Anda di halaman 1dari 15

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Peran Serta Kader Posyandu

2.1.1 Pengertian Peran

Peran adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan individu dalam

masyarakat sebagai organisasi, peran juga dapat diartikan sebagai perikelakuan

individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat (Soejono Sokanto, 2000).

Peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan seseorang, apabila

seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya

maka orang yang bersangkutan menjalankan suatu peranan (Yasyin,1999).

Peran juga dapat diartikan seperangkat tingkat yang diperankan oleh orang

yang berkedudukan dalam masyarakat (Pusat Pembinaan Pengembangan Bahasa,

1984). Menurut Balai Pustaka (1992) peran adalah suatu tindakan yang dilakukan

oleh seseorang atau lembaga dalam suatu peristiwa.

Peran menunjuk pada organisasi tindakan dalam suatu tipe hubungan

interaksi khusus. Dua dimensi peran adalah: kewajiban dan hak. Tindakan yang

diharapkan akan dilaksanakan oleh seseorang merupakan kewajiban suatu peran,

tindakan atau respon orang lain merupakan hak. Konsep peran dihubungkan

dengan konsep status. Dalam pengunaan ini status hanya menunjuk pada posisi

seseorang dalam suatu hubungan interaksi, bukan pada prestise yang terdapat pada

seseorang. Sehingga peran-status adalah satuan struktural yang paling mendasar

sebagai syarat fungsional yang harus dipenuhi (Sofyan Cholid, 2009).

Universitas Sumatera Utara


Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa peran adalah

suatu rangkaian tugas yang dilakukan seseorang berdasarkan kedudukannya di

dalam masyarakat.

Peran serta merupakan suatu bentuk perilaku nyata. Oleh karena itu kajian

mengenai faktor yang mempengaruhi peran sama dengan faktor yang

mempengaruhi perilaku. Dengan demikian peran dipengaruhi oleh faktor

pengetahuan dan sikap, pengalaman, keyakinan, sosial, budaya dan sarana fisik.

Pengaruh atau rangsangan itu bersifat internal dan eksternal dan diklasifikasikan

menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku. Menurut Lawrence Green meliputi

faktor predisposisi (predisposing factors), faktor pemungkin (enabling factors),

dan faktor pendorong (reinforcing factors). Faktor predisposisi merupakan faktor

internal yang ada pada diri individu, keluarga, kelompok atau masyarakat yang

mempermudah individu untuk berperilaku seperti pengetahuan, sikap, nilai,

persepsi, dan keyakinan. Faktor pemungkin adalah faktor yang memungkunkan

berperilaku, tersedianya sumberdaya, keterjangkauan, rujukan, dan keterampilan.

Faktor penguat merupakan faktor yang menguatkan perilaku, seperti sikap dan

keterampilan, teman sebaya, orangtua, dan majikan (Suliha, 2002).

Selain itu peran juga dipengaruhi berbagai faktor dibawah ini terkait

dengan pengetahuan yang harus dimiliki sebagai sumber peran. Faktor tersebut

meliputi :

1. Pendidikan.

Pendidikan berarti bimbingan yang di berikan seseorang pada orang lain

terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa

Universitas Sumatera Utara


semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima

informasi, dan pada akhimya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.

Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai

yang baru diperkenalkan.

2. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman

dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara fidak langsung.

3. Umur

Umur dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada

aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada

empat kategori perubahan pertama, perubahan ukuran, kedua, perubahan proporsi,

ketiga, hilangnya ciri-ciri lama, keempat, timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi

akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir

seseorang semakin matang dan dewasa.

4. Minat

Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap

sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan

pada akhimya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

5. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam

berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang

baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap

Universitas Sumatera Utara


obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis timbul kesan yang sangat

mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhimya dapat pula

membentuk sikap positif dalam kehidupannya.

6. Kebudayaan

Lingkungan sekitar, kebudayaan dimana kita hidup dan di besarkan

mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukkan sikap kita. Apabila dalam

suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka

sangat mungkin masyarakat sekitarya mempunyai sikap untuk selalu menjaga

kebersihan lingkungan, karena lingkungan sangat berpengaruh dalam

pembentukkan sikap pribadi atau sikap seseorang (Saifuddin A, 2002) dalam

(Mubarak, dkk, 2007).

7. Informasi

Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang

memperoleh pengetahuan yang baru. (Mubarak, dkk, 2007).

