa pasar.
c. Diversifikasi
sehingga efisien.
satu proyek yang terlalu besar untuk dikerjakan sendiri.
4) . Retrenchment Strategy
secara efektif dan merasa terancam. Strategi ini memiliki 3 strategi dasar,
yaitu sebagai berikut :
a. Turnaround Strategy
24
jumlah karyawan, memperpendek jalur distribusi, dan mencari metode
baru yang bisa digunakan untuk memperbaiki kinerja. Jika ini berhasil,
maka organisasi selanjutnya menggunakan strategi pertumbuhan.
b. Divestment Strategy
organisasi semula. Ini dilakukan jika unit usaha itu tidak cocok berada
dalam organisasi atau karena kinerjanya jelek.
c. Liquidation Strategy
asetnya.
5) . Strategi Kombinasi ( Combination Strategy )
beberapa unit usaha yang lain dengan menggunakan strategi divestment pada
unit usaha yang merugi. Bisa juga dilakukan dengan merumuskan strategi
diversifikasi.
25
timbul tersebut merupakan suatu tantangan (opportunity) untuk siap dihadapi
dan bukan sebaliknya, merupakan suatu ancaman (threaten).
4. Unsur Strategi Komunikasi Public Relations
Banyak teori yang sudah diketengahkan para ahli, tetapi juga untuk
komunikasi adalah apa yang dikemukakan oleh Harold De Laswell yang
menjawab pertanyaan sebagai berikut : who says what in which channel to
whom with what effect ? atau siapa mengatakan apa dengan saluran apa
paradigma ini, maka ada enam unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang
berikut :
a. Who says ?, berkaitan dengan siapa yang mengatakan pesan ?
b. What ?, berkaitan dengan pesan apa yang dinyatakan ?
c. In which channel ?, berkaitan dengan media apa yang digunakan ?
d. To whom ?, berkaitan dengan kepada siapa pesan dinyatakan ?
26
e. With what effect ?, berkaitan dengan efek apa atau sasaran apa yang
diharapkan ? (Muslimin, 2004:28).
Ketrampilan berkomunikasi, baik melalui tulisan maupun lisan, adalah
salah satu upaya untuk membentuk opini atau menguasai pendapat umum
sesuai dengan apa yang diinginkan oleh komunikator. Hal ini dapat dicapai
melalui hubungan komunikasi dua arah yang efektif dengan teknik dan
metode tertentu, “what is communication and how to communicate ?”. Apa
dan bagaimana menguasai teknik atau cara berkomunikasi yang tepat dan baik
? Bagaimana memanfaatkan media sebagai sarana dalam teknik penyampaian
pesan ? Dalam bentuk teknologi apa ? Dengan bahasa lisan, tulisan, gambar,
yang akan membawa pesan kepada komunikan yang dituju secara efektif dan
efisien. (Muslimin, 2004:39).
E.3. Citra
1. Pengertian Citra
Citra adalah kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan
2002:114).
Bill Canton dalam Sukatendel (1990) mengatakan bahwa citra adalah “Image
: the impression, the feeling, the conception, which the public has of a
organizations”. “Citra adalah kesan, perasaan, ganbaran diri publik terhadap
27
organisasi / lembaga, kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu obyek,
atau organisasi (Soemirat,2004:111)
umumnya menikmati enam hal (Anggoro,2006:67) yaitu :
1. hubungan yang baik dengan pemuka masyarakat
2. hubungan yang positif dengan pemerintah setempat
3. resiko krisis yang lebih kecil
4. rasa kebanggan dalam organisasi dan diantara khalayak sasaran
eksternal
6. meningkatkan kesetiaan para staf perusahaan
beberapa jenis citra yang dikenal di dunia aktifitas hubungan masyarakat,
yaitu :
1. Citra cermin (mirror image),
bersangkutan, terutama para pimpinannya yang tidak percaya terhadap
terjadi justru mencerminkan “citra” negatifnya yng muncul.
2. Citra kini (current image),
Citra merupakan kesan yang baik yang diperoleh dari orang lain
tentang perusahaan atau organisasi atau hal lain yang berkaitan dengan
pengalaman dan informasi diterima yang kurang baik, sehingga dalam
posisi tersebut pihak humas/PR akan menghadapi resiko yang sifatnya
citra kini yang ditanggapi secara tidak adil atau bahakan kesan yang
negatif yang diperolehnya.
