Website: jurnal.harapan.ac.id/index.php/jsr
Sandy F.Candra
Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Harapan Medan
email Sandi.f.chanray@gmail
Metro M Manullang
Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Harapan Medan
email metromartogi@gmail.com
Risky Hamdani
Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Harapan Medan
email riskyleomantap1@gmail.com
_________________________
Abstract
This study is a study that mengililasi casting process gray cast iron. From the characteristics obtained data table
attached. Based on the results of research that the microstructure of the specimens in this study is the result of
casting gray cast iron which has a strong and sturdy perlite metric. Graphite flakes in specimens I (3% Bentonite)
were harder than specimens II (5% Bentonite). Ferrite in specimen I was more than ferrite in specimen II. Specimen
I has a rather rough pearlite structure, while specimen II has fine pearlite. The hardness of gray cast iron possessed
by 66.5 HRA II specimens was higher than that of gray cast iron possessed by specimen I which was 55.8 HRA. The
tensile strength in specimens II was 278.68 N / mm2 higher than the tensile strength of specimens I was 222.92 N /
mm2.
Keywords:
Characteristics, green sand mold, bentonite, gray cast iron, physical and mechanical.
__________________________
Abstrak
Penelitian ini adalah penelitian yang menganilasi proses pengecoran besi cor kelabu .Dari karakteristik yang didapat
data tabel yang terlampir.Berdasarkan hasil penelitian bahwa mikrostruktur spesimen pada penelitian ini adalah
hasil casting grey cast iron yang memiliki metrik perlit yang kuat dan kokoh. Serpihan grafit pada spesimen I
(Bentonit 3%) lebih keras dibandingkan dengan spesimen II (Bentonit 5%). Ferit dalam spesimen I lebih dari ferit
dalam spesimen II. Spesimen I memiliki struktur perlit yang agak kasar, sedangkan spesimen II memiliki perlit yang
halus. Kekerasan besi tuang abu-abu yang dimiliki oleh spesimen II 66,5 HRA lebih tinggi dibandingkan dengan
kekerasan besi tuang abu-abu yang dimiliki oleh spesimen I yaitu 55,8 HRA. Kekuatan tarik pada spesimen II
adalah 278,68 N / mm2 lebih tinggi dibandingkan dengan kekuatan tarik spesimen I yaitu 222,92 N / mm2.
Kata Kunci:
Karakteristik ,Cetakan pasir hijau, bentonit, besi cor kelabu, fisik dan mekanis.
__________________________
Jurnal SIMETRI Rekayasa Vol 1, No1, Mei 2019
1. PENDAHULUAN
Pengecoran logam dapat diartikan proses dari logam yang dicairkan, dituangkan ke dalam cetakan, kemudian
dibiarkan mendingin dan membeku. Oleh karena itu sejarah pengecoran dimulai ketika orang mengetahui
begaimana mencairkan logam dan bagaimana membuat cetakan. Logam pertama yang dicor adalah emas dan perak.
Hal itu dikarenakan emas dan perak terdapat di alam dalam keadaan murni. Setelah itu manusia menemukan
tembaga yang sangat cocok untuk berbagasi kebutuhan [1][2][3].
Pengecoran merupakan salah satu penopang kemajuan industri dunia. Semakin berkurangnya sumber daya alam
yang menjadi bahan baku pengecoran, maka efisiensi perlu dipertimbangkan. Proses pengecoran yang bagus, efisien
dan ekonomis akan mengurangi adanya pemborosan produksi. Sumber daya manusia yang berkemampuan tinggi
juga ikut berperan serta dalam menghasilkan produk-produk yang mampu bersaing dengan produk-produk luar
negeri[4][5][6]. Pengecoran/Casting adalah salah satu teknik pembuatan produk dimana logam dicairkan dalam
tungku peleburan kemudian di tuangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli dari produk cor
yang akan dibuat.