2.1.2 Pengertian Kader Posyandu

Kader adalah istilah umum yang dipergunakan untuk tenaga-tenaga yang

berasal dari masyarakat, dipilih oleh masyarakat dan bekerja bersama masyarakat

dan untuk masyarakat secara sukarela (Zulkifli, 2003).

Kader posyandu adalah seorang yang karena kecakapannya atau

kemampuannya diangkat, dipilih dan atau ditunjuk untuk memimpin

pengembangan posyandu disuatu tempat atau desa (Depkes, 2008). Setiap warga

keluarahan setempat laki-laki maupun perempuan yang bisa membaca dan

Universitas Sumatera Utara


menulis huruf latin, mempunyai waktu luang, memiliki kemampuan dan mau

bekerja sukarela dengan tulus ikhlas bisa menajdi kader (Rahaju, 2005).

2.1.3 Posyandu

Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan

kesehatan dan keluarga berencana. Sasaran posyandu adalah bayi, balita, ibu

hamil, ibu menyusui dan PUS (Pasangan Usia Subur).

Adapun tujuan posyandu adalah:

a. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, balita dan angka kelahiran.

b. Meningkatkan pelayanan kesehatan Ibu untuk menurunkan IMR (Infant

Mortality Rate).

c. Mempercepat diterimanya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia

Sejahtera).

d. Peningkatan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih

teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat.

e. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan

kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang sesuai kebutuhan.

Pelaksana kegiatan posyandu adalah anggota masyarakat yang telah dilatih

menjadi kader kesehatan setempat dibawah bimbingan Puskesmas. Sedangkan

pengelola posyandu adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal

dari kader PKK, tokoh masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan

yang ada di wilayah tersebut ( Efendi,1998) .

Universitas Sumatera Utara


Persyaratan menjadi kader posyandu menurut Zulkifli (2003) adalah dapat

membaca dan menulis dengan bahasa Indonesia, secara fisik dapat melaksanakan

tugas-tugas sebagai kader, berwibawa, mempunyai penghasilan sendiri dan

tinggal tetap di desa yang bersangkutan. Selain itu kader yang dipilih adalah

orang-orang yang aktif dalam kegiatan – kegiatan sosial maupun pembangunan

desanya, serta dikenal masyarakat dan dapat bekerjasama dengan masyarakat

calon kader lainnya.

dr. Ida Bagus (2003), mempunyai pendapat lain mengenai persyaratan bagi

seorang kader antara lain adalah warga yang bisa membaca dan menulis,

merupakan penduduk yang tinggal di desa tersebut, berasal dari masyarakat

setempat dan diterima oleh masyarakat setempat, tidak sering meninggalkan

tempat untuk waktu yang lama serta masih cukup waktu bekerja untuk masyarakat

disamping mencari nafkah lain.

Dari persyaratan-persyaratan yang diutamakan oleh beberapa ahli diatas

dapatlah disimpulkan bahwa kriteria pemilihan kader kesehatan antara lain,

sanggup bekerja secara sukarela, mendapat kepercayaan dari masyarakat dimana

perilakunya menjadi panutan masyarakat, memiliki jiwa pengabdian yang tinggi,

mempunyai penghasilan tetap, pandai baca tulis, sanggup membina masayrakat

sekitarnya.

Pelaksanaan kegiatan posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang

ditentukan oleh kader dan petugas puskesmas. Hari bukanya ditentukan

berdasarkan kesepakatan masyarakat dan pelaksana, bisa bedasarkan hari ataupun

tanggal. Yang diutamakan adalah waktu yang ditentukan sasaran posyandu bisa

Universitas Sumatera Utara


hadir sebanyak-banyaknya. Di dalam posyandu dilakukan pelayanan masyarakat

dengan sistem 5 meja, yaitu:

Meja I : Pendaftaran.

Meja II : Penimbangan

Meja III : Pengisian KMS

Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS.

Meja V : Pelayanan KB & Kes, seperti: imunisasi, pemberian vitamin A,

pembagian pil atau kondom, pengobatan ringan, dan konsultasi

KB.

Petugas pada Meja I s/d IV dilaksanakan oleh kader posyandu sedangkan Meja V

merupakan meja pelayanan paramedis (Jurim, Bindes, perawat dan petugas KB).

