Anda di halaman 1dari 10

SKRIPSI

GAMBARAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM MENCUCI TANGAN


SEBAGAI TINDAKAN PENCEGAHAN INFEKSI DI RUMAH SAKIT
NASIONAL DIPONEGORO SEMARANG

OLEH: ARIF WIJAYA

NIM.22020118183024

DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan (Health Care Associated
Infections) yang selanjutnya disingkat HAIs adalah infeksi yang terjadi
pada pasien selama perawatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan
lainnya, ketika masuk tidak ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi,
termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi muncul setelah pasien pulang,
infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan
terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan pelayanan
kesehatan 1.
Prevalensi HAIs menurut WHO adalah 9% (1,4 juta pasien) rawat
inap di rumah sakit seluruh dunia sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit dari
14 negara yang berasal dari Eropa, Timur Tengah dan Asia pasifik
menunjukkan adanya HAIs serta 10% untuk Asia2. Angka kejadian di
rumah sakit Amerika Serikat tahun 2014 mencapai 722.000 di unit
perawatan akut dan 75.000 pasien dengan HAIs meninggal ketika dirawat
di rumah sakit dan Indonesia mencapai 15,74% jauh diatas negara maju
yang berkisar 4,8 – 15,5%3,4. Standar untuk kejadian infeksi nosokomial
rumah sakit di Indonesia adalah harus kurang dari 1,5 % 5. Oleh sebab itu,
setidaknya diperlukan tindakan untuk penerapan kepatuhan untuk
mengurangi angka kejadian infeksi tersebut.
Terdapat beberapa komponen yang harus dilaksanakan dan harus
dipatuhi dalam menerapkan pencegahan dan pengurangan HAIs yang
diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan. CDC dan HICPAC merekomendasikan 11
komponen utama yang harus dipatuhi dalam kewaspadaan standar yaitu
kebersihan tangan, Alat Pelindung Diri (APD), dekontaminasi peralatan
perawatan pasien, kesehatan lingkungan, pengelolaan limbah,
penatalaksanaan linen, perlindungan kesehatan petugas, penempatan
pasien, etika batuk dan bersin, praktik menyuntik dan praktik lumbal
pungsi yang aman1. Salah satu komponen dari kewaspadaan standar pada
kebersihan tangan adalah mencuci tangan, cuci tangan menjadi kebiasaan
dari perawat sebelum dan sesudah melakukan tindakan pelayanan
keperawatan.
Mencuci tangan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan sabun
antiseptik dan hand sanitizer6. Perawat melakukan cuci tangan sebelum
kontak dengan pasien, melakukan tindakan aseptik dan setelah kontak
darah ataupun cairan tubuh pasien, tubuh dan lingkungan sekitar pasien
atau lebih dikenal dengan five moment dan terdapat 6 langkah dalam
tahapan cuci tangan1. Dengan Melakukan cuci tangan sesuai dengan 5
moment dan 6 langkah maka perawat dan pasien akan cenderung tidak
terjadi infeksi7.
Hasil dari beberapa penelitian menjelaskan bahwa dalam
melakukan cuci tangan dengan 5 moment dan 6 langkah dapat
menurunkan dengan kejadian infeksi nosokomial dan terjadi penurunan
jumlah angka kuman yang mencuci tangan menggunakan hand sanitizer
dan sabun antiseptik, efektivitas penurunan jumlah kumannya dengan
hand sanitizer sebesar 60% dan sabun antiseptik sebesar 73% serta
pelaksanaan cuci tangan apabila sesuai dan patuh akan Standar
Operasional Prosedur (SOP) maka tidak akan terjadi infeksi nosokomial
bagi perawat maupun pasien seperti kejadian plebitis pada tindakan
pemasangan infus dan meningkatkan risiko VAP6,7,8,9. Kepatuhan dalam
melakukan cuci tangan dipengaruhi dari sikap dan pengetahuan perawat10.
Studi pendahuluan yang dilakukan pengamatan kepada 5 orang
perawat IGD dan rawat inap, 3 perawat tidak patuh dan 2 perawat patuh
akan standar waktu yang diterapkan mencuci tangan menggunakan hand
sanitier selama 20 – 30 detik dan ketika menggunakan sabun antiseptik
dengan air mengalir sekitar 40 – 60 detik. Dan dari hasil wawancara
dengan perawat mengatakan jika prosedur mencuci tangan sudah
disosialisasikan tetapi kurangnya pengawasan dan kontrol yang
menyebabkan perawat terkadang tidak memperhatikan lamanya waktu
yang sudah ditentukan dalam mencuci tangan dengan hand sanitizer
maupun sabun antiseptik yang telah disediakan oleh pihak Rumah Sakit
Nasional Diponegoro.
Penelitian ini penting untuk dilakukan, secara umum untuk
mengetahui kepatuhan perawat dalam melakukan cuci tangan sebagai
tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi. Penelitian ini penting bagi
perawat sendiri dengan mengerti tentang kepatuhan SOP cuci tangan yang
ada. Sedangkan bagi petugas kesehatan hal ini harus benar-benar dipahami
dan diaplikasikan karena berhubungan dengan pencegahan dan
pengendalian infeksi nosokomial. Bagi instalasi rumah sakit diharapkan
memonitoring dan mengevaluasi tenaga kesehatan dalam melakukan cuci
tangan untuk pencegahan dan pengendalian infeksi.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
tentang‘’ Gambaran Kepatuhan Perawat Dalam Mencuci Tangan Sebagai
Tindakan Pencegahan Infeksi Di Rumah Sakit Nasional Diponegoro
Semarang’’.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah ‘’Bagaimana kepatuhan perawat dalam mencuci tangan sebagai
tindakan pencegahan infeksi di Rumah Sakit Nasional Diponegoro
Semarang?’’