Ada 4 faktor yang berpengaruh atau merupakan ciri dari proses pengecoran [7][8][6]:
1. Adanya aliran logam cair kedalam rongga cetak
2. Terjadi perpindahan panas selama pembekuan dan pendinginan dari logam dalam cetakan
3. Pengaruh material cetakan
4. Pembekuan logam dari kondisi cai
Kualitas suatu produk pengecoran sangat dipengaruhi oleh metode pengecoran yang dilakukan. Salah satu
metode pengecoran yang paling sering digunakan adalah pengecoran dengan cetakan pasir basah atau green sand
molds. Pada pengecoran dengan cetakan pasir basah ini banyak parameter yang berpengaruh terhadap sifat mekanik
dan kualitas hasil pengecoran, antara lain adalah komposisi bahan pengikat (bentonit) pada cetakan pasir basah akan
mempengaruhi kualitas produk pengecoran yang dihasilkan[9][10][11].
Pada proses pembuatan produk cor dengan menggunakan cetakan pasir basah masih sering terjadi cacat-cacat
yang tidak diinginkan pada hasil pengecoran, seperti cacat permukaan, penetrasi logam cair kedalam cetakan,
rontokan cetakan, inklusi retak, gelembung gas dan rongga penyusutan/ porositas[12][13][14].
Cacat pada produk cor membawa dampak kualitas yang dihasilkan dari pengecoran tersebut, di antaranya
berkurangnya daya tahan dan umur produk cor. Timbulnya cacat-cacat tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal antara
lain kemampuan alir gas (permeabilitas) dan kekuatan cetakan yang kurang baik, hal itu bisa disebabkan karena
campuran bahan pengikat pada pasir cetak basah yang kurang ataupun kadarnya yang berlebihan. Campuran
bentonit memiliki pengaruh terhadap daya ikat antara pasir, ikatan-ikatan pasir tersebut akan mempengaruhi
berbagai sifat-sifat dari pasir cetak[15][16][17]. Penambahan bentonit pada kadar air akan menguatkan ikatan
cetakan dalam pasir cetak tersebut, sehingga meningkatkan kekuatan tekan pasir baik kekuatan tekan basah maupun
kering, namun akan disertai juga dengan penurunan permeabilitas cetakan. Sebaliknya, penambahan bentonit yang
kurang dari kadarnya, tidak akan memberikan kekuatan ikatan yang baik dalam pasir cetak tersebut. Dengan
demikian variasi campuran bentonit pada pasir cetak basah akan mempengaruhi kualitas hasil pengecoran. Dengan
campuran bentonit yang berbeda pada pasir cetak basah akan berbeda juga kualitas produk cor yang
dihasilkan[18][19][20].Dalam penelitian ini digunakan material besi cor kelabu dengan variasi campuran bentonit
yang digunakan 3% dan 5%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas produk cor yang dihasilkan. Untuk
mengetahui berapa besar pengaruh variasi campuran bentonit terhadap kualitas hasil pengecoran dan berapa
presentase campuran bentonit yang paling ideal perlu dilakukan beberapa pengujian, diantaranya uji kekuatan tarik,
uji kekerasan, dan pengamatan struktur mikro pada besi cor kelabu[21][22][7]..
18
Jurnal SIMETRI Rekayasa Vol 1, No1, Mei 2019
2. METODOLOGI
Proses penelitian ini sebagaimana ditunjukkan pada diagram alir berikut :
Analisis yang dilakukan adalah dengan membandingkan produk cor dengan menggunakan pasir silika sintetik dan
pasir silika daur ulang dengan penguat senyawa resin alami. Dari sinilah akan diketahui tingkat kelayakan sebagai
solusi alternatif pemakaian pasir silika daur ulang inti cor.