2.1.4 Peran Kader Posyandu

Kader posyandu bertanggung jawab terhadap masyarakat setempat serta

pimpinan-pimpinan yang ditunjuk oleh pusat pelayanan kesehatan. Diharapkan

mereka dapat melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para pembimbing

dalam jalinan kerjasama dari sebuah tim kesehatan (Heru, 1995).

Peran serta atau keikutsertaan kader Pos Pelayanan Terpadu melalui

berbagai organisasi dalam upaya mewujudkan dan meningkatkan pembangunan

kesehatan masyarakat desa harus dapat terorganisir dan terencana dengan tepat

dan jelas. Beberapa hal yang dapat atau perlu dipersiapkan oleh kader seharusnya

sudah dimengerti dan dipahami sejak awal oleh kader posyandu. Karena disadari

atau tidak keberadaan posyandu adalah sebuah usaha untuk meningkatkan

Universitas Sumatera Utara


kesejahteraan masyarakat. Upaya posyandu yang telah ada dan telah berjalan

selama ini mampu lebih ditingkatkan dan dilestarikan (Rachman, 2005).

Tugas kegiatan kader akan ditentukan, mengingat bahwa pada umumnya

kader bukanlah tenaga profesional melainkan hanya membantu dalam pelayanan

kesehatan. Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik

menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan.

Peranan kader dalam kegiatan posyandu sangat besar. Menurut Depkes RI

(2000) ada dua peran kader yaitu:

1. Peran kader saat posyandu (sesuai dengan sistem lima meja) adalah:

a. Melaksanakan pendaftaran (pada meja I)

b. Melaksanakan penimbangan bayi balita (pada meja II)

c. Melaksanakan pencatatan hasil penimbangan (pada meja III)

d. Memberikan penyuluhan (pada meja IV)

e. Memberi dan membantu pelayanan yang dilakukan oleh petugas puskesmas

(pada meja V)

2. Peran kader di luar posyandu adalah:

a. Menunjang pelayanan KB, KIA, imunisasi, gizi dan penanggulangan diare.

b. Mengajak ibu-ibu untuk datang pada hari kegiatan posyandu.

c. Menunjang upaya kesehatan lainnya yang sesuai dengan permasalahan

yang ada, seperti pemberantasan penyakit menular, penyehatan rumah,

pembersihan sarang nyamuk, pembuangan sampah, penyediaan sarana air

bersih,menyediakan sarana jamban keluarga, pemberian pertolongan

pertama pada penyakit, P3K dan dana sehat.

Universitas Sumatera Utara


Kader posyandu tidaklah bekerja dalam suatu ruangan yang tertutup, namun

mereka itu bekerja dan berperan sebagai seorang pelaku dari sebuah sistem

kesehatan, karena itulah mereka harus dibina, dituntun serta didukung oleh para

pembimbing yang lebih terampil dan berpengalaman (WHO, 1995). Hal ini

bertujuan agar kader posyandu dapat melakukan fungsinya dengan baik.

Kader posyandu seyogyanya membantu pemerintah daerah setempat dan

masyarakat setempat untuk mengambil inisiatif dan harus memperlihatkan adanya

kemauan untuk setiap kegiatan yang berkaitan dengan upaya membangun

masyarakat. Seyogyanya para kader kesehatan posyandu itu selalu

mempertimbangkan tentang apa yang dapat diselesaikan di wilayah tersebut

dengan menggunakan sumber daya lokal milik masyarakat setempat, dan tentu

saja dalam batas biaya yang masih dapat dicapai oleh masyarakat setempat pula

(Heru, 1995).

2.2 Upaya Peningkatan Status Gizi Balita

Gizi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dan

hubungannya dengan kesehatan optimal. Sedangkan menurut WHO menyatakan

bahwa gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus

kehidupan. Status gizi adalah keadaan sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2005). Status gizi digunakan untuk

mengetahui kesehatan anak.

Permasalahan gizi di Indonesia merupakan masalah yang cukup berat dan

komplit, pada hakekatnya disebabkan keadaan ekonomi yang kurang dan

kurangnya pengetahuan tentang nilai gizi dari makanan yang ada. Upaya

Universitas Sumatera Utara


peningkatan status gizi pada balita di posyandu dilaksanakan oleh kader posyandu

di lingkungan tersebut dengan dibantu pihak puskesmas setempat. Upaya

peningkatan gizi balita oleh kader posyandu dapat dilihat pelaksanaanya melalui

sistem 5 meja dalam posyandu, yaitu:

1. Pendaftaran (Meja I)

Pada meja pendaftaran, peran kader adalah mencatat data balita yang datang

ke posyandu, yaitu nama balita, umur balita, dan nama orangtua balita. Buku

catatan ini akan memberikan gambaran kehadiran balita selama posyandu

dilaksanakan. Dari buku catatan kehadiran ini dapat diketahui balita yang aktif

dan yang tidak aktif mengikuti posyandu setiap bulannya. Jika balita kurang

aktif mengikuti posyandu, maka kader akan memberikan motivasi kepada ibu

balita agar rajin membawa balitanya setiap posyandu dilaksanakan.