3. Citra keinginan (wish image),
Citra keinginan ini adalah seperti apa yang ingin dan dicapai oleh
dan diterima dengan kesan yang selalu positif diberikan (take and
give) oleh publiknya atau masyarakat umum.
4. Citra perusahaan (corporate image),
Jenis citra ini adalah yang berkaitan dengan sosok perusahaan sebagai
tujuan utamanya, bagaimana menciptakan citra perusahaan (corporate
dalam bidang marketing, dan hingga berkaitan dengan tanggung jawab
sosial (social care) dan sebagainya. Dalam hal ini pihak Humas/PR
berupaya bahkan ikut bertanggung jawab untuk mempertahankan citra
perusahaan agar mampu mempengaruhi harga sahamnya tetap bernilai
tinggi (liquid) untuk berkompetisi di pasar bursa saham.
5. Citra serbaneka (multiple image),
Citra ini merupakan pelengkap dari citra perusahaan di atas, misalnya
terhadap identitas, atribut logo, brand’s name, seragam (uniform) para
front liner, sosok gedung, dekorasi lobby kantor dan penampilan para
citra perusahaan (corporate image).
6. Citra penampilan (performance image),
tindakan kurang bersahabat.
prestasi yang hendak dicapai bagi dunia kehumasan atau public relations.
Pengertian citra itu sendiri abstrak (intangiable) dan tidak dapat diukur secara
sistematis, tetapi wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk,
umumnya. (Muslimin,2004:93)
2. Tolak Ukur Mencapai Sasaran Citra
negatif ) dapat di ukur dari beberapa target pokok yaitu :
1) Kepercayaan
publik atau masyarakat yang lebih luas, maka akan tercipta suatu citra
(image).
2) Realitas
oleh suatu lembaga atau organisasi bukan hanya tujuan khalayak atau
tanpa hasil nyata. Tetapi tujuan disini adalah realistis, jelas terwujud
khalayak publiknya.
3) Kerja sama
bisa tercapai dengn sukses dan menguntungkan semua pihak. Hal ini
semacam sirkulasi, suatu mekanisme sistem yang dimulai dari halhal
yang pokok sehingga menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
4) Mengikat semua pihak
32
Semua rencana yang telah dibuat dan disepakati harus konsisten dapat
dilaksanakan sampai tuntas dan berhasil. Hal ini merupakan komitmen
yang mengandung asas “konsensual” yang harus mengikat erat secara
dukungan dari para personel yang terlibat, baik publik internal maupun
publik eksternalnya. Rencana juga harus berorientasi pada suatu tujuan
tertentu dan menghasilkan sesuatu demi kepentingan bersama.
E.4. Strategi Humas dalam Mengubah Citra
Pemilihan suatu strategi yang paling baik untuk semua situasi memang
cukup sulit. Tiap situasi atau kasus membutuhkan pilihan strategi tersendiri.
Namun, bila suatu situasi yang seharusnya diatasi dengan strategi proaktif
negatif yang tetap membekas dalam benak publik. Memulihkan citra dari
negatif menjadi positif jauh lebih sulit daripada memulai dari situasi netral
menjadi citra positif.
kesehatan harus berpikir secara proaktif, kreatif, dan inovatif agar mampu
menghadapi persaingan di masa yang akan datang. Masyarakat sebagai salah
satu konsumen lembaga kesehatan sekarang ini lebih bisa berpikir kritis dan
sesuai dengan kondisi perubahan masyarakat sekarang ini.
terlebih dahulu diperhitungkan adalah :
a) Apakah tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan perencanaan yang
manajemen lembaga kesehatan?
b) Stategi apa dan bagaimana yang digunakan dalam perencanaan?
c) Apa program kerja yang akan dilakukan dan dijabarkan sesuai dengan
langkahlangkah yang telah dijadwalkan.
d) Menentukan anggaran atau dana yang sudah disiapkan serta daya
pendukung yang bersifat khusus. ( Zulkarnain,2006:34).