Prosentase penyusutan dapat dihitung dengan pendekatan empiris berikut[23][24] :
% = Do−D1 Do x 100% ...................(1)
Keterangan :
Penyusutan = %
Do = Dimensi produk nyata ( mm )
D1 = Dimensi produk hasil ( mm )
Sedangkan kuat tekan produk dapat ditentukan sebagai berikut :
= .........................................(2)
Keterangan :
τ = Tegangan tekan ( N/cm2)
P = Beban maksimum ( Newton)
A = Luas penampang bidang tekan ( cm2)
Pengujian densitas untuk mengetahui kerapatan massa produk sebagai berikut : =
… … … … … … … … … … … … … … . . (3)
ρ = Rapat massa ( kg/cm3)
M = Massa bahan ( kg )
V =Volume produk (cm3)
Untuk pengujian cacat produk pada permukan produk cor dilakukan secara visual dengan membandingkan produk
cor yang menggunakan core pasir silika pabrikan per 100 pcs produkcor.
Prosen kekasaran permukaan dengan membandingkan luasan permukaan kasar dengan luasan produk nyata sebagai
berikut :
kekasaran permuka = 1 − ℎ
19
Jurnal SIMETRI Rekayasa Vol 1, No1, Mei 2019
Perlit
Grafit
Ferit
Gambar 2. Hasil Pengujian Struktur Mikro Besi Cor Kelabu dengan Variasi Bentonit pada
Cetakan Pasir 3% dan Perbesaran 200X
Perlit
Grafit
Grafit
Gambar 3. Hasil Pengujian Struktur Mikro Besi Cor Kelabu dengan Variasi Bentonit pada Cetakan Pasir 5%
dan Perbesaran 200X
Dari data hasil pengujian yang tercantum pada gambar 2 dan gambar 3 menunjukkan bahwa:
Serpihan grafit untuk spesimen I (Bentonit 3%) lebih banyak dan kasar dibandingkan dengan serpihan grafit
spesimen II (Bentonit 5%).
20
Jurnal SIMETRI Rekayasa Vol 1, No1, Mei 2019
Ferit mempunyai sifat lunak, ulet dan terjadi akibat proses pendinginan yang lambat. Pada spesimen I memiliki
ferit yang lebih banyak dibandingkan dengan ferit pada spesimen II. Ferit yang terdapat pada kedua spesimen
mempunyai sebaran yang tidak merata yang di pisahkan oleh perlit.
Titik Pengukuran 3% 5%
21
Jurnal SIMETRI Rekayasa Vol 1, No1, Mei 2019
Berdasarkan data pada tabel 2 dan gambar 5 dan 6 menunjukan bahwa benda cor spesimen I memiliki tegangan
tarik lebih rendah dibandingkan benda cor spesimen II. Hal ini disebabkan karena spesimen II 7 memiliki struktur
perlit yang lebih tersebar merata dibandingkan spesimen I. Disamping itu pada spesimen II juga terdapat grafit yang
sedikit dan ukuranya pendek. Nilai rata-rata kekuatan tarik spesimen I adalah 222.92 N/mm2 sedangkan nilai rata-
rata kekuatan tarik spesimen II adalah 278.68 N/mm2
22
Jurnal SIMETRI Rekayasa Vol 1, No1, Mei 2019
4. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Struktur mikro spesimen pada penelitian ini merupakan besi cor kelabu yang mempunyai metrik perlit yang
kuat dan keras. Serpihan grafit pada spesimen I (Bentonit 3%) lebih kasar dibandingkan dengan spesimen II
(Bentonit 5%). Ferit pada spesimen I lebih banyak dibandingkan ferit pada spesimen II. Spesimen I memiliki
struktur perlit yang agak kasar, sedangkan spesimen II memiliki perlit yang halus.
2. Kekerasan besi cor kelabu yang dimiliki oleh spesimen II (Bentonit 5%) sebesar 66.5 HRA lebih tinggi
dibandingkan kekerasan besi cor kelabu yang dimiliki oleh spesimen I (Bentonit 3%) yaitu 55.8 HRA.
3. Kekuatan tarik pada spesimen II (Bentonit 5%) adalah 278.68 N/mm2 lebih tinggi dibandingkan tegangan
tarik spesimen I (Bentonit 3%) yaitu 222.92 N/mm2.
DAFTAR PUSTAKA
23
Jurnal SIMETRI Rekayasa Vol 1, No1, Mei 2019
24