2. Penimbangan ( Meja II)

Setelah dilakukan pendataan pada meja pendaftaran, kemudian balita akan

ditimbang oleh kader posyandu. Penimbangan berat badan merupakan kegiatan

rutin posyandu yang berfungsi memantau pertumbuhan balita yang dilakukan

setiap bulannya. Di dalam melakukan penimbangan berat badan balita perlu suatu

keterampilan tersendiri oleh petugas, agar dapat melakukan penimbangan secara

benar sehingga tidak menyebabkan kesalahan dalam interpretasi status gizi.

Keterampilan kader dalam melakukan penimbangan dapat dinilai berdasarkan

ketepatan dan ketelitiannya dalam melakukan penimbangan atau yang disebut

presisi dan akurasi. Presisi adalah kemampuan mengukur subjek yang sama secara

berulang-ulang dengan kesalahan yang minimum. Sedangkan akurasi adalah

Universitas Sumatera Utara


kemampuan untuk mendapatkan hasil yang sedekat mungkin dengan hasil yang

diperoleh penyelia (Deswarni Idrus dan Gatot Kunanto 1990 dalam Supariasa,

2002).

Adapun tahapan dalam penimbangan balita di posyandu yaitu sebagai


berikut:

1) Menggantungkan dacin pada dahan pohon atau palang rumah atau penyangga
yang lain

2) Memeriksa apakah dacin sudah tergantung dengan kuat

3) Meletakkan bandul geser pada angka 0 (nol) sebelum dipakai

4) Memasang sarung timbang/celana timbang/kotak timbang pada dacin

5) Menyeimbangkan dacin yang sudah dibebani sarung timbang/kotak timbang

6) Melakukan penimbangan pada anak

7) Menentukan berat badan anak dengan membaca angka di ujung bandul geser

8) Mencatat hasil penimbangan di secarik kertas sebelum ditulis di KMS

9) Sebelum anak diturunkan, menggeser bandul geser ke angka 0 (nol) dan

meletakkan batang dacin dalam tali pengaman.

3. Pencatatan (Meja III)

Pada meja pencatatan, peran kader posyandu adalah memindahkan hasil

penimbangan kedalam KMS balita. KMS balita memberikan gambaran keadaan

balita,yaitu status gizi balita. Di dalam KMS berat badan balita hasil penimbangan

ditandai dengan titik dan dihubungkan dengan garis sehingga membentuk garis

pertumbuhan anak. Berdasarkan garis pertumbuhan ini dapat dinilai apakah berat

badan anak hasil penimbangan 2 bulan berturut-turut , Naik (N) atau Tidak naik

Universitas Sumatera Utara


(T). Berdasarkan grafik ini, kader posyandu harus memperhatikan apakah balita

berada di garis merah, dibawah garis merah atau di atas garis merah. Hal ini

berguna untuk pemberian penyuluhan yang akan diberikan oleh kader posyandu

pada meja selanjutnya kepada ibu balita sesuai dengan kebutuhan balita pada saat

itu.

4. Penyuluhan (Meja IV)

Pada meja penyuluhan ini, kader posyandu memberikan informasi yang

penting kepada ibu balita. Informasi yang diberikan dapat berupa masalah-

masalah gizi balita yang sering terjadi serta upaya-upaya yang dilakukan untuk

meningkatkan status gizi balita. Melalui konseling/ penyuluhan gizi, pengunjung

posyandu dengan bimbingan kader diharapkan dapat mengenali dan mengatasi

masalah gizi yang dihadapi dan terdorong untuk mencari dan memilih cara

pemecahan masalah gizi secara mudah sehingga dapat dilaksanakan secara efektif

dan efisien.

Masalah-masalah gizi balita yang sering terjadi anatara lain:

a. Penyakit Kurang Energi Protein

Kurang energi protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan

rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga

tidak memenuhi angka kebutuhan gizi (AKG). Penyakit kurang energi protein

ini ditandai dengan anak tampak kurus, cengeng, rewel, pandangan mata sayu,

wajah membulat dan sembab.

Universitas Sumatera Utara


b. Defisiensi Vitamin A

Penyakit ini disebabkan karena kekurangan konsumsi vitamin A dalam tubuh.

Sebagian besar vitamin A disimpan didalam hati. Sumber vitamin A (retinol)

terutama terdapat pada minyak ikan, hati, kuning telur, mentega dan krim.

Sayuran berdaun hijau dan sayuran berwarna kuning mengandung karoten

(misalnya beta-karotin), yang secara perlahan akan diubah oleh tubuh menjadi

vitamin A. Gejala pertama dari kekurangan vitamin A biasanya adalah rabun

senja. Kemudian akan timbul pengendapan berbusa (bintik Bitot) dalam

bagian putih mata (sklera) dan kornea bisa mengeras dan membentuk jaringan

parut (xeroftalmia), yang bisa menyebabkan kebutaan yang menetap.

Kekurangan vitamin A juga menyebabkan peradangan kulit (dermatitis) dan

meningkatkan kemungkinan terkena infeksi ( dr. Danu, 2009).

c. Penyakit Defisiensi Zat Yodium

Zat yodium merupakan zat gizi esensial bagi tubuh karena merupakan

komponen dari hormon tiroksin yang berpengaruh kepada banyak fungsi

tubuh dan merupakan hormon pertumbuhan (Growth Hormon ). Kekurangan

zat yodium mengakibatkan kondisi hipotiroidisme (kekurangan B12) dan

tubuh mencoba untuk mengkompensasi dengan menambah jaringan kelenjar

gondok. Akibatnya terjadi hipertropi (membesarnya kelenjar tiroid) yang

kemudian disebut penyakit gondok oleh orang awam.

Universitas Sumatera Utara


d. Defisiensi Zat Besi dan Anemia Gizi Besi

Penyakit terjadi karena konsumsi zat besi (Fe) pada tubuh tidak seimbang

atau kurang kebutuhan tubuh. Defesiensi Fe dapat didiagnosis berdasarkan

data klinik dan data laboratorium yang ditunjang oleh data konsumsi pangan.

Gambaran klinik memperlihatkan anemia. Muka penderita terlihat pucat, juga

selaput lendir kelopak mata, bibir dan kuku. Penderita terlihat badannya

lemas, kurang bergairah, dan cepat merasa lelah, serta sering menunjukkan

sesak nafas (Santoso, 1999).

Penyuluhan yang diberikan kader posyandu kepada ibu balita dilakukan

setelah mencatat hasil penimbangan di KMS. Kader posyandu akan

menanyakan kepada ibu balita yang balitanya berada di bawah atau tepat di

garis merah mengenai penyebab masalah gizi yang sedang dihadapi balita.

Penyebab masalah gizi pada balita yaitu anak tidak mau makan dan anak

sakit.Anak tidak mau makan disebabkan karena terlalu banyak ngemil,

makanan yang disajikan kurang menarik sehingga anak malas makan. Kader

posyandu bertugas memberikan informasi tentang cara mengatasi masalah

gizi balita, misalnya dengan meningkatkan asupan makanan balita,

memberikan anak makan dengan porsi kecil tapi sering, memperhatikan

kandungan gizi yang dikonsumsi oleh balita,mengimunisasi anak sesuai

jadwal yang telah diberikan, menjaga lingkungan agar tetap sehat, menjauhkan

anak dari orang yang sakit, serta pemberian makanan tambahan yang juga

biasanya dilakukan di puskesmas.

Universitas Sumatera Utara


5. Pelayanan tenaga professional meliputi KIA, KB, Imunisasi dan pengobatan

dan pelayanan lain sesuai dengan kebutuhan setempat (meja V).

Tugas kader di meja 5 sebenarnya bukan merupakan tugas kader, melainkan

pelayanan sektor yang dilakukan oleh petugas kesehatan, PLKB, PPL, antara

lain : pelayanan lmunisasi, pelayanan KB, pemeriksaan kesehatan bayi, anak

balita, ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui, pengobatan dan pemberian pil

tambah darah, Vitamin A (Kader dapat membantu pemberiannya), kapsul

yodium dan obat - obatan lainnya (Rahaju, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai