PENULIS
INDONESIA
JILID 9
15 Penulis
PARE-KEDIRI
2018
Ensiklopedi Penulis Indonesia Jilid 9
Penulis:
15 Penulis
ISBN: 978-602-335-340-8
Editor:
Tim FAM Publishing
Penyunting:
Tim FAM Publishing
Desain sampul:
Joko Mulato
Penata letak:
Fariz Hazim
Penerbit:
FAM Publishing
Redaksi:
Kediri, Jawa Timur
Layanan SMS: 0812 5982 1511
Email: adm_famindonesia@yahoo.com, aishiterumenulis@gmail.com
Web: www.famindonesia.com
Kata Pengantar
Selamat membaca!
PENERBIT
v
Jilid 8
Daftar Isi
1. Aksan Al-Bimawi...........................................................1
2. Angga Kusumadinata .................................................10
3. Danu Supriyati .............................................................18
4. E. Natasha .....................................................................24
5. Gendhuk Gandhes .......................................................45
6. Husni Mubarrok ..........................................................42
7. Mahmudiah ..................................................................56
8. Misbah Rajif Ibrahim ...................................................63
9. Muhammad Ilham Nur...............................................76
10. Nabila Balqis Mukhra .................................................86
11. Nardi ..............................................................................93
12. ............................................................................98
13. Rugi Astutik................................................................105
14. Tutuk Jatmiko .............................................................109
15. Yoza Fitriadi ...............................................................122
vi
Ensiklopedi Penulis Indonesia
Aksan Al-Bimawi
Aku dalam Dunia Literasi
1
Jilid 8
2
Ensiklopedi Penulis Indonesia
3
Jilid 8
4
Ensiklopedi Penulis Indonesia
5
Jilid 8
6
Ensiklopedi Penulis Indonesia
7
Jilid 8
melalui tulisan ini juga aku ingin mengajak kepada siapa pun
dan di manapun berada agar bisa menuangkan gagasan dan
pemikirannya dalam bentuk tulisan.
Kata orang sih apa pun makanannya minumannya teh
botol sosro, tapi buka itu yang aku maksudkan, aku ingin
mengatakan apapun profesi anda maka menulislah. kenapa
saya perlu juga mengajak anda?. Karena pada prinsipnya,
menulis bukanlah sebuah profesi baku dan kaku dalam setiap
aktivitas dan rutinitas kita. Menulis hanyalah berawal dari
kebiasaan untuk menulis apa saja dan dari mana saja walaupun
terlihat biasa-biasa saja. Ilmu agar tidak berlalu begitu saja
yang terdengar di telinga kita dan yang dibaca oleh kita maka
perlu bagi kita untuk menuliskannya, karena menulis menjadi
salah satu cara untuk mengikat ilmu dan pengetahuan yang
kita dapatkan.
Bagiku menulis tidak hanya terpaku pada profesi
tertentu, karena menulis bisa dilakukan oleh siapa pun dan
tanpa mengenal apapun profesi kita. Menulis juga tak perlu
membutuhkaan segudang teori, teorinya cukup sederhana
yaitu tulislah apa yang ‘didengarkan’ dan ‘diucapkan’.
Hanya saja yang terpenting menurut saya, jikalau kita mau
mempublis tulisan, alangkah baiknya tulisan kita dibaca ulang
berkali-kali, mulai dari ejaan kata, serta kata-kata dan kalimat
yang dituliskan tidak menyinggung SARA dan diusahakan
bisa bermanfaat buat orang lain. Jika tulisan bermanfaat buat
orang lain, maka menjadi ibadah buat kita (ibadah sosial).
Selain itu, menulis tentu tidak membutuhkan modal yang
susah apalagi sulit untuk dijangkau dan dibayarkan oleh kita.
Modal bagi siapa pun yang mau menulis hanyalah kemauan
untuk mencoba dan memulai melakoni aktivitas tulis menulis.