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui gambaran kepatuhan perawat dalam mencuci tangan
sebagai tindakan pencegahan infeksi di Rumah Sakit Nasional
Diponegoro Semarang
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi gambaran pemahaman perawat Standar
Operasional Prosedur(SOP) mencuci tangan di Rumah Sakit
Nasional Diponegoro Semarang
b. Mengidentifikasi gambaran perilaku perawat dalam kepatuhan
mencuci tangan di Rumah Sakit Nasional Diponegoro Semarang

D. Manfaat Penelitian
1. Responden
Perilaku perawat dalam kepatuhan mencuci tangan sebagai tindakan
pencegahan infeksi di Rumah Sakit Nasional Diponegoro Semarang
sesuai dengan SOP.
2. Rumah Sakit
Terlaksananya monitoring dan evaluasi perilaku perawat dalam
mencuci tangan di Rumah Sakit Nasional Diponegoro Semarang
sehingga dapat menjadi dasar dalam pengambilan keputusan,
kebijakan dan strategi dalam pencapaian indikator dan program kerja
Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
3. Peneliti
Pengetahuan dan wawasan tentang gambaran kepatuhan perawat
dalam mencuci tangan sebagai tindakan pencegahan infeksi di Rumah
Sakit Nasional Diponegoro Semarang.

E. Keaslian Penelitian
Keaslian penelitian dijelaskan melalui tabel dibawah ini
No Nama Metode penelitian Hasil penelitian
1 Zilpianus Alvadri, Jenis penelitian ini a. Terdapat
2016 berjudul merupakan penelitian hubungan 5
hubungan kuantitatif yang merupakan moment
pelaksanaan jenis penelitian deskriptif pelaksanaan
tindakan cuci analitik dengan pendekatan cuci tangan
tangan perawat “cross sectional” dengan
dengan kejadian kejadian
infeksi rumah infeksi
sakit di Rumah b. Terdapat
Sakit Sumber hubungan 6
Waras Grogol langkah
pelaksanaan
cuci tangan
dengan
kejadian
infeksi
2 Sri Hananto Desain penelitian ini a. Pelaksanaan
Ponco, Virgianti menggunakan pra tindakan cuci
Nur Faridah, 2016 experimental (before after tangan lima
berjudul study). Data yang momen
penerapan terkumpul dianalisis sebelum
supervisi klinis dengan uji Dependent T- pelaksanaan
kepala ruang test supervisi
untuk klinis sebuah
meningkatkan Rumah Sakit
pelaksanaan cuci di Bojonegoro
tangan lima sebagian besar
momen perawat kurang baik
pelaksana b. Pelaksanaan
tindakan cuci
tangan lima
momen
sesudah
pelaksanaan
supervisi
klinis Rumah
Sakit di
Bojonegoro
sebagian besar
kurang baik
c. Pelaksanaan
supervisi
klinis akan
meningkatkan
pelaksanaan
cuci tangan
lima momen
Rumah Sakit
di Bojonegoro
3. Rizka Amalia, Jenis penelitian yang a. tidak ada
Laksmono digunakan adalah hubungan
Widagdo, penelitian kuantitatif. antara umur
Syamsulhuda BM Desain penelitian yang responden,
(2016) faktor- digunakan adalah masa kerja,
faktor yang penelitian deskriptif tingkat
berhubungan analitik dengan pendekatan pendidikan,
dengan tingkat cross-sectional. pgawasan
kepatuhan tenaga pimpinan,
kesehatan dukungan
melakukan cuci teman dan
tangan (studi ketersediaan
kasus di instalasi fasilitas serta
rawat inap sosialisasi
rajawali rsup dr. dengan
kariadi semarang) kepatuhan
tenaga
kesehatan
melakukan cuci
tangan.
b. ada hubungan
antara
pengetahuan
dan sikap
responden
dengan
kepatuhan
tenaga
kesehatan
melakukan cuci
tangan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes. Permenkes No 27 Tahun2017 Tentang Pedoman Pencegahan


dan Pengendalian Infeksi di fasilitas Kesehatan [Internet]. 2017. Available
from: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA%0ANOMOR 27 TAHUN 2017

2. Dellinger EP. Prevention of Hospital-Acquired Infections. Surg Infect


(Larchmt). 2016;17(4):422–6.

3. Centers for Disease Control and Prevention. National and State Associated
Infections Progress Report. Centers for Disease Control and Prevention.
2016.

4. Sapardi VS, Machmud R, Gusty RP. Analisis Pelaksanaan Manajemen


Pencegahan Dan Pengendalian Healthcare Associated Infections Di Rsi
Ibnusina. J Endur. 2018;3(2):358.

5. MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,


129/Menkes/SK/II/2008 N: STANDAR PELAYANAN MINIMAL
RUMAH SAKIT. Kementrian Kesehatan RI. 2008.

6. CORDITA NR. PERBANDINGAN EFEKTIVITAS MENCUCI


TANGAN MENGGUNAKAN HAND SANITIZER DENGAN SABUN
ANTISEPTIK PADA TENAGA KESEHATAN DI ICU RSUD Dr. H.
ABDUL MOELOEK. 2017; Available from:
http://digilib.unila.ac.id/25307/3/SKRIPSI TANPA BAB
PEMBAHASAN.pdf

7. Alvadri Z. Hubungan pelaksanaan tindakan cuci tangan perawat dengan


kejadian infeksi rumah sakit di rumah sakit sumber waras grogol. J Penelit
Ilmu Keperawatan Univ Esa Unggul. 2015;1–24.

8. Fatmawati L, Winarko H. Kepatuhan cuci tangan dapat menghambat


terjadinya plebitis pada proses pasca pemasangan infus.
2017;08(November):200. Available from:
http://journal.unigres.ac.id/index.php/JNC/article/view/407/328

9. Azis A, Parwati T. Laporan hasil penelitian Cuci tangan sebagai faktor


risiko kejadian ventilator associated pneumonia di RSUP Sanglah Denpasar
tahun 2012. 2012;120–5.

10. Amalia R, Widagdo L, BM S. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Tingkat Kepatuhan Tenaga Kesehatan Melakukan Cuci Tangan (Studi
Kasus Di Instalasi Rawat Inap Rajawali Rsup Dr. Kariadi Semarang). J
Kesehat Masy Univ Diponegoro. 2016;4(3):1083–8.

Anda mungkin juga menyukai