F. Definisi Konseptual
Definisi konseptual adalah batasan tentang pengertian yang diberikan peneliti
tentang variabelvariabel yang hendak di ukur, diteliti dan digali datanya.
konseptual adalah :
1) Strategi Humas
adalah alternatif optimal yang dipilih untuk ditempuh guna mencapai tujuan
humas dalam kerangka suatu rencana humas.
2) Rumah Sakit Jiwa
34
Menurut peneliti, pada dasarnya Rumah Sakit Jiwa adalah tempat rehabilitasi
bagi para pasien yang menderita gangguan kejiwaan, RSJ mempunyai tugas
untuk melaksanakan upaya kesehatan jiwa secara berdaya guna dan berhasil
guna dengan mengupayakan pelayanan kesehatan jiwa bagi masyarakat.
3) Citra Lembaga
Citra lembaga adalah tujuan utama pada suatu lembaga, kesan, perasaan,
sengaja diciptakan dari suatu obyek atau organisasi dan sekaligus merupakan
Relations. (Soemirat dkk,2004:111)
G. Metode Penelitian
1. Tipe dan Dasar Penelitian
untuk memahami fenomena dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kata
kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
generalisasi. (Moleong,2008:6)
2. Tempat & Waktu Penelitian
35
Lawang, Malang, Jawa Timur
3. Informan Penelitian
(Rulam,2005:46). Sumber yang dipilih adalah orang yang banyak mengetahui
dalam memperbaiki citra Rumah Sakit Jiwa di masyarakat . Syarat dari
khususnya di bagian kehumasan, dengan masa kerja maksimal 15 tahun dan
di RSJ Radjiman Wediodiningrat Lawang yaitu Heri Juwanto, SH.
Informan ini dipilih karena beliau telah memenuhi syarat dari informan
relevan jika informan ini yang dipilih karena berkaitan langsung dengan
citra rumah sakit jiwa.
36
4. Teknik Pengumpulan Data
adalah sebagai berikut :
4.1. Wawancara Mendalam
yang negatif dalam sebuah lembaga Rumah Sakit Jiwa. Wawancara ini
dengan Kepala bagian Humas RSJ.Dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang.
4.2. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data jenis ini digunakan untuk memperoleh data
data yang lain yang dapat mendukung datadata yang sudah diperoleh dari
lebih dalam lagi atau melengkapi datadata yang telah diperoleh sebelumnya.
5. Teknik Analisa Data
umum dan relatif menyeluruh tentang apa yang tercakup dalam fokus atau
37
penelitian yang diteliti. Menurut Moleong (2008:305), teknik analisis domain
digunakan untuk menganalisis gambarangambaran obyek riset secara umum
atau menganalisis di tingkat permukaan, namun relatif utuh tentang obyek
detail unsurunsur yang ada dalam keutuhan obyek riset tersebut.
Ada enam tahap yang dilakukan dalam analisis domain yaitu :
a) Memilih salah satu hubungan semantik untuk memulai dari sembilan
akibat, rasional, lokasi tempat bertindak, fungsi, alat tujuan, urutan dan
memberi atribut atau memberi nama.
b) Menyiapkan lembar analisis domain
c) Memilih salah satu sampel catatan lapangan yang dibuat terakhir, untuk
memulainya.
d) Mencari istilah acuan dan istilah bagian yang cocok dengan hubungan
semantik dari catatan lapangan.
habis.
f) Membuat daftar domain yang ditentukan ( teridentifikasi ).
( Moloeng,2008:305 )
menggunakan analisis taksonomi. Analisis taksonomi adalah analisis terhadap
Hasilnya dapat disajikan dalam bentuk diagram kontak, diagram garis dan
mampu membuat kesimpulan dari penelitian yang dilakukan.
6. Teknik Keabsahan Data
telah dikumpulkan. Teknik pemeriksaan yang digunakan dalam penelitian ini
memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data itu (Moelong,2008:330).
Hamidi, dalam bukunya Metode Penelitian Kualitatif, aplikasi Praktis
Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitian, menjelaskan tentang lima teknik
peneliti, triangulasi sumber, triangulasi situasi, dan triangulasi teori.
memilih cara triangulasi sumber, yaitu dengan membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan
alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif . Hal ini dapat dicapai dengan
berkaitan (Paton dalam Moleong,2007:330).