Sebagai kata penutup untuk mengakhiri tulisan ini, saya
8
Ensiklopedi Penulis Indonesia
9
Jilid 8
Angga Kusumadinata
Perjalanan “Sang Dengkul”
10
Ensiklopedi Penulis Indonesia
11
Jilid 8
12
Ensiklopedi Penulis Indonesia
13
Jilid 8
14
Ensiklopedi Penulis Indonesia
15
Jilid 8
16
Ensiklopedi Penulis Indonesia
17
Jilid 8
Danu Supriyati
Menjalin Persahabatan dengan
Penerbit Indie
18
Ensiklopedi Penulis Indonesia
19
Jilid 8
20
Ensiklopedi Penulis Indonesia
publisher
x Antologi kisah inspirasi Hujan Bercerita bersama penerbit
Harfeey
x Antologi kisah inspirasi The Power Inspirative Story
bersama penerbit diandra
x Antologi kisah inspirasi Empati Demi Surgawi bersama
Kaifa publishing
x Antologi puisi Forbidden Love bersama penerbit meta
kata
x Antologi puisi Satu Bingkai Rupa Warna bersama penerbit
camar
x Antologi puisi Tak Perlu Menjelma Mawar bersama
Mafaza Media
21
Jilid 8
22
Ensiklopedi Penulis Indonesia
23
Jilid 8
E. Natasha
Beautiful Mind
24
Ensiklopedi Penulis Indonesia
25
Jilid 8
26
Ensiklopedi Penulis Indonesia
&~
~
27
Jilid 8
28
Ensiklopedi Penulis Indonesia
29
Jilid 8
30
Ensiklopedi Penulis Indonesia
31
Jilid 8
~
>
&
&
&
32
Ensiklopedi Penulis Indonesia
&
&
#
~
*
&>
33
Jilid 8
Gendhuk Gandhes
Keinginan Kuat untuk Terus Menulis
34
Ensiklopedi Penulis Indonesia
35
Jilid 8
36
Ensiklopedi Penulis Indonesia
37
Jilid 8
38
Ensiklopedi Penulis Indonesia
39
Jilid 8
40
Ensiklopedi Penulis Indonesia
41
Jilid 8
Husni Mubarrok
Semakin Terbakar
42
Ensiklopedi Penulis Indonesia
belaka.
Bagaimana mungkin aku bisa menulis? Sementara
membaca saja aku tak suka. Itulah aku, potret diriku, sang
Husni Mubarrok, yang lahir 30 Juli 1980 tahun yang lalu. Sudah
bergelar sarjana sekian tahun, bergelut dengan siswa sekian
lama, mengajar dan mendidik mereka bahkan sehari-hari
sangat dekat dengan buku pelajaran. Iya, sangat dekat sekali,
bahkan setiap hari buku itu menemani tasku yang selalu aku
bawa saat menunaikan tugas menjadi guru di sekolah.
Menjadi guru adalah pilihanku, profesiku sejak 2004 tahun
yang lalu sejak aku lulus kuliah dari Universitas Brawijaya
Malang, di usia 24 tahun. Memang benar sih!, aku suka dunia
pendidikan, dunia yang mengharuskan aku bisa berbagi ilmu
dengan murid-muridku di sekolah.
Profesi guru, memang sejatinya harus suka membaca
dan tentu harus suka pula menulis. Namun ternyata, kedua
aktivitas primer itu tak selalu mengikutiku. Bagiku menulis
itu sangat susah, butuh waktu lama untuk hanya sekedar
membuat satu paragraf, apalagi memaksa membuat artikel
yang paragrafnya berlembar-lembar. Woow, pastinya
berhari-hari bahkan berminggu-minggu harus kuselesaikan.
Membaca, apalagi menulis bukanlah kebiasaanku saat itu.
Aku memang membaca, karena itu bagian dari tuntutan
profesi, tapi sekali lagi, yang aku baca hanya sekedar buku
pelajaran yang memang ku ampuh di sekolah, tak lebih dari
itu.
Jarang menulis karena memang berat. Tak terlalu suka
&
&
~
43
Jilid 8
44
Ensiklopedi Penulis Indonesia
45
Jilid 8
46
Ensiklopedi Penulis Indonesia
47
Jilid 8
nanti kalau sudah banyak, coba dikirim ke penerbit, saya punya kok
alamatnya, nanti saya kasih” jawab ustadz Adzi meyakinkanku.
Sanjungan ustadz Adzi itu betul-betul membikin aku
semakin percaya diri dan tak ciut nyali, “akhirnya, ada juga yang
memberi pujian atas tulisanku, dan hebatnya lagi dari sang penulis
yang sudah punya karya, wooh...subhanallah! Alhamdulillah”
ucapku dalam hati menghibur diri.
Meski setiap hari tak rutin menulis, paling tidak dalam
1 minggu, ada 1 atau 2 artikel yang berhasil aku selesaikan
untuk kemudian aku pasang pada mading sekolah. Inilah
komitmen yang tetap kujaga saat itu karena sebuah ambisi
mengikuti jejak ustadz Adzi yang mampu menghasilkan
karya buku.
Pada awalnya, komitmen ini terjaga dengan baik, akupun
rutin menulis bahkan dalam 1 hari mampu menyelesaikan 2
tema tulisan. Lantas bagaimana dengan kualitas tulisanku?,
apakah semakin bagus atau stagnan tanpa ada peningkatan?
Sudahlah, itu tak perlu kupikirkan, bagiku yang terpenting
aku berusaha menulis sebaik mungkin dan biarlah pembaca
yang menilainya. Karena aku percaya dengan kesungguhan
dan keistikamahan dalam menulis segalanya akan menjadi
lebih baik, termasuk pula perubahan kualitas tulisanku.
Saat spirit menulis sedang berada di puncak, pihak
yayasan-tempat kumengajar-memberikan aku kepercayaan,
sebuah jabatan sebagai wakil kepala sekolah bidang kurikulum
dan aku pun tak sanggup mengelaknya karena itu adalah
amanah yang harus kuterima dan kujalani dengan sebaik-
baiknya.
Sebagai wakil kepala sekolah, tugas dan kewajibanku
semakin banyak hingga aku pun tak mampu berbagi waktu
dengan aktivitas menulis. Bahkan karena kesibukan yang
48
Ensiklopedi Penulis Indonesia
49
Jilid 8
50
Ensiklopedi Penulis Indonesia
51
Jilid 8
lebih dari itu. Komitmen ini tetap kujaga dan kurawat hingga
terselesaikannya naskah itu.
Untuk meningkatkan kualitas tulisan dan menyemangati
diri. Biasanya aku berguru dengan cara berselancar di dunia
maya. Beranda teman-teman Facebook (FB) adalah sasaran
utamaku, terlebih teman-teman yang punya kapasitas sebagai
penulis. Melalui tulisannya yang kubaca pada beranda FB
mereka, aku jadi tahu dan semakin banyak belajar tentang
tulisannya dan tema-temanya. Bagaimana gaya menulisnya,
sejauhmana konsistensinya dalam memposting tulisan dan
sebagainya. Sungguh tak sia-sia berkawan dengan mereka.
Banyak yang saya kagumi pada teman-teman Facebook
saya, terkhusus mereka sebagai penulis. Selain berselancar di
dunia maya lewat tulisan-tulisan teman, membeli buku karya
mereka juga mulai ku rutinkan, tentu dengan melihat kocek
dan isi dompet pastinya. Hehe... Semua itu kulakukan demi
satu asa memompa semangat menulisku, sembari berproses
meningkatkan kualitas tulisan yang masih acak-acakan.
Untuk mempercantik dan memikat editor penerbit, supaya
kiriman naskah buku saya dilirik, maka pilihan testimoni dan
para endorsement harus tepat. Akhirnya kupilih beberapa
penulis yang sudah kukenal dan sudah malang melintang
dengan karya-karya hebatnya. Dan itu semuanya, kulakukan
dengan penuh harap semoga naskah buku saya kembali
berjodoh dan disambut dengan baik layaknya calon mertua
menyambut datangnya sang menantu idaman yang sedang
melamar putrinya. Mantap...
Beberapa bulan setelah naskah kukirim ke penerbit,
sembari menunggu hasil seleksi. Akupun kembali mengikuti
event kepenulisan, namun event kali ini adalah penerbitan
buku antologi. Karena tertarik dan ingin mengabadikan
52
Ensiklopedi Penulis Indonesia
53
Jilid 8
luar biasa. Sungguh ini karunia Tuhan yang tak ternilai yang
wajib kusyukuri atas takdir-Nya mempertemukanku dengan
mereka para penulis hebat di SPN.
Diawal ramadhan 1438 H, sebuah kabar gembira kembali
menyapa naskah buku soloku yang kedua yang berjudul “Ceruk
Motivasi Siswa: Sebuah Catatan dari Sang Guru demi Meledakkan
prestasi” yang beberapa bulan lalu kukirim, akhirnya kembali
lolos dan diterima oleh penerbit mayor yang berbeda dari
buku yang pertama. “Berkah ramadhan, sungguh ini berkah
ramadhan” ucapku dalam hati saat itu sembari terharu dan
langsung sujud syukur.
Kini, setelah proses itu kulalui dengan berbagai dinamika,
baik suka maupun duka. Suka karena naskah diterima dan
terpampangnya karya-karyaku pada rak-rak toko buku dan
duka karena proses itu juga terbalut dengan cucuran keringat,
derai air mata, ataupun respon yang terkadang kurang
bersahabat. Namun bagiku, berbagai rintangan dan cobaan
itu sudah menjadi hal yang wajar, dan pastinya ada di setiap
proses meraih asa dan cita-cita.
Aku pun terus menulis dan menulis. Berproses menjadi
penulis yang tak pernah lelah berhenti untuk terus belajar
meski lelah mendera kerap menyapa. Kini naskah buku solo
selanjutnya siap digarap serta berbagai event kepenulisan
buku antologi juga siap dirampungkan.
Ayo sahabat yang diluar sana, yang juga punya cita, yang
juga punya asa, dan juga punya gairah dan mimpi untuk jadi
penulis. Teruslah menulis dan menulis. Jangan patah arang
dan semangat, cobaan itu biasa, rintangan itu pastinya ada,
ingatlah manisnya, kenanglah bahagianya. Bukahkah engkau
senang, saat karyamu dibaca dan dinikmati banyak orang?.
Bukahkah engkau bahagia, saat karyamu diambil manfaat dan
54
Ensiklopedi Penulis Indonesia
55
Jilid 8
Mahmudiah
Riwayat Hidup dan Perjalananku
dalam Dunia Literasi Fiksi
56
Ensiklopedi Penulis Indonesia
57
Jilid 8
58
Ensiklopedi Penulis Indonesia
59
Jilid 8
60
Ensiklopedi Penulis Indonesia
~
'%'*
>
61
Jilid 8
62
Ensiklopedi Penulis Indonesia
63
Jilid 8
64
Ensiklopedi Penulis Indonesia
65
Jilid 8
66
Ensiklopedi Penulis Indonesia
67
Jilid 8
68
Ensiklopedi Penulis Indonesia
69
Jilid 8
70
Ensiklopedi Penulis Indonesia
sosial.
Saat itu ia memang sangat kebingungan. Ditambah
lagi, ketika mengetik cerpen tersebut langsung ke jendela
pembuatan post baru, melalui ponselnya yang hanya
mencangkup 5000 karakter. Dan itu kurang. Cerpennya
ternyata lebih panjang dari yang ia perkirakan. Ia tak ingin ini
71
Jilid 8
~ >
*
~
&
72
Ensiklopedi Penulis Indonesia
73
Jilid 8
74
Ensiklopedi Penulis Indonesia
75
Jilid 8
Riwayat Hidup
Aku lahir pada tanggal 22 Mei 1992 di Desa Senoni
Kecamatan Sebulu Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi
Kalimantan Timur. Sebuah desa yang begitu tenang dan
harmonis dari hiruk pikuk kehidupan perkotaan, desa yang
mengalir di depannya sebuah sungai terpanjang ke dua di
Indonesia, sungai Mahakam namanya. Aku dibesarkan oleh
keluarga sederhana, sebagaimana keluarga pada umumnya,
yang dihiasi dengan perhatian dan kasih sayang oleh
Ayah dan Ibuku. Aku adalah anak pertama dari 3 saudara,
membuatku harus memberi teladan terbaik bagi adik-adikku
di masa mendatang.
Aku adalah anak yang beruntung, bersyukur kepada
Allah, kepada Ayah dan Ibuku yang telah memberikan
kesempatan untuk menempuh pendidikan mulai dari jenjang
SD, Mts, MA hingga Perguruan Tinggi. Pendidikan SD
pada tahun 1998-2004 aku habiskan waktu 6 tahun itu pada
76
Ensiklopedi Penulis Indonesia
Awal Menulis
Awal mulanya kecintaanku pada dunia literasi adalah
saat mengikuti lomba Musabaqah Makalah Al-Qur’an (MMQ)
tingkat Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2012 silam.
Seorang sahabat merekomendasikan aku untuk masuk dalam
dunia literasi berbasis Al-Qur’an. Tentu ini adalah sesuatu
yang baru dan mendapat tantangan tersendiri di mana
kualitas tulisan harus berdasarkan dalil yang terdapat di
dalam Al-Qur’an dan hadits. Sempat pesimis mengikuti lomba
ini mengingat untuk menjadi terbaik 1 harus mengalahkan
setidaknya 18 kecamatan lain. Kesempatan langka ini aku
pergunakan dengan sebaik mungkin agar makalah yang
dibuat berbobot dan mendapatkan nilai terbaik dari dewan
hakim.
Setelah berjuang sepenuh jiwa untuk menulis sebaik
mungkin, mau tidak mau aku harus membaca sebanyak
mungkin materi dan referensi sesuai dengan tema yang telah
dibuat panitia. Yang membuat pertandingan ini terasa spesial
77
Jilid 8
dari event sejenis adalah alat untuk menulis makalah ini bukan
menggunakan laptop/komputer, melainkan menggunakan
mesin ketik. Bukan karena event ini jadul maupun ketinggalan
zaman tetapi mengharuskan semua peserta memperhatikan
isi tulisan juga benar-benar memperhatikan kerapian tulisan.
Juga untuk menghindari praktik copas (copy paste) tulisan
yang bisa dilakukan pada komputer. Sungguh tidak mudah
menggunakan mesin ketik, di samping suara setiap ketikan
yang dihasilkan nyaring, juga tintanya sangat mudah rusak
dan cepat habis.
& &
&
>
~
&&
&&
~&
78
Ensiklopedi Penulis Indonesia
79
Jilid 8
Suka:
1. Aku menikmati setiap kata yang keluar dari dunia ide
di kepalaku ke dunia nyata pada papan keyboard laptop
2. Saat ide datang, maka menulis menjadi lebih mudah
dan mengalir ibarat derasnya aliran sungai
3. Rasa bahagia dan bangga manakala bisa menyelesaikan
naskah buku yang telah aku teargetkan sebelumnya
4. Bahagia dan bersyukur mendapat kabar bahwa naskah
kita diterima penerbit
5. Nama kita tercantum pada cover buku
6. Mendapat dukungan dari keluarga tercinta menjadikan
hati lebih On Fire lagi dalam menulis
80
Ensiklopedi Penulis Indonesia
Duka:
1. Tidak menikmati proses kepenulisan, sehingga apa
yang aku ketik terkadang tidak sinkron dengan outline
yang sudah dibuat
2. Ada kalanya ide itu tidak datang, bahkan terkadang
stagnan, mentok tidak dapat dikembangkan lagi
3. Menulis buku itu memerlukan proses yang lama, mulai
dari pencarian ide, penggarapan, review penerbit
selama 2-4 bulan, editing 1-2 bulan hingga buku kita
benar-benar terbit.
4. Diperlukan kesabaran tinggi dan melatih mengendalikan
emosi seorang penulis
5. Menulis yang tidak sesuai bidang akan berdampak pada
tidak jelasnya tujuan kita menggarap tulisan
6. Menulis hanya mengandalkan mood sedang baik. Saat
mood sedang buruk sedang dan malas mengakibatkan
naskah tidak akan tersentuh
7. Harus bersiap menerima terhadap penolakan dari
penerbit
8. Pesimis naskah yang ditulis merupakan naskah jelek
dan tidak layak untuk dibaca banyak orang.
81
Jilid 8
82
Ensiklopedi Penulis Indonesia
83
Jilid 8
Cita-Cita Mulia
Aku memiliki cita-cita mulia agar bisa menyelesaikan
10 naskah buku pada tahun 2017 dan 15 naskah pada tahun
2018 mendatang. Bukan sekedar untuk gaya-gayaan, namun
cita-cita tersebut menjadi pelecut bagiku agar lebih semangat
menulis buku. Saat ini terdapat beberapa ide menarik
yang ingin aku tulis dalam sebuah buku. Aku menghargai
setiap proses kepenulisan yang aku jalani, bahwa tidaklah
menuliskan ide yang muncul pada pikiran. Diperlukan trial
and error terus menerus agar tulisanku benar-benar rapi dan
&
=
>
84
Ensiklopedi Penulis Indonesia
85
Jilid 8
86
Ensiklopedi Penulis Indonesia
87
Jilid 8
88
Ensiklopedi Penulis Indonesia
89
Jilid 8
90
Ensiklopedi Penulis Indonesia
91
Jilid 8
92
Ensiklopedi Penulis Indonesia
Nardi
Menulis adalah Nutrisi Jiwa
93
Jilid 8
94
Ensiklopedi Penulis Indonesia
95
Jilid 8
96
Ensiklopedi Penulis Indonesia
97
Jilid 8
Rofi’ah
Menulis adalah Naluriku
suami istri asal kota Blitar pada 20 Juli 1991 Islam. Nama
yang menjadikanku sosok tangguh dan berharap menjadi
kembanggaannya kelak. Aku terlahir dari ayah bernama
Imanudin dan ibuku Muti’ah. Sejak berumur tujuh bulan
aku tinggal bersama nenekku, karena orang tuaku memilih
bekerja dan bersomisili di pulau Bali. Meski tanpa memiliki
saudara kandung tak membuatku menjadi sosok anak manja,
karena nenek dan kakekku selalu mengajarkan tentang hidup
sederhana dan mandiri.
Tidak sedikit yang mengatakan hidupku sempurna,
apa yang ingin ku nikmati selalu ada. Namun ajaran sejak
kecil telah tertanam dalam diri bahwa kemewahan bukan
segalanya. Selayaknya anak kecil seusiaku, kasih sayang
orang tua seharusnya menjadi faktor utama pertumbuhanku.
98
Ensiklopedi Penulis Indonesia
&
99
Jilid 8
100
Ensiklopedi Penulis Indonesia
101
Jilid 8
Baliau selalu bilang “Tulis apa yang kamu bisa tulis, lihat,
baca, dan dengarkan apa yang ada di hadapanmu, dan hargai
setiap karya seseorang yang mampu membuatmu terus
semangat menggali mimpi dengan hati dan ketulusan jiwamu,
maka suatu hari nanti karyamu akan mereka temui”. Kata itu
mampu membuatku bangkit hingga saat ini.
Motivasi terbesar untukku adalah kata dari seorang
ibu. Menulis bukanlah mencari like paling banyak, menulis
bukanlah mencari follower jutaan, menulis bukanlah
~
&
102
Ensiklopedi Penulis Indonesia
103
Jilid 8
104
Ensiklopedi Penulis Indonesia
Rugi Astutik
Riwayat Hidup
105
Jilid 8
106
Ensiklopedi Penulis Indonesia
107
Jilid 8
108
Ensiklopedi Penulis Indonesia
Tutuk Jatmiko
Melacak Jejak yang Terserak
109
Jilid 8
110
Ensiklopedi Penulis Indonesia
111
Jilid 8
>
&
&
>
Z
112
Ensiklopedi Penulis Indonesia
113
Jilid 8
114
Ensiklopedi Penulis Indonesia
115
Jilid 8
116
Ensiklopedi Penulis Indonesia
117
Jilid 8
118
Ensiklopedi Penulis Indonesia
119
Jilid 8
120
Ensiklopedi Penulis Indonesia
121
Jilid 8
Yoza Fitriadi
Ensiklopedia Penulis
122
Ensiklopedi Penulis Indonesia
123
Jilid 8
124
Ensiklopedi Penulis Indonesia
125
Jilid 8
kebiasaan. Bila dulu ada rekan-rekan satu kost atau satu kelas
yang berlomba-lomba menjadi yang terbaik di dunia karya
tulis ilmiah, maka hari ini hanya ada anak-anak berseragam
putih abu-abu dengan segudang tabiatnya.
Bila kemarin ada rekan-rekan satu organisasi yang
berpacu menuangkan gagasannya dalam opini atau artikel
ilmiah. Maka hari ini hanya ada beberapa orang siswi yang
datang untuk curhat tentang kegalauan mereka.
Maka jadilah hari berganti hari tanpa karya, bulan berganti
bulan tanpa inovasi, dan tahun berganti tahun tanpa inspirasi.
Meski ada beberapa perlombaan kepenulisan dengan tema
guru dan kependidikan namun semangat yang masih hampa
membuat berita itu hanya menjadi angin lalu saja. Hingga
semua mulai berubah saat membaca sebuah tautan event
menulis cerpen di akun sosial media facebook milikku.
Itu kurang lebih terjadi pada bulan april 2015 lalu. Sebuah
pengumuman event menulis cerpen bertema pendidikan
dalam rangka menyambut hari pendidikan nasional oleh
sebuah penerbit indie. Penasaran untuk mencoba sesuatu
yang baru memaksaku untuk mulai kembali menekan tuts
keyboard laptop guna membuat sebuah cerpen. Ya sebuah
cerpen, sesuatu yang mungkin terakhir kali kurjakan saat
masih bersekolah di MAN dulu.
Berbekal pengalaman pribadi dengan sedikit bumbu
akhirnya jadilah naskah cerpen berjumlah 5 halaman bertema
pendidikan. Sebuah cerpen perdana yang kubuat setelah
sekian lama vakum dari dunia literasi. Tak ada target apa-apa,
hanya sekedar iseng dan mengisi kejenuhan saat jam kosong
di sekolah.
Alhamdulillah dari 115 naskah yang masuk, karya aku
berhasil menjadi 15 kontributor terpilih sekaligus menjadi
126
Ensiklopedi Penulis Indonesia
127
Jilid 